PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan tanaman. Pada saat magang berlangsung, fokus kegiatan perusahaan adalah penyulaman. Hal ini dikarenakan dari 12.000 ha kebun yang sudah ditanami, kurang lebih hanya 4000 ha kebun yang tanamannya tumbuh dengan baik. Berikut penjelasan mengenai masing-masing teknis budidaya yang dilakukan di kebun. Pembibitan Pembibitan merupakan kegiatan pengadaan bahan tanaman yang dipergunakan oleh kebun untuk menanami kebun terebut. Kegiatan dalam pembibitan meliputi kegiatan penyeleksian bibit dan persemaian. Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik sehingga mempunyai persentase hidup yang tinggi saat ditanam nantinya. Pada kegiatan pembibitan, PT National Sago Prima bekerja sama dengan PT Prima Kelola. PT Prima kelola adalah perusahaan swasta milik Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan PT Sampoerna untuk menanami seluruh areal PT. National Sago Prima. Penyeleksian Bibit Bahan tanam (sucker) diperoleh dari kebun yang dimiliki perusahaan dan dari kebun sagu petani dari daerah di sekitar lokasi perusahaan PT. National Sago Prima atau dari daerah lain. Bibit yang akan disemai, diseleksi terlebih dahulu oleh asisten PT. Prima Kelola, mandor PT. Prima Kelola dan pengawas pembibitan dari PT. National Sago Prima. Bibit diseleksi berdasarkan bentuk, ukuran, bobot dan kesegaran bibit. Kriteria bibit yang sehat dan berkualitas adalah: bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua yang dicirikan bonggol sudah keras, pelepah dan
26
pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, bobot bibit berkisar antara 2- 4 kg, serta diutamakan bibit dengan bonggol berbentuk “L” karena anakan yang dihasilkan berjauhan dari induknya (Gambar 5).
Gambar 5. Sucker Berbentuk “L” (Diterima Perusahaan) dan Sucker tidak berbentuk “L” Sistem kerja yang diterapkan oleh PT. Perima Kelola dalam kegiatan pencarian anakan yaitu sistem borongan. Perusahaan membayar upah kepada pekerja sesuai sucker yang didapatkan. Harga satu sucker yang diambil dari kebun sendiri sebesar Rp. 1 000,00/sucker dan dengan ketentuan bahwa sucker yang diambil tidak boleh menempel pada induk sagu, sisa potongan harus ditutup dengan tanah, dan dalam satu rumpun harus disisakan minimal empat anakan yang paling besar. Jika pekerja ketahuan melanggar ketentuan tersebut maka upah mereka dipotong Rp. 50 000,00. Sucker yang berasal dari kebun petani dihargai Rp. 2 000,00/ sucker. Tambahan upah sebesar Rp 200,00 diperoleh pekerja jika sekaligus dilakukan persemaian. Prestasi kerja pengambilan bibit yang dilakukan oleh pekerja borongan yaitu 80 bibit/ hari. Prestasi kerja pengambilan bibit yang dilakukan oleh buruh harian lepas yaitu 40 bibit/ hari, sedangkan prestasi kerja mahasiswa dalam pengambilan bibit yaitu 20 bibit/ bibit. Kecepatan pengambilan sucker dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu besar sucker, letak sucker, banyaknya sucker yang bisa diambil dalam satu jalur dan ketrampilan pekerja.
27
Persemaian PT. National Sago Prima menggunakan teknik persemaian rakit di kanal. Persemaian tersebut menjadi tanggung jawab PT. Perima Kelola. Rakit dibeli dari dari masyarakat setempat dengan harga Rp 6 500/ rakit. Rakit berukuran panjang 3 m dengan lebar 1 m yang terbuat dari pelepah sagu yang telah kering. Sebuah rakit dapat memuat 80-100 bibit tergantung ukuran bibit. Rakit yang telah selesai dibuat selanjutnya diletakkan di lokasi Pembibitan. Adapun syarat untuk lokasi pembibitan yaitu pembibitan dilakukan di kanal dengan air yang mengalir, lokasi mudah didatangi sehingga pengawasan dapat berjalan dengan baik, dan jauh dari sumber hama dan penyakit. Sucker yang telah siap selanjutnya direndam dalam larutan fungisida dithane m-45 dengan dosis 2 g/l sebelum disusun di rakit agar terhindar dari serangan cendawan. Sucker yang telah dipotong daunnya hingga tinggi pelepah ± 40 cm dari banir disusun di rakit secara rapat dengan posisi rhizome tegak di bawah (Gambar 6). Ketinggian air dijaga hingga batas pelepah dan rhizome harus terendam dalam air. Pembibitan dilakukan selama 3-4 bulan. Bibit dapat ditanam di lapang setelah bibit tersebut memiliki 3-4 helai daun, tumbuh akar nafas, dan memiliki perakaran yang baik.
