21
3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada Mei 2009 sampai dengan Februari 2010. Penelitian lapangan dilaksanakan pada Mei 2009 sampai dengan Agustus 2009, sedangkan analisis laboratorium dilaksanakan pada September 2009 sampai dengan Februari 2010. Lokasi penelitian lapangan di Desa Selok, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. 109o15 BT 7o65 LS
7o65 LS
Desa Selok
Lokasi Penelitian
Samudera Hindia 109o15 BT
Gambar 4. Peta lokasi penelitian
Ekstraksi agar dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Analisis agar meliputi kadar air, kadar abu, sulfat dan logam berat dilakukan di Laboratorium Kimia Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Analisis viskositas, kekuatan gel, titik jendal, titik leleh dan derajat putih dilakukan di Laboratoriun Pengolahan dan Biokimia Pangan dan Gizi Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan IPB.
22
3.2 Bahan dan Alat Bahan utama dalam penelitian adalah rumput laut jenis Gracilaria verrucosa. Bahan-bahan yang digunakan untuk budidaya rumput laut adalah tali nilon, bambu, dan tali rafia. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses ekstraksi agar adalah CaOCl2 dan CH3COOH. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis parameter mutu agar adalah HCl, Na2CO3, HNO3, BaCl2, H2O2, asetaldehid, dan resorcinol. Alat yang digunakan untuk penelitian lapangan adalah thermometer, kertas indikator pH, secchidisc, dan hand refractometer. Alat-alat yang digunakan untuk proses ekstraksi agar adalah panci, timbangan analitik, gelas ukur, kain blacu, cetakan agar, alat pengepres dan kompor. Alat yang digunakan untuk analisis mutu agar adalah cawan porselin, desikator, oven, labu erlenmeyer, gelas piala, tanur, Spektrofotometer Absorbsi Atom (AAS), whiteness meter, dan viscometer Brookfield.
3.3 Tahapan Penelitian Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama budidaya rumput laut dengan perlakuan metode penanaman, bobot bibit, dan umur panen. Setiap 5 hari sekali dilakukan pengamatan yaitu dengan membersihkan rumput laut dari kotoran yang menempel, kemudian dilakukan pengukuran terhadap salinitas, pH, kadar sulfat, kadar fosfat dan kecerahan perairan. Rumput laut kering hasil budidaya sebelum diekstraksi menjadi tepung agar, terlebih dahulu dianalisis kadar air, kadar abu dan kadar abu tak larut asam. Tahap kedua, yaitu ekstraksi dan analisis sifat fisiko kimia agar dari rumput laut hasil budidaya. Tepung agar yang dihasilkan masing-masing perlakuan kemudian dianalisis rendemen, kekuatan gel, viskositas, kadar air, dan kadar abu. Penentuan agar terbaik dari masing-masing metode penanaman dipilih berdasarkan kelima parameter tersebut yang sesuai dengan standar mutu agar.Agar terbaik dari masing-masing metode penanaman kemudian dilakukan analisis yang meliputi titik jendal, titik leleh, derajat putih, kadar sulfat, 3,6-anhidro-L-galaktosa, dan kandungan logam berat.
23
3.3.1 Budidaya rumput laut Budidaya rumput laut dilakukan dengan perlakuan metode penanaman, bobot bibit, dan umur panen. Jenis bibit yang digunakan adalah jenis Gracilaria verrucosa, diperoleh dari petani budidaya rumput laut di Pemalang. Rumput laut dibawa ke Cilacap dengan cara dikemas menggunakan karung kemudian ditutup menggunakan terpal. Desain metode penanaman rumput laut dengan metode rakit apung dan dasar dapat dilihat pada Gambar 5.
