METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi jalan di luar area yang melingkari Kebun Raya Bogor (KRB). Waktu pengumpulan data di lapang selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari sampai April 2009. Sedangkan pengolahan dan analisis data akan dilakukan di Kampus IPB Dramaga Bogor setelah pengumpulan data.
Gambar 3. Lokasi Penelitian Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi membahas estetika tapak menurut pemanfaatannya dengan menganalisis beberapa contoh faktor estetika sampai pada tahap sintesis rencana pengembangan pereklamean yang mengacu pada visual dan estetika reklame di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Beberapa rekomendasi disajikan untuk memberi solusi bagi permasalahan yang ada.
19
Metode dan Tahap Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis Scenic Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Metode ini berupaya untuk menghubungkan fakta dengan interpretasi yang tepat melalui survei lapang, studi literatur dan data instansional. Tahapan kerjanya meliputi tahap persiapan, pengumpulan data, analisis sintesis, dan rekomendasi (Gambar 4).
Gambar 4. Tahapan Kegiatan Penelitian
20
Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan terdiri dari: 1. Menetapkan tujuan dan arah penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil penelitian apakah telah mencapai tujuan dan arah penelitian. 2. Mendapatkan perizinan dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian. 3. Penyusunan rencana kerja dan biaya. 4. Pengkajian dan studi pustaka untuk memberikan batasan mengenai reklame, analisis visual, dan estetika lanskap jalan. 5. konsultasi, penulisan usulan penelitian dan perbaikan serta pengurusan izin penelitian. Pengumpulan Data Kegiatan ini meliputi pengumpulan data awal berupa data primer dan data sekunder serta penghayatan tapak. Data primer dapat diperoleh survei lapang, pemotretan, dan pembagian kuisioner SBE. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu buku acuan dan pustaka lainnya yang dapat mendukung penelitian ini. Untuk mendapatkan data kualitas estetika reklame digunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto. Metode ini mempunyai tiga tahapan utama, yaitu pengamatan lanskap dengan melakukan survei lapang, pemotretan objek, dan presentasi slide. Pertama, pengamatan tapak dengan melakukan survei lapang. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kondisi umum reklame di tapak dan menentukan contoh lanskap yang mewakili karakter-karakter yang diinginkan. Pada tahap ini peneliti mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame di Jalan Lingkar KRB. Pengamatan ini mengacu pada referensi studi pustaka mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi desain. Dari berbagai faktor estetika diambil beberapa yang cukup mempengaruhi estetika reklame di tapak. Selanjutnya, hasil survei tersebut menentukan titik-titik pengambilan gambar reklame (Vantage Point). Berdasarkan hasil survei
itulah ditentukan titik-titik pengambilan gambar
(vantage point) dengan menggunakan kaidah estetika dalam pemotretan di berbagai kondisi.
21
Setelah melakukan pengamatan tapak, peneliti melakukan pemotretan dengan kamera digital Olympus 8.0 Mega pixel untuk menghasilkan gambar yang berkualitas. Pemotretan dilakukan setinggi batas pandangan manusia dan sejajar dengan arah pandangan mata normal (Gunawan dan Yoshida, 1994). Pemotretan sebuah bangunan sebagai suatu keseluruhan pada sudut 27º dengan D/H= 2, dimana D adalah jarak dari bangunan ke pengamat dan H adalah ketinggian bangunan (Gambar 5). Perlakuan ini untuk menghasilkan hasil menyatu antara reklame dengan lanskap. Akan tetapi terdapat juga pemotretan yang tidak mengikuti kaidah tersebut. Hal ini dikarenakan situasi sekitar objek yang tidak kondusif seperti lokasi ramai, tidak ada ruang ideal untuk mengambil foto. Pemotretan dilakukan pada keadaan sepi dan keadaan pemandangan tidak terhalang. Selain itu, pengambilan gambar dilakukan pada siang hari dan malam hari (perlakuan pada kamera berbeda) untuk mengetahui kesan visual yang berbeda-beda. Foto hasil pemotretan diseleksi berdasarkan berbagai kriteria, yaitu kejelasan objek, ketajaman foto. Apabila tidak terjadi kesesuaian gambar terhadap arah dan maksud dari gambar, maka dilakukan pemotretan ulang.
