No. 19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU APRIL 2017 SEBESAR 103,10 ATAU TURUN 0,38 PERSEN Pada bulan April 2017, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 103,10 atau turun sebesar 0,38 persen dibanding NTP Maret 2017 sebesar 103,50. Penurunan NTP ini disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,90 persen yang
relatif lebih besar
dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,52 persen dibandingkan bulan Maret 2017. NTP April 2017 sebesar 103,10 dapat diartikan bahwa kondisi kesejahteraan petani relatif lebih baik dibandingkan keadaan pada tahun 2012 dan pada bulan April 2017 mengalami surplus sebesar 3,10 persen. Surplus ini terutama terjadi pada petani subsektor perikanan (NTNP=116,00), subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPPR=104,94) dan subsektor tanaman pangan (NTPP= 103,52). Penurunan NTP di Provinsi Riau pada bulan April 2017 terjadi pada tiga subsektor penyusun NTP, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,83 persen, subsektor peternakan yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,48 persen dan subsektor hortikultura yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,05 persen. Sementara itu, subsektor perikanan dan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan NTP masing-masing sebesar 1,58 persen dan 0,83 persen. JIka dibandingkan dengan 10 provinsi di pulau Sumatera, NTP Provinsi Riau menduduki peringkat ke-2, di bawah Provinsi Lampung. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Riau mengalami penurunan sebesar 1,07 persen, yaitu dari 115,30 pada Maret 2017 menjadi 114,06 pada April 2017.
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik. Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
1
Sejak Desember Tahun 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 1 Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Riau April 2017 (2012 = 100) Indeks Gabungan Riau Rincian
Maret’17
April’17
Perubahan (%)
[1]
[2]
[3]
[4]
Indeks Harga yang Diterima Petani
131.86
130.67
-0.90
Indeks Harga yang Dibayar Petani
127.40
126.74
-0.52
Konsumsi Rumah Tangga
130.65
129.77
-0.67
Bahan Makanan
138.92
136.44
-1.79
Makanan Jadi
131.57
131.48
-0.07
Perumahan
119.46
120.31
0.71
Sandang
125.14
125.34
0.17
Kesehatan
124.06
124.52
0.37
Pendidikan, Rekreasi & Olah raga
117.45
117.49
0.03
Transportasi dan Komunikasi
121.39
121.77
0.31
BPPBM
114.37
114.56
0.17
Bibit
115.80
115.91
0.09
Obat-obatan & Pupuk
111.79
111.85
0.05
Sewa Lahan, Pajak & Lainnya
106.95
107.08
0.12
Transportasi
124.61
124.62
0.01
Penambahan Barang Modal
118.88
119.39
0.43
Upah Buruh Tani
111.80
111.99
0.17
Nilai Tukar Petani
103.50
103.10
-0.38
Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.30
114.06
-1.07
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
2
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Riau, NTP Riau pada bulan April 2017 sebesar 103,10 atau turun sebesar 0,38 persen dibanding NTP Maret 2017 sebesar 103,50. Hal ini disebabkan harga barang/produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga mengalami penurunan yang relatif lebih besar dibandingkan penurunan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi terlihat pada Tabel 1. Tabel 2 NILAI TUKAR PETANI (NTP) RIAU APRIL 2017 (2012 = 100)
Subsektor
2
3
4
5
% Perub.
Maret’17
April’17
[2]
[3]
[4]
Tanaman Pangan a Indeks Harga yang Diterima (It)
132.09
132.36
0.20
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
128.65
127.86
-0.62
c
Nilai Tukar Petani (NTPP)
102.67
103.52
0.83
[1]
1
Bulan
Hortikultura a
Indeks Harga yang Diterima (It)
120.11
119.39
-0.60
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
128.02
127.32
-0.55
c
Nilai Tukar Petani (NTPH)
93.82
93.77
-0.05
Tanaman Perkebunan Rakyat a
Indeks Harga yang Diterima (It)
135.95
134.05
-1.40
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
128.48
127.74
-0.58
c
Nilai Tukar Petani (NTPR)
105.82
104.94
-0.83
Peternakan a
Indeks Harga yang Diterima (It)
119.64
118.86
-0.66
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
122.66
122.44
-0.18
c
Nilai Tukar Petani (NTPT)
97.54
97.07
-0.48
Perikanan a
Indeks Harga yang Diterima (It)
141.44
142.97
1.08
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
123.86
123.25
-0.49
c
Nilai Tukar Petani (NTNP)
114.19
116.00
1.58
5.1. Perikanan Tangkap a
Indeks Harga yang Diterima (It)
147.87
149.90
1.37
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
123.26
122.74
-0.42
c
Nilai Tukar Petani (NTN)
119.97
122.12
1.80
5.2. Perikanan Budidaya a
Indeks Harga yang Diterima (It)
131.72
132.49
0.59
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
124.77
124.02
-0.60
c
Nilai Tukar Petani (NTPi)
105.57
106.83
1.19
a
Indeks Harga yang Diterima (It)
131.86
130.67
-0.90
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
127.40
126.74
-0.52
c
Nilai Tukar Petani (NTP)
103.50
103.10
-0.38
Riau
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
3
Dari lima subsektor penyusun NTP, terdapat tiga subsektor penyusun NTP yang mengalami penurunan indeks yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,83 persen, subsektor peternakan yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,48 persen dan subsektor hortikultura yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,05 persen. Sementara itu, subsektor perikanan dan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan NTP masing-masing sebesar 1,58 persen dan 0,83 persen.seperti terlihat pada Tabel 2.
