PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PRODUKSI DAN PEMASARAN BENIH KELAPA SAWIT
Pemuliaan Kelapa Sawit Program pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk memperoleh individu-individu superior dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Tujuan jangka panjang lainnya adalah mendapatkan kelapa sawit yang memiliki perawakan kompak serta toleran terhadap penyakit dan kekeringan. Dalam melaksanakan program pemuliaan, PPKS mengadopsi metode Reciprocal Reccurent Selection (RRS) yang dikembangkan oleh IRHO (CIRAD, Perancis). Melalui metode pemuliaan RRS dapat dilakukan perbaikan secara serentak daya gabung dari dua populasi dasar yaitu populasi dari grup Deli (A) dan populasi dari grup Afrika (B). Selain itu, dengan metode RRS ini memungkinkan untuk melaksanakan eksploitasi persilangan terbaik dengan segera. Skema metode pemuliaan RRS disajikan pada Gambar 6.
Dura Group
DI D2 D3......
Pisifera/Tenera Group
Pengujian Progeni Studi GCA dan SCA D x P, D x T
Dura Terpilih Selfing/Crossing
P1 P2 P3 T1 T2...
Pisifera/Tenera Terpilih Selfing/Crossing Perbanyakan Klonal (Ortet)
Produksi Kecambah DxP Gambar 6. Skema metode pemuliaan RRS (Pamin, 1997).
Populasi Dasar Populasi dasar yang digunakan dalam pemuliaan kelapa sawit di PPKS terdiri atas dua populasi utama, yaitu populasi kelapa sawit yang memiliki jumlah tandan sedikit tetapi besar-besar (Group A) dan populasi kelapa sawit yang memiliki jumlah tandan banyak tetapi kecil-kecil (Group B). Group A yang digunakan adalah Dura Deli yang telah melalui seleksi yang cukup lama. Seleksi yang dilakukan terhadap Dura Deli di beberapa kebun telah menghasilkan populasi yang menjadi material induk, seperti Dura Marihat, Dura Dolok Sinumbah, Dura Tinjowan dan Dura Rispa. Selain itu terdapat juga Dura Gunung Bayu, Dabou, Socfin dan Dumpy Marihat yang merupakan hasil seleksi awal pada beberapa kebun yang berbeda. Group B yang digunakan sebagian besar hasil introduksi dari Zaire. Beberapa orijin hasil introduksi ini antara lain orijin Bangun, Bah Jambi, Dolok Sinumbah, Sungai Pancur (SP 540 T), Yangambi (LM 238 T, LM 239 T, LM 718 T, LM 432 T). Selain itu, terdapat pula orijin yang diintroduksi dari Pantai Gading seperti orijin Lame (LM 2 T, LM 7 T, LM 9 T, dan LM 14 T), Yocoboue, Nigeria (orijin Nifor), dan Kamerun (orijin Marihat). Dua group ini menjadi populasi dasar (base population) dalam pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Dari populasi dasar yang telah diseleksi dilakukan suatu tahapan evaluasi melalui pengujian keturunan (progeny test) untuk menganalisis dan menentukan persilangan terbaik yang dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung khusus dari tetua (progenitor) yang diuji. Berdasarkan informasi daya gabung tersebut dilakukan seleksi untuk menentukan tetua-tetua yang dapat dijadikan pohon induk untuk produksi benih. Selain untuk menentukan pohon induk, pada tahapan seleksi ini juga dilakukan pemilihan tetua yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik yang akan digunakan pada siklus pemuliaan berikutnya. Melalui rekombinasi diharapkan dapat membentuk suatu populasi dasar baru dengan sifatsifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya. Proses pemuliaan yang panjang, yang dilakukan oleh PPKS menghasilkan sebelas varietas utama yang telah dilepas oleh PPKS. Varietas tersebut adalah DP AVROS, DP Bah Jambi, DP Dolok Sinumbah, DP La Me, DP Yangambi, DP
Sungai Pancur 1, DP Sungai Pancur 2, DP Langkat, DP Simalungun, dan dua varietas baru yaitu PPKS 540 dan PPKS 718, karakteristik dari varietas-varietas tersebut terdapat pada Lampiran 3. Saat ini program pemuliaan RRS yang sedang dijalankan oleh PPKS telah memasuki siklus III.
