65
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003–2005)
Oleh BUDI HARTONO H24102032
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
66
2006 ABSTRAK Budi Hartono H24102032. Analisis kinerja perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang. Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Farida Ratna Dewi. Energi listrik merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan dan jumlah penggunaannya harus disesuaikan dari waktu ke waktu. Tenaga listrik telah berubah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia sehingga di sebagian besar negara penggunaannya dikelola oleh pemerintah/ negara. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya BUMN yang mengelola tenaga listrik di Indonesia sehingga kinerja perusahaannya cukup menarik untuk dikaji dan diteliti agar masyarakat dapat mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan ini berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati yang dapat digunakan sebagai salah satu alat evaluasi perusahaan, apakah tercapai peningkatan efisiensi dalam hal ini biaya, sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa keuangannya. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan dan perubahan yang terjadi, dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi hal-hal yang akan dihadapi pada masa yang akan datang dengan laebih baik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang didapat melaui wawancara (Manajer dan Staf Keuangan perusahaan); dan data sekunder melalui laporan keuangan internal perusahaan, profil perusahaan, serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan metode pengolahan data dilakukan secara manual maupun dengan bantuan komputer dengan hasil yang didapatkan dinilai secara kuantitatif kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah (1) Berdasarkan analisis tren pada neraca menunjukkan komponen aktiva tetap cenderung stabil, kenaikan terjadi pada komponen pekerjaan dalam pelaksanaan. Sedangkan disisi pasiva terjadi kenaikan dalam kewajiban jangka pendek. Tren pada laba rugi menunjukkan penurunan rugi bersih. (2) Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Disisi pasiva ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan kewajibannya. Sedangkan komponen beban usaha merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap rugi bersih perusahaan. (3) Hasil analisis rasio memperlihatkan (a) Tingkat likuiditas memiliki kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal periode 2006. (b) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup besar. (c) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (d) Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan, sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik. (4) Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan
67
metode persentase terhadap penjualan di dapatkan hasil, perusahaan harus mencari dana sebanyak 10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing. (5) Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari 50 atau sekitar 26 %.
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003-2005)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh BUDI HARTONO H24102032
68
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi
Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003-2005) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh BUDI HARTONO H24102032
Menyetujui, Agustus 2006
69
Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. Dosen Pembimbing I
Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Jono M. Munandar,M.Sc. Kepala Departemen Manajemen
Tanggal Ujian : 25 Agustus 2006
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 1985. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Asep Mulyanto dan Ibu Isnaini. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak pada TK Al Kautsar Bekasi dan lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Pengasinan Bintara I Bekasi. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada SLTP 14 Bekasi dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 103 Jakarta dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI IPB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.
70
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Kinerja Perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang (Studi Kasus PT. PLN (Persero AJ Kramat Jati Periode 2003-2005) Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian. 2. Farida Ratna Dewi SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan saran. 3. Beatrice Mantoroadi SE, Ak. MM, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran. 4. Ir. Bambang Suhartono sebagai Manajer AJ Kramat Jati, Bapak Suwardi dan Mas Eko sebagai pembimbing selama penelitian. 5. Orang tua tercinta dan adikku atas kasih sayang, doa dan dukungannya. 6. Rika Anggraeni yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya. Acep, Asep, Udin, Joko, Wildan, Nanto, Arya terima kasih atas semua bantuannya. 7. Seluruh dosen dan staf manajemen FEM, terimakasih atas segala bantuannya. 8. Rekan-rekan manajemen 39, terimakasih atas motivasi dan dukungannya. 9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
71
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak
Bogor, Agustus 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halam an ABSTRAK RIWAYAT HIDUP....................................................................................
iii
KATA PENGANTAR..............................................................................
iv
DAFTAR ISI.............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
x
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ......................................................................
1 1 2
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................
3 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
5
72
2.1. Laporan Keuangan ........................................................................ 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................ 2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan ........................................ 2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan ............................................... 2.1.4. Komponen Laporan Keuangan ........................................... 2.4.1.1. Neraca .................................................................... 2.1.4.1.1. Aktiva..................................................... 2.1.4.1.2. Kewajiban .............................................. 2.1.4.1.3. Ekuitas.................................................... 2.1.4.2. Laporan Laba Rugi................................................. 2.1.4.3. Laporan Saldo Laba ............................................... 2.1.4.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan ........................................ 2.2. Analisa Laporan Keuangan .......................................................... 2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................ 2.2.2. Peralatan analisa Yang digunakan ...................................... 2.2.2.1. Index Number Trend Series ................................... 2.2.2.2. Common Size Financial Statement ........................ 2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan ........................................ 2.2.2.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 2.3. Penilaian Kinerja BUMN.............................................................. 2.4. Penelitian Terdahulu .....................................................................
5 5 5 6 7 7 8 9 10 11 12 12 12 13 13 13 13 13 14 20 21 22
III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran..................................................................... 3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 3.3. Jenis Dan Sumber Data ................................................................ 3.4. Metode Pengolahan Dan Analisis Data........................................ 3.4.1. Analisis Berdasarkan Penilaian BUMN............................. 3.4.2. Analisis Tren ...................................................................... 3.4.3. Analisis Persentase Per Komponen.................................... 3.4.5. Proyeksi Keuangan ............................................................
24 24 26 26 26 27 27 27 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 4.1. Data Perusahaan ........................................................................... 4.1.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran ................................................ 4.1.1.1 Visi ....................................................................... 4.1.1.2 Misi....................................................................... 4.1.1.3 Tujuan ................................................................... 4.2. Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................... 4.3. Peluang Dan Keunggulan............................................................. 4.3.1. Peluang............................................................................... 4.3.2. Keunggulan ........................................................................ 4.4. Perkembangan (Tren) Laporan Keuangan AJ Kramat Jati .......... 4.5. Perkembangan Persentase Per Komponen AJ Kramat Jati .......... 4.6. Analisis Rasio Keuangan AJ Kramat Jati .................................... 4.6.1. Analisis Likuiditas ............................................................. 4.6.2. Analisis Solvabilitas........................................................... 4.6.3. Analisis Profitabilitas .........................................................
30 30 30 30 30 30 31 35 35 35 35 38 42 42 44 47
73
4.6.4. Analisis Aktivitas ............................................................... 4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan ......... 4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja BUMN.......................... 4.8.1. Aspek Keuangan ................................................................
49 53 54 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 5.2. Saran...............................................................................................
61 61 62
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
64
LAMPIRAN..............................................................................................
65
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca ..............................................
36
2. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi.........................................
37
3. Perkembangan Nilai Komponen aktiva Terhadap Total Aktiva ..........
39
4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva ..........
40
5. Perkembangan Nilai Komponen Laba rugi Terhadap Rugi Bersih......
41
6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas ..................................................
42
7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas ...............................................
44
8. Perkembangan Nilai Rasio Profitabilitas .............................................
47
9. Perkembangan Nilai Rasio Aktivitas ...................................................
50
10. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan ..................................
55
74
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Kerangka pemikiran konseptual ...........................................................
25
2. diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ...................................................
29
3. Perkembangan (Tren) Neraca...............................................................
36
4. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi ......................................
38
5. Perkembangan (Tren) Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva .......
39
6. Perkembangan (Tren) Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva........
40
7. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih ..
41
8. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................
44
9. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas .............................................
45
10. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ...........................................
48
75
11. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ...........................................
49
12. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas .................................................
50
13. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas .................................................
52
14. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas .................................................
53
15. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ...........................................
56
16. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................
57
17. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas .................................................
58
18. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas .................................................
59
19. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas .............................................
60
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Hasil Analisis rasio PT. PLN AJ Kramat Jati ......................................
65
2. Tata Cara Tingkat Penilaian Kesehatan BUMN ..................................
66
3. Perhitungan Analisis Rasio ..................................................................
71
4. Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005 ..........
73
5. Laporan Laba Rugi PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 ---2005 ................................................................................................ ............ 79
76
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Privatisasi menjadi fenomena ekonomi yang menonjol di dunia sekarang ini. Sesungguhnya privatisasi telah ada sejak tahun 1980-an, dipelopori oleh Inggris yang memang menganut ekonomi liberal. Langkah ini kemudian diikuti juga oleh negara-negara di Asia, termasuk Indonesia yang makin berorientasi ke sistem ekonomi pasar. Setelah beberapa dekade dimana pemerintah di berbagai negara diseluruh dunia meningkatkan ruang lingkup dan campur tangan pemerintah dalam perekonomian, maka pada tahun 1980-
77
an terjadi pergeseran dari hampir semua bagian dilakukan oleh pemerintah melalui sektor publik, menuju ketergantungan yang lebih besar pada sektor swasta. Sejak tahun 1984, harta BUMN yang dialirkan kepada swasta mencapai US $ 250 Milyar diseluruh dunia dan pada tahun 1991 penjualan saham BUMN mencapai US $ 50 Milyar (Miranda, 1996). Privatisasi BUMN terjadi di berbagai negara dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Menurut Miranda S. Goeltom (1996) Alternatif metode itu dapat diringkas sebagai berikut: 1. Pelimpahan hak kepemilikan a.
Penjualan saham/ aset seluruhnya kepada (i) swasta, (ii) publik, melalui bursa efek.
b.
Penjualan sebagian saham/ aset kepada (i) publik, baik domestik maupun internasional, (ii) manajeman dan karyawan, (iii) melalui join venture.
2. Pelimpahan kendali manajemen a.
Sebagian, dengan cara (i) pemisahan antara kepemilikan dengan manajemen, (ii) joint venture, atau (iii) penggantian manajemen.
b.
Seluruhnya, dengan cara sub contracting.
c.
Dengan mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan otonomi yang lebih luas kepada manajemen BUMN. Dalam hal ini, manajemen BUMN bebas dalam menentukan harga, menetapkan kebijakan investasi dan pendanaannya, serta dalam hal pemenuhan kebutuhan sumber daya manusianya. Alasan Indonesia melakukan privatisasi BUMN diantaranya adalah
kesulitan keuangan negara, kebijakan liberalisasi ekonomi yang dilakukan pemerintah, dan tekanan dari perdagangan bebas dunia. Hal ini menuntut BUMN untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian agar tidak hanya sekedar bertahan, tetapi juga dapat berkembang dalam situasi persaingan dunia yang semakin keras. Dalam konteks globalisasi ekonomi dan era perdagangan bebas, konsep peningkatan efisiensi dan produktivitas menjadi vital dan merupakan pangkal yang berpijak dari upaya peningkatan daya saing.
