NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA MAGELANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2015 NOMOR 172/413/140 TANGGAL 27 JULI 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016
PEMERINTAH KOTA MAGELANG TAHUN 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v NOTA KESEPATAKAN ................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1
Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) ................ 1
1.2
Tujuan Penyusunan KUA .................................................................... 2
1.3
Dasar Hukum ..................................................................................... 2
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ....................................... 6 2.1
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014 ............ 6
1.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................... 6
2.
Perkembangan Harga (Inflasi) ................................................................ 12
3.
Investasi ................................................................................................... 13
4.
Perdagangan Internasional (Ekspor) ..................................................... 14
5.
Indeks Gini (Gini Ratio / Gini Index) .................................................... 15
6.
Indeks Williamson (Williamson Index) ................................................... 16
2.2
Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016 ........................ 17
1.
Tantangan Perekonomian Daerah Tahun 2016 ................................... 18
2.
Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 ........................................ 20
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) ........ 22 3.1
Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBN .................................... 22
3.2
Laju Inflasi ........................................................................................ 22
3.3
Pertumbuhan PDRB .......................................................................... 22
3.4
Lain-Lain Asumsi .............................................................................. 23
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH ..................................................................................... 25 4.1
ii
Pendapatan Daerah ......................................................................... 29
DAFTAR ISI | KUA TA 2016
4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Yang Akan Dilakukan Pada Tahun 2016 .................................................................................... 29 4.1.2 Target Pendapatan Daerah Meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ...... 34 4.1.3 Upaya-upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target ................ 35 4.2
Belanja Daerah ................................................................................. 37
4.2.1 Kebijakan Terkait Dengan Perencanaan Belanja Daerah Meliputi Total Perkiraan Belanja Daerah ............................................................. 37 4.2.2 Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga; ................................................................................................... 45 4.2.3 Kebijakan Pembangunan Daerah, Kendala yang dihadapi, Strategi dan Prioritas Pembangunan Daerah yang disusun secara terintegrasi dengan Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional yang akan dilaksanakan di Daerah. ........................................................................ 49 4.2.4 Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah ............................................................ 78 4.3
Pembiayaan Daerah .......................................................................... 89
4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah ......................................... 90 4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah ........................................ 90 BAB V PENUTUP .................................................................................... 92
iii
DAFTAR ISI | KUA TA 2016
DAFTAR TABEL Tabel II.1 PDRB Kota Magelang adhb Tahun 2013-2015 ........................ 7 Tabel II.2 PDRB KOTA MAGELANG ADHK TAHUN 2013-2015 ................ 8 Tabel II.3 PERTUMBUHAN PDRB KOTA MAGELANG ADHK TAHUN 2013-2015 ............................................................................. 9 Tabel II.4 Prediksi Distribusi PDRB Tahun 2014 ..................................... 11 Tabel II.5 Tabel PDRB per Kapita Kota Magelang .................................... 12 Tabel II.6 Perbandingan Laju Inflasi Produsen dan Inflasi Konsumen Kota Magelang Tahun 2010 -2014 (%) dan Prediksi tahun 2015 ............................................................................. 12 Tabel II.7 PDRB Penggunaan Sektor Investasi Tahun 2007-2010 dan Prediksi Tahun 2011-2013 ...................................................... 14 Tabel II.8 Prediksi Perdagangan Netto Kota Magelang Tahun 2007-2013. 15 Tabel II.9 Indeks Williamson Kota Magelang Tahun 2011-2013 dan Prediksi 2014-2015 ................................................................. 17 Tabel II.10 Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kota Magelang Tahun 2014-2016 ............................................................... 18 Tabel III.1 Asumsi Dasar Penyusunan APBN TA 2016 ............................. 22 Tabel IV.1 Target Pendapatan Daerah Kota Magelang TA 2016............... 35 Tabel IV.2 Struktur Belanja Pemerintah Kota Magelang Tahun 2009-2014 ................................................................... 42 Tabel IV.3 Proporsi Belanja Pegawai Pemerintah Kota Magelang Tahun 2009-2014 .................................................................. 43 Tabel IV.4 Prediksi Belanja Daerah Kota Magelang TA 2016 .................... 44
iv
DAFTAR TABEL | RANCANGAN KUA TA 2016
DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Perbandingan Indeks Gini Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2004 – 2013 ........................... 16 Gambar IV.1 Sinkronisasi Prioritas Nasional dan Prioritas Kota Magelang ............................................................................ 74 Gambar IV.2 Sinkronisasi Prioritas Provinsi dan Prioritas Kota Magelang ............................................................................ 75 Gambar IV.3 Pembangunan Berdimensi Kewilayahan dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan .................................................... 78
v
DAFTAR GAMBAR | KUA TA 2016
NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA MAGELANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2015 NOMOR 172/413/140 TANGGAL 27 JULI 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 Yang bertanda tangan dibawah ini : 1. N a m a
: Ir. H. SIGIT WIDYONINDITO, MT
Jabatan
: Walikota Magelang
Alamat Kantor
: Jalan Jenderal Sarwo Edhi Wibowo Nomor 2 Magelang
bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Magelang 2. a. N a m a
: HERMAN YOSEP ENDI DARMAWAN, SH
Jabatan
: Ketua DPRD Kota Magelang
Alamat Kantor
: Jalan Jenderal Sarwo Edhi Wibowo Nomor 2 Magelang
b. N a m a
: TITIEK UTAMI, S.Sos, MM
Jabatan
: Wakil Ketua DPRD Kota Magelang
Alamat Kantor
: Jalan Jenderal Sarwo Edhi Wibowo Nomor 2 Magelang
c. N a m a
: DIAN MEGA ARYANI, SE, MM
Jabatan
: Wakil Ketua DPRD Kota Magelang
Alamat Kantor
: Jalan Jenderal Sarwo Edhi Wibowo Nomor 2 Magelang
sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Magelang vi
NOTA KESEPAKATAN KUA 2016 | KUA TA 2016
Dengan
menyatakan
Inl
bahwa
dala m
rangka
p e nyusunan
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati bersama a ntara DPRD d e ngan Pemerintah Daerah, untuk selanjutnya
dijadikan
sebagai
dasar
p enyusunan
prioritas
dan
plafon
anggaran sementara APBD Tahun Anggaran 2016. Berdasarkan hal terse but di atas , Umum
APBD
yang
Rancangan Anggaran
meliputi
para pihak sepakat terhadap Kebijakan
asumsi-asumsi
Pendapatan dan
dasar
dalam
Belanja Daerah
penyusunan
(RAPBD) Tahun
Anggaran 2016, Kebijakan Pendapatan , Belanja dan Pembiayaan Daerah yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APB D Tahun Anggaran 2016. Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2016 disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini. Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2016. Magelang, 27 Juli 2015 PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKOTA MAGELANG
Selaku,
SH
TITIEK UT
MM
DIAN WAKIL KETUA NOTA KESEPAKATA N KUA 2016 1KUA TA 2016
MM
LAMPIRAN NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA MAGELANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2015 NOMOR 172/413/140 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUA) KOTA MAGELANG TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) merupakan salah satu dokumen perencanaan yang harus disusun oleh pemerintah daerah yang kemudian dibahas dan disepakati bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai dasar dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya. Penyusunan KUA mengacu pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD merupakan rencana kerja tahunan daerah yang disusun berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali, yang terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan
dan
konsistensi
antara
perencanaan,
penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan, maka penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dimaksudkan sebagai bagian dari upaya menyeluruh untuk mewujudkan visi, misi Kota 1
BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
Magelang serta target-target yang telah ditetapkan dalam RKPD Kota Magelang. Tahun Anggaran 2016 merupakan masa transisi kepempimpinan Walikota dan Wakil Walikota Magelang yang akan dipilih pada Tahun 2015. KUA Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 yang mengacu pada RKPD Kota Magelang Tahun 2016 memuat kondisi ekonomi makro daerah Kota Magelang, asumsi penyusunan APBD TA 2016, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan strategi pencapaiannya berupa langkah-langkah konkrit dalam mencapai target. KUA
yang
telah
disusun
ini
selanjutnya
dijadikan
bahan
pembahasan antara Eksekutif dan Legislatif untuk disepakati dalam bentuk Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kota Magelang dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Magelang tentang Kebijakan Umum APBD Kota Magelang Tahun Anggaran 2016, disertai dengan Nota Kesepakatan tentang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Kota Magelang Tahun Anggaran 2016. 1.2 Tujuan Penyusunan KUA Tujuan penyusunan KUA Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut: a. menyediakan
dokumen
perencanaan
tahun
2016
yang
memuat
gambaran kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan strategi pencapaiannya. b. memberikan
arah/pedoman
Daerah/Dinas
Daerah/
bagi
seluruh
Sekretariat
Lembaga
Teknis
Daerah/Sekretariat
Dewan/Kecamatan/Kelurahan di Pemerintah Kota Magelang dalam menyusun program dan kegiatan yang dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2016. 1.3 Dasar Hukum Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan KUA ini adalah: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2004
tentang
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 2
BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
Pemeriksaan
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 5. Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan di Daerah. 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 7. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah,
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 12. Peraturan
Pemerintah
Nomor
55
Tahun
2005
tentang
Dana
Perimbangan. 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. 15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
3
BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
16. Peraturan
Pemerintah
Nomor
5
Tahun
2009
tentang
Bantuan
Keuangan kepada Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah
Nomor
5
Tahun
2009
tentang
Bantuan
Keuangan kepada Partai Politik. 17. Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. 18. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah. 19. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang Renja Kerja Pemerintah Tahun 2016. 20. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kota Magelang. 21. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 22. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah. 23. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja. 24. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Kecamatan dan Kelurahan. 25. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pokokpokok Pengelolaan Keuangan Daerah. 26. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. 27. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. 28. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum. 29. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha. 30. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. 4
BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
31. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. 32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran dan Pertanggungjawaban Pimpinan
Dewan
Penggunaan Perwakilan
Belanja
Rakyat
Penunjang
Daerah
serta
Operasional Tata
Cara
Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional. 34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.07/2015 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah. 36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. 37. Peraturan Walikota Magelang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja
5
Pemerintah
Daerah
BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
Kota
Magelang
Tahun
2016.
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014 Tahapan perencanaan,
pelaksanaan
pembangunan
penganggaran,
dan
evaluasi.
daerah
meliputi
Aspek
evaluasi
pembangunan merupakan aspek dasar perencanaan pembangunan untuk
tahun
berikutnya,
sehingga
untuk
membuat
kebijakan
pelaksanaan pembangunan tahun 2016 perlu dilakukan evaluasi terhadap
kinerja
pembangunan
daerah
pada
tahun
sebelumnya,
khususnya evaluasi terhadap indikator makro pembangunan. Indikator makro yang dievaluasi meliputi perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita, struktur sektor ekonomi, struktur pengeluaran dalam PDRB, Inflasi, Investasi, Perdagangan Internasional (Ekspor), ketimpangan regional dan ketimpangan distribusi pendapatan. Hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi pada tahun 2016 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan prioritas pembangunan. Beberapa perkembangan indikator ekonomi makro Kota Magelang Tahun 2014 disajikan sebagai berikut: 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu alat ukur indikator perekonomian suatu daerah adalah angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB memberikan gambaran seluruh nilai tambah bruto (NTB) yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu wilayah dalam periode tertentu. Melalui analisis data statistik PDRB ini dapat dilihat secara komprehensif
sejauh
mana
pembangunan
khususnya
cerminan
yang
terkait
tingkat
keberhasilan
dengan
kesejahteraan
masyarakat Kota Magelang diteropong dari perspektif ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan alat kontrol dalam menentukan kebijakan pembangunan. PDRB nominal (harga berlaku) dan PDRB riil (harga konstan), masingmasing mempunyai peran masing-masing.
6
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Gambaran selengkapnya akan diuraikan pada bagian berikut ini: a. PDRB Harga Berlaku PDRB
harga
berlaku
digunakan
untuk
menunjukkan
kemampuan sumber-sumber ekonomi dalam suatu wilayah. Dalam konteks PDRB yang sangat familier (menurut lapangan usaha), sumber-sumber ekonomi/sektor-sektor /lapangan usaha tersebut terdiri dari 9 (sembilan) sektor yang dikelompokkn kembali menjadi tiga kelompok sektor yaitu primer, sekunder dan tersier. Dalam sejarah perekonomian Kota Magelang, Sektor Jasa merupakan sektor dominan, bahkan bahwa hasil penggabungan empat sektor pada kelompok sektor tersier mengambil peran sangat tinggi, di atas 70%. Tabel II.1 PDRB Kota Magelang adhb Tahun 2013-2015 (Dalam Juta Rupiah ) LAPANGAN USAHA
2013
2014*
2015*
Pertanian
84.260,10
90.707,52
97.670,28
Industri Pengolahan
86.172,41
94.058,57
102.378,71
Listrik, Gas dan Air Bersih
104.727,69
114.680,42
124.907,18
Konstruksi
412.725,83
454.987,91
497.789,60
Perdagangan, Hotel & Restoran
214.729,43
241.614,79
271.800,07
Pengangkutan & Komunikasi
520.894,90
572.174,75
629.539,34
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
304.405,59
340.395,71
380.358,89
Jasa-jasa
1.183.192,99 1.342.640,94
1.524.577,84
2.911.108,95 3.251.260,61
3.629.021,91
PDRB
*prediksi Tabel II. 1 memperlihatkan bahwa diawali pada tahun 2013, PDRB Kota Magelang sebesar Rp 2.911.108,95 juta rupiah dan diprediksikan
pada
2014
meningkat
menjadi
sebesar
Rp
3.251.260,61 juta rupiah. Kondisi tersebut diprediksikan akan semakin meningkat pada tahun 2015 senilai 3.629.021,91 juta rupiah. Namun demikian, kondisi PDRB Kota Magelang secara 7
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
nominal belum akan sebanding dengan daerah hinterland jika ditinjau dari perannya dalam pembentukan PDRB Provinsi Jawa Tengah. b. PDRB Harga Konstan PDRB harga konstan menunjukkan kondisi perekonomian secara riil suatu wilayah. PDRB ini digunakan untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Karena kondisi perekonomian, pasca perubahan tahun dasar 1993 menjadi tahun 2000, walaupun telah berjalan lebih dari 10 (sepuluh) tahun, harga konstan yang digunakan masih tetap menggunakan tahun 2000. Digunakannya 2000 sebagai tahun dasar, karena data 2000 relatif lebih lengkap dalam ketersedian data (harga dan volume) dan keberlanjutannya. Tabel II.2 PDRB KOTA MAGELANG ADHK TAHUN 2013-2015 (DALAM JUTA RUPIAH) Lapangan Usaha
2013
2014*
2015*
Pertanian
33 270,28
33.852,17
34.420,52
Industri Pengolahan
43.022,01
45.208,83
48.012,84
Listrik, Gas dan Air Bersih
34.034,83
36.398,82
38.914,91
Konstruksi
189.428,29 199.100,68 209.841,75
Perdagangan, Hotel & Restoran
104.198,86 111.108,61 119.948,83
Pengangkutan & Komunikasi
251.541,95 263.756,28 278.509,56
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
153.550,19 166.649,93 181.282,22
Jasa-jasa
509.661,57 542.678,23 579.161,53
PDRB
1.318.707,97
1.398.753,55
1.490.092,16
* prediksi Pada tahun 2013 PDRB Kota Magelang adhk adalah sebesar Rp 1.318.707,97 juta rupiah dan diprediksikan akan terus meningkat pada tahun 2014 hingga tahun 2015. Sampai dengan tahun 2014 sektor jasa masih merupakan sektor dominan dalam pembentukan PDRB harga konstan di Kota 8
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Magelang. Hal ini masih linier dengan statistik yang terjadi pada PDRB harga berlaku. Secara berturut-turut kecuali pertambangan dan penggalian dominasi antar sektor adalah sebagai berikut: 1) Jasa-jasa lainnya 2) Angkutan dan Komunikasi 3) Konstruksi 4) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 5) Perdagangan, hotel dan restoran 6) Industri Pengolahan 7) Listrik, Gas dan Air Bersih 8) Pertanian c. Pertumbuhan Ekonomi Tabel II.3 PERTUMBUHAN PDRB KOTA MAGELANG ADHK TAHUN 2013-2015 (%) Lapangan Usaha
2013 2014* 2015*
Pertanian
1,33
1,75
1,68
Industri Pengolahan
5,94
5,08
6,20
Listrik, Gas dan Air Bersih
7,32
6,95
6,91
Konstruksi
6,07
5,11
5,39
Perdagangan, Hotel & Restoran
6,95
6,63
7,96
Pengangkutan & Komunikasi
5,96
4,86
5,59
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
8,00
8,53
8,78
Jasa-jasa
5,21
6,48
6,72
PDRB
5,91
6,07
6,53
Laju pertumbuhan PDRB riil merupakan laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan, sebagai dasar proyeksi atau perkiraan penerimaan wilayah untuk perencanaan pembangunan baik sektoral maupun regional.
