MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 2010 yang dilakukan di Laboratorium Pengolahan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Alat-alat yang digunakan saat pelaksanaan penelitian antara lain termometer, pH meter digital, bak air, sekop, lakban, kertas label, pisau, pengaduk, ember, timbangan, kalkulator, komputer, aerator dan plastik. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kotoran sapi pedaging, dedak, gula merah, MOL tapai dan tempe, serta cairan aktivator EM4. Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Mikroorganisme lokal (MOL) dari tapai dibuat dengan mencampurkan tapai yang terbuat dari singkong sebanyak 100 gram dengan 1,5 liter air dan 500 gram gula. Campuran tersebut disimpan didalam botol dan didiamkan sampai lima hari. Setelah lima hari, MOL sudah dapat digunakan. 2,5 liter mol dapat digunakan untuk membuat 1 ton kompos. MOL tempe dibuat dengan mencampurkan cacahan tempe sebanyak 100 gram dengan 1,5 liter air dan 1 butir telur ayam ras. Campuran tersebut disimpan didalam botol dan didiamkan sampai lima hari. Setelah lima hari, MOL tempe sudah dapat digunakan. Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator Kotoran sapi pedaging sebanyak 4 kg ditambahkan dengan air sebanyak 8 liter (1:2) kemudian diaduk sampai homogen. Campuran kemudian ditambahkan aktivator sesuai dengan pupuk cair yang ingin dibuat. Untuk metode M (kontrol) campuran ditambahkan dengan EM4, untuk metode 1MTaTe, 3MTaTe, 6MTaTe ditambahkan aktivator MOL tapai dan MOL tempe berturut-turut sebanyak 1, 3 dan 6%. Semua campuran kemudian ditambahkan 500 g dedak dan 500 g gula merah untuk mempercepat proses pematangan pupuk cair.
14
Pematangan dan Pengadukan Pupuk Cair Larutan kemudian dimasukkan ke dalam jerigen lalu jerigen ditutup. Larutan kemudian didiamkan dalam jerigen selama tiga minggu. Setiap tiga hari sekali dilakukan pengadukan dengan cara menguncang-guncangkan jerigen. Aerasi dan Penyaringan Setelah proses pematangan berakhir, dilakukan aerasi pada pupuk organik cair dengan menggunakan aerator. Aerasi dilakukan selama 10 hari dan setelah pupuk organik cair diaerasi, kemudian dilakukan beberapa kali penyaringan dengan menggunakan kain saring. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Pengujian Kualitas Uji kualitas kimia dilakukan di Seameo Biotrop Services Laboratory. Uji kualitas sifat kimia meliputi komposisi hara makro, yaitu pH, karbon (C), nitrogen (N), C/N rasio, fosfor (P2O5), dan kalium (K2O). Nilai pH Pengukuran pH menggunakan pH meter digital. Sampel sebanyak ± 50 ml dimasukkan ke dalam botol, kemudian persiapan pH meter digital yang telah dikalibrasi dengan larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0 atau yang mendekati 2 larutan buffer pH mendekati perkiraan ph sampel yang akan diukur dan dilakukan setiap saat akan melakukan pemeriksaan. Nilai pH dibaca dan dicatat sesuai skala pH meter yang ditunjukkan jarum dan hasil pembacaan dinyatakan dalam 1 digit/1 angka dibelakang koma (Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, 2005). Kadar karbon (C) Organik Sampel sebanyak 5-10 ml ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 2N dengan pipet sambil labu ukur tersebut digoyang-goyangkan perlahan-lahan agar berlangsung pencampuran yang sempurna dengan sampel. Kemudian ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat di ruang asam sambil digoyang cepat sehingga tercampur dengan rata. Usahakan agar tidak ada zarah sampel yang terlempar ke dinding labu ukur sebelah atas untuk menghindari pencampuran yang tidak merata. Setelah itu sampel dipanaskan diatas waterbath pada suhu 90 oC selama 1,5 jam (setiap 15 menit labu ukur digoyangkan agar reaksi
15
merata). Campuran tadi dibiarkan sampai suhu kamar dan diencerkan hingga 100 ml dengan air suling, kemudian dihomogenkan dengan cara dikocok. Sampel sebanyak 10 ml dipipet dengan tepat dan ditambahkan 4 tetes indikator Feroin 0,025 M. Segera sampel dititrasi dengan larutan FeSO4 0,2N hingga warna berubah menjadi merah anggur (Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, 2005). Perhitungan: C-Organik =