78
Dalam hal dipilihnya perusahaan listrik sebagai obyek yang diteliti karena disadari bahwa tenaga listrik merupakan suatu jenis energi yang di sebagian besar negara merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan secara internasional. Tenaga listrik juga merupakan suatu produk industri yang unik sifatnya karena tidak dapat disimpan dan dikemas, sehingga jumlah produknya harus selalu disesuaikan dengan kebutuhannya dari waktu ke waktu. Selain itu, besarnya penggunaan jenis energi ini merupakan tolak ukur dari tingkat kemajuan dan kesejahteraan suatu negara karena hampir setiap aktivitas kehidupan maju saat ini tidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatan tenaga listrik. Tenaga listrik sudah berubah menjadi salah satu kebutuhan
pokok
bagi
kehidupan
manusia
sehingga
setiap
orang
berkepentingan terhadap kualitas dan harganya. Di banyak negara usaha ini masih ditangani oleh negara, bukan saja karena alasan resiko dan modal yang besar, tetapi juga karena usaha ini pada awalnya harus mengemban banyak tugas sosial. Karakteristik tenaga listrik yang unik, kebutuhan listrik yang menguat, sedangkan persediaan sumber daya energi primer terbatas, ditambah lagi dengan adanya rencana privatisasi dan rencana naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL), sehingga masalah yang menyangkut kondisi
perusahaan
menjadi menarik untuk diketahui, terutama kondisi keuangannya.
1.2. Perumusan Masalah Perubahan status perusahaan yang dilakukan pemerintah pada PT. PLN (Persero) sebenarnya ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, perusahaan hampir setiap tahun melaporkan terjadinya kerugian dan meminta kepada pemerintah sebagai pemilik untuk melakukan penyesuaian harga jual kepada konsumen. Alasan perusahaan ini dikarenakan tingginya beban yang harus ditanggung oleh perusahaan, ditambah lagi naiknya harga minyak dunia turut menambah beban perusahaan, tetapi pemerintah menolak rencana ini dan meminta perusahaan untuk besar.
meminimalisasi potensi kerugian yang lebih
79
Dari uraian singkat diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai berikut : - Apakah telah tercapai efisiensi dana dan biaya pada perusahaan ? -
Mengapa terjadi kerugian yang cukup besar hampir tiap tahun ?
-
Faktor – faktor apa saja penyebab terjadinya kerugian ?
1.3. Tujuan Penelitian -
Menganalisis tingkat efisiensi perusahaan khususnya masalah keuangan.
-
Mengetahui langkah – langkah yang telah diambil dan memberi masukan alternatif lain untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
-
Menganalisis kondisi keuangan perusahaan secara umum.
-
Menganalisis sebab – sebab terjadinya kerugian dan langkah apa saja yang dapat diambil untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih besar.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi instansi Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam membuat
kebijakan dan strategi selanjutnya dalam upaya
peningkatan kinerja keuangan perusahaan. 2. Bagi penulis Penilitian ini berguna untuk menambah pengalaman, wawasan dan diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dari ilmu yang diperoleh saat kuliah mengenai manajemen keuangan, khususnya yang berkaitan dengan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan.
1.5. Ruang Lingkup
80
Laporan keuangan yang akan dianalisis difokuskan pada laporan neraca, dan laporan laba-rugi, namun tidak menutup kemungkinan penggunaan laporan keuangan perusahaan lainnya seperti laporan arus kas. Sedangkan alat analisis atau metode yang dipergunakan antara lain analisis trend (analisis horizontal), analisis persentase per komponen (analisis vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas) serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode berikutnya. Dalam penelitian ini digunakan juga bahan acuan analisis laporan keuangan perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian terhadap kinerja perusahaan yang meliputi aspek keuangan. Seluruh analisis diatas digunakan untuk melihat sejauh mana perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati selama empat periode terakhir (2003- 2005).
81
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan keuangan merupakan alat pelaporan utama untuk mengkomunikasikan informasi keuangan pada para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas, serta catatan dan penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 1994). Laporan keuangan yang disusun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang meungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok menurut IAI (1994) :
82
1. Dapat dipahami Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu.
3. Keandalan Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan dan kepentingan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyampaikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara ada pihak lain yang dirugikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan Menurut IAI (1994) pemakai laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi: 1. Investor
83
Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil dari investasi yang dilakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan/menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok yang mewakili tertarik dengan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
84
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. 7. Masyarakat Membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 2.1.4. Komponen-komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan pokok umumnya meliputi neraca, laporan labarugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas. 2.1.4.1. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu (Robert H. Crandall, et al., 1998). Neraca biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan keuangan perusahaan, kombinasi aktiva yaitu cara perusahaan menggunakan aktiva dalam memperoleh pendapatan dan beberapa variabel kunci yang dapat dikombinasikan dengan informasi lain untuk menentukan efisiensi perusahaan.
85
Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi perusahaan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang dapat digambarkan dalam persamaan: Aktiva = kewajiban + modal
Posisi-posisi ini didefinisikan sebagai berikut, menurut IAI (1994): 2.1.4.1.1. Aktiva Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Aktiva dikelompokkan menjadi: A. Aktiva Lancar Aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam waktu satu tahun atau dalam siklus normal operasi perusahaan yang mana yang lebih lama (IAI, 1994). Menurut IAI (1994) aktiva lancar terdiri dari: 1. Kas dan bank,
86
2. Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak dimaksudkan untuk ditahan, 3. Deposito jangka pendek, 4. Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, 5. Piutang, 6. Persediaan, 7. Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar, 8. Pembayaran pajak di muka, 9. Biaya dibayar di muka. B. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dilakukan untuk tujuan jangka panjang, lebih lama dari satu tahun atau siklus normal operasi perusahaan, yang mana yang lebih panjang dan tidak digunakan dalam operasi perusahaan (Williams et al, 1992). Yang termasuk investasi jangka panjang diantaranya adalah: - Investasi jangka panjang dalam bentuk sekuritas: (i) saham, (ii) obligasi -
Dana khusus yang ditujukan untuk keperluan tertentu
- Investasi dalam bentuk aktiva tetap yang tidak digunakan dalam operasi perusahaan, seperti tanah yang ditujukan untuk spekulasi. C. Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
87
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (IAI,1994). Contoh aktiva tetap: tanah, peralatan, mesin, bangunan, dan lain-lain. D. Aktiva Tak Berwujud Aktiva tak lancar dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain (IAI, 1994). Aktiva tak berwujud dapat berbentuk hak paten, hak cipta, franchise atau merk dagang. E. Aktiva Lain-lain Posisi-posisi yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap dan juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/ penyertaan, maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang pada pemegang saham, beban yang ditangguhkan, dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain (IAI, 1994). 2.1.4.1.2. Kewajiban Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
88
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (IAI, 1994).
A. Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditor atau yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan mana yang lebih lama (IAI, 1994), yang meliputi (IAI, 1994): 1.
Pinjaman bank dan pinjaman lainnya,
2.
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca,
3.
Utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar,
4.
Uang muka penjualan,
5.
Utang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank, dan rupa-rupa utang lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun,
6.
Penyisihan kewajiban pajak,
7.
Utang dividen,
8.
Pendapatan-pendapatan yang ditangguhkan dan uang muka dari pelanggan,
9.
Kewajiban kontinjen, situasi/ kondisi dengan hasil akhir berupa untung atau rugi yang baru dapat dikonfirmasikan
setelah
terjadinya
atau
tidak
terjadinya satu/ lebih peristiwa yang tidak pasti terjadi di masa depan. B. Kewajiban Jangka Panjang
89
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang tidak memerlukan penggunaan aktiva lancar atau penciptaan kewajiban baru dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan yang mana yang lebih lama. Contohnya utang obligasi, utang wesel, utang pajak penghasilan (Williams et al, 1992). 2.1.4.1.3. Ekuitas Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam neraca tergantung pada pengukuran aktiva dari kewajiban (IAI, 1994). Ekuitas dibagi menjadi dua, yaitu: A. Modal Disetor (Paid in Capital) Modal disetor merupakan jumlah yang dibayar oleh para pemegang saham untuk memperoleh saham (Williams, 1992). Modal disetor dibagi lagi menjadi: (i) modal saham, (ii) tambahan modal disetor (Additional paid in capital). B. Saldo Laba (Retained Earning) Saldo laba menujukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu (IAI, 1994). 2.1.4.2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi menyajikan informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk
90
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan (IAI, 1994). Unsur-unsur pembentuk laporan laba rugi: A. Penghasilan (Income) Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan/ penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi, baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Pendapatan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga royalti dan sewa (IAI, 1994). B. Beban Beban dapat diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar/ berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (IAI, 1994). 2.1.4.3. Laporan Saldo Laba Laporan saldo laba menggambarkan perubahan laba perusahaan selama satu periode dan menghubungkan laporan laba rugi dengan neraca (Williams, 1992). Laporan
91
ini memperlihatkan saldo laba awal tahun pertambahan nilai kekayaan bersih karena laba dan penurunan yang disebabkan oleh pembagian laba kepada pemilik dalam bentuk dividen. 2.1.4.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan Salah satu metode yang digunakan untuk mengestimasi level dari pasiva, aktiva atau biaya adalah dengan mempergunakan suatu persentase tertentu terhadap penjualan. Dengan mempergunakan suatu persentase tertentu ini, hakikatnya telah diasumsikan bahwa terdapat hubungan proporsionalitas antara aktiva, pasiva dan biaya dengan penjualan. Persentase yang digunakan, dihitung dari data laporan keuangan dikaitkan dengan tingkat penjualan (Mushlih, 2003). Proyeksi keuangan dengan metode persentase tertentu dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan keuangan perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Karena periode perencanaan yang lebih panjang ini, detail dari komponen yang direncanakan kurang ditekankan. Melainkan fokusnya untuk mengestimasi kebutuhan pembiayaan perusahaan untuk jangka waktu yang cukup panjang. 2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan
92
Walaupun laporan keuangan sangat berguna dalam pengambilan keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Simamora (2002) laporan keuangan memiliki keterbatasan, diantaranya: 1. Laporan keuangan hanya menyajikan informasi yang diukur dengan satuan mata uang. 2. Informasi akuntansi biasanya melibatkan pertimbangan (judgement dan estimasi). 3. Laporan keuangan berisi informasi yang bersifat history. 4. Adanya proses penyederhanaan dan peringkasan dalam laporan keuangan. 2.2. Analisa Laporan Keuangan 2.2.1. Pengertian Analisa laporan keuangan merupakan proses pertimbangan yang bertujuan untuk mengevaluasi keadaan keuangan dan hasil kegiatan operasi pada masa lalu dan masa kini, dengan tujuan utamanya untuk menentukan estimasi dan prediksi yang terbaik tentang keadaan dan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang (Bernstein, 1989). 2.2.2. Peralatan Analisa yang Digunakan Dalam melakukan analisa laporan keuangan, ada beberapa peralatan yang dapat digunakan, yaitu: 2.2.2.1. Index Number Trend Senses Jika perbandingan laporan keuangan mencakup periode lebih dari tiga tahun, metode perbandingan dari tahun ke tahun menjadi tidak praktis. Cara yang paling baik untuk perbandingan tren dari periode yang lebih panjang adalah dengan menggunakan angka indeks (Bernstein, 1989).