1. Indeks harga yang diterima petani (It) Pada April 2017, indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Riau sebesar 130,67. Indeks harga yang diterima ini mengalami penurunan sebesar 0,90 persen jika dibandingkan dengan It pada Maret 2017 sebesar 131,86. Penurunan It terjadi pada tiga subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor hortikultura mengalami penurunan It sebesar 0,60 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan It sebesar 1,40 persen dan subsektor peternakan mengalami penurunan It sebesar 0,66 persen. Sedangkan subsektor tanaman pangan dan subsektor perikanan mengalami kenaikan It masing-masing sebesar 0,20 persen dan 1,08 persen.
2. Indeks harga yang dibayar petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat ditunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada April 2017 di Provinsi Riau mengalami penurunan sebesar 0,52 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 127,40 pada Maret 2017 menjadi 126,74 pada April 2017. Penurunan Ib terjadi pada semua subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor tanaman pangan mengalami penurunan Ib sebesar 0,62 persen, subsektor hortikultura mengalami penurunan Ib sebesar 0,55 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan Ib sebesar 0,58 persen, subsektor peternakan mengalami penurunan Ib sebesar 0,18 persen dan subsektor perikanan mengalami penurunan Ib sebesar 0,49 dibandingkan bulan sebelumnya.
3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP) Pada April 2017, NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,83 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Maret 2017, yaitu dari 102,67 pada Maret 2017 menjadi 103,52 pada April 2017. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,62 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
4
Tabel 3. Perkembangan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) April 2017 (2012 = 100) Bulan Subsektor dan Kelompok [1]
1
2
3
4
5
Tanaman Pangan a Indeks Harga yang Diterima (It) - Padi - Palawija b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Hortikultura a Indeks Harga yang Diterima (It) - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman obat b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Harga yang Diterima (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Peternakan a Indeks Harga yang Diterima (It) - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Perikanan a Indeks Harga yang Diterima (It) - Tangkap - Budidaya b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 1. Perikanan Tangkap a Indeks Harga yang Diterima (It) - Penangkapan Perairan Umum - Penangkapan Laut b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 2. Perikanan Budidaya a Indeks Harga yang Diterima (It) - Budidaya Air Tawar b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
% Perub.
Maret'17
April'17
[3]
[4]
[5
132.09 127.48 145.11 128.65 130.94 116.17
132.36 128.22 144.03 127.86 130.02 116.09
0.20 0.59 -0.74 -0.62 -0.71 -0.07
120.11 116.68 123.63 122.52 128.02 131.13 113.08
119.39 114.04 124.92 121.49 127.32 130.28 113.09
-0.60 -2.26 1.04 -0.84 -0.55 -0.65 0.01
135.95 135.95 128.48 130.93 114.77
134.05 134.05 127.74 130.02 114.99
-1.40 -1.40 -0.58 -0.70 0.19
119.64 123.55 126.36 111.88 125.53 122.66 130.08 111.24
118.86 123.13 125.13 110.49 126.14 122.44 129.37 111.77
-0.66 -0.33 -0.97 -1.24 0.49 -0.18 -0.55 0.48
141.44 147.87 131.72 123.86 127.30 116.67
142.97 149.90 132.49 123.25 126.39 116.67
1.08 1.37 0.59 -0.49 -0.71 0.01
147.87 145.03 148.78 123.26 127.37 114.82
149.90 146.60 150.96 122.74 126.46 115.11
1.37 1.08 1.46 -0.42 -0.71 0.25
131.72 131.72 124.77 127.19 119.45
132.49 132.49 124.02 126.29 119.02
0.59 0.59 -0.60 -0.71 -0.36
BPPBM=Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
5
Naiknya indeks harga yang diterima petani untuk subsektor tanaman pangan/padi & palawija ini disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok padi sebesar 0,59 persen (khususnya gabah dan ubi jalar). Turunnya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,71 persen (bawang merah, cabai merah, cabai rawit dll) dan indeks BPPBM sebesar 0,07 persen dibandingkan bulan sebelumnya (khususnya urea, bibit padi dll).