Gambar 5. Bidang Penglihatan Mata Manusia (Sumber: Ashihara, 1970)
22
Setelah foto-foto untuk kondisi umum dan kontrol simulasi tapak dipilih, tahapan selanjutnya
adalah pembuatan simulasi dengan software Adobe
Photoshop CS2. Teknik yang digunakan adalah transform (merubah ukuran), replace color (merubah warna), dan stamp clone (mengedit gambar). Simulasi menggunakan foto-foto yang telah diambil pada tapak sebelumnya. Simulasi ini dibuat mempertimbangkan faktor-faktor reklame pada pengamatan untuk diuji nilai estetikanya. Adapun faktor-faktor yang disimulasikan adalah ukuran reklame, intensitas reklame, dan warna reklame. Selain simulasi foto-foto tersebut, pengujian faktor estetika menggunakan foto-foto kondisi umum lanskap untuk faktor jenis, pencahayaan, dan view reklame. Setiap foto harus menonjolkan faktor yang diinginkan agar tidak terjadi bias pada saat penilaian. 1. Ukuran Reklame Berdasarkan penelitian Zuliani (2006), ukuran reklame memiliki pengaruh nyata terhadap kualitas estetika lanskap. Pengurangan ukuran reklame yang ideal memiliki nilai esteika tinggi. Menurut Perda Bogor No. 4 Tahun 2005, ukuran reklame dibagi menjadi 2, yaitu reklame kecil dan besar. Jenis reklame dengan ukuran luas bidang reklame sampai dengan 6 m2 disebut reklame kecil. Jenis reklame dengan ukuran luas bidang reklame lebih dari 6 m2 disebut reklame besar. Dua Lanskap dipilih sebagai objek simulasi, yaitu Billboard KRB pintu 1 dan Billboard pertigaan Tugu Kujang. Pemilihan ini karena karakteristik lokasi yang mudah dilihat oleh pengendara bermotor dan pejalan kaki. Kedua billboard tersebut mempunyai ukuran besar, yaitu masing-masing 20m2 dan 30m2. Kedua billboard tersebut diperkecil hingga menjadi ukuran kecil, yaitu masing-masing menjadi 5 m2. Kedua reklame tersebut diperkecil hingga masing-masing menjadi 25% dan 16,6% dari ukuran semula. 2. Warna Reklame Berdasarkan penelitian Titi W (2007), pemilihan warna pada desain suatu objek dapat mempengaruhi kualitas estetika. Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam warna adalah chrome, yaitu mengenai, kekuatan, kesucian, dan intensitas warna (Grave, 1951). Peningkatan dan penurunan saturasi dapat mengubah nilai Chrome suatu warna sehingga peneliti berusaha untuk menguji faktor reklame. Penggunaan warna kuat atau dengan saturasi tinggi reklame
23
mendominasi pada setiap kawasan. Sedangkan warna saturasi lemah atau saturasi rendah pada reklame hanya banyak terdapat di Jalan Ottista. Dua lanskap dipilih sebagai objek simulasi, yaitu Billboard Fame n Famous Pajajaran dan Billboard depan Pangrango Plaza. Pemilihan ini karakteristik lokasi yang mudah dilihat oleh pengendara bermotor dan pejalan kaki. Kedua reklame tersebut mempunyai saturasi warna yang berbeda. Billboard BCA mempunyai warna dengan saturais tinggi dan Billboard Fame n Famous mempunyai warna dengan saturasi rendah. Kedua reklame tersebut diberi perlakuan menaikkan saturasi hingga 75% dan menurunkannya hingga 75%. 3. Jenis Reklame Bentukan desain yang dapat mencerminkan jenis desain mempengaruhi estetika suatu objek. Hal ini sesuai dengan ASLA (1979) yang mengemukakan bahwa karakter visual yang menentukan estetika desain dipengaruhi oleh form. Menurut bentuk atau jenisnya, reklame dibagi menjadi 13 jenis, yaitu Reklame Bando, reklame rombong, reklame peragaan, reklame film atau slide, reklame suara , reklame udara, reklame berjalan, reklame selebaran atau brosur, reklame baliho, reklame papan (billboard), megatron, videotron, large electronic display (LED), video wall dan dynamic wall, umbul-umbul atau banner atau spanduk, reklame poster atau tempelan stiker. Sepanjang Jalan Lingkar KRB terdapat lima jenis reklame yang dipasang, yaitu billboard, spanduk, reklame rombong, poster, dan banner. Sepuluh lanskap dipilih untuk dijadikan objek dengan dua foto menunjukkan satu jenis reklame. Reklame dipilih karena karakteristiknya yang menonjol di masing-masing lokasi dan cukup strategis dari pandangan pejalan kaki atau pengendara bermotor. 4. Intensitas Berdasarkan pengamatan, intensitas reklame pada tapak bervariasi. Desain akan bernilai tinggi jika memperhatikan prinsip-prinsip desain yang salah satunya adalah Scale berupa intensitas dan lain-lain (Reid, 1993). ASLA (1979) menyatakan bahwa aspek sumberdaya visual diversity (fungsi dalam jumlah) dapat mempengaruhi visual pengamat sehingga mempengaruhi nilai estetika. Komponen lanskap yang memiliki jumlah, keragaman, dan pola yang sesuai dan harmonis akan memiliki nilai estetika yang tinggi. Foto kontrol diambil pada