93
Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan hasil analisis rasio. Analisis trend secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Rxt =
Px t x 100% Px o
Dimana;
Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t
Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
2.2.2.2. Common Size Financial Statement Common Size Financial Statement merupakan analisa vertikal dari laporan keuangan. Metode ini menyatakan besarnya proporsi suatu item terhadap total atau sub total suatu kelompok yaitu aktiva, kewajiban, dan modal dalam neraca dari penjualan dalam laporan laba rugi, dalam suatu periode tertentu (Kieso, 1992). Metode ini sangat berguna untuk menganalisa struktur internal laporan keuangan. Analisa struktural dalam neraca biasanya difokuskan pada struktur permodalan dan komposisi aktiva perusahaan, sedangkan analisa vertikal dalam laporan laba rugi digunakan untuk menganalisa hubungan item-item dalam laporan tersebut dengan penjualan. Analisis ini dapat digunakan sebagai pendukung dari analisis rasio dimana hasilnya akan digunakan dalam menginterpretasikan hasil analisis rasio. Analisis persentase per komponen secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ryt = Dimana;
Py t x 100% Py o Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan
94
Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t Pyo = pos dasar sebagai pembanding
2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dan mengetahui kondisi keuangan dengan cepat. Dengan rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu ke waktu (Mushlih, 2003). Menurut Mushlih (2003) Analisa rasio keuangan mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Analisa rasio hanya berurusan dengan data kuantitatif, tidak melihat faktor kualitatif. 2.
Manajemen dapat memanipulasi rasio keuangan.
3. Perbandingan rasio antar perusahaan dapat menyesatkan karena perbedaan praktek akuntansi pada masing-masing perusahaan. 4. Perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rata-rata industri dapat menyesatkan karena banyak perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu industri. 5. Perbedaan definisi common ratio yang digunakan oleh analis yang berbeda. 6. Karena catatan akuntansi dinyatakan dengan mata uang, maka perubahan nilai mata uang dapat menyebabkan distorsi dalam membandingkan rasio yang dihitung pada waktu yang berbeda. Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam analisa rasio, tidak berarti peralatan analisa ini tidak berguna. Analisa rasio tetap merupakan alat yang berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan dan efektivitas manajemen, dengan mengingat keterbatasan tersebut.
95
Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas (Munawir, 2002).
A. Analisis Likuiditas Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo (Munawir, 2002). Jadi analisis likuiditas menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan jatuh tempo. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio berikut:
1.
Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba (Sawir, 2005). Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio lancar =
2.
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005) persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut:
96
Rasio cepat =
Aktiva Lancar − Persediaan Hutang Lancar
B. Analisis Solvabilitas Analisis Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang umum digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain (Munawir, 2002). 1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir,2005). Rasio utang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio utang =
Total Hutang Total Aktiva
2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas (modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir, 2005). Rasio utang terhadap ekuitas dapat dirumuskan:
Rasio utang terhadap ekuitas =
Total Hutang Total Ekuitas
3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang
97
digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut:
Total Ekuitas Total Aktiva
Rasio ekuitas terhadap total aktiva =
4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan. Jika aktiva tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang. Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktuwaktu pembayaran utang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Ekuitas terhadap aktiva tetap =
Total Ekuitas Total Aktiva Tetap
5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset to long Term Debt Ratio) Rasio menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap terhadap seluruh
kewajiban
jangka
panjang
perusahaan.
Rasio
ini
merupakan ukuran tingkat keamanan kreditur jangka panjang terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin besar jaminan keamanan kreditur dari perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio =
Aktiva
tetap
Total Aktiva Tetap Hutang Jgk. Panjang
C. Analisis Profitabilitas
thd
Utang
jgk.
panjang
98
Analisis
profitabilitas
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dalam periode tertentu. Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah: 1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan perusahaan yang diperoleh melalui penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin Laba kotor = Penjualan – Harga Pokok Penjualan Penjualan 2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Dapat dirimuskan sebagai berikut:
Rasio Marjin Laba Bersih =
Laba Bersih Penjualan
3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio) Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin besar nilai rasio ini maka kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi semakin besar pula. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin operasi =
Laba Usaha Penjualan
4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan, dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
99
Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) =
Laba Bersih Ekuitas
5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment) Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Manajemen dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio =
Tingkat
Pengembalian
Investasi
(ROI)
Laba Bersih Total Aktiva
6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset) Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (ROA) =
Laba Usaha Total Aktiva
D. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan asset untuk memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan. Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut: 1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
100
Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan dan memperoleh laba (profit). Nilai rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat diperoleh untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Total Aktiva =
Penjualan Total Aktiva
2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Aktiva Tetap =
Penjualan Aktiva Tetap
3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio) Rasio ini digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Modal Kerja =
Penjualan Modal Kerja Bersih
4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
101
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini mencerminkan besarnya nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap persediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Persediaan =
Penjualan Persediaan
5. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Raio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Piutang =
Penjualan Piutang
2.2.2.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan Teknik yang digunakan untuk memproyeksi kebutuhan keuangan ini dapat dijelaskan dengan prosedur sebagai berikut (Mushlih, 2003) : 1. Hitung proporsi dari aktiva lancar dan aktiva tetap terhadap penjualan. Proporsi ini diasumsikan tetap sama untuk periode proyeksi tahun yang akan datang. 2. Hitung kenaikan dalam total aktiva yang disebabkan oleh kenaikan penjualan. Kenaikan dalam total aktiva ini harus dibiyai dengan sumber dana baik utang atau modal sendiri. 3. Sumber dana utang diperoleh antara lain dari sumber spontan, yaitu utang dagang, dan biaya- biaya yang akan dibayar karena timbulnya penjualan.
102
4. Kekurangan dari sumber dana ini dapat di biayai dari retained earnings sesudah dikurangi dividen dan pembiayaan dari utang luar lainnya. Teknik penentuan kebutuhan pembiyaan dari luar ini secara sederhana dapat
diformulasikan sebagai berikut :
EF = [{(TA – CL) / So} x ^S] – {(SI x NPM) (1 – DP)} Dimana : EF
= Dana luar yang dibutuhkan.
TA
= Total Aktiva perusahaan.
CL
= Utang Lancar.
So
= Penjualan pada tahun awal.
^S
= Tambahan penjualan yang direncanakan.
S1
= Penjualan pada tahun proyeksi 1.
NPM = Net Profit Margin. DP
= Rasio Pembayaran Dividen Terhadap Earning Per Share (dividen pay out ratio).
2.3. Penilaian Kinerja BUMN Penilaian kinerja perusahaan BUMN berdasarkan pada ketentuan Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek, yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam penelitian ini digunakan standar penilaian kinerja berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai Tingkat Kesehatan BUMN berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang meliputi aspek
103
keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Tata cara penilaian Tingkat Kesehatan BUMN selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 1. Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu:
a. Sehat, yang terdiri dari : AAA apabila total skor (TS) > 95 AA apabila 80
Kurang Sehat, yang terdiri dari : BBB apabila 50
c.
Tidak Sehat, yang terdiri dari : CCC apabila 20
melakukan
restrukturisasi
dalam
rangka
peningkatan
efisiensi
dan
produktivitas. Restrukturisasi perusahaan tersebut, meliputi: 1. Perubahan status hukum BUMN ke arah yang lebih menunjang pencapaian maksud dan tujuan perusahaan. 2. Kerjasama operasi/ kontrak manajemen dengan pihak ketiga. 3. Konsolidasi/ merger. 4. Pemecahan badan usaha. 5. Penjualan saham melalui pasar modal. 6. Penjualan saham secara langsung (direct placement). 7. Pembentukan perusahaan patungan.
2.4. Penelitian Terdahulu Irwan, tahun 2003 melakukan penelitian dengan judul Kinerja Keuangan PT. FAST FOOD INDONESIA Tbk. Periode 1997-2001. Tujuan
104
dari penelitiannya ialah melihat perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 1997-2001; menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio, yang tercermin dari tingkat rentabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan aktivitas; menganalisa faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan; serta mengidentifikasi strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio yang terdiri dari rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas serta analisis Du Pont. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perusahaan yaitu biaya pokok, biaya operasional dan perputaran persediaan yang kurang efisien. Sedangkan faktor eksternal bersifat sementara dan tidak bisa dikontrol perusahaan. Penelitian Nurhasanah tahun 2005 yang berjudul Analisis Laporan Keuangan dan upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah mengetahui perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis kinerja
keuangan
perusahaan,
serta
mengidentifikasi
strategi
bagi
keberlangsungan operasional selanjutnya. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio serta analisis Du Pont. Berdasarkan hasil analisisnya, kondisi perusahaan selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup baik. Senny Oktaviani pada tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistik Jakarta. Tujuan yang mendasari penelitiannya adalah menganalisis kinerja koperasiBPS dengan menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2003, mengetahui masalah yang mempengaruhi kinerja Koperasi-BPS, serta memberikan saran untuk perbaikan kinerja Koperasi-BPS dimasa yang akan datang. Metode yang dipergunakan dalam penelitiannya antara lain menggunakan alat analisis berupa analisis trend,
105
persentase per komponen, dan analisis rasio. Selain itu digunakan juga metode analisis standar penilaian kinerja Koperasi untuk mengetahui kinerja koperasi
secara
keseluruhan.
Adapun
hasil
yang
diperoleh
dalam
penelitiannya adalah berdasarkan analisis standar penilaian kinerja koperasi maka koperasi BPS pada tahun-tahun analisis sudah termasuk dalam kategori Koperasi yang berkinerja baik, hanya saja kecenderungan nilainya menurun.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan keuangannya dari tahun ke-tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya didalam usahanya. Selain itu kinerja keuangan juga mencerminkan keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan keuangannya. Gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diperoleh dengan cara melakukan interpretasi atau analisis terhadap laporan keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja
106
keuangannya dianalisis melalui analisis laporan keuangan, diantaranya analisis Trend, analisis presentase per-komponen, analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis laporan keuangan yang berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBUMN/2002 berdasarkan aspek keuangan, serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode berikutnya. Dari hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat diketahui perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati untuk empat periode terakhir (2003-2005) dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat digambarkan dalam bagan berikut:
107
Kebijakan Keuangan PT. PLN (Persero)
Pelaksanaan Kebijakan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati
Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005
Penilaian Kinerja Perusahaan Berdasarkan SK Menteri BUMN No.100/M-BUMN/2002
-
Analisis Keuangan; Analisis Trend Analisis Vertikal Analisis Rasio Proyeksi Kebutuhan Dana
Aspek Keuangan Aspek Operasional Aspek Administrasi
Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN No.100/M- BUMN/2002
Perkembangan Kinerja Keuangan PT. PLN (persero) AJ Kramat Jati (2003-2005)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
108
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2006 di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati yang berlokasi di Jl.Raya Bogor Km 20 No. 1 Kramat Jati, Jakarta Timur.
3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara tidak terstruktur dengan pihak manajemen perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang meliputi laporan neraca kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), laporan laba-rugi kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), profil perusahaan serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dalam kebutuhan data penelitian. Sebagai data penunjang, dikumpulkan pula data-data yang telah diolah pada instansi-instansi terkait, seperti BPS dan Kementrian Keuangan, serta berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan (melalui proses editing) dari penelitian, diolah (tabulasi) secara manual maupun dengan menggunakan alat bantu (komputer). Data yang telah dikumpulkan, disusun dan diolah kemudian dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Analisis perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati dilakukan dengan menggunakan berbagai metode analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis trend, analisis common size statement, analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis; yakni likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas, serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode mendatang. Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan, penilaian kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan
109
SK. Menteri BUMN No.100/M- BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan dalam aspek keuangan.