9
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Kondisi pertumbuhan ekonomi Kota Magelang pada tahun 2013
berada
pada
jalur
pertumbuhan
sebesar
5,91%
dan
diprediksikan meningkat menjadi 6,07% pada tahun 2014. Tahun 2015 tumbuh sebesar 6,53%. Deskripsi laju pertumbuhan masingmasing sektor pada tahun 2014 secara lengkap adalah sebagai berikut: 1)
Angkutan dan Komunikasi (4,86%)
2)
Perdagangan, hotel dan restoran (6,63%)
3)
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (8,53%)
4)
Jasa-jasa lainnya (6,48%)
5)
Industri Pengolahan (5,08%)
6)
Konstruksi (5,11%)
7)
Listrik, Gas dan Air Bersih (6,95%)
8)
Pertanian 1,75 %)
d. Kontribusi Sektor Perekonomian terhadap PDRB Seiring laju pertumbuhan ekonomi sebagaimana analisa di atas,
kesembilan sektor mengalami perubahan peran dalam
pembentukan PDRB baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Peran-peran masing-masing sektor adalah sebagaimana terlihat pada tabel II.4. Pada tahun 2014 diprediksi PDRB Kota Magelang menurut harga
berlaku
mencapai
Rp
3.251.260,61
juta
dengan
pertumbuhan 11,68%, sedangkan untuk harga konstan dengan pertumbuhan ekonomi 6,07% akan berada pada kisaran Rp 1.398.753.55 juta. Baik dalam PDRB menurut harga berlaku maupun harga konstan
pada
tahun
2014
diprediksi
masing-masing
sektor
memiliki peran sesuai kapasitasnya. Kelompok Sektor tersier tetap mendominasi dengan 77,51% menurut harga konstan dan 76,80% menurut harga berlaku. Tiga sektor pengambil peran tertinggi menurut harga berlaku dan konstan adalah:
Sektor jasa-jasa
Sektor angkutan dan komunikasi
Sektor Konstruksi
Sedangkan tiga sektor lain yang memiliki peran terendah, kecuali pertambangan dan penggalian adalah: 10
Sektor pertanian
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Sektor industri pengolahan
Sektor listrik, gas dan air. Tabel II.4 Prediksi Distribusi PDRB Tahun 2014 DISTRIBUSI
DISTRIBUSI
PDRB HB
PDRB HK
2014
2014
PRIMER
2.79%
2.42%
Pertanian
2.79%
2.42%
Pertambangan dan Penggalian
0.00%
0.00%
20.41%
20.07%
Industri Pengolahan
2.89%
3,23%
Listrik, Gas & Air Bersih
3.53%
2,60%
Konstruksi
13,99%
14.23%
TERSIER
76.80%
77.51%
7.43%
7.94%
Angkutan & Komunikasi
17.60%
18.86%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
10.47%
11.91%
Jasa-jasa
41.30%
38.80%
TOTAL
100 %
100 %
Lapangan Usaha
SEKUNDER
Perdagangan, Hotel & Restoran
TOTAL PDRB HB/HK (juta rupiah)
3,251,260,61
1,398,753.55
Sumber: Analisis PDRB 2014, diolah e. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Sejalan
dengan
perkiraan
pertumbuhan
ekonomi,
pertumbuhan penduduk tengah, PDRB perkapita Kota Magelang juga akan bergerak sesuai perkembangan yang ada. Dibandingkan periode tahun sebelumnya PDRB per kapita tahun 2013 mengalami kenaikan dari Rp. 21.973.065,07 menjadi Rp 11.593.193,29 pada prediksi tahun 2014, dan akan semakin naik pada tahun 2015 menjadi Rp 12.296.315,92. Pada tahun 2016 PDRB
perkapita
diperkirakan
menjadi
sebagaiman tabel II.5.
11
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Rp
13.075.796,56
Tabel II.5 Tabel PDRB per Kapita Kota Magelang PENDUDUK
Growth
PDRB/KAPITA
TENGAH
TAHUN
Growth
PDRB/KAPITA
PDRB/ Kapita
adhk (Rp/tahun)
PDRB/ Kapita
TAHUN (jiwa)
adhb (Rp/tahun)
2014
120.653
26.947.200,72
10,84
11.593.193,28
5,27
2015
121.182
29.946.872,59
11,13
12.296.315,92
6,06
2016
121.673
33.352.542,63
11,37
13.075.796,56
6,34
Deviasi
±0,2593
adhb (%)
adhk (%)
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014 (diolah) 2. Perkembangan Harga (Inflasi) Perubahan
harga
barang
dan
jasa
yang
secara
umum
dikonsumsi rumah tangga merupakan hal yang tidak dapat dielakkan dalam sebuah perekonomian. Perubahan harga tersebut dapat
berupa
kenaikan,
penurunan.
Rata-rata
tertimbang
perubahan harga tersebut pada kurun waktu tertentu dalam suatu wilayah itulah yang kita kenal dengan inflasi. Melihat kondisi perekonomian lima tahun terakhir diperkirakan inflasi 2015 sebagaimana terlihat pada tabel II.6. Tabel II.6 Perbandingan Laju Inflasi Produsen dan Inflasi Konsumen Kota Magelang Tahun 2010 -2014 (%) dan Prediksi tahun 2015 Tahun
NASIONAL
KOTA MAGELANG
2010
6.96
6.80
2011
3.79
4.15
2012
6.80
6.15
2013
8.38
7.78
2014
8.36
7.92
2015*
5.33
Catatan: *) Angka Prediksi Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang 2014, diolah Bertolak
dari
perubahan
harga
dari
bulan
ke
bulan
diperkirakan inflasi nasional maksimal akan mencapai 8,36 pada tahun 2014. Sedangkan di Kota Magelang pada tahun 2014 sebesar 7.92 % dan akan diperkirakan lebih terkendali berkisar pada level 12
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
5,33 pada tahun 2015. 3. Investasi Investasi merupakan salah satu unsur dalam PDRB yang dihitung atas dasar pengggunaan, selain konsumsi dan Eksport netto
(Eksport–Import).
Investasi
ini
PDRB
sektor
investasi
dipengaruhi oleh dua unsur yaitu pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan perubahan stok yang meliputi persediaan barang mentah, barang setengah jadi dan barang jadi. Pengeluaranpengeluaran
yang
mempengaruhi
tinggi/rendah
Pembentukan
modal tetap bruto meliputi berbagai macam pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal baru yang dihasilkan di suatu wilayah (region) atau impor yang selanjutnya dipergunakan sebagai alat produksi barang atau jasa. Perhitungan PMTB
ini
dapat
diperoleh
berdasarkan
pengeluaran
untuk
pembelian barang modal oleh tiap-tiap lapangan usaha atau juga berdasarkan arus barang. Dari tabel II.7 nampak bahwa
PDRB untuk investasi
diprediksikan pada tahun 2013 akan meningkat 13,64 % menurut harga berlaku dan 6,64% menurut harga konstan. Menurut harga berlaku pertumbuhannya lebih tinggi dari kondisi lima tahun sebelumnya yang mencapai rata-rata 11,04% karena kondisi 20062007 yang mengalami peningkatan 13,37%, sedangkan pada tahuntahun berikutnya pertumbuhannya sekitar 10% dengan fluktuasi yang landai. Menurut harga konstan prediksi 2013 perkiraan pertumbuhannya lebih tinggi kondisi lima tahun terakhhir dari ratarata yang hanya 3,75%. Harapan kedepan, investasi ini akan terus melaju dengan pertumbuhan yang signifikan karena memiliki multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
13
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Tabel II.7 PDRB Penggunaan Sektor Investasi Tahun 2007-2010 dan Prediksi Tahun 2011-2013 (juta rupiah) PDRB Penggunaan Sektor Investasi Berdasarkan atas Harga Berlaku
Tahun
Nominal
Berdasarkan atas Harga Konstan
Pertumbuhan
Nominal
Pertumbuhan
2007
628,939.51
13.37 444,116.32
4.65
2008
694,887.66
10.49 456,678.46
2.83
2009
766,678.32
10.33 466,688.88
2.19
2010
848,118.56
10.62 483,873.80
3.68
2011*
936,423.63
10.41 509,875.10
5.37
Rata-rata
775,009.54
11.04 472,246.51
3.75
2012*
1,035,627.31
10.59 539,066.35
5.73
2013*
1,176,866.15
13.64 574,868.71
6.64
Catatan: *) Angka Prediksi Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang 2014, diolah 4. Perdagangan Internasional (Ekspor) Item berikutnya dalam penggunaan PDRB adalah pengeluaran untuk perdagangan internasional. Istilah perdagangan internasional untuk PDRB Kabupaten/ Kota bukan hanya perdagangan yang dilakukan
dengan
luar
negeri,
namun
perdagangan
antar
kabupaten/kota pun termasuk dalam perhitungan ini. Perdagangan ini terdiri dari ekspor dan impor, kalkulasinya (ekspor dikurangi impor) dikenal dengan perdagangan netto. Dari
tabel
II.8
dapat
dijelaskan
bahwa
hingga
2012
Perdagangan Netto Kota Magelang baik menurut harga berlaku maupun konstan belum dapat memberikan kontribusi surplus (kondisi defisit), hal ini terkait erat dengan kondisi wilayah yang tidak memiliki sumber daya alam dan keterbatasan lahan, sehingga hampir seluruh kebutuhan pokok disuplai dari luar kabupaten/ kota. Disadari tidaklah mudah bagi Kota Magelang untuk terlepas dari ketergantungan itu. Namun demikian, ekspor dapat terus ditingkatkan, walaupun yang dijual adalah jasa, sehingga tidak menutup kemungkinan ke depan
perdagangan
netto
akan
mendekati
zero
bahkan
bila
memungkinkan menjadi positif/ surplus. Melihat kondisi sejarah perdagangan Kota Magelang, prediksi 14
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
pendapatan regional diperkirakan perdagangan netto Kota Magelang akan meningkat 7,37%, yang artinya lebih rendah dari tahun tahun sebelumnya. Tabel II.8 Prediksi Perdagangan Netto Kota Magelang Tahun 2007-2013 Tahun
Ekspor
HK/HB
Impor
Netto
Pertumbuhan
Harga konstan 2007
100,035.35
567,619.60
(467,584.25)
2008
106,721.35
596,994.39
(490,273.04)
4.85
2009
109,824.47
610,715.34
(500,890.87)
2.17
2010
117,314.78
645,896.45
(528,581.67)
5.53
2011
124,858.12
706,740.91
(581,882.79)
10.08
Rata-rata
111,750.81
625,593.34
(513,842.52)
5.66
2012
131,054.58
741,384.79
(610,330.21)
4.89
2013
144,160.04
815,523.27
(671,363.23)
10.00
Harga berlaku 2007
153,182.11
728,267.71
(575,085.60)
2008
181,643.13
818,257.87
(636,614.74)
10.70
2009
207,120.36
944,481.84
(737,361.48)
15.83
2010
235,361.64
1,066,646.95
(831,285.31)
12.74
2011
263,220.18
1,260,688.71
(997,468.53)
19.99
Rata-rata
208,105.48
963,668.62
(755,563.13)
14.81
2012
301,036.92
1,445,021.24
2013
361,244.30
1,589,523.36
14.69
(1,143,984.32)
7.37
(1,228,279.06)
Sumber : Analisis PDRB 2014, diolah 5. Indeks Gini (Gini Ratio / Gini Index) Gini rasio merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui kemerataan pendapatan dalam suatu wilayah, yang besarannya antara 0–1, angka 0 menunjukkan pemerataan yang sempurna, sedangkan angka 1 menunjukkan ketidakmerataan yang sempurna. Menurut Todaro (Todaro P. Michael, 1994), apabila indeks Gini berkisar antara 0,20-0,35 berarti tingkat pemerataan pendapatan di wilayah
tersebut
dinyatakan
tidak
timpang
(pemerataan
pendapatannya relatif sama), sementara menurut Suyatno (2009:30) bahwa 15
indeks
gini
0,50-0,70
merupakan
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
kondisi
adanya
kesenjangan
pendapatan
yang
tinggi;
0,35
0,50
mencerminkan kondisi adanya kesenjangan yang sedang dan bila Gini rasio 0,2-0,35 menggambarkan kesenjangan pendapatan yang rendah. Gambar II.1 Perbandingan Indeks Gini Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2004 – 2013 0,45
0,41
0,4 0,35
0,36
0,25
0,33
0,32
0,3
0,36
0,2696
0,37
0,35
0,413
0,38
0,3715
0,3138
0,33 0,3418 0,3800 0,3870 0,3462
0,2816
0,2675
0,41
0,2466 0,3033 0,2883 0,2908 0,2886 0,2833 0,2677 0,2571 0,2548 0,2525
0,2 2004
2005
2006
2007
GR Nas
2008
2009
GR Jateng
2010
2011
2012
2013
GN Kota Mgl
Sumber: indikator ekonomi sosial, politik dan kemanan propinsi jawa tengah 2013, Perkembangan beberapa indikator ekonomi sosial indonesia, Agustus 2014 dan RKPD Kota Magelang 2015 Pada gambar II.1, secara umum ketimpangan di Kota Magelang sejak 2004-2013 dalam kondisi sedang, dalam beberapa titik setara dengan Provinsi Jawa Tengah. Kondisi ketimpangan pendapatan Kota Magelang yang lebih baik dari Provinsi Jawa Tengah berada pada tahun 2005, 2006, 2008 dan 2009. Pada dua tahun terakhir (2010-2011) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi umum Jawa Tengah. Namun pada tahun 2012-2013 sedikit menurun dibanding kondisi Jawa Tengah. Jika dibandingkan dengan rata-rata Indonesia, ketimpangan di Kota Magelang sejak 2004-2013 jauh lebih baik. 6. Indeks Williamson (Williamson Index) Indeks Williamson merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan pembangunan yaitu dengan mengukur tingkat kesenjangan regional di suatu wilayah. Ketidakmerataan yang dalam konteks sebaran data PDRB per kapita menurut kabupaten/kota (untuk penghitungan indeks Williamson Jawa Tengah) dan sebaran data PDRB per kapirta 16
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
menurut kecamatan di Kota Magelang (untuk penghitungan indeks Williamson
Kota
Magelang)
dianggap
sebagai
ketimpangan
pendapatan. Angka indeks williamson dinyatakan dalam skala 0-1, semakin mendekati angka 1, semakin besar tingkat kesenjangan di suatu wilayah atau ketimpangan sangatlah sempurna. Sebaliknya, semakin mendekati angka 0, semakin kecil tingkat kesenjangan di wilayah tersebut atau tidak ada ketimpangan. Ketimpangan Kota Magelang tercermin pada tabel II.9. Tabel II.9 Indeks Williamson Kota Magelang Tahun 2011-2013 dan Prediksi 2014-2015 Tahun
IW Kota Magelang
IW Jawa Tengah
adhb
adhk
adhb
adhk
2011
0,0812
0,0888
0,6961
0,673
2012
0,0857
0,0909
0,6932
0,6616
2013
0,1353
0,1364
0,6954
0,6579
2014*
0,1325
0,1349
NA
NA
2015*
0,1304
0,1338
NA
NA
Sumber : 1. Tinjauan PDRB Kabupaten/Kota se Jateng 20112013, diolah 2. Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2013-2014 (diolah disesuaikan dengan angka prediksi) *= angka prediksi Sejak tahun 2011 Indeks Williamson Kota Magelang beringsut naik, hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan antar kecamatan semakin menanjak. Kondisi agak berbeda terjadi di level provinsi Jawa Tengah dimana nilai indeks Williamson mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya. 2.2
Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016 Melihat perkembangan perekonomian Kota Magelang pada tahun 2014 dan prediksi pada tahun 2015, maka Kota Magelang diprediksikan akan menghadapi tantangan dan prospek perekonomian pada tahun 2016 sebagaimana dalam tabel II.10
17
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Tabel II.10 Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kota Magelang Tahun 2014-2016 Keterangan Pertumbuhan Ekonomi (%) Penduduk dalam Angkatan Kerja yang masuk dalam Kelompok Mencari Kerja/Pengangguran (ribu orang)
Jumlah Penduduk
Prediksi 2014
Prediksi 2015
6,07
6,53
4,916
Prediksi 2016
Deviasi
6,77
±0,437
4,587
4,281
±1,063
Asumsi pertam bahan pendud uk meingk at ± 0,5% per tahun
120.921
121.579
127.658
IPM (%)
78,48
79,21
80,02
±0,059
Inflasi (%)
7,92*
5,33
5,15
±2,00
Pertumbuhan Jumlah Penduduk (%)
0,594
0,544
0,499
±1,258
Persentase Penduduk Miskin (%)
Gini ratio
10.6875
0,3201
10.1531
Ketera ngan
9.6455
Target per tahun berkura ng 5%
3,012
Setiap tahun diharap kan turun 5%
0,3105
Sumber :Analisis PDRB Kota Magelang 2014, diolah 1.
Tantangan Perekonomian Daerah Tahun 2016 Perekonomian Kota Magelang pada tahun 2015-2016 masih akan
18
menghadapi
sejumlah
tantangan
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
akibat
dari
pengaruh
lingkungan perekonomian global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tantangan yang diperkirakan masih akan dihadapi adalah: a.
Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
daerah
dengan
mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang
bertumpu
pada
peran
ekonomi,
kesehatan
dan
pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro. Dengan pembenahan
yang
sungguh-sungguh
pada
sektor
riil,
diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama
untuk
menurunkan
tingkat
pengangguran
dan
kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada sektor-sektor yang mempunyai efek pengganda tinggi dalam menciptakan kesempatan kerja. b.
Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan tantangan yang cukup berat karena ini menyangkut beberapa peraturan baik tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan mensikapi atas perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi.
c.
Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini merupakan
prasyarat
agar
dapat
mencapai
tingkat
pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi. d.
Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mencapai peningkatan pertumbuhan nilai ekspor. Pertumbuhan ekspor akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan perekonomian daerah sehingga dapat mempertahankan ketersediaan lapangan kerja bahkan mungkin dapat menambah lapangan kerja.
e.
Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah,
masyarakat
dan
swasta
(public-private
partnership). Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya
sumber
daya
pemerintah
dalam
pembiayaan
pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan 19
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas. f.
Meningkatkan pelayanan dan penyediaan fasilitas ekonomi seperti pasar dan kawasan khusus PKL secara memadai bagi pelaku ekonomi dan masyarakat luas untuk mendukung kegiatan bisnis di Kota Magelang, di samping menciptakan lapangan kerja.
g.
Mengembangkan
program-program
bagi
perusahaan
yang
berskala mikro dengan menyediakan modal umpan (seed capital) melalui pendekatan pemberian pinjaman kelompok (a group lending approach) dalam rangka membangun modal sosial
kolektif
serta
meningkatkan
kepemilikan
dan
pembentukan modal lokal di Kota Magelang. h.
Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha di Kota Magelang sebagai bentuk bisnis yang dimiliki
dan
dikelola
bersama-sama
oleh
pekerja
untuk
meningkatkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan melalui sumber daya bersama. i.
Membangun
promosi
memasarkan
potensi
bersama daerah
(joint dengan
marketing) melalui
dalam
kerjasama
pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan swasta serta masyarakat. 2.
Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 Mendasarkan pada kondisi perekonomian tahun 2013 dan tahun 2014 serta perkiraan 2015, maka Prospek perekonomian pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: a.
Pertumbuhan ekonomi Kota Magelang Tahun 2016 menurut harga konstan diperkirakan akan mengalami perbaikan dan diharapkan dapat tumbuh sekitar 6,77% ±0,437%;
b.
Inflasi pada Tahun 2016 diperkirakan pada kisaran angka dua digit yaitu sekitar 5,15% ±1%.
c.
Laju pertambahan penduduk pada Tahun 2016 diperkirakan sekitar 0.499%±1,26%.
d.
PDRB Harga Berlaku pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp 4.058.103,92 juta.
20
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
e.
PDRB Harga Konstan pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp.1.590.971,39 juta.
f.
PDRB perkapita atas dasar harga konstan pada Tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp. 13.075.796,56
g.
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada Tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp. 33.352.542,63.
21
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1 Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBN Asumsi sebagaimana
Pemerintah tertuang
Pusat
dalam
dalam
RKPD
menyusun
2016
adalah
APBN
2015
sebagaimana
ditampilkan pada tabel III.1. Tabel III.1 Asumsi Dasar Penyusunan APBN TA 2016 No.
Uraian
Asumsi
1.
Pertumbuhan Ekonomi
6,6 persen
2.
Inflasi
kisaran
3,0
persen
sampai
dengan 5,0 persen 3.
Jumlah Penduduk Miskin
berkisar
antara
9,0-10,0
persen 4.
Tingkat Pengangguran Terbuka
5,2-5,5 persen
Sumber: RKP 2016 3.2 Laju Inflasi Dengan memperhatikan perkembangan indikator ekonomi makro Kota
Magelang
Tahun
2014
dan
prediksi
tahun
2015,
dan
mempertimbangkan asumsi penyusunan APBN, maka Inflasi di Kota Magelang pada Tahun 2016 diperkirakan pada kisaran angka dua digit yaitu sekitar 5,15% ±1%. 3.3 Pertumbuhan PDRB Dengan memperhatikan perkembangan indikator ekonomi makro Kota
Magelang
Tahun
2014
dan
prediksi
tahun
2015,
dan
mempertimbangkan asumsi penyusunan APBN, maka Pertumbuhan PDRB Kota Magelang diperkirakan sebagai berikut: a) PDRB Harga Berlaku pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp 4.058.103,92 juta. b) PDRB Harga Konstan pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp.1.590.971,39 juta. c) PDRB perkapita atas dasar harga konstan pada Tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp. 13.075.796,56 d) PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada Tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp. 33.352.542,63.
22
BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD | KUA TA 2016
3.4 Lain-Lain Asumsi Adapun beberapa asumsi lain-lain yang digunakan sebagai dasar dalam KUA Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut : a.
Dalam Target Pendapatan Daerah terdapat kenaikan dari tahun sebelumnya dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1.
Pendapatan Asli Daerah masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (belum ada perubahan Undang-undang), sehingga Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan masih menjadi Pendapatan Asli Daerah dengan ketentuan yang masih sama.
2.
Tingkat keramaian Kota Magelang diasumsikan meningkat ditandai dengan meningkatnya tingkat hunian kamar hotel dan wisatawan (meningkatkan Pajak Hotel dan Pajak Restoran), semakin bertambahnya tempat-tempat olahraga dan tempattempat hiburan seperti karaoke keluarga (meningkatkan pajak hiburan), semakin bertambahnya produsen dan pengusaha yang
memanfaatkan
media
promosi
di
Kota
Magelang
khususnya di tempat-tempat strategis dan mempunyai nilai komersial (meningkatkan pajak reklame), adanya kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota Magelang (meningkatkan dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pajak Parkir). 3.
Pajak Penerangan Jalan diperkirakan akan naik dengan asumsi akan adanya kenaikan tarif dasar listrik oleh PLN.
4.
Dana Alokasi Umum diasumsikan akan naik dengan adanya kebijakan pemerintah tentang pengalihan anggaran subsidi BBM, namun pada rancangan KUA TA 2016 ditargetkan sama dengan tahun anggaran 2015.
5.
Untuk Dana Alokasi Khusus dan Dana Bantuan keuangan dari Propinsi Jawa Tengah belum diprediksi karena sesuai Pedoman Penyusunan APBD,
untuk penganggaran
DAK dan Bantuan
Keuangan hanya dapat dianggarkan sepanjang telah ditetapkan dalam
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Nasional
atau
diterbitkan dengan Peraturan Menteri Keuangan (untuk DAK), dan
dianggarkan
dalam
APBD
Provinsi
Keuangan Propinsi).
23
BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD | KUA TA 2016
(untuk
Bantuan
b.
Dalam rencana belanja daerah diasumsikan bahwa: 1.
Pemerintah Kota Magelang belum memperhitungkan kenaikan gaji PNSD dan gaji CPNSD. Perhitungan gaji ditambah acress yang besarnya maksimum 2% dari jumlah belanja pegawai (gaji pokok dan tunjangan). Besarnya penganggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan rekonsiliasi jumlah pegawai dan
memperhitungkan
rencana
kenaikan
gaji
pokok
dan
tunjangan PNSD yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. 2.
Pemberlakuan kebijakan pemerintah pusat melalui efisiensi belanja subsidi dengan tidak memberikan subsidi untuk BBM jenis premium, subsidi tetap (fixed subsidy) untuk tetap BBM jenis minyak solar, tetap memberikan subsidi untuk BBM jenis minyak tanah dan pencabutan peraturan tentang penggunaan BBM Non Subsidi untuk kendaraan dinas.
24
BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD | KUA TA 2016
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH Keuangan daerah merupakan komponen yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan proyeksi keuangan daerah perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan daerah. Dengan melakukan analisis keuangan daerah yang tepat akan menghasilkan kebijakan yang efektif dalam pengelolaan keuangan daerah. Keuangan daerah meliputi penerimaan atau pendapatan daerah, pengeluaran atau belanja daerah dan pembiayaan daerah. Keuangan daerah dikelola dengan menganut azas tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan adalah sistem pengelolaan keuangan sebagai realisasi dari kebijakan anggaran yang menjamin adanya semangat efisiensi dan efektifitas anggaran, transparansi dan akuntabilitas publik, rasa keadilan masyarakat, serta pencapaian kinerja yang optimal. Seiring dengan otonomi Daerah, maka semangat
desentralisasi,
demokrasi,
transparansi
dan
akuntabilitas
mewarnai proses penyelenggaraan pemerintahan, khususnya dalam proses pengelolaan keuangan daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, maka dalam pengelolaan keuangan daerah harus sesuai dengan prosedur, dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisiensi, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memeprhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan Keuangan Daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
25
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Kebijakan dalam pengelolaan APBD memegang peranan yang sangat strategis dalam mencapai sasaran pembangunan daerah karena APBD merupakan salah satu instrument penting kebijakan fiskal daerah. Dimana Kebijakan Fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk mengubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi suatu daerah.
Kebijakan
fiskal
pada
umumnya
bertujuan
untuk
mencapai
kestabilan dalam perekonomian. Sedangkan tiga fungsi utama kebijakan fiskal yaitu sebagai alat stabilisasi ekonomi, alat distribusi pendapatan, dan alat alokasi anggaran. Sebagai alat stabilisasi ekonomi, kebijakan fiskal memainkan perannya dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan laju inflasi yang pada gilirannya berpengaruh positif dalam pencapaian ekspansi ekonomi tinggi. Sebagai alat distribusi pendapatan, fungsi kebijakan fiskal tercermin sebagai media dalam penarikan pajak dari masyarakat dimana orang kaya akan membayar pajak lebih tinggi dibandingkan orang miskin. Sedangkan, fungsi kebijakan fiskal sebagai alat alokasi anggaran tercermin dari besaran-besaran belanja dalam APBD. Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan fiskal dari pusat ke daerah, maka pemerintah pusat melakukan Kebijakan Desentralisasi Fiskal ke Daerah dengan maksud untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumberdaya, meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat serta memberdayakan dan menciptakan ruang bagi
masyarakat
untuk
ikut
serta
(berpartisipasi)
dalam
proses
pembangunan. Pelaksanaan Kebijakan Fiskal juga merupakan salah satu upaya Pemerintah daerah dalam rangka mendapatkan dana-dana untuk membiayai
pelaksanaan
pembangunan
di
daerah
untuk
kemudian
dibelanjakan/ diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan. Desentralisasi
fiskal
mempunyai
dampak
langsung
terhadap
pertumbuhan ekonomi yang tinggi apabila desentralisasi fiskal dipusatkan pada pengeluaran/ belanja publik. Desentralisasi fiskal yang diukur dengan pengeluaran pemerintah daerah menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan di daerah-daerah. Dengan adanya transfer dana dari pemerintah pusat dan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengelola dan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada memberi efek positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Pemerintah
Daerah
mempunyai
kelebihan
(kesempatan lebih luas) dalam membuat anggaran perbelanjaan agar lebih efisien dengan memenuhi kebutuhan masyarakat karena lebih mengetahui 26
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
keadaan riil yang terjadi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Penganggaran pada belanja bidang infrastruktur dan sektor sosial pada pemerintah daerah akan memacu pertumbuhan ekonomi lokal. Pertumbuhan ekonomi yang dipacu oleh pengeluaran pemerintah dan swasta berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Untuk menyerap besarnya laju pertumbuhan tenaga kerja yang cenderung meningkat terus menerus, diperlukan upaya-upaya yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi baik oleh pemerintah maupun swasta, karena investasi tidak hanya menciptakan permintaan tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Dengan meluasnya kesempatan kerja, akses masyarakat untuk mendapatkan penghasilan makin besar. Dengan meningkatnya penghasilan masyarakat maka dampak yang lebih luas adalah adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat karena dapat memenuhi kebutuhan primernya/ basic needs (sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan) bahkan kebutuhan
sekunder
dan
tersiernya.
Seiring
dengan
meningkatnya
kesejahteraan masyarakat maka tingkat kemiskinan di masyarakat-pun akan berkurang, karena kemiskinan dan kesejahteraan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Upaya Pemerintah merumuskan kebijakan fiskal yang berorientasi pada pro growth, pro poor, pro job, dan proenvironment terus dilakukan dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan sekaligus peningkatan kesejahteraan
masyarakat
sebagai
indikator
utama
keberhasilan
pembangunan ekonomi. Tentunya, agar kebijakan fiskal bisa berjalan efektif dan efisien, diperlukan peran dan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat khususnya para pelaku usaha dan pemodal sebagai pembayar pajak. Penerapan kebijakan fiskal yang baik dan sehat pada gilirannya juga akan menciptakan sustainabilitas fiskal yang merupakan modal utama dalam pelaksanaan
pembangunan
daerah
jangka
panjang
menuju
pada
kemandirian ekonomi. Selain terus memprioritaskan pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal, Pemerintah hendaknya juga mendukung dan melaksanakan kebijakan reformasi dalam administrasi keuangan daerah, dimana antara lain tercermin dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja, sebagai salah satu langkah perubahan dalam upaya membangun sebuah pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Oleh karena itu pengelolaan APBD harus melalui tiga tahapan penting yaitu mulai dari penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan/ 27
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pengendalian.
Dalam
paradigma
baru
dalam
manajemen
pengelolaan
keuangan daerah, perencanaan harus memenuhi karakteristik sebagai berikut: b. Berorientasi pada kepentingan publik/ masyarakat luas c. Disusun berdasarkan pendekatan kinerja d. Mempunyai keterkaitan yang erat antara pengambil kebijakan (decision maker) di DPRD dengan perencanaan operasional oleh Pemerintah Daerah dan penganggaran pada unit kerja (SKPD) e. Terdapat upaya-upaya untuk mensinergikan hubungan antara APBD, system dan prosedur pengelolaan keuangan daerah, lembaga pengelola keuangan
daerah
dan
unit-unit
pengelola
layanan
publik
dalam
pengambilan keputusan. Terkait dengan manajemen keuangan daerah, dalam perencanaan pembangunan keuangan daerah ada dua hal penting yang perlu terus dikembangkan secara profesional. Pertama, sistem informasi manajemen keuangan berbasis akrual. Sistem ini diharapkan mampu memberikan informasi secara cepat mengenai kinerja keuangan daerah seperti kegiatan apa saja yang sudah terlaksana, apa hasil dan manfaatnya bagi masyarakat dalam jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu, sistem ini juga diperkirakan
dapat
mempercepat
proses
perhitungan
dan
laporan
pertanggungjawaban anggaran oleh Pemerintah Daerah. Kedua, pengelolaan aset-aset daerah. Terbatasnya sumber-sumber penerimaan fiskal seyogyanya menjadikan
salah
atau
pemacu
pemerintah
Kota
Magelang
dalam
mengoptimalkan pengelolaan aset daerah secara profesional pada posisi yang amat potensial untuk menunjang penerimaan pemerintah daerah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.07/2015 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah, Pemerintah Kota Magelang merupakan kabupaten/kota di Jawa Tengah yang menenempati urutan kedua dalam indeks kapasitas fiskal (IKF) setelah Kota Salatiga. Kapasitas Fiskal daerah Kota Magelang termasuk dalam kategori “sedang” dengan IKF sebesar 0,95. Kapasitas fiskal yang memadai yang disertai dengan kemandirian fiskal merupakan
tuntutan
Pemerintah
Daerah.
yang
harus
Pertumbuhan
diupayakan daerah
yang
pemenuhannya pesat
oleh
membutuhkan
tersedianya sarana dan prasarana publik yang memadai yang hanya dapat dipenuhi apabila Pemerintah Daerah memiliki cukup dana atau mampu menggerakkan potensi pendanaan dari berbagai sumber. 28
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
4.1 Pendapatan Daerah Dalam era otonomi daerah seperti yang sudah berjalan lebih dari 14 tahun seperti sekarang ini, daerah diberi kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah
kepada
masyarakat,
memudahkan
masyarakat
untuk
memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan berlakunya otonomi daerah mendorong daerah untuk terus mengoptimalkan kapasitas
fiskalnya. Tujuan utamanya adalah
untuk memenuhi pembiayaan pembangunan daerah. Seringkali upaya optimalisasi penerimaan ini tidak diimbangi dengan pertimbanganpertimbangan lebih lanjut, misalnya pengaruh penambahan suatu jenis pajak dan retribusi baru terhadap sektor riil artinya, diperlukan sensitivitas yang tinggi dari pemerintah daerah dengan upaya-upaya untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hingga saat ini, pajak
dan
retribusi
masih
menjadi
andalan
pemerintah
untuk
meningkatkan PAD. Di banyak daerah, kontribusi pajak dan retribusi daerah
bisa
mencapai
lebih
dari
50
persen
dari
PAD.
Tidak
mengherankan mengapa kemudian pemerintah daerah sangat tertarik pada
dua
komponen
tersebut
sebagai
salah
satu
dampak
dari
ketertarikan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk intensifikasi dan ekstensifikasi pungutan. Namun demikian upaya peningkatan PAD hingga saat ini masih belum optimal dan proporsinya masih relatif kecil jika dibandingkan dengan struktur pengeluaran.
4.1.1 Kebijakan
Perencanaan
Pendapatan
Daerah
Yang
Akan
Dilakukan Pada Tahun 2016 Perubahan regulasi tentang otonomi daerah khususnya desentralisasi
fiskal
kembali
terjadi
ketika
Pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang 29
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan
Daerah.
Beberapa
aturan
diubah
khususnya yang berkaitan dengan pendapatan daerah antara lain adalah: Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari atas: a.
b.