Pengelolaan Pohon Induk dan Pohon Bapak Pengelolaan pohon induk dan pohon bapak untuk produksi bahan tanaman dalam hal ini sebagai sumber benih untuk dikecambahkan dilakukan oleh Divisi Pohon
Induk. Kegiatan pada pohon induk meliputi:
inspeksi pohon,
pembungkusan, penyerbukan dan panen tandan benih. Kegiatan yang dilakukan pada pengelolaan pohon bapak meliputi, pembungkusan bunga jantan, penentuan identitas tepung sari dan panen bunga jantan yang akan diambil tepung sarinya.
Pohon Induk
Inspeksi pohon Inspeksi pohon (pohon yang diinspeksi berkisar 10-15 pohon/hari, 60-80 pohon/minggu/pollinator) induk dan bapak dikunjungi dan diperiksa paling lambat setiap minggu. Aktivitas inspeksi meliputi : 1) pemeriksaan bunga muncul yang dapat dikenali jenisnya dan pencatatan pohon-pohon yang tandan bunganya segera dibungkus, 2) pemeriksaan kondisi pembungkusan tandan bunga dan pencatatan pohon induk yang tandan bunganya akan dilakukan penyerbukan, 3) pencatatan pohon-pohon induk yang pembungkus tandannya telah saatnya dibuka dan yang akan dipanen tandan benihnya.
Pembungkusan Bunga Betina Tandan bunga betina yang berada pada ketiak pelepah daun mulai muncul satu bulan sebelum reseptif. Pembungkusan bunga betina dilakukan sekurangkurangnya 20 hari sebelum bunga reseptif/ujung seludang bunga masih tertutup dengan kondisi seludang pecah maksimal 25 %. Setelah seludang pecah baru
dapat ditentukan jenis kelaminnya. Tandan bunga jantan biasanya lebih ramping dan memanjang sedangkan yang betina lebih pendek dan besar.
Gambar 7. Seludang bunga betina membuka 25% Sebelum dibungkus harus dibersihkan terlebih dahulu yaitu dengan membuang seludang dan membersihkan tangkai tandan (stalk). Setelah dibersihkan dari sampah yang melekat kemudian disemprotkan insektisida di sekeliling tandan bunga dan di bagian dalam pembungkus (bagging). Selanjutnya tandan bunga dibungkus dengan bagging dan diikat di bagian bawah tangkai tandan setelah sebelumnya dibalut dengan kapas yang dibubuhi insektisida yang berfungsi untuk mencegah masuknya serangga dari arah tangkai tandan. Sebagai pengikat digunakan karet bekas ban mobil, pengikatan minimal 6-7 lilitan. Selanjutnya tandan yang telah dibungkus dilapisi dengan kawat kasa untuk menghindari hama tikus. Jika diperlukan (serangan berat) dapat diletakkan racun tikus pada ketiak pelepah di sekitar tandan yang dibungkus untuk mengendalikan serangan hama tikus. Alat yang digunakan utuk pembungkusan bunga adalah : 1) arit, 2) bagging, 3) kapas, 4) insektisida tabur dan cair (konsentrasi ringan), 5) tali ban karet, 6) racun tikus, dan 7) kawat kasa.