Gambar 6. Penyusunan Sucker Terseleksi di Rakit
28
Persiapan Lahan Pada saat magang berlangsung, fokus kegiatan perusahaan adalah penyulaman untuk divisi I-IV. Persiapan lahan dilakukan terkait dengan dilakukannya penyulaman dan penanaman di areal perusahaan tersebut. Penyiapan lahan tersebut meliputi pemancangan ajir lubang tanam, pembuatan jalur tanam, pelorongan, dan pembuatan lubang tanam. Pemancangan Ajir Lubang Tanam Pemancangan ajir lubang tanam untuk penyulaman dilaksanakan bersamaan dengan sensus hidup-mati. Menurut Bintoro (2008) pancang ajir lubang tanam berguna sebagai tanda titik yang ditanami bibit sesuai dengan jarak tanam yang digunakan. Pemberian ajir dilakukan dengan arah Utara-Selatan, sesuai dengan jalur tanaman/ lorong tanaman. Dalam pemancangan dan sensus hidup-mati biasanya dilakukan oleh dua orang BHL dan seorang mandor. Buruh harian lepas bertugas untuk mencari ajir dan menancapkan ke daerah yang dijadikan lubang tanam (Gambar 7). Mandor bertugas sebagai pengawas kegiatan pengajiran sekaligus melakukan sensus hidup-mati. Ajir yang digunakan biasanya dari pelepah sagu dengan tinggi 2.5-3.0 m. Hal ini dilakukan agar saat dilakukan penanaman, sebagian dari pelepah sagu tersebut bisa digunakan untuk sampiang. Target yang harus dicapai dalam kegiatan pancang ajir yaitu 8 jalur tanam/regu/HK untuk areal kategori berat, sedangkan untuk areal kategori ringan target yang harus dicapai 16 jalur tanam/ regu/HK.
Gambar 7. Pemancangan Ajir Lubang Tanam pada Blok K28 Divisi I
29
Pelorongan Pelorongan dalam kegiatan penyulaman berupa pembuatan jalur tanaman dan pembuatan lorongan bersih. Pelorongan dilakukan untuk membuat jalur atau lorong tanaman dengan arah utara-selatan. Pelorongan dilakukan secara manual dengan menggunakan chainsaw dan parang. Biasanya kendala yang dijumpai dalam kegiatan pelorongan yaitu sering dijumpai akar-akar, tunggul, dan kayu bekas logging yang merintangi lorong sehingga banyak lorong yang tidak lurus. Pembuatan jalur tanam dilakukan jika banyak tanaman yang harus ditanam dalam satu blok tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengefisienkan waktu, tenaga, dan biaya. Jalur tanam biasanya mempunyai lebar 1.5-2.0 m dan panjangnya sesuai dengan panjang blok tersebut. Pembuatan jalur tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Harga yang diberikan berkisar Rp. 200 000,00 - Rp. 300 000,00/Ha. Pembuatan lorongan bersih bisanya dilakukan jika tanaman yang hidup lebih banyak daripada tanaman yang mati. Pelaksanaan pembuatan lorongan bersih hampir sama dengan pembuatan jalur tanam. Pembuatan lorongan bersih dilakukan secara manual oleh tenaga borongan (Gambar 8).
