LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENERAPAN METODE MULTISENSORI PADA ANAK KELOMPOK B PAUD MUTIARA DESA BATULAYAR KECAMATAN BONGOMEME
OLEH : MEILINDA BOBIHU NIM. 121406055
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd NIP. 19600512 198703 1001
Dr. Misran Rahman, M.Pd NIP. 19620516 199203 2001
MENGETAHUI KETUA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
DR. MISRAN RAHMAN, M.PD NIP. 19620516 199203 2001
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENERAPAN METODE MULTISENSORI PADA ANAK KELOMPOK B PAUD MUTIARA DESA BATULAYAR KECAMATAN BONGOMEME
Meilinda S. Bobihu, Abd. Hamid Isa, Misran Rahman
ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode multisensori dalam pembelajaran, kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar Kecamatan Bongomeme meningkat. Hal ini dapat dilihat dari observasi awal berdasarkan indikator yang diamati sebelum pelaksanaan tindakan hanya terdapat 8 orang atau 40% anak yang mampu mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya dengan baik. Setelah diadakan tindakan siklus I sudah terdapat 13 orang anak atau sebesar 65% anak yang mampu, dilanjutkan ke siklus II sudah mencapai 85% atau 17 orang anak yang mampu mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, mampu membaca gabungan huruf dalam suku kata dan mampu menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Terkait hasil penelitian tersebut disarankan metode multisensori dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dasar anak dalam membaca yaitu pengenalan huruf. Karena metode ini terbukti dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan stimulus yang tepat dalam mengajarkan anak mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya, yaitu dengan menggunakan variasi metode dan media yang menarik agar anak senang berlatih membaca, serta senantiasa memberikan apresiasi kepada anak dalam bentuk pujian agar anak termotivasi untuk melakukannya dengan baik. Bagi orang tua sebaiknya tidak terlalu memaksakan anak belajar membaca, karena suatu paksaan terhadap anak akan berdampak buruk, dan anak tentunya akan lebih menikmati apapun materi yang diajarkan jika diberikan secara menyenangkan dan dalam suasana yang akrab. . Kata kunci: Kemampuan, Membaca Permulaan, Metode Multisensori1
1
Meilinda S. Bobihu Mahasiswa Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd dan Dr. Misran Rahman, M.Pd sebagai Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo
Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut Paud merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian hari. Secara filosofis, penyelenggaraan pendidikan di Paud yang terdapat pada jalur pendidikan nonformal diharapkan dapat menampung lebih banyak anak usia dini dari kaum marjinal atau masyarakat yang kurang beruntung, agar memperoleh hal yang sama dalam mengikuti kegiatan pendidikan sedini mungkin. Secara empiris telah banyak penelitian yang membuktikan pentingnya mengembangkan anak sejak usia dini. Menurut Yufiarti & Titi (2012: 2.5) setiap anak dilahirkan dengan perbedaan kemampuan, bakat, minat. Pada waktu manusia lahir, kelengkapan organisasi otak manusia memuat 100-200 milyar sel otak dan siap untuk dikembangkan serta diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Penggunaan sistem yang kompleks dari proses pengelolaan otak ini akan sangat menentukan kecerdasan, kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami seorang manusia. Kegiatan pembelajaran di Paud adalah pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan bermain (Belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), karena pembelajaran yang berorientasi bermain tersebut, lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat dan terpusat pada anak, sehingga dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, sosial emosi, fisik, dan motorik. Pembelajaran bahasa perlu diajarkan di Paud. Hal ini disebabkan pembelajaran tersebut dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Salah satu aspek pengajaran bahasa di Paud yang memegang peran penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Kemampuan membaca permulaan sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, terdiri beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. Membaca merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang bersifat kompleks dan melibatkan fisik dan mental. Menurut Hari sebagaimana dikutip oleh
Nurbiana Dhieni (2005: 3) “membaca adalah merupakan interprestasi yang bermakna dari simbol verbal yang tertulis atau tercetak. Membaca sebagai proses untuk memahami makna suatu tulisan.” Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali, huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana serta menghubungkanya dengan bunyi dan maknanya. Salah satunya tujuan membaca permulaan di Paud agar anak memiliki kegemaran dan memanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegemaran membaca sebaiknya dilatihkan kepada anak sejak usia dini. Kemampuan membaca permulaan menjadi bagian dari penguasaan dan perbendaharaan kata dan pengalaman baru yang setiap saat menjadi lebih meningkat. Dengan seringnya membaca maka makin terbukanya dalam memperoleh tambahan sejumlah kata-kata serta wawasan pengetahuan dan pengalaman. Penguasaan sejumlah kata sangat diperlukan untuk membuat sebuah kalimat yang memiliki makna. Melalui membaca permulaan perlu dilakukan secara terus menerus yang disesuikan dengan usia tingkat perkembangan dan pengalaman anak, penggunaanya disesuaikan dengan pola dengan perkembangan dan tingkat kesulitan. Djoehaeni (2009: 8) mengemukakan ruang lingkup peningkatan kemampuan anak usia dini meliputi: (1) Bidang pengembangan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan pembiasaan meliputi: aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian; (2) Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh pendidik untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang perkembangan tersebut meliputi: berbahasa, kognitif, fisik/motorik, seni. Menurut Hurlock (1991: 29) beberapa proses belajar berasal dari latihan atau pengulangan suatu tindakan yang nantinya menimbulkan perubahan dalam perilaku dan kemampuan anak. Kematangan menentukan siap atau tidaknya seorang anak