Penyerbukan Reseptif bunga ditandai dengan adanya bunga yang mekar pada spikelet dimana kepala putik berwarna putih kekuningan, sudah merekah dan memiliki cairan putih kekuningan. Penyerbukan dapat dilakukan pada saat bunga betina minimal 70 % telah mengalami antesis. Penyerbukan dilakukan pada pukul
08.00-11.00. Bila kepala putik telah kering (tidak berlendir) dan berubah warnanya menjadi merah/merah kehitaman berarti saat penyerbukan telah lewat. Sebelum penyerbukan, pembungkus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada SPKS (Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit) yang masuk. Jendela plastik dilap dengan alkohol kemudian dilubangi dengan paku untuk memasukkan ujung botol tepung sari. Tepung sari disemprotkan dari kedua sisi jendela
kemudian
lubang
ditutup
dengan
selotip.
Tandan
bunga
digoyang-goyangkan agar tepung sari menyebar rata jatuh di kepala putik. Setelah 15 hari kemudian tandan yang telah dibungkus dibuka. Label yang bertuliskan nomor penyerbukan, tanggal pembungkusan, tanggal penyerbukan, kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator ditancapkan diantara spikelet dengan bantuan obeng.
Gambar 8. Kegiatan Pembungkusan Bunga Betina
Panen Pemanenan dilakukan 4.5-5 bulan setelah penyerbukan. Adapun kriteria panen PPKS adalah maksimal satu buah telah memberondol secara alami. Berondol yang ada di lapang tidak digunakan sebagai sumber benih dan tidak diangkut sebagai hasil panen.
Pohon Bapak Sebelum antesis bunga jantan harus dibungkus dengan pembungkus yang
sedikit berbeda bentuknya yaitu pada bagian bawahnya terdapat kantong plastik tempat penyaluran tepung sari. Bunga jantan harus dibungkus minimal 10 hari
sebelum antesis, biasanya pembungkusan dilakukan 10-15 hari sebelum panen. Bunga akan antesis (60-70 %) dapat diketahui dengan melihat bunga pada spikelet yang telah mengeluarkan tepung sari (maksimal 2/3 bagian spikelet) dan bau adas yang wangi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada jam 09.00-12.00. Tandan bunga jantan ini dipotong dan diturunkan dengan tali, kemudian di bawa ke laboratorium tepung sari.
Penerimaan tandan bunga jantan dari lapang Tandan yang diterima dari lapang harus dilengkapi dengan pengantar panen dan label identitas tandan. Penerimaan dilakukan pada pukul 11.00-12.00. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dokumen, maka tandan dikondisikan di ruang ber-AC dengan suhu maksimal 22oC selama 3 jam.
Pengumpulan tepung sari Tangkai tandan digantung dalam posisi di sebelah atas. Kemudian dilakukan pemukulan bungkusan tandan dengan menggunakan kayu tumpul dari segala arah. Tepung sari yang terlepas kemudian ditampung dalam kantung plastik yang kemudian diklip dan bagian luar plastik diolesi alkohol lalu diberi identitas sesuai dengan label tandan.
Pengeringan tepung sari Tepung sari yang terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam peti manipulasi (yang telah disterilisasikan) dan dilakukan pengayakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang tercampur dengan tepung sari. Hasil pengayakan ditampung dengan ayakan ukuran 80-100 mesh yang telah dilapisi kertas tipis, serta diberikan silica gel aktif 100-200 gram di bagian bawah ayakan. Kemudian ayakan ditutup dan disegel dengan selotip dan setelah minimal 1 x 24 jam dilakukan pengampulan tepung sari. Tepung sari hasil pengayakan dipasangi label sesuai dengan identitas tepung sari.
Gambar 9. Tepung sari hasil pengayakan. Pengisian vial tepung sari Semua alat-alat pengemasan (wadah ayakan) terlebih dahulu disterilisasi menggunakan alkohol lalu dimasukkan ke dalam peti manipulasi yang telah disterilisasikan terlebih dahulu. Tepung sari sebanyak 0.25 gram dimasukkan ke dalam vial, kemudian vial diberi kapas secukupnya lalu ditutup. Setiap 2-4 vial kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca kecil yang telah berisi 3 gram silika gel aktif. Botol diberi identitas tepung sari dan ditutup dengan tutup karet. Botol kace kemudian divacum pada tekanan 7 mmHg dan disegel dengan tutup aluminium. Botol kaca tepung sari dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu minimal – 18oC untuk menunggu pemakaiannya ke lapang.
