PANCASILA BUTUH PERHATIAN TUGAS AKHIR
disusun oleh
Nama : RadityaMaulana Kelompok : H (Sosial) N.I.M : 11.12.5781 Kelas : S1-SI 06 Dosen : MohamadIdris .P, DRS, MM
JURUSAN SISTEM INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….......I DAFTAR ISI………………..………………………………………………....II LATAR BELAKANG MASALAH ………………………………….…….....1
RUMUSAN MASALAH…………………………………………….........2 PENDEKATAN..………………………………………………….………........2 1.1 Historis …………………………………….....................................2 1.2 Sosiologis ……………………………………......... …………….3 1.3
Yuridis....………………………………………….........................3
PEMBAHASAN…………………………….......................................................4 PENUTUP……………………………………………………………………..9 2.1 Kesimpulan………………………………………………………9 2.2 Saran………………………………………………………….…9 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penyimpagan social, kelaparan, kemiskinan, serta berita terbaru yakni penyedotan pulsa, korupsi APBD dan korupsi Wisma Atlet Palembang, hal ini merupakan suatu masalah tanpa penyelesaian yang jelas. Dengan seiring majunyazaman, banyak hal yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Penghayatan, pengamalan serta penerapan pancasila di Indonesia mulai memudar, manusia sekarang mulai mementingkan egonya masing-masing, sehingga ini lah tugas kita bersama untuk memberikan dorongan akan kesadaran membela pancasila dan mererapkan dikehidupan kita sehari-hari. Dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dapat menelusuri sejarah kita di masa lalu dan coba untuk melihat tugas-tugas yang kita emban ke masa depan, yang keduanya menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan mengamalkan Pancasila. Sejarah di belakang telah dilalui dengan berbagai cobaan terhadap Pancasila, namun sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa Pancasila yang berakar dia bumi Indonesia senantiasa mampu mengatasi percobaan nasional di masa lampau.Dari sejarah itu, kita mendapat pelajaran sangat berharga bahwa selama ini Pancasila belum kita hayati dan juga belum kita amalkan secara semestinya.
II
Penghayatan adalah suatu proses batin yang sebelum dihayati memerlukan pengenalan dan pengertian tentang apa yang akan dihayati itu. Selanjutnya setelah meresap di dalam hati, maka pengamalannya akna terasa sebagai sesuatu yang keluar dari esadaran sendiri, akan terasa sebagai sesuatu yang menjadi bagian dan sekaligus tujuan hidup. Sementara itu, Pengamatan terhadap tugas-tugas sejarah yang kita emban ke masa depan yang penuh dengan segala kemungkinan itu, juga menyadarkan kita akan perlunya penghayatan dan pengamalan Pancasila.
B.Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu diantaranya :
1. Mengapa pancasila membutuhkan perhatian ? 2. Apa sebab bangsa Indonesia banyak terjadi ketimpagan social ? 3. Bagaimana cara memberikan kesadaran, akan pentingnya pancasila sebagai landasan hukum Negara Indonesia?
C. Pendekatan a. Pendekatan Historis
II
Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan bangsa yang bersangkutan. Demikianlah halnya dengan Pancasila yang merupakan ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia digali dari tradisi dan budaya yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri seja kelahirannya dan berkembang menjadi bangsa yang besar seperti yang dialami oleh dua kerajaan besar tempo dulu yaitu Kedatuan Sriwijaya dan Keprabuan Majapahit. Setelah berproses dalam rentang perjalanan sejarah yang panjang sampai kepada tahap pematangannya oleh para pendiri negara pada saat akan mendirikan negara Indonesia merdeka telah berhasil merancang dasar negara yang justru bersumber pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang kemudian diformulasikan dan disistematisasikan dalam rancangan dasar negara yang diberi nama Pancasila. Nama tersebut untuk pertama kalinya diberikan oleh salah seorang penggagasnya yaitu Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945 dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atas saran an petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa. Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dilepaspisahkan dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta telah melahirkan keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia, sejak resmi disahkan menjadi dasar negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat ini dan Insya Allah untuk selama-lamanya.
II
b. Pendekatan Sosiologis Dalam berhubungan dengan masyrakat sekitar, pancasila berperan sebagai pengatur kehidupan masyrakat.Tidak lepas pula kerjasama yang harmonis diterapkan antar sesema masyarkat saling menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.Sehingga semua aturan dapat berjalan dengan lancer tanpa ada masalah. c. Pendekatan Yuridis Alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan yuridis konstitusional antara lain di dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah, benar dan otentik sebagai berikut : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin olrh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Batang tubuh UUD 1945 pun merupakan landasan yuridis konstitusional karena dasar negara yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut dan rinci dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang terdapat di dalam Batang Tubuh UUD 1945 tersebut.