Pendapatan Asli Daerah meliputi: (1)
Pajak Daerah;
(2)
Retribusi Daerah;
(3)
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan;
(4)
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Pendapatan Transfer; (1)
Transfer Pemerintah Pusat terdiri atas :
(a) Dana Perimbangan terdiri dari : 1) Dana Bagi Hasil -
Pajak a)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) khusus PBB perkebunan, pertambangan dan kehutanan;
b) PPh Pasal 25 ; c)
Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri;
d) PPh Pasal 21. -
Cukai
-
Sumber Daya Alam a) Iuran Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH); b) Provisi sumber daya hutan (PSDH); c) Landrent, Royalti dari daerah pertambangan mineral dan batu bara; d) Penerimaan
Negara dari sumber daya alam
pertambangan minyak bumi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan; e) Penerimaan
Negara dari sumber daya alam
pertambangan gas bumi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan; 30
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
f) Penerimaan dari panas bumi yang berasal dari penerimaan setoran bagian pemerintah pusat, iuran
tetap,
dihasilkan
dan dari
iuran
produksi
yang
wilayah
daerah
yang
bersangkutan; 2) Dana Alokasi Umum 3) Dana Alokasi Khusus (b) Dana Otonomi Khusus (c) Dana Keistimewaan (d) Dana Desa (2)
Transfer antar Daerah terdiri atas : (a) Pendapatan Bagi Hasil (b) Bantuan Keuangan
c.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (1) Hibah; (2) Dana Darurat; (3) Lain-lain pendapatan; Namun demikian, sesuai pasal 408 Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan
Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa ”Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini”. Hal ini bermakna bahwa aturan omnibus regulation di pengelolaan keuangan daerah, seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam hal ini 31
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
struktur pendapatan daerah yang akan direncanakan pada KUA Tahun Anggaran 2016 ini masih mengacu pada peraturan perundang-undangan yang lama. Dalam menentukan target pendapatan, Pemerintah Kota Magelang
tetap
memperhatikan
faktor-faktor
Non-distorsi
terhadap perekonomian, yaitu hal-hal yang ditimbulkan adanya implikasi pajak atau pungutan yang bisa menimbulkan pengaruh minimal terhadap perekonomian. Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan menimbulkan suatu beban baik bagi konsumen maupun produsen. Jangan sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban tambahan (extra burden) yang berlebihan, sehingga akan merugikan masyarakat secara menyeluruh (deadweight loss). Untuk itu, Pemerintah Kota Magelang dalam melakukan pungutan pajak akan tetap “menempatkan” sesuai dengan fungsinya. Adapun fungsi pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu : fungsi budgeter dan fungsi regulator. Fungsi budgeter yaitu bila pajak sebagai alat untuk mengisi kas negara yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Sementara, fungsi regulator yaitu bila pajak dipergunakan sebagai alat pengatur untuk mencapai tujuan, misalnya : pajak minuman keras dimaksudkan agar rakyat menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras, pajak ekspor dimaksudkan untuk mengekang
pertumbuhan ekspor
komoditi tertentu dalam rangka menghindari kelangkaan produk tersebut di dalam negeri dan lain sebagainya. Pemerintah Kota Magelang dalam melakukan penggalian potensi dan penetapan obyek-obyek pajak baru juga akan selalu memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Penggalian potensi dan penetapan obyek-obyek pajak dan retribusi baru perlu mempertimbangkan secara hati-hati sehingga tidak menimbulkan gejolak di masyarakat yang pada gilirannya akan mendistorsi kegiatan perekonomian di Kota Magelang. Penciptaan suatu jenis pajak selain mempertimbangkan kriteria-kriteria perpajakan yang berlaku secara umum juga perlu mempertimbangkan ketepatan suatu jenis pajak sebagai pajak daerah, karena pajak daerah yang baik akan mendorong peningkatan pelayanan publik yang pada 32
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
gilirannya akan meningkatkan kegiatan perekonomian di Kota Magelang. Untuk menyikapi target pendapatan daerah di Kota Magelang
tahun
2016,
maka
kebijakan
yang
akan
diimplementasikan dalam pengelolaan Pendapatan Daerah antara lain sebagai berikut: 1.
Menyusun kebijakan di bidang pendapatan daerah dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi potensi sumber penerimaan daerah yaitu kondisi awal daerah, peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan, perkembangan PDRB per kapita riil, pertumbuhan penduduk, tingkat inflasi, penyesuaian tarif, pembangunan fasilitas baru, sumber pendapatan baru, dan perubahan peraturan dan perundang-undangan.
2.
Memberikan tax holiday bagi wajib pajak yang potensial dengan tetap memperhatikan aturan perpajakan.
3.
Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan.
4.
Mengupayakan Hasil (Yield) Pajak dan Retribusi Daerah seoptimal mungkin berdasarkan azas keadilan (Equity) dengan memperhatikan
Efisiensi
Ekonomi,
Kemampuan
melaksanakan (Ability to Implement) dan Kecocokan sebagai sumber Penerimaan Daerah (Suitability as Local Revenue Source). 5.
Mendukung
upaya-upaya
peningkatkan
kemandirian
keuangan daerah di Kota Magelang antara lain dengan : a.
Meningkatkan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Magelang. Secara bertahap kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan Daerah (TPD) secara proporsional akan terus ditingkatkan.
b.
Mengoptimalkan Undang-undang
perolehan
PAD
sesuai
ketentuan
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. c.
Melanjutkan
sustainable
fiscal
untuk
pembiayaan
pembangunan daerah. 33
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
6.
Mengoptimalkan pengelolaan Dana Alokasi Umum (DAU) yang diperkirakan akan meningkat besarannya (sejalan dengan kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil) agar lebih efektif dan efisien pemanfaatannya bagi pembangunan di Kota Magelang.
7.
Mengoptimalkan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diasumsikan akan tetap besarannya karena bersifat given (pengeluaran/ kegiatannya sudah ditentukan).Demikian juga dengan Dana Bantuan keuangan dari Propinsi Jawa Tengah yang diasumsikan tetap karena bersifat given juga.
8.
Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta pemanfaatan pengelolaan asset daerah sebagai salah satu sumber potensial PAD yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
9.
Mengupayakan peningkatan pendapatan dari Dana Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, antara lain dengan cara meningkatkan aktivitas perekonomian Kota Magelang, melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penyehatan iklim ketenagakerjaan,
penegakan
hukum
dan
peraturan
perundangan, serta meningkatkan keamanan dan ketertiban mulai dari tingkat terkecil di lingkungan kelurahan dan kecamatan. 10.
Peningkatan kualitas pengelolaan manajemen pendapatan daerah, termasuk di dalamnya optimalisasi sistem organisasi dan kelembagaan pendapatan daerah, memberikan reward secara proporsional terhadap kinerja aparatur daerah yang baik dan berprestasi dalam mengelola pendapatan daerah.
11.
Peningkatan kualitas pelayanan pada SKPD atau Unit Kerja yang telah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).
4.1.2 Target Pendapatan Daerah Meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Dengan mempertimbangan kondisi perekonomian Kota Magelang dan beberapa Kebijakan pendapatan, mama Pemerintah Kota Magelang menargetkan Pendapatan Daerah Kota Magelang
34
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Tahun Anggaran 2016 adalah sebagaimana terdapat pada tabel IV.1. Tabel IV.1 Target Pendapatan Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 (dalam Ribuan Rupiah) NO
URAIAN
JUMLAH
(1)
(2)
(3)
1.1
Pendapatan Asli Daerah
164,665,952
1.1.1 Pajak daerah 1.1.2 Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1.1.3 yg Dipisahkan 1.1.4 Lain-lain PAD yang Sah 1.2 Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan 1.2.1 Pajak 1.2.2 DAU 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yg sah Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
1.3.3
22,107,435 6,058,580 6,242,609 130,257,328 438,690,066 20,432,144 418,257,922 103,184,863 26,421,159
Dana Penyesuaian dan Otonomi 76,763,704 Khusus PENDAPATAN DAERAH 706,540,881 Keterangan : untuk DAK dan Bantuan Keuangan dari propinsi belum diprediksi 1.3.4
4.1.3 Upaya-upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Mengingat pentingnya peranan pendapatan daerah dalam membiayai pembangunan di Kota Magelang, pemerintah Kota Magelang
akan mengupayakan bebrapa hal dalam mencapai
target pendapatan yang direncanakan pada Tahun 2016 sebagai berikut: a. Pengggalian potensi Pajak dan Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan
perundangan
yang
berlaku
serta
memperhatikan prinsip-prinsip : realistis dan elastis (artinya dapat / mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat) serta adil dan merata secara vertical dan horisontal
(vertikal artinya sesuai dengan
tingkatan kelompok masyarakat dan horizontal artinya berlaku 35
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
sama bagi setiap anggota kelompok masyarakat sehingga tidak ada yang kebal pajak). b. Melakukan perluasan basis penerimaan pajak dan retribusi. Upaya-upaya
yang
dilakukan
untuk
memperluas
basis
penerimaan antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru / potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan. c. Melakukan
Penyuluhan
/
sosialisasi
kepada
masyarakat
tentang arti pentingnya pajak bagi pembangunan daerah sehingga secara politis dapat diterima oleh masyarakat, yang kemudian akan menimbulkan motivasi dan kesadaran pribadi untuk membayar pajak. d. Memperkuat proses pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah. Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan, yaitu
antara
lain
mempercepat
penyusunan
Peraturan-
peraturan Daerah, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan peningkatan SDM yang melaksanakan pemungutan dan pengelolaan pajak dan retribusi tersebut. e. Melaksanakan tertib administrasi pungutan Pajak dan Retribusi sesuai
dengan
peraturan
perundangan
yang
berlaku.
Pelaksanaan administrasi harus fleksibel artinya sederhana dan mudah dihitung. f. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
kepada
publik
secara
profesional melalui peningkatan kompetensi aparatur daerah (meningkatkan kualitas kinerja layanan lembaga/satuan kerja pemungut dan pengelola pajak dan retribusi daerah) sehingga akan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi si wajib pajak. g. Menyederhanakan prosedur pengelolaan Pajak dan Retribusi menuju terpenuhinya kepuasan pelayanan public / wajib pajak. h. Meningkatkan pengawasan. Pengawasan dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara insidentil / tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (dadakan) dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan 36
sanksi
terhadap
penunggak
pajak
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
serta
meningkatkan
pembayaran
pajak
dan
pelayanan
yang
diberikan kepada masyarakat pembayar pajak. i.
Meningkatkan
efisiensi
administrasi
dan
menekan
biaya
pemungutan pajak. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain memperbaiki
prosedur
administrasi
pajak
melalui
penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan. j.
Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait khususnya instansi yang menangani pemungutan dan pengelolaan pajak-pajak dan retribusi di Kota Magelang.
4.2 Belanja Daerah 4.2.1 Kebijakan
Terkait
Dengan
Perencanaan Belanja
Daerah
Meliputi Total Perkiraan Belanja Daerah Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah merupakan
perkiraan
beban
pengeluaran
daerah
yang
dialokasikan secara adil dan merata agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi khususnya dalam pemberian pelayanan umum. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah tersebut, dimana terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang
tertentu
yang
dapat
dilaksanakan
bersama
antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumbersumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa
37
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas. Kebijakan belanja daerah memprioritaskan terlebih dahulu pos belanja yang wajib dikeluarkan, antara lain belanja pegawai dan belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang bersangkutan. Selisih antara perkiraan dana yang tersedia dengan jumlah belanja yang wajib dikeluarkan merupakan potensi dana yang dapat diberikan sebagai pagu indikatif kepada setiap SKPD.
Belanja
penyelenggaraan
pembangunan
hendaknya
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 terakhir dengan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
Belanja Daerah dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok belanja, yaitu: Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. 1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja: a.
Belanja Pegawai berupa penyediaan gaji dan tunjangan serta tambahan penghasilan lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
b.
Belanja bunga digunakan untuk pembayaran atas pinjaman Pemerintah
Daerah
kepada
Pemerintah
Pusat.
Dalam
Pemenuhan Pendanaan sejalan dengan penyelenggaraan pemerintah daerah,
38
khususnya
pengalokasian anggaran
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
dalam
APBD, Kota Magelang tidak melakukan pinjaman,
sehingga tidak ada Pembayaran Bunga Pinjaman. c.
Belanja
Subsidi
hanya
diperuntukkan
tertentu
yang
perusahaan/lembaga
kepada
bertujuan
untuk
membantu biaya produksi agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat seperti subsidi air bersih, pelayanan listrik desa dan kebutuhan pokok masyarakat lainnya. Dalam menetapkan belanja subsidi,
pemerintah
daerah
hendaknya
melakukan
pengkajian terlebih dahulu sehingga pemberian subsidi dapat tepat sasaran. Dengan pertimbangan kemampuan keuangan daerah, maka pemerintah Kota Magelang tidak menganggarkan belanja subsidi. d.
Belanja Hibah adalah pemberian uang/ barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah
lainnya,
perusahaan
daerah,
masyarakat
dan
organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Pemberian hibah harus dilakukan secara selektif sesuai dengan urgensi dan kepentingan daerah serta kemampuan keuangan daerah, sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan pemerintahan
urusan daerah
wajib
lainnya
dan
dalam
tugas-tugas meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat. Dalam menentukan alokasi belanja hibah dilakukan secara selektif
dan
kemampuan
rasional keuangan
dengan daerah
mempertimbangkan dan
mekanismenya
berdasarkan/ sesuai dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 39 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD. e.
Belanja Bantuan Sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/ barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/ atau masyarakat yang sifatnya
39
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. Dalam rangka mengatasi kemungkinan terjadinya resiko sosial tersebut, Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada kelompok/ anggota masyarakat akan tetapi dilakukan secara selektif/ tidak mengikat, tidak terus menerus
dan
jumlahnya
dibatasi
sesuai
kemampuan
keuangan daerah. Adapun mekanismenya juga mengacu dan berpedoman pada Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD. f.
Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu
kepada
pemerintah
daerah
lainnya
yang
disesuaikan dengan kemampuan belanja daerah yang dimiliki. g.
Belanja
Bantuan
Keuangan
digunakan
untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah daerah kepada pemerintah kelurahan/pemerintah bersifat
umum
desa.
diberikan
Bantuan dalam
keuangan
rangka
yang
peningkatan
kemampuan keuangan bagi penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dapat dianggarkan dalam rangka
untuk
membantu
capaian
program
prioritas
pemerintah daerah yang dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi 40
kewenangan
pemerintah
daerah
seperti
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dari pemerintah daerah pemerintah kelurahan/pemerintah desa diarahkan untuk percepatan
atau
kelurahan/desa.
akselerasi
Pemerintah
pembangunan
Kota
di
Magelang
tidak
menempuh pemberian belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus, mengingat mulai tahun 2008 Kelurahan sudah menjadi SKPD. Pemberian bantuan keuangan kepada partai politik tetap mengacu pada peraturan perundangundangan yang terkait. h.
Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya dan perkiraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, serta sifatnya tidak biasa/tanggap darurat, yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk program/kegiatan.
2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja: a.
Belanja
pegawai;
honorarium/upah
merupakan dalam
pengeluaran
melaksanakan
untuk
program
dan
kegiatan pemerintahan daerah. b.
Belanja barang dan jasa; merupakan pengeluaran untuk pembelian/ pengadaan barang yang dinilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Belanja ini merupakan pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat. Yang termasuk dalam kategori belanja barang/jasa adalah Belanja Pengadaan barang/jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.
c.
Belanja modal; merupakan pengeluaran untuk pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuik digunakan dalam kegiatan
41
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pemerintahan. Belanja modal digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila : 1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau asset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas. 2. pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 3. perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual. 4. pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan asset tetap atau asset lainnya dengan syarat pengeluaran mengakibatkan masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume asset yang dimiliki bertambah serta pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi asset tetap/asset lainnya. Gambaran perkembangan Belanja Daerah di Kota Magelang Tahun 2009-2014, selengkapnya dapat dilihat pada tabel IV.2. Tabel IV.2 Struktur Belanja Pemerintah Kota Magelang Tahun 2009-2014 No.
Tahun
Belanja Tidak Langsung (Rp)
Belanja Langsung (Rp)
Belanja APBD (Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) = ((3) + (4))
01.
2009
221,415,125,434.00 191,308,858,238.00 412,723,983,672.00
02.
2010
252,918,800,003.00 157,704,549,201.00 410,623,349,204.00
03.
2011
265,348,345,776.00 204,063,266,079.00 469,411,611,855.00
04.
2012
296,610,099,484.00 239,738,589,918.00 536,348,689,402.00
05.
2013
313,072,355,985.00 317,778,361,372.00 630,850,717,357.00
06.
2014
414,467,397,000.00 402,471,574,000.00 816,938,971,000.00
Sumber:
1.Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2009-2013 merupakan realisasi anggaran. 2.Perda tentang perubahan APBD Kota Magelang TA. 2014
42
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Tabel IV.3 Proporsi Belanja Pegawai Pemerintah Kota Magelang Tahun 2009-2014 No. Tahun
Belanja Pegawai (Rupiah)
Total Belanja (Rupiah)
Persentase Belanja Pegawai thd Total Belanja (%)
(3)
(4)
(5) = ((3) / (4))
(1)
(2)
02.
2009
223,472,037,339.00 412,723,983,672.00
54.15
03.
2010
234,751,485,929.00 410,623,349,204.00
57.17
04.
2011
251,474,250,776.00 469,411,611,855.00
53.57
05.
2012
287,833,633,184.00 536,348,689,402.00
53.67
06.
2013
304,116,683,985.00 630,850,717,357.00
48.21
06.
2014
379,314,681,000.00 816,938,971,000.00
46.43
Sumber:
1.Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2009-2014 merupakan realisasi anggaran. 2.Perda tentang perubahan APBD Kota Magelang TA. 2014 Proporsi belanja pegawai cukup besar terhadap total belanja,
hal ini disebabkan karena kemampuan pendanaan yang terbatas tidak dapat mengimbangi kebijakan kenaikan belanja pegawai baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Proporsi belanja pegawai terhadap total belanja dalam tabel IV.3. Mengingat keterbatasan kemampuan keuangan daerah, maka kebijakan belanja daerah yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang pada tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut: 1) Belanja Daerah diprioritaskan untuk memenuhi kewajiban Daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kota Magelang, yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan : (i) pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan); (ii) fasilitas sosial; dan (iii) fasilitas umum yang layak; 2) Belanja Daerah disusun berdasarkan standar pelayanan minimal, analisis standar belanja, standar harga, dan tolok ukur kinerja; 3) Penyusunan
belanja
daerah
diprioritaskan
untuk
menunjang
efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah 43
(SKPD)
dalam
rangka
melaksanakan
bidang
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
kewenangan/urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya 4) Belanja Daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung diarahkan pada peningkatan kemampuan penyelenggaraan pelayanan publik (merujuk pada prinsip good governance) yang didasarkan
pada
pola
kinerja
merit
system
agar
mampu
mencerminkan pembiayaan yang dikeluarkan setara dengan kinerja dan keluaran yang dihasilkan; 5) Belanja Tidak Langsung, yang meliputi belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tak terduga disusun dengan memperhatikan efisiensi, efektivitas, dan proporsionalitasnya dalam pelaksanaan urusan wajib yang menjadi tanggung jawab pemerintah kota. Berdasarkan Magelang
beberapa
memperkirakan
kebijakan
Belanja
diatas,
Daerah
Pemerintah
Kota
Tahun Anggaran
2016
sebagaimana pada tabel IV.4. Tabel IV.4 Prediksi Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 (dalam Satuan Rupiah) NO 2.1
URAIAN BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai
393, 458,564,000 377,562,024,000
Belanja Hibah
1,373,140,000
Belanja Bantuan Sosial
4,462,697,000
Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tak Terduga 2.2
PREDIKSI
560,703,000 9,500,000,000
BELANJA LANGSUNG
359,657,317,000
JUMLAH BELANJA DAERAH
753,115,881,000
Keterangan : Untuk Prediksi Belanja langsung Tahun 2016 belum termasuk belanja untuk kegiatan DAK dan Bantuan Keuangan dari Provinsi tetapi sudah termasuk belanja BLUD RSU Tidar dan BLUD Puskesmas.
