No. 059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU NOVEMBER 2016 SEBESAR 100,62 ATAU NAIK 0,97 PERSEN Pada bulan November 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 100,62 atau naik sebesar 0,97 persen dibanding NTP Oktober 2016 sebesar 99,65. Kenaikan NTP ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,66 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,68 persen. NTP November 2016 sebesar 100,62 dapat diartikan bahwa kondisi kesejahteraan petani relatif lebih baik dibandingkan keadaan pada tahun 2012 dan pada bulan Desember 2016 mengalami surplus sebesar 0,62 persen. Surplus ini terutama terjadi pada petani subsektor tanaman pangan (NTPP= 102,65), subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPPR=100,56) dan subsektor perikanan (NTNP=110,90). Kenaikan NTP di Provinsi Riau pada bulan November 2016 terjadi pada tiga subsektor penyusun NTP, yaitu subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan NTP sebesar 1,17 persen, subsektor hortikultura yang mengalami kenaikan NTP sebesar 1,71 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan NTP sebesar 1,56 persen. Sementara itu, dua subsektor penyusun NTP lainnya mengalami penurunan NTP yaitu subsektor peternakan yang mengalami penurunan NTP sebesar 1,76 persen dan subsektor perikanan yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,24 persen. JIka dibandingkan dengan provinsi lain di pulau Sumatera, NTP Provinsi Riau menduduki peringkat ke-3 dari 10 provinsi.. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Riau sebesar 112,88 atau naik sebesar 1,39 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya sebesar 111,33. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik. Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
1
Sejak Desember Tahun 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 1 Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Riau November 2016 (2012 = 100) Indeks Gabungan Riau Rincian
Oktober'16
November'16
Perubahan (%)
[1]
[2]
[3]
[4]
Indeks Harga yang Diterima Petani
125.67
127.75
1.66
Indeks Harga yang Dibayar Petani
126.11
126.96
0.68
Konsumsi Rumah Tangga
129.43
130.41
0.75
Bahan Makanan
138.59
140.25
1.20
Makanan Jadi
128.56
129.46
0.70
Perumahan
116.10
116.20
0.08
Sandang
123.92
124.26
0.28
Kesehatan
121.99
122.13
0.12
Pendidikan, Rekreasi & Olah raga
116.86
117.07
0.17
Transportasi dan Komunikasi
121.93
122.38
0.37
BPPBM
112.88
113.17
0.26
Bibit
116.12
115.95
-0.14
Obat-obatan & Pupuk
111.36
111.75
0.35
Sewa Lahan, Pajak & Lainnya
106.01
106.15
0.13
Transportasi
122.16
122.69
0.43
Penambahan Barang Modal
116.03
116.36
0.29
Upah Buruh Tani
110.15
110.27
0.11
Nilai Tukar Petani
99.65
100.62
0.97
Nilai Tukar Usaha Pertanian
111.33
112.88
1.39
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
2
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di Provinsi Riau, NTP pada bulan November 2016 Riau sebesar 100,62 atau naik sebesar 0,97 persen dibanding NTP Oktober 2016 sebesar 99,65. Hal ini disebabkan harga barang/produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga mengalami kenaikan yang relatif lebih besar dibandingkan kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 2 NILAI TUKAR PETANI (NTP) RIAU NOVEMBER 2016 (2012 = 100)
Subsektor
2
3
4
5
% Perub.
