Modul ke:
12
Materi Penutup
Fakultas
PSIKOLOGI Program Studi
Psikologi
Shely Cathrin, M.Phil
Pokok Bahasan • Abstract Rangkuman Perkuliahan Filsafat Manusia • Kompetensi Mahasiswa dapat memahami mengenai manusia hingga ke hakikatnya
Materi Penutup
• Secara etimologis • Pengertian filsafat dari segi makna kata berasal dari bahasa Yunani. Filsafat (“philosophy” dalam bahasa inggris) berasal dari bahasa Yunani “philos” yang berarti cinta, persahabatan atau tertarik kepada, dan juga berasal dari kata “sophos” yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi. Berdasarkan pengertian kata tersebut, maka didapatkan pengertian filsafat yang berarti “cinta kebijaksanaan”.
• Secara Terminologis • Pengertian filsafat secara istilah diartikan sebagai ilmu yang berusaha mengkaji objek telaahnya secara mendalam hingga ke segi esensi atau hakikatnya. Berfilsafat diartika sebagai suatu cara berpikir yang mendalam akan hakikat sesuatu. • RPKPS, 2005, Pengantar Filsafat Oleh Farid, UGM.
• PAHAM TENTANG MANUSIA Pandangan tentang manusia didalam pemikiran filsafat berkisar pada 4 kelompok besar, yaitu • Materialisme • Idealisme • Rasionalisme, dan • Irrasionalisme.
Sosialitas Manusia
–
•
Terdapat dua bentuk monisme, yakni monisme mutlak yang tidak mengakui substansi lain sama sekali. Hanya ada satu substansi abadi (Parmenides). Dan monisme lain adalah monisme lunak yang menganggap ‘Yang-lain’ sebagai aspek di dalam satu substansi lunak yang hubungan atau relasinya bersifat berlebihan sehngga semua dileburkan menjadi satu. –
•
•
Yang melalaikan sudat yang lain
Kant berpendapat bahwa dunia luar memang diterima, tetapi sama sekali tidak diadakan hakikatnya. Ada pula hubungan antara aku dan dunia. Aku menerima kesan-kesan, tetapi kesan-kesan tersebut diklasifikasikan menurut ‘fornae a priori’ di dalam diriku, sehingga relasi dengan mereka yang tepat tidak diketahui. Fenomenologi Husserl hanya menyelidiki fenomena yang saya sadari dan sejauh saya sadari tetapi dibuat abstraksi dari adanya real atau tidaknya. Dan karena itu juga diselidiki hubungan real yang tepat. –
•
Sensisme, Empirisme, Positivisme
Tidak dapa dipertanggung-jawabkan adanya substansi-substansi dan oleh karena itu kebanyakan diantara mereka juga mengingkarinya. Hubungan real dengan yang lain diterangkan secara lebih psikologis-empiris. –
•
Tendensi Monistis
Ekstrem lain yang melawan monisme dapat disebut pluralisme
Mengakui adanya yang lain, namun baik ‘aku’ maupun ‘yang-lain’ sebenarnya tidak berhubungan langsung atau secara sungghuh-sungguh efektif.
Historisitas Manusia
• •
• •
• •
Manusia sebagai jiwa yang berbadan Manusia tidak hanya terdiri dari jiwa, juga tidak hanya terdiir dari badan saja. Manussia merupakan badan yang berjiwa atau sebaliknya. Itu berarti tubuh bagi jiwa bukan merupakan hambatan untuk melangsungkan hidupnya, melainkan sarana jiwa untuk mengungkapkan diri. Dengan kata lain, manusia memerlukan materi baik itu materi tubuhnya sendiri ataupun materi badan lain yang melingkupinya untuk mengobjektivitaskan kemungkinan rohaninya. Peran badan dan jiwa sangat penting dalam menjalankan aktivitas manusia, karena itulah kesatuan keduanya merupakan komponn penting dalam membentuk sejarah. Dengan kata lain, sejarah adalah hasil dari aktivitas-aktivitas jasmani dan aktivitas rohani manusia dalam kurun waktu tertentu. Ada manusia sebagai ada bersama Manusia tidak hanya bersifat individual, melainkan juga merupakan makhluk sosial. Seorang individu adalah bagian dari keseluruhan umat manusia. Menurut Heideger “kebersamaan merupakan faktisitas yang tidak terbantahkan oleh manusia.” Artinya hidup bersama dengan manusia yang lain merupakan keharusan manusia. Kesadaran akan waktu Perjumpaan manusia dan sesama terjadi dalam ruang dan waktu tertentu. Pengalaman ini memberikan kesadaran bahwa rangkain waktu merupakan kenyataan hidup manusia. Oleh karena itu, manusia selalu memahami waktu sebagai deretan peristiwa yang tidak pernah berakhir. Waktu seperti yang ditegaskan Heidegger adalah horizon yang menghadirkan diri dan melaksanakan tugasnya sebagai manusia di dunianya sehari-hari.