3.4.1 Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN Penilaian kinerja perusahaan berdasarkan pada ketentuan Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No.100/MBUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap aspek keuangan. Analisis laporan keuangan perusahaan mengacu pada standar penilaian kinerja perusahaan
tersebut untuk diketahui tingkat kinerja keuangan PT. PLN
(Persero) Area Jaringan Kramat Jati periode 2003-2005.
3.4.2. Analisis Trend Rxt =
Px t x 100% Px o
Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
3.4.3. Analisis Persentase Per-Komponen (Common-Size Statement) Ryt =
Py t x 100% Py o
Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t Pyo = pos dasar sebagai pembanding
3.4.4. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan pada data keuangan yang tidak berbentuk rasio (Sawir, 2005). Analisis rasio ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis aktivitas.
Analisis Likuiditas, yang terdiri atas; 1. Rasio Lancar (Current Ratio)
110
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Analisis Solvabilitas, yang terdiri atas; 1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio) 2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) 3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) 4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio) 5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset to long Term Debt Ratio)
Analisis Profitabilitas, yang terdiri atas; 1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) 2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) 3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio) 4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity) 5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment) 6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)
Analisis Aktivitas, yang terdiri atas; 1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) 2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio) 3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio) 4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio) 5. Rasio Perputaran Piutang ( Account Receivable Turn Over Ratio)
3.4.5. Proyeksi
Keuangan
Dengan
Metode
Persentase
Penjualan EF = [{(TA – CL) / So} x ^S] – {(SI x NPM)
(1 – DP)}
Terhadap
111
Tujuan Penelitian Penentuan Desain Penelitian
Metode Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
Studi Pustaka
Penentuan Cara Pengolahan dan Analisis data
Penentuan Teknik Pengumpulan data
-
Pengumpulan Data Data Gambaran Umum PT. PLN Laporan keuangan PT. PLN Periode 2003-2005
Tidak
-
Metode Pengolahan Data & Analisis Data Analisis Trend Analisis Persentase PerKomponen Analisis Rasio Keuangan Proyeksi kebutuhan dana
Ya OK
Tabulasi Data yang diperoleh
-
Perhitungan Perhitungan Trend Perhitungan Persentase Perkomponen Perhitungan Rasio Perhitungan kebutuhan dana Tidak OK
Standar Penilaian Kinerja Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN No.100/MBUMN/2002
Ya Interpretasi (Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan)
Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
112
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DATA PERUSAHAAN Nama
:
PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.
:
Ditetapkan
16 Januari 2003, sesuai SK Direksi PT PLN (Persero) No. 010.K/010/DIR/2003
:
Kantor Induk
Jl. M.I. Ridwan Rais No. 1 Jakarta 10110 Indonesia
:
Bisnis Utama
•
Penjualan Tenaga Listrik
•
Pengoperasian,
Pemeliharaan
dan
Pengembang Jaringan Tenaga Listrik Sistem Tegangan Menengah (20 KV) dan Jaringan Tegangan Rendah (220 V) Total Aset
:
Rp. 2,8 Trilyun
SDM
:
3.475 Orang ( status Agustus 2005 )
:
3.073.413 Pelanggan ( status Maret 2005 )
Jumlah Pelanggan
4.1.1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PERUSAHAAN 4.1.1.1. Visi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Diakui sebagai Perusahaan Publik Utility dengan kinerja kelas dunia yang unggul, tumbuh berkembang bertumpu kepada potensi insani.
4.1.1.2. Misi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Melaksanakan Distribusi dan Penjualan Tenaga Listrik serta mengembangkan usaha dalam bisnis yang terkait berdasarkan
113
kaidah Industri dan Usaha yang sehat yang berorientasi kepada Kepuasan Pelanggan, Anggota Perusahaan dan Pemegang Saham.
4.1.1.3. Tujuan PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang • Korporatisasi (kelayakan keuangan) sebagai perusahaan yang
mandiri. • Transparansi/akuntabilitas dalam bidang peran, tugas, tanggung
jawab dan wewenang. •
Peningkatan efisiensi dan pengembangan usaha.
Sasaran PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang • Menyiapkan Strategi Unit Bisnis menjadi anak perusahaan yang
mandiri. • Meningkatkan Customer Value, Share holder Value dan Employee
Value. •
Meningkatkan kompetensi dan efektifitas kinerja SDM.
• Mengupayakan penerapan tarif tenaga listrik sesuai dengan nilai
ekonominya (Customer Oriented Company). • Menyediakan tenaga listrik dengan jumlah dan kualitas yang
memadai sesuai dengan kaidah bisnis yang wajar.
4.1.2. STRUKTUR ORGANISASI
114
4.2. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN Sejarah berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang listrik oleh salah satu perusahaan Belanda (NV NIGM) yang ditandai dengan pendirian pusat pembangkitan tenaga listrik (PLTU) yang berlokasi di Gambir. Sejalan dengan pasang surutnya sejarah perjuangan bangsa, maka pada masa pemerintahan Jepang NV NIGM (Belanda) diambil alih oleh Pemerintah Jepang yang pada akhirnya dialihkan ke perusahaan Djawa Denki Jogyosha Djakarta Shisha. Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang pada 17 Agustus 1945, maka dibentuklah Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta yang selanjutnya dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada tahun 1947 dan namanya berubah menjadi NV OGEM. Kemudian dengan berakhirnya masa konsesi NV OGEM Cabang Jakarta yang selanjutnya diikuti dengan nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia sesuai Keputusan Menteri PU dan Tenaga No. U 16/9/I tanggal 30 Desember 1953, maka pada tanggal 01 Januari 1954 dilakukan serah terima dan pengelolaannya diserahkan ke Perusahaan Listrik Jakarta dengan wilayah kerjanya adalah meliputi Jakarta Raya dan Ranting Kebayoran & Tangerang. Seiring dengan berjalannya waktu, maka perubahanpun terus bergulir sesuai kronologi berikut ini: 1. Berdasarkan UU No. 19 tahun 1960 dan PP No. 67 tahun 1961, dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) khusus untuk wilayah Jakarta dengan nama Perusahaan Listrik Negara Exploitasi XII. 2. Berdasarkan SK Direksi BPU PLN No. Kpts/030/DIRPLN/62 tanggal 21 Desember 1962, wilayah kerja PLN Exploitasi XII dibagi menjadi 7 buah distrik dengan kelas yang berbeda-beda. 3. Pada tahun 1965 terjadi perubahan tanggung jawab, dimana PLN Exploitasi XII meliputi Cabang Gambir & Cempaka Putih, Jakarta
115
Kota, Kebayoran, Jatinegara & Cawang, Tangerang dan Cabang Tanjung Priok pada tahun 1970. 4. Berdasarkan PP No. 18 tahun 1972, status Perusahaan Listrik Negara dirubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara. 5. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 01/Prt/1973 tanggal 23 Maret 1973, PLN Exploitasi XII dirubah menjadi Perum Listrik Negara Distribusi IV yang meliputi Cabang Gambir, Kota, Kebayoran, Jatinegara, Tanjung Priok, Tngerang dan Bengkel Karet. 6. Berdasarkan SK Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8 Agustus 1976, nama PLN Distribusi IV dirubah menjadi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (sesuai SE Direksi PLN No. 025/PST/1976 tanggal 17 April 1976). 7. Berdasarkan penjelasan dan pengumuman Pemerintah tentang pembentukan Kabinet Pembangunan III tanggal 29 Maret 1978, PLN yang semula bernaung di bawah Departemen PUTL dialihkan menjadi di bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi. 8. Pada kurun waktu 1984 s/d 1988 terjadi beberapa penambahan Unit Kerja, sehingga PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang memiliki tujuh cabang sebagai unsur pelaksana, satu unit pengatur distribusi dan satu bengkel pemeliharaan kelistrikan. Dua yang disebut terakhir adalah sebagai unsur penunjang. 9. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994, PLN yang dulunya dikenal sebagai PERUM berubah statusnya menjadi PERSERO, sehingga namanya berubah menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. 10.Berdasarkan White Paper Mentamben Agustus 1998, maka Pemerintah
meluncurkan
kebijakan
Restrukturisasi
Sektor
Ketenagalistrikan sesuai Keputusan Menko WASPAN No. 39/KEP/MK.WASPAN/9/1998 serta kebijakan PT PLN (Persero) Kantor Pusat, maka PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya &
116
Tangerang diarahkan kepada Stategic Business Unit/Investment Centre. 11.Sehubungan dengan butir no. 10 di atas, maka Direksi PLN telah mengeluarkan SK No. 161.K/010/DIR/2000 tanggal 05 September 2000 tentang organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Sesuai SK Direksi tersebut, maka susunan organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang adalah sebagai berikut: a. Unsur Pimpinan adalah General Manager b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang: 1. Pemasaran dan Pengembangan Usaha 2. Pelayanan Pelanggan 3. Komersil 4. Perencanaan 5. Operasi dan Pelayanan Gangguan 6. Pemeliharaan 7. Logistik 8. Teknologi Informasi 9. Keuangan 10. Akuntansi 11. Organisasi dan SDM 12. Hukum 13. Hubungan Masyarakat 14. Umum c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern d. Unit Pelayanan (UP) e. Unit Pengelola Jaringan (UPJ) f. Unit Gardu Induk g. Unit Pengatur Distribusi (UPD) 12. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.010.K/010/DIR/2003 tanggal 16 Januari 2003 tentang Organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali, maka
117
susunan organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali sebagai berikut : a. Unsur Pimpinan adalah General Manager b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang: 1. Perencanaan 2. Distribusi 3. Niaga 4. Keuangan 5. SDM dan Organisasi 6. Komunikasi Hukum dan Administrasi c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern d. Area Pelayanan (AP) e. Area Jaringan (AJ) f. Area Pengatur Distribusi (APD) g. Area Pelayanan dan Jaringan : - Unit Pelayananan - Unit Pelayananan Jaringan - Unit Pelayananan dan Jaringan
4.3. PELUANG DAN KEUNGGULAN 4.3.1. Peluang Tingginya pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang mencapai 11% sebelum terjadinya krisis moneter, merupakan suatu peluang bisnis yang menjanjikan. Pemulihan ekonomi yang mulai bergulir saat ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang sempat terpuruk pada tahun 1998. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan yang bergerak naik dari -8,96% pada tahun 1998 menjadi 6,45% pada tahun 1999 dan sesuai perkiraan menjadi 12,75% pada akhir tahun 2000.
4.3.2. Keunggulan Memiliki sistem kelistrikan yang andal, dengan dukungan sistem Jaringan Tenaga Listrik (JTL) yang terdiri dari:
118
• Sistem JTL yang lengkap yang terdiri dari JTM 11.510 Kms, JTR
25.087 Kms, Gardu Distribusi (GD) 11.006 unit, Gardu Hubung (GH) 173 unit (status Januari 2003) dan konfigurasi jaringan yang sedemikian rupa sehingga menjamin keandalan pasokan tenaga listrik ke konsumen. • Tersebarnya Area-Area Pelayanan yang berjumlah 35 unit di
Wilayah Distribusi Jakarta dan Tangerang yang mendekati konsentrasi pelanggan, sehingga menjamin kecepatan pelayanan kepada masyarakat pelanggan.