Gambar 8. Pelorongan Secara Manual oleh Tenaga Kerja Borongan Pada borongan pembuatan lorongan bersih biasanya dilakukan juga pembuatan piringan pada pertanaman sagu. lebar penebasan piringan 1.0 m melingkar di sekeliling rumpun tanaman. Penebasan dilakukan hingga tinggi
30
gulma 5.0 cm di atas permukaan tanah. Sampah-sampah penebasan dan pelepah kering di sekeliling tanaman selanjutnya diletakkan di gawangan mati. Pengendalian gulma di piringan bermaksud untuk memudahkan proses pemupukan, sehingga pupuk yang diberikan ke tanaman dapat terserap sepenuhnya. Ongkos pembuatan lorongan bersih dan piringan berkisar Rp. 200 000,00 untuk areal dengan kategori ringan. Untuk areal dengan kondisi sedang, upah yang diberikan berkisar sebesar Rp. 300 000,00/ ha sedangkan jika kondisinya berat, upah yang diberikan berkisar Rp. 400 000,00/ha. Pembuatan Lubang Tanam Pembuatan lubang tanam digunakan untuk penanaman bibit sagu yang telah disemai. Pembuatan lubang tanam di perusahaan disesuaikan dengan ukuran bibit (Gambar 9). Lubang tanam dibuat pada pancang ajir lubang tanam dengan kedalaman tertentu hingga menyentuh permukaan air tanah. Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada waktu yang tidak jauh berbeda dengan penyulaman bibit. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penutupan lubang tanam kembali oleh tanah akibat hujan lebat. Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam harus dibersihkan dari kotoran atau daun-daun untuk mengurangi resiko terjangkitnya penyakit. Apabila permukaan air tanah sangat dalam, lubang tanam digali sampai kedalaman 60 cm. Setelah lubang tanam selesai dibuat maka bibit bisa segera ditanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Prestasi kerja tenaga borongan tersebut 150 lubang/HK.
Gambar 9. Lubang Tanam Yang Disesuaikan Ukuran Bibit
31
Pengelolaan Air Air merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman sagu merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak. Tingkat kedalaman air tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman sagu. Oleh karena itu, dalam budidaya sagu kedalaman air tanah harus dipertahankan dan muka air tanah harus dikendalikan. Kanal merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam menunjang kegiatan kebun. Sistem kanal yang digunakan perusahaan terdiri atas kanal utama atau primer (main canal), kanal sekunder (collector canal) dan kanal tersier. Kanal utama (main canal) adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 6 m dan dalam 4 m yang berfungsi sebagai jalur transportasi utama (penghubung antar divisi). Kanal sekunder (collector canal) adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 5 m dan dalam 3 m yang berfungsi sebagai kanal penghubung antara kanal cabang dan kanal utama. Kanal tersebut juga berfungsi sebagai jalur transportasi serta sebagai isolasi jika terjadi kebakaran. Kanal tersier/ kanal cabang adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 3-4 m dan dalam 2-3 m yang berfungsi untuk aktivitas pengangkutan bibit dan pupuk serta untuk antisipasi kebakaran. Salah satu kegiatan dalam pengelolaan air adalah pendalaman kanal. Pendalaman kanal dilakukan untuk menunjang fungsi kanal tersebut supaya tetap optimal. Pendalaman kanal dilakukan untuk memperbaiki kanal yang sudah mengalami pendangkalan. Kegiatan tersebut dilakuksan dengan menggunakan alat berat jenis Ekskavator tipe Short Arm EX 200 (Gambar 10). Pendalaman kanal dilakukan dengan mengangkat gumpalan tanah pada dasar kanal dengan menggunakan alat pengeruk ekskavator. Pengangkatan harus dilakukan secara perlahan agar gumpalan tanah di dasar kanal tidak pecah dan dapat terangkat, karena jika gumpalan tanah tersebut pecah maka kanal tersebut akan cepat mengalami pendangkalan kembali karena yang terangkat hanyalah lumpur. Alat berat yang digunakan merupakan alat berat yang disewa dari kontraktor. Setiap ekskavator dioperasikan oleh dua orang pekerja. Satu orang bekerja sebagai operator dan seorang lainnya sebagai pembantu operator (helper). Setiap ekskavator bekerja 10 jam/hari. Sistem sewa yang diterapkan dihitung dengan satuan Buldozer Unit (BU) yang setara dengan waktu satu jam kerja alat dengan
32
biaya sewa Rp. 400 000,00 /BU. Prestasi kerja pencucian kanal setiap harinya sekitar 180 m/HK. Pengawasan dalam mengawasi jalannya alat tersebut sangat penting agar alat tersebut dapat mencapai target pada satu hari kerja. Pengawasan tersebut dilakukan oleh mandor tiap-tiap divisi.