44
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
4.2.2 Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi
Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja
Tidak Terduga Dengan mempertimbangkan kemampuan daerah yang terbatas, kebijakan belanja pegawai, Bunga, Subsidi, Bantuan
Sosial, Belanja Bagi
Hibah,
Hasil, Bantuan Keuangan dan
Belanja Tidak Terduga yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Belanja Pegawai. a. Besaran
anggaran
gaji
pokok
dan
tunjangan
PNSD
disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2016 b. Untuk
mengantisipasi
adanya
kenaikan
gaji
berkala,
tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan PNSD telah diperhitungkan acress sebesar 2 % dari jumlah belanja pegawai; c. Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain pimpinan dan anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan didasarkan pada peraturan pemerintah No. 24 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan
Pemerintah
No.
21
Tahun
2007.
Penganggaran tersebut juga didasarkan pada Peraturan Menteri
Dalam
Pengelompokan Penganggaran
Negeri
No.
21
Kemampuan dan
Tahun
2007
Keuangan
Pertanggungjawaban
tentang Daerah
Penggunaan
Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional. Dalam KUA TA 2016, kemampuan keuangan daerah Kota Magelang diprediksikan masuk dalam kategori sedang. d. Penganggaran
belanja
walikota
dan
wakil
walikota
didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Untuk besaran belanja penunjang operasional 45
walikota
dan
wakil
walikota
ditetapkan
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
berdasarkan klasifikasi Pendapatan Asli Daerah. Target pendapatan asli daerah pada Tahun Anggaran 2016 adalah sebesar Rp. 158.500.000.000. sehingga masuk dalam klasifikasi diatas Rp. 150 milyar. Dengan demikian besaran belanja penunjang operasionalnya dianggarkan paling rendah Rp. 600 juta dan paling tinggi sebesar 0,15 %; e. Sesuai
dengan
amanat
Peraturan
Presiden
Republik
Indonesia Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Jaminan Sosial, maka dalam belanja pegawai juga
dianggarkan
digunakan
untuk
Tunjangan mendaftarkan
Ketenagakerjaan seluruh
yang
PNSD
Kota
Magelang dalam program jaminan kecelakaan kerja, dan program jaminan kematian. f. Penganggaran tambahan penghasilan pegawai dialokasikan untuk
PNSD/CPNSD
dengan
pertimbangan
sebagai
berikut: 1) Tambahan
penghasilan
berdasarkan
kondisi
kerja
dianggarkan untuk pegawai Pemerintah Kota Magelang yang bekerja pada SKPD yang menangani pelayanan publik dalam bidang perizinan dan non perizinan (Unit Pelayanan Perizinan Terpadu). 2) Tambahan
penghasilan
berdasarkan
obyektif
lainnya
dianggarkan
kinerja
pegawai
di
untuk
lingkungan
pertimbangan meningkatkan
Pemerintah
Kota
Magelang. 3) Tambahan
penghasilan
berdasarkan
pengamanan
persandian dianggarkan untuk pegawai yang bertugas mengamankan sandi di Kota Magelang. 4) Tambahan penghasilan berdasarkan Non Sertifikasi Pendidik dianggarkan untuk tambahan penghasilan bagi guru yang belum bersertifikat pendidik. 5) Tambahan penghasilan berdasarkan Sertifikasi Pendidik dianggarkan untuk tunjangan profesi bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik.
46
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
g. Penganggaran insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah sebesar 5% dari target pendapatan dari pajak daerah dan retribusi; 2. Belanja Hibah Belanja hibah dianggarkan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang, kepada pemerintah atau pemerintah daerah
lainnya,
organisasi
perusahaan
kemasyarakatan
daerah,
yang
masyarakat,
secara
spesifik
dan telah
ditetapkan peruntukannya. Pada APBD Tahun Anggaran 2014,
hibah
diberikan
antara
lain
kepada
masyarakat
kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan keolahragaan non-profesional serta kepada organisasi kemasyarakatan. Pencantuman alokasi belanja hibah dalam KUA Tahun Anggaran 2016 telah didasarkan pada hasil verifikasi dan evaluasi proposal oleh SKPD teknis dan telah dituangkan dalam rekomendasi SKPD serta Pertimbangan Tim Anggaran Pemerintah Kota Magelang (TAPD) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 3. Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Sosial, dianggarkan dalam rangka pemberian bantuan berupa uang kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pada Tahun Anggaran 2016, anggaran belanja bantuan sosial berupa uang terdiri
dari
yang
direncanakan
dan
yang
tidak
dapat
direncanakan. Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD 47
yang
apabila
ditunda
penanganannya
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
akan
menimbulkan resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan. Dalam rangka mendukung program rumah layak huni, Pemerintah Kota Magelang juga menganggarkan bantuan sosial berupa uang untuk menstimulan warga Kota Magelang yang kondisi rumahnya tidak layak huni. Pencantuman alokasi belanja bantuan sosial dalam KUA Tahun Anggaran 2016 telah didasarkan pada hasil verifikasi dan evaluasi proposal oleh SKPD teknis dan telah dituangkan dalam rekomendasi SKPD serta Pertimbangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Magelang kecuali untuk
bantuan
sosial
yang
tidak
dapat
direncanakan
sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 4. Belanja Bantuan Keuangan Belanja
Bantuan
Keuangan
digunakan
untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus
dari
pemerintah
daerah
kepada
pemerintah
kelurahan/pemerintah desa serta bantuan keuangan kepada partai politik. Mengingat mulai tahun 2008 kelurahan sudah menjadi SKPD, maka bantuan keuangan ke kelurahan tidak dialokasikan dalam APBD 2016. Namun sudah dianggarkan dalam belanja langsung SKPD masing-masing kelurahan. Sedangkan belanja bantuan keuangan, juga untuk mengalokasikan pemberian bantuan keuangan kepada partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD Kota Magelang Periode 2014 - 2019. Pemberian bantuan keuangan kepada Partai Politik berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan 48
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Keuangan kepada Partai Politik dan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. 5. Belanja Tidak Terduga Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan
mempertimbangkan
realisasi
tahun
anggaran
sebelumnya dan perkiraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak
dapat
pemerintah darurat,
diprediksi, daerah,
yang
diluar
serta
tidak
kendali
sifatnya
diharapkan
dan
tidak
pengaruh
biasa/tanggap
berulang
dan
belum
tertampung dalam bentuk program/kegiatan. Dalam rekening belanja ini juga dianggarkan untuk alokasi yang belum bisa dianggarkan dalam program/kegiatan seperti penganggaran untuk dana pendamping program/kegiatan yang bersumber dari Bantuan Keuangan dari Provinsi Jawa Tengah. 4.2.3 Kebijakan
Pembangunan Daerah, Kendala yang dihadapi,
Strategi dan Prioritas Pembangunan Daerah yang disusun secara
terintegrasi
dengan
Kebijakan
dan
Prioritas
Pembangunan Nasional yang akan dilaksanakan di Daerah. Tujuan
pembangunan
daerah
pada
hakekatnya
untuk
meningkatkan taraf hidup/kesejahteraan dan kualitas pelayanan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pembangunan dimaksud, Pemerintah Kota Magelang telah menetapkan arah kebijakan umum Panjang
yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Daerah
(RPJPD)
Kota
Magelang,
sebagai
acuan
Pemerintah Kota Magelang untuk menetapkan kebijakan dalam rangka
melaksanakan
pembangunan
daerah
yang
berkesinambungan. Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 adalah “Mewujudkan Kota Jasa yang berbudaya, maju dan berdaya saing dalam masyarakat madani”. Tahun Anggaran 2016 menjadi tahun yang sangat penting bagi Kota Magelang karena akan terjadi pergantian Kepala Daerah yang akan dipilih pada tahun 2015. Sehingga KUA Tahun 2016 merupakan KUA transisi yang disusun oleh Kepala Daerah Periode 2010-2015 untuk dilaksanakan Kepala Daerah yang baru. Kebijakan Pembangunan Daerah yang akan dilakukan pada tahun 49
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
2016 adalah berdasar pada: (1) hasil evaluasi RPJMD Kota Magelang tahun 2011 – 2015, hal ini digunakan untuk menjaga kesinambungan pembangunan di Kota Magelang. (2) sinkronisasi dengan program prioritas Jawa Tengah dan Nasional, agar pembangunan
daerah
Kota
Magelang
terintegrasi
dengan
pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Isu
Strategis
yang
menjadi
prioritas
Pemerintah
Kota
Magelang untuk ditangani Tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama Tantangan
dan
permasalahan
yang
harus
diselesaikan pada sektor Pendidikan di Tahun 2016 adalah sebagai berikut: a. Masih terbatasnya sarana prasarana, akses, pemerataan, kualitas layanan, kualifikasi serta kompetensi tenaga pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini; b. Belum optimalnya ketersediaan, kualitas, kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik serta distribusi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan dasar; c. Transisi
pengelolaan
pendidikan
luar
biasa
dan
pendidikan menengah dari pemerintah kota magelang ke pemerintah Provinsi Jawa Tengah; d. Belum
optimalnya
pengelolaan
perpustakaan
dan
laboratorium sekolah; e. Perlunyan
kesiapan
implementasi
kurikulum
2013
dalam penyediaan sarana, peyiapan tenaga pendidik, aspek
pemahaman,
pembelajaran,
penilaian
dan
pemanfaatan media; f.
Belum
efektifnya
diindikasikan
pendidikan
dengan
masih
karakter adanya
di
sekolah
vandalisme,
kurangnya ketertiban dan kedisiplinan siswa; g. Kurangnya ketersediaan dan akurasi data pendidikan; dan h. Masih perlunya optimalisasi pemenuhan pemenuhan hakhak anak. Sementara
itu
di
sektor
Kesehatan,
beberapa
permasalahan ke depan yang memerlukan perhatian antara lain: a. Belum optimalnya upaya pencegahan penyebaran penyakit 50
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
menular dan upaya penanganan pasien penyakit menular; b. Masih minimnya upaya deteksi dini penyakit tidak menular melalui pemberdayaan kader kesehatan; c. Kurangnya koordinasi lintas sektoral dalam upaya promosi kesehatan masyarakat; d. Belum optimalnya peningkatan kesadaran masyarakat akan PHBS; e. Masih
perlunya
optimalisasi
peningkatan
kualitas
pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak; f. Belum optimalnya angka usia harapan hidup ; g. Masih
rendahnya
produktivitas
dan
kesehatan
kaum
lansia; h. Kurangnya penyediaan data sarana, tenaga medis dan kondisi kesehatan masyarakat yang selalu up to date; i. Masih adanya prevalensi angka balita bergizi; j. Minimnya registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan; k. Rendahnya pemanfaatan peralatan medis berteknologi terkini dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan; l. Belum optimalnya penyediaan elektronik data tenaga kesehatan
dan
sarana
kesehatan
yang
akurat
dan
terpercaya; m. Kurangnya tenaga kesehatan yang mencukupi dan sesuai spesialisasi yang dibutuhkan; dan n. Perlunya peningkatan pelayanan kesehatan melalui skema BPJS. Isu strategis lainnya yang muncul dari bidang ini adalah terkait Penanggulangan Kemiskinan. Tingkat kemiskinan cenderung menurun. Namun demikian permasalahan tantangan
yang
turunnya
tingkat
harus
dihadapi
dan
untuk mempercepat
kemiskinan pada
tahun 2016 adalah
sebagai berikut: a. Optimalisasi peran Balai Latihan Kerja (BLK) setelah penyelesaian
pembangunan
tahun
2015
untuk
menciptakan tenaga kerja terampil; b. Perlunya pemantapan kualitas
dan akses
layanan
pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin termarginalkan untuk mengembangkan kehidupan mereka 51
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
secara layak; c. Tingkat pengangguran terbuka yang masih cukup tinggi. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah kota magelang untuk terus mendorong pertumbuhan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; d. Perlunya pendekatan integratif untuk penanggulangan kemiskinan
daerah
penanganan
sehingga
kemiskinan
program–program
yang
diupayakan
dan dapat
mendorong akselerasi dan efektitas penurunan jumlah penduduk
miskin,
anatara
lain
melalui
pendekatan
pembangunan kewilayahan dan fokus pada pemberdayaan masyarakat; e. Perlunya keterpaduan antar SKPD dalam upaya percepatan pengentasan kemiskinan; dan f. Pemanfaatan scheme bantuan permodalan seperti KUR masih belum dapat menyerap tenaga
kerja seperti yang
diharapkan. 2. Bidang Ekonomi Berbagai permasalahan dan tantangan yang harus diselesaikan pada tahun
2016 di bidang ekonomi terkait
dengan upaya peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian adalah sebagai berikut: a. Maraknya alih fungsi pertanian menjadi non pertanian, sehingga berdampak negatif pada ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau; b. Belum optimalnya pemanfaatan lahan pekarangan di rumah tangga untuk budidaya tanaman pangan; c. Belum adanya cadangan pangan di Kota Magelang; d. Belum optimalnya upaya yang dilakukan untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok, sehingga harga bahan pangan masih fluktuatif; e. Masih tingginya jumlah penduduk miskin di kota magelang yang berpotensi meningkatkan kerawanan pangan dan gizi; f. Budaya dan kebiasaan makan penduduk kota magelang yang kurang mendukung konsumsi pangan b2sa (beragam, bergizi, seimbang, dan aman); dan 52
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
g. Masih adanya penggunaan zat aditif berupa penyedap, pewarna, pemanis, pengawet, pengental, pemucat, dan anti gumpal pada bahan makanan. Isu strategis lainnya yang mendesak untuk diselesaikan pada urusan ketenagakerjaan, yaitu: a. Sebagian
pengusahan
memberi
upah
kepada
pekerja
dibawah umk. b. Disnakertransos instruktur, dengan
Kota
pada
BLK
Magelang
pelaksanaan
Kabupaten
belum
kegiatan
Magelang
memiliki
bekerjasama
sehingga
jadwal
pelatihan mengikuti BLK Kabupaten Magelang; c. Belum tersertifikasi kompetensi para peserta pelatihan; d. Masih adanya pelanggaran pelaksanaan UMK di beberapa dunia usaha/industri; e. Masih tingginya angka perselisihan antara pengusaha dengan pekerja; f. Masih dijadikannya UMK sebagai standar pengupahan secara umum; g. Kurang berminatnya pencari kerja untuk bekerja di luar negeri; h. Rendahnya animo dunia industri untuk menjalankan sertifikasi K3 dikarenakan biaya pengujian yang cukup besar, sementara standar pelayanan minimal sertifikasi K3 adalah 50 persen; i. Peningkatan
iklim
investasi
belum
dibarengi
dengan
pelaksanaan norma ketenagakerjaan (keselamatan dan perlindungan tenaga kerja) akibat kurangnya koordinasi antara stakeholder terkait; j. Belum terakreditasinya lembaga pelatihan kerja swasta yang
ada
di
Kota
Magelang
sehingga
mutu
pendidikan/pelatihan dan peserta didik kurang optimal yang pada akhirnya berimbas pada daya saing peserta didik di pasar kerja; k. Kurangnya
kesadaran
akan
pentingnya
sertifikasi
kompetensi di pasar kerja; l. Rendahnya produktivitas dan etos kerja para pencari kerja; dan 53
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
m. Tantangan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Isu
di
dalam
urusan
Koperasi
dan
UKM
dan
kesjahteraan masyarakat yang layak diperhatikan antara lain a. Rendahnya manajemen usaha, seringkali ada yang belum melakukan pemisahan antara bisnis/usaha dan rumah tangga; b. Belum memiliki legitimasi tempat usaha serta legitimasi hukum atas asset, sehingga terjadi kesulitan dalam mengakses kredit perbankan; c. Rendahnya kualitas SDM, sehingga pola kemitraan sulit diterapkan baik di bidang produksi, pemasaran maupun teknologi; d. Rendahnya ketersediaan skim permodalan secara khusus bagi UKM; e. Tindak lanjut dari agenda ayo ke magelang tahun 2015 dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan daya tarik wisata Kota Magelang; f. Rendahnya kunjungan wisata sebagai akibat lemahnya promosi,
informasidan
pemasaran
pariwisata,
kurang
memadainya sarana dan prasaranakepariwisataan; g. Kurangnya inovasi, kreativitas, kreasi, atraksi destinasi pariwisata
danberbagai
fasilitas
pendukung
destinasi
pariwisata, serta masih rendahnyasumber daya manusia pengelola pariwisata; h. Kurangnya
penyelenggaraan
even
pariwisata
yang
dilaksanakan secara periodik yang dikemas dalam atraksi yang menarik dan atraktif serta berskala luas sehingga mampu menarik wisatawan berkunjung; i. Perlunya
intensifikasi
image
branding
dilaksanakan sejauh ini.Peningkatan dan
jasa
pariwisata,
dan
yang
kualitas
ketersediaan
telah produk
sarana
dan