(me K2Cr2O7 – me FeSO4) x 0,003 x 100 x FK x Fp Bobot Cair ml Contoh
Kadar Nitrogen (N-Total) Sampel sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung kjeldahl, kemudian ditambah 1 gram serbuk selenium mixer, 5 ml H2SO4 pekat, dan paraffin cair 5 tetes. Sample didestruksi atau dipanaskan pada suhu 150-250oC. Setelah berubah warna kuning kehijauan, api dimatikan dan didinginkan, lalu ditambahkan air destilata ± 50 ml. Dipindahkan ke tabung didih destilasi, ditambahkan air destilata ± 100 ml dan ditambahkan NaOH 50%. Didihkan diatas suhu
50oC dan hasil destilasi ditampung
dengan Erlenmeyer 250 ml yang telah diisi H3BO3 1% dan ditambahkan indikator Conway setelah hasil tampungan atau destilasi
100 ml, alat dimatikan dan hasil
tampungan dititrasi dengan HCl 0,02 ml atau yang sudah diketahui normalitasnya. Hasil titrasi dicatat dan berapa ml HCl yang digunakan (Sudarmaji et al., 1997). Perhitungan: N-total (ppm) =
1000 X 14 X (ml contoh – ml blangko) X NHCL 5
Kadar Fosfor (P2O5) Pupuk cair disaring dengan menggunakan kertas saring, hasil saringan dipipet 1 ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml lalu diencerkan dengan aquades dan dihimpitkan sampai tanda tera. Ekstrak yang sudah mengalami pengenceran dipipet 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 9 ml aquades, dikocok dan dibiarkan selama lima menit. Buat satu seri larutan standar baku P yang mempunyai konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm P. P diukur dengan alat ukur spectrofotometer pada panjang gelombang 660 ppm (Sudarmaji et al., 1997). Perhitungan: P (ppm) =
1000 X 50 X 10 X Std. P X Pembacaan (ppm) 1000 1 5
16
Kadar Kalium (K2O) Pupuk cair disaring dengan kertas saring, hasil saringan dipipet 1 ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml ml lalu diencerkan dengan aquades dan dihimpitkan sampai tanda tera. Ekstrak yang sudah mengalami pengenceran dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 9 ml aquades, dikocok sebentar. Buat satu seri larutan standar baku K yang mempunyai konsentrasi 0,5,10,15,20, dan 25 ppm K. Filter K diukur dengan alat ukur flame photometer (Sudarmaji et al., 1997). Perhitungan: K (ppm) =
1000 50 X 10 X X Std. P X Pembacaan (ppm) 1 1 1000 Rancangan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) meliputi empat perlakuan dengan masing-masing tiga kali pengulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah gabungan dua bioaktivator antara MOL Tempe dan MOL Tapai sebanyak 1, 3 dan 6% masing-masing dengan tiga kali ulangan sedangkan kontrol yang digunakan adalah bioaktivator EM4. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Yij = µ +
i
+
ij
Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan pada taraf ke-i (konsentrasi MOL tapai + Mol tempe dan kontrol) pada ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum i
= Pengaruh taraf MOL tapai + MOL tempe ke-i
ij
= Pengaruh galat percobaan pada MOL tapai + MOL tempe ke-j Data diolah dengan ANOVA, selanjutnya hasil sidik ragam yang
menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata diuji dengan menggunakan uji Tukey (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).
17
Kotoran Sapi Pedaging
Pembuatan MOL Tapai + MOL Tempe
Pencampuran, Homogenisasi dan Pemberian Aktivator Sesuai Taraf
Metode M (kontrol)
Metode 1MTaTe
Metode 6MTaTe
Metode 3MTaTe
Proses Pematangan dan Pengadukan Bahan Dilakukan tiga hari sekali
POC (kontrol)
POC 1MTaTe
POC 3MTaTe
POC 6MTaTe
Aerasi Kotoran Sapi Pedaging
Padat
Cair
Komposit Uji Kualitas
Uji Kualitas Pupuk Siap Pakai
Gambar 2. Bagan Alir Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair Keterangan: M
= EM4
1MTaTe
= 1% MOL tapai + 1% MOL tempe
3MTaTe
= 3% MOL tapai + 3% MOL tempe
6MTaTe
= 6% MOL tapai + 6% MOL tempe
18