Oktober'16
November'16
[2]
[3]
[4]
Tanaman Pangan a Indeks Harga yang Diterima (It)
129.28
131.69
1.87
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
127.41
128.29
0.69
c
Nilai Tukar Petani (NTPP)
101.46
102.65
1.17
[1]
1
Bulan
Hortikultura a
Indeks Harga yang Diterima (It)
119.82
122.68
2.39
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
126.77
127.61
0.67
c
Nilai Tukar Petani (NTPH)
94.52
96.13
1.71
Tanaman Perkebunan Rakyat a
Indeks Harga yang Diterima (It)
126.01
128.84
2.25
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
127.26
128.13
0.68
c
Nilai Tukar Petani (NTPR)
99.02
100.56
1.56
Peternakan a
Indeks Harga yang Diterima (It)
121.50
120.16
-1.10
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
120.97
121.77
0.66
c
Nilai Tukar Petani (NTPT)
100.44
98.68
-1.76
Perikanan a
Indeks Harga yang Diterima (It)
136.26
136.85
0.43
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
122.57
123.39
0.67
c
Nilai Tukar Petani (NTNP)
111.17
110.90
-0.24
5.1. Perikanan Tangkap a
Indeks Harga yang Diterima (It)
142.86
143.90
0.73
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
122.00
122.87
0.71
c
Nilai Tukar Petani (NTN)
117.09
117.12
0.02
5.2. Perikanan Budidaya a
Indeks Harga yang Diterima (It)
126.29
126.18
-0.09
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
123.44
124.18
0.60
c
Nilai Tukar Petani (NTPi)
102.31
101.61
-0.69
a
Indeks Harga yang Diterima (It)
125.67
127.75
1.66
b
Indeks Harga yang Dibayar (Ib)
126.11
126.96
0.68
c
Nilai Tukar Petani (NTP)
99.65
100.62
0.97
Riau
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
3
Dari lima subsektor penyusun NTP, terdapat tiga subsektor yang mengalami kenaikan indeks NTP dan mengakibatkan naiknya NTP di Provinsi Riau. Kenaikan indeks NTP terjadi pada subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan NTP sebesar 1,17 persen, subsektor hortikultura yang mengalami kenaikan NTP sebesar 1,71 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan NTP sebesar 1,56 persen. Sementara itu, dua subsektor penyusun NTP lainnya mengalami penurunan NTP yaitu subsektor peternakan yang mengalami penurunan NTP sebesar 1,76 persen dan subsektor perikanan yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,24 persen seperti terlihat pada Tabel 2.
1. Indeks harga yang diterima petani (It) Pada November 2016, indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Riau sebesar 127,75. Indeks harga yang diterima ini mengalami kenaikan sebesar 1,66 persen jika dibandingkan dengan It pada Oktober 2016 sebesar 125,67. Kenaikan It terjadi pada 4 (empat) subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan It sebesar 1,87 persen, subsektor hortikultura mengalami kenaikan It sebesar 2,39 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan It sebesar 2,25 persen dan subsektor perikanan mengalami kenaikan It sebesar 0,43 persen. Penurunan It terjadi pada subsektor peternakan yang mengalami penurunan sebesar 1,10 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
2. Indeks harga yang dibayar petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat ditunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada November 2016 di Provinsi Riau naik sebesar 0,68 persen dibanding Ib Oktober 2016, yaitu dari 126,11 menjadi 126,96. Kenaikan Ib terjadi di semua subsektor penyusun NTP antara lain subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,69 persen, subsektor tanaman hortikultura yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,67 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,68 persen, subsektor peternakan yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,66 persen dan subsektor perikanan yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,67 persen.
3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP) Pada November 2016, NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 1,17 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Oktober 2016, yaitu dari 101,46 pada Oktober 2016 menjadi 102,65 pada November 2016. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,87 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,69 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
4
Tabel 3. Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya November 2016 (2012 = 100) Bulan Subsektor dan Kelompok [1]
1
2
3
4
5
Tanaman Pangan a Indeks Harga yang Diterima (It) - Padi - Palawija b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Hortikultura a Indeks Harga yang Diterima (It) - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman obat b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Harga yang Diterima (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Peternakan a Indeks Harga yang Diterima (It) - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Perikanan a Indeks Harga yang Diterima (It) - Tangkap - Budidaya b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 1. Perikanan Tangkap a Indeks Harga yang Diterima (It) - Penangkapan Perairan Umum - Penangkapan Laut b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 2. Perikanan Budidaya a Indeks Harga yang Diterima (It) - Budidaya Air Tawar b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
% Perub.