prasarana yang memadai di lingkungan obyek dan daya tarik wisata, masih rendahnya kualitas SDMpengelola obyek dan daya tarik wisata, pramuwisata maupun para pelaku pariwisatalainnya; j. Sebagai kota jasa, perlu terus untuk mendorong agar kota magelang dapat menjadi ajang bagi pendatang untuk 54
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
aktivitas Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE) yang akan mampu menghadirkan pemasukan bagi daerah dan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung; k. Sumbangan sektor pariwisata terhadap pad harus semakin dioptimalkan. Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya promosi yang dilakukan, baik di dalam maupun luar negeri, sehingga jumlah kunjungan, lama tinggal dan pengeluaran belanja wisatawan masih relatif kecil; l. Kecenderungan menurunnya prestasi dan pemasyarakatan olahraga
disebabkan
oleh
lemahnya
pembibitan,
pembinaan, pemanduan dan pemasyarakatan olahraga serta
tidak
adanya
penelitian
dan
pengembangan
keolahragaan; dan m. Masih rendahnya partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah yang diantaranya disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan
kepedulian
dan
terhadap
ketrampilan,
daya
masalah-masalah
tangkal,
pembangunan,
keterbatasan akses dan kemitraan. Sementara itu di sektor pertanian, beberapa isu yang patut di kedepankan antara lain: a. Sebagian
besar
petani
penggarap, sehingga
kota
magelang
adalah
petani
program diversifikasi usaha tani
menjadi kurang optimal; b. Petani belum menggunakan sarana produksi yang sesuai dengan teknologi
pertanian;
c. Semakin berkurangnya lahan pertanian produktif sebagai akibat
dari
alihfungsi
lahan
pertanian
menjadi
non
pertanian; d. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya tanaman hortikultura; e. Rendahnya
pengetahuan
masyarakat
dalam
budidaya
florikultur, sehingga budidaya tanaman hias dan bunga belum berkembang di masyarakat; f. Masyarakat membudidaya tanaman hias dan bunga masih sebatas hobi, belum menjadi mata pencaharian; g. Rendahnya 55
minat
generasi
muda
terhadap
sektor
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pertanian, menyebabkan tidak adanya regenerasi dalam bidang pertanian; dan h. Belum berkembangnya urban farming di Kota Magelang; 3. Bidang ilmu Pengetahuan dan Teknologi a. Masih rendahnya peran aktif dan kemampuan masyarakat dalam berkreativitas dan inovasi serta pendayagunaan teknologi tepat guna untuk mengembangkan keunggulan komparatif dan kompetitif; dan b. Perlunya optimalisasi sistem inovasi daerah (SIDA) secara efektif dan efisien. 4. Bidang Sarana dan Prasarana Permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi bidang sarana dan prasarana antara lain adalah: a. Belum optimalnya fungsi prasarana dan sarana drainase pengendalian banjir pada musim penghujan; b. Masih adanya jalan dan jembatan yang rusak. Prasarana jalan
dan
jembatan
senantiasa
membutuhkan
pemeliharaan dan peningkatan; c. Belum
terpenuhinya
semua
kebutuhan
pengelolaan
jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya dalam mendukung pembangunan pertanian dan penyediaan air baku; d. Terbatasnya sumber air bersih di Kota Magelang; e. Rendahnya bangunan
kualitas
pembangunan
gedung
pemerintah
dan
pengelolaan
diakibatkan
tidak
dipatuhinya Norma Standar Prosedur Manual (NSPM) dan rendahnya
sosialisasi
serta
pengawasan
pelaksanaan
NSPM; f. Masih adanya pemukiman kumuh dan rumah tidak layak huni di Kota Magelang; g. Belum optimalnya pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh; h. Perlunya
mengakomodir
hak
hak
masyarakat
rentan
termarginalkan dalam desain sarpras kota; i. Tingginya volume pergerakan/mobilitas terutama pada jam-jam sibuk yang tidak didukung oleh sarana prasarana jaringan jalan sehingga mengakibatkan kecenderungan 56
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
untuk terjadinya kemacetan dan peningkatan kecelakaan lalu lintas; dan j. Belum
optimalnya
jangkauan
dan
akses
komunikasi
informasi yang disebabkan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta pengembangan komunikasi informasi. 5. Bidang Politik Beberapa
permasalahan
dan tantangan pokok yang
dihadapi di bidang politik, hukum dan keamanan antara lain adalah perlunya antisipasi paska pelaksanaan Pilkada tahun 2015, agar situasi tetap kondusif dan ketertiban umum tetap terjaga. 6. Bidang Pertahanan dan Keamanan a. Masih adanya ancaman terorisme, konflik SARA (baik vertikal maupun horizontal) dan gerakan yang bersifat radikalisme yang kadang bersifat laten dengan daya destruktif yang tinggi. b. Masih terdapatnya berbagai penyakit masyarakat 7. Bidang Hukum dan Aparatur Dalam rangka khususnya pencapaian terwujudnya tata kelola
pemerintahan
permasalahan
yang
yang
baik,
tantangan
dan
harus diselesaikan di tahun 2016
adalah sebagai berikut: a. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan umum dalam pelayanan publik yang disebabkan oleh kurangnya kapasitas, kompetensi dan profesionalitas sdm aparatur berikut sarana dan prasarana yang dibutuhkan (perlunya optimalisasi pelayanan yang berbasis pada ‘menghadirkan pemerintah sedekat mungkin dengan masyarakat’); b. Masih
perlu
intensifikasi
penerapan
e-government
di
seluruh skpd dengan memaksimalkan sistem informasi, penggunaan wan dan penggunaan website; c. Belum optimalnya ketersediaan data dan statistik daerah valid dan akurat
sebagai bahan penyusunan kebijakan
dan perencanaan; d. Belum
optimalnya
dokumen/arsip
penyelamatan
daerah
yang
dan
pelestarian
disebabkan
oleh
ketidakseimbangan antara banyaknya arsip dengan jumlah 57
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
SDM
yang
menangani,
dan
belum
dikembangkannya
digitalisasi arsip daerah; e. Persiapan SDM dan implementasi pelaksanaan UndangUndang Aparatur Sipil Negara (ASN) perlu mendapat perhatian yang serius; f. Belum optimalnya pengelolaan administrasi keuangan dan pertanggungjawabannya, termasuk eksistensi aset daerah di mana hasil opini BPK untuk laporan keuangan tahun 2014 adalah WDP dan perlu dicari model yang cocok untuk transparansi informasi dan publikasi anggaran belanja daerah kepada masyarakat umum sehingga masyarakat memahami kondisi keuangan daerah, sehingga status Wajar Tanpa Pengecualian dapat tercapai; g. Masih perlu akselerasi implementasi sistem perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja secara optimal salah satunya implementasi Analisa Standar Belanja (ASB) dan penentuan pagu indikatif kewilayahan (kecamatan & kelurahan) dan pagu indikatif SKPD; h. Perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah yang masih belum konsisten yang perlu untuk terus dilakukan minimalisasi deviasi, antara lain dengan integrasi sistem informasi perencanaan, penganggaran dan evaluasi; i. Sinergisitas proses perencanaan pembangunan daerah dari pendekatan
politik
(proses
politik)
ke
pendekatan
teknokratik perlu dilakukan dengan pemahaman yang sama antara lain terkait perumusan pokok-pokok pikiran DPRD; dan j. Masih
perlu
optimalisasi
implementasi
RAD
pemberantasan korupsi (RAD PK). 8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain: a. Masih belum selesainya permasalhan batas wilayah dengan Kabupaten Magelang; b. Masih perlunya pengendalian pemanfaatan tata ruang kota; dan c. Perlunya kewilayahan 58
intensifikasi secara
pembangunan
terpadu
dengan
berbasis
pembangunan
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
sektoral. 9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Beberapa
permasalahan
dan tantangan pokok yang
dihadapi dalam upaya menjaga Lingkungan
Hidup
dan
Pengelolaan Bencana antara lain adalah: a. Pengelolaan
manajemen
persampahan
masih
belum
optimal; b. Masih
banyaknya
perusahaan/kegiatan
industri
yang
belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL); c. Umur teknis TPA yang akan segera berakhir; d. Perlu terus untuk diupayakan pengelolaan sampah dari sumbernya yang berbasis pada masyarakat antara lain optimalisasi
program
kampung
organik,
dan
model
pengelolaan manajemen persampahan berbasis masyarakat lainnya; e. Kurangnya lahan terbuka hijau (RTH); f. Banyaknya kegiatan industri atau kegiatan usaha yang belum memilki dokumen lingkungan AMDAL, UKL-UPL , DPPL; dan g. Masih
perlunya pembinaan petugas penanggulangan
bencana alam. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas guna mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi dan pemantapan stabilitas ekonomi
daerah,
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pembangunan daerah serta pelayanan umum kepada masyarakat, maka kebijakan anggaran dalam tahun 2016 di Kota Magelang diarahkan untuk: 1.
Melakukan sinkronisasi program kegiatan Pemerintah Kota Magelang dengan Kebijakan Pusat dan Kebijakan Provinsi Jawa Tengah,
2.
Melaksanakan
program
dan
kegiatan
sesuai
dengan
kebutuhan pemerintahan daerah, berdasarkan urusan dan kewenangannya
(diutamakan
urusan
wajib
dan
urusan
pilihan), 3.
Tetap melaksanakan dan memperhatikan prioritas kegiatankegiatan yang mendukung program pro growth, pro poor, pro job dan pro environtment.
59
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
4.
Menyelenggarakan urusan pemerintahan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan
pelayanan
dasar,
pendidikan
dan
kesehatan. 5.
Berupaya untuk terus meningkatkan jumlah besaran belanja modal
dalam
rangka
meningkatkan
produktifitas
perekonomian, dimana diharapkan dengan besarnya belanja modal maka akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang lebih baik serta peningkatan kesempatan kerja. 6.
Peningkatan pelayanan
kemampuan dasar
pembiayaan
(terutama
untuk
penyelenggaraan kelompok
rentan
termajinalkan) yang bersumber dari APBD maupun kemitraan. Tujuan dari kebijakan ini adalah meningkatkan Pendapatan per Kapita. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai prioritas ini antara lain: (a) Meningkatkan SDM Kota Magelang dengan pendidikan yang terjangkau oleh semua penduduk. (b) Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. (c) Meningkatkan
keamanan
pangan
untuk
mencukupi
kebutuhan pangan penduduk. 7.
Tetap melaksanakan dan melanjutkan kegiatan
tahun
maksimal
2015
yang
guna mendukung
belum
prioritas kegiatan-
dilaksanakan
secara
program Penanggulangan
Kemiskinan, Kota Layak Anak, Penguatan Implementasi Manajemen Masterplan
Persampahan, Magelang
Implementasi
Rad
Kota
Penguatan Sejuta
Masyarakat
Implementasi
Bunga,
Penguatan
Ekonomi
Asean,
Pengembangan E-Government secara Komprehensif dan Integral: Menuju Smart City, dan Sustainable Development Goals Tema Infrastruktur
RKP
2016
untuk
adalah
Melatakkan
“Mempercepat
Pembangunan
Fondasi Pembangunan
Berkualitas”.
60
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
yang
Sasaran Pokok RKP Tahun 2016 disusun sebagai berikut: 1. Sasaran Makro; 2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat; 3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan; 4. Sasaran Dimensi Pemerataan; 5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antar Wilayah; 6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan. Dalam kaitan itu, prioritas pembangunan disusun sebagai penjabaran
operasional
dari
Strategi
Pembangunan
yang
digariskan dalam RPJMN 2015-2019 dalam upaya melaksanakan Agenda Pembangunan Nasional untuk memenuhi Nawa Cita, yaitu: 1. Cita 1 Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara; 2. Cita 2 Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; 3. Cita 3 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4. Cita 4 Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat, dan terpercaya; 5. Cita 5 Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; 6. Cita 6 Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional; 61
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
7. Cita 7 Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8. Cita 8 Melakukan revolusi karakter bangsa; dan 9. Cita 9 Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Nawa Cita tersebut merupakan rangkuman program-program yang tertuang dalam Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden yang dijabarkan dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015-2019, terdiri dari empat bagian utama yakni: (1) norma pembangunan; (2) tiga dimensi pembangunan; (3) kondisi yang diperlukan agar pembangunan dapat berlangsung; serta (4) program-program quick wins. Tiga dimensi pembangunan dan kondisi yang diperlukan dimaksud memuat sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019 yang selanjutnya dijabarkan dalam RKP Tahun 2016. Keterkaitan antara dimensi pembangunan dengan Nawa Cita dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dimensi Pembangunan Manusia dengan prioritas: sektor pendidikan dengan melaksanakan program Indonesia pintar, sektor kesehatan dengan melaksanakan program Indonesia sehat, perumahan rakyat, melaksanakan revolusi karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia, dan melaksanakan revolusi mental. Programprogram pembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran dari Cita Kelima, Cita Kedelapan, dan Cita Kesembilan dari Nawa Cita. 2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan dengan prioritas kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenaga-listrikan, kemaritiman, pariwisata, industri dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Program-program pembangunan dalam dimensi ini 62
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
adalah penjabaran dari Cita Pertama, Cita Keenam, dan Cita Ketujuh dari Nawa Cita. 3. Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan dengan prioritas pada upaya pemerataan antar kelompok pendapatan, pengurangan
kesenjangan
pembangunan
antar
wilayah.
Program-program pembangunan dalam dimensi ini merupakan penjabaran dari Cita Ketiga, Cita Kelima, dan Cita Keenam. 4. Kondisi yang diperlukan memuat program untuk peningkatan kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, tata kelola dan reformasi birokrasi. Program-program pembangunan untuk menciptakan kondisi ini merupakan penjabaran dari Cita Pertama, Cita Kedua, dan Cita Keempat. Selanjutnya, 3 (tiga) dimensi pembangunan dan kondisi yang diperlukan tersebut di atas dijabarkan ke dalam 1 (satu) lintas bidang dan 9 (sembilan) bidang pembangunan sesuai UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, dengan isu-isu strategis pada masing-masing bidang sebagai berikut: 1. Pengarusutamaan dan Pembangunan Lintas Bidang: a. Pengarusutamaan 1) Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan difokuskan pada upaya tetap menjaga pertumbuhan ekonomi pada yang dapat menjaga stabilitas makro, pertumbuhan ekonomi yang meluas dan terutama percepatan pertumbuhan di luar pulau
Jawa
dan
khususnya
wilayah
perbatasan,
pembangunan sosial yang meningkat, serta efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan tetap menjaga kualitas lingkungan hidup, serta pelestarian alam. 2) Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Diarahkan untuk penguatan kapasitas pemerintah dan perluasan
ruang
partisipasi
masyarakat,
dengan
penekanan pada: 63
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
a) Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik; b) Peningkatan
partisipasi
masyarakat
dalam
birokrasi
melalui
perumusan kebijakan; c) Peningkatan pelaksanaan
kapasitas reformasi
birokrasi
di
pusat
dan
daerah; dan d) Peningkatan kualitas pelayanan publik. 3) Pengarusutamaan Gender Merupakan strategi mengintegrasikan perspektif gender dalam
pembangunan,
yang
ditujukan
untuk
mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan yang dimulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. b. Pembangunan Lintas Bidang 1) Pemerataan dan Penanggulangan Kemiskinan Membangun landasan yang kuat agar ekonomi tumbuh menghasilkan
kesempatan
kerja
yang
berkualitas,
penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif, pengembangan penghidupan berkelanjutan (peningkatan kesejahteraan keluarga), perluasan dan peningkatan pelayanan dasar. 2) Perubahan Iklim Melalui
pelaksanaan
mitigasi,
yaitu
pengurangan
penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan adaptasi yaitu peningkatan ketahanan masyarakat dan wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim, yaitu petani dan nelayan serta wilayah yang rentan seperti pesisir atau kota yang terletak dekat dengan pantai, pegunungan yang mudah terkena kekeringan serta upaya peningkatan kesehatan atas berbagai gangguan kesehatan akibat dampak perubahan iklim.