Pelampung 3m
3m
30 cm
30 cm
Pemberat
(a)
Metode rakit apung
Tiang pancang
30 cm
(b) Metode rakit dasar Gambar 5. Desain metode penanaman rumput laut
24
Tambak yang digunakan berukuran 600 m2, sebelum tambak digunakan tambak dibersihkan dari lumut dan hewan pengganggu. Air tambak tidak perlu dilakukan pemupukan, hal ini dikarenakan tambak yang digunakan untuk penelitian sebelumnya telah digunakan untuk budidaya bandeng sehingga diharapkan tambak yang digunakan masih memiliki cukup zat hara untuk budidaya rumput laut. Substrat tambak terdiri dari pasir dan sedikit lumpur. Rakit yang digunakan yaitu sebanyak 52 rakit, luas dari masing-masing rakit yaitu 3x3 m2 dengan 10 tali nilon yang direntangkan dengan jarak antar ikatan nilon 30 cm. Setiap tali diikatkan bibit sebanyak 10 ikat bibit dengan jarak antar bibit 30 cm, jumlah ikatan per rakit sebanyak 100 ikat bibit. Rakit diikatkan pada tiang pancang, namun masih memungkinkan rakit tersebut mengikuti tingginya air. Metode tanam yang digunakan adalah metode rakit apung dan metode rakit dasar, bobot bibit yang ditanam sebanyak 50, 75 dan 100 gram tiap titik tanam. Lokasi budidaya dilakukan di perairan tambak. Pemanenan dilakukan setelah masa pemeliharaan 45, 60, 75 dan 90 hari. Setiap 5 hari kondisi tanaman dan perairan tambak dipantau, dibersihkan dari sampah dan biota pengganggu. Parameter perairan yang diukur yaitu suhu air tambak menggunakan termometer, pengukuran pH menggunakan kertas indikator pH, salinitas menggunakan hand refractometer,
kecerahan
menggunakan
secchidisc,
kedalaman
perairan
menggunakan tali dan meteran. Pengukuran kadar nitrat dan fosfat menggunakan spektrofotometer. Rumput laut dipanen sesuai dengan perlakuan umur panen, dan ditimbang untuk mengetahui bobot basahnya. Setelah dipanen rumput laut dicuci dengan menggunakan air tawar, untuk menghilangkan kotoran menempel. Rumput laut kemudian dimasukkan ke dalam karung untuk selanjutnya dibawa ke tempat penjemuran. Rumput laut dijemur di atas para-para selama 2-3 hari. Selama proses penjemuran, rumput laut tetap dijaga terhindar dari embun dan air hujan.
25
3.3.2 Ekstraksi agar Pada penelitian tahap ekstraksi agar menggunakan rumput laut hasil budidaya dengan metode penanaman sistem apung (A1) dan sistem dasar (A2), bobot bibit 50 g (B1), 75 g (B2) dan 100 g (B3), dan umur panen 45 hari (C1), 60 hari (C2), 75 hari (C3), 90 hari (C4). Proses ekstraksi agar menggunakan metode Yunizal (2002), rumput laut kering direndam dengan air tawar selama 24 jam. Ekstraksi dilakukan dengan perebusan menggunakan air dan CH3COOH 1% pada suhu 80-90 oC dengan perbandingan rumput laut kering 1:10 selama 2 jam, kemudian dilakukan penyaringan. Penjendalan dilakukan dengan mendiamkan filtrat hasil penyaringan selama 24 jam, kemudian dipotong-potong setebal ± 1 cm. Pengepresan dilakukan dengan cara lembaran agar yang telah dipotong dibungkus dengan kain dan ditumpuk untuk dipres menggunakan alat pres. Setelah dipres selama 24 jam kemudian dijemur 2-3 hari hingga membentuk lembaran tipis. Kemudian lembaran digiling danagar kering kemudian dibuat tepung. Diagram alir proses pembuatan tepung agar dapat dilihat pada Gambar 6. Gracilaria verrucosa Air tawar
Perendaman
Semalaman
Ekstraksi Air tawar (1:10) Penambahan CH3COOH
Penyaringan
Suhu 80-90 oC
Penjedalan Pemotongan Pengepresan Penjemuran Penggilingan Tepung agar Gambar 6. Proses pembuatan tepung agar (Yunizal 2002)
26
3.4 Laju Pertumbuhan Gracilaria verrucosa Laju pertumbuhan dianggap menguntungkan adalah di atas 3% pertambahan bobot per hari. Laju pertumbuhan dihitung berdasarkan model eksponensial pertambahan bobot per hari (DKP 2008), yaitu: 1/t
G
Keterangan: G Wt Wo t
Wt 1 x100% Wo
= Laju pertumbuhan harian (%) = Rata-rata bobot akhir (g) = Rata-rata bobot awal (g) = Waktu budidaya (hari)
3.5 Analisis Parameter Fisiko-Kimia Rumput laut kering hasil budidaya sebelum diekstraksi menjadi tepung agar, terlebih dahulu dianalisis kadar air, kadar abu dan kadar abu tak larut asam. Tepung agar yang dihasilkan masing-masing perlakuan kemudian dianalisis rendemen, kekuatan gel, viskositas, kadar air, kadar abu. Penentuan agar terbaik dari masing-masing metode penanaman dipilih berdasarkan kelima parameter tersebut yang sesuai dengan standar mutu agar. Agar terbaik dari masing-masing metode penanaman kemudian dilakukan analisis yang meliputi titik jendal, titik leleh, derajat putih, kadar sulfat, 3,6-anhidro-L-galaktosa, dan kandungan logam berat.
