07 Modul ke:
Fakultas
Psikologi Program Studi
Psikologi
Psikologi Sosial I ATRIBUSI SOSIAL Setiawati Intan Savitri,S.P., M.Si.
Kompetensi • Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan beberapa teori tentang atribusi social,kesalahan atribusi dan alasannya
Atribusi adalah: • Proses mengenali penyebab dari tingkah laku orang lain serta sekaligus memperoleh pengetahuan tentang sifat-sifat dan disposisidisposisi yang menetap pada orang lain. Atribusi berarti memahami penyebab perilaku orang lain, yaitu bagaimana orang menjelaskan perilaku orang lain
Atribution Theory • Cikal bakal teori atribusi berkembang dari tulisan Fritz Heider (1958) yang berjudul “Psychology of Interpersonal relations). Dalam tulisan tersebut Heider menggambarkan apa yang disebutnya “native theory of action”, yaitu kerangka kerja konseptual yang digunakan orang untuk menafsirkan, menjelaskan, dan meramalkan tingkah laku seseorang. Dalam kerangka kerja ini, konsep intensional (seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan untuk mencoba dan tujuan) memainkan peran penting.
Attribution Theory
Teori Jones & Davis Theory of correspondent inference yaitu memanfaatkan informasi tentang perilaku orang sebagai dasar untuk menetapkan cirri-ciri sifatnya . Untuk menetapkan bahwa perilaku seseorang itu mencerminkan ciri-ciri sifatnya maka kita perlu menilai: Apakah perilaku itu adalah perilaku pilihannya? Apakah perilaku itu menunjukkan ciri-ciri berbeda atau tidak biasa? Apakah perilaku itu termasuk dalam kelompok perilaku yang tidak diinginkan secara social
Teori Inferensi Korespondensi • Setiap individu seolah-olah akan membuat referensi seperti referensi statistik yaitu mencari pola umum (hukum umum) dengan membuang informasi yang tidak relevan. Sebutan inferensi koresponden juga disebabkan karena teori ini mencari korespondensi antara perilaku dengan atribusi disposisional (internal) yang berbeda dengan penyeba-penyebab atribusi situasional.
Teori Inferensi Korespondensi • Teori ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu perilaku itu disebabkan oleh disposisi (karakteristik yang bersifat relatif stabil) pada individu atau tidak. • Pertama-tama yang harus diketahui adalah akibat. Dengan mengetahui akibatnya dapat diketahui intensi atau niatan orang berbuat. Diyakini ada niat atau kesengajaan dalam berbuat, kalau individu mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan
Teori Inferensi Korespondensi • Untuk meyakini adanya faktor disposisional (menetap), maka harus ada dua hal yang dipenuhi yaitu : • Noncommon effects (akibat khusus) : perilaku tersebut bersifat unik pada individu, yaitu diantara berbagai pilihan yang mungkin dilakukan, individu memilih yang paling unik • Social desirability (kepuasan atau kelayakan sosial) : seberapa jauh perbuatan mempunyai nilai sosial yang tinggi. Kalau suatu perbuatan memang diinginkan banyak orang maka perbuatan tersebut mempunyai nilai kepantasan sosial yang tinggi.
Causal Of Attribution Theory: Harold Kelley • Theory of causal attribution yaitu bagaimana menjawab pertanyaan: “mengapa” • Untuk menjawab pertanyaan “mengapa” ada 3 arah penjelasan: – Faktor internal: faktor yang berasal dari dalam orang yang terlibat dalam perilaku yang diamati untuk dijelaskan penyebabnya – Faktor eksternal: faktor yang berasal dari luar orang tersebut – Kombinasi faktor internal dan eksternal
Causal Attribution • untuk mengetahui arah penjelasan thd suatu perilaku apakah krn internal (personal) atau eksternal (situation) yang paling tepat, dipertimbangkan 3 aspek: – Konsensus: Bagaimana reaksi atau perilaku orang lain dalam situasi yang sama? – Konsistensi: Sejauh mana aktor memperlihatkan perilaku yang sama dalam berbagai situasi dan waktu yang berbeda? – Keunikan: sejauh mana aktor bereaksi dalam perilaku yang sama kepada orang lain, kejadian atau stimuli yang berbeda?
Kesimpulan • Dalam teorinya Kelley menyimpulkan bahwa : • Atribusi diarahkan ke faktor internal bila: konsensus dan keunikan rendah, tetapi konsistensinya tinggi • Atribusi diarahkan ke faktor eksternal bila: konsensus, konsistensi dan keunikan tinggi • Atribusi diarahkan ke kombinasi faktor internal dan eksternal bila: konsensus rendah, konsistensi dan keunikan tinggi
Teori Bernard Weiner • Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua dimensi, yaitu: • Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas • Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas
Attribution Dimention
The Fundamental Attribution Error • Secara umum kita mungkin mengaitkan perilaku orang lain dengan disposisi umum mereka yakni pada ciri personalitas atau sikap mereka ketimbang pada situasi dimana mereka berada
Fundamental of Attribution Error • 1. Bias korespondensi : Membesar-besarkan faktor penyebab disposisional • Merupakan kecenderungan untuk menjelaskan perilaku orang lain disebabkan oleh disposisinya, padahal keberadaan penyebab situasionalnya sangat jelas. • Misalnya ketika ada seorang pria datang terlambat satu jam menghadiri sebuah pertemuan. Ketika memasuki ruangan, ia menjatuhkan notesnya, ketika mencoba memungutnya ternyata kacamatanya jatuh, dan kemudian menumpahkan kopi ke dasinya. Besar kemungkinan kita akan menyimpulkan bahwa orang ini canggung dan berantakan
Fundamental of Attribution Eror • Efek aktor-pengamat : Anda jatuh, saya didorong • Tipe kesalahan atribusi lainnya adalah kecenderungan mengatribusi perilaku kita disebabkan faktor situasional (eksternal), sementara perilaku orang lain disebabkan faktor disposisi (internal).