Pengujian viabilitas tepung sari Bahan dan alat yang digunakan untuk pengujian viabilitas tepung sari adalah 1) media perkecambahan/sukrosa 8 %, 2) borax 15 ppm, dan 3) air bersih. Media dan tepung sari diletakkan pada dek gelas, kemudian dek gelas dan tepung dari tersebut disimpan dalam oven dengan suhu 38oC selama 3-4 jam. Setelah dipanaskan preparat tepung sari diamati di bawah mikroskop. Pengamatan meliputi jumlah kecambah tepung sari yang hidup dan mati. Kemudian dihitung persentase kecambah tepung sari yang hidup.
Tepung sari yang hidup
Gambar 10. Tepung sari dilihat dari mikroskop Tepung sari dinilai baik jika memiliki viabilitas > 70 %. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lima tepung sari diperoleh daya berkecambah tertinggi dapat pada tepung sari BO 323 P sebesar 82.3 % dan daya berkecambah terendah terdapat pada tepung sari BO 104 P sebesar 79.4 %. Hasil pengamatan daya berkecambah polen disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Perhitungan Daya Berkecambah Polen No
Tepung Sari 1
Ulangan
DB (%) 1 2 3
BO 104 P Rata-rata
2
1 2 3
BO 713 P Rata-rata
3
1 2 3
BO 323 P Rata-rata
4
1 2 3
BO 484 P Rata-rata
5
1 2 3
BO 498 P Rata-rata
Sumber data : Hasil pengamatan
82.1 75 81 79.4 83.4 80.5 81.6 81.8 83.8 81.2 82 82.3 82.6 80 81.7 81.4 81.7 82.2 79 81.0
Pengujian kehampaan Pengujian kehampaan dilakukan dengan menggunakan alat suntik yang ditusukkan ke dalam botol kaca tepung sari. Apabila kolom udara dalam tabung suntik tersebut terhisap sampai 10 cc maka kehampaan tersebut masih dianggap baik. Sedangkan jika terhisap > 10 cc maka divakum kembali dan dilakukan tes viabilitas ulang.
Pengujian kadar air Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian kadar air tepung sari adalah botol timbang, tepung sari, timbangan dan oven. Botol atau wadah ditimbang terlebih dahulu (berat wadah a gram). Kemudian tepung sari ke dalam wadah yang sudah ditimbang (wadah + tepung sari b gram). Setelah ditimbang wadah + tepung sari dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105 ºC. Setelah 24 jam wadah + tepung sari dikeluarkan dari oven dan ditimbang lagi (c gram). Kadar air (%) = [(b-a)-(c-a)]/(b-a) x 100 % Bila KA > 4 % maka tepung sari tidak dapat digunakan untuk penyerbukan dan harus diafkir. Apabila < 4 %, maka tepung sari dapat digunakan untuk penyerbukan.
Pencampuran tepung sari Untuk penyerbukan di lapang, tepung sari terlebih dahulu dicampur dengan tepung talkum, pencampuran dilakukan di dalam peti manipulasi. Setiap 1 unit tepung sari dapat dibagi untuk 1 sampai 4 bunga betina, lalu dimasukkan ke dalam botol serbuk yang telah berisi 4 gram talkum. Pencampuran dilakukan dengan cara dikocok-kocok dan botol serbuk dan pipa botol serbuk dalam keadaan tertutup selotip. Setiap botol yang telah berisi campuran tepung sari dan talkum, kemudian dilengkapi dengan label identitas yang akan dipasangkan pada tandan bunga betina. Persiapan ini dilakukan pada pagi hari yang kemudian siap dipakai untuk proses penyerbukan.
