PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penulis selama dua bulan melakukan perkerjaan teknis sebagai karyawan harian.
Kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan
mencakup
pengelolaan
air,
pengendalian gulma, pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan. Selama kegiatan magang penulis ikut serta dalam kegiatan kontrol kebun bersama (gemba) bersama staf PT SAL 1. Kegiatan gemba dilakukan dua minggu sekali yaitu pada hari Rabu dan dilakukan secara bergilir pada bagian tanaman dan pabrik. Sebelum melaksanakan kegiatan teknis selalu diawali dengan apel pagi jam 05.45-06.30 WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan. Pengelolaan air Pengelolaan air merupakan faktor yang penting diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit. Pengelolaan air yang dilakukan berupa pembuatan saluran drainase supaya keadaan air di tanah dapat terkendali. Saluran drainase yang ada di kebun dan selalu dilakukan pekerjaan rutin dari afdeling berupa rawat parit sisip dan pembuatan parit sisip. Pembuatan bendungan dilakukan untuk menjaga ketersediaan air selama periode curah hujan rendah. Tujuan pengelolaan air untuk mendukung tanaman menghasilkan produktivitas optimum. Rawat parit. Perawatan parit sirip dilakukan pada parit-parit yang sudah banyak ditumbuhi gulma dan kedalamannya sudah kurang dari 30 cm. Perawatan dilakukan dengan menggunakan cangkul untuk mengeluarkan tanah yang mengendap dalam parit dan menyingkirkan gulma atau benda lain yang ada dalam parit. Pada tanah gambut endapan lumpur cepat terjadi, sehingga rotasi parit yang lebih intensif perlu dilakukan. Mandor memberikan petunjuk panjang parit, blok yang dikerjakan dan nomor baris tanaman kepada karyawan harian. Kualitas parit yang ditargetkan oleh mandor, yaitu parit dengan lebar 50 cm, kedalaman 1 m dan air dalam blok dapat mengalir keluar dengan lancar. Keadaan parit sisip harus lebih tinggi daripada parit blok, supaya air tidak tergenang di lahan. Mandor mengecek hasil
21 setelah target pekerjaan selesai dilakukan, apabila kualitas rawat buruk dilakukan pengulangan oleh pekerja. Untuk pekerjaan rawat parit digunakan sistem borongan dengan upah sebesar Rp. 1 500/m. Pembuatan parit. Penambahan jumlah parit sisip dilakukan bila keadaan blok masih basah lebih dari dua hari dan keadaan parit sisip di sekitarnya tidak dapat lagi diperbaiki. Pengecekan keadaan blok dilakukan oleh mandor untuk menentukan panjang parit sisip yang akan dibuat. Parit sisip pada blok yang memiliki lahan gambut setiap tiga baris pokok dibuat satu parit mengikuti lebar blok. Pembuatan parit sisip ditempatkan di gawangan mati supaya pekerjaan panen tidak terganggu. Pembuatan parit sisip pada tanah gambut banyak karena keadaan di tengah blok masih basah karena air tertahan dari sifat tanah gambut yang menyerap air. Pekerja diberikan petunjuk oleh mandor mengenai nama blok, nomor baris dan panjang parit yang akan dikerjakan. Pembuatan parit menggunakan cangkul dan karung untuk mengeluarkan tanah. Tanah hasil galian diratakan di samping parit supaya bila hujan turun tidak masuk dan mengendap kembali ke parit. Kualitas yang ditetapkan yaitu, parit dengan lebar 50 cm, kedalaman 1 m, kayu atau penghalang yang ada di tanah dikeluarkan dan air dapat mengalir dengan lancar keluar. Untuk pekerjaan pembuatan parit digunakan sistem borongan dengan upah sebesar Rp. 5 000/m. Pembuatan bendungan. Pembuatan bendungan dilakukan dalam keadaan air dalam blok dan di dalam parit blok sudah lebih daripada satu meter di bawah permukaan lahan. Pembuatan bendungan bertujuan menjaga ketersediaan air untuk tanaman dan untuk perkerjaan pengendalian gulma secara kimia. Pembuatan bendungan diusahakan dapat dibuka-tutup supaya dapat menghemat biaya dan bertahan lebih lama, kendala yang dihadapi saat curah hujan tinggi pintu sulit dibuka karena adanya endapan lumpur. Pembuatan bendungan diutamakan pada lahan gambut supaya tidak terjadi kekeringan yang menyebabkan tanah tidak bisa lagi menyerap air. Ketinggian bendungan dibuat bertingkat supaya air berlebih masih dapat mengalir ke saluran pembuangan. Mandor memberikan petunjuk berupa nama blok, nomor baris dan