Fundamental of Attribution Eror • Bias mengutamakan diri sendiri : Saya memang bagus, kamu hanya beruntung • Kecenderungan mengatribusi perilaku positif kita pada faktorfaktro internal dan mengatribusi perilaku yang negatif pada faktor-faktor eksternal (self-serving bias). • Misalnya saat ujian mendapatkan nilai A, kita akan mengatribusikan kesuksesan ini karena saya berbakat, saya memang serius mengerjakannya. Namun ketika mendapatkan nilai D, kemungkinan besar kita akan mengatribusikan sebagi tugas yang sulit, profesor yang tidak adil dalam menilai. Saya tidak cukup waktu dan sebagainya.
Mengapa kita melakukan Attribution Errors? • Mnrt Teori Kognitif: Kita cenderung mengatribusi hasil positif pada faktor internal dan hasil negatif pada faktro eksternal karena kita mengharapkan kesuksesan dan kita cenderung menginginkan kesuksesan itu berasal dari faktor internal daripada eksternal. • Penjelasan motivasional menyatakan bahwa bias mengutamakan diri sendiri terjadi karena kita memiliki kebutuhan untuk melindungi dan meningkatkan self esteem kita sehubungan dengan hasrat untuk selelu tampil baik di depan orang lain
• Mengkonstruksikan interpretasi-interpretasi & memori-memori • Berdasarkan hasil eksperimen ditemukan bawa memvonis sebelum memeriksa akan mengaburkan persepsi & interpretasi kita, & kesalahan informasi juga akan mengaburkan daya ingat kita.
• Belief perseverance (kepercayaan yang kuat) • Yaitu konsep hidup awal seseorang yang selalu dipegang teguh sebagai kepercayaannya. Meskipun terkadang kepercayaan itu didiskreditkan orang lain, namun ia yakin bahwa ada sisi kebenarannya. Kepercayaan dapat berpengaruh terhadap bagaimana kita menginterpretasikan suatu keadaan atau kejadian.
• Mengkonstruksikan memori-memori • Hampir 85% mahasiswa percaya pernyataan seperti yang tercantum di Psychology Today bahwa ilmu telah membuktikan, jika serangkaian pengalaman selama seumur hidup akan terpelihara secara sempurna di dalam pikiran. Namun penelitian psikologi membuktikan fakta yang justru berlawanan.
• Rekonstruksi sikap masa lalu • Yaitu kita berpikir ulang & berusaha mengubah apa yang dulu kita anggap benar atau kita anggap salah. Misal mungkin ketika diusia 20 tahun, kita bersikap kepada orang tua semau kita & kita anggap semua itu sudah benar. Akan tetapi sekarang setelah dewasa & banyak pengalaman serta pelajaran berharga, kita lebih tahu manakah yang lebih baik & bagaimana seharusnya bersikap kepada orang tua.
• Rekonstruksi perilaku masa lalu • Konstruksi memori memungkinkan kita merevisi sejarah diri kita. Arti dari rekonstruksi di sini yaitu mengubah perilaku kita agar tidak seperti perilaku kita dulu setelah kita mendapat informasi baru. Misal seorang anak dulu menggosok gigi sehari lebih dari 5 kali karena tidak tahu. Namun setelah mendapat pelajaran dari guru agar menggosok gigi yang baik 2 kali sehari, ia lalu mengubah perilaku tersebut.
• Memvonis Orang Lain – Intuisi: potensi kita untuk mengeahui diri dari dalam • Intuisi adalah kemampuan untuk memahamisesuatu dengan menggunakan perasaan daripada mempertimbangkan fakta yang ada, atau intuisi yaitu sebuah ide apa yang dianggap benar dalam situasi tertentu berdasarkan perasaan yang kuat daripada menganut fakta-fakta.
– Kekuatan Intuisi • Pada dasarnya setiap orang memiliki intuisi. Pikiran kita sebagian kadang terkontrol, sadar & sebagian lagi refleks & tanpa kita sadari. Pikiran yang otomatisterjadi di luar pandangan & dimana alasannya tak terketahui. Perhatikan istilah-istilah di bawah ini:
• Schemas, yaitu mental kita yang secara otomatis, intuitif membimbing persepsi & interpretasiinterpretasi pengalaman kita. Misal ketika kita mendengan suara seseorang berbicara masalah sekte agama atau seks, kita tidak hanya mendengarkan kata-katanya tapi juga bagaimana kita secara otomatis menginterpretasikan suara itu.
• Emotional reactions hampir sama dengan instantaneous. Yaitu reaksi yang muncul sebelum pikiran seseorang diungkapkan, salah satu saraf memotong & mengambil informasi dari mata & pikiran untuk ditujukan ke otak.
• Keterbatasan intuisi • Terkadang intuisi ada sisi benarnya tapi tak jarang banyak salahnya. Secemerlang & sehebat apapun seseorang belum tentu intuisinya selalu benar. Intuisi merupakan ketidak-sadaran pikiran yang tidak dapat dipercayai seluruhnya.
• Judgemental Overconfidence • Yaitu kecenderungan untuk terlalu percaya diri atau terlalu menilai tinggi (overestimate) keakuratan akan kepercayaan seseorang daripada kebenaran yang sewajarnya. Sebagai contoh “Saya yakin 98% jarak antara New Delhi & Bombay hingga 1000 mil”. Padahal kebenaran berdasarkan fakta bisa salah 30% dari dugaan itu. Orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi cenderung menjadi overconfident people.
Terima Kasih Mochamad Heriyanto Permana, S.Sn.