BAB II PEMBAHASAN
II
Indonesia ini adalah Negara yang memiliki banyak aturan-aturan dan hukum yang Ditetapkan.Dan tidak lupa aturan-aturan dan hukum yang ada di Indonesia ini di dasari oleh dasar Negara yaitu Pancasila.Pancasila memiliki arti dan makna yang penting bagi masyarakat Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku,baik sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga Negara Indonesia.Pancasila merupakan hasil kristalisasi nilai-nilai luhur yang dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia.Kedudukan Pancasila sebagai ideologi bangsa menumbuhkan tekad dan mendorong bangsa Indonesia untuk muwujudkannya dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara. Entah mengapa, akhir-akhir ini bayak terjadi kasus yang menyebabkan hilangnya arti dari nila pancasila, seperti kasus Korupsi.Padaha pancasila sumber nilai anti korupsi. Ketuga komisi pemberantasan korupsi, Antasari Azhar menegaskan Pancasila sesungguhnya merupakan sumber nilai anti korupsi.Persoalannya arah idiologi kita sekarang seperti di persimpangan jalan.Nilai-nilai lain yang kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana.Korupsi itu terjadi ketika ada pertemuan saat dan kesempatan.Akan tetapi, karena nilai-nilai kearifan local semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga terdoronglah seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar filsafat Negara dan menjadi “Prinsip prima” bersama-sama norma agama. Sebagai prinsipa prima, maka nilai-nilai pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan pun harus menjadi acuan, dan inilah kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum.Yang kita lihat sekarang peraturan perundang-undangan kita tumpang tindih yang mempengaruhi pada tindak kewenangan antar lembaga.DiDepkumham memang ada direktorat yang mengatur harmonisasi peraturan perundang-undangan. Akan tetapi tetap terjadi tumpang tindih, misalnya empat peraturan perundang-unangan yang tumpang tindih, II
yakni ada yang member kewenangan kepada gubernur, juga ada kewenangan di soal itu di Dephut, bahkan ada yang lain di kementrian KLH. Antasari menilai implementasi nilai-nilai sesuai azas pancasila yang semakin menyimpang, hal ini terlihat pada banyak kasus korupsi.Dari 30 detik korupsi, 28 pasal di antarnaya menyangkut perilaku.Sehingga apabila nilai-nilai pancasila sudah dilupakan perilakunya menjadi korup. Persoalannya sekarang bagaimana jika 60% dari 300-an kabupaten di Indonesia berurusan dengan KPK karena problem perilaku menyimpang. Apa tidak berhenti republic ini? Makanya, marilah dalam peringatan hari lahir pancasila kita dapat memotivasi kembali peada jalan nilai yang benar.Intinya, kita perjuangan suatu pemerintahan dengan pelayanan public yang baik, itulah pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa.Dengan begitu, cap kita sebagai salahs atu Negara terkorup, dihilangkan. Kalau dibandingkan dengan cara tetanggam ternyat apenjara mereka terisi lebih sedikit dari kita di Indonesia. Isi penjara kita lebih banyak dari mereka.Ini bukti tegas memberantas korupsi.Tetapi mengapa masih disebut Negara terkorup disbanding Singapura.Ternyta, itu berkaitan dengan persepsi masyarakat dalam pelayanan public sesuai kuesioner lembaga tranparansi internasional kepada masyarakat.Jadi, pemerintah dengan pejabatnya yang bersih dan berwibawa, adalah pemerintahan dengan pelayanan public yang baik, termasuk dalam hal pelayanan administrasi kependudukan, investasi dan seterusnya. Akhirnya, Antasari Azhar minta semua komponen bangsa, termasuk PPA GMNI, agar bersama-sama memperjuangkan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pemberantasan korupsi, karena KPK tak mungkin bisa bekerja sendiri. Sementara disisilain ketimpangan social masih terus terjadi hingga saat ini, Ketimpangan yang terjadi akibat tidak meratanya pembangunan telah menimbulkan berbagai bentuk protes dalam masyarakat. Mulai protes berupa pernyataan tertulis atau pernyataan terbuka seperti yang sedang marak akhir-akhir ini dalam bentuk sorotan tajam terhadap pemborosan anggaran yang dilakukan oleh lembaga legislatif, hingga aksi-aksi destruktif misalnya pencurian, perampokan, dan sebagainya. Tidak II
jarang pula kita jumpai kasus-kasus semisal anak SD yang gantung diri karena tidak memiliki seragam baru atau siswi SMP yang menjual dirinya demi mengikuti gaya hidup teman-temannya yang hedonis. Padahal Pancasila sebagai sebuah cita-cita mendambakan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan yang tercantum pada sila kelima.Maka kini kita bertanya-tanya, apakah gerangan yang terjadi pada Pancasila?Pancasila sering diagung-agungkan sebagai sebuah sistem nilai ideal bagi masyarakat Indonesia.Namun kenyataannya hingga saat ini dimanakah letak keadilan? Pada masa orde baru, pemerintah berusaha mengejawantahkan Pancasila sebagai tatanan nilai ke dalam butir-butir perilaku yang kemudian biasa dikenal sebagai Butir-Butir Pancasila atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Meski prakteknya ini menjadi sebuah bentuk indoktrinasi tanpa kompromi bagi penguasa saat itu, tetapi jika kita mau jujur apa yang tercantum dalam butir-butir tersebut bukanlah suatu hal yang salah. Butir-butir tersebut lahir dari pemikiran para cendekiawan-cendekiawan masa itu. Hanya saja cara penyampaiannya yang tidak tepat dan adanya pemanfaatan yang tidak sesuai pada tempatnya membuatnya menjadi melenceng dari maksud yang sebebarnya.