22 bahan-bahan untuk pengerjaan. Bahan yang digunakan yaitu tanah mineral, karung dan papan, sedangkan alat berupa gergaji dan cangkul dibawa oleh pekerja. Norma kerja pembuatan bendungan sebesar 0.5 bendungan/ HK. Pengendalian Gulma Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada piringan (circle), gawangan hidup (path), dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Tumbuhan yang termasuk gulma tetapi tidak diberantas adalah pakis (Nephrolepis biserata). Pakis berfungsi sebagai tanaman inang bagi musuh alami hama pemakan daun dan menahan agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan. Jenis gulma yang tumbuh adalah Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Axonopus compressus, Digitaria nuda, Gleicheina linearis, Ottocloa arnotiona, dan anak sawit. Ilalang (Imperata cylindrica) dibiarkan tumbuh karena pengendaliannya dengan cara khusus dan dilaporkan kepada mandor. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif dilakukan pemberantasan gulma secara kombinasi manual dan kimiawi dengan rotasi yang telah ditentukan. Pengendalian gulma yang efektif menaikkan produktivitas tanaman dan menekan biaya pemeliharaan tanaman. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar berasal dari karyawan kebun dengan karyawan harian dengan sistem borongan. Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan adalah babad gawangan, dongkel anak kayu (DAK), dan circle weeding manual (CWM). Rotasi pengendalian gulma secara manual dilakukan tiga kali dalam setahun. Alat yang digunakan dalam pekerjaan tersebut, yaitu parang, cangkul, arit, dan sarung tangan. Pelaksanaan babad gawangan menggunakan parang dengan target babadan setinggi ± 20 cm dari permukaan tanah. Selain itu, pengendalian gulma secara manual juga dilakukan dengan membersihkan gulma yang tumbuh di pokok (rayutan). Pembabadan dilakukan setiap orang untuk tiap jalan pikul lalu pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang digunakan
23 dalam kegiatan pembabadan adalah karyawan harian lepas (KHL). Sistem kerja yang digunakan yaitu sistem harian dengan upah Rp 32 500,-/hari dengan lama kerja 7 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babad gawangan adalah 0.6 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 0.4 ha/HK. Kendala yang sering dijumpai dalam pembabadan, yaitu kondisi gulma yang sudah tinggi karena berada di daerah rendahan. Kondisi gulma yang tidak merata menyebabkan hasil kerja sering tidak mencapai target norma kerja dan pengawasan yang kurang menyebabkan kondisi hasil pekerjaan di tengah blok sering dibawah kualitas yang ditetapkan. Kegiatan pembabadan dapat dilihat pada Gambar 1. Dongkel anak kayu (DAK) adalah kegiatan mencabut anak kayu hingga ke akar secara selektif di sekitar gawangan dan piringan. Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini cados (cangkul dodos). Pekerja mendongkel semua anak kayu yang ada di pasar pikul dan piringan lalu membuangnya di gawangan mati. Pekerja berjalan sampai ke pasar tengah lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya. Kendala yang sering dijumpai kerapatan gulma yang terlalu padat, sehingga pekerjaan menjadi lama dan norma kerja sering tidak tercapai. Norma kerja DAK 0.4 ha/HK dan prestasi kerja penulis 0.3 ha/HK. Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia dengan menggunakan herbisida, knapsack sprayer kapasitas 15 liter dengan nozzle hitam tipe polijet (kipas), ember untuk mengambil air dan botol untuk menyimpan
herbisida. Sebelum melakukan penyemprotan, para pekerja
melakukan pencampuran herbisida dengan air dengan perbandingan 1:1 di kantor afdeling. Air yang digunakan untuk melarutkan herbisida dan mengisi kap di lapangan diambil dari parit dengan menggunakan ember. Apabila musim kemarau air diisikan ke galon herbisida kosong kemudian mandor melangsir dengan menggunakan motor. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada piringan (circle), pasar pikul (path) dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengendalian gulma secara kimia diharapkan untuk mempermudah pengutipan brondolan saat panen dan sebagai tempat aplikasi pupuk. Standar kondisi piringan yang harus dipertahankan bersih dari gulma dan anak sawit, yaitu pada diameter 3 m. Cara
