III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu dari Februari 2009 – Juli 2009. Jalan Slamet Riyadi mempunyai panjang sekitar 4,6 km. Kawasan Jalan Slamet Riyadi ini termasuk ke dalam administrasi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Serengan, dan Kecamatan Pasar Kliwon. Gambar 3 berikut merupakan peta lokasi studi.
Gambar 3. Lokasi Penelitian
3.2. Bahan dan Alat Bahan yang dimaksud yaitu data yang digunakan untuk melengkapi studi ini. Data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil di lapangan berupa letak koordinat, foto, kuesioner tentang keinginan penduduk serta pengunjung, dan
18
informasi yang didapat dari wawancara. Adapun data sekunder didapatkan dari berbagai pustaka dan informasi dari pihak-pihak terkait. Tabel 3 berikut ini menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk pengambilan data di lapang dan pengolahan data di studio. Tabel 3. Alat Pengambilan Data, beserta Kegunaan, dan Keluarannya Alat
Kegunaan
Keluaran
Kegiatan Lapang Global Positioning System (GPS) Kamera digital
Menandai serta menentukan koordinat beberapa tempat di lokasi penelitian. Mendokumentasikan obyek yang diamati di lapang.
Peta
Kegiatan Studio Kertas dan alat gambar Mengolah draft perencanaan. Komputer Grafis Dan Berbagai Aplikasinya : Mengolah data tulisan (text) berupa deskripsi dan Microsoft Word seluruh pelaporan tulisan. Koreksi geometris pada peta yang digunakan dan AutoCAD Land i pengolah data awal dari GPS. Membuat gambar rencana lanskap, potongan, dan AutoCAD berbagai gambar yang berhubungan dengan spasial. Membuat ilustrasi dari rencana dibuat. SketchUp CorelPhotoPaint dan Adobe Pothoshop CorelDraw
Membuat ilustrasi gambar dan memperhalus tampilan gambar yang telah dibuat dengan AutoCAD dan Sketch Up. Layout hasil akhir gambar.
Foto
Peta Laporan tertulis Peta Peta Gambar perspektif Peta Gambar Peta Gambar
3.3. Batasan Studi Studi ini dilaksanakan sampai pada tahap perencanaan yang hasilnya berupa tulisan dan gambar. Rencana yang dihasilkan berupa rencana jalur interpretasi dan rencana lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya Jalan Slamet Riyadi, Kota Surakarta. 3.4. Metode Studi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelusuran sejarah yang terdiri dari studi literatur, wawancara dengan narasumber, dan pengamatan lapang (survey). Adapun tahapan kerjanya didasarkan pada tahapan perencanaan menurut Gold (1980). Tahapan-tahapan perencanaan tersebut adalah: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Penelitian ini hanya akan dilaksanakan hingga tahap perencanaan dengan
19
penambahan tahap penyusunan konsep sebelum tahap perencanaan. Gambar tahapan proses studi yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 4. Persiapan
Tujuan penelitian Usulan penelitian Informasi sementara
Penentuan batas tapak
Pengumpulan Data/ Inventarisasi
Analisis
Pra penelitian
Data primer dan data sekunder
Kondisi Umum
Deskripsi
Aspek Biofisik
Aspek Sejarah
Aspek Budaya
Aspek Wisata
Identifikasi dan Analisis
Peta Komposit
Sintesis
Rencana blok/ Block plan
Konsep Dasar Rencana Lanskap
Penyusunan Konsep
Konsep Dasar Jalur Interpretasi
Konsep Pengembangan
Perencanaan Lanskap
Rencana Jalur Interpretasi
Rencana Lanskap Jalur Interpretasi Wisata Sejarah Budaya Jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta
Rencana Ruang` Rencana Sirkulasi Rencana Aktivitas dan Fasilitas Menentukan Jalur Intrepretasi dan Rencana Lanskap
Gambar 4. Tahapan Proses Penelitian (Modifikasi Gold 1980)
20
3.5. Tahapan Studi 3.5.1. Persiapan Tahap persiapan mencakup kegiatan penetapan tujuan perencanaan, penyusunan rencana kerja dan biaya yang terangkum dalam usulan penelitian, dan pengumpulan infomasi sementara tentang lokasi yang akan diteliti. 3.5.2. Pengumpulan Data/Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data dan semua informasi yang berkenaan dengan kondisi lokasi studi. Tahap inventarisasi ini bertujuan memenuhi salah satu tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan aspek sejarah dan budaya kawasan perencanaan. Data berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapang (pengamatan dan pengukuran), wawancara, dan kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan secara acak di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dengan jumlah responden empat puluh orang (Lampiran1). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari buku acuan, data dari dinas terkait, serta pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup studi. Data yang diambil adalah meliputi data aspek biofisik, aspek sejarah, aspek budaya, dan aspek wisata. Selain keempat aspek tersebut juga digunakan data kondisi umum. Data pada kondisi umum digunakan untuk mengenali kawasan yang akan dipelajari. Data yang digunakan dalam studi ini ditampilkan pada Tabel 4. Wawancara3 dilakukan dengan berbagai pihak sesuai dengan bidang keahlian dan profesi yang dimiliki. Data aspek sejarah dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Sumber yang diwawancara adalah Drs. Soedarmono, beliau adalah ahli sejarah Kota Solo dan juga merupakan dosen sejarah di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3
Sumber wawancara: (1) Ir Arif Nurhadi sebagai Kepala Bidang Cagar Budaya Dinas Tata Kota Surakarta, (2) Drs. Soedarmono sebagai Pakar Sejarah Kota Solo dan Dosen Sejarah Uiversitas Sebelas Maret (UNS), dan (3) Ir. Tri Suryo Kuncoro dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, dan juga sebagai pengamat sejarah Kota Solo. (4) Pak Budi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta. (5) Eddy Harpanto dan Hariyoko dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
21
Tabel 4. Jenis, Sumber, Cara Pengambilan Data, dan Bentuk Data No
Jenis Data
Sumber
Cara Pengambilan Data
Bentuk Data
1.
KONDISI UMUM Jumlah dan Kepadatan Penduduk (Demografi)
BPS
Studi Pustaka
Tabel, Deskripsi
2.
Promosi Wisata
Disparbud
3.
Program dan Rencana Pemerintah Kota Tingkat Kunjungan Wisatawan Persepsi serta keinginan pengunjung
Dinas Tata Kota, Dishub Disparbud
Wawancara, Studi Pustaka Wawancara, Studi Pustaka Studi Pustaka
Lapangan
Kuesioner
Lalu Lintas Jalan Slamet Riyadi
Dishub
Studi Pustaka
Gambar, Deskripsi Gambar, Deskripsi Tabel, Deskripsi Diagram, Deskripsi Deskripsi
Dinas Tata Kota, Lapangan Lapangan Dinas Tata Kota Dinas PU BMG Dinas Pertamanan,
Observasi
Peta, Deskripsi Peta, Deskripsi Peta, Deskripsi Tabel, Deskripsi Deskripsi Foto, Tabel, Deskripsi
Dinas Tata Kota Dinas PU, Lapangan,
Observasi Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka, Wawancara, Pengamatan Pengamatan, Wawancara,
Lapangan, Dinas Tata Kota
Pengamatan, Wawancara
Foto, Deskripsi
Responden Ahli
Wawancara, Studi Pustaka
Gambar, Deskripsi.
Disparbud
Wawancara, Studi Pustaka
Tabel, Deskripsi
Responden Ahli, Disparbud, Lapangan
Studi Pustaka, Wawancara, Pengamatan Studi Pustaka, Wawancara,
Peta, Foto, Deskripsi
4. 5. 6.
7.
ASPEK BIOFISIK Batas wilayah perencanaan
8. 9. 10. 11. 12.
Aksesibilitas dan Sirkulasi RTRW Kota Surakarta Kemiringan Tanah Iklim dan Kenyamanan Vegetasi
13.
Struktur Perkerasan dan Utilitas Jalan Slamet Riyadi. Fasilitas Wisata
14.
Gambar, Deskripsi
ASPEK SEJARAH 15.
Perubahan Karakter Lanskap ASPEK BUDAYA
16.
Hasil Kebudayaan
17.
ASPEK WISATA Obyek Wisata
18.
Atraksi Wisata
Disparbud, Lapangan
Peta, Foto, Deskripsi
3.5.3. Analisis Tahap analisis dilakukan untuk memenuhi tujuan identifikasi dan analisis terhadap sumbar daya wisata sejarah dan budaya. Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan analisis spasial. Analisis dilakukan pada aspek berikut: aspek biofisik, aspek sejarah, aspek budaya, dan aspek wisata. Penggabungan
22
analisis dari berbagai aspek tersebut merupakan peta komposit yang merupakan hasil akhir dari analisis. Adapun peta komposit merupakan overlay dari analisis aspek sejarah, aspek budaya, sub aspek obyek dan sub aspek atraksi wisata (Gambar 5). Hasil analisis kemudian digunakan sebagai dasar tahap selanjutnya yaitu tahap sintesis.
Gambar 5. Overlay Data Peta Komposit
Aspek biofisik dilakukan untuk mengetahui karakteristik kawasan yang direncanakan. Analisis dilakukan terhadap seluruh sub aspek, baik secara deskriptif maupun analisis spasial. Analisis spasial dilakukan pada sub aspek sirkulasi karena sub aspek ini sangat berhubungan aktivitas wisata yang direncanakan. Selanjutnya pada sub aspek iklim dan kenyamanan, untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat kenyamanannya digunakan rumus Thermal Humidity Index/THI (Fandelli dan Muhammad 2009):
THI = 0,8 T + (RH x T) 500
Dengan ; T = suhu udara (ºC), RH = kelembaban nisbi udara (%).
Analisis aspek sejarah dilakukan dengan metode penelusuran sejarah, yaitu analisis sejarah perkembangan kota. Dari analisis yang dilakukan didapatkan zonasi umum perkembangan kota pada masa lampau. Pada aspek budaya, analisis yang dilakukan adalah analisis bentuk kebudayaan. Analisis yang dilakukan menghasilkan zonasi kawasan modern, moderat, dan tradisional. Pembagian kawasan ke dalam tiga zona tersebut perlu
23
dilakukan untuk mempertahankan karakter zona yang masih bersifat tradisional dan meningkatkan citra zona modern dan moderat agar mendukung kegiatan wisata zona tradisional. Analisis aspek wisata dilakukan pada sub aspek obyek wisata dan atraksi wisata. Pada analisis obyek wisata, analisis yang digunakan adalah analisis daya tarik wisata andalan. Sedangkan pada analisis atraksi wisata digunakan analisis persebaran atraksi wisata. Tabel 5 menerangkan kriteria pembobotan dalam analisis sumber daya wisata dengan pendekatan kualitas obyek wisata pada obyek-obyek wisata sejarah dan budaya. Kriteria yang digunakan merupakan modifikasi dari Pedoman dan Daya Tarik Wisata Andalan oleh Depbudpar (2001), sedangkan pembobotan menggunakan metode wawancara dengan tiga responden ahli4. Ketiga proporsi bobot dari masing-masing pakar kemudian diambil rata-rata dan digunakan sebagai dasar pembobotan (Tabel 5). Tabel 5. Kriteria Pembobotan dalam Analisis Daya Tarik Obyek Wisata Aspek Nilai Historis
Keaslian Arsitektural dan Tata Ruang
Lingkungan sekitar
Nilai Edukasi
Bobot* 35%
33,3%
18,3%
13,3%
Kriteria
Nilai
Internasional
30
Nasional
20
Lokal
10
Tinggi
30
Sedang
20
Rendah
10
Asli dan Mendukung
30
Tidak Asli tapi Mendukung
20
Tidak Mendukung
10
Tinggi
30
Sedang Rendah
20 10
Ket : *) Hasil penilaian respondenr ahli (expert judgement). Sumber : Depbudpar 2001 (Modifikasi)
4
Responden ahli yang diwawancara: (1) Ir Arif Nurhadi sebagai Kepala Bidang Cagar Budaya Dinas Tata Kota Surakarta, (2) Drs. Soedarmono sebagai Pakar Sejarah Kota Solo dan Dosen Sejarah Uiversitas Sebelas Maret (UNS), dan (3) Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. sebagai Dosen M.K. Pelestarian Sejarah Budaya Lanskap Institut Pertanian Bogor.
24
Aspek sejarah mempunyai tiga kriteria, yaitu: internasional, nasional, dan lokal. Obyek wisata dengan kriteria internasional merupakan obyek sejarah budaya yang mempunyai hubungan langsung dengan pemerintahan bangsa lain dan juga mempunyai aspek wisata yang menarik dan unik hanya terdapat di Kota Solo yang bertaraf internasional. Sedangkan kriteria nasional diperuntukkan bagi obyek yang memiliki peranan penting bagi perkembangan sejarah budaya bangsa Indonesia. Adapun kriteria lokal ditujukan untuk obyek yang menjadi sentra aktivitas kebudayaan bagi masyarakat setempat. Aspek keaslian arsitektural dan tata ruang dibagi ke dalam tiga kriteria, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria tinggi adalah untuk obyek wisata yang berupa area dengan keaslian arsitektural lebih dari 50%. Sedangkan kategori sedang obyek wisata berupa area dengan keaslian di bawah 50% atau obyek wisata berupa node dengan keaslian arsitektural di atas 50%. Adapun kategori tinggi adalah obyek berupa node dengan perubahaan di bawah 50% atau obyek yang dari awalnya memang sengaja dibangun sebagai sentra budaya tetapi tidak mempunyai sejarah khusus. Aspek lingkungan sekitar dibagi ke dalam tiga kriteria, yaitu: asli dan mendukung, tidak asli tapi mendukung, dan tidak mendukung. Kriteria asli dan mendukung adalah kriteria bagi obyek yang lingkungan sekitarnya dari dulu mempunyai peruntukan yang sama dengan saat ini dan mendukung untuk kegiatan wisata, contohnya adalah pasar tradisional dan pemukiman. Sedangkan contoh dari kriteria tidak asli tapi mendukung adalah lingkungan berupa hotel, restoran, dan gallery. Adapun kriteria tidak mendukung adalah bagi obyek yang lingkungan sekitarnya tidak mendukung kegiatan wisata sejarah budaya, seperti diskotik. Aspek edukasi dibagi ke dalam tiga kriteria, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria tinggi diberikan untuk obyek yang mempunyai nilai tinggi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dan wisatawan, contohnya adalah: museum, gallery, obyek yang mempunyai atraksi wisata reguler, dan lain-lain. Sedangkan nilai sedang diberikan kepada obyek yang juga mempunyai nilai edukatif, tapi lebih bersifat pasif, contohnya: bangunan, tugu, monumen, patung, obyek wisata yang mempunyai atraksi wisata temporal, dan lain-lain. Adapun
25
kriteria rendah diberikan pada obyek-obyek yang nilai edukatifnya sangat rendah, contohnya: obyek sejarah yang beralih fungsi atau kurang bersifat publik. Selanjutnya hasil dari skoring penilaian daya tarik wisata dispasialkan ke dalam tiga kelas zona obyek, yaitu kualitas rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mendapatkan selang interval tiga kelas tersebut adalah dengan menggunakan rumus statistik Sturges (Tentua 2010):
IK = Range K
Dimana ; IK Range K
= Interval Kelas = selisih nilai antar kelas (nilai tertinggi - nilai terendah) = Jumlah kelas yang diinginkan
Rumus di atas juga bisa digunakan untuk mencari selang interval pada skoring yang lain. Variabel K bisa dirubah sesuai dengan jumlah kelas yang diinginkan. Dalam penelitian, rumus ini akan digunakan dua kali, yaitu penentuan selang interval pada analisis obyek wisata dan peta komposit.
3.5.4. Sintesis Dari hasil analisis seluruh data dan overlay peta, maka dihasilkan solusi berupa alternatif terbaik pengembangan ruang yang direncanakan dalam bentuk block plan/rencana blok. 3.5.5. Penyusunan Konsep Tahap konsep merupakan dasar sebelum tahap perencanaan. Pada tahap ini ditentukan konsep dasar perencanaan yang terdiri dari konsep dasar rencana lanskap dan konsep dasar jalur interpretasi. Konsep dasar kemudian dikembangan, terdiri dari konsep ruang, konsep sirkulasi , konsep jalur interpretasi, dan konsep aktivitas dan fasilitas. 3.5.6. Perencanaan Jalur Interpretasi Pada rencana jalur interpretasi, kawasan dibagi ke dalam beberapa segmen jalur interpretasi berdasarkan analisis pada tahap sebelumnya. Tiap segmen tersebut ditentukan tema yang sesuai berdasarkan karakter dominan zona tersebut. Selanjutnya perencanaan jalur interpretasi ini dilanjutkan sampai tahap perencanaan lanskapnya.
26
3.5.7. Perencanaan Lanskap Jalur Interpretasi Tahap perencanaan lanskap ini difokuskan pada rencana jalur interpretasi wisata. Pada tahap ini dibuat rencana lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya yang mempertimbangkan konsep yang telah ditetapkan dan rencana jalur interpretasi yang dibuat pada tahap sebelumnya. Rencana lanskap ini termasuk di dalamnya rencana ruang, rencana sirkulasi, serta rencana aktivitas dan fasilitas. Rencana lanskap dibuat dalam format kertas A3 dan mempunyai 3 segmen zona perencanaan. Selain itu rencana lanskap juga dilengkapi dengan ilustrasi pendukung berupa gambar suasana dan gambar referensi.