(a) Rendemen (Marine Colloid FMC Corp. 1978) Rendemen agar sebagai hasil ekstraksi dihitung berdasarkan rasio antara bobotagar yang dihasilkan dengan bobot rumput laut kering yang digunakan pada masing-masing perlakuan. Nilai rendemen dihitung dengan rumus sebagai berikut:
berat agar kering (g) Rendemen (%) = x 100% berat rumput laut kering (g)
27
(b) Kekuatan gel (Faridah et al. 2006) Larutan
agardisiapkan
dalam
konsentrasi
1,5%
(b/v),
kemudian
dipanaskan selama 10 menit sambil diaduk.Larutan panas dimasukkan ke dalam cetakan yang berdiameter 3 cm dan tinggi 4 cm. Larutan agar dibiarkan membentuk gel selama satu malam.Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Texture Analyzer. Alat ini menggunakan probe dengan luas 0,9123 cm2. Sampel diletakkan dibawah probe dan dilakukan penekanan beban 97 g. Tinggi kurva kemudian diukur menggunakan jangka sorong. Perhitungan kekuatan gel adalah sebagai berikut: dyne Kekuatan gel (gcm) = x 960 G
Keterangan: F = tinggi kurva G = konstanta (0,07) D = kekutan gel (gcm)
(c) Viskositas (Faridah et al. 2006) Viskositas
adalah
pernyataan
tahanan
dari
suatu
cairan
untuk
mengalir.Satuan dari viskositas adalah poise (1 poise = 100 cP). Viskositas diukur dengan viscometer brookfield. Makin tinggi viskositas menandakan makin besarnya tahanan cairan yang bersangkutan. Larutan agar dengan konsentrasi 1,5% dipanaskan dalam bak air mendidih sambil diaduk secara teratur sampai suhu mencapai 75
o
C kemudian nilai viskositas dapat diketahui dengan
pembacaan pada skala 1 sampai 100. Pembacaan dilakukan setelah 1 menit putaran penuh 2 kali untuk spindle no 1.
(d) Derajat putih (Keet Electric Laboratory 1981) Pengujian derajat putih dilakukan dengan menggunakan alat whiteness meter. Prinsipnya adalah melalui pengukuran indeks refleksi dari permukaan sampel dengan sensor foto dioda. Semakin putih sampel, maka cahaya yang dipantulkan semakin banyak. Pengukuran derajat putih menggunakan natrium karbonat (Na2CO3) sebagai standar putih, standar putih ini bernilai 100. Produk yang akan diukur derajat putihnya dicari warna dasarnya terlebih dahulu dengan cara mencocokkan warna sampel dengan atribut warna pada alat, kemudian
28
nilainya dibandingkan dengan warna standar putih. Semakin tinggi skala yang diperoleh, maka warna yang dihasilkan akan semakin mendekati standar.