4.4. Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis trend atau yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Analisis trend (horizontal) digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam laporan keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis trend ini dapat diketahui kecendrungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun hasil-hasil
(keuntungan) yang
telah
diperoleh
perusahaan,
apakah
meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap). Selain itu analisis ini juga berperan sebagai analisis pendukung dalam menginterpretasikan hasil analisis rasio sehingga komponen-komponen yang dilihat dalam analisis trend adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar dalam analisis trend adalah tahun 2003, dengan alasan bahwa tahun 2003 adalah tahun awal dari penelitian. Terlihat dari lampiran terdapat susunan neraca yang tidak lazim, hal ini terjadi karena perusahaan melihat jumlah nilai yang terbesar dulu untuk mengetahui komposisi dari struktur aktivanya. Berdasarkan panduan tata cara penyusunan laporan keuangan, terdapat ketentuan yang mempersilakan tiap-tiap Area Jaringan dalam penyusunan laporan keuangannya memakai cara-cara agar lebih mudah dalam menginterpretasikannya. Hasil analisis trend terhadap laporan
119
keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini. 600 500
Aktiva lancar
400
Pekerjaan Dalam Pelaksanaan Aktiva Tetap
(%) 300 200
Aktiva lain-lain
100
Utang Lancar Ekuitas
0 2003
2004
2005 Tahun
Gambar 3. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005
Tabel 1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca (%)
Komponen
2003
2004
2005
Aktiva
100
55
70
100
188
258
100
98
115
100
120
102
100
110
510
100
101
116
Lancar Pekerjaan Dalam Pelaksanaan Aktiva Tetap Aktiva Lain - lain Utang Lancar Ekuitas
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 –2005 (diolah)
120
Hasil analisis trend dari komponen neraca selama tahun 2003-2005 menunjukkan bahwa komponen pekerjaan dalam pelaksanaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat sebesar 158 %. Kenaikan ini terjadi karena cepatnya laju pertumbuhan ekonomi di kawasan AJ Kramat Jati, terutama maraknya pusat- pusat perbelanjaan baru yang memerlukan instalasi listrik dengan segera. Disisi pasiva kenaikan juga terjadi pada komponen utang lancar, di mana kenaikan dari jumlah utang lancar selama periode 2003-2005 mencapai 410 %, kenaikan ini terutama disebabkan naiknya harga minyak bumi pada pertengahan dan akhir 2005 sehingga utang usaha yang merupakan komponen penyumbang terbesar pada jumlah utang lancar meningkat drastis. Tabel 2. Perkembangan Nilai Komponen laba Rugi (%)
Komponen
2003
2004
2005
Pendapatan
100
113,33
126,67
100
88,31
68,4
100
87,4
58,9
Bersih Beban Usaha Rugi Bersih
140 120 100 80 Pendapatan Bersih
(%)
Beban Usaha
60
Rugi Bersih 40 20 0 2003
2004
2005 Tahun
Gambar 4. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Laba-Rugi PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005
121
Analisa trend terhadap laba rugi memperlihatkan adanya penurunan dari sisi rugi bersih yang diterima perusahaan dari periode 2003-2005 seperti yang terlihat dalam gambar 4. Penurunan ini disebabkan adanya kenaikan dalam pendapatan bersih pada periode 2003-2005 dan penurunan beban usaha sehingga mengurangi rugi bersih yang diperoleh perusahaan. Penurunan terbesar rugi bersih perusahaan terjadi di 2005 dengan penurunan rugi bersih sebesar 41,1 % dari tahun dasar.
4.5. Persentase Per-Komponen Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Analisis persentase per-komponen atau yang biasa dikenal dengan analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan dalam lima tahun terakhir. Jenis metode analisis ini disebut juga dengan metode analisis statis dimana komponen yang diperbandingkan dengan komponen lainnya dalam satu laporan keuangan yang sama berada dalam tahun yang sama. Dengan kata lain informasi yang didapat hanya keadaan keuangan pada tahun itu saja. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi investasi pada masing-masing aktiva, struktur permodalan serta komposisi biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Selain itu analisis
ini
juga
merupakan
pendukung
analisis
rasio
didalam
menginterpretasikannya. Hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati terlihat pada gambar 5.
122
100 90 80 70
Aktiva Lancar
60 (%)
Pekerjaan Dalam Pelaksanaan
50 40
Aktiva Tetap
30 20
Aktiva lain-lain
10 0 2003
2004
2005
Tahun
Gambar 5. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 20032005 Tabel 3. Perkembangan Nilai Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva (%)
Komponen Aktiva
2003
2004
2005
1
0,5
0,6
4
6,9
8
94
92,2
91,1
1
0,4
0,3
Lancar Pekerjaan Dalam Pelaksanaan Aktiva Tetap Aktiva Lain – lain Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005 (diolah) Hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan neraca menunjukkan bahwa
pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap memiliki
proporsi yang lebih besar terhadap total aktiva dibandingkan dengan aktiva lancar dan aktiva lain-lain serta pekerjaan dalam pelaksanaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan selama periode ini lebih banyak
123
mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang. Investasi yang dilakukan yakni penggantian minyak trafo dan pendirian gardu induk baru untuk masa operasi 25 tahun ke depan. Tabel 4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva (%)
Komponen
2003
2004
2005
Total Utang
1
1
4
Ekuitas
99
99
96
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 -2005 (diolah)
100 90 80 70 60 (%)
50
Total Utang
40
Ekuitas
30 20 10 0 2003
2004
2005 Tahun
Gambar 6. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 20032005
Disisi pasiva, komponen ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar terhadap total pasiva dibandingkan dengan total kewajibannya. Selama empat periode terakhir tidak terjadi perubahan yang signifikan, dimana jumlah ekuitas menurun sebesar 3 % pada tahun 2005 dibandingkan tahun sebelumnya. Total utang yang meningkat sebesar 3 % pada tahun 2005 karena kenaikan utang lancar yang cukup besar. Disisi pasiva juga terlihat
124
komponen akun antar satuan administrasi, pada dasarnya nilai yang terdapat dalam komponen tadi merupakan penilaian kembali atas aktiva tetap.
Tabel 5. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih (%)
Komponen
2003
2004
2005
Pendapatan
0,9
0
10
7
9
15
107,9
109
125
Lain – lain Pendapatan Bersih Beban Usaha Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 – 2005 (diolah)
140 120 100 80 Pendapatan Lain- lain
(%)
Pendapatan Bersih
60
Beban Usaha 40 20 0 2003
2004
2005 Tahun
125
Gambar 7. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 20032005
Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi menunjukkan bahwa komponen beban usaha merupakan komponen dengan proporsi penyumbang terbesar terhadap rugi bersih. Di mana dalam komponen ini terdapat beban fungsi distribusi yang terdiri dari perawatan/pemeliharaan atas sistem distribusi yang terdiri atas Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), trafo step up, trafo step down, gardu hubung dan gardu distribusi yang berada dalam wilayah Area Jaringan Kramat Jati. Dalam gambar 7 terlihat angka proporsi beban usaha terhadap rugi bersih yang rata-ratanya hampir 114 %. Sedangkan komponen pendapatan usaha berfluktuatif dengan kecenderungan yang meningkat di bandingkan dengan tahun dasar. Dalam laporan ini juga terlihat bahwa pendapatan usaha perusahaan hanya didapatkan dari penyambungan listrik pelanggan, sesungguhnya nilai tersebut sudah merupakan jumlah dari penjualan listrik secara kumulatif dari tiap unit pelayanan yang berada di bawah kontrol Area Jaringan Kramat Jati.
4.6. Analisis Rasio Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Dalam analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama periode
tertentu
untuk
diketahui
arah
pergerakannya
dan
juga
membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya atau bisa juga dengan menggunakan indikator atau tolok ukur tertentu dalam memperbandingkannya.
4.6.1. Analisis Likuiditas Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya, yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini
126
juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati menggunakan rasio kas, rasio lancar dan rasio cepat.. Perkembangan nilai rasio likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dapat dilihat dalam gambar 8. Tabel 6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas (%)
Komponen
2003
2004
2005
Rasio Lancar
101,2
50,8
14,2
Rasio Cepat
32
23,3
7,5
Rasio Kas
4,4
3,2
1,05
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 -2005 (diolah)
a. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan. Dalam rasio ini persediaan diperhitungkan dengan anggapan bahwa persediaan merupakan aktiva lancar yang likuid atau cepat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dari hasil analisis, rata-rata rasio cepat PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 21,9 % yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 21,9,- aktiva lancar tanpa persediaan, nilai rasio ini dianggap kurang baik karena
berada
dibawah
standar
yang
ditentukan
yakni
>100
%.
Perkembangan nilai rasio ini terlihat pada gambar 8 dengan tren yang menurun tiap tahunnya dengan penurunan terbesar terjadi di tahun 2005. Keadaan ini terjadi karena di tahun tersebut terjadi peningkatan jumlah utang lancar yang sangat besar.
b. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil analisis, rata- rata rasio lancar PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 55,4
127
% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 55,4,aktiva lancar. Bila dilihat dari nilainya, kemampuan perusahaan kurang baik karena
berada
dibawah
standar
yang
ditetapkan
sebesar
200
%.
Perkembangan nilai rasio ini selama tiga periode terakhir menunjukkan tren menurun. Penurunan ini disebabkan naiknya jumlah kewajiban lancar perusahaan dalam tiga periode terakhir dan adanya tren menurun dari jumlah aktiva lancarnya.
c. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling likuid dalam mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 2,88 %. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 2,88,- uang kas dan bank. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang sangat likuid karena berada di bawah standar minimal yaitu 40 %. Jika dilihat dalam gambar 7 dibawah, perkembangan indikator rasio kas dalam empat periode terakhir cenderung menurun.