Manusia Sebagai Persona
• Makhluk Infrahuman • Setiap makhluk di dunia ini merupakan individualitas tersendiri. Syarat sebagai makhluk individu ialah bahwa ia mempunyai identitas diri yang tidak terbagi sehingga ia bisa dibedakan dari yang lain. Bagi makhluk infrahuman pengertian “individu” dikaitkan dengan jenis. Dengan kata lain, kata “individu” bagi makhluk infrahuman hanya terkait dengan perbedaan fisik anatar satu jenis dengan jenis yang lainnya. Serta urutan-urutan menurut ruang dan waktu tertentu. Singkatnya, kata individu dikaitkan dengan tiga ciri, yakni bersifat kuantitatif, dan numerik serta uniform atau seragam.
• Manusia • Bagi manusia pengetrtian individu tidak sekedar menurut jenis, spesies, tidak juga bersifat seragam, apalagi bersifat numerik. Ndividu manusia terkait dengan keunikan. Keunikan itu berakar pada dimensi kerohanian. Sebagai individu manusia memang merupakan jenis yang sama, namun nilainya tidak pada kesamaan jenis yang dimilikinya. Individualitas manusia terkait dengan kualitas. Manusia bukan suatu ulangan numerik dari jenis yang sama, dia dikehendaki demi dirinya sendiri. Ia menentukan diri dan ke-khas-an dirinya sendiri.
Persona • Selain kata individu, kata “persona” juga dikenakan pada manusia. Di zaman sekarang kata ini bahkan lebih banyak digunakan daripada kata “individu”. Secara etimologis, kata “persona” berasal dari bahasa Yunani yang berarti topeng. Konon dalam tradisi seni drama masyarakat Yunani, para pemain sandiwara harus mengenakan topeng ketika memainkan peran tokoh tertentu. Melalui topeng sang aktor/aktris meghadirkan watak tokoh yang dimainkan. Dengan deikian topeng sesungguhnya dipakai sebagai media untuk menghadirkan pribadi seseorang di hadapan penonton.
Badan dan Jiwa
Badan • Badan merupakan bagian elemen mendasar dalam membentuk pribadi manusia. Badan adalah dimensi manusia yang paling nyata. Dalam pandangan tradisionla, badan hanya dilihat sebagai kumpulan berbagai entitas material yang membentuk suatu makhluk. Mekanisme biologis yang bersifat kausal menjadi ide sentral dalam pendekatan ini.
Jiwa • Badan manusia tidak meiliki arti apa-apa tanpa jiwa. Juga tidak ada keakuan manusia bila ia dilepaskan dari jiwanya. Itu berarti jiwa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perwujudan jati diri manusia sebagai subjek. Dalam pandangan tradisional masyarakat jiwa dimengerti sebagai makhluk halus atau kekuatan halus, bahkan sebagai tubuh yang tidak bisa ditangkap oleh indera. Pengertian ini tidak mengungkapkan eksistensi manusia yang sebenranya. Konsep seperti ini meletakkan jiwa di luar haikat manusia. Karena itu pengertian tradisional ini ditinggalkan.
Eksistensialisme
• Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = keluar, dan sistensi atau sisto = berarti, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan - merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang konkret
Terima Kasih Shely Cathrin, M.Phil