Gambar 10. Pendalaman Kanal dengan Alat Berat Ekskavator Tipe Short Arm EX 200
Selain pendalaman kanal, perusahaan harus melakukan pengamatan terhadap tinggi muka air kanal. Ketinggian muka air kanal diukur dengan melihat jarak antara muka tanah dan muka air di saluran. Keadaan muka air dari permukaan tanah untuk tanaman sagu perlu diamati dan diukur secara rutin untuk mengetahui status keberadaan air pada areal pertanaman sagu. Salah satu cara untuk melakukan monitoring ketinggian air yaitu dengan menggunakan alat water level (Gambar 11). Untuk mengetahui ketinggian air kanal, perusahaan menggunakan alat water level. Ketinggian air tersebut diukur dari permukaan tanah. Skala 0 cm sejajar dengan permukaan tanah dengan bagian ukuran negatif di bagian bawah dan ukuran positif di bagian atas. Dari alat tersebut diperoleh data mengenai ketinggian muka air kanal yang kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penanaman atau penyulaman.
33
Gambar 11. Water Level yang Diletakkan Pada Kanal Utama Divisi I Sensus Tanaman Sensus tanaman merupakan kegiatan inventarisasi kebun sebagai acuan untuk melaksanakan beberapa kegiatan lainnya. Sensus tanaman terdiri atas sensus hidup-mati, sensus produksi, dan sensus anakan. Sensus hidup-mati tanaman yaitu sensus yang dilakukan untuk melihat persentase tanaman yang hidup dan mati dalam blok tersebut, dengan tujuan untuk pelaksanaan penyulaman. Sensus hidup mati yang dilakukan perusahaan adalah sensus 100% karena perusahaan akan melakukan penyulaman terhadap semua blok yang ada di perusahaan tersebut. Kegiatan sensus produksi dilaksanakan oleh masing-masing divisi. Peubah yang diamati dalam kegiatan sensus produksi adalah tinggi batang tanaman yaitu jumlah tanaman dengan kriteria tinggi sebagai berikut: 0.00-2.61 m, 2.61-3.48 m, 3.48-4.35 m, 4.35-5.22 m, 5.22-6.09 m, dan > 6.09 m, nyorong, dan berbunga. Selain itu, dalam sensus produksi juga dihitung jumlah dari anakan dengan berat 3-5 kg, 5-10 kg, dan > 10 kg (Lampiran 4). Berdasarkan peubah tersebut didapatkan data tanaman yang dapat dipanen. Sensus produksi yang dilakukan perusahaan adalah sensus 50%. Pengambilan contoh sensus produksi dilakukan secara acak dan teratur pada setiap
34
blok. Untuk Blok genap, sensus dimulai dari jalur tanaman ke-1 dan ke-2, sementara itu untuk Blok ganjil sensus dimulai dari jalur tanaman ke-3 dan ke-4. Pengambilan contoh diharapkan dapat mewakili tanaman secara keseluruhan. Sensus produksi dilakukan perusahaan untuk memperkirakan jumlah tanaman yang dapat dipanen pada tahun sekarang ini dan tahun-tahun berikutnya. Sensus produksi dilakukan perusahaan terkait dengan akan didirikannya pabrik pengolahan sagu. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengetahui jumlah bahan baku yang berasal dari kebun sendiri sebagai acuan dalam menentukan kapasitas pabrik. Sensus produksi yang dilakukan pada Divisi I di Blok I29, H28, K28, dan L28, didapatkan hasil bahwa pohon sagu yang dapat dipanen pada tahun 2010 sebanyak 1216 pohon. Sementara itu, sebanyak 1432 batang pohon sagu dapat dipanen pada tahun 2011 dan sebanyak 1866 batang sagu dapat dipanen pada tahun 2012 pada ke empat blok tersebut (Tabel 1).