Persiapan Benih Penerimaan Tandan Tandan benih yang datang dari lapangan diterima di bagian persiapan benih untuk diperiksa kebenarannya. Pemeriksaan meliputi kondisi label tandan tertancap kokoh di antara spikelet dan tidak melukai buah, identitas label harus sesuai dengan advis panen yaitu nomor penyerbukan, tanggal pembungkusan, tanggal penyerbukan, kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator. Tandan yang telah diperiksa identitasnya, kemudian ditimbang dan beratnya dicatat.
Pencincangan Tandan Selanjutnya tandan dicincang untuk mengetahui kualitasnya. Tandan berkualitas tidak baik adalah tandan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) tandan busuk, 2) tandan tanpa biji, 3) tandan yang fruit setnya < 20 % (pengamatan secara visual). Fruit set adalah persentase buah sempurna terhadap total buah yang terbentuk. Kelas fruit set disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Kelas Fruit Set Kelas Fruit Set Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas E Sumber data : Divisi Produksi PPKS, Marihat
Persentase (%) 80-90 60-80 40-60 20-40 < 20
Tandan dengan kelas E harus diafkir. Tandan dicincang untuk memisahkan antara buah dengan spikeletnya.
Fermentasi dan Pemipilan Tandan yang telah dicincang dikumpulkan dalam peti yang berukuran 60 x 60 x 40 cm untuk difermentasi selama 6-7 hari. Tujuan fermentasi adalah untuk memudahkan pemisahan buah dari spikelet dan mempercepat pelunakan daging buah (mesokarp). Proses ini dilakukan per tandan dan label identitas tetap
disertakan. Selama proses fermentasi dapat sedikit dibasahi agar buah cepat terlepas dari spikeletnya. Tandan hasil fermentasi selanjutnya dipipil untuk memisahkan berondolan dari tangkai buahnya.
Gambar 11. Proses Fermentasi Tandan Kelapa Sawit.
Pengupasan Berondolan hasil pemipilan kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengupas daging buah atau depericarper hingga buah terpisah dari bijinya secara sempurna. Depericarper terdiri dari 2 tipe, depericarper vertikal dimana ruang pengupasannya berbentuk bangun silinder-vertikal dengan kapasitas satu tandan selama 15 menit, dan depericarper horizontal dimana ruang pengupasannya berbentuk bangun hexagonal-horizontal dengan kapasitas 2 tandan selama 45 menit. Selama proses pengupasan disemprotkan air guna menghanyutkan daging buah yang terkupas, biji kecil, sampah, pasir dan kotoran lainnya.
Gambar 12. Depericarper Horizontal dan Depericarper Vertikal
Seleksi Benih Setelah dikupas, benih dibawa ke ruang penirisan, benih ditiriskan selama 24 jam dengan suhu 20oC. Setelah itu benih dikirim ke bagian seleksi benih. Benih yang telah ditiriskan kemudian diseleksi untuk memperoleh benih yang baik dengan cara membuang benih yang kecil yang lolos dari kawat kotak pemilihan dengan ukuran lubang 1.2 x 1 cm, benih cacat, sampah serat dan membersihkan daging buah yang tersisa pada benih yang dianggap kurang bersih. Adapun yang dikatakan benih cacat dan harus diafkir adalah :
Benih pecah/terpotong hingga melukai bagian inti yang terjadi pada saat pencincangan dan pengupasan.
Terjadi akibat proses alamiah meliputi benih yang terlalu muda akibat pemotongan tandan tidak seragam yang dicirikan dengan benih berwarna putih.
a
b
c
Gambar 13. Benih Kecil (a), Benih Putih (b), dan Benih Pecah (c) Benih-benih baik dan terpilih dihitung dan ditimbang, selanjutnya benih tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik berlubang. Setiap kantong dilengkapi dengan label identitas dari lapangan dan label kertas (kuning) yang berisi data-data benih dari lapangan dan jumlah benih hasil seleksi. Kemudian benih hasil sortasi disimpan di ruang penyimpanan ber-AC suhu berkisar antara 20-25ºC, sebelum dikirim ke bagian pemecahan dormansi. Benih yang masuk ke dalam ruang penyimpanan tersebut dicatat pada daftar stok benih. Benih diletakkan atau disusun berdasarkan kelompok persilangannya di rak-rak penyimpanan. Benih berada di ruang penyimpanan hingga benih bersebut akan dikecambahkan. Sebelum dimasukkan ke ruang penyimpanan, benih yang telah kering dimasukkan ke ruang bare code dimana benih-benih tersebut akan diberi logo
PPKS. Tujuan pemberian logo ini adalah untuk menghindari terjadinya pemalsuan benih oleh pihak-pihak tertentu. Ruang bare code terdiri dari dua alat dengan kapasitas mesin 70 000 butir/hari.
Gambar 14. Benih yang telah di bare code "PPKS"
Pematahan Dormansi Benih yang diterima dari persiapan benih diperiksa identitasnya dengan mencocokkan nomor persiapan benih, nomor penyerbukan, jumlah benih, berat benih, setelah itu diberi kode urutan yang kemudian benih dimasukkan ke dalam jaring untuk proses perendaman I.
Perendaman I Perendaman dilakukan selama 7 hari di dalam bak yang airnya diganti setiap hari untuk menghilangkan jamur dan mengangkat partikel-partikel yang menempel di benih sekaligus untuk meningkatkan kadar air dari 14 % menjadi 17-18 %.
Pengeringanginan I Setelah 5-7 hari dalam bak perendaman, benih dikeluarkan dari kantong jaring dan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari kawat, kemudian dicelupkan
ke
dalam
larutan
fungisida
(dithane)
dengan
konsentrasi
0.1-0.2 % selama 3-5 menit untuk mencegah serangan jamur. Selanjutnya benih-benih tersebut dikeringanginkan pada rak-rak selama 24 jam sampai benih tidak kelihatan basah lagi. Setiap rak yang berisi benih
dillengkapi dengan identitas benih (label). Pengeringanginan dibantu dengan kipas angin.
Pemanasan Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran 30 x 60 cm rangkap dua (double) sebanyak 300-400 benih per kantong. Kantong digembungkan supaya tersedia cukup oksigen. Kemudian kantong diikat dengan karet sehingga udara tidak keluar. Identitas benih tetap disertakan di dalam kantong. Benih akan berada dalam ruang pemanas selama 50-60 hari dengan suhu o
39-40 C. Seminggu sekali kantong benih dikeluarkan dari ruang pemanas dan dibuka selama 3-5 menit agar mendapat tambahan oksigen.
Perendaman II Sebelum benih dikirim ke bagian perkecambahan, maka benih direndam untuk yang kedua kalinya. Lama perendaman berlangsung selama 3 hari dengan tujuan untuk menaikkan kadar air dari 18 % menjadi 23 %.
Pengeringanginan II Setelah itu benih kembali direndam pada larutan dithane dengan dosis 2 g/l selama 3 menit untuk mencegah serangan jamur dan seterusnya dikeringanginkan selama 5-8 jam dalam rak-rak berkawat khasa dilengkapi label yang diikat benang rami dengan kapasitas 300-400 benih. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam kantong plastik berukuran 30 x 60 cm tebal 0.1-0.2 mm. Untuk benih-benih yang berasal dari persilangan yang sama diikat rapat menjadi satu beserta label identitasnya. Kemudian benih dikirim dan disusun di rak-rak perkecambahan benih yang ada di ruang perkecambahan.