120 100 80 (%)
Rasio Lancar
60
Rasio Cepat Rasio Kas
40 20 0 2003
2004
2005 Tahun
128
Gambar 8. Perkembangan (Trend) Rasio Likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
4.6.2. Analisis Solvabilitas Analisis
solvabilitas
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik belum tentu menjamin kondisi keuangan jangka panjang yang baik pula. Analisis solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dilakukan dengan menggunakan rasio utang, rasio utang terhadap ekuitas, rasio ekuitas terhadap total aktiva dan rasio ekuitas terhadap aktiva tetap. Perkembangan nilai rasiorasio solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati tersaji dalam gambar 9. Tabel 7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas (%)
Komponen
2003
2004
2005
Rasio Utang
1
1,1
4,3
1
1,1
4,5
95,6
96,8
98,9
104,3
105,1
105
Rasio Utang dengan Modal Rasio Modal Dengan Aktiva Rasio Modal Terhadap Aktiva Tetap Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003
-2005 (diolah)
129
120 100
(%)
80
Rasio Utang
60
Rasio Utang Dengan Modal Rasio Modal Dengan Aktiva
40
Rasio Modal Terhadap Aktiva Tetap
20 0 2003
2004
2005
Tahun
Gambar 9. Perkembangan (Trend) Rasio Solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
a. Rasio Utang (Debt Ratio) Rasio ini merupakan rasio untuk menunjukkan banyaknya jumlah aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman. Selama tiga periode (2003-2005), nilai rata-rata rasio ini sebesar 2,27 % yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman sebesar 2,27 %, dan sisanya dibiayai dari modal sendiri sebesar 97,73 %, nilai untuk rasio ini dianggap baik karena berada diatas standar yang ditetapkan sebesar <50 %. Kondisi ini menunjukkan resiko yang ditanggung perusahaan relatif kecil karena hampir seluruhnya kepemilikan aktiva dibiayai sendiri. Dalam gambar 9 terlihat adanya
kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan berani mengambil resiko dengan melakukan pinjaman yang lebih besar untuk membiayai aktivanya.
b. Rasio Utang Terhadap Ekuitas (Debt To Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan seberapa besar modal sendiri dapat menjamin utang perusahaan. Rata-rata rasio ini untuk empat periode terakhir adalah 2,33 %. Menurut standar angka ini dianggap baik karena perusahaan mampu
130
menjamin utang Rp. 2,33,- dengan modal Rp. 100,- artinya perusahaan mampu menjamin semua kewajibannya dengan modal sendiri. Nilai standar yang ditetapkan adalah minimal 100 %. Seperti yang terlihat dalam gambar 8, perkembangan nilai rasio ini cenderung menurun. Penurunan ini terjadi karena peningkatan jumlah ekuitas yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan dari jumlah utang perusahaan.
c. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap yang dibiayai dari modal sendiri. Nilai rata-rata rasio adalah sebesar 104,8 %. Angka ini menunjukkan bahwa seluruh aktiva tetap dan sebagian aktiva lancarnya dibiayai oleh modal sendiri karena nilainya yang berada diatas standar umum sebesar >100 %. Nilai rasio yang sangat baik tersebut memperlihatkan keadaan yang menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri sehingga tidak mengganggu terhadap likuiditas perusahaan saat pembayaran utang tiba (jatuh tempo). Namun jika dilihat dari perkembangannya, nilai rasio ini berfluktuasi seperti yang terlihat dalam gambar 8 diatas. Perubahan nilai ini disebabkan adanya perubahan dari jumlah aktiva tetap perusahaan.
d. Rasio Modal Terhadap Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari gambar terlihat angka rata-rata dari rasio ini sebesar 97,1 % yang berarti bahwa proporsi aktiva yang dibiayai modal sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan yang dibiayai pinjaman. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun terakhir (20032005) mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena perusahaan selalu mengoptimalkan modal yang dimiliki untuk membiayai aktivanya.
4.6.3. Analisis Profitabilitas Analisis Profitabilitas adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
131
tertentu. Profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahaan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
a. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity) Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah sebesar -15,8 %. Hal ini berarti setiap Rp. 100,- modal yang ditanamkan, akan menghasilkan rugi bersih (imbalan) sebesar Rp. 15,8,- . Walaupun untuk indikator ini nilainya negatif, namun perkembangan indikator ini dari tahun ke tahun mengalami kenaikan seperti yang terlihat dalam gambar 10. Tabel 8. Perkembangan Nilai Rasio Profitbilitas (%)
Komponen
2003
2004
2005
ROE
- 19,9
- 17,5
- 10
ROI
- 19,7
- 17
- 9,6
ROA
- 19,9
- 17
- 10,7
Laba Bersih
- 1426
- 1100
- 663,1
0 -2 -4 -6 -8 ROE
(%) -10
ROI -12
ROA
-14 -16 -18 -20 2003
2004
2005 Tahun
132
Gambar 10. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
b Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment) Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) atas investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat keefektifan dari kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini adalah sebesar
-15,43 %, yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva
yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan kerugian sebesar Rp. 15,43,-.
c. Tingkat Pengembalian Atas Total Aktiva (Return Of Asset) Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasinya. Dari gambar 10 di atas, selama tiga periode terakhir menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dengan nilai rata- rata untuk rasio ini -15,87 % yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- modal akan mendapatkan kerugian sebesar Rp 15,87,-.
133
0 -200 -400 -600 (%)
-800
Margin Laba Bersih
-1000 -1200 -1400 -1600 2003
2004
2005 Tahun
Gambar 11. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
d. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio) Rasio marjin laba bersih menunjukkan tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Rata-rata nilai rasio ini adalah
–1063,03 % yang berarti bahwa setiap Rp.100,- penjualan
yang dilakukan mampu menghasilkan kerugian (rugi bersih) sebesar Rp.1063,03,-. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun (2003-2005) menunjukkan trend yang meningkat tiap tahunnya. Tercatat kenaikan paling besar terjadi di tahun 2005 dengan nilai rasio sebesar -663,1 % atau naik sebesar 426,1 % dari tahun 2003. Peningkatan ini lebih dikarenakan meningkatnya laba bersih yang diperoleh perusahaan karena semakin menurunnya beban usaha.
4.6.4. Analisis Aktivitas Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas perusahaan
134
dilakukan dengan menilai tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran total aktiva dan tingkat perputaran aktiva tetap.
Tabel 9. perkembangan Nilai Rasio Aktivitas
Komponen
2003
2004
2005
0,01
0,01
0,01
0,01
0,02
0,02
1,93
4,96
5
233,3
0
18833
Perputaran Total Aktiva Perputaran Aktiva Tetap Perputaran Persediaan Perputaran Piutang Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 – 2005 (diolah)
135
0.02 0.018 0.016 0.014 0.012 Kali
0.01
Perputaran Total Aktiva
0.008
Perputaran Aktiva Tetap
0.006 0.004 0.002 0 2003
2004
2005
Tahun
Gambar 12. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
a. Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 0,01 kali yang mengandung arti bahwa dalam satu periode produksi, aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan penjualan sebanyak 0,01 kali. Nilai ini menunjukkan kurangnya efisiensi yang dilakukan perusahaan dalam pengoperasian aktiva tetapnya untuk melakukan penjualan. Terlihat perkembangan nilai rasio ini cenderung statis yang terlihat dalam gambar 12. Kisaran nilai untuk rasio ini adalah hampir mendekati nol yang menunjukkan hampir
tidak
menggunakan aktiva
tetapnya.
b. Rasio Perputaran Total Aktiva (Assets Turn Over Ratio)
136
Rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilai perputaran aktiva cenderung stabil dengan rata-rata sebesar 0,01. Angka ini menunjukkan bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk melakukan penjualan adalah sebanyak 0,01 kali. Rendahnya nilai rasio ini menunjukkan belum efisiennya perusahaan dalam pemanfaatan aktiva perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki banyak aktiva yang menganggur atau belum beroperasi, salah satunya adalah tujuh gardu induk yang masih dalam proses pembangunan.
c. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Tingkat
perputaran
persediaan
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Selain itu indikator ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan produk yang dilakukan perusahaan.
Dalam gambar 13 terlihat tingkat
perputaran persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati yang menunjukkan perkembangan yang meningkat pada periode 2003-2005. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam tiga periode terakhir telah melakukan efisiensi dalam mengelola persediaan produknya sehingga tingkat perputaran persediaan perusahaan menjadi meningkat. Nilai rata-rata indikator ini adalah 3,96 hari. Ini berarti bahwa rata-rata dalam satu tahun, persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati disimpan dalam gudang (trafo) selama kurang lebih 4 hari. Persediaan ini terutama berkaitan dengan oerasional perusahaan, seperti kabel, tiang, pcb dan lain sebagainya. Tingkat perputaran persediaan yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan persediaan yang semakin rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan operasi perusahaan karena modal kerja yang tertanam dalam persediaan semakin sedikit. Dan sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukkan tidak efisiennya kegiatan operasi perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan modal kerja sehingga hanya akan memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan.
137
5 4.5 4 3.5 3 Hari 2.5
Perputaran Persediaan
2 1.5 1 0.5 0 2003
2004
2005 Tahun
Gambar 13. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
d. Rasio Perputaran Piutang Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio ini adalah 6355,43 kali. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 6355 kali. Terlihat dalam gambar 14 nilai rasio ini yang berfluktuasi selama tiga periode terakhir. Besarnya nilai ini di sebabkan karena rendahnya jumlah piutang perusahaan karena jarangnya penjualan yang dilakukan secara kredit.
138
20000 18000 16000 14000 12000 Kali 10000
Perputaran Piutang
8000 6000 4000 2000 0 2003
2004
2005
Tahun
Gambar 14. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005
4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan - Total Aktiva 2005
= Rp. 1,3 Milyar
- Total utang lancar
= Rp. 56,7 Milyar
- Penjualan tahun 2005
= Rp. 18,8 Milyar
- Laba bersih sesudah pajak
= - 58,9 %
Misalkan pada tahun 2006, perusahaan mengestimasi jumlah penjualannya Rp. 18,88 Milyar, dimana nilai ini didapat dari jumlah pendapatan perusahaan selama tiga bulan terakhir dikali dengan empat (Rp. 4,72 Milyar x 4) dengan asumsi tidak terjadi kenaikan pendapatan yang jumlahnya signifikan maupun kenaikan yang besar dalam beban operasional perusahaan, maka kebutuhan dana luar dapat dihitung sebagai berikut : (perhitungan dalam milyar) EF = [{(1,3 – 56,7) : 18,8} x 0,08 ] – [(18,8 x - 0,589) (1 – 0) EF = - 0,23 + 11,07 EF = 10,84
139
Dari
perhitungan
ini
terlihat
bahwa
jika
perusahaan
akan
meningkatkan penjualannya, perusahaan harus mencari dana sebanyak Rp. 10,84 Milyar. Dana ini digunakan perusahaan untuk membiayai operasinya seperti memfungsikan kembali trafo yang ada tetapi belum digunakan secara optimal, maupun digunakan untuk out sourcing yakni perekrutan pegawai untuk tenisi, pencatat meter listrik maupun pegawai untuk rumah tangga perusahaan. Proyeksi kebutuhan dana untuk tahun berikutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Jika proyeksi penjualan telah ditentukan, kebutuhan dana luar dapat pula dihitung. Dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi mencari dana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya.
4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN Analisis ini ditujukan untuk menilai perkembangan kinerja PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dalam suatu periode tertentu, berdasarkan pada ketentuan Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek, yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Penilaian kinerja ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan BUMN yang didasarkan pada penilaian kinerja perusahaan yang meliputi penilaian atas ketiga aspek tersebut. Tapi dalam pembahasan ini hanya di batasi pada aspek keuangannya saja.
4.8.1. Aspek Keuangan Penilaian kinerja dalam aspek keuangan meliputi penilaian terhadap indikator-indikator di dalam aspek keuangan. Indikator aspek keuangan yang dinilai yaitu Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE), Imbalan Investasi (ROI), Rasio Kas, Rasio Lancar, Collection Period, Perputaran Persediaan, Perputaran total asset, dan Rasio modal sendiri terhadap total aktiva. Untuk setiap indikator yang dinilai, diberikan bobot atau skor sesuai dengan nilai indikator yang diperoleh. Hasil penilaian terhadap aspek keuangan pada PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati empat periode terakhir (2003-2005) dapat dilihat pada tabel 10.