24
tapak, yaitu reklame yang terdapat pada lapangan sempur. Reklame terdiri dari billboard dan spanduk dengan total intensitas lima reklame. Setelah itu, foto tersebut disimulasikan dengan menghilangkan reklame menjadi tiga, satu, dan tanpa reklame. Intensitas reklame yang lebih dari 5 pada suatu titik dengan radius 10 meter (titik akurasi GPS) dapat dikatakan sebagai intensitas tinggi. Pembagian kelas ini berdasarkan pengamatan visual persebaran reklame yang menunjukkan kepadatan jika pada suatu tapak terdapat lebih dari 5 reklame pada radius 10 meter. 5. Pencahayaan Berdasarkan penelitian Astuti (2006), Pengaruh pencahayaan dapat mempengaruhi estetika suatu objek. Pembagian Pencahayaan pada tapak dibagi menjadi dua menurut sumbernya, yaitu pencahayaan pada siang hari dan malam hari. Perbedaan sumber pencahayaan ini dijadikan perlakuan faktor-faktor estetika pada reklame. Vantage Point untuk faktor pencahayaan diambil pada tiga tempat, yaitu reklame dekat Tugu Kujang, Billboard dekat Pangrango Plaza, dan Billboard Hotel Sahira. Mula-mula, pemotretan dilakukan siang hari pada sudut tertentu. Setelah itu, pemotretan pada malam hari dilakukan pada posisi dan sudut yang sama dengan gambar siang hari. Untuk mempermudah pengambilan gambar pada malam hari, titik pengambilan gambar diberikan tanda setelah pemotretan pada siang hari sehingga. 6. View Sekitar Meliawati (2003) yang menyebutkan elemen lanskap yang dominan terhadap kualitas estetika lanskap adalah vegetasi, bangunan, perkerasan, air, dan langit. Pada Lingkar Jalan KRB, elemen yang cukup menonjol adalah bangunan (gedung) dan vegetasi. Lebih lanjut, Meliawati mengatakan elemen langit tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kualitas estetika. Sedangkan untuk perkerasan dan air, pengaruhnya tidak menonjol jika skala visual dari elemen tersebut tidak besar pada suatu tapak. Berdasarkan hal ini, vegetasi dan bangunan menjadi prioritas utama yang diujikan pada tapak ini. Enam lokasi diambil yang mengkondisikan view tersebut, yaitu billboard dekat lapangan sempur, Spanduk dekat Tugu Kujang, Kios-kios Jalan Ottista, Billboard BTM, reklame BHI, dan Reklame Hotel Sahira.
25
Tahapan selanjutnya adalah presentasi slide. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan penilaian terhadap lanskap dan simulasi lanskap yang dihadirkan dalam bentuk slide. Mekanisme presentasi ini adalah menampilkan 74 slide kepada sekitar 40 responden untuk dinilai. Ada dua tahap pada presentasi slide ini, yaitu kuisioner kondisi umum tapak dan kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi reklame tapak. Tiap satu slide para responden diberi waktu sekitar 8 detik untuk mengamati dan menilai gambar. Waktu tersebut dinilai cukup karena responden adalah mahasiswa. Mahasiswa yang dipilih adalah mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 9 berusia 20-23 tahun yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang visual. Hasil responden tersebut dinilai cukup mewakili karena responden penelitian ini terdiri atas kalangan mahasiswa yang dianggap paham, kritis, dan perduli terhadap lingkungan. Para responden tersebut diharapkan dapat mengelompokkan pemandangan berdasarkan rangking atau skala penilaian dari 1 sampai dengan 10. Angka 1 menunjukkan lanskap yang tidak disukai, sedangkan angka 10 menunjukkan lanskap yang sangat disukai. Khusus untuk uji SBE faktor-faktor estetika reklame, penilaian SBE lebih ditekankan
pada
faktor-faktor
yang
diarahkan
oleh
peneliti
tanpa