Dalam butir-butir sila kelima disebutkan beberapa poin antara lain adalah Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. Poin ini menjelaskan sebuah bentuk keadilan yang berbeda dengan konsep keadilan substantif maupun porsedural. Individu boleh saja kaya tetapi di atas haknya untuk menjadi kaya tersebut ada sebuah kewajiban lain yaitu untuk menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar. Kekayaan tidak berarti kita boleh melakukan segala sesuatunya karena itu hak, tetapi kita harus juga menjaga perasaan agar tidak terjadi kesenjangan sosial seperti yang terjadi saat ini.Dalam perilaku nyata yaitu kita tidak boleh menggunakan kekayaan kita untuk hal-hal yang bersifat pemborosan terlebih di saat masyarakat di sekitar kita masih banyak yang miskin. II
Lebih dari itu kita juga dituntut untuk dapat melakukan pemberdayaan terhadap orang lain agar mereka dapat merasakan kekayaan atas hasil usaha mereka seperti yang tercantum dalam butir Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. Kita tidak hanya sebatas memberi ikan kepada mereka yang kurang beruntung tetapi juga mengajari bagaimana mereka memancing agar dapat merasakan hidup makmur. Jika ini benar-benar diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari pejabat hingga rakyat biasa saya yakin ketimpangan sosial yang terjadi tidak akan separah ini. Ini hanyalah sebuah contoh bagaimana Pancasila sebagai suatu sistem nilai menjawab tantangan-tantangan masa kini.Masih banyak hal yang dapat kita gali dari Pancasila. Pasca Reformasi muncul sikap anti Pancasila karena pada masa orde baru seringkali Pancasila dijadikan alat melanggenggkan kekuasaan.Namun yang justru terjadi kekacauan semakin merajalela pada semua tingkatan masyarakat.Maka sudah saatnya kita kembali pada Pancasila, produk asli Indonesia daripada sibuk berdebat mana yang lebih baik antara liberalis kapitalis maupun sosialis komunis.Pancasila sebagai nilai yang kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai terwujudnya Pancasila sebagai gambaran ideal masyarakat Indonesia. Memang pancasila harus diperhatikan, dan diterpakan dikehidupan seharihari.Karena kasus dari tahun ketahun semakin berkembang, seperti Kasus agama, kini hanya simbol profan tanpa penghayatan esensial.Siapapun yang hidup di negeri ini ‘wajib’ ber-Tuhan dan mengamalkan dalam perilaku sosialnya. Tetapi kenyataannya, justru Tuhan menjadi pemicu utama konflik sosial bernuansa sara. Ya! Tuhan telah menjadi pemicu konflik. Simak aksi anarkis sejumlah ormas Islam atau konspirasi sejumlah pemuka agama di negeri ini yang akan mengubah karakter dasar bangsa yang plural-egaliter menjadi radikal berdasar satu keyakinan mayoritas. Dimana spirit Ketuhanan yang menghargai perbedaan dalam menjalankan keyakinan?
II
Berikutnya, tragedi kemanusiaan semakin terasa dengan penggilasan terhadap hak-hak warga negara.Dalam konteks ini, hak menikmati kenyamanan hidup sebagai manusia telah tertindas oleh kebijakan -pemerintah-yang tidak pro rakyat.Gagalnya swasembada pangan mengakibatkan harga sembako melangit sehingga memangkas harapan hidup rakyat dengan penghasilan minim.Korupsi di lingkungan pendidikan dan hukum, membuat rakyat terampas peluang memperoleh pendidikan dan keadilan.Padahal Pancasila mengamanatkan adanya negara yang dijalankan dengan semangat kemanusiaan sehingga tercipta tata sosial yang adil dan beradab.
