MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Kambing Perah milik Yayasan Pesantren Darul Falah Ciampea dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama empat bulan dari bulan Juni sampai September 2011. Materi Penelitian ini menggunakan kambing peranakan Etawah (PE) laktasi sebanyak delapan ekor dengan umur rata-rata 3-4 tahun. Pakan yang diberikan terdiri dari ampas tempe, rumput lapang, rumput gajah, dedak, onggok, jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, CPO, kedelai sangrai, serta suplemen vitamin dan mineral yaitu, vitamin A, vitamin E, Cr organik, dan Se. Kambing percobaan ditempatkan pada kandang individu berukuran 1 x 2 m2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah kandang kambing perah individu, gelas ukur, tempat pakan dan minum, timbangan, ember, jaring paranet dan kain penampung feses. Prosedur Penyediaan Pakan Pakan yang diberikan terdiri dari rumput lapang, ampas tempe, rumput gajah kering yang telah digiling, dedak, onggok, jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan CPO. Perlakuan 1 pakan yang diberikan tanpa suplementasi dan perlakuan 2 dengan suplementasi (kedelai sangrai, vitamin A, D, E dan mineral Cr organik, dan Se). Pemeliharaan Hewan Uji Delapan ekor kambing peranakan Etawah (PE) laktasi, yang terdiri dari empat ekor diberi pakan perlakuan 1 dan empat ekor diberi pakan perlakuan 2. Pakan campuran diberikan sebanyak 300 g per hari. Rumput lapang diberikan ± 2,5 kg dan ampas tempe diberikan ± 4,5 kg.. Sebelum diberikan perlakuan, kambing percobaan diberikan pakan tanpa suplementasi (kedelai sangrai, vitamin A, D, E dan mineral Cr 10
organik, dan Se) selama satu minggu untuk tujuan penyesuaian pakan perlakuan (preliminary). Selama percobaan konsumsi pakan setiap individu kambing diukur. Pengambilan Sampel Sampel pakan dan sampel feses diambil untuk analisis asam fitat. Sampel rumput lapang dan ampas tempe yang digunakan adalah sebanyak 1 kg, kemudian dikeringkan di bawah matahari dan oven 60⁰C. Semua sampel digiling dengan saringan 2 mm. Sampel feses diambil dengan teknik koleksi total selama satu minggu terakhir periode penelitian, setelah melewati masa adaptasi selama tiga minggu. Pengumpulan feses dilakukan dengan cara memasang paranet di bawah kandang panggung setiap individu kambing. Selama periode koleksi feses total, paranet dipasang dan diambil pada pukul 09.00. Feses yang dikumpulkan, ditimbang dan dikeringmataharikan, kemudian disimpan pada karung yang terbuat dari kain dan diangin-anginkan dengan digantung agar tidak berjamur. Setelah semua feses selama satu minggu terakhir terkumpul, selanjutnya ditimbang dan diambil 10% untuk dikeringkan lebih lanjut di dalam oven 60⁰C. Sampel feses tersebut kemudian ditimbang dan digiling menggunakan saringan 2 mm. Kadar nutrien ransum dan feses dianalisis dengan menggunakan metoda analisis proksimat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Analisis asam fitat dilakukan menggunakan metode Davies dan Reid (1979), di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Percobaan dilakukan terhadap delapan ekor kambing peranakan Etawah laktasi yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari empat ulangan. Data hasil penelitian pada dua perlakuan dianalisis menggunakan Uji t untuk dua perlakuan masing-masing empat ulangan kambing perah dengan perhitungan mengikuti prosedur Mattjik dan Sumertajaya (2002). Hubungan antara dua peubah dianalisis menggunakan model analisis regresi linear (Steel & Torrie, 1995) sebagai berikut: Y = a + b1x1 + e; dimana: Y = Variabel 11