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada April 2017, NTPH mengalami penurunan sebesar 0,05 persen, yaitu dari 93,82 pada Maret 2017 menjadi 93,77 pada April 2017. Hal ini disebabkan
indeks harga yang diterima petani mengalami
penurunan sebesar 0,60 persen sementara indeks harga yang harus dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,55 persen. Turunnya indeks harga yang diterima petani disebabkan turunnya indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 2,26 persen dan tanaman obat sebesar 0,84 persen (khususnya cabai rawit, cabai merah, jeruk, semangka, pepaya dll). Turunnya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,65 persen (khususnya bawang merah, cabai merah, cabai rawit dll) sementara indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen (khususnya ZA,NP/NPK dll).
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada April 2017, NTPR mengalami penurunan sebesar 0,83 persen, yaitu dari 105,82 pada Maret 2017 menjadi 104,94 persen pada April 2017. Hal ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,40 persen, relatif lebih besar dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,58 persen. Turunnya indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,40 persen (khususnya karet, kelapa sawit dan kelapa). Turunnya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,70 persen (khususnya bawang merah, cabai merah, cabai rawit dll). Sementara indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen (khususnya upah menuai/memanen, gerobak dll).
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada April 2017, NTPT mengalami penurunan indeks sebesar 0,48 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,66 persen, relatif lebih besar dbandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,18 persen. Turunnya indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 0,33 persen, ternak kecil sebesar 0,97 persen dan unggas sebesar 1,24 persen (khususnya ayam ras pedaging, sapi potong, kambing dan telur ayam buras). Turunnya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,55 persen (khususnya bawang merah, cabe merah, cabe rawit dll). Sementara itu, indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen (khususnya bibit ayam ras pedaging, jagung pipilan dll).
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
6
e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada April 2017, NTNP mengalami kenaikan sebesar 1,58 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 1,08 persen sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,49 persen. It pada April 2017 mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya It pada kelompok perikanan tangkap sebesar 1,37 persen dan kelompok perikanan budidaya sebesar 0,59 persen (khususnya ikan mas, bawal, kerang, nila dll). Turunnya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,71persen (khususnya cabai merah, bawang merah, tenggiri, kacang panjang dll). Sementara itu indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen (khususnya solar, jerigen dll). 1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada April 2017, NTN mengalami kenaikan sebesar 1,80 persen jika dibandingkan dengan NTN bulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 1,37 persen, sementara Ib mengalami penurunan sebesar 0,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks harga di sebagian besar ikan pada kelompok penangkapan perairan umum sebesar 1,08 persen dan kelompok penangkapan perairan laut sebesar 1,46 persen (khususnya bawal, kerang, udang, senangin/kuro, lais dll). Penurunan Ib disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,71 persen (khususnya cabai merah, bawang merah, tenggiri, kacang panjang dll). Sementara itu, indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,25 persen dibandingkan bulan sebelumnya (khususnya solar, perahu tanpa motor, jaring insang dan mata pancing). 2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada April 2017, NTPi mengalami kenaikan sebesar 1,19 persen. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan It sebesar 0,59 persen, sementara Ib mengalami penurunan sebesar 0,60 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks harga sebagian besar ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,59 persen (khususnya patin, mas dan nila). Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,71 persen (khususnya cabai merah, bawang merah, tenggiri, kacang panjang dll) dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,36 persen (khususnya benih bawal, dedak, pupuk kandang dll).
4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sumatera Penurunan NTP terjadi pada 7 Provinsi dari 10 Provinsi di Pulau Sumatera. Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung yaitu sebesar 0,48 persen, kemudian diikuti Provinsi Sumatera Selatan yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,39 persen, Provinsi Riau yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,38 persen, Provinsi Bengkulu yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,37 persen, Provinsi Sumatera Utara yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,21 persen, Provinsi NAD yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,07 persen dan Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,03 persen. Sementara itu, 3 Provinsi di Pulau Sumatera mengalami kenaikan NTP dengan rincian sbb: Provinsi Sumatera Barat yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,53 persen, Provinsi Lampung yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,26 persen dan Provinsi Jambi yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,03 persen. seperti terlihat di Tabel 4. Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
7
Tabel 4. Nilai Tukar Petani 10 Provinsi Di Pulau Sumatera dan Persentase Perubahannya April 2017 (2012 = 100) No.