Perkecambahan Benih yang diterima dari bagian penganginan selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang perkecambahan dengan suhu 28-30oC yang tersusun atas rak-rak dan ada juga yang menggunakan tray. Setelah 3 hari, benih disiram dengan larutan dithane dengan konsentrasi 0.1-0.2 % untuk mencegah serangan jamur dan supaya benih tidak terlalu kering. Pada umumnya benih mulai berkecambah setelah 10-14 hari berada di ruang perkecambahan. Pada saat itu pemilihan kecambah pertama dapat dilakukan. Selanjutnya, seleksi dilakukan hingga maksimal 6 kali atau 6 minggu dalam ruang kecambah. Dalam memulai seleksi, kantong-kantong/tray plastik berisi benih yang berkecambah dikeluarkan dari ruang perkecambahan. Benih atau kecambah yang kering disiram dengan larutan fungisida (dithane) dengan konsentrasi 0.1-0.2 % dengan menggunakan hand sprayer bersamaan waktunya dengan pelaksanaan pemilihan kecambah. Dalam pemilihan kecambah akan dihasikan kecambah baik dan afkir, dengan kriteria sebagai berikut : Ciri kecambah normal adalah : 1) kecambah tumbuh sempurna, secara jelas dapat dibedakan antara plumula dan radikula, 2) plumula dan radikula tampak segar dengan panjang antar ujung maksimal 2 cm, 3) plumula dan radikula lurus berlawanan arah, 4) tidak berjamur. Sedangkan kriteria kecambah abnormal adalah : 1) tumbuh membengkok, 2) plumula dan radikula tumbuh searah, 3) layu dan berjamur dan 4) plumula dan radikula lebih dari 2 cm.
(A)
(B)
Gambar 15. (A) Kecambah Normal dan (B) Kecambah Abnormal
Pengemasan Kecambah Kecambah baik dan benar hasil pemilihan dimasukkan ke dalam kantong plastik berukuran 26 x 30 cm, tebal 0.05 mm, berwarna biru dan berlogo PPKS. Masing-masing kantong berisi 150 kecambah. Kantong kemasan kecambah digembungkan supaya tersedia cukup oksigen. Kemudian disatukan berdasarkan kelompoknya. Kantong kemasan kecambah dimasukkan ke dalam boks plastik berukuran 62 x 54 x 12 cm yang telah berisi busa sterofoam. Tiap boks plastik memuat 5 125 kecambah atau 34 kantong plastik kecambah. Busa sterofoam digunakan untuk mencegah kecambah dari kerusakan guncangan selama pengiriman ke Medan.
Gambar 16. Kecambah yang telah dikemas
Pemasaran Dan Penyaluran Benih di PPKS Divisi Pemasaran dan Logistik di PPKS merupakan Divisi yang bertugas menyalurkan bahan tanaman unggul produk PPKS berupa kecambah kepada konsumen. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh PPKS adalah dengan cara menjual kecambah secara langsung kepada konsumen sehingga konsumen yang ingin membeli ataupun mengambil kecambah diharuskan datang sendiri ke PPKS, tidak melalui perantara.
Prosedur Pembelian Kecambah Konsumen yang akan membeli kecambah kelapa sawit baik perorangan ataupun perusahaan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh PPKS. Syarat- syarat tersebut adalah bagi :
Konsumen Perorangan : Membuat surat permohonan kepada Direktur PPKS. Jumlah maksimal kecambah yang dapat dipesan adalah 5 000 butir. Apabila lebih dari 5 000 butir maka konsumen wajib menyertakan Surat Persetujuan Penyaluran Benih (SP2B) dari Dinas perkebunan (Disbun) setempat. Surat keterangan kepemilikan lahan dari Lurah / Kepala Desa setempat. Fotokopi KTP / SIM yang masih berlaku. Perusahaan Membuat surat permohonan kepada Direktur PPKS. Tidak ada batasan pemesanan. Melampirkan Surat Persetujuan Penyaluran Benih (SP2B) dari Dinas perkebunan (Disbun) setempat. Bagi perusahaan yang baru pertama kali memesan kecambah kelapa sawit ke PPKS, wajib melampirkan fotokopi Surat Hak Guna Usaha (HGU).
