Modul ke:
Fakultas
Program Studi
www.mercubuana.ac.id
Kesalehan Sosial Rusmulyadi, M.Si.
• Secara bahasa makna kesalehan sosial adalah kebaikan atau keharmonisan dalam hidup bersama, berkelompok baik dalam lingkup kecil antar keluarga maupun dalam skala yang lebih luas, yaitu masyarakat dan bangsa
• Lima ciri penting manusia yang shaleh secara sosial adalah: – Memiliki spiritualitas yang diwujudkan dalam keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa – Taat pada norma, hukum dan etika yang ada dalam ajaran agama. – Memiliki kepedulian sosial yang salah satu perwujudannya ditandai dengan kesanggupan berbagi terhadap golongan yang lemah – Memiliki sikap toleran – Berorientasi ke depan sebagai salah satu wujud dari keimanan terhadap adanya hari akhir
– Peradaban yang dikehendaki Islam bukan peradaban yang lebih memperhatikan aspek materi, jasmani dan instink manusia atau kenikmatan dunia lainnya yang bersifat fana. Peradaban dalam Islam menghubungkan manusia dengan tuhannya. Peradaban dalam Islam membangun dimensi yang jauh lebih substantif dan esensial dalam diri manusia, yaitu spiritualitas dan moralitas yang senantiasa terhubung dengan rabb semesta alam.
• Allah SWT. menurunkan Islam sebagai dien, dengan maksud tertentu yakni agar orang beriman yang melaksanakan kewajiban syariat menjadi manusia-manusia yang berkarakter dan beradab, yang dalam istilah al Qur’an yaitu orang-orang bertakwa. Karenanya berbagai aktifitas ibadah dalam Islam mengarah kepada pembentukan manusia yang memiliki kualifikasi kemampuan mengemban misi peradaban ilahiah, kepribadian utuh dalam aspek ruhiah, akliah dan jasadiah. Esensi dasar dari aktifitas amal sholih adalah pembentukan dan pengembangan karakter-karakter unggul seorang muslim yang berbasiskan pada kemampuaannya untuk dapat mengendalikan diri dalam setiap tindak dan perbuatan.
• Dalam konteks kehidupan sosial, sikap ini sangatlah penting mengingat setiap idividu tidak bisa hidup menyendiri. Terkait dengan hidup bersama yang lainnya, Rasulullah SAW. bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a: “Seorang mu’min yang bergaul dengan masyarakat dan sabar atas rintangan mereka lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan masyaakat (menyendiri) serta tidak sabar atas rintangan mereka”.
• Pengendalian Diri – Pengendalian diri atau Penguasaan diri ( Self Regulation ) merupakan satu aspek penting dalam kecerdasan emosi ( Emotional Quotient ). Aspek ini penting sekali dalam kehidupan manusia sebab musuh terbesar manusia bukan berada di luar dirinya, namun justru berada di dalam dirinya sendiri. Dengan demikian, kemana pun seseorang pergi, maka orang tersebut selalu diikuti oleh “Musuh” nya.
• Lemah Lembut dan Ramah – Berlaku lemah lembut dan ramah bagian dari akhlak yang mulia. Seorang muslim yang baik harus menghindari dari sifat pemarah, keras hati, brutal dan kasar. Dan mengedepankan dalam segala hal sifat lemah lembut dan ramah tamah. Perhatikan firman Allah yang ditujukan kepada Nabi-Nya "Dan kalau kamu berhati keras (kasar), niscaya mereka akan menyingkir dari sisimu. " (QS Ali Imran: 159).
• Adil dan Proporsional – Al Qur’an menuntut kita untuk berbuat adil dalam segala hal dan adil dengan semua orang dengan memberikan hak masing-masing sesuai dengan haknya (proposional). Allah SWT. berfirman: “Dan Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berbuat tidak adil. Bersikap adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa". (Q.S Al-Maidah : 8)
• Bertutur Kata yang Baik dan Sopan – Islam mengarahkan umatnya agar senantiasa membiasakan diri bertutur kata yang baik dan santun, jika tidak diam juga bagian dari kemulian diri seorang mukmin. Sebagaimana Rasulullah bersabda: ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berkatakata yang baik atau hendaklah ia diam.” (HR Bukhari dan Muslim).
• Pemaaf – Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran al afwu yang berarti "menghapus" karena yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya.
– Janganlah kemarahan kita, membuat pintu maaf hati kita tertutup. Tidaklah mulia seorang muslim yang mengatakan kepada saudaranya, "Tiada maaf bagimu". Ahli hikmah mengatakan: Ingatlah dua hal dan lupakanlah dua hal. Lupakanlah kebaikanmu kepada orang lain dan lupakanlah kesalahan orang lain kepadamu.
•
Terima Kasih Rusmulyadi, M.Si.