64
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
3) Revolusi Mental Pembangunan kebudayaan pada tahun 2016 diarahkan untuk meningkatkan kemandirian bangsa yang ditandai oleh tegaknya kedaulatan politik, ekonomi yang berdikari, dan kuatnya kepribadian bangsa dalam kebudayaan, yang bersumber dari nilai-nilai luhur budaya Nasional (gotong
royong,
kesetiakawanan)
toleransi, untuk
harmoni,
solidaritas,
mengembangkan
budaya
pelayanan. 2. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama Arah kebijakan pembangunan bidang sosial budaya dan kehidupan beragama difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan melalui: a. Pembangunan kependudukan dan keluarga berencana yang diarahkan
untuk
mengendalikan
kuantitas
penduduk
melalui program kependudukan, Keluarga Berencana (KB), meningkatkan
kualitas
penduduk
dan
pembangunan
keluarga untuk mendorong masyarakat Indonesia dalam membentuk
keluarga
kecil,
bahagia,
dan
sejahtera,
pengarahan dan penataan persebaran penduduk, serta penguatan
data
dan
informasi
kependudukan
dalam
pengembangan kebijakan dan program pembangunan yang berbasis bukti. b. Pembangunan pendidikan, khususnya program Indonesia Pintar yang diarahkan untuk mempercepat peningkatan taraf pendidikan seluruh masyarakat, melanjutkan upaya untuk memenuhi hak seluruh penduduk mendapatkan layanan pendidikan dasar berkualitas, meningkatkan akses, kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan menengah dan tinggi, menurunkan kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok sosial ekonomi, antar wilayah dan antar jenis kelamin, yang berpihak pada seluruh anak dari terutama anak dari keluarga kurang mampu, meningkatkan kualitas
65
pembelajaran
untuk
peningkatan
pendidikan
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
karakter,
dan
meningkatkan
profesionalitas
guru,
pengelolaan, serta pendistribusiannya. c. Peningkatan
status
kesehatan
dan
gizi
masyarakat
terutama melalui program Indonesia Sehat yang diarahkan untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak, menurunkan kekurangan gizi dan kelebihan gizi melalui pendekatan lintas sektor, serta mengendalikan penyakit baik menular maupun tidak menular, menguatkan sistem kesehatan terutama pengembangan jaminan kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat, sistem pemantauan dan evaluasi melalui pengembangan sistem informasi dan penelitian dan pengembangan, serta pemenuhan tenaga kesehatan, farmasi dan alat kesehatan. d. Pembangunan meningkatkan
perpustakaan budaya
gemar
yang
diarahkan
membaca
dan
untuk kualitas
layanan perpustakaan, baik kapasitas dan akses, maupun utilitas, melalui sinergi antara perpustakaan dengan satuan pendidikan,
promosi
gemar
membaca
dengan
memanfaatkan perpustakaan dan pola partisipasi industri penerbitan dan masyarakat dalam menciptakan komunitas baca. e. Pembangunan pemuda dan olahraga yang diarahkan untuk meningkatkan peran aktif dan partisipasi pemuda dalam berbagai bidang pembangunan serta menumbuhkan dan meningkatkan budaya dan prestasi olahraga. f. Pembangunan agama yang diarahkan untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagai landasan berbangsa
dan
moral
dan etika dalam
bernegara,
meningkatkan
kehidupan pelayanan
kehidupan beragama yang berkualitas antara lain dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah,
serta
mewujudkan
harmonisasi
sosial
dan
kerukunan umat beragama. g. Pembangunan mendukung 66
kebudayaan terwujudnya
yang insan
diarahkan
untuk
Indonesia
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
yang
bermartabat, berkarakter dan berjati diri yang mampu menjunjung tinggi nilai budaya bangsa dan peradaban luhur ditengah pergaulan global. h. Pembangunan diarahkan
pelayanan
untuk
kesejahteraan
memenuhi
hak-hak
sosial dasar
yang
mereka,
menyediakan akses layanan dasar dan kesempatan yang sama dan setara, serta menciptakan layanan publik dan lingkungan masyarakat yang inklusif, sehingga penyandang disabilitas dan lanjut usia dapat menjadi sumber daya manusia
yang
produktif
dan
berkontribusi
dalam
pembangunan. i. Pembangunan pemberdayaan perempuan yang diarahkan untuk mempercepat pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender (PUG) di berbagai bidang pembangunan, baik di tingkat pusat maupun daerah. j. Pembangunan perlindungan anak yang diarahkan untuk menjamin terpenuhinya hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 3. Pembangunan Ekonomi Pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk mendorong perekonomian Indonesia ke arah yang lebih maju, yang jauh lebih
baik,
yang
mampu
menciptakan
peningkatan
kesejahteraan rakyat. Tercapainya kesejahteraan rakyat ini harus didukung oleh berbagai kondisi penting yang meliputi: a. Terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta berkelanjutan; b. Terciptanya sektor ekonomi yang kokoh; serta c. Terlaksananya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan yang akan dilaksanakan diantaranya melalui sistem jaminan sosial nasional. Penguatan bidang ekonomi juga dilakukan pada pembangunan kedaulatan 67
pangan,
perwujudan
kedaulatan
energi,
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
dan
akselerasi
industri
dan
pariwisata
yang
didukung
oleh
penguatan infrastruktur, pertanian, maritim dan kelautan, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor. 4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dalam bentuk memberikan sumbangan nyata bagi daya saing sektor produksi, keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam dan penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global yang maju dan modern. 5. Pembangunan Politik Pembangunan politik dalam negeri merupakan satu proses konsolidasi
demokrasi
meningkatkan
secara
kinerja
berkelanjutan
lembaga-lembaga
untuk
demokrasi,
meningkatkan kualitas kebebasan sipil dan hak-hak politik warga negara, termasuk memberikan akses yang lebih luas untuk kelompok-kelompok marjinal pada proses pengambilan keputusan
politik.
Pembangunan
politik
dalam
negeri
merupakan bagian dari kondisi perlu untuk mendukung tiga dimensi pembangunan nasional, yang menjadi amanat Nawa Cita
yakni
membuat
pemerintah
tidak
absen
dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 6. Pembangunan Pertahanan dan Keamanan a. Pemenuhan kebutuhan alutsista TNI dan almatsus POLRI; b. Kesejahteraan dan profesionalisme prajurit TNI, serta profesionalisme POLRI; c. Intelijen dan kontra intelijen; d. Penanganan gangguan keamanan di wilayah perbatasan dan pelanggaran hukum di laut; e. Penurunan prevalensi penyalahgunaan narkoba; f. Sistem keamanan yang integratif.
68
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
7. Hukum dan Aparatur Pembangunan bidang hukum dan aparatur memiliki peran yang penting dalam menciptakan landasan yang kokoh bagi kehidupan
berbangsa
dan
bernegara,
sebagai
pilar
penyelenggaraan pemerintahan serta sebagai kondisi yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. a. Sub Hukum 1) Penegakan hukum yang berkualitas, 2) Pencegahan dan pemberantasan korupsi yang efektif, 3) Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas keadilan bagi warga negara. b. Sub Bidang Aparatur Terwujudnya birokrasi pemerintah yang berkinerja tinggi, bekerja
efektif
dan
efisien,
berintegritas
tinggi,
dan
berpegang pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. 8. Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang a. Informasi Geospasial meliputi: 1) Kebijakan Data dan Informasi Geospasial untuk Tata Ruang Wilayah (RTRW) dimana kedudukan bidang data dan informasi geospasial memiliki nilai strategis pada proses perencanaan berbasis kewilayahan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan perencanaan penyusunan RTRW yang meliputi peta dasar dan peta tematik; 2) Kebijakan Pembatasan pada Skala 1:25.000, dimana dengan
kebijakan
ini,
penggunaan
APBN
hanya
difokuskan untuk pengadaan data dasar untuk peta dasar minimal skala 1:25.000; 3) Kebijakan Kurva Tertutup bagi Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dimana kebijakan ini ditujukan untuk memetakan batas wilayah Negara NKRI secara tuntas dan mencantumkannya dalam suatu bentuk peraturan perundang-undangan; 69
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
4) Kebijakan Super Data Bank dan PNBP, dimana kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan distribusi data dan informasi spasial telah dilakukan Pemerintah melalui Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) dengan membangun
web
yang
dapat
diakses
oleh
seluruh
stakeholder; dan 5) Kebijakan Kerjasama Pengadaan Tenaga Surveyor dan Tenaga Ahli Geospasial, dimana dengan kebijakan ini diharapkan dapat tersedia tenaga surveyor dan tenaga ahli data dan informasi spasial sesuai dengan kebutuhan. b. Tata Ruang 1) Memperkuat sistem pertahanan; 2) Memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 3) Membangun transparansi dan tata kelola pemerintahan; 4) Menjalankan reformasi birokrasi melalui pembentukan perangkat PPNS Bidang Tata Ruang; 5) Membuka
partisipasi
masyarakat
dan
dunia
publik usaha
dengan secara
melibatkan aktif
dalam
penyelenggaraan penataan ruang; dan 6) Mewujudkan kedaulatan pangan. c. Pertanahan 1) Reforma Agraria 9 (sembilan) juta hektar (land reform); dan 2) Jaminan kepastian hukum atas tanah. d. Perkotaan dan Perdesaan Difokuskan pada pembangunan wilayah perkotaan dalam rangka membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing, memenuhi standar pelayanan minimum khususnya di desadesa
tertinggal
dan
perbatasan,
yang
akan
disi
oleh
penguatan tata kelola pemerintahan Desa yang baik. e. Kawasan Strategis Pemerataan
pembangunan
antar
wilayah,
terutama
kawasan timur Indonesia. 70
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
di
f. Kawasan Perbatasan Difokuskan pada percepatan pembangunan di lokasi-lokasi prioritas
perbatasan
peningkatan
bidang
di
berbagai
ekonomi,
bidang,
sosial,
terutama
pertahanan
dan
keamanan. g. Daerah Tertinggal Dukungan dan pemihakan yang lebih konkrit dari seluruh sektor terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal. h. Otonomi Daerah 1) Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; 2) Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih responsif, akuntabel, transparan dan efisien; 3) Menata
keseimbangan
tingkatan/susunan
tanggung
jawab
pemerintahan
antar dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan; 4) Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah; 5) Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem NKRI. 9. Penyediaan Sarana dan Prasarana Arah
kebijakan
pembangunan
sarana
dan
prasarana
dilaksanakan dalam rangka: a. pemenuhan terhadap layanan dasar, melalui: peningkatan akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan, dengan menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi neraca air domestik dan
peningkatan
layanan
sanitasi,
menyediakan
infrastruktur produktif dengan menerapkan manajemen 71
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
aset baik pada tahapan perencanaan, penganggaran, dan investasi, serta meningkatkan sinergi pembangunan air minum dan sanitasi; b. pemenuhan terhadap hunian yang layak bagi masyarakat berpendapatan fasilitasi
rendah,
pemerintah
dengan
dan
meningkatkan
pemerintah
daerah
peran dalam
menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian, yang didukung peningkatan tata kelola dan keterpaduan
antara
para
pemangku
kepentingan
pembangunan perumahan, mengembangkan sistem karir perumahan
(housing
career
system)
sebagai
dasar
penyelesaian backlog kepenghunian dan pengembangan industrialisasi perumahan, serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian perkotaan. 10.
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup a. Memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagai sumber daya dan modal pembangunan; b. Mengelola sumber daya alam dan lingkungan untuk mendukung kekuatan industri nasional; c. Melakukan
konservasi
dan
menjaga
pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan hidup secara lestari untuk menjaga pembangunan berkelanjutan. Sedangkan prioritas pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1)
Percepatan
pengurangan
kemiskinan
dan
pengangguran
berdimensi kewilayahan; 2)
Peningkatan perekonomian daerah berbasis potensi unggulan daerah;
3)
Peningkatan
kualitas
hidup
masyarakat
dan
perluasan
cakupan layanan sosial dasar; 4)
Optimalisasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan teknologi guna meningkatkan daya saing daerah;
5)
Peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang dalam upaya pemulihan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta pengurangan potensi ancaman bencana;
72
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
6)
Peningkatan pelayanan publik, penyelenggaraan tata kelola pemerintahan dan penciptaan kondusivitas wilayah. Dengan
memperhatikan
berbagai
isu
strategis
dan
permasalahan yang mendesak di Kota Magelang pada tahun 2016 seperti
Penanggulangan
Pengelolaan
Sampah
Kemiskinan, Berbasis
Kota
Layak
Masyarakat,
Anak,
Penguatan
Implementasi Magelang Kota Sejuta Bunga, dan Penguatan Implementasi RAD Menuju Smart city,
AEC 2015, Implementasi e-Government: Sustainable Development Goals, serta
mengacu pada prioritas pembangunan nasional pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2016, dan prioritas pembangunan pada RKPD Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, maka Tema dasar pembangunan daerah Kota Magelang Tahun 2016 yang tertuang dalam
RKPD
Tahun
2016
adalah
“Meluaskan
Jangkauan:
dikenal tingkat nasional atau dunia, melalui Pengembangan Perluasan kerjasama dan cakupan investasi untuk melanjutkan pengembangan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, sarana prasarana daerah, sosial, dan budaya, yang berkeadilan bagi semua kelompok tanpa diskriminasi menuju Kota Magelang sebagai KOTA JASA YANG MAJU, PROFESIONAL, SEJAHTERA, MANDIRI DAN BERKEADILAN”. Prioritas pembangunan Kota Magelang Tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan partisipasi Kota Magelang di even nasional atau internasional dalam rangka pemasaran potensi kota; 2. Meningkatkan atau mempertahankan besaran investasi atau kemitraan; 3. Meningkatkan ruang partisipasi publik untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi program-program pembangunan; 4. Mempertahankan kualitas pelayanan dasar. Dalam rangka integrasi dengan prioritas Nasional, maka Pemerintah Kota Magelang melakukan sinkronisasi prioritas pembangunan daerah dengan prioritas pembangunan nasional seperti yang terlihat pada gambar IV.1, sedangkan integrasi dengan prioritas provinsi Jawa Tengah, disikronkan sesuai dengan gambar IV.2. 73
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Gambar IV.1 Sinkronisasi Prioritas Nasional dan Prioritas Kota Magelang
PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL (NAWA CITA)
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dang bangkit bersama bangsa bangsa Asia lainnya
PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA MAGELANG
Meningkatkan partisipasi Kota Magelang di even nasional atau internasional dalam rangka pemasaran potensi kota
Meningkatkan atau mempertahankanbesaran investasi atau kemitraan
Meningkatkan ruang partisipasi publik untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi programprogram pembangunan Mempertahankan kualitas pelayanan dasar
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestik Melakukan revolusi kharakter bangsa Mempertegas kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
74
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Gambar IV.2 Sinkronisasi Prioritas Provinsi Jawa Tengah dan Prioritas Kota Magelang PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH
PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA MAGELANG
Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran berdimensi kewilayahan
Meningkatkan partisipasi Kota Magelang di even nasional atau internasional dalam rangka pemasaran potensi kota
Peningkatan perekonomian daerah berbasis potensi unggulan daerah Peningkatan kualitas hidup masyarakat dan perluasan cakupan layanan sosial dasar
Meningkatkan atau mempertahankan besaran investasi atau kemitraan
Optimalisasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan teknologi guna meningkatkan daya saing daerah
Meningkatkan ruang partisipasi publik untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi program-program pembangunan
Peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang dalam upaya pemulihan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta pengurangan potensi ancaman bencana
Mempertahankan kualitas pelayanan dasar
Peningkatan pelayanan publik, penyelenggaraan tata kelola pemerintahan dan penciptaan kondusivitas wilayah
Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Kota Magelang Mendukung 4 (Empat) Pilar Pembangunan Nasional Kebijakan, strategi dan prioritas program pembangunan daerah
Kota
Magelang
Tahun
2016
ditetapkan
untuk
mendukung 4 (empat) pilar pembangunan nasional yaitu 75
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pembangunan yang Pro Poor, Pro Job, Pro Growth, dan Pro Environment. Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang untuk mendukung strategi pembangunan nasional Pro Poor diarahkan guna percepatan penurunan jumlah penduduk miskin, dengan strategi
meningkatkan
pemenuhan
kebutuhan
dasar
masyarakat terutama pangan, pendidikan, kesehatan, air minum, sanitasi dan perumahan; membangun prasarana dan sarana serta pemberdayaan ekonomi masyarakat; memperkuat kelembagaan dan mendayagunakan sumber daya potensial untuk penanggulangan kemiskinan Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang untuk mendukung strategi pembangunan nasional Pro Job diarahkan guna percepatan penurunan jumlah pengangguran, dengan strategi
meningkatkan
kualitas
dan
keterampilan
serta
memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat. Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang untuk mendukung
strategi
pembangunan
nasional
Pro
Growth
diarahkan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Magelang, dengan strategi menjaga realisasi investasi yang positif, meningkatkan daya saing ekonomi daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan daerah, mendorong sektor riil, menjaga stabilitas harga, dan meningkatkan ekspor. Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang untuk mendukung strategi pembangunan nasional Pro Environment diarahkan
guna
menjaga
kelestarian
dan
keberlanjutan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta mengurangi risiko bencana, dengan strategi meningkatkan konservasi ekosistem
terersterial
dan
pesisir
secara
terpadu,
meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau, mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta meningkatkan upaya penanggulangan bencana. 2. Kebijakan dan Strategi Transisi Post MDGs ke Sustainable Development Goals (SDGs) Millenium Development Goals (MDGs) akan berakhir Tahun 2015. Oleh karena itu Tahun 2016 merupakan transisi post MDGs menuju Sustainable Development Goals (SDGs). 76
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Hingga bulan Maret 2015 ini agenda penyusunan SDGs masih berlangsung. Menuju SDGs, harus dilakukan persiapan yang matang dengan
pendekatan
perencanaan
yang
tepat
dengan
mempertimbangkan hasil evaluasi pencapaian target MDGs di Kota Magelang sampai dengan tahun 2014. 3. Prioritas Pembangunan Kewilayahan Kota Magelang Pembangunan kewilayahan merupakan strategi untuk mengatasi ketimpangan wilayah, yang diindikasikan dengan ketimpangan ekonomi, sosial dan infrastruktur. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Kota Magelang Tahun 2014 dilakukan dengan memperhatikan kebijakan kewilayahan pada RTRW Kota Magelang Tahun 2011 - 2031 adalah melalui pemerataan pembangunan infrastruktur terutama di kawasan– kawasan pemberdayaan ekonomi Kota Magelang dengan arus utama peningkatan investasi pada simpul-simpul ekonomi pada Bagian Wilayah Perkotaan. Sebagai pijakan adalah kawasan strategis yang sudah ditetapkan dalam RTRWK. Selain memperhatikan
itu, arah
dalam
pengembangan
kebijakan
wilayah
pembangunan
juga
perkotaan
nasional. Hal ini mengingat bahwa secara fisik, wilayah perkotaan (urbanized area) di Kota Magelang meliputi hampir seluruh wilayah administrasi Pemerintah Kota Magelang. Dengan
demikian,
pengelolaan
administrasi
wilayah
Pemerintah Kota Magelang, memang harus sejalan dengan prinsip pengelolaan kawasan perkotaan. VIsi pembangunan perkotaan jangka panjang, sesuai RPJP Nasional adalah pada tahun 2045, adalah bahwa tahun 2045 seluruh kota di Indonesia harus menjadi Kota Berkelanjutan dan Berdaya Saing. Oleh karena itu, lima (5) pilar yang mendasari terwujudnya visi jangka panjang tersebut sudah mulai dipertimbangkan dalam pembangunan kewilayahan. Hal lain yang dilakukan adalah pengembangan ekonomi wilayah berbasis potensi unggulan daerah, dengan prioritas pada kecamatan yang memiliki nilai PDRB per kapita paling rendah.