Provinsi
[1]
[2]
1 NAD 2 SUMUT 3 SUMBAR 4 RIAU 5 JAMBI 6 SUMSEL 7 BENGKULU 8 LAMPUNG 9 BABEL 10 KEPRI Ket: ( ) = Peringkat
It
Ib
NTP
Indeks
% Perub.
Indeks
% Perub.
Indeks
% Perub.
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
118.39
-0.68
124.55
-0.61
95.05
(8)
-0.07
127.39
-0.62
127.95
-0.41
99.56
(4)
-0.21
123.31
-0.27
124.92
-0.80
98.71
(5)
0.53
130.67
-0.90
126.74
-0.52
103.10
(2)
-0.38
126.39
-0.54
125.12
-0.57
101.02
(3)
0.03
117.80
-0.75
124.56
-0.36
94.57
(10)
-0.39
120.77
-0.63
127.10
-0.26
95.02
(9)
-0.37
129.10
-0.35
124.03
-0.60
104.09
(1)
0.26
118.18
-1.33
121.00
-0.85
97.67
(7)
-0.48
118.94
-0.06
121.22
-0.03
98.12
(6)
-0.03
5. Inflasi/Deflasi Perdesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Pada bulan April 2017, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi deflasi perdesaan sebesar 0,67 persen. Deflasi perdesaan disebabkan oleh turunnya IKRT pada dua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan indeks sebesar 1,79 persen dan kelompok makanan jadi, rokok & tembakau yang mengalami penurunan indeks sebesar 0,07 persen. Tabel 5. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Riau Menurut Kelompok Pengeluaran April 2017(2012 = 100) Bulan
Perubahan
Kelompok Pengeluaran
Maret’17
April’17
April’17 thd Maret’17
[1]
[2]
[3]
[4]
130.65 138.92 131.57 119.46 125.14 124.06 117.45 121.39
129.77 136.44 131.48 120.31 125.34 124.52 117.49 121.77
-0.67 -1.79 -0.07 0.71 0.17 0.37 0.03 0.31
Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan Jadi, Rokok & Tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & OR Transportasi & Komunikasi
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
8
Sementara itu, IKRT pada kelompok pengeluaran konsumsi lainnya mengalami kenaikan indeks dengan rincian sbb: kelompok perumahan mengalami kenaikan indeks sebesar 0,71 persen, kelompok sandang mengalami kenaikan indeks sebesar 0,17 persen, kelompok kesehatan mengalami kenaikan indeks sebesar 0,37 persen, kelompok pendidikan rekreasi & OR mengalami kenaikan indeks 0,03 persen dan kelompok tranportasi dan komunikasi mengalami kenaikan indeks sebesar 0,31 persen seperti terlihat pada Tabel 5.
6.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor Pada April 2017, terjadi penurunan NTUP sebesar 1,07 persen. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,90 persen, sementara indeks BPPBM mengalami kenaikan indeks sebesar 0,17 persen (lihat Tabel 1). Penurunan NTUP terjadi hampir pada tiga subsektor penyusun NTP. Penurunan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yang
mengalami
penurunan indeks sebesar 1,59 persen, diikuti subsektor peternakan yang mengalami penurunan indeks sebesar 1,13 persen dan subsektor hortikultura yang mengalami penuruna indeks sebesar 0,61 persen. Sementara itu, subsektor tanaman pangan dan subsektor perikanan mengalami kenaikan indeks NTUP masing-masing sebesar 0,27 persen dan 1,07 persen seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor Dan Persentase Perubahannya April 2017(2012=100) Perubahan (%) Sub Sektor
Maret’17
April’17
April’17 thd Maret’17
[1]
[2]
[3]
[4]
1. Tanaman Pangan
113.70
114.01
0.27
2. Hortikultura
106.22
105.57
-0.61
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
118.46
116.58
-1.59
4. Peternakan
107.56
106.34
-1.13
5. Perikanan
121.24
122.54
1.07
a. Tangkap
128.78
130.22
1.12
b. Budidaya
110.27
111.31
0.94
115.30
114.06
-1.07
NTUP Provinsi Riau
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.19/05/14/Th. XVIII, 2 Mei 2017
9