dependen, a = Intersep/perpotongan, b = Gradien/kemiringan, x = Variabel independen, e = Standar error. Perlakuan Perlakuan yang diberikan pada kambing peranakan Etawah (PE) laktasi terdiri dari dua perlakuan. Perlakuan 1 pemberian pakan tanpa suplementasi, dan perlakuan 2 pemberian pakan dengan suplementasi kedelai sangrai, vitamin A, D, E dan mineral Cr organik dan Se. Tabel 1. Komposisi Pakan yang Diberikan Tanpa Suplemen (Perlakuan 1) atau dengan Suplemen (Perlakuan 2) Bahan Pakan
Komposisi dalam Ransum (%) Perlakuan 1
Perlakuan 2
Rumput Lapang
32,12
32,12
Ampas Tempe
53,15
53,15
Rumput Gajah Kering
5,89
5,89
Dedak
0,85
0,85
Jagung
2,48
2,48
Onggok
1,29
1,29
Bungkil Kedelai
2,98
2,98
Bungkil Kelapa
0,94
0,94
CPO
0,30
0,30
Pakan Campuran
Suplementasi Kedelai Sangrai
-
280 g/kg
Vitamin A Vitamin E
-
8000 IU/kg 400 IU/kg
Vitamin D3
-
1500 IU/kg
Se
-
0,30 ppm
Cr Organik
-
3,00 ppm
Pakan yang diberikan adalah rumput lapang, ampas tempe, rumput gajah, dedak, onggok, jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan crude palm oil (CPO), tanpa suplementasi (perlakuan 1) atau dengan suplementasi (perlakuan 2). Ransum disusun dengan isoprotein dan isoenergi, dengan kadar protein 16,24% (Perlakuan 1) 12
dan 16,74% (Perlakuan 2). TDN sebesar 63,96% (Perlakuan 1) dan 64,04% (Perlakuan 2). Komposisi ransum komplit tambahan yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 1. Peubah yang Diamati Kadar Asam Fitat (Metode Davies dan Reid, 1979) Kadar asam fitat (%) dan degradasi asam fitat (%) dianalisis menggunakan metode (Davies & Reid, 1979) yang telah dimodifikasi. Sebanyak lima gram bahan disuspensikan dalam 50 ml larutan HNO3 0,5 M dan diaduk selama tiga jam di atas shaker water bath pada suhu ruang, kemudian disaring. Filtrat dari campuran diambil sebanyak 0,05 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1,35 ml larutan HNO3 0,5 M serta 1 ml larutan FeCl3. Tabung reaksi ditutup dengan aluminium foil dan direndam dalam air mendidih selama 20 menit. Setelah didinginkan sampai mencapai suhu ruang, ditambah 5 ml amyl alkohol dan 0,1 ml larutan amonium thiosianat 10%. Isi tabung diaduk dengan cara menggoyangkan tabung tersebut selama 15 menit. Kadar fitat diukur menggunakan spectrofotometer dengan panjang gelombang 465 nm. Pada saat yang bersamaan dilakukan juga pengukuran kadar fitat standar. Nilai absorbansi standar yang diukur kemudian dibuat kurva hubungan antara jumlah asam fitat dengan absorbansinya dengan persamaan umum regresi linier: Y = a + bx, Y = absorbansi larutan natrium asam fitat, x = kadar asam fitat . Persamaan yang diperoleh tersebut digunakan untuk menghitung jumlah asam fitat dalam sampel. Kecernaan Bahan Kering (Van Keulen dan Young, 1977) Kecernaan nutrien ransum ditentukan dengan metoda koleksi total dan metode AIA (acid insoluble ash). Perhitungan kecernaan nutrien mengunakan metode koleksi total dilakukan dengan menganalisis kadar nutrien pakan dan feces. Pengukuran kecernaan nutrien dengan metode AIA dilakukan dengan menganalisis kandungan nutrien atau data yang digunakan untuk mengukur kecernaan koleksi total ditambah dengan data kadar AIA pakan dan feses. Pengukuran kadar AIA dilakukan dengan cara 2 g sampel diabukan pada tanur dengan suhu 600⁰C. Abu dimasukkan ke dalam gelas piala, ditambah 25 ml HCl 2N dan dididihkan hingga volumenya menjadi kurang lebih setengahnya dari 13
volume awal. Abu disaring dengan kertas saring yang sudah diketahui bobotnya. Endapan dicuci dengan aquades panas (85⁰C - 100⁰C) sampai bebas asam. Hasil saringan diabukan lagi. Berat abu yang tidak larut dalam asam diukur dengan penimbangan. Analisis ini dikerjakan untuk sampel feses dan pakan.
%AIA =
X 100%
Kadar nutrien AIA sampel dan feces digunakan untuk menghitung kecernaan bahan kering dengan rumus sebagai berikut:
%KCBK =
X 100%
14