LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA LANCAR MELALUI METODE GLOBAL DI KELAS 1 SDN 11 MANANGGU KABUPATEN BOALEMO
[email protected] Rusmin Husain, Dajani Suleman, dan Darmawati Lumula 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca lancar melalui metode global di Kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo. Metode yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas. penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu, Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan tindakan, Tahap Pemantauan dan evaluasi, Tahap Analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan khususnya membaca lancar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo diketahui tingkat kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran masih rendah. Dari 18 orang siswa terdapat 23.08% atau 6 orang siswa yang dapat membaca dengan baik. Sementara siswa yang tingkat kemampuan membaca yang masih rendah cukup tinggi presentasinya yaitu 12 orang siswa 76.92%. dari jumlah siswa siswa Kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo belum mampu membaca dengan baik dan lancar. Pada siklus I diperoleh data dari 18 orang siswa SDN 11 Mananggu menunjukkan pada aspek Kelancaran Membaca terdapat 11 orang siswa atau 61% yang mampu membaca lancar. Pada aspek Lafal dan Intonasi terdapat 11 orang siswa atau 61% yang mampu membaca lancar sesuai Lafal dan Intonasi. Pada siklus II, tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah baik yaitu terjadi peningkatan menjadi 15 orang atau 83%. Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian adalah jika Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu yang menjadi subjek penelitian, mengalami peningkatan hingga mencapai 75 %, telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan. terjadi peningkatan yaitu 15 orang atau 83%. Dengan demikian, sebagian besar siswa sudah mampu Membaca lancar melalui metode global.
Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Metode Global
1
Dr. Rusmin Husain, S.Pd., M.Pd selaku dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo; Dra. Dajani Suleman, M.Hum; dan Darmawati Lumula selaku Mahasiswa Program PPKHB S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
2
Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa yang tidak kalah pentingnya dengan ketrampilan yang lain yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kita ketahui bahwa pada masa sekarang ini banyak buku, majalah, koran serta tulisan yang berbentuk lain sebagai penyampai informasi. Untuk itu ketrampilan membaca, sangat diperlukan untuk memahami informasi atau isi pesan yang ada. Tujuan membaca adalah untuk mendapatkan informasi, agar citra diri meningkat, untuk melepaskan diri dari kenyataan membaca merupakan penyaluran yang positif, membaca untuk tujuan rekreatif untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, tujuan membaca hanya untuk mengisi waktu luang, tujuan membaca mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis, tujuan utama membaca adalah untuk mendapatkan informasi, mencakup isi, memahami makna. Selanjutnya dikatakan bahwa secara umum, tujuan membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan membaca adalah (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. (Nurhadi, 2012:25) Kemampuan membaca menjadi bagian dari penguasaan dan perbendaharaan kata dan pengalaman baru yang setiap saat menjadi lebih meningkat. Dengan seringnya membaca maka makin terbukannya dalam memperoleh tambahan sejumlah kata-kata serta wawasan pengetahuan dan pengalaman. Penguasaan sejumlah kata sangat diperlukan untuk membuat sebuah kalimat yang memiliki makna. Melalui membaca perubahan perlu dilakukan secara terus menerus yang disesuikan dengan usia tingkat perkembangan dan pengalaman siswa, penggunaanya disesuaikan dengan pola dengan perkembangan dan tingkat kesulitan. Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar kelas satu, dua dan tiga untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam
3
pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatan mata pelajaran hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan pelajaran itu. Pada pembelajaran yang memisahkan penyajian mata pelajaran tersebut secara tegas kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Proses pembelajaran seorang guru seharusnya pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas I, II dan III lebih sesuai jika dikelola secara kreatif oleh guru dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran global. Hasil pengamatan peneliti secara empiris ditemui khususnya materi membaca lancar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo diketahui tingkat kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran masih rendah. Dari 18 orang siswa terdapat 23.08% atau 6 orang siswa yang dapat membaca dengan baik. Itupun masih banyak memerlukan bimbingan dan tuntunan guru. Sementara siswa yang tingkat kemampuan membaca yang masih rendah cukup tinggi presentasinya yaitu 12 orang siswa 76.92%. dari jumlah siswa siswa Kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo belum mampu membaca dengan baik dan lancar. Hal ini diketahui pada saat siswa menyampaikan pesan/informasi. Bacaan yang disampaikan oleh siswa tersebut kurang jelas. Siswa membaca tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Lancar melalui Metode Global di Kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian dalam skripsi ini adalah “Apakah dengan mengunakan metode Global dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca lancar di Kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo?
4
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca lancar melalui metode global di Kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo. Kegiatan belajar, tidak lepas dari kegiatan membaca. Karenanya, kemampuan untuk dapat membaca sangat penting untuk dikuasai. Apalagi, jika kemampuan membaca yang baik yang telah dimiliki, dapat diterapkan lagi dengan menggemari kegiatan membaca tersebut dan menjadikan sebuah kebiasaan. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa mendatang. Oleh karena itu, kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Berdasarkan telaah mendalam, sejauh ini di dunia belajar ini dikenal 2 metode besar, yaitu metode terstruktur dan metode tidak terstruktur (acak). Keduanya tidak lebih baik atau lebih jelek dari yang lainnya. Metode terstruktur dan tidak terstruktur (acak) bisa saling melengkapi sesuai karakter dua belahan sisi otak kita yang kini populer dengan istilah otak kiri dan otak kanan. Otak kiri memiliki karakteristik yang teratur, runut (sistematis), analitis, logis, dan karakter-karakter terstruktur lainnya. Kita membutuhkan kerja otak kiri ini untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan data, angka, urutan, dan logika. Adapun karakteristik otak kanan berhubungan dengan rima, Ritmik, musik, gambar, dan imajinasi. Aktivitas kreatif muncul atas hasil kerja otak kanan.
5
Melalui deskripsi tentang karakteristik dua belahan otak tersebut, kita tentu bisa melihat bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Apa jadinya para kreator-kreator seni jika tak punya tim manajemen yang handal. Bisa kita bayangkan pula sepi dan monotonnya dunia ini jika penghuninya hanyalah para ahli maa atau akuntansi yang selalu sibuk dengan angka. Secara personal, kita pun akan menjelma menjadi orang yang “timpang” jika tidak mampu menyeimbangkan kinerja dua sisi otak kita. Kita pun bisa tumbuh menjadi orang yang “ekstrem” dalam memandang belajar dan cara belajar. Belajar membaca lewat suku kata paling banyak digunakan, terutama di sekolah-sekolah. Prinsip dasarnya adalah terlebih dulu mengenali pola sebelum masuk pada fase membaca. Belajar lewat suku kata misalnya ba bi bu be bo dan seterusnya juga memiliki efek tersendiri, diantaranya kecepatan membaca yang sedikit lambat jika tidak diiringi latihan langsung lewat buku atau bacaan-bacaan. Mengapa demikian? Karena anak-anak akan terbiasa dengan membaca pola lebih dulu baru membaca. Kerja otak kiri lebih dominan dalam hal tersebut. Untuk mengimbanginya, kita harus lebih sering memotivasi anak untuk membaca kata-kata secara langsung lewat buku tanpa harus memilah suku katanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh apa yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Menurut Tambolon (2000:29) Adapun karakteristik membaca Anak Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: 1. Belajar membaca lewat kosa kata Kosa kata adalah pembentuk kalimat. Lewat kosa kata yang makin beragam, kalimat yang kita keluarkan pun akan semakin kaya. Lewat kosa kata, anak-anak akan belajar tak hanya kemampuan membaca tetapi juga perbendaharaan dan pemahaman akan kata-kata yang akan mereka gunakan dalam berbicara.