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sensus Produksi Divisi I Blok I29, H28, K28, dan L28 DIVISI I Ank
Blok I29 H28 K28 L28 Jumlah
<5 kg
5.-10
>10kg
02.61
2.61 - 3.48
3.48 - 4.35
4.35 - 5.22
5.22 > 6.09 - 6.09
2945 2027 3410 2324
1318 1854 1873 1455
1593 3971 2484 1659
462 450 851 530
269 355 562 398
266 383 577 513
167 363 467 434
130 264 249 290
10706
6500
9707
2293
1584
1739
1431
933
NY BB
S/A
127 323 207 59
39 272 175 122
44 164 99 98
20 123 15 9
716
608
405
167
Pelaksanaan sensus produksi dilakukan di setiap lorong untuk satu blok tanaman. Pada lorong yang sudah dilakukan pengendalian gulma, sensus cukup dilakukan oleh satu orang untuk mengamati dua jalur tanaman pada lorong tersebut, sedangkan pada lorong yang belum dilakukan pengendalian gulma sensus dilakukan oleh dua orang yang bertugas sebagai penebas dan pengamat. Kecepatan penyensus untuk menyensus satu lorong dipengaruhi oleh jumlah tanaman dan kondisi lorong. Lorong yang jumlah tanamannya lebih banyak membutuhkan waktu sensus lebih lama daripada lorong yang jumlah tanamannya sedikit. Pada lorong yang sudah dilakukan pengendalian gulma dan bebas dari tunggul serta
35
pelepah kering, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dari lorong yang belum dilakukan pengendalian gulma dan banyak tunggul serta pelepah kering. Prestasi kerja karyawan untuk jalur yang sudah di lakukan pengendalian gulma adalah 16 jalur tanaman/ HK, sedangkan prestasi mahasiswa 12 jalur tanaman/ HK. Apabila jalur tersebut belum dilakukan pengendalian gulma prestasi karyawan 10 jalur tanaman/ HK, sedangkan prestasi mahasiswa 8 jalur tanaman / HK. Selain sensus hidup-mati tanaman dan sensus produksi, dalam kegiatan perusahaan juga terdapat sensus anakan. Sensus anakan dilakukan sebelum kegiatan penjarangan tanaman dengan memberi tanda X pada anakan yang akan dijadikan bibit dengan warna putih dan anakan yang akan ditinggalkan sebagai calon tanaman induk dengan warna kuning sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, sedangkan untuk anakan yang akan dibuang tidak diberi tanda. Pada saat magang kegiatan sensus anakan tidak dilakukan oleh PT. National Sagu Prima. Perusahaan hanya mencatat jumlah anakan yang terdapat di kebun mereka. Pelaksanaannya bersamaan dengan dilakukannya sensus produksi. Penyulaman Kegiatan penyulaman di PT National Sago Prima dilakukan oleh PT Prima Kelola. Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali tanaman sagu yang mati karena terserang hama dan penyakit atau tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Kegiatan tersebut dilakukan setelah dilaksanakan sensus hidup mati tanaman, dari hasil sensus tersebut dapat terlihat jumlah bibit yang dibutuhkan untuk untuk kegiatan penyulaman. Sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut, asisten dan mandor PT Prima Kelola mempersiapkan bibit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan blok yang akan disulam. Asisten dan mandor PT Prima Kelola dibantu oleh mandor dari PT National Sago Prima menyeleksi bibit yang digunakan untuk penyulaman. Sebelumnya asisten PT Prima Kelola telah membuat peta pohon untuk areal yang akan ditanami sehingga dapat diketahui dengan pasti posisi tanaman yang akan disulam. Kemudian bibit didistribusikan dengan menggunakan pompong melalui kanal. Proses pengangkutan bibit dari rakit persemaian ke lapangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bibit.
36
Pelaksanaan penyulaman dilakukan setelah lubang tanaman selesai dikerjakan. Pembuatan lubang tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Penyulaman biasanya dilakukan oleh dua orang pekerja pada setiap lorong tanaman (dua jalur tanaman). Orang pertama bertugas untuk membawa bibit dengan ambung bambu yang dibawa di punggungnya sesuai dengan jumlah tanaman yang disulam, lalu bibit tersebut diletakkan di dekat lubang tanam. Orang kedua bertugas untuk membawa pupuk, mencampur pupuk dengan media, dan menanam bibit. Sebelum bibit ditanam, tiap lubang tanam diberikan 0.5 kg pupuk Rock Phosphate sebagai pupuk dasar. Bibit ditanam dengan posisi banir menempel pada lubang tanam dan tegak. Agar posisi bibit tidak berubah maka bibit tersebut diberi dua pancang (sampiang) yang disilangkan sebagai penyangga bibit. Bibit sagu ditimbun media sampai bonggol bibit tertimbun (Gambar 12). Kegiatan penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan untuk mengurangi transpirasi dan permukaan air tanah ideal untuk penanaman.