140
Tabel 10. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005.
Indikator 2003 2004 2005 Rata2 Skor ROE (%) -19,9 -17,5 -10 -15,8 1 ROI (%) -19,7 -17 -9,6 -15,43 0 Cash Ratio 4,4 3,2 1,05 2,88 0 (%) Current 101,2 50,8 14,2 55,4 0 Ratio (%) Collection 1,56 0 0,01 0,52 4 Period (hari) Inventory Turn Over 1,93 4,96 5 3,96 4 (hari) Total Asset 1 2 1 1 0,5 Turn Over (%) Equity to 95,6 96,8 98,9 97,1 3,5 Total Asset (%) Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 –2005 (diolah)
a. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity) Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah sebesar -15,8 persen. Hal ini berarti setiap Rp. 100,- modal yang ditanamkan, akan menghasilkan rugi bersih (imbalan) sebesar Rp. 15,8,- Sesuai dengan standar kementrian BUMN nilai ini berada pada kisaran yang paling rendah dengan nilai rata-rata yang lebih dari -15 persen.
141
Walaupun untuk indikator ini kinerja perusahaan sudah termasuk tidak baik namun perkembangan indikator ini dari tahun ke tahun mengalami kenaikan seperti yang terlihat dalam gambar 15.
0 -2 -4 -6 -8 (%) -10
ROE ROI
-12 -14 -16 -18 -20 2003
2004
2005 Tahun
Gambar 15. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005
b. Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment) Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) atas investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat keefektifan dari kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini adalah sebesar
-15,43 %, yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva
yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan kerugian sebesar Rp. 15,43,-. Sesuai dengan standar kementrian BUMN nilai ini berada direntang terendah dengan nilai rata-rata lebih dari -15 %.
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
142
Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling likuid dalam mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 2,88 %. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 2,88,- uang kas dan bank, nilai untuk rasio ini berada pada kisaran terendah dengan skor 0 menurut standar kementerian BUMN. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang sangat likuid. Jika dilihat dalam gambar 16 dibawah, perkembangan indikator rasio kas dalam tiga perode terakhir cenderung menurun.
d. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil analisis, rata- rata rasio lancar PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 55,4 % yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 55,4,aktiva lancar. Bila dilihat dari nilainya, skor yang diperoleh berada pada tingkat terendah, juga selama tiga periode terakhir menunjukkan tren menurun.
143
120 100 80 (%)
60
Rasio Lancar Rasio Kas
40 20 0 2003
2004
2005 Tahun
Gambar 16. Perkembangan (Trend) Rasio Likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
e. Collecting Period (CP) Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio ini adalah 0,52 hari. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu melakukan kegiatan penagihan piutang dalam waktu
0,52 hari. Terlihat
dalam gambar 17 nilai rasio ini yang berfluktuasi selama tiga periode terakhir. Kecilnya nilai ini di sebabkan karena rendahnya jumlah piutang perusahaan karena jarangnya penjualan yang dilakukan secara kredit.
144
5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 Hari 2.50
Collection Period Perputaran Persediaan
2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 2003
2004
2005
Tahun
Gambar 17. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
f. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Tingkat
perputaran
persediaan
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Selain itu indikator ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan produk yang dilakukan perusahaan. Dalam gambar 17 terlihat tingkat perputaran persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati yang menunjukkan perkembangan yang meningkat. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam tiga periode terakhir telah melakukan efisiensi dalam mengelola persediaan produknya sehingga tingkat perputaran persediaan perusahaan menjadi meningkat. Nilai rata-rata indikator ini adalah sebesar 3,96 hari. Ini berarti bahwa rata-rata dalam satu tahun, persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati disimpan selama kurang lebih 4 hari. Tingkat perputaran persediaan yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan persediaan yang semakin rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan operasi perusahaan karena modal kerja yang tertanam dalam persediaan semakin sedikit. Dan sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukkan
tidak
efisiennya
kegiatan
operasi
perusahaan
dalam
145
mengoptimalkan penggunaan modal kerja sehingga hanya akan memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan. Skor yang didapatkan untuk rasio ini merupakan skor yang tertinggi karena berada pada kisaran <60.
g. Rasio Perputaran Total Aktiva (Assets Turn Over Ratio) Rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilai perputaran aktiva cenderung stabil dengan rata-rata sebesar 1 %. Angka ini menunjukkan bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk melakukan penjualan adalah sebanyak 1 %. Rendahnya nilai rasio ini menunjukkan belum efisiennya perusahaan dalam pemanfaatan aktiva perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki banyak aktiva yang menganggur atau belum beroperasi, salah satunya adalah tujuh gardu induk yang masih dalam proses pembangunan. Nilai yang diperoleh sebesar 0,5 karena berada pada rentang terendah.
2 1.5 (%)
1
Total Asset Turn Over
0.5 0 2003
2004
2005
Tahun
Gambar 18. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 – 2005
146
h. Rasio Modal Terhadap Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari gambar terlihat angka rata-rata dari rasio ini sebesar 97,1 % yang berarti bahwa proporsi aktiva yang dibiayai modal sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan yang dibiayai pinjaman. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun terakhir (2003-2005) mengalami peningkatan. Nilai yang didapatkan berada pada kisaran 90< x < 100 dengan skor yang didapatkan 3,5.
99 98.5 98 97.5 97 (%)
96.5 96
Rasio Modal Dengan Aktiva
95.5 95 94.5 94 93.5 2003
2004
2005
Tahun
Gambar 19. Perkembangan (Trend) Rasio Solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
147
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 1. Analisis trend menunjukkan perkembangan komponen aktiva tetap yang cenderung stabil dan kenaikan terjadi pada komponen pekerjaan dalam pelaksanaan selama tiga periode terakhir. Sedangkan pada sisi pasiva terjadi peningkatan kewajiban jangka pendek dalam tiga periode terakhir. Peningkatan kewajiban jangka pendek ini disebabkan utang perusahaan yakni utang jangka pendek pada salah satu BUMN energi yang nilainya cukup besar. Trend pada laporan laba rugi menunjukkan penurunan pada komponen rugi bersih. Penurunan ini disebabkan penurunan beban operasi. 2. Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Disisi pasiva ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan kewajibannya yaitu akun antar satuan administrasi yang merupakan nilai dari penilaian kembali atas aktiva tetap. Sedangkan komponen beban usaha merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap rugi bersih perusahaan terutama sistem distribusi yang terdiri atas biaya perawatan untuk SUTET, trafo step up, trafo step down, gardu hubung dan gardu distribusi. 3. Hasil analisis rasio memperlihatkan (1) Tingkat likuiditas memiliki kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal periode 2006. (2) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup besar. (3) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (4) Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan, sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik. 4. Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan metode persentase terhadap penjualan di dapatkan hasil perusahaan harus mencari dana sebanyak 10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing
148
yakni pencarian sumber daya manusia dari luar perusahaan saeperti teknisi, petugas pencatat meter listrik, maupun pegawai untuk rumah tangga perusahaan. 5. Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari 50 atau sekitar 26 %. Hal ini menandakan perusahaan masih belum mampu untuk berbuat banyak dalam meningkatkan performa keuangannya, disebabkan perusahaan hanya bergerak di satu jenis usaha dengan satu jenis produk pula.
5.2. Saran 1. Angka ROE yang sangat rendah mencerminkan lemahnya manajemen perusahaan dalam pengelolaan sumber daya untuk memaksimalkan keuntungan. Sebaiknya perusahaan mengevaluasi kembali kebijakan operasionalnya agar pengelolaan sumber dayanya dapat dikelola seefisien mungkin sehingga dapat memaksimalkan tingkat keuntungan yang diperoleh. Kemungkinan dari banyaknya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan merupakan investasi yang mendukung operasi perusahaan pada masa yang akan datang. 2. Peningkatan keuntungan dapat dilakukan dengan meningkatkan angka penjualan atau dengan meminimalkan biaya-biaya operasi dalam kegiatan operasional perusahaan, misalnya dengan pemetaan kerja trafo setiap satu bulan sekali sehingga dapat terlihat yang mana yang lebih memerlukan perbaikan atau perawatan dengan segera yang tercermin dari kapasitas maksimal trafo tadi, sehingga teknisi dapat terfokus dalam mengefisienkan waktu serta biaya. 3. Peningkatan
pendapatan
dari
penjualan
dapat
dilakukan
dengan
meningkatkan pengawasan pada konsumen yang dicurigai berbuat curang dengan melakukan operasi penertiban karena diperkirakan lebih dari 30 % konsumen rumah tangga ditengarai melakukan pencurian listrik maupun
149
kecurangan lain dan setidaknya 42,5 % industri melakukan hal yang sama pada daerah operasional Area Jaringan Kramat Jati. 4. Mempercepat alih teknologi untuk menekan biaya operasional perusahaan, tidak hanya melalui program hemat listrik. Alih teknologi yang dilakukan secara bertahap dengan melakukan penggantian mesin-mesin (trafo) dari menggunakan bahan bakar minyak menjadi berbahan bakar gas alam cair yang lebih murah dan ramah lingkungan. 5. Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar lebih jelas dalam menafsirkan angka yang terdapat dalam laporan keuangan, catatan-catatan keuangan perusahaan yang lain dapat diperoleh karena mempermudah dalam proses analisis data selanjutnya.
150
DAFTAR PUSTAKA
Bernstein, L. 1989. Financial Statement Analysis : Theory, Application And Interpretation. Irwin : Illionis. Gultom, M. September 1995. Perkembangan Dan Peranan BUMN dalam Era Globalisasi. Manajemen dan Usahawan Indonesia. Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994. Standar Akuntansi Keuangan, Buku satu. Salemba Empat. Jakarta. Irwan. 2003. Kinerja Keuangan PT. Fast Food Indonesia Periode 1997-2001. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Kementrian BUMN. Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBUMN/2002. Kieso R. W. 1992. Intermediate Accounting. John Wiley & Sons, Inc. : Canada. Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan . Liberty. Yogyakarta. Mushlih,MM.2003. Manajemen Keuangan Modern. Salemba Empat. Jakarta. Nurhasanah, W. 2005. Analisis Laporan Keuangan dan Upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB. Oktaviani, S. 2004. Analisis kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistik Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB. Robert, H. C, et al. 1998. Corporate Financial Reporting And Analysis. Richard D. Irwin, Inc : Illinois. Sawir, A. 2005. Analisa Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keungan. PT. Gramedia : Jakarta. Simamora, H. 2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Williams, et al. 1992. Intermediate Accounting, 4th ed. Harcourd Jova : Florida.