24 penyemprotan piringan searah jarum jam dan larutan herbisida yang disemprotkan harus menyebar merata. Pasar pikul (path) berfungsi sebagai jalan pekerja melakukan kegiatan panen, pemupukan dan pengontrolan. Lebar path yang harus bersih selebar 1.5 meter. Standar kondisi path ditetapkan tidak ada gulma, anak kayu dan anak sawit. Tempat pengumpulan hasil (TPH) merupakan tempat pengumpulan TBS yang kemudian akan diangkut ke pabrik. Luas TPH ideal adalah 4 m x 3 m dan kondisinya harus bersih dari gulma supaya pengumpulan brondolan tidak terhambat. Pengendalian gulma circle, path dan TPH (CPT) menggunakan herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak yang digunakan yaitu Primaxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 gram/liter. Dosis yang digunakan 0.6 liter/ha (75 ml/kap), volume semprot 120 liter/hektar dengan konsentrasi 0.5 persen. Herbisida sistemik digunakan Pilar Up 480 SL dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 gram/liter dengan dosis yang digunakan 0.7 liter/ha (100 ml/kap), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.67 persen. Bahan perekat yang digunakan yaitu Biofuron dengan bahan aktif Metil metsulfuron dengan konsentrasi 0.25 kg/20 liter air. Takaran untuk mengukur herbisida yang digunakan tidak ada, sehingga konsentrasi semprotan bervariasi dan seringkali herbisida yang digunakan berlebih atau kekurangan. Tinggi semprotan 30 cm di atas permukaan tanah. Rotasi yang digunakan 3 kali setahun. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 1.
a. Manual Gambar 1. Kegiatan Pengendalian Gulma
b. Kimiawi
25 Sistem kerja yang digunakan adalah harian dengan upah Rp 32 500,-/ hari. Norma kerja yang ditetapkan 1.6 ha/HK dan prestasi kerja penulis dapat mencapai norma kerja tersebut. Luas areal total untuk CPT yang disemprot dalam 1 ha dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut : -
Populasi per hektar
: 136 pokok, populasi per baris 25 pokok (2.7 jalur)
-
Jari-jari piringan
: 2 meter
-
Lebar path
: 1.5 meter
-
Ukuran TPH
: 4 m x 3 m (dalam 1 ha terdapat 2 TPH)
maka : Luas piringan (ha)
= π r2 x jumlah pokok = 3.14 (2 m)2 x 136 = 1 708.16 m2/ ha
Luas path (ha)
= jarak tanam x lebar path x jalur/ha x pokok/baris = 9.2 m x 1.5 m x 2.7 jalur/ ha x 25 pokok/ baris = 932 m2 / ha
Luas TPH
= luas TPH x TPH/ha =4mx3mx2 = 24 m2
Luas total CPT
= 1 708.16 m2 + 932 m2 + 24 m2 = 2 664.16 m2 = 0.27 ha
Pemupukan Pemupukan adalah penambahan unsur hara ke dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu semester I dan semester II. Pemupukan semester I dilakukan pada bulan Februari – Juni. Jenis pupuk yang diaplikasikan pada semester I adalah NPK (41-4-1), Rock Phospate (30 % P2O5), Muriate of Potash (60 % K2O), Kieserite (27 % MgO), dan Dolomite (60 % CaCO3). Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil analisis daun atau leaf sample unit (LSU) yang dibuat oleh head office (HO) yang berada di Jakarta. Rekomendasi disampaikan
26 kepada kebun pada awal tahun dan digunakan sebagai acuan pemupukan tahun tersebut. Kegiatan pemupukan diawali dengan persiapan piringan dan gawangan yang telah siap dipupuk, dengan standar piringan bersih gulma dan gawangan dapat dilalui. Persediaan pupuk yang ada di gudang mencukupi dan dilakukan kegiatan penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas ulang pupuk berdasarkan rekomendasi pupuk (dosis/pohon) yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar penguntilan. Pupuk yang diuntil dimasukkan ke dalam karung yang masih layak dan diikat dengan tali. Peletakan untilan di gudang disesuaikan dengan dosis rekomendasi untuk memudahkan pengangkutan. Penguntilan menggunakan takaran yang telah dikalibrasi agar dosis yang digunakan sesuai. Berdasarkan ketentuan, tiap untilan pupuk digunakan untuk kebutuhan pupuk 6 pokok tanaman. Norma kerja penguntilan sebesar 1.25 ton/ HK. Pengawasan dalam penguntilan dilakukan dengan mengambil contoh acak untuk dilakukan penimbangan, kesalahan penguntilan banyak terjadi saat awal rekomendasi
cara pemupukan. Pekerja harian lepas belum seluruhnya
menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan ketika bekerja, perilaku ini dapat merusak kesehatan karena debu dan bau yang disebabkan beragam pupuk. Pelangsiran pupuk ke lapangan menggunakan mobil truk untuk memenuhi kebutuhan pupuk 2 blok. Pelangsiran pupuk dilakukan pagi hari sebelum apel pagi KHL pupuk. Ketersediaan mobil truk masih menjadi kendala yang menyebabkan keterlambatan urutan kerja berikutnya, sehingga apel pagi dilakukan untuk membagi kelompok dan menjelaskan kembali aturan yang digunakan dalam pemupukan. Pupuk dilangsir dengan cara menjatuhkan dari truk sebanyak 4 until/baris pokok. KHL yang telah dibagi menjadi beberapa pasangan diberikan nomor urut sebagai tanda mereka telah memasuki jalur yang tepat. KHL mengambil pupuk dan melangsir ke dalam blok dan menempatkan pupuk di baris keenam dan di pasar tengah. Penaburan pupuk dilakukan setelah pelangsiran ke dalam blok sudah dilakukan seluruhnya. Kontrol yang dilakukan oleh mandor terhadap kemerataan
27 penaburan pupuk dan kecepatan dalam penaburan. Pengawasan oleh mandor dilakukan di pasar tengah sebagai pemberi aba-aba menabur dan di jalan transpor untuk memastikan pupuk tidak ada yang tertinggal. Kegiatan penaburan pemupukan dilakukan dengan “sistem gang”, yang berarti pada saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama. Sistem ini menyebabkan peningkatan biaya tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan sistem lama, tetapi ketepatan dosis per pokok lebih tinggi. Alat yang digunakan untuk penaburan pupuk yaitu takaran yang telah dikalibrasi sesuai dosis yang digunakan dan gendongan. Cara penaburan dengan menuangkan pupuk ke takaran dan ditabur dengan tangan secara merata di piringan dengan radius 50 cm dari pokok. Cara penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 2.
a.Saat Aplikasi Pupuk
b.Setelah Dipupuk
Gambar 2. Pelaksanaan Pemupukan Penaburan pupuk tidak boleh di atas bongkahan kayu, mengenai pelepah dan pokok, atau pada gawangan dan piringan yang masih bergulma. Setelah kegiatan pemupukan selesai, karung-karung bekas pupuk dikumpulkan dan diantar kembali ke gudang dengan mobil transpor untuk KHL. Sistem kerja pemupukan dilakukan dengan target harian 7 jam kerja. Prestasi kerja KHL bervariasi sesuai dengan dosis dan keadaan blok yang dipupuk, prestasi kerja ratarata harian 0.6 ha/HK. Penulis melakukan prestasi kerja sama dengan norma yang ditetapkan.
28 Sensus Produksi Sensus produksi dilakukan dengan cara mengamati keadaan buah dan menghitung jumlah pokok pada suatu areal tanaman. Sensus produksi dilakukan untuk mengetahui buah yang akan matang panen dalam jangka waktu triwulan kedepan dan menjadi dasar penghitungan produksi buah triwulanan. Pengambilan sampel pokok sebanyak sepuluh persen dari jumlah pokok keseluruhan dalam blok. Nomor baris sampel telah ditentukan sebelum pengambilan sampel, sehingga petugas masuk melalui baris yang telah ditentukan. Petugas yang masuk melalui arah utara menulis pada kotak tabel yang paling atas menuju ke bawah, begitu juga sebaliknya. Fungsi arah penulisan untuk mengetahui kondisi pokok sampel yang ada di dalam blok tersebut bila akan diadakan pemeriksaan selanjutnya. Sensus produksi dilakukan oleh tim Control System Audit (CSA) yang bekerjasama dengan tim lain yang sudah pernah melakukan pekerjaan sensus atau pemanen yang telah terlatih. Prasyarat melakukan sensus produksi adalah orangorang yang dapat dipercaya dan jujur supaya tidak terjadi manipulasi data. Data yang diambil berupa persentase banyaknya buah merah dan buah hitam yang akan dipanen pada periode triwulan selanjutnya. Data diolah dengan program untuk mendapatkan sebaran produksi bulanan kebun tersebut. Data tersebut menjadi acuan pihak Head Office (HO) untuk menentukan target produksi bulanan. Norma kerja sensus produksi yaitu 60 ha/ HK. Pemanenan Pemanenan adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Tugas utama tenaga kerja pemanen di lapangan yaitu menurunkan buah dari pokok dengan tingkat kematangan yang telah ditentukan dan mengantarkannya ke TPH dengan cara dan waktu yang tepat. Tujuan kegiatan pemanenan yang tepat untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang
29 rendah. Keberhasilan pemanenan bergantung pada tenaga kerja, peralatan panen, sistem yang digunakan dan pengangkutan. Sistem panen merupakan cara untuk mempermudah pengaturan panen, pembagian hanca, penentuan tenaga pemanen, pengawasan panen, dan pengangkutan TBS. Sistem panen yang digunakan sistem hanca giring tetap yang merupakan modifikasi dari sistem hanca tetap dan giring yang setiap pemanen berusaha menyelesaikan blok panen tuntas tanpa pengulangan. Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen selanjutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen adalah luasan areal panen yang dibagi beberapa bagian sesuai dengan rotasi panen yang dijalankan. Seksi panen harus dilaksanakan satu hari tuntas untuk memperoleh produksi yang baik, pekerjaan rawat tidak terganggu dan kondisi jalan tetap terjaga baik. Rotasi panen yang digunakan adalah 7/8 yang berarti terdapat tujuh hari panen dan seksi yang sama dipanen pada hari kedelapan. Selain itu, rotasi panen lainnya digunakan, yaitu 9/10 dan 14/15 bila kondisi buah masak sedang tinggi. Perubahan rotasi ini seringkali membuat pemanen salah masuk hanca panen. Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria umum untuk tandan buah telah matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh ke tanah secara alami. Kriteria yang diberikan kepada pemanen yaitu buah yang membrondol 5 di pokok dan 10 buah di TPH. Pekerjaan lain yang dilakukan saat pemanenan TBS, yaitu mengutip brondolan di sekitar pokok, menyingkirkan pelepah ke gawangan mati, dan menyusun TBS pada terpal yang disediakan di TPH. Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan pemanenan berbeda berdasarkan tinggi tanaman, kondisi areal dan umur tanaman. Alat dan perlengkapan panen harus dibawa saat apel pagi, sebelum kegiatan panen dimulai. Alat-alat yang digunakan yaitu dodos besar dan pisau egrek untuk alat memotong TBS, gancu sebagai alat bongkar TBS dan angkong sebagai alat pengangkut TBS dan berondolan ke TPH. Peralatan panen merupakan inventaris perusahaan yang dipinjamkan kepada pemanen.
30 Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi yang diikuti pemanen, seluruh mandor dan kepala afdeling. Mandor panen memberikan arahan untuk membagikan hanca dan mengevaluasi kegiatan panen yang telah dilakukan. Kerani panen membacakan jumlah TBS yang dihasilkan oleh pemanen. Kepala afdeling memberikan arahan tentang kondisi dan arahan manajemen untuk kegiatan panen. Dalam pelaksanaan panen langkah-langkah kerja pemanen setelah pembagian hanca panen, yaitu: pemanen masuk ke hanca panennya untuk hari itu. Pemanen menuju pohon yang akan dipanen dengan membawa egrek dan kampak kecil atau golok. Setelah memastikan buah matang untuk dipanen, pemanen memotong pelepah yang berada di bawah buah yang akan dipanen. Pemotongan dilakukan dengan cara menempatkan pisau egrek pada posisi di atas pangkal batang pelepah dan rapat pada batang pohon, lalu tangkai egrek dihentakkan ke bawah. Pemotongan harus dilakukan pada titik potong yang tetap, tidak berubahubah, sehingga biasanya dengan dua atau tiga kali hentakan sudah memutuskan batang pelepah. Tujuan pemotongan dengan hentakan tersebut agar pelepah putus dan jatuh lepas ke bawah. Pemanen harus berada pada posisi berlawanan dengan arah filotaksi daun supaya pelepah jatuh tidak ke arah pemanen. Pemanen kemudian memotong pelepah tersebut dengan kampak atau golok menjadi dua bagian, yaitu bagian batang dan bagian daun serta menyusunnya di gawangan mati. Pemanen terlebih dahulu memotong tangkai TBS yang masih panjang dengan kampak atau golok. Pemotongan berbentuk huruf V (cangkem kodok) untuk TBS dengan BJR >= 8 kg, atau potong datar < 2 cm untuk TBS dengan BJR < 8 kg. Pemanen kemudian pindah ke pohon yang akan dipanen berikutnya. Pemanen kembali ke areal piringan pohon yang telah dipanen tersebut, setelah menyelesaikan panen pada baris pengangkutan pertama dengan membawa angkong, gancu, dan karung plastik. TBS yang telah dipotong gagangnya dinaikkan ke dalam angkong dengan gancu. Pemanen tersebut mengutip brondolan yang tersebar di piringan dan gawangan sampai tuntas, lalu memasukkannya ke dalam karung serta memuatnya ke dalam angkong.