untuk belajar, karena betapapun banyaknya rangsangan yang diterima anak, mereka tidak dapat belajar dan menghasilkan perubahan perilaku sampai mereka dinyatakan siap menurut taraf perkembangannya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Paud Mutiara Desa Batulayar Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Pemilihan tempat dan lokasi tersebut adalah berdasarkan pertimbangan adanya relevansi dengan permasalahan dan kemampuan peneliti untuk mengadakan penelitian. Sehingganya peneliti berharap kontribusi pemikiran yang nantinya peneliti paparkan pada hasil penelitian ini, dapat menjadi nilai tambah peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B di Paud Mutiara Desa Batulayar Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Adapun yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar Kecamatan Bongomeme tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang anak terdiri dari: 8 orang anak laki-laki dan 12 orang anak perempuan, dengan usia rata-rata + 5 tahun. Anak tersebut mempunyai tingkat kemampuan belajar yang berbeda-beda. Tingkat kemampuan anak-anak ini sebagai akibat dari latar belakang keluarga yang berbeda pula. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini ditentukan variabel-variabel
penelitian
yang dijadikan
fokus utama untuk
menjawab
permasalahan yang dihadapi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan baik dari kegiatan observasi, pelaksanaan pembelajaran siklus I maupun siklus II, maka hasil yang diperoleh adalah bahwa metode multisensori telah memberi perubahan yang berarti terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar.
Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar melalui metode multisensori yang dilakukan dalam dua siklus diperoleh hasil peningkatan untuk setiap siklus sesuai dengan indikator kinerja yang diharapkan yaitu dari 4 (empat) kategori penilaian yang dilakukan yaitu kategori mampu, cukup mampu, kurang mampu, dan tidak mampu diperoleh total hasil capaian yang dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu kategori mampu yang diperoleh dari akumulasi rata-rata hasil capaian dari anak yang mampu dan cukup mampu berdasarkan aspek yang diamati. Selanjutnya kategori kurang mampu yang diperoleh dari akumulasi rata-rata hasil capaian dari anak yang kurang mampu dan tidak mampu berdasarkan aspek yang diamati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.14 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kelompok B Paud Mutiara Melalui Metode Multisensori
No
Kegiatan Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Mampu Kurang Mampu Jumlah
%
Jumlah
%
1
Observasi Awal
8
40
12
60
2
Siklus I
13
65
7
35
3
Siklus II
17
85
3
15
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel di atas, sebelum tindakan dilakukan, kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar hanya mencapai 40% atau 8 anak yang mampu menunjukkan kemampuan membacanya dengan baik pada indikator kemampuan mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata, dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya kemudian setelah dilaksanakan tindakan siklus I meningkat sebesar 65% atau 12 anak yang mampu menunjukkan
kemampuannya dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata, dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya dan pada siklus II kemampuan membaca permulaan pada anak kembali meningkat mencapai 85% atau 17 anak yang mampu menunjukkan kemampuannya dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masingmasing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata, dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Hal tersebut diindikasikan dari perolehan rata-rata siklus I dari 65% pada siklus II meningkat menjadi 85%, sehingga indikator kinerja penelitian ini selesai pada siklus II dan telah berhasil meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B di Paud Mutiara. Tercapainya hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa penerapan metode multisensori berhasil dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B di Paud Mutiara. Meskipun demikian masih terdapat 3 anak atau 15% yang masih kurang mampu dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata, dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Mereka adalah Rizki Djibu, Olis Usul, dan Irma Mile. Untuk anak yang bernama Rizki Djibu berdasarkan hasil pengamatan kegiatan yang dilakukannya ia kurang mampu dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf dan membaca gabungan huruf dalam suku kata. Namun sudah mampu dalam menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Sementara anak yang bernama Olis Usul berdasarkan hasil pengamatan kegiatan yang dilakukannya ia kesulitan dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing
huruf,
membaca
gabungan
huruf
dalam
suku
kata,
dan
menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Sedangkan
untuk anak yang bernama Irma Mile berdasarkan hasil pengamatan