Untuk
memberikan
stimulan
dalam
mengurangi
ketimpangan antar wilayah maka pemerataan infrastruktur 77
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
kota mutlak dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan, terutama untuk mendukung koneksitas antara daerah yang menghasilkan produksi ke wilayah pemasaran. Untuk difokuskan
pembangunan pada
upaya
berdimensi
kewilayahan
penanggulangan
juga
kemiskinan
masyarakat kota. Dengan angka kemiskinan Kota Magelang tahun 2013 berada pada level 9,8 %, maka urgensi pendekatan ini merupakan sebuah keniscayaan. Gambar IV.3 Pembangunan Berdimensi Kewilayahan dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan
Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3
4.2.4 Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat pengaturan yang baru mengenai urusan pemerintah. Namun peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini belum ada, sehingga Pemerintah Kota Magelang tetap mengacu ke Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah 78
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam menentukan pembagian urusan pemerintahan. Begitu juga dengan struktur organisasi pemerintah Kota Magelang, masih mengacu pada peraturan
perundang-undangan
yang
sebelumnya
yakni
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Urusan pemerintah daerah terbagi dalam 2 (dua) urusan, yaitu Urusan Wajib dan Urusan Pilihan. 1. Urusan Wajib Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
wajib
diselenggarakan
oleh
pemerintah
daerah,
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam menjalankan Urusan Wajib, daerah diminta untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah Kota Magelang adalah sebagai berikut: a. Urusan Pendidikan dengan fokus program dan kegiatan yang akan direncanakan pada tahun 2016 antara lain Program Pendidikan Anak Usia Dini, Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Program Pendidikan Menengah, Program
Pendidikan Non
Formal,
Program
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan, Program Peningkatan Mutu Pendidilkan Dasar Sembilan Tahun, Program Peningkatan Mutu Pendidikan Menengah. Program-program
ini
akan
dilaksanakan
oleh
Dinas
Pendidikan dan dibantu oleh Sekretariat Daerah dan Kantor Kecamatan dalam rangka pelaksanaan kegiatan MTQ, dan 79
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
juga dibantu oleh kelurahan dalam rangka penyelenggaraan PAUD Kelurahan. Sesuai dengan amanat Pasal 31 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Kota Magelang akan tetap berupaya untuk menganggarkan belanja urusan wajib pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen. b. Urusan Kesehatan dengan fokus program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan
Perbekalan
antara
Kesehatan,
lain
Program
Program
Obat
Upaya
dan
Kesehatan
Masyarakat, Program Pengawasan Obat dan Makanan, Program
Promosi
Kesehatan
dan
Pemberdayaan
masyarakat, Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Program Pengembangan Lingkungan Sehat, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, Program Standarisasi Pelayanan
Kesehatan,
Penduduk
Miskin,
pelayanan
Program
Program
kesehatan,
Program
Pelayanan Kemitraan
Kesehatan peningkatan
peningkatan
pelayanan
kesehatan anak balita, Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia, Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan, Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak, Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan BLUD. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan RSU Tidar Kota Magelang. Urusan
kesehatan
Kecamatan
dan
juga
dilaksanakan
Kelurahan
dalam
oleh
Kantor
penyelenggaraan
posyandu balita dan lansia. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Urusan Wajib Kesehatan akan diupayakan
untuk dianggarkan minimal 10% (sepuluh
persen) dari rancangan APBD diluar gaji. Dalam meningkatkan pelayanan publik, khususnya di bidang
kesehatan,
Pemerintah
Kota
Magelang
telah
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK – BLUD). PPK-BLUD SKPD diterapkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Tidar. Sedangkan PPKBLUD Unit Kerja diterapkan pada Puskesmas Magelang Selatan, Puskesmas Jurangombo, Puskesmas Magelang 80
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Tengah, Puskesmas Kerkopan, dan Puskesmas Magelang Utara. Dengan menerapkan PPK-BLUD ini, SKPD atau Unit Kerja diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. c. Urusan Pekerjaan Umum dengan fokus program antara lain Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong, Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan, Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa
dan
jaringan
pengairan
lainnya,
Program
pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya, Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, Program pembangunan infrastruktur perdesaan, Program rehabilitasi/pemeliharaan saluran drainase/gorong-gorong. Pelaksana utama urusan pekerjaan umum adalah Dinas Pekerjaan Umum dan juga dilaksanakan pelaksanaan wilayah
oleh
Kecamtan
program
yang
dan
Kelurahan
pembangunan
menjadi
dalam
infrastruktur
kewenangan
di
masing-masing
kecamatan dan kelurahan. d. Urusan Perumahan dengan fokus progam pada Program Pengembangan Perumahan, Program Lingkungan Sehat Perumahan, Program Pemberdayaan komunitas Perumahan, Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran, Program Pengembangan Perumahan, Program pengelolaan areal pemakaman. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum yang mengelola rusunawa dan operasional Pemadam Kebakaran, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota yang mengelola TPU Giriloyo dan Sekretariat Daerah yang menyelenggarakan evaluasi rumah tidak layak huni. e. Urusan Penataaan
Ruang yang fokus pada Program
Perencanaan Tata Ruang, Program Pemanfaatan Ruang, Program
Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang.
Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Badan Perencanaan 81
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Pembangunan Daerah yang akan menyusun Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota tentang RTRW/RTRK/RTBL dan Sistem Informasi Tata Ruang, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang. f. Urusan
Perencanaan
Pembangunan
yang
fokus
pada
Program Pengembangan data/informasi, Program Kerjasama Pembangunan,
Program
daerah, Program
perencanaan
pembangunan
perencanaan pembangunan ekonomi,
Program perencanaan sosial budaya, Program Perencanaan Bidang Fisik dan Prasarana. Fokus program ini akan dilaksanakan
oleh
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, Sekretariat Daerah, Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik, Kecamatan dan Kelurahan. g. Urusan
Perhubungan
Pembangunan
yang
Prasarana
fokus
dan
pada
Fasilitas
Program
Perhubungan,
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ, Program peningkatan pelayanan angkutan, Program
Pembangunan
Sarana
dan
Prasarana
Perhubungan, Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas, dan Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan
bermotor.
Urusan
perhubungan
hanya
dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. h. Urusan Lingkungan Hidup yang fokus pada Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, Program Pengendalian
Pencemaran
dan
Perusakan
Lingkungan
Hidup, Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH), Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya
Alam
dan
Lingkungan
Hidup
dan
Program
Peningkatan Pengendalian Polusi. Pelaksana utama urusan lingkungan hidup adalah Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota dan Kantor Lingkungan Hidup dalam menyelenggarakan
pengelolaan
persampahan
dan
pengelolaan RTH. SKPD lain juga melakukan urusan ini 82
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
dalam rangka mendukung penataan RTH di lingkungan tempat kerja dan pengembangan kampung organik. i. Urusan Pertanahan yang fokus pada Program Penataan penguasaan,
pemilikan,
penggunaan
dan
pemanfaatan
tanah yang dilaksanakan oleh Sekretariat Daerah, Program Pengembangan
Sistem
Informasi
Pertanahan
yang
dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam penyelenggaraan Penilaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. j. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil yang fokus pada Program Penataan Administrasi Kependudukan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan dibantu oleh Kelurahan. k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang
fokus
pada
Program
Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender dan Anak, Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan, Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan, Program Peningkatan Kualitas Hidup dan
Perlindungan
Perempuan,
Program
penguatan
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak yang akan dilaksanakan
oleh
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat,
Perempuan dan Keluarga Berencana dan dibantu oleh Sekretariat Daerah, Kecamatan dan Kelurahan. l. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang fokus
pada
Kesehatan
Program Reproduksi
Keluarga Remaja,
Berencana, Program
Program pelayanan
kontrasepsi Program pembinaan peran serta masyarakat dalam
pelayanan
KB/KR
yang
mandiri,
Program
pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR dan Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana dan dibantu oleh beberapa Kelurahan. m. Urusan Sosial yang fokus pada Program Pemberdayaan Fakir
Miskin,
Komunitas
Adat
Terpencil
(KAT)
dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya, 83
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial, Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma, Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya), Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi
Dan
Sosial
dan
didukung
oleh
Sekretariat Daerah dan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan Keluarga Berencana. n. Urusan Tenaga Kerja yang fokus pada Program Peningkatan Kualitas
dan
Peningkatan
Produktivitas
Kesempatan
Pengembangan
Tenaga
Kerja,
Lembaga
Kerja,
Program
Program
Perlindungan
Ketenagakerjaan.
Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Dan Sosial. o. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang fokus pada Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif,
Program
Pengembangan
Kewirausahaan
dan
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah, Program Peningkatan
Kualitas
Kelembagaan
Koperasi.
Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian Dan Perdagangan dan juga didukung oleh Sekretariat Daerah. p. Urusan Penanaman Modal yang fokus pada Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi, Program Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah. Pelaksana dari program-program ini adalah Kantor Penanaman Modal. q. Urusan
Kebudayaan
Pengembangan Kekayaan
Nilai
Budaya,
yang Budaya, Program
fokus
pada
Program Pengelolaan
Program
Pengelolaan Keragaman
Budaya, Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan Dan Pariwisata dan didukung oleh Kelurahan dalam penyelenggaraan festival/karnaval pembangunan. 84
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
r. Urusan Pemuda dan Olah Raga yang fokus pada Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda, Program peningkatan peran serta kepemudaan, Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda,
Program
narkoba,
Program
upaya
pencegahan
Pembinaan
penyalahgunaan
dan
Pemasyarakatan
Olahraga. Pelaksanan utama dari program-program ini adalah
Dinas
Pemuda,
Olah
Raga,
Kebudayaan
Dan
Pariwisata dan didukung oleh Kelurahan. s. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri yang fokus
pada
kenyamanan
Program
peningkatan
lingkungan,
keamanan
Program
dan
pemeliharaan
kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal, Program pengembangan wawasan kebangsaan, Program kemitraan pengembangan
wawasan
kebangsaan,
Program
pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan, Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat), Program pendidikan politik masyarakat, Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat dan juga didukung oleh Sekretariat Daerah, Kantor Kecamatan dan Kelurahan. t. Urusan
Otonomi
Daerah,
Administrasi
Keuangan
Kepegawaian
yang
fokus
Pemerintahan
Daerah, pada
Perangkat Program
Umum, Daerah,
peningkatan
kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah, Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah, Program peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah, Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa, Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH, Program Peningkatan Profesionalism tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan, Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi, Program Mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat, Program Peningkatan 85
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Kerjasama Antar Pemerintah Daerah, Program peningkatan kapasitas
sumber
daya
aparatur,
Program
Penataan
Peraturan Perundang-undangan, Program Penataan Daerah Otonomi Baru, Program Pendidikan Kedinasan, Program peningkatan
kapasitas
sumberdaya
aparatur,
Program
Pembinaan dan Pengembangan Aparatur. Program-program ini akan dilaksanakan oleh
Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan, Inspektorat, Badan
Kepegawaian
Daerah,
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan Keuangan Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Pengelolaan Pasar. u. Urusan Ketahanan Pangan yang fokus pada Program Peningkatan
Ketahanan
yang
dilaksanakan
akan
Pangan oleh
pertanian/perkebunan Badan
Pemberdayaan
Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan dan juga didukung oleh Kantor Kelurahan dalam penyelenggaraan pembagian raskin. v. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa yang fokus pada
Program
Pedesaan,
Peningkatan
Program
Keberdayaan
pengembangan
Masyarakat
lembaga
ekonomi
pedesaan, Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa, Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa, Program peningkatan peran perempuan dilaksanakan
di
perdesaan. oleh
Badan
Program-program Pemberdayaan
ini
akan
Masyarakat,
Perempuan dan Keluarga Berencana dan didukung juga oleh Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan. w. Urusan Statistik yang fokus pada Program pengembangan data/informasi/statistik daerah yang akan dilaksanakan oleh Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik. x. Urusan Kearsipan yang fokus pada Program perbaikan sistem administrasi kearsipan, Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah, Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kerasipan dan Program peningkatan
kualitas
pelayanan
informasi.
program-
program ini akan dilaksanakan oleh Kantor Perpustakaan, 86
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Arsip dan Dokumentasi dan didukung oleh beberapa SKPD yang melakukan penataan arsip SKPD. y. Urusan Komunikasi dan Informatika yang fokus pada Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa,
Program
pengkajian
dan
penelitian
bidang
komunikasi dan informasi, Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi dan Program Kerjasama Informasi Dengan Mas Media. Program-program ini
akan
dilaksanakan
Komunikasi
dan
oleh
Informatika
Dinas
dan
Perhubungan,
Sekretariat
Daerah.
Program ini juga dilaksanakan oleh semua SKPD dalam penyelenggaraan pengelolaan website SKPD. z. Urusan
Perpustakaan
yang
fokus
pada
Program
Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan dan akan dilaksanakan oleh
Kantor Perpustakaan, Arsip
dan Dokumentasi dan juga didukung oleh Kantor Kelurahan dalam penyelenggaraan perpustakaan kelurahan. 2. Urusan Pilihan Urusan pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah (core competence), serta urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Sesuai dengan kondisi, dan potensi keunggulan daerah Kota Magelang, maka urusan pilihan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang meliputi: a. Urusan Pertanian yang fokus pada Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, Program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan,
penerapan peningkatan
teknologi produksi
Program
peningkatan
pertanian/perkebunan,
Program
pertanian/perkebunan,
Program
pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan, Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, Program peningkatan produksi hasil peternakan, Program 87
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan, Program peningkatan penerapan teknologi petemakan dan Program pelayanan
kesehatan
masyarakat
veteriner.
Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan. b. Urusan Kehutanan yang fokus pada Program Pemanfaatn Potensi Sumber Daya Hutan, Program rehabilitasi hutan dan lahan. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan. c. Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral yang fokus pada Program
pembinaan
dan
pengembangan
bidang
ketenagalistrikan. Program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan Dan Tata Kota. d. Urusan Pariwisata yang fokus pada Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata, Program Pengembangan Destinasi Pariwisata, Program Pengembangan Kemitraan. Programprogram
ini
akan
dilaksanakan
oleh
Dinas
Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata. e. Urusan Kelautan dan Perikanan yang fokus pada Program pengembangan budidaya perikanan, Program pengembangan sistem Penyuluhan perikanan dan Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Programprogram ini akan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan. f. Urusan Perdagangan yang fokus pada Program Perlindungan Konsumen
dan
Peningkatan
pengamanan
dan
perdagangan,
Pengembangan
Ekspor,
Program Program
Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri, Program Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan, dan Program Pengelolaan Pasar. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Pengelolaan Pasar. g. Urusan Perindustrian yang fokus pada Program peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi, Program Pengembangan Industri
Kecil
dan
Menengah,
Program
Peningkatan
Kemampuan Teknologi Industri, Program Pengembangan sentra-sentra 88
industri
potensial,
Program
Peningkatan
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Kinerja dan Pengembangan Pengelolaan Perusahaan Daerah. Program-program ini dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan dan Sekretariat Daerah. h. Urusan
Transmigrasi
Pengembangan Transmigrasi
yang
Wilayah Regional.
akan
fokus
Transmigrasi
pada
Program
dan
Program
Program-program
ini
akan
dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial. 4.3 Pembiayaan Daerah Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik yang berasal dari penerimaan daerah maupun pengeluaran daerah, yang perlu
dibayar
atau
yang
akan
diterima
kembali,
yang
dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/ atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pencairan sisa lebih perhitungan tahun yang
lalu,
pengeluaran
dari
pinjaman,
pembiayaan
dan
dari
antara
hasil
lain
divestasi.
dapat
Sementara,
digunakan
untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Defisit atau surplus terjadi apabila ada selisih antara Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan
setiap
penerimaan
yang
perlu
dibayar
kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Penerimaan pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibanding dengan pendapatan yang diperoleh. Kebijakan penerimaan pembiayaan mencakup: 1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA); 2. Pencairan Dana Cadangan: 3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; 4. Penerimaan Pinjaman Daerah; 5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; 89
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
6. Penerimaan Piutang Daerah; 7. Penerimaan Dana Bergulir; dan 8. Penerimaan Hasil Penarikan Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Kebijakan pengeluaran pembiayaan dapat ditempuh melalui: 1. Pembentukan dana cadangan; 2. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; 3. Pembayaran pokok utang; dan 4. Pemberian pinjaman daerah; 5. Pemberian Dana Bergulir. 4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah di Kota Magelang
yaitu berusaha untuk meningkatkan realisasi SiLPA
dari tahun ke tahun yang diakibatkan karena terjadinya efisiensi, efektivitas dalam pengelolaan belanja daerah. Secara khusus arah kebijakan Pembiayaan Daerah di Kota Magelang
untuk tahun
2016 yang masuk dalam kategori penerimaan pembiayaan adalah sebagai berikut: a.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) diperhitungkan
secara
mempertimbangkan
cermat
perkiraan
dan
rasional
realisasi
anggaran
dengan tahun
sebelumnya dalam rangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran
yang
tidak
dapat
didanai
akibat
tidak
tercapainya SiLPA yang direncanakan. b.
Optimalisasi
penerimaan dana bergulir
sebagai sumber
pembiayaan daerah.
4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah di Kota Magelang
selama tahun 2016 diarahkan untuk Meningkatkan
performance dan kinerja Perusahaan Umum Milik Daerah (BUMD) yang 90
bergerak
pada
sektor
pelayanan
kebutuhan
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
dasar
masyarakat dalam bentuk penyertaan modal daerah. Penyertaan modal kepada BUMD (Perusda) dilakukan secara bertahap. Penyertaan modal diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan diatur dalam Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal.
91
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
BAB V PENUTUP
Demikianlah Kebijakan Umum APBD ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam penyusunan PPAS dan RAPBD Tahun Anggaran 2016. Dalam
hal
terjadi
pergeseran
asumsi
yang
melandasi
terhadap
penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Tahun Anggaran 2016, apabila belum ditampung dalam Nota Kesepakatan KUA Tahun Anggaran 2016, sebagai akibat adanya kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, maka dapat dilakukan penambahan danl atau pengurangan terhadap belanja daerah tanpa melakukan perubahan Nota Kesepakatan .
Magelang, 27 Juli 2015 PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKOTA MAGELANG
Selaku,
Selaku,
SH
DIAN MEGA ARYANI, SE, MM WAKIL KETUA
BAB V PENUTUP I KUA TA 2016