mempertimbangkan faktor lainnya. Sebelum dimulai, peneliti menjelaskan kriteria-kriteria penilaian faktor tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya pengamatan faktor lain pada penilaian oleh responden. Pengamatan perlakuan tersebut dapat menghasilkan nilai yang bias pada perlakuan. Hasil dari uji SBE akan menghasilkan penilaian estetika dari reklame dengan kategori penilaian estetika tinggi, sedang, dan rendah dari tiap-tiap objek gambar (Booster, 1976). Selain itu, hasil uji ini juga dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi estetika reklame berdasarkan pengamatan tapak. Hasil uji SBE ini lebih lanjut dianalisis menggunakan analisis visual, estetika lanskap jalan, dan aspek legal berdasarkan studi pustaka dan literatur yang ada. Pengolahan dan Analisis Data Data presentasi slide diolah secara kuantitatif dengan menggunakan metode statistik. Setelah itu, berbagai kategori pemandangan dari slide tersebut dikaji berdasarkan analisis visual dan tata letak berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
26
Rangking penilaian SBE reklame dapat dihitung dengan rumus: SBEX = (ZLX – ZLS) X 100 SBEX : nilai SBE titik ke X ZLS
: Nilai rata–rata Z titik ke X
ZLX
: Nilai rata-rata Z titik yang digunakan sebagai standar. Kualitas estetika dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu estetika tinggi,
sedang,
dan
rendah.
Untuk
memperoleh
data
tersebut,
tiap
reklame
dikelompokkan berdasarkan rangking atau skala penilaian dari 1 sampai 10. Bila suatu lanskap dinilai oleh responden dengan nilai dominan 5-6. Maka nilai z lanskap tersebut akan mendekati nol dan dapat diasumsikan memiliki nilai estetika lanskap antara tinggi dan rendah atau bisa disebut estetika normal. Lanskap dengan nilai z mendekati nol dapat digunakan untuk menduga kualitas estetika lanskap lain secara relatif terhadap titik tengah skala penilaian atau lanskap dengan estetika pemandangan sedang. Kriteria sedang adalah lanskap dengan nilai -20<SBE<20. Kriteria tinggi adalah lanskap dengan nilai SBE >20. Sedangkan kriteria rendah adalah lanskap dengan nilai SBE <20 (Boster, 1976). Setiap rangking dihitung jumlah frekuensi kumulatif, peluang kumulatif, dan nilai z berdasarkan tabel (Daniel dan Booster, 1976). Pengelompokkan didasarkan oleh sebaran normal dengan uji sebaran normal menggunakan software Microsoft Excel. Pengelompokkan dilakukan dengan metode kuartil. Frekuensi (f) merupakan perhitungan jumlah responden yang menilai untuk masing-masing rating berdasarkan satu lanskap foto. Peluang kumulatif (cp) adalah frekuensi kumulatif dibagi jumlah responden. Nilai z diperoleh dengan program Microsoft Excel menggunakan rumus Normsinv dikali peluang kumulatif (Normsinv x cp),. Untuk peluang kumulatif (cp) bernilai 1, perhitungan nilai z menggunakan rumus peluang kumulatif = ½(2n). Sedangkan perhitungan peluang kumulatif bernilai 0 menggunakan rumus peluang kumulatif = ½(2n). Nilai ratarata z yang diperoleh merupakan standar penilaian untuk menduga estetika pemandangan. Nilai z titik ke x diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan nilai z responden titik ke x dan kemudian dihitung rata-ratanya. Untuk mendapat nilai SBE titik ke x, nilai z titik ke x dikurangi nilai z standar dan kemudian dikalikan
27
dengan 100. Nilai z standar dapat diperoleh dengan mencari nilai z pada seluruh titik yang paling mendekati nilai 0. Nilai z standar ini mencerminkan keadaan stabil atau kontrol. Sintesis dan Solusi Kegiatan ini membuat suatu sintesis dan solusi permasalahan dari hasil analisis visual reklame sepanjang Jalan Lingkar KRB. Data analisis penilaian estetika melalui SBE, analisis visual, dan mengkajian menurut aspek legal digabungkan dan kemudian dibuat sintesisnya. Rekomendasi ini dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan estetika kawasan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah analisis visual reklame yang dituangkan dalam bentuk konsep rekomendasi, spasial zonasi rekomendasi, dan visual reklame 3 dimensi. Bentuk simulasi Untuk mengetahui spasial solusi yang dihasilkan, maka dibuat bentuk simulasi 3D menggunakan Software Sketchup dengan bantuan peta dasar BAPPEDA.