(e) Titik jendal dan titik leleh (Marine Colloid FMC Corp. 1978) Pengukuran suhu larutan agar 2% dilakukan dengan termometer digital ketelititan 0,1oC sambil menurunkan suhu media bertahap dengan kecepatan penurunan 0,6 oC/menit. Sensor diangkat secara periodik dan suhu pada saat sensor dapat mengangkat gel dari filtrat adalah suhu pembentukan gel. Suhu pelelehan diukur dengan memanaskan gel pada konsentrasi 2% yang diatasnya diletakkan gotri dengan dengan kecepatan pemanasan 1 oC/menit. Suhu yang tercatat pada saat gotri jatuh ke dasar gel merupakan titik leleh agar.
(g) Kadar air (AOAC 2005) Analisis kadar air dilakukan dengan metode oven. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam cawan yang telah dikeringkan dalam oven 100-102 °C selama 15 menit dan telah diketahui bobotnya. Sampel dalam cawan dikeringkan dalam oven 100-102 °C selama 6 jam atau untuk produk yang tidak mengalami dekomposisi dengan pengeringan yang lama, dapat dikeringkan selama 1 malam (16 jam). Kemudian cawan dipindahkan ke dalam desikator sampai bobotnya tetap kemudian ditimbang kembali. Kadar air ditentukan dengan rumus:
b sam erat awal (g b sam erat ) kerin p (g el ) pe Kad air (%) = ar x 100 b sam erat awal (g) p el
(h) Kadar abu (AOAC 2005) Cawan pengabuan disiapkan, kemudian dibakar dalam tanur, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3-5 g sampel ditimbang dalam cawan tersebut, diletakkan dalam tanur pengabuan, dibakar sampai didapat abu berwarna abu-abu. Pengabuan dilakukan selama 2 tahap: pertama pada suhu sekitar 400 °C dan dilanjutkan pada suhu 550 °C. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan rumus:
29
berat abu (g) Kadar abu (%) = x 100% berat sampel (g)
(i) Kadar abu tidak larut asam (Marine Colloid FMC Corp. 1978) Sampel yang telah diabukan dididihkan dengan 25 ml HCl 10% selama 5 menit. Bahan-bahan yang tidak terlarut disaring dengan menggunakan kertas saring tak berabu kemudian kertas tersebut dibakar dalam tanur, didinginkan dalam desikator untuk selanjutnya ditimbang. Kadar abu tidak larut asam dihitung menggunakan rumus:
berat abu (g) Kadar abu larut asam (%) = tak x 100% berat sampel (g)
(j) Logam berat (AOAC 2005) - Pb, Cu, Zn Penetapan jumlah timbal, tembaga dan seng dilakukan dengan Atomic Absorbtion spectofotometer (AAS) yang dilengkapi dengan Graphite furnace. Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut: cawan porselen bertutup disiapkan dan dibuka separuh permukaannya untuk meminimalkan kontaminasi dari debu selama pengeringan. Cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 103 oC selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian dilakukan penimbangan dan pencatatan. Masing-masing sampel ditimbang sebanyak 0,5 g. Untuk kontrol positif (spike), ditambahkan 0,25 ml larutan standar masing-masing unsur (Pb, Cu dan Zn) 1 mg/l ke dalam contoh sebelum dimasukkan ke dalam tungku pengabuan. Spliked diuapkan di atas hot plate pada suhu 100 oC. Sampel dan spiked dimasukkan ke dalam tungku pengabuan dan tutup separuh permukaannya. Suhu tungku pengabuan dinaikkan secara bertahap 100
o
C setiap 30 menit sampai mencapai 450
o
C dan
dipertahankan selama 18 jam. Sampel dan spiked dikeluarkan dari tungku pengabuan dan didinginkan pada suhu kamar. Setelah dingin ditambahkan 1 ml HNO3 65%, digoyang secara hati-hati sehingga semua abu terlarut dalam asam dan selanjutnya diuapkan diatas hot plate
30