Oktober'16
November'16
[3]
[4]
[5
129.28 124.89 141.67 127.41 129.76 114.64
131.69 127.53 143.42 128.29 130.70 115.17
1.87 2.12 1.24 0.69 0.72 0.46
119.82 119.72 119.97 116.91 126.77 129.80 112.17
122.68 122.93 122.53 116.35 127.61 130.79 112.32
2.39 2.68 2.13 -0.48 0.67 0.76 0.13
126.01 126.01 127.26 129.74 113.36
128.84 128.84 128.13 130.74 113.54
2.25 2.25 0.68 0.77 0.16
121.50 125.33 126.08 114.47 125.44 120.97 128.82 108.87
120.16 123.58 126.05 113.30 125.93 121.77 129.74 109.51
-1.10 -1.39 -0.02 -1.02 0.39 0.66 0.71 0.58
136.26 142.86 126.29 122.57 125.93 115.54
136.85 143.90 126.18 123.39 126.95 115.93
0.43 0.73 -0.09 0.67 0.81 0.34
142.86 143.71 142.58 122.00 125.98 113.82
143.90 141.31 144.73 122.87 127.00 114.39
0.73 -1.68 1.51 0.71 0.81 0.50
126.29 126.29 123.44 125.85 118.13
126.18 126.18 124.18 126.88 118.26
-0.09 -0.09 0.60 0.81 0.11
BPPBM=Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
5
Naiknya indeks harga yang diterima petani untuk subsektor tanaman pangan/padi & palawija ini disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok padi sebesar 2,12 persen dan kelompok palawija sebesar 1,24 persen (khususnya gabah, jagung, ketela pohon/ubi kayu dan ubi jalar). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,72 persen (khususnya cabai merah, rokok kretek filter, beras, cabai rawit, bawang putih dll) dan indeks BPPBM sebesar 0,46 persen (khususnya upah mencangkul, karung, upah merambet/menyiangi, insektisida dll).
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada November 2016, NTPH mengalami kenaikan sebesar 1,71 persen, yaitu dari 94,52 pada Oktober 2016 menjadi 96,13 pada November 2016. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 2,39 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang harus dibayar petani sebesar 0,67 persen. Naiknya indeks harga yang diterima petani disebabkan naiknya indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 2,68 persen dan kelompok buah-buahan 2,13 persen (khususnya cabai merah, nanas, cabai rawit, pisang dll). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,76 persen (khususnya cabai merah, beras, rokok kretek filter, dll) dan indeks BPPBM sebesar 0,13 persen (khususnya upah merambet/menyiangi, upah mencangkul, KCL, NP/NPK dl).
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada November 2016, NTPR mengalami kenaikan sebesar 1,56 persen, yaitu dari 99,02 pada Oktober 2016 menjadi 100,56 persen pada November 2016. Hal ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani yang mengalami kenaikan sebesar 2,25 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,68 persen. Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,25 persen (khususnya karet, kelapa sawit, kelapa dan pinang). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,77 persen (khususnya cabai merah, beras, rokok kretek filter, cabai rawit dll) dan indeks BPPBM sebesar 0,16 persen (khususnya ongkos angkut, oli, biaya servis motor dll).
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada November 2016, NTPT mengalami penurunan indeks sebesar 1,76 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,10 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,66 persen. Turunnya indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 1,39 persen, ternak kecil sebesar 0,02 persen dan unggas sebesar 1,02 persen (khususnya sapi potong, ayam ras pedaging, kerbau, ayam buras dan kambing). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,71 persen (cabai merah, rokok kretek filter, beras, cabai rawit dll) dan indeks BPPBM sebesar 0,58 persen (khususnya ampas tahu, dedak, kayu balok, bibit ayam ras pedaging dll). Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
6
e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada November 2016, NTNP mengalami penurunan sebesar 0,24 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,43 persen, relatif lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,67 persen. It pada November 2016 mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya It pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,73 persen (khususnya udang, bawal, tenggiri dll). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,81 persen (khususnya cabai merah, rokok kretek filter, ongkos angkutan dalam kota, rokok kretek, beras dll) dan indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen (khususnya solar, dedak, motor temple, benih gurame dll). 1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada November 2016, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen jika dibandingkan dengan NTN bulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,73 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,71 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya indeks harga di sebagian besar ikan pada kelompok penangkapan perairan laut sebesar 1,51 persen (khususnya udang, bawal, tenggiri dll). Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,81 persen (khususnya cabai merah, rokok kretek filter, ongkos angkut dalam kota, rokok kretek, beras dll) dan indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen (khususnya solar, motor tempel dll). 2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada November 2016, NTPi mengalami penurunan sebesar 0,69 persen. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya It sebesar 0,09 persen, sementara Ib mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya indeks harga sebagian besar ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,09 persen (khususnya lele dan bawal). Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,81 persen (khususnya cabai merah, ongkos angkut dalam kota, rokok kretek filter, rokok kretek, beras dll) dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,11 persen (dedak, benih gurame, pupuk kandang dll).