6
Variasi yang bisa digunakan diantaranya, kartu kata yang disajikan dengan model Glen Doman, poster kata yang ditempel di dinding, buku-buku bergambar yang kalimatnya pendek dan ukuran hurufnya cukup besar. Prinsip yang dipakai dari metode tersebut adalah belajar dengan melakukannya atau belajar membaca dengan membaca. Hal-hal khusus yang menyertai model ini adalah kemungkinan anak-anak untuk mengenal pola lebih lama. Artinya, bisa jadi untuk bisa benar-benar membaca semua kata
yang diperlihatkan kepada mereka (meski belum diajarkan)
membutuhkan waktu yang cukup lama, tergantung kecepatan anak. 2. Belajar Membaca lewat Suku Kata Model ini paling banyak digunakan, terutama di sekolah-sekolah. Prinsip dasarnya adalah terlebih dulu mengenali pola sebelum masuk pada fase membaca. Belajar lewat suku kata misalnya ba bi bu be bo dan seterusnya juga memiliki efek tersendiri, diantaranya kecepatan membaca yang sedikit lambat jika tidak diiringi latihan langsung lewat buku atau bacaan-bacaan. Mengapa demikian? Karena anakanak akan terbiasa dengan membaca pola lebih dulu baru membaca. Kerja otak kiri lebih dominan dalam hal tersebut. Untuk mengimbanginya, kita harus lebih sering memotivasi anak untuk membaca kata-kata secara langsung lewat buku tanpa harus memilah suku katanya. 3. Belajar membaca dengan mengeja Model ini di awali dengan pengenalan huruf baru kemudian merangkainya menjadi gabungan huruf dan kemudian kata. Sebenarnya metode ini sudah jarang digunakan orang karena memang terbukti cukup sulit bagi anak. Kerja otak kiri akan semakin dominan jika kita memakai metode ini. Anakanak harus melewati tiga tahapan menuju kata, yaitu huruf, suku kata, lalu kata. Memang ada anak-anak yang bisa belajar dengan metode ini, tapi lagi-lagi latihan membaca kata secara intensif harus mengiringinya agar anak-anak merasa percaya diri untuk membaca.
7
Adakalanya spesialisasi itu baik untuk mengenal kedalaman suatu ilmu, tapi dalam belajar membaca kita bisa mempergunakan multi metode sekaligus tanpa harus merasa tabu hanya karena teori yang kita peroleh dianggap paling rasional. Dengan kata lain, kita bisa memperkenalkan pada anak-anak kita semuanya, huruf, suku kata, ataupun kosa kata. Catatan pentingnya tentu saja: sajikan dengan perasaan riang sehingga anak-anak kita pun mendeteksi kegembiraan dan ketulusan yang kita berikan pada mereka. Hal itu jauh lebih berarti dan lebih efektif daripada segudang metode terhebat sekalipun Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan. Maka metode pembelajaran artinya cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Menurut Djamarah (2000:191) dalam pemilihan metode pengajaran ada beberapa faktor yang harus jadi dasar pertimbangan yaitu: berpedoman pada tujuan, perbedaan individual anak didik, kemampuan guru, sifat bahan pelajaran, situasi kelas, kelengkapan fasilitas dan kelebihan serta kelemahan metode pengajaran. Sehingga dengan memperhatikan beberapa faktor pertimbangan tersebut guru dapat menentukan metode mana yang tepat untuk digunakan ketika akan menyampaikan suatu materi pelajaran kepada muridnya, mungkin ia akan menggunakan satu metode saja atau mungkin menggunakan kombinasi dari beberapa metode pengajaran. Metode pembelajaran memiliki tiga kedudukan, yaitu: 1. Motivasi ekstrinsik sebagai alat pembangkit motivasi belajar. 2. Metode sebagai strategi pengajaran dalam menyiasati perbedaan individual anak didik.
8
3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, metode dapat meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan. Metode merupakan alat atau fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran mencapai tujuan. Oleh karena itu bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran. Dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo diawali dengan observasi awal kemudian dilanjutkan dengan dua siklus yang akan dilaksanakan pada, di mana untuk setiap siklus dua kali pemberian tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Dengan pengambilan data dilakukan pada pertemuan kedua. Subjek penelitian adalah siswa kelas I SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato yang berjumlah 18 orang yang terdiri dari: 8 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Para siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda pula. Adapun prosedur penelitian terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi. Data dalam
penelitian tindakan kelas ini digunakan beberapa instrumen pengumpul data yang terdiri dari observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Analisis data dilaksanakan
secara
kualitatif
dan
kuantitatif
pada
setiap
akhir
siklus
9
pembelajaran.Data yang dianalisis meliputi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa serta data hasil belajar siswa. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu yang dilakukan sebanyak dua siklus. Kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh Guru diamati dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan oleh pengamat sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Pengamatan kegiatan Guru berpedoman pada format penilaian yang tersedia meliputi 12 (dua belas) aspek penilaian, sebagaimana terlampir. Berdasarkan penilaian pengamat terhadap kegiatan Guru dalam proses belajar mengajar pada siklus 1, diperoleh data sebagaimana nampak pada tabel 7 berikut ini. Menunjukkan hasil pengamatan kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan Guru pada siklus 1 dari penilaian kolaborator, dapat dijelaskan dari 12 (duabelas) aspek kegiatan Guru yang diamati terdapat 9 aspek yang mendapat penilaian dengan kategori baik, 1 aspek mendapat penilaian kategori cukup, dan ada 2 aspek yang mendapat penilaian kategori kurang. Sementara untuk kategori penilaian sangat baik tidak ada. Hasil capaian penilaian kegiatan Guru pada siklus 1 ini, berdasarkan hasil pengamatan kolaborator, dapat dikatakan belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini, meskipun sudah ada 9 (sembilan) aspek yang sudah dilakukan Guru dengan baik, namun perlu diperbaiki dan ditingkatkan pelaksanaannya ke arah yang lebih baik dalam hal: membangkitkan minat, perhatian, dan partisipasi siswa,
penjelasan materi dengan menggunakan metode global,
kemampuan menggunakan metode global, penguasaan dalam penggunaan metode mengajar, pengorganisasian siswa, bimbingan terhadap siswa dalam membaca lancar, pemberian umpan balik maupun penguatan kepada siswa baik yang sudah mampu membaca lancar maupun yang belum. Untuk menindaklanjuti pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa mengenai perhatian dan partisipasi siswa terhadap kegiatan pembelajaran,
10
karena kegiatan masih didominasasi oleh siswa yang pandai. Perlu ditekankan kepada siswa agar siswa yang pandai memberi kesempatan kepada siswa yang kurang pandai untuk melakukan kegiatan tersebut. Guru harus selalu memberi semangat dan penguatan agar dapat membangkitkan keberanian siswa. Namun hal yang perlu diperbaiki guru dalam kegiatan pembelajaran siklus I ini adalah menyangkut penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif dan pengaturan waktu yang kurang efektif sesuai dengan alokasi waktu yang ada. Berdasarkan uraian singkat data di atas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian target yang ditentukan masih belum tercapai pada siklus I. kendala yang dihadapi adalah siswa masih malu maju di depan kelas dan belum terbiasa untuk maju di depan kelas. Sedangkan bagi peneliti sebagai Guru adalah belum mampu menciptakan suasana yang kondusif dalam memotivasi siswa belajar membaca lancar. Peneliti sebagai Guru masih kaku dan kurang percaya diri dalam melakssiswaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode global. Namun semua kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dilalui dengan hasil cukup baik. Pada kegiatan guru Siklus 2 Penilaian aspek yang diamati pada kegiatan sama halnya dengan aspek yang diamati pada siklus I. Siklus II juga mengamati 12 (duabelas) aspek kegiatan Guru sebagaimana terlampir. Aspek tersebut juga diamati dengan menggunakan lembar pengamatan
yang disusun untuk memantau
perkembangan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
Hasil
pengamatan kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan Guru pada siklus II menunjukkan bahwa dari 12 (duabelas) aspek yang dinilai terdapat 8aspek yang mendapat penilaian dengan kategori sangat baik, 4 aspek yang mendapat penilaian baik. Dari hasil penilaian tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan Guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar terkait dengan upaya meningkatkan Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu melalui penggunaan metode global sudah dilaksanakan dengan sangat baik.