pada suhu 100 oC hingga kering. Setelah kering sampel dan spiked dimasukkan kembali ke dalam tungku pengabuan. Suhu dinaikkan secara bertahap 100 oC setiap 30 menit sampai mencapai 450 oC dan dipertahankan selama 3 jam. Setelah abu terbentuk sempurna berwarna putih, sampel dan spiked didinginkan pada suhu ruang. Sebanyak 5 ml HCl 6M ditambahkan ke dalam masing-masing contoh dan spiked, kemudian digoyang secara hati-hati sehingga abu larut dalam asam. Uapkan di atas hot plate pada suhu 100 oC sampai kering. 10 ml HNO3 0,1 M dimasukkan kedalam masing-masing sampel dan didinginkan pada suhu ruang selama 1 jam, larutan dipindahkan ke dalam labu takar 50 ml (polypropylene), kemudian ditepatkan sampai tanda batas dengan menggunakan HNO3 0,1M. Larutan standar untuk pengukuran kadar Pb disiapkan dengan enam titik kadar (0,5; 1; 3; 6; 9; 12 ppm), larutan standar untuk pengukuran kadar Cu disiapkan dengan enam titik (0,1; 0,25; 0,5; 0,75; 1; 1,25 ppm), larutan standar untuk pengukuran kadar Zn disiapkan dengan empat titik (0,2; 0,4; 0,8; 1,2 ppm). Larutan standar, sampel, dan spiked pada alat spektofotometer serapan atom pada panjang gelombang yang disesuaikan untuk masing-masing logam (Pb 228,8nm, Cu 324,7 nm, dan Zn 213,9 nm.. Kadar sampel ditentukan berdasarkan kurva kalibrasi. Kurva standar disajikan pada Lampiran 1. Kadar logam dalam sampel dari kurva standar dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: 1 l (D E) Fp x V x x 1000 ml Kadar Pb, Cu, dan (ppm) = Zn W
Keterangan: D : kadar sampel dari hasil pembacaan AAS E : kadar blanko sampel dari hasil pembacaan AAS W : berat sampel V : volume akhir larutan sampel Fp : faktor pengenceran - Hg Penetapan jumlah merkuri dilakukan dengan Atomic Absorbtion spectofotometer tanpa nyala api (Flameless AAS). Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut: labu alas bulat 250 ml dikeringkan dalam oven pada suhu 103 oC selama 2 jam. Labu alas bulat kemudian didinginkan dalam desikator
31
selama 30 menit, ditimbang dan dicatat. Sampel ditimbang sebanyak 0,2 g dan catat bobotnya. Untuk kontrol positif (spiked), 0,5 ml larutan standar merkuri 1 mg/l ditambahkan ke dalam sampel, ditambahkan 10 mg-20mg V2O5, kemudian ditambahkan secara berturut-turut 10 ml HNO3 65% dan 10 ml H2SO4 95-97%. Pemanasan dilakukan dengan panas yang rendah sampai mendidih secara perlahan selama kurang lebih 6 menit (untuk mencegah tumpahnya contoh), kemudian pemanasan dilanjutkan dengan panas yang lebih tinggi untuk menghasilkan larutan berwarna coklat kekuningan yang bening (cleary yellowish brown). Labu digoyangkan selama digesti berlangsung sampai zat padat tidak ada lagi kecuali apungan lemak yang tampak setelah didinginkan pada suhu ruang selama kurang lebih 4 menit. Pendingin dibilas dengan 15 ml air deionisasi. 2 tetes H2O2 30% ditambahkan melalui ujung atas pendingin, kemudian bilas pendingin dengan 15 ml air deionisasi. Larutan didinginkan pada suhu ruang (labu alas bulat dan pendingin harus tetap bersatu). Labu diangkat dari pendingin, leher labualas bulat dibilas dengan air deionisasi. Larutan dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian tepatkan dengan air deionisasi. Pembacaan AAS dilakukan dengan cara sebagai berikut: larutan standar dengan lima titik konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 ppm). Sampel, spiked dan larutan standard kemudian dibaca pada panjang gelombang 253,7 nm. Kurva standar disajikan pada Lampiran 1. Kadar merkuri dapat dihitung dengan rumus sebagai:
1 l (D E) Fp x V x x 1000 ml Kadar Pb, Cu, dan (ppm) = Zn W
Keterangan: D E W V Fp
: kadar sampel dari hasil pembacaan AAS : kadar blanko sampel dari hasil pembacaan AAS : berat sampel : volume akhir larutan sampel : faktor pengenceran