31 Pemanen membawa angkong tersebut ke pohon yang sudah dipanen berikutnya untuk mengambil TBS dan brondolan selanjutnya. Setelah angkong penuh, pemanen membawa angkong dan muatannya ke TPH, lalu menyusun TBS dan menempatkan brondolan dengan benar. Untuk hanca-hanca yang berat, pemanen biasanya membawa pembantu panen agar hancanya dapat tuntas hari tersebut. Pemanen memberi kode pemanen di pangkal tangkai buah yang telah disusun di TPH dengan arang kayu atau kapur warna setelah memastikan bahwa semua pohon di jalan panen ke TPH tersebut sudah selesai tuntas dipanen. Dalam pelaksanaan pemanenan masih ditemui beberapa kesalahan pemanenan yaitu memanen buah mentah, buah tinggal di pokok dan path dan berondolan tertinggal di piringan. TBS yang dibawa ke TPH harus dialasi terpal yang telah disediakan perusahaan agar buah tidak tercemar dengan tanah dan berondolan yang terjatuh tidak tertinggal karena sulit untuk dikutip. Pemanen harus menghitung TBS dan karung berondolan yang dihasilkan hari tersebut untuk dicek ulang pada saat pembacaan hasil panen di apel pagi. Tenaga kerja pemanen adalah faktor penting yang diperlukan dalam kegiatan pemanenan. Perencanaan dan pengorganisasian tenaga pemanen dibutuhkan agar target produksi yang telah ditetapkan manajemen dapat tercapai. Kebutuhan tenaga pemanen ditentukan berdasarkan luas areal tanaman yang telah siap panen. Luas hanca panen yang harus diselesaikan pada taksasi normal (20 – 25 persen) antara 3 – 4 ha bergantung pada kemampuan masing-masing pemanen. Kebutuhan tenaga kerja pemanen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan: AKP : Angka Kerapatan Panen BJR
: Bobot Janjang Rata-rata
32 Aspek Manajerial Mandor bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan karyawan di bawah pengawasan mandor I dan kepala afdeling. Mandor I sebagai orang kepercayaan kepala afdeling dalam pembinaan sekaligus pengawasan terhadap semua pekerjaan teknis di lapangan agar pekerjaan tersebut dapat tercapai dengan tepat dan cepat. Hubungan antara mandor I dengan mandor adalah garis instruksi, sedangkan dengan kerani afdeling adalah garis koordinasi. Mandor-mandor yang ada, yaitu mandor chemist, mandor pupuk, mandor hama dan penyakit, mandor panen, dan kerani panen yang berada dibawah tanggung jawab mandor I. Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai pendamping mandor adalah mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material dan membuat laporan harian. Hal-hal yang perlu dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor yaitu: jumlah tenaga kerja dan material yang digunakan, prestasi kerja KHL, dan luas areal yang dikerjakan. Dalam pelaksanaan tugasnya mandor selalu berpedoman kepada lembar rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Sebelum melakukan pekerjaan mandor melakukan apel pagi untuk memberikan penjelasan tentang pekerjaan yang akan dilakukan. Mandor Chemist Sebagai mandor chemist penulis bertanggung jawab terhadap luas areal kerja yang harus diselesaikan dan herbisida yang digunakan. Prosedur permintaan material (herbisida), yaitu mandor mengajukan surat permintaan barang (SPB) yang telah disetujui oleh kepala afdeling dan kepala kebun. Setelah SPB diperiksa kepala gudang, mandor dapat mengambil herbisida sesuai dengan yang tercantum dalam SPB. Tugas mandor chemist di lapangan yaitu mencatat KHL yang bekerja, menentukan areal yang akan diaplikasikan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan herbisida, dan mengisi buku harian mandor. Mandor perlu