Sementara hilangnya sebagian wilayah NKRI, turunnya kewibawaan Indonesia sebagai negara kepulauan besar di dunia, serta maraknya gerakan separatis dan terorisme membuktikan gagalnya pembinaan persatuan di negeri ini.Pancasila melalui sila ketiganya; Persatuan Indonesia ingin menciptakan tatanan negara yang mengedepankan spirit persatuan di antara seluruh perbedaan dan kepentingan. Nah! Sila itu telah terkhianati.
Yang paling parah, ketika ‘Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan Perwakilan benar-benar diciderai dengan perilaku korup penuh kolusi yang membuat negeri ini menjadi porak-poranda secara politik.Selayaknya, negeri yang plural ini dipimpin oleh ‘hikmat kebijaksanaan’ dan mengutamakan permusyawaratan perwakilan.Seiring dengan kacaunya sistem hukum, politik, dan ekonomi menyiratkan adanya ‘hikmat kemafiaan’ telah memimpin negeri ini.Satu lagi, ‘permusyawaratan kepentingan’ telah menjadi panglima dalam menjalankan roda politik negeri ini. Akibatnya rakyat menjadi obyek yang harus menanggung beban, mau maupun tidak!
Terakhir, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia seolah telah berubah menjadi ‘Keadilan Sepihak bagi Seluruh Kelompok Mayoritas’. Nah! Minoritas, rakyat miskin dan siapapun yang mencoba melawan arus besar dalam rangka II
mengejawantahkan
kreasinya,
tidak
serta-merta
didukung
oleh
pengelola
negara.Rejim mayoritas telah berkuasa, sebut saja mayoritas suku, agama, dan ras telah berubah menjadi ‘mesin politik’ yang besar untuk menggilas minoritas.Dimana letak keadilan untuk semua rakyat?
Diakui atau tidak, spirit Pancasila yang mengedepankan toleransi, keberagaman, keadilan telah tertindas dan mati oleh ketamakan mayoritas yang dibingkai dengan kepentingan politik. Mungkin, demi Indonesia lebih baik di masa depan, kita perlu melakukan kaji ulang atau revitalisasi spirit Pancasila agar Indonesia tetap tegak sebagai negara yang demokratis, plural, dan ‘merdeka’ dari belenggu pemikiran sempit yang ingin membelokkan wacana pluralis atas nama kelompok mayoritas.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pancasila bukan hanya dikenal melalui pembelajaran, tapi diterapkan pada kehidupan sehari-hari, sehingga nilai dari pancasila itu sendiri dapat dirasakan dan dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia.Tidak ada lagi halhal negative berkembang di bangsa ini, berfikir positif untuk kemajuan kedepannya dan dapat bersaing dengan Negara maju. Untuk itu, janganlah memguatkan ego masing-masing pada diri kita,tapi marilah bergotong royong serta memberikan semangat untuk mengamalkan isi yang luar biasa pada nilai pancasila.
II
B. Saran Adapun saran-saran penulis, sebagai berikut: 1. Amalkanlah isi yang terkandung dalam pancasilla dikehidupan seharihari, sehingga dapat memberikan afek positif bagi kita dan orang lain. 2. Pancasila adalah falsafah negara, untuk itu fahamilah pancasila untuk cinta bangsa Indonesia. 3. Jangan mengotak atik isi dari pancasila, apabila merubahnya maka sama dengan merubah Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Suwarno, P.J. 1993.Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Traer, Robert. 1991. Faith in Human Rights. Washington DC: Georgetown Univ.Press. Whitehead, Alfred North. 1979. Process and Reality. New York: The Free Press. William Ebenstein & Edwin Fogelman. 11985. Today’s Isms. London: PrenticeHall,Inc. Slamet Sutrisno. 1986. Pancasila sebagai Metode. Yogyakarta: Liberty.
II
Snyder, Louis L. 1954. The Meaning of Nationalism. New Brunswick-New Jersey: Rutger University Press. Soedjati Djiwandono, J. 1995. Setengah Abad Negara Pancasila (Tinjauan Kritis ke Arah Pembaharuan. Jakarta: CSIS. http://christofnata.wordpress.com/inilah-contoh-penyimpangan-pancasila-dan-uud45/ http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm http:// www.kumpulblogger.com
II