(k) Kadar sulfat ( Marine Colloid FMC Corp. 1978) Sampel sebanyak 1 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditambahkan 50 ml HCl 0,2 N kemudian direfluks selama 6 jam
32
sampai larutan menjadi jernih. Larutan dipindahkan ke dalam gelas piala dan dipanaskan sampai mendidih. Selanjutnya ditambahkan 10 ml larutan BaCl2 di atas penangas air selama 2 jam. Endapan yang terbentuk disaring dengan kertas saring tak berabu dan dicuci dengan akuades mendidih hingga bebas klorida. Kertas saring dikeringkan ke dalam oven pengering, kemudian diabukan pada suhu 1000 oC sampai diperoleh abu warna putih. Abu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Perhitungan kadar sulfat adalah sebagai berikut:
P 0,4116 x Kadar sulfat (%) = x 100% berat sampel (g)
Keterangan: 0,4116 = massa atom relatif SO4 dibagi dengan massa atom relatif BaSO4 P = bobot endapan BaSO4 (l) Konsentrasi 3,6-anhidro-L-galaktosa (Stanley 1966) Sampel didinginkan dalam ice bath (± 10 oC) selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 10 ml workiang reagent yang dibuat dari 25 mL resorcinol ditambahkan ke dalam 250 mL HCl pekat, kemudian ditambahkan 2,5 mL asetaldehid dan diaduk. Sampel kemudian didinginkan kembali dalam ice bath selama kurang lebih 5 menit. Setelah itu dipindahkan dalam water bath selama 4 menit dengan suhu 20 oC kemudian dinaikkan menjadi 80 oC dan didiamkan selama 10 menit hingga terbentuk warna merah jingga. Sampel kemudian didinginkan kembali dalam ice bath selama 1,5 menit, dan dibiarkan dalam suhu kamar. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam kuvet kemudian diukur absorbsinya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 558 nm. Larutan standar dibuat dengan menggunakan akuades (0,003 M glukosa: 2, 4, 6, 8, dan 10 mL dengan 98, 96, 94, 92, dan 90 mL akuades),
Kurva standar
disajikan pada Lampiran 2. Perhitungan kadar 3,6-anhidro-L-gaktosa adalah sebagai berikut:
33
3.6 Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan metode penanaman sebagai kelompok dengan 2 taraf (apung dasar), dan dua faktor yaitu bobot bibit dengan 3 taraf (50, 75, dan 100 g) serta umur panen dengan 4 taraf (45, 60, 75 dan 90 hari). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data hasil pengamatan diolah dengan analisis ragam dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Berjarak Duncan (Steel dan Torie 1993). Data diolah dengan program SPSS 13 pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis yang digunakan untuk agar terbaik menggunakan rancangan acak lengkap dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Berjarak Duncan (Steel dan Torie 1993), menggunakan program SPSS 13 pada tingkat kepercayaan 95%. Faktor metode penanaman (A) A1 : Apung A2 : Dasar Faktor bobot bibit (B) B1 : 50 g B2 : 75 g B3 : 100 g Faktor umur panen C1 : 45 hari C2 : 60 hari C3 : 70 hari C4 : 90 hari Data hasil pengamatan diolah dengan analisis ragam. dan dilanjutkan dengan Uji Beda Jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie 1993). Data diolah dengan program SPSS 13 pada tingkat kepercayaan 95%.
Model rancangan
percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijkl = µ + Bi + Cj + BCij + Kk + €ijlk Dimana : Yijkl
Bi Cj BCij
= Nilai pengamatan pada faktor B taraf ke-i, faktor C ke j, kelompok K ke-k, dan ulangan ke-l = Nilai tengah umum = Pengaruh bobot bibit taraf ke-i (i = bobot bibit 50, 75 dan 100) = Pengaruh umur panen taraf ke-j (j = umur panen 45, 60, 75 dan 90) = Pengaruh interaksi antara bobot bibit taraf ke-i dengan umur panen taraf ke-j
34
Kk
= Pengaruh kelompok metode penanaman taraf ke-k (k = apung dan dasar)
€ijkl
= Pengaruh acak/galat percobaan