Ajir lubang tanam
Sampiang Titik tumbuh Lubang tanam Pupuk RP + media tanam
Banir
Gambar 12. Penanaman Bibit Sagu Tenaga kerja borongan dapat melakukan penyulaman sebanyak 124 tanaman/HK (Tabel 2). Upah yang diberikan sebesar Rp 1 500,00 untuk pembuatan satu lubang tanam beserta penyulamannya. Prestasi kerja dalam penyulaman tersebut dipengaruhi oleh jumlah bibit yang harus ditanam dalam satu lorong tersebut serta letak lubang tanam yang harus disisip satu dengan yang lainnya.
37
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penyulaman Sucker pada Blok I28 Divisi I Selama Tiga Hari Tanggal Tanam 31 Juli 2010
1 Agustus 2010 2 Agustus 2010
No Jalur Tanaman 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18, 19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31, 32,33 66,67,68,69,70,71,72,73,74,75,76,77,78, 79,80,81,82,83,84,85 50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62, 63,64,65,86,87,88,89,90,91,92,93,94,95, 96,97,98,99,102,103,104,105,106,107,108, 109,110,111,112,113,114
Bibit ditanam 437
Jumlah
364 692
1493 497
Rata-rata (4 HOK)
Pengawasan pelaksanaan penyulaman dilakukan oleh asisten dan mandor PT Prima Kelola. Jika tenaga kerja yang digunakan melalui kontraktor borongan, maka pengawasan harus dilakukan lebih ketat karena pekerja tersebut melaksanakan tugas untuk mengejar kuantitas bukan kualitas. Pemeliharaan Pemeliharaan dalam perkebunan sagu harus dilakukan secara berkesinambungan agar tanaman sagu mempunyai produktivitas yang tinggi. Pemeliharaan yang kurang itensif akan menyebabkan produksinya tidak optimum. Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan di PT National Sago Prima terdiri atas pemangkasan dan penjarangan anakan (thinning out), pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan (Pruning) dan Penjarangan Anakan Pemangkasan (pruning) adalah pembersihan secara selektif atas tanaman seperti cabang dan tunas atau bagian tanaman yang sudah mati. Pemangkasan berfungsi untuk menjaga kesehatan dan vigor pertumbuhan bagi tanaman baru, membentuk tanaman, memelihara ukuran tanaman, dan mengoptimalkan hasil metabolisme bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Bintoro, 2008). Kegiatan pemangkasan yang biasa dilakukan di kebun yaitu kegiatan pemotongan pelepah yang sudah tua. Kegiatan tersebut dilakukan karena pelepah
38
tersebut menyebabkan kondisi kebun menjadi berantakan sehingga susah untuk dilakukan pemeliharaan lanjutan. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh Buruh Harian Lepas. Penjarangan anakan adalah kegiatan pembuangan anakan yang tidak diperlukan. Penjarangan anakan sagu berfungsi untuk mengurangi persaingan pertumbuhan antar anakan sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya dan mempermudah dalam pengaturan panen. Jong (2007) menambahkan penjarangan anakan berfungsi untuk mendukung pertumbuhan induk tanaman. Pelaksanaan penjarangan anakan di PT Nasional Sago Prima dilakukan sekaligus kegiatan pengadaan bibit yang dilakukan oleh PT. Prima Kelola dengan menggunakan tenaga borongan. PT Prima kelola adalah perusahaan swasta milik Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan PT Sampoerna untuk menanami seluruh areal PT. National Sago Prima. Dalam pengambilan anakan, pekerja harus menyisakan minimal empat anakan terbesar. Dengan demikian, proses pengadaan bibit tersebut sekaligus kegiatan penjarangan anakan. Kegiatan penjarangan anakan harus dilakukan pengawasan dengan ketat karena penjarangan anakan dilakukan sekaligus kegiatan pengadaan bibit oleh tenaga borongan. Pengawasan dilakukan oleh asisten dan mandor PT. Prima Kelola. PT Prima Kelola mengeluarkan ketentuan bahwa sucker yang diambil tidak boleh menempel pada induk sagu, sisa potongan harus ditutup dengan tanah, dan dalam satu rumpun harus disisakan minimal empat anakan yang paling