11
Siswa merasa senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran karena dengan metode pembelajaran yang dipilih adalah metode global. Sebagian besar siswa sudah mampu Membaca lancar dalam pada metode global . Siswa semakin tertarik untuk belajar membaca lancar karena mereka menyadari bahwa pembelajaran membaca lancar merupakan hal yang sangat penting. Pada kegiatan siklus 1 Kemampuan membaca lancar pada siswa Kelas 1 SDN 11 Mananggu berdasarkan hasil observasi pada siklus I diperoleh data dari 18 orang siswa SDN 11 Mananggu menunjukkan pada aspek Kelancaran Membaca terdapat 11 orang siswa atau 61% yang mampu membaca lancar, 5 orang siswa atau 28% yang kurang mampu membaca lancar. Pada aspek Lafal dan Intonasi terdapat 11 orang siswa atau 61% yang mampu membaca lancar sesuai Lafal dan Intonasi, 3 orang siswa atau 17% yang kurang mampu membaca lancar sesuai Lafal dan Intonasi. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu pada siklus I mengalami peningkatan dibanding dengan kondisi awal sebelum diadakan tindakan siklus ini. Namun jika dibandingkan dengan indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian adalah jika Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu yang menjadi subjek penelitian, mengalami peningkatan hingga mencapai 75 %, belum mencapai indikator tersebut, sehingga perlu dilakukan penelitian tindakan kelas untuk siklus selanjutnya. Pada kegiatan siklus 2 Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu berdasarkan hasil observasi pada siklus II diperoleh data dari 18 orang siswa SDN 11 Mananggu menunjukkan pada aspek kelancaran membaca sudah terdapat 15 orang siswa atau 83% yang mampu Membaca lancar, 2 orang siswa atau 17% yang kurang mampu Membaca lancar. Pada aspek Lafal dan intonasi sudah terdapat 14 orang siswa atau 78% yang mampu membaca sesuai lafal dan intonasi, 4 orang siswa atau 22% yang kurang mampu membaca sesuai lafal dan intonasi
12
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dengan tindakan siklus I. Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian adalah jika Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu yang menjadi subjek penelitian, mengalami peningkatan hingga mencapai 75 %, telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan, sehingga tidak perlu dilakukan penelitian tindakan kelas untuk siklus selanjutnya Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yakni dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ” Jika digunakan metode pada siswa kelas I SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo maka kemampuan membaca lancar siswa akan meningkat” dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. Adapun kendala yang dihadapi siswa dalam membaca lancar yaitu ada siswa yang kurang memperhatikan maupun acuh tak acuh dalam proses pembelajaran. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan khususnya membaca lancar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo diketahui tingkat kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran masih rendah. Dari 18 orang siswa terdapat 23.08% atau 6 orang siswa yang dapat membaca dengan baik. Sementara siswa yang tingkat kemampuan membaca yang masih rendah cukup tinggi presentasinya yaitu 12 orang siswa 76.92%. dari jumlah siswa siswa Kelas 1 SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo belum mampu membaca dengan baik dan lancar. Pada siklus I diperoleh data dari 18 orang siswa SDN 11 Mananggu menunjukkan pada aspek Kelancaran Membaca terdapat 11 orang siswa atau 61% yang mampu membaca lancar, 5 orang siswa atau 28% yang kurang mampu membaca lancar. Pada aspek Lafal dan Intonasi terdapat 11
13
orang siswa atau 61% yang mampu membaca lancar sesuai Lafal dan Intonasi, 3 orang siswa atau 17% yang kurang mampu membaca lancar sesuai Lafal dan Intonasi. Pada siklus II, tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah baik yaitu terjadi peningkatan menjadi 15 orang atau 83%. Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian adalah jika Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu yang menjadi subjek penelitian, mengalami peningkatan hingga mencapai 75 %, telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan. terjadi peningkatan yaitu 15 orang atau 83%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yakni dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta Kemampuan membaca lancar pada siswa SDN 11 Mananggu. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ” Jika digunakan metode pada siswa kelas I SDN 11 Mananggu Kabupaten Boalemo maka kemampuan membaca lancar siswa akan meningkat” dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. Adapun kendala yang dihadapi siswa dalam membaca lancar yaitu ada siswa yang kurang memperhatikan maupun acuh tak acuh dalam proses pembelajaran. Saran Sehubungan dengan simpulan yang telah dikemukakan tersebut, peneliti menyarankan sebagai berikut. 5.2.1
Bagi Guru, diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif mengikuti proses pembelajaran membaca melalui penggunaan metode global yang lebih menarik, mengevaluasi efisien dan efektivitas penerapan penggunaan metode global untuk meningkatkan kemampuan membaca lancar. Serta memberikan motivasi kepada siswa dan memberikan penguatan kepada siswa yang sudah mampu membaca, sehingga siswa dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik.
5.2.2
Bagi siswa, hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha meningkatkan kemampuan membaca lancar sehingga memperoleh
14
kemampuan belajar yang optimal, memiliki rasa senang untuk membaca melalui penggunaan alat peraga yang tersedia. 5.2.3
Bagi peneliti lainnya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk menentukan faktor-faktor lain yang dapat mendukung peningkatan Kemampuan membaca lancar.
5.2.4
Peneliti : Sebagai suatu pengalaman dalam membelajarkan IPS dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tingkatan pola pikir siswa SD pada khususnya
Daftar Pustaka Ardipa. 2004. Buku Ajar Pengantar Teknik Vokal. Padang : UNP Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III Cet IV: Jakarta, Balai Pustaka Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui :Depdikbud,Dirjen Dikti, PPLPTK.
Pengalaman
Musik.