33 memperhatikan penggunaan herbisida dan letak sumber air. Pemeriksaan hasil kerja karyawan dilakukan 3 hari setelah penyemprotan untuk herbisida kontak atau dua minggu setelah penyemprotan herbisida sistemik. Apabila gulma belum mati atau mengering, penyemprotan ulang dilakukan oleh pekerja tersebut tanpa diberi upah. Selama menjadi pendamping mandor penulis mengawasi kegiatan penyemprotan CPT dan piringan. Mandor Pupuk Mandor pupuk bertugas dan bertanggung jawab terhadap pengaplikasian pupuk ke tanaman sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan. Rencana program pemupukan dibuat oleh asisten afdeling yang diajukan kepada kepala kebun. Sistem pemupukan dengan ”sistem gang” membutuhkan penjadwalan yang teratur agar pamupukan dapat tuntas bersama. Rencana kerja tersebut mencakup luas areal dan blok, jumlah pokok, jenis pupuk, dosis rekomendasi per jenis pupuk dan waktu pemupukan. Mandor pupuk membuat surat permintaan barang kepada kepala gudang yang diserahkan kepada kerani afdeling untuk kemudian disetujui oleh kepala afdeling dan diperiksa kepala kebun. Mandor pupuk dibantu oleh mandor I dan mandor rawat untuk mengawasi pemupukan. Mandor Hama dan Penyakit Tanaman Hama dan penyakit salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit. Akibat yang ditimbulkan hama dan penyakit sangat besar, dari penurunan hasil produksi hingga kematian tanaman. Selama penulis melakukan pengamatan di lapangan hama yang ditemukan yaitu ulat api, tikus, landak, dan babi hutan. Untuk pengendalian ulat api secara manual dengan mengutip ulat yang ada di daun. Ulat api yang dominan ditemukan di lapangan yaitu Setora nitens dan Thosea asigna. Untuk pengendalian ulat api secara kimia dilakukan dengan insektisida. Insektisida Decis sudah tidak digunakan lagi karena meninggalkan residu tinggi, membahayakan tenaga kerja, mudah tercuci air dan
34 semua serangga yang terkena insektisida akan mati. Penyakit yang ditemukan di lapangan yaitu busuk pucuk, marasmus dan busuk daun. Kebun SAL 1 menerapkan sistem peringatan dini atau early warning sistem (EWS) untuk melihat intensitas serangan hama terutama ulat api. Pelaksanaan EWS dilakukan secara rutin untuk mengetahui perkembangan hama dan penyakit secara berkala. Hasil deteksi akan memberikan gambaran mengenai jenis, intensitas dan luas serangan hama dan penyakit. Berdasarkan data tersebut akan ditentukan jenis dan teknik pengendalian yang efektif dan efisien. Deteksi hama dan penyakit dilakukan dengan menentukan titik sampel di antara pokok sampel. Dalam blok yang memiliki luas areal 20 ha, 10 % dari luas blok tersebut menjadi baris sampel untuk pengamatan. Untuk blok dengan luas 20 ha terdapat 1 titik sampel yang dikelilingi oleh 18 pokok sampel. Pengamatan dilakukan dari pukul 08.00-14.00. Pengamatan EWS terdiri atas tiga tahap, yaitu: (1) deteksi rutin, yaitu pengamatan yang dilakukan bulanan; (2) deteksi spesial dilakukan apabila terdapat serangan pada sampel, dilakukan H+3 pemeriksaan dengan tujuan untuk melihat secara detail kondisi serangan sehingga diketahui pengendalian yang akan dilakukan, pengamatan lanjutan dilakukan H+7, H+14 dan H+21; (3) deteksi ulang untuk mengetahui kondisi setelah aplikasi pengendalian. Pengambilan titik sampel pertama dilakukan dari ujung barat selatan dengan interval 3 baris pokok dari pokok pinggir. Pengambilan baris sampel kedua dilakukan dengan interval 13 baris pokok. Pokok sampel berada pada pokok ketiga dari pinggir dan pokok selanjutnya dengan interval 13 pokok. Setiap titik sampel dikelilingi 18 pokok sampel. Kategori serangan ulat api dibagi menjadi 3, yaitu ringan (1-3 ulat/pelepah), sedang (4-5 ulat/pelepah), dan berat (> 5 ulat/pelepah). Mandor Panen Mandor panen bertugas dan bertanggung jawab membagi hanca pemanen dan memastikan hanca tersebut tuntas, mencatat seluruh hasil panen dan lokasi panen yang berkoordinasi dengan kerani panen, membuat data rotasi panen dan