kegiatan yang dilakukannya ia cukup mampu dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Namun pada indikator ketiga membaca gabungan huruf dalam
suku kata ia tidak mampu melakukannya. Sehingga dalam pengajarannya selanjutnya guru perlu membimbing 3 anak tersebut berdasarkan kesulitan yang dihadapainya sampai mereka mampu dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata, dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Lebih jelasnya persentase peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar dalam mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, selanjutnya membaca gabungan huruf dalam suku kata dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya melalui metode multisensori, baik pada observasi awal,
siklus I maupun
pada siklus II dapat dilihat dalam gambar berikut. Gambar. 4.3 Peningkatan Kemampuan Anak Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar Melalui Metode Multisensori 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Mampu Kurang Mampu
OBSERVASI
SIKLUS I
SIKLUS II
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa metode multisensori mampu mempercepat proses membaca. Sesuai prinsip persepsi menurut Walgito (2002:123), membaca terkait erat dengan persepsi. Dalam hal ini metode multisensori saat belajar membaca diberikan secara visual, auditoris, taktil, dan kinestetik dan terbukti mampu meningkatkan kepekaan alat indera dan akhirnya mempertajam perhatian yang berguna bagi proses belajar. Perhatian sebagai syarat psikologis persepsi
memungkinkan individu untuk mengadakan seleksi terhadap stimulus (Walgito, 2002:78). Perhatian dipengaruhi variabel internal seperti motif, harapan, dan minat seseorang (Atkinson, 1997:225). Hal ini menentukan kemampuan anak dalam mengadakan seleksi terhadap stimulus yang akan dimasukkan dalam ingatannya, inilah yang menjadi acuan dalam menentukan gaya belajar seorang anak. Gaya belajar selanjutnya menentukan dengan cara seperti apa anak lebih mudah menerima stimulus berupa materi yang diajarkan. Dalam metode multisensori, stimulus yang disajikan dalam beberapa modalitas sekaligus ternyata mampu mengatasi perbedaan gaya belajar anak yang kurang diperhatikan di kelas. Selama pelaksanaan tindakan, metode multisensori diberikan seragam pada semua anak namun sesuai prinsipnya, metode ini diterapkan dalam empat sesi yaitu perangsangan visual – auditoris, perangsangan taktil, perangsangan kinestetik, dan recall. Jadi, secara keseluruhan metode ini mampu mengatasi perbedaan kemampuan anak dalam menangkap rangsangan belajar. Metode multisensori memberikan nilai lebih dalam hal memperkuat asosiasi antara bentuk, bunyi, penulisan, dan makna huruf. Anak akan lebih
mudah
menggabungkan
konsep-konsep
yang
sudah
diingatnya
dan
mewujudkannya dalam tulisan diikuti pemahaman bahasa yang lebih baik dari anak yang lain. Ross (1994:59) menambahkan pula bahwa kemampuan mengontrol dan mengkoordinasi gerakan tubuh (keterampilan kinestetik) diperlukan saat anak menulis berurutan dari baris ke baris, memusatkan perhatian pada penguasaan kata yang terdiri dari simbol huruf atau kalimat, membentuk huruf yang tepat saat menulis, dan membedakan arah saat menulis. Keterampilan-keterampilan tersebut diberikan dalam metode multisensori melalui tahapan yang terarah, sehingga anak mampu mengkoordinasikan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulus dan menerapkannya dalam hal membaca dan menulis. Selain itu, metode ini dengan sendirinya mengatasi kelemahan pada anak yang memiliki gaya belajar tertentu atau
bahkan yang memiliki kekurangan dalam alat inderanya yang bertujuan menstimulasi visual-auditoris, taktil, dan kinestetik secara berurutan. Keberhasilan metode multisensori dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan dalam penelitian ini memperkuat alasan bahwa metode multisensori dapat menjadi alternatif metode membaca untuk diterapkan secara praktis di Paud Mutiara. Penerapan yang dimaksud dapat dilakukan untuk tujuan pengenalan kosakata awal bagi anak usia dini. Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan di atas, membuktikan bahwa hipotesis tindakan yang berbunyi: “Jika metode multisensori diterapkan dalam pembelajaran, maka kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar Kecamatan Bongomeme akan meningkat”, dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. SIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat membuat simpulan bahwa ”Dengan menggunakan metode multisensori dalam pembelajaran, kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B Paud Mutiara Desa Batulayar Kecamatan Bongomeme meningkat. Hal ini dapat dilihat dari observasi awal berdasarkan indikator yang diamati sebelum pelaksanaan tindakan hanya terdapat 8 orang atau 40% anak yang mampu mengenal bentuk maupun bunyi dari masingmasing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya dengan baik. Setelah diadakan tindakan siklus I sudah terdapat 13 orang anak atau sebesar 65% anak yang mampu, dilanjutkan ke siklus II sudah mencapai 85% atau 17 orang anak yang mampu mengenal bentuk
maupun bunyi dari masing-masing huruf, mampu
membaca gabungan huruf dalam suku kata dan mampu menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. Sementara capaian indikator
kinerja yang diharapkan adalah 75%,sehingga penelitian ini melampui indikator kinerja yang diharapkan. 5.2 Saran Sebagai kontribusi positif bagi pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang menjadi subjek penelitian, hasil penelitian ini melahirkan saran-saran sebagai berikut. 1.
Untuk Paud, hendaknya memfasilitasi setiap pembelajaran yang dilakukan guru dalam upaya menstimulasi dan meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak sejak dini.
2.
Bagi guru, diharapkan dapat memberikan stimulus yang tepat dalam mengajarkan anak mengenal bentuk maupun bunyi dari masing-masing huruf, membaca gabungan huruf dalam suku kata dan menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya, yaitu dengan menggunakan variasi metode dan media yang menarik agar anak senang berlatih membaca, serta senantiasa memberikan apresiasi kepada anak dalam bentuk pujian agar anak termotivasi untuk melakukannya dengan baik.
3.
Bagi orang tua sebaiknya tidak terlalu memaksakan anak belajar membaca, karena suatu paksaan terhadap anak akan berdampak buruk, dan anak tentunya akan lebih menikmati apapun materi yang diajarkan jika diberikan secara menyenangkan dan dalam suasana yang akrab.
4.
Bagi peneliti lanjut, diharapkan dapat mengulangi penelitian ini dengan berbagai variasi dan perbaikan. Variasi dapat dilakukan misalnya dengan menggunakan media pembelajaran yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Atkinson, R. L. 1997. Pengantar Psikologi Jilid 1. (Alih Bahasa: Nurdjannah Taufiq dan Rukmini Barhana). Jakarta: Erlangga Ayriza, Y. 2005. Perbandingan Efektivitas Tiga Metode Membaca Permulaan dalam Meningkatkan Kesadaran Fonologis Anak Prasekolah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Darmiyati, Zuchdi & Budiasih, 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS Dardjowidjojo, S. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Djoehaeni, Heny. 2009. Kurikulum di Taman Kanak-Kanak. Online: http://file.upi.edu/Direktori/Djoehaeni/KurikulumTK/Compatibility/Mode pdf. Diakses: 28 Pebruari 2011 Grainger, J. 2003. Problem Perilaku, Perhatian, dan Membaca pada Anak: Strategi Intervensi Berbasis Sekolah (Alih Bahasa: Enny Irawati). Jakarta: Grasindo. Hurlock, E. B. 1991. Perkembangan Anak Jilid 1 (Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa dan Muslichach Zarkasih). Jakarta: Erlangga Khadafi. 2010. Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Metode Penggunaan Permainan Bahasa. Online:http://justnurman.wordpress.com /2010/11/25/. Diakses: 28 Pebruari 2011 Lestary, A. 2004. Perbedaan Efektivitas Metode Lembaga Kata dengan Alat Bantu Gambar dan Tanpa Gambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Mustaqim, Supriyanto Dede. 2007. Penerapan Pendekatan Multisensori Dalam Meningkatkan Pemahaman Makna Kata. Online: http://deyyjavu.
85
blogspot.com/2007/03/pendekatan-multisensori-dalam.html. Pebruari 2011
Diakses:
28
Nurbiana, Dhieni. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Univeristas Terbuka Nurhasanah & Tumianta, Didik. 2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia untuk SD dan SMP. Jakarta: Bina Sarana Pustaka Nurhayati, Sri. 2009. Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Di Kelas Awal Sekolah Dasar. Online: http://www.google.co.id/ search. Diakses: 28 Pebruari 2011 Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara Rukayah. 2004. Membaca, Menulis Permulaan dan Alternatif Membantu Siswa yang Berkesulitan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Sabarti Akhadiah, dkk. 1993. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Santosa, Puji. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka Uzer Usman, Moh. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Yusuf, M. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri