3 METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan PPI Lempasing, Teluk Lampung, Propinsi Lampung.
Kawasan PPI Lempasing merupakan pusat kegiatan
perikanan tangkap di Teluk Lampung (Gambar 3). Di lokasi seperti ini terjadi interaksi di antara berbagai stakeholderss terkait dengan pengelolaan perikanan tangkap termasuk terlengkap di Propinsi Lampung.
Gambar 3 Peta lokasi penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan, dimulai dari bulan Oktober 2006 sampai dengan Juni 2007. Kegiataan penelitian dimulai dengan penyusunan rencana penelitian selama 2 semester yang mencakup draf rencana penelitian, sidang komisi 1 dan persetujuan rencana penelitian, kemudian orientasi lapangan di lokasi penelitian selama 1 semester yang mencakup survei pra
43
penelitian dan koordinasi dengan stakeholders terkait, pengumpulan data selama 3 semester mencakup survei ke dua dengan mengambil data keadaan umum, sosial ekonomi, konflik, potensi perikanan tangkap dan survei ke tiga dengan mengambil data interaksi dan strategi pengelolaan, dan cakupan pengumpulan data sekunder, pengolahan data dan analisis data serta penyusunan disertasi. Rincian waktu pelaksanaan penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rincian waktu pelaksanaan penelitian Waktu Pelaksanaan (Semester) No.
Kegiatan
1
Penyusunan Rencana Penelitian - Draf Rencana Penelitian - Sidang Komisi I - Persetujuan Rencana Penelitian Orientasi Lapangan - Survei Pra Penelitian - Koordinasi dengan Stakeholderss Terkait Pengumpulan Data - Survei II (data keadaan umum, sosial ekonomi, konflik, potensi perikanan tangkap) - Survei III (data interaksi dan strategi pengelolaan) - Pengumpulan Data Sekunder Analisis Data dan Penyusunan Disertasi - Analisis Data dari Survei II - Analisis Data dari Survei III - Draf Disertasi Proses penulisan Disertasi/Penyelesaian Studi - Sidang Komisi II - Kolokium dan Seminar - Publikasi di Jurnal - Sidang Komisi III - Ujian Tertutup - Ujian Terbuka Penyerahan Disertasi
2006 2007 I
1
2
3
4
5
II
2008 III
IV
2009 V
VI
44
3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan Dalam penelitian ini, berbagai jenis data dikumpulkan untuk mengetahui kondisi umum perikanan tangkap di Teluk Lampung, fenomena konflik yang terjadi di antara para stakeholders perikanan tangkap yang berbasis di Lempasing, dan persepsi para stakeholders terhadap perikanan tangkap yang berlangsung, khususnya faktor-faktor konflik dan solusi untuk menangani konflik perikanan tangkap. Menurut ketersediaannya, jenis data yang dikumpulkan secara umum dapat dibedakan menjadi data primer dan data sekunder.
Data primer
dikumpulkan langsung oleh peneliti di lapangan sedangkan data sekunder adalah data yang sudah tersedia di lapangan, umumnya dalam bentuk dokumen, statistik, laporan atau catatan dari sejumlan institusi atau individu. Adapun jenis data yang dikumpulkan, baik dari jenis data primer maupun data sekunder, adalah meliputi : 1)
Potensi perikanan tangkap di Teluk Lampung yang mencakup potensi sumber daya ikan,
kapal perikanan, alat penangkapan ikan, daerah
penangkapan ikan dan produksi ikan yang didaratkan serta kegiatan pengelolaan sumber daya perikanan tangkap di Lampung. 2)
Kondisi
sosial ekonomi dan budaya, terutama yang berkaitan dengan
konflik-konflik pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung. Data ini mencakup kepentingan para stakeholders, kepentingan dan
interaksi
stakeholders dalam hal pengembangan kawasan, penentuan harga ikan, dan penanganan berbagai kasus di lokasi (illegal fishing, pemerasan, dan lainnya), pengelolaan fishing ground, pengelolaan PPI, penanganan konflikkonflik pengelolaan, dan lain-lain.
3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Metode pengumpulan data primer Data yang bersifat perspektif stakeholders diperoleh dari wawancara terhadap sejumlah responden (170 orang). Wawancara ini menggunakan daftar pertanyaan agar terfokus pada jenis data yang akan dikumpulkan. Responden
45
dipilih berdasarkan kompetensinya sebagai stakeholders dari perikanan tangkap. Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan adalah pemilihan kelompok sampel responden.
Kelompok sampel ini adalah penangkap ikan (nelayan),
pedagang/pengolah ikan, masyarakat biasa, pengelola PPI Lempasing, personil Dinas Kelautan dan Perikanan, personil Pemerintah Daerah lainnya, dan investor/pengusaha perikanan.
Kelompok sampel responden tersebut memiliki
ciri-ciri diantaranya adalah terlibat atau mempunyai kaitan dengan kegiatan perikanan tangkap di PPI Lempasing, baik secara langsung maupun tidak langsung, berinteraksi dengan kelompok pelaku kegiatan perikanan tangkap, baik karena kegiatannya maupun karena lokasi kegiatannya. Responden dari kelompok sampel tersebut merupakan perwakilan kelompok stakeholders yang terkait dengan kegiatan perikanan tangkap di PPI Lempasing, Teluk Lampung, mengetahui banyak hal termasuk konflik, mengikuti perkembangan pembangunan perikanan tangkap setempat, dan hal-hal lain yang relevan.
Jumlah responden untuk kepentingan analisis Structural Equation
Modelling (SEM) mencapai 150 orang sedangkan untuk Analitycal Hierarchy Process (AHP) mencapai 20 orang. Kedua jenis responden tersebut dipilih secara purposive dengan memperhatikan posisi atau hubungan responden dengan kegiatan perikan tangkap, tingkat pendidikan, lama keterlibatan berinteraksi dengan kegiatan perikanan tangkap dan skala usaha perikanan tangkap yang dikelola. Pengumpulan data responden menggunakan teknik wawancara pada kondisi tertentu dapat dipadukan dengan teknik contingent value method (CVM). Teknik wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi, baik yang tersedia ataupun yang tidak tersedia tetapi dapat dipahami oleh responden. CVM dilakukan untuk mengumpulkan data penting terutama yang berkaitan dengan keuangan namun maksudnya sulit dipahami responden. CVM dilakukan dengan menciptakan dan membahas kondisi pasar hipotesis dan penawaran menyatu.
3.3.2 Metode pengumpulan data sekunder
46
Data sekunder diperoleh dari dokumen tentang studi kasus dan literatur, pendapat pakar, dan kombinasi ketiganya. Jenis dokumen untuk studi kasus dan literatur adalah laporan pengelolaan konflik di suatu lokasi, hasil studi keterlibatan stakeholderss/lembaga dalam pengelolaan perikanan rakyat, literatur interaksi sosial budaya, dan pengelolaan konflik, hasil studi pengelolaan perikanan tangkap, dan lain-lain. Dokumen ini diperoleh dari Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung, Pemerintah Provinsi Lampung, Departemen Kelautan dan Perikanan, Lembaga Penelitian dan sejenisnya, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Perpustakaan IPB, dan perorangan. Pendapat pakar digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak ditemukan atau kurang jelas dari hasil penelitian atau literatur. Termasuk dalam kelompok pakar ini adalah birokrat, pengamat, maupun akademisi yang berkompeten di bidang perikanan tangkap khsususnya mengetahui banyak penanganan konflik yang terjadi. Jumlah pakar dalam penelitian ini mencapai 7 orang, mereka berasal dari Pemerintah Daerah (2 orang), lembaga penelitian (2 orang), perguruan tinggi (2 orang) dan lembaga swadaya masyarakat (1 orang). Data atau informasi yang dikumpulkan umumnya mengenai perkembangan dan penanganan konflik, analisis prospek, dan masalah kebijakan yang berkaitan perikanan tangkap dan konflik yang terjadi di Lempasing, Lampung.
3.4 Metode Analisis 3.4.1 Pendekatan sistem Pendekatan sistem merupakan metodologi generik untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks. Pendekatan ini mempunyai tahap yang sistemasis, dimulai dari kegiatan identifikasi sejumlah komponen atau aktivitas terkait yang membentuk suatu sistem. Pada tahap awal tersebut, analisis dilakukan untuk mengetahui berbagai kepentingan dan aktivitas terkait dengan pemecahan yang objektif dan lebih baik tentang permasalahan pengelolaan perikanan tangkap di PPI Lempasing, Teluk Lampung. Identifikasi dilakukan secara komprehensif, yaitu mencakup analisis terhadap setiap komponen atau kegiatan. Dari analisis
47
terhadap satu komponen dapat diketahui peluang dampak negatif atau positif di masa mendatang.
Setelah itu, analisis komprehensif akan memecahkan
permasalahan yang optimal dengan mempertimbangkan dampak yang dihasilkan oleh setiap komponen atau kegiatan. Sistem yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari komponen kegiatan yang saling terkait dan terorganisir untuk menciptakan suatu konsep pengelolaan dan kesejahteraan yang berkelanjutan di PPI Lempasing sebagai tujuan dari adanya kegiatan pengelolaan. Dalam pendekatan sistem ini semua faktor yang penting untuk penyelesaian masalah harus ditentukan di awal dan keputusan rasional diambil setelah menerapkan analisis terhadap suatu model kuantitatif (Manetsch and Park, 1977).
Gambar 4 memperlihatkan konsep penerapan
pendekatan sistem untuk penyelesaian penelitian ini.
Mulai
Survei Lapang, Studi Pustaka, Diskusi pakar
Deskripsi Kondisi Perikanan selama ini, Interaksi Konflik (Stakeholders Terkait, Konflik Yang Ada,Cara Penanganannya, dan l i l i )
48
Gambar 4 Diagram identifikasi dan analisis dalam penelitian. 3.4.2 Identifikasi konflik
49
Identifikasi konflik perikanan tangkap di PPI Lempasing, Teluk Lampung dilakukan dengan menerapkan Particaptory Institutional Survey and Conflict Evaluation Exercise (PISCES Approach) (Bennett, 2003). PISCES Approach yang dikembangkan dalam identifikasi konflik ini, ada empat jenis, yaitu : a. Participatory Geographic Information Exercise (PGIE) Identifikasi konflik dilakukan dengan cara membuat spot mapping atau sketch mapping untuk memperoleh informasi dasar keadaan geografis yang disajikan dalam bentuk peta transek. Metode ini dipilih dalam penelitian karena dapat menggambarkan dengan jelas wilayah penelitian yang relatif sempit. Informasi yang dihasilkan adalah konfigurasi atau sebaran para pelaku konflik dan obyek-obyek yang terkait dengan konflik, seperti
perumahan,
PPI,
fasilitas umum, jalan, dan lainnya yang dapat membantu memberikan informasi berkaitan dengan konflik perikanan tangkap. Lokasi PGIE secara khusus adalah PPI Lempasing dan sekitarnya. b. Time Lines Metode ini digunakan untuk merekonstrusi kronologis dengan menyusun informasi konflik perikanan tangkap di masa lalu menurut urutan waktu kejadiannya.
Informasi yang disajikan dalam time lines
berupa uraian
kejadian yang dialami masyarakat (sejarah), penyebab konflik dan pengelolaannya, perubahan teknologi penangkapan, keterlibatan stakeholders, dan lain-lain. c. Institutional Wheel Metode ini menyajikan interaksi stakeholders, baik secara pribadi maupun kelompok, dalam suatu diagram
Interaksi yang digambarkan berupa
keterkaitan individu maupun kelompok stekoholder dalam konflik perikanan tangkap, pengaruh suatu kelompok stakeholders terhadap kelompok stakeholders lainnya, dampak hubungan, dan lain-lain. d. Semi Structured Interview (SSI) Metode ini digunakan untuk menggali informasi langsung dari responden yang kompeten, yaitu dengan cara mewawancarianya. Tentang jenis konflik, tahapan konflik, penyebab konflik, keterkaitan konflik dengan responden, dan para stakeholders yang berkonflik.
50
Setelah penyebab konflik diidentifkasi, selanjutnya dilakukan pemetaaan keterkaitan stakeholders
dengan
terjadinya
konflik,
yaitu
dengan
cara
menanyakan kepada responden perwakilan stakeholders tentang peran mereka terhadap konflik.
Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menciptakan pasar
hipotesis (memberi penjelasan yang dibutuhkan), sehingga mereka seakan-akan merasakan dan terlibat langsung.
Dalam kaitan dengan jenisnya, konflik terbagi
dua yaitu: konflik internal merupakan konflik antar pelaku langsung perikanan tangkap PPI Lempasing (nelayan, pengolah, pedagang ikan, dan pengelola PPI), dan konflik eksternal yang melibatkan pelaku tidak langsung perikanan tangkap (nelayan pendatang, penduduk, dan konsumen).
3.4.3 Pendekatan PRA dan analisis SWOT Deskripsi umum perikanan tangkap yang berbasis di PPI Lempasing dilakukan dengan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA), selain dengan metode khusus (CVM dan lainnya) untuk setiap jenis data yang disurvei. Pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal) merupakan pendekatan survei yang berorientasi pada penggalian sebanyak mungkin informasi yang melibatkan obyek survei, yaitu nelayan, pengelolaan PPI dan stakeholders lainnya yang terkait.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan penggambaran detail tentang
kondisi, permasalahan dan aspirasi pihak terkait dalam kegiatan pengelolaan perikanan tangkap di PPI Lempasing. Dari survei ini diperoleh informasi yang akan digunakan sebagai materi untuk analisis SWOT (Rangkuti, 2004).
Analisis SWOT dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor (variabel atau komponen) yang perlu diperhatikan dalam mencari solusi optimal pengelolaan perikanan tangkap dan strategi pengelolaan yang diprioritaskan. Solusi optimal pengelolaan perikanan tangkap adakan dianalisis dengan pendekatan Linear Goal Programming (LGP) sedangkan penetapan urutan prioritas dari strategi pengelolaan dianalisis dengan pendekatan hierarki (AHP). Data dan informasi hasil survei kemudian dianalisis untuk dimasukkan ke dalam
suatu
matriks
mengenai
kekuatan
(strengths/S),
kelemahan
51
(weaknesses/W), peluang (opportunities/O) dan ancaman (threats/T) dalam pengelolaan perikanan tangkap di PPI Lempasing. Proses analisis selanjutnya kemudian dilakukan dengan tahapan: a. Menentukan faktor-faktor strategis internal yang memuat kekuatan dan kelemahan berikut bobot, rating dan skornya (matriks IFAS); b. Menentukan faktor-faktor strategis internal yang memuat peluang dan ancaman berikut bobot, rating dan skornya (matriks EFAS); c. Mengembangan matriks internal-eksternal (IE) yang akan digunakan untuk menentukan arah dan sasaran pengelolaan ; d. Merumuskan alternatif keputusan yang akan digunakan dalam analisis optimalisasi pengelolaan maupun dan prioritas pengelolaan perikanan tangkap di PPI Lempasing (matriks SWOT). Bobot menunjukkan tingkat kepentingan pengelolaan perikanan tangkap terhadap faktor tersebut dengan nilai berkisar 0 - 1, dimana 0 menunjukkan tidak penting dan 1 menunjukkan sangat penting.
Rating menunjukkan tingkat
pengaruh yang secara riil dapat diberikan oleh faktor tersebut terhadap pengelolaan perikanan tangkap dengan nilai berkisar 1 – 4, dimana nilai 1, 2, 3, dan 4 mempunyai makna berturut-turut rendah, biasa, tinggi, dan sangat tinggi. Nilai rating untuk faktor kelemahan dan ancaman diberi secara terbalik, yaitu bila pengaruh rendah diberi nilai 4 dan pengaruh sangat tinggi diberi nilai 1. Sedangkan skor menyatakan tingkat/skor pengaruh positif (spp) sesuai kepentingan pengelolaan perikanan tangkap terhadap faktor yang dimaksud. Matriks internal-eksternal (IE) yang dibuat menyajika sembilan kuadran strategi pengelolaan, yaitu
kuadran I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX.
Berikut adalah uraian tentang setiap kuadran yang merupakan strategi pengelolaan: Kuadran I:
strategi pengelolaan berturut-turut strategi pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi vertikal,
Kuadran II:
strategi pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi horizontal,
Kuadran III: strategi penciutan atau turnaround, Kuadran IV: strategi stabilitas,
52
Kuadran V: strategi pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi horizontal atau stabilitas, Kuadran VI: strategi divestasi atau pengurangan, Kuadran VII: strategi pertumbuhan melalui diversifikasi konsentrik, Kuadran VIII: strategi pertumbuhan melalui konsentrasi konglomerat, dan Kuadran IX: strategi likuidasi.
Setiap kuadran punya kisaran nilai faktor internal dan faktor eksternal tertentu.
Posisi dari pengelolaan yang berlangsung dan arah pengelolaan
ditentukan dengan mencocokkan total skor faktor internal (matriks IFAS) dan faktor eksternal (matriks EFAS) dengan kisaran nilai pada kuadran. Analisis SWOT ini mengakomodir semua analisis menjadi alternatif keputusan untuk analisis selanjutnya.
3.4.4 Analisis Linear Goal Programing (LGP)
Analisis Linear Goal Programming (LGP) merupakan analisis selanjutnya dalam penyusunan model pengelolaan perikanan tangkap di PPI Lempasing setelah analisis SWOT.
Secara khusus, LGP digunakan untuk menentukan
komposisi armada perikanan tangkap yang optimal dan dapat dikembangkan sesuai dengan kendala atau batasan sumberdaya ikan dan faktor-faktor lainnya, terutama seperti luasan perairan, bahan bakar, es, air tawar, dan tenaga kerja, dan hari operasi. Dalam analisis LGP terdapat dua jenis fungsi matematik yang penting, yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Siswanto (1990) menyatakan bahwa analisis goal programming mempunyai variabel deviasional dalam fungsi kendalanya.
Variabel
deviasional
tersebut
berfungsi
untuk
menampung
penyimpangan atau perbedaan di antara hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hendak dicapai. Harapan akhir dari analisis ini adalah menjadikan fungsi tujuan yang merupakan akumulasi dari semua variabel deviasional agar serendah mungkin . Model goal programming untuk optimalisasi pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung adalah:
53
Fungsi tujuan: m
Z = ∑ (DBi + DAi ) i =1
Fungsi kendala-kendala
a11 x1 + a12 x2 + ... + a1n xn + DB1 − DA1 = b1 a21 x1 + a22 x2 + ... + a2 n xn + DB2 − DA2 = b2
. . am11 x1 + am 2 x2 + ... + amn xn + DBm − DAm = bm
dimana : Z
= Fungsi tujuan (total deviasi) yang akan diminimumkan. Total deviasi merupakan penjumlahan dari deviasi fungsi kendala ke-1 sampai ke-m. Bila total deviasi rendah, berarti deviasi atau simpangan fungsi kendala dari yang diinginkan juga rendah, dan hal ini lebih diinginkan.
DB i
= Deviasi bawah kendala ke-i
DA i
= Deviasi atas kendala ke-i
Bi
= kapasitas /ketersediaan kendala ke-i
a ij
= koefisien parameter fungsi kendala ke-i pada variabel keputusan ke-j
kendala ke-i = target produksi, MSY, keuntungan, penyerapan tenaga kerja, PAD dan lain-lain Xj
= variabel putusan ke-j (jumlah unit penangkapan)
Xj, DAi dan DBi > 0, untuk i = 1, 2,…., m dan j = 1, 2…., n
Dalam penelitian ini, jumlah dari setiap jenis unit penangkapan ikan akan ditentukan untuk memanfaatkan sumber daya ikan dan faktor-faktor input lainnya seoptimal mungkin. Jenis unit penangkapan ikan yang dimaksud adalah sero (X 1 ), jaring insang hanyut (X 2 ), payang (X 3 ), dan bagan perahu (X 4 ), Dalam penelitian ini ada 6 (enam) macam kendala, yaitu potensi sumber daya ikan (b 1 ), trip operasi penangkapan ikan (b 2 ), jumlah penduduk sekitar yang membutuhkan pekerjaan (b 3 ), jumlah bahan bakar (b 4 ), jumlah es (b 5 ), jumlah air
54
tawar (b 6 ), dan luas perairan (b 7 ). Nilai batas setiap kendala tersebut ditentukan berdasarkan hasil analisis terhadap data yang diperoleh. Nilai koefisien dari setiap parameter fungsi kendala diperoleh berdasarkan data dari sampel unit penangkapan ikan yang menjadi contoh dalam survei kondisi perikaanan tangkap. Nilai koefisien tersebut merupakan nilai rata-rata dari data yang diperoleh. Potensi sumber daya ikan merupakan kendala terhadap produksi perikanan. Nilai b 1 mempertimbangkan potensi perikanan tangkap yang hasil penelitian sebelumnya di Teluk Lampung. Nilai b 2 ditentukan berdasarkan lama operasi penangkapan ikan per trip dan lama periode waktu ketika nelayan dapat beroperasi menangkap ikan.
Nilai b 3 ditentukan berdasarkan kecenderungan
jumlah penduduk yang membutuhkan pekerjaan. Nilai b 4 , b 5 dan b 6 ditentukan berdasarkan kapasitas maksimum penyediaan bahan bakar, es, dan air tawar di lokasi.
Perkiraan jumlah yang dikonsumsi diperoleh dengan menggandakan
kebutuhan bahan-bahan per trip dengan jumlah trip operasi penangkapan ikan per tahun. Nilai b 7 ditentukan berdasarkan luasan kawasan perairan yang potensial menjadi daerah penangkapan ikan.
Kawasan perairan ini akan dimanfaatkan
bersama oleh berbagai jenis unit penangkapan ikan dan aktifitan non perikanan. Kebutuhan luasan area untuk setiap unit penangkapan ikan diperkirakan dari dimesi alat penangkapan ikan dan modus atau metodee pengoperasiannya. Analisis LGP akan menghasilkan jumlah masing-masing dari keempat jenis unit penangkapan ikan yang optimum, yaitu X 1 , X 2 , X 3 dan X 4 , dengan deviasi tujuan (Z) yang minimum.
3.4.5 Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
55
Tahapan dalam aplikasi dari analisis Structural Equation Modelling (SEM) bertutur-turut adalah: (1) pembuatan model teoritis, (2) kemudian pembuatan path diagram, (3) perumusan measurement model dan structural equation, (4) penetapan matriks input dan estimasi model, dan (5) evaluasi kriteria goodnessof-fit. Pembuatan model teroritis dimaksudkan untuk mendapatkan justifikasi terhadap konsep-konsep interaksi stakeholderss yang akan diterapkan dalam model sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan mendapat dukungan ilmiah. Landasan untuk membuat model teoritis ini adalah informasi substansi yaang diperoleh dari telaah pustaka, kondisi nyata di lapangan, hasil-hasil penelitian yang relevan, dan pendapat pakar. Analisis SEM
yang dilakukan untuk membuat model interaksi
stakeholders yang tepat ini dilakukan dengan mempertimbangkan interaksi yang teridientifiikasi di antara stakeholders dalam pengelolaan perikanan tangkap, termasuk keterlibatannya dalam berbagai konflik.
Mekanisme interaksi
stakeholders dapat dilihat dari : 1. Interaksi stakeholders dalam kaitannya dengan konflik perikanan tangkap di PPI Lempasing. Interaksi tersebut dapat dilihat dari keterkaian dan peran stakeholders dalam konflik, keeratan hubunngan stakeholders dengan sumber konflik, dan pengaruh setiap jenis konflik. 2. Interaksi stakeholders dalam kaitan dengan pelaksanaan strategi pengelolaan kegiatan perikanan tangkap di PPI Lempasing. Interaksi ini dapat dilihat dari tingkat dukungan dan kontribusi stakeholderss. Pembuatan path diagram merupakan kegiatan penggambaran interaksi di antara para stakeholders dan konfliknya yang dikembangkan secara teoritis yang kemudian menjadi konstruk penelitian.
Dalam penggambaran ini, konstruk
penelitian tersebut dilengkapi dengan dimensi-dimensi konstruk.
Konstruk
merupakan komponen utama yang berinteraksi dalam pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung, sedangkan dimensi konstruk merupakan komponen pelengkap yang diduga dapat memperjelas interaksi yang terjadi pada komponen utama.
56
z1
d1
d2
1
d3
1
Penyebab 1
d4
1
Penyebab 2
1
Penyebab 3
d5
1
dk
1
Penyebab 4
1
Penyebab 5
Penyebab k
1 Penyebab Konflik (PK)
z2
1
Keterkaitan Stakeholder dengan Konflik (KSdK)
1
Stakeholder 1
1 e1
Stakeholder 2
1 e2
Stakeholder 3
1 e3
Stakeholder 4
1 e4
Stakeholder m
1 em
Gambar 5 Rancangan path diagram interaksi stakeholders dalam kaitan dengan konflik perikanan tangkap di PPI Lempasing.
57
z1 d11 d12 d13 d1n
1
1
Strategi 11
1
Strategi 12
Sakeholder 1
1
Strategi 13
1
1
Strategi 1n
z2 d21 d22 d23 d2n
1
1
Strategi 21
1
Strategi 22
Stakeholder 2
1
Strategi 23
1
1
Strategi 2n
z3 d31 d32 d33 d3n
1
1
Strategi 31
1
Strategi 32
Stakeholder 3
1
Strategi 33
1
1
zm+1
1 Kontribusi Stakeholder dlm Pengelolaan Perikanan Tangkap (KSdPPT)
Strategi 3n
z4 d41 d42 d43 d4n
1
1
Strategi 41
1
Strategi 42
Stakeholder 4
1
Strategi 43
1
1
Strategi 4n
zm dm1 dm2 dm3 dmn
1 1 1 1
1
Strategi m1 Strategi m2
Stakeholder m Strategi m3
1
Strategi mn
Gambar 6 Rancangan path diagram interaksi stakeholders dalam kaitan dengan pelaksanaan strategi pengelolaan kegiatan perikanan tangkap di PPI Lempasing. Dalam kaitan ini, telaah pustaka menjadi hal penting untuk menetapkan dimensi konstruk yang tepat. Path diagram dibuat menggunakan program AMOS Professional 4.0.
Rancangan path diagram untuk pengembangan interaksi
stakeholders dalam kaitan dengan konflik perikanan tangkap di PPI Lempasing disajikan pada Gambar 5, sedangkan rancangan path diagram interaksi
58
stakeholderss dalam kaitan dengan pelaksanaan strategi pengelolaan kegiatan perikanan tangkap di PPI Lempasing disajikan pada Gambar 6. Setelah pembuatan path diagram, tahap selanjutnya adalah membuat persamaan matematis yang menggambarkan interaksi-interaksi stakeholders sehingga analisis SEM dapat dilakukan.
Persamaan tersebut terdiri dari
persamaan pengukuran (measurement model) dan persamaan struktur (structural equation). Rumusan untuk persamaan pengukuran (measurement model) interaksi stakeholderss dalam kaitan dengan konflik perikanan tangkap di PPI Lempasing adalah : Penyebab _ 1 = λ1PK + d1 Penyebab _ 2 = λ2 PK + d 2 Penyebab _ 3 = λ3 PK + d 3 Penyebab _ 4 = λ4 PK + d 4 Penyebab _ 5 = λ5 PK + d 5 ......................................... Penyebab _ k = λk PK + d k Stakeholder _ 1 = β1KSdK + e1 Stakeholder _ 2 = β 2 KSdK + e2 Stakeholder _ 3 = β 3 KSdK + e3 Stakeholder _ 4 = β 4 KSdK + e4 ................................................ Stakeholder _ m = β m KSdK + em
Dimana :
Penyebab _ 1 − k = dimensi faktor/konstruk eksogen dari
konflik perikanan tangkap 1 sampai k di PPI Lempasing; Stakeholder _ 1 − m = dimensi faktor/konstruk eksogen dari stakeholders 1 sampai m terkait dengan konflik perikanan tangkap; λ1− k = loading factor terkait Penyebab _ 1 − k ; β1− m = loading factor terkait Stakeholder _ 1 − m ; d1− k = disturbance term terkait Penyebab _ 1 − k ;
e1− m = disturbance trem terkait Stakeholder _ 1 − m ; PK =
faktor/ konstruk eksogen Penyebab Konflik;
dan KSdK = faktor/ konstruk
eksogen Keterkaitan Stakeholders dengan Konflik.
59
Rumusan untuk persamaan pengukuran (measurement model) interaksi stakeholderss dalam kaitan dengan pelaksanaan strategi pengelolaan kegiatan perikanan tangkap di PPI Lempasing adalah :
Strategi
11
= λ11 Stakeholde
r _ 1 + d11
Strategi
12
= λ12 Stakeholde
r _ 1 + d12
Strategi
13
= λ13 Stakeholde
r _ 1 + d13
.......... .......... .......... .......... Strategi 1n = λ1n Stakeholde
.......... ..... r _ 1 + d1n
Strategi21 = λ21Stakeholder _ 2 + d 21 Strategi22 = λ22 Stakeholder _ 2 + d 22 Strategi23 = λ23 Stakeholder _ 2 + d 23 ....................................................... Strategi2 n = λ2 n Stakeholder _ 2 + d 2 n Strategi31 = λ31Stakeholder _ 3 + d 31 Strategi32 = λ32 Stakeholder _ 3 + d 32 Strategi33 = λ33 Stakeholder _ 3 + d 33 ........................................................ Strategi3n = λ3n Stakeholder _ 3 + d 3n Strategi41 = λ41Stakeholder _ 4 + d 41 Strategi42 = λ42 Stakeholder _ 4 + d 42 Strategi43 = λ43 Stakeholder _ 4 + d 43 ........................................................ Strategi4 n = λ4 n Stakeholder _ 4 + d 4 n Strategim1 = λm1Stakeholder _ m + d m1 Strategim 2 = λm 2 Stakeholder _ m + d m 2 Strategim 3 = λm 3 Stakeholder _ m + d m 3 .......................................................... Strategimn = λmn Stakeholder _ m + d mn
60
Sedangkan rumusan untuk persamaan struktur (structural equation) yang terkait adalah adalah : Stakeholder _ 1 = γ 1KSdPPT + z1 Stakeholder _ 2 = γ 2 KSdPPT + z2 Stakeholder _ 3 = γ 3 KSdPPT + z3 Stakeholder _ 4 = γ 4 KSdPPT + z4 ................................................... Stakeholder _ m = γ m KSdPPT + zm Strategi11− mn = dimensi faktor/konstruk eksogen dari strategi
Dimana :
pengelolaan perikanan tangkap di PPI Lempasing (strategi 1 sampai 4 hasil analisis AHP);
Stakeholder _ 1 − m = faktor/ konstruk eksogen (stakeholders 1
sampai m) yang berkontribusi dalam pengelolaan perikanan tangkap; λ11− mn = loading factor terkait Strategi11− mn ; d11− mn = disturbance trem terkait Strategi11− mn ; dan KSdPPT = faktor/ konstruk endogen Kontribusi Stakeholders dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap. Persamaan matematis tersebut digunakan untuk operasi AMOS. Sedangkan data SEM yang dikumpulkan dari responden diolah dengan program SPSS, Microsoft Excel, MS Access, atau program lain yang sesuai. Matriks input yang dapat digunakan dalam analisis SEM terdiri dari matriks kovarian dan matriks korelasi. Matriks kovarian merupakan matriks yang berisi varian dan kovarian dari sekumpulan komponen yang berinteraksi, sedangkan matriks korelasi merupakan matriks yang berisi keofisien korelasi dari sekumpulan komponen yang berinteraksi.
Dalam beberapa penelitian, matriks kovarian lebih sering
digunakan karena keunggulannya dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi atau sampel yang berbeda. Sedangkan dalam penelitian ini, kedua matriks tersebut digunakan. Teknik estimasi yang digunakan dalam analisis model interaksi stakeholders ini dapat dipilih sesuai dengan ukuran sampel. Teknik estimasi ini bisa berubah bisa kondisi lapangan menginginkan ukuran sampel harus diubah, misal ukuran populasi yang di luar perkiraan, lingkup dan kompleksitas penelitian yang lebih luas. Adapun teknik estimasi yang dapat digunakan sesuai dengan ukuran sampelnya adalah :
61
1. Matriks likelihood estimation, bila ukuran sampel 100 – 200 dan asumsi normalitas dipenuhi. 2. Generalized least square estimation, bila ukuran sampel 200 – 500 dan asumsi normalitas dipenuhi. 3. Asymptotically distribution free estimation, bila ukuran sampel lebih dari 2500 dan asumsi normalitas kurang dipenuhi. Oleh karena dalam penelitian ini ukuran sampel/responden 150 orang, maka teknik estimasi yang digunakan matriks likelihood estimation. Tahapan selanjutnya adalah kegiatan mengevaluasi kesesuaian model interaksi stakeholderss yang dibuat menggunakan berbagai kriteria goodness-offit. Secara garis besar, tahapan ini dibagi dalam tiga jenis kegiatan yaitu evaluasi data yang digunakan apakah memenuhi asumsi-asumsi SEM atau tidak, uji kesesuaian dan uji statistik, dan analisis pengaruh (effect analysis). Evaluasi asumsi SEM meliputi evaluasi ukuran sampel, normalitas, outliers (pencilan), dan lain-lain.
Sedangkan uji kesesuaian dan uji statistik
meliputi X2-Chi-square statistic, adjusted goodness of fit index (AGPI), CMIN/DF, comparative fot index (CFI), goodness of fit index (GPI), the root mean square error of approximation (RMSEA), dan Tucker Lewis index (TLI). Tingkat penerimaan model yang dibangun berkaitan dengan indeks-indeks evaluasi tersebut disajikan pada Tabel 2. Sedangkan penjelasan rinci dari indeks evaluasi tersebut adalah : 1. X2-Chi-square statistic. Uji ini digunakan untuk mengukur overall fit atau kesesuaian model yang dibangun dengan data yang ada. 2. Adjusted goodness of fit index (AGPI). AGPI analog dengan R2 dalam regresi berganda, dengan tingkat penerimaan yang direkomendasikan sama atau lebih besar dari 0,9. 3. Comparative fot index (CFI).
CFI merupakan index yang menunjukkan
tingkat fitnya model yang dibangun. Berbeda dengan indeks lainnya, index ini tidak tergantung pada ukuran sampel. 4. CMIN/DF. CMIN/DF merupakan pembagian X2 dengan degree of freedom. Indeks ini menunjukkan tingkat fitnya model.
62
5. Goodness of fit index (GFI).
GFI digunakan untuk menghitung proporsi
tertimbang varian dalam matriks kovarian sampel yang dijelakan oleh matriks kovarian populasi yang terestimasi. GPI mempunyai nilai antara 0 (poor fit) – 1 (perfect fit). 6. The root mean square error of approximation (RMSEA). RMSEA adalah indeks yang digunakan untuk mengkompensasi Chi-square statistic dalam sampel yang besar. Model yang dibangun dapat diterima bila mempunyai nilai RMSEA lebih kecil atau sama dengan 0,08. 7. Tucker Lewis index (TLI). TLI merupakan alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model.
Tabel 2 Goodness-of-fit Index ( kriteria uji kesesuaian dan uji statistik) Goodness of fit Index
Cut-off Value
X2-Chi-squarey Significance Probability AGFI CFII CMIN/DF GFI RMSEA TLI
Sekecil mungkin ≥ 0.05 ≥ 0.90 ≥ 0.95 ≤ 2.00 ≥ 0.90 ≤ 0.08 ≥ 0.95
Sumber : Ferdinand (2002)
Sedangkan
effect
analysis
diterapkan
terhadap
model
interaksi
stakeholders yang memenuhi kriteria lulus uji kesesuaian dan uji statistik. Effect analysis dimaksudkan untuk menginterpretasikan koefisien pengaruh antar konstruk dalam kaitannya dengan interaksi stakeholderss pada pengelolaan perikanan tangkap.
Dari analisis ini dapat diketahui konstruk yang dalam
interaksinya paling memberi pengaruh positif/negatif, signifikan/tidak signifikan, sehingga dapat dijadikan pokok perhatian untuk penyusunan rekomendasi mekanisme interaksi stakeholderss perikanan tangkap.
63
3.4.6 Analisis urutan prioritas strategi pengelolaan perikanan
Analisis AHP (Analitycal Hierarchy Process) merupakan tahapan akhir dalam penyusunan model pengelolaan perikanan tangkap. dilakukan untuk menyusun urutan
Analisis AHP
prioritas strategi pengelolaan perikanan
tangkap yang dapat mereduksi konflik yang ada. Analisis dikembangkan dengan memanfaatkan hasil analisis optimasi pengelolaan perikanan tangkap dan jenis interaksi, konflik serta stakeholders penting yang dihasilkan oleh analisis SEM dengan tetap mengedepankan prinsip pengelolaan perikanan tangkap dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam analisis Analitycal Hierarchy Process adalah pendefinisian tujuan umum dan kriteriakriteria dari sub-tujuan, penyusunan struktur hierarki, penetapan skala banding, formulasi data, simulasi dan validasi serta interpretasi hasil AHP. Uraian tentang aplikasi AHP ini dijelaskan secara rinci oleh Saaty (1991). Tahapan pendefinisian mencakup kegiatan penetapan prinsip-prinsip pengelolaan perikanan tangkap yang akan diterapkan dan menentukan solusi yang ingin dicapai. Struktur hierarki AHP dibuat dengan menetapkaan tujuan umum (level 1), kemudian dilanjutkan dengan penetapan sub tujuan/kriteria (level 2), dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah (level 3). Skala perbandingan perlu ditetapkan untuk membandingkan kepentingan dari setiap sub kriteria yang ada terhadap beberapa kriteria alternatif yang ada. Skala perbandingan ini dibuat berdasarkan tingkatan kualitatif dari sub kriteria yang dikuantitatifkan dengan tujuan untuk mendapatkan suatu skala baru yang memungkinkan untuk melakukan perbandingan antar beberapa alternatif. Dalam pembuatan skala ini, setiap sub kriteria telah diupayakan mempunyai skala yang sama sehingga dapat dibandingkan antar satu dengan lainnya. Kisaran nilai dan jumlah skala yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan untuk membedakan dari setiap level, yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Perbandingan ini dilakukan oleh responden dengan bantuan peneliti agar mereka memahami maksud dari aplikasi AHP ini. Mereka berjumlah 20 yang terdiri dari nelayan (3 orang), pengolah/pedagang (3 orang), Pengelola PPI Lempasing (3
64
orang),
PEMDA
(3
orang),
petugas
keamanan
laut
(2
orang),
konsumen/masyarakat (3 orang), dan investor/pengusaha (3 orang).
Tabel 3. Skala banding berpasangan berdasarkan taraf relatif pentingnya Intensitas Pentingnya
Definisi
Penjelasan
1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangkan sifat sama besar pada sifat itu
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya
5
Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya
7
Suatu elemen jelas lebih penting Dari elemen lainnya
Suatu elemen dengan kuat di sokong, dan dominannya telah disajikan dalam praktek
9
Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lain
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2, 4, 6, 8
Nilai-nilai antara dua pertimbangan Kompromi diperlukan antara dua yang berdekatan pertimbangan
Kebalikan
Jika satu aktivitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibanding kan dengan i
Sumber : Saaty (1991)
Analisis
perbandingan
secara
menyeluruh
merupakan
analisis
perbandingan dari dua kriteria utama yang digunakan dalam analisis ini. Dalam analisis perbandingan ini digunakan sistem perbandingan berganda dengan analisis matriks. Sistem pembobotan pada skala perbandingan pada analisis antar kriteria menggunakan tabel panduan skala perbandingan (Saaty, 1991). Sistem 65
penilaian ini berdasarkan taraf relatif pentingnya suatu kriteria dibandingkan dengan kriteria lainnya (Tabel 3). Formulasi data merupakan kegiatan memasukkan data hasil analisis perbandingan perpasangan ke dalam struktur hierarki. Data yang dimasukkan ke dalam struktur AHP diolah dan disiapkan ddengan menggunakan program Microsoft Excel. Pembuatan hierarki dan input data ini dilakukan menggunakan Program Expert Choice 9.5. Simulasi dilakukan setelah data terkait diinput ke dalam program. Validasi yang dilakukan ada dua jenis yaitu uji konsistensi dan uji sentifitas. Bila dari hasil simulasi diperoleh rasio inconsistency 0,1 atau lebih berarti data yang digunakan tidak konsistensi dan harus dilakukan pengambilan ulang. Sedangkan untuk uji sensitifitas disukai hasil simulasi yang tidak terlalu sensitif. Bila hasil simulasi terlalu sensitif berarti prioritas strategi yang dipilih terlalu labil terhadap dinamika yang berkembang pada kegiatan perikanan tangkap. Kriteria uji statsitik disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kriteria uji statistik AHP Uji statistik Rasio inconsistency Sensitivity test
Kriteria < 0,1 Diharapkan tidak terlalu sensitif
Sumber : Expert Choice 9.5
Interpertasi hasil analisis AHP merupakan tahapan penggunaan hasil analisis dalam menjelaskan dan memberikan rekomendasi prioritas startegi pengelolaan perikanan tangkap untuk digunakan pada alam nyata.
66