besar. Jika pekerja ketahuan melanggar ketentuan tersebut maka upah mereka dipotong Rp. 50 000,00. Sebenarnya dalam perusahaan telah ditetapkan aturan mengenai penjarangan anakan tersebut. Aturan dalam penjarangan anakan tersebut yaitu sebelum anakan berumur dua tahun, penjarangan dilakukan dengan membuang semua anakan tetapi setelah tanaman berumur dua tahun dilakukan pemeliharaan satu anakan setiap dua tahun sehingga diperoleh 5-6 anakan dalam satu rumpun sehingga kegiatan panen dapat berkelanjutan. Pada tanaman yang telah memiliki anakan, penjarangan dilakukan pada anakan yang tidak diberi tanda cat setelah sensus anakan selesai dilakukan. Kegiatan penjarangan anakan dilakukan dengan memangkas daun-daun dari tunas anakan yang baru tumbuh, termasuk daun-daun
39
dari anakan yang tidak diinginkan. Anakan yang menempel pada tanaman induk dibuang dengan cara memotong daun hingga bagian pangkal daun karena tidak baik digunakan sebagai bibit maupun sebagai calon tanaman induk. Pemotongan tidak boleh dilakukan terlalu dekat dengan tanaman induk kerena dapat melukai tanaman induk dan memungkinkan tanaman tersebut terserang hama dan penyakit. Pengendalian Gulma Pertumbuhan dan perkembangan sagu akan lebih cepat jika tidak ada gangguan gulma. Gulma akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah yang lembab. Pertumbuhan gulma yang sangat cepat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sagu. Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian gulma. Pengendalian gulma adalah salah satu kegiatan utama yang dilakukan perusahaan perkebunan sebagai proses pemeliharaan kebun. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menekan kompetisi tanaman sagu dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh agar pertumbuhan tanaman sagu optimal. Kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan oleh perusahaan adalah pengendalian gulma secara manual dan kimia. 1.
Pengendalian Manual Pengendalian gulma secara manual di areal pertanaman sagu dilakukan
dengan cara penebasan. Gulma-gulma yang dominan dijumpai adalah jenis pakis Penebasan dilakukan pada gawangan hidup dan piringan tanaman. Pengendalian gulma di gawangan hidup dilakukan untuk menekan penutupan gulma dan mempermudah kegiatan pemanenan dalam mengangkut tual dari kebun menuju kanal. Untuk proses kerjanya telah dibahas dalam pelorongan. 2. Pengendalian Secara Kimia Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida merupakan bahan kimia yang mampu mengendalikan gulma dengan cara menekan pertumbuhannya. Pengendalian gulma secara kimia baru dilaksanakan pada bulan April 2004. Herbisida yang digunakan di kebun yaitu
40
herbisida dengan bahan aktif paraquat yang bersifat kontak dan metil sulfuron yang bersifat sistemik. Kegiatan penyemprotan dilakukan oleh Buruh Harian Lepas (BHL) yang diberi upah kerja sebesar Rp. 40 640,00/hari. Penyemprotan dilakukan di gawangan hidup dan piringan tanaman setinggi 30 cm di atas permukaan tanah (Gambar 13). Adapun dosis yang digunakan yaitu 62.5 g herbisida dengan bahan aktif metilsulfuron/ ha dan 1.5l herbisida berbahan aktif paraquat/ ha, dengan volume semprot 400 l/ ha, dan warna nozel semprot biru.
Gambar 13. Pengendalian Gulma Secara Kimia Pada Perkebunan Sagu Kegiatan penyemprotan di kebun biasanya hanya sebatas batas tengah kebun. Hal ini disebabkan cairan semprot sudah habis di pertengahan lorong sehingga pekerja harus kembali ke ujung lorong untuk mengisi cairan semprot tersebut. Jadi setelah setengah jalur disemprot pekerja pindah ke jalur lain. Untuk sisi yang lain dikerjakan lain hari. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan tersebut yaitu keselamatan kerja pada kegiatan penyemprotan belum diperhatikan. Sebagian besar pekerja tidak mau menggunakan masker, pakaian semprot, dan sarung tangan saat kegiatan penyemprotan.