4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sumatera Kenaikan NTP terjadi di 7 (tujuh) Provinsi di Pulau Sumatera. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 0,97 persen, kemudian diikuti Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,76 persen, Provinsi NAD yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,74 persen, Provinsi Bengkulu yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,54 persen, Provinsi Lampung yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,38 persen, Provinsi Jambi yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,13 persen dan Provinsi Sumatera Selatan yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,03 persen. Penurunan NTP terjadi di dua Provinsi di Pulau Sumatera yaitu Provinsi Bangka Belitung yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,98 persen dan Provinsi Sumatera Utara yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,45 persen. Sementara itu, NTP di Provinsi Sumatera Barat relatif stabil seperti terlihat di Tabel 4.
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
7
Tabel 4. Nilai Tukar Petani 10 Provinsi Di Pulau Sumatera dan Persentase Perubahannya November 2016 (2012 = 100) No.
Provinsi
[1]
[2]
It
Ib
NTP
Indeks
% Perub.
Indeks
% Perub.
Indeks
% Perub.
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
1
NAD
119.81
0.96
124.75
0.21
96.04
(8)
0.74
2
SUMUT
128.46
0.38
127.41
0.83
100.83
(2)
-0.45
3
SUMBAR
121.25
1.14
125.51
1.14
96.60
(7)
0.00
4
RIAU
127.75
1.66
126.96
0.68
100.62
(3)
0.97
5
JAMBI
124.73
0.75
124.93
0.61
99.84
(4)
0.13
6
SUMSEL
117.45
0.72
123.83
0.69
94.85
(9)
0.03
7
BENGKULU
118.14
1.23
126.57
0.69
93.34
(10)
0.54
8
LAMPUNG
128.29
1.10
123.52
0.72
103.86
(1)
0.38
9
BABEL
118.81
-0.53
120.52
0.46
98.58
(5)
-0.98
10
KEPRI
117.84
1.19
120.37
0.43
97.90
(6)
0.76
Ket: ( ) = Peringkat
5. Inflasi/Deflasi Perdesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan November 2016, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,75 persen. Inflasi perdesaan disebabkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan yang naik sebesar 1,20 persen, kelompok makanan jadi yang naik sebesar 0,70 persen, kelompok perumahan yang naik sebesar 0,08 persen, kelompok sandang yang naik sebesar 0,28 persen, kelompok kesehatan yang naik sebesar 0,12 persen, kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga yang naik sebesar 0,17 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi yang naik sebesar 0,37 persen seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi Riau Menurut Kelompok Pengeluaran November 2016 (2012 = 100) Bulan
Perubahan
November'16 November’16 thd Oktober’16
Kelompok Pengeluaran
Oktober'16
[1]
[2]
[3]
[4]
129.43 138.59 128.56 116.10 123.92 121.99 116.86 121.93
130.41 140.25 129.46 116.20 124.26 122.13 117.07 122.38
0.75 1.20 0.70 0.08 0.28 0.12 0.17 0.37
Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan Jadi, Rokok & Tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & OR Transportasi & Komunikasi
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
8
6.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor Pada November 2016, terjadi kenaikan NTUP sebesar 1,39 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,66 persen, relative lebih besar dibandingkan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,26 persen (lihat Tabel 1). Kenaikan NTUP terjadi pada empat subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan indeks sebesar 1,40 persen, subsektor hortikultura mengalami kenaikan indeks sebesar 2,25 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan indeks sebesar 2,09 persen dan subsektor perikanan mengalami kenaikan indeks sebesar 0,09 persen. Di sisi lain, subsektor peternakan mengalami penurunan indeks sebesar 1,68 persen, seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor Dan Persentase Perubahannya November 2016 (2012=100) Perubahan (%) Sub Sektor
Oktober'16
November'16
November'16 thd Oktober'16
[1]
[2]
[3]
[4]
1. Tanaman Pangan
112.77
114.34
1.40
2. Hortikultura
106.82
109.22
2.25
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
111.15
113.47
2.09
4. Peternakan
111.60
109.73
-1.68
5. Perikanan
117.94
118.04
0.09
a. Tangkap
125.51
125.81
0.24
b. Budidaya
106.91
106.70
-0.20
111.33
112.88
1.39
Riau
Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No.059/12/14/Th. XVII, 1 Desember 2016
9