151
Lampiran 1 HASIL ANALISIS RASIO PT. PLN (Persero) AREA JARINGAN KRAMAT JATI PERIODE 2003-2005 o
2
3
4
INDIKATOR Analisis Likuiditas (%) Rasio Lancar Rasio Cepat Rasio Kas Analisis Solvabilitas (%) Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva Rasio Hutang Terhadap Ekuitas Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap Analisis Profitabilitas (%)
2003
2004
2005
Rata2
STANDAR
KONDISI
101,2 32 4,4
50,8 23,3 3,2
14,2 75,8 1,05
55,4 21,9 2,88
Kementrian BUMN >100% Kementrian BUMN
Kurang Baik Kurang Baik Sangat Baik
1 1 95,6 104,3
1,1 1,1 96,8 105,1
4,3 4,5 98,9 105
2,13 2,33 97,1 104,8
<50% <100% Kementrian BUMN >100%
Baik Baik Baik Sangat Baik
Rasio Marjin Laba Bersih - 1426 - 1100 - 663,1 1063,03 Meningkat Rasio Tingkat Pengembalian Asset (ROA) - 19,9 -17 - 10,7 -15,87 Meningkat Rasio Tingkat PengembalianInvestasi (ROI) - 19,9 - 17 - 9,6 -15,43 Kementrian BUMN Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) - 19,9 - 17,5 - 10 -15,8 Kementrian BUMN Analisis Aktivitas Collection Period (hari) 1,56 0 0,019 0,53 Kementrian BUMN Inventory Turn Over (hari) 1,93 4,96 5 3,96 Kementrian BUMN Total Assets Turn Over (%) 0,01 0,02 0,01 0,01 Kementrian BUMN Rasio Perputaran Aktiva Tetap (kali) 0,015 0,017 0,016 0,01 Meningkat Sumber : Laporan Keuangan Internal PT. PLN AJ Kramat Jati Periode 2003-2005 Keterangan : Standar Kementerian BUMN mengacu kepada SK. Meneg BUMN No. KEP-100/M-BUMN/2002
Meningkat Berfluktuasi KurangBaik Kurang Baik Sangat Baik Sangat Baik Kurang Baik Berfluktuasi
152 Lampiran 2
TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BUMN Berdasarkan SK. MENTERI BUMN NO. KEP–100/M-BUMN/2002 I. ASPEK KEUANGAN 1. Total Bobot • BUMN INFRA STRUKTUR (Infra) • BUMN NON INFRA STRUKTUR (Non-Infra)
50 70
2. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya Tabel 1 : Daftar Indikator dan bobot aspek keuangan
Indikator 1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 2. Imbalan Investasi (ROI) 3. Rasio Kas 4. Rasio Lancar 5. Colection Periods 6. Perputaran Persediaan 7. Perputaran Total Asset 8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva Total Bobot
Bobot Infra 15 10 3 4 4 4 4 6 50
Non Infra 20 15 5 5 5 5 5 10 70
3. Metode Penilaian a. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) Laba Bersih Rumus : (ROE) = Ekuitas Definisi : • Laba Setelah Pajak adalah Laba Setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari: Aktiva Tetap, Aktiva Non Produktif, Aktiva lain-lain, dan Saham Penyertaan Langsung • Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan dan Laba Tahun Berjalan • Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan
Tabel 2 : Daftar skor penilaian ROE ROE (%) 15 < ROE 13 < ROE <= 15 11
Skor Infra 15 13,5 12 10,5 9 7,5
Non Infra 20 18 16 14 12 10
153
5,3 < ROE <= 6,6 4 < ROE <= 5,3 2,5 < ROE <= 4 1 < ROE <= 2,5 0 < ROE <= 1 ROE <= 0
6 5 4 3 1,5 1
8,5 7 5,5 4 2 0
b. Imbalan Investasi/Return on Investment (ROI) Laba Bersih Rumus : (ROI) = Total Aktiva Definisi : • EBIT adalah laba sebelum bunga dan dikurangi laba dari hasil penjualan : Aktiva Tetap, Aktiva Lain-lain, Aktiva Non Produktif dan Saham Penyertaan Langsung. • Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi • Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan
Tabel 3 : Daftar Skor Penilaian ROI ROI (%) 18 < ROI 15 < ROI <= 18 13
Skor Infra 10 9 8 7 6 5 4 3,5 3 2,5 2 0
Non Infra 15 13,5 12 10,5 9 7,5 6 5 4 3 2 1
c. Rasio Kas/Cash Ratio Rumus : Rasio Kas = Kas + Deposito Hutang Lancar Definisi : • Kas, Bank dan Surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masingmasing pada akhir tahun buku. • Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun buku. Tabel 4 : Daftar Skor Penilaian Cash Ratio Cash Ratio = x (%)
Skor Infra
Non Infra
154
35 <= x 25 <= x < 3,5 15 <= x < 25 10 <= x < 15 5 <= x < 10 0 <= x < 5
3 2,5 2 1,5 1 0
5 4 3 2 1 0
d. Rasio Lancar/Current Ratio Rumus : Rasio lancar =
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Definisi : • Current Assets adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku • Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun buku
Tabel 5 : Daftar Skor Penilaian Current Ratio Current Ratio = x (%) 125 <= x 110 <= x < 125 100 <= x < 110 95 <= x < 100 90 <= x < 10 X < 90
Skor Infra 3 2,5 2 1,5 1 0
Non Infra 5 4 3 2 1 0
e. Collection Periods (CP) Rumus : CP = Piutang x 365 Penjualan Definisi : • Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku • Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku Tabel 6 : Daftar Skor Penilaian Collection Periods CP = x (hari)
Perbaikan = x (hari)
x <= 60 60 < x <= 90 90 < x <= 120 120 < x <= 150 150 < x <= 180 180 < x <= 210 210 < x <= 240 240 < x <= 270
x > 35 30 < x <= 35 25 < x <= 30 20 < x <= 25 15 < x <= 20 10 < x <= 15 6 < x <= 10 3 < x <= 6
Skor Infra 4 3,5 3 2,5 2 1,6 1,2 0,8
Non Infra 5 4,5 4 3,5 3 2,4 1,8 1,2
155
270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4 0,6 300 < x 0 < x <= 1 0 0 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 6 diatas.
f. Perputaran Persediaan (PP) Rumus : Rasio Perputaran Persediaan =
Penjualan Persediaan
Definisi : • Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang • Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang bersangkutan
Tabel 7 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan PP = x (hari)
Perbaikan = x (hari)
Skor
Infra Non Infra x <= 60 35 < x 4 5 60 < x <= 90 30 < x <= 35 3,5 4,5 90 < x <= 120 25 < x <= 30 3 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 2,5 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 2 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 1,6 2,4 210 < x <= 240 6 < x <= 10 1,2 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8 1,2 270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4 0,6 300 < x 0 < x <= 1 0 0 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 7 diatas. g. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO) Penjualan Rumus : Rasio Perputaran Total Aktiva = Total Aktiva Definisi : • Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap • Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan Tabel 8 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Asset TATO = x (%) Perbaikan = x (%)
Skor
156
Infra Non Infra x > 120 20 < x 4 5 105 < x <= 120 15 < x <= 20 3,5 4,5 90 < x <= 105 25 < x <= 15 3 4 75 < x <= 90 20 < x <= 10 2,5 3,5 60 < x <= 75 15 < x <= 5 2 3 40 < x <= 60 10 < x <= 0 1,5 2,5 20 < x <= 40 x<0 1 2 x <= 20 x<0 0,5 1,5 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 8 diatas. h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA) Rumus : TMS terhadap TA = Ekuitas Total Aktiva Definisi : • Total Modal Sendiri adalah komponen Modal Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. • Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan
Tabel 9 : Daftar Skor Penilaian Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset Skor TMS terhadap TA = x (%) Infra Non Infra 0>x 0 0 0 < x < 10 2 4 10 < x < 20 3 6 20 < x < 30 4 7,25 30 < x < 40 6 10 40 < x < 50 5,5 9 50 < x < 60 5 8,5 60 < x < 70 4,5 8 70< x < 80 4,25 7,5 80 < x < 90 4 7 90 < x < 100 3,5 6,5
157
Lampiran 3
Perhitungan Analisis Rasio PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Analisis Likuiditas 1.Rasio Lancar Tahun 2003 2004 2005 2. Rasio Cepat Tahun 2003 2004 2005 3. Rasio Kas Tahun 2003 2004 2005
Aktiva Lancar (a) 11,44 6,30 8,06
Hutang lancar (b) 11,30 12,4 56,7
Nilai (a: b) 1,01 0,5 0,75
Aktiva Lancar Persediaan (a) 3,61 2,89 4,3
Hutang lancar (b)
Nilai (a: b)
11,3 12,4 5,677
0,32 0,5 0,75
Kas + Deposito (a) 0,5 0,4 0,6
Hutang lancar (b) 11,3 12,4 56,7
Nilai (a: b) 4,4 3,2 1,05 %
Total Aktiva (b) 1089 1106 1310
Nilai (a: b) 0,01 0,01 0,04
Total Ekuitas (b) 1078 1071 1253
Nilai (a: b) 0,01 0,01 0,04
Total Aktiva (b) 1089 1106 1310
Nilai (a: b) 0,98 0,97 0,95
Total Aktiva tetap (b) 1033 1019 1193
Nilai (a: b)
Analisis Solvabilitas 4. Rasio Hutang Tahun Total Hutang (a) 2003 11,3 2004 12,4 2005 56,77 5. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas Tahun Total Hutang (a) 2003 11,3 2004 12,4 2005 56,77 6. Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva Tahun Total Ekuitas (a) 2003 1078 2004 1071 2005 1253 7. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap Tahun Total Ekuitas (a) 2003 2004 2005
1078 1071 1253
1,04 1,05 1,05
158
Analisis Profitabilitas 8. ROE Tahun Laba Bersih (a) 2003 - 214,45 2004 - 187, 27 2005 - 126,39 9. ROI Tahun Laba Bersih (a) 2003 - 214,45 2004 - 187, 27 2005 - 126, 39 10. ROA Tahun Total Usaha (a) 2003 - 216,56 2004 - 187, 42 2005 - 139,89 11. Margin Laba Bersih Tahun Laba Bersih (a) 2003 - 214,45 2004 - 187, 27 2005 - 126,39 Analisis Aktifitas 12. Perputaran Total Aktiva Tahun Penjualan (a) 2003 15,16 2004 16,94 2005 18,83 13. Perputaran Aktiva Tetap Tahun Penjualan (a) 2003 15,165 2004 16,94 2005 18,83 14. Perputaran Persediaan Tahun Penjualan (a) 2003 15,16 2004 16,94 2005 18,83 15. Perputaran Piutang Tahun Penjualan (a) 2003 15,16 2004 16,94 2005 18,833
Ekuitas (b) 1089 171 1253
Nilai (a: b) - 0,19 - 0,17 - 0,1
Total Aktiva (b) 1089 1106 1310
Nilai (a: b) - 0,19 - 0,17 - 0,09
Total Aktiva (b) 1089 1106 1310
Nilai (a: b) - 0,19 - 0,17 - 0,1
Penjualan (b) 15,16 16,94 18,83
Nilai (a: b) - 14,26 - 11 - 6,63
Total Aktiva (b) 1089 1106 1310
Nilai (a: b) 0,01 0,01 0,01
Total Aktiva Tetap (b) 1033 1019 1193
Nilai (a: b)
Persediaan (b) 7,86 3,41 3,76
Nilai (a: b) 1,9 4,97 5
Piutang (b) 0,06 0 0,001
Nilai (a: b) 233,33 0 18833
0,01 0,01 0,01