35 sensus buah merah setelah pemanen menyelesaikan hancanya sekaligus mengecek kegiatan panen yang telah berlangsung. Mandor panen bertanggung jawab langsung atas kualitas dan kuantitas hasil panen pada hari tersebut kepada mandor I dan asisten afdeling, serta memonitor absensi karyawan. Mandor panen berkewajiban aktif mengawasi panen sehingga semua buah masak terpanen dan memeriksa semua hanca yang dipanen pada hari tersebut. Kegiatan penulis saat menjadi mandor panen di Afdeling OF yaitu mengawasi pemanen supaya mengikuti standar kualitas yang telah ditetapkan. Pengawasan pemanenan buah mentah, meninggalkan buah masak, dan meninggalkan brondolan merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Selain itu, pemotongan pelepah rapat pada batang tanaman supaya tidak terjadi buah sisa “pantat monyet”, tangkai buah harus dipotong berbentuk V atau cangkem kodok, terpal dipasang di TPH sebagai alas TBS, pelepah tinggal atau sengkleh tidak diperbolehkan, dan pelepah harus disusun rapi di gawangan mati. Pengawasan yang dilakukan kemudian dicatat di laporan produksi panen harian yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Permasalahan yang terjadi di lapangan ketika pemanen tidak mengikuti apel pagi dan tidak memberitahukan kabar. Hanca yang telah dibagikan harus diubah kembali supaya target panen pemanen dapat terpenuhi. TBS sering tinggal di gawangan dan tidak dipanen karena kondisi jalan dalam blok yang rusak. Kerani Panen Kerani panen bertugas mencatat dan memeriksa hasil panen yang diperoleh masing-masing pemanen di tiap TPH. Hasil panen yang diperiksa berdasarkan kriteria matang dan mutu panen. Kriteria TBS yang dicatat, yaitu tangkai panjang, buah mentah (brondolan < 10 di TPH), buah busuk, brondolan yang dimasukkan ke dalam karung, dan penggunaan terpal. Dari kriteria panen tersebut, kerani panen memberikan penilaian kepada pemanen. Jumlah buah dan brondolan yang dikarungi dicatat untuk mengetahui upah yang akan diperoleh pemanen. Kerani panen memberikan surat jalan kepada sopir angkutan buah yang menyatakan jumlah janjangan dan berat muatan yang dibawa truk.
36 Pencatatan di lapangan dengan mengumpulkan kupon panen, kemudian dicatat berdasarkan blok yang dipanen pada hari tersebut. Pembuatan laporan harian dilakukan esok hari setelah berat muatan truk dicocokkan dengan timbangan yang ada di pabrik. Laporan harian diserahkan kepada kerani afdeling untuk dijadikan rekap bulanan produksi afdeling. Pendamping Asisten Tugas dan tanggung jawab asisten afdeling adalah mengelola seluruh kegiatan afdeling secara efektif dan efisien agar sesuai dengan lembar rencana kerja yang telah dibuat. Tujuan dari kegiatan opersional di lapangan untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan manajemen dengan biaya seminimal mungkin. Asisten juga bertugas melaksanakan administrasi afdeling dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia di afdeling, kontrol biaya yang telah disetujui kepala kebun dan administratur. Asisten dibantu oleh kerani afdeling dalam pembuatan rencana permintaan dana operasional. Rencana permintaan dana tersebut digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan pemanenan selama satu tahun kerja. Asisten bertanggung jawab penuh terhadap lingkungan kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan di afdeling maupun dalam lingkungan paguyuban. Selama menjadi pendamping asisten, penulis melakukan pengawasan terhadap kegiatan di Afdeling OE-OF. Penulis ikut mengontrol pekerjaan bersama dengan asisten afdeling ke lapangan yang sedang melaksanakan pekerjaan. Dalam pelaksanaan tugas kontrol pemupukan “sistem gang” asisten menjadi penanggung jawab pada satu aspek kegiatan until-angkut-tabur. Pengawasan pemupukan di afdeling kerja perlu diawasi supaya pekerjaan pemupukan dapat tepat waktu.