Prosedur Penyaluran Kecambah yang diterima dari Divisi Produksi Medan dan Marihat diletakkan di dalam ruang penyimpanan dengan suhu 19-200C. Waktu maksimal kecambah di dalam ruang penyimpanan adalah seminggu karena jika lebih dari seminggu kecambah akan bertambah panjang plumula dan radikulanya. Namun jika kecambah masih dalam keadaan baik, tidak berjamur ataupun busuk maka masih layak disalurkan. Kemasan kecambah baik dan benar per persilangan yang akan disalurkan ke konsumen dicatat kemudian disalin ke dokumen Daftar Persilangan. Dokumen lain yang menyertai adalah DO (Delivery Order) yang dikeluarkan oleh bagian administrasi Divisi Pemasaran dan Logistik dan surat pengantar yaitu surat berita acara serah terima kecambah dari Divisi Produksi kepada konsumen. Kantong-kantong kemasan kecambah baik dan benar yang telah berdokumen dimasukkan ke dalam peti pengiriman yang terbuat dari kayu/triplek berukuran 55 x 35 x 40 cm (kapasitas ± 5 125 benih) dengan berat ± 5 kg yang berlogo PPKS. Kantong-kantong kemasan ini disusun rapi di dalam peti/kotak yang dialasi ayakan serbuk gergaji pada bagian bawahnya. Bila dalam satu
peti/kotak terdiri dari 2 lapisan atau susunan kemasan kecambah, maka diantara lapisan disekat dengan papan triplek. Pada lapisan atas dari susunan kemasan kecambah ditaburi lagi ayakan serbuk gergaji, sehingga diharapkan kecambah akan tahan goncangan selama dalam pengangkutan. Pada setiap peti/kotak penyaluran tertulis nomor peti, jenis dan jumlah kecambah serta tanggal kirim, peti yang berisi kemasan kecambah ini diikat label dan segel tali plastik dan peti/kotak diberikan stiker QC. Selain stiker QC, di peti/kotak penyaluran juga terdapat stiker dari dari BBP2TP (Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan) yang menandakan kecambah yang berasal dari PPKS bebas dari karantina.
Gambar 17. Jenis kemasan kecambah (kemasan peti dan kemasan kardus). Setelah diberi stiker, peti kemudian ditimbang. Berat rata-rata peti berisi kecambah sekitar 35-39 kg. Kecambah baik dan benar yang telah berdokumen diserahkan ke konsumen sesuai dengan urutan pengambilan kecambah. Pada saat pengepakan, petugas penyalur memanggil konsumen untuk melihat proses pengepakan, sehingga konsumen dapat mengecek jumlah dan jenis kecambah yang dibelinya. Jadi jika terjadi kerusakan kecambah yang telah sampai di areal konsumen adalah bukan tanggung jawab PPKS. Oleh karena itu kepada semua konsumen PPKS diberikan refraksi (ekstra benih) 2.5 %. Harga benih yang berlaku untuk beberapa varietas saat ini tercantum dalam Tabel 7.
Tabel 7. Harga Beberapa Varietas Kecambah Kelapa Sawit di PPKS Varietas D x P LT-C D x P Yangambi D x P Avros D x P Lame D x P Sungai Pancur 2 D x P Marihat D x P Bah Jambi D x P PPKS 540 D x P PPKS 718 Dy x P (Dumpy) D x P SM-B
Harga/butir (Rp) 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 7,000 7,000 7,000 7,000
Sumber : Divisi Pemasaran dan Logistik PPKS
Benih yang tidak terjual dan tidak layak lagi untuk dipasarkan karena kecambah sudah terlalu panjang plumula-radikulanya sehingga dimusnahkan. Kegiatan pemusnahan kecambah tersebut dilengkapi dengan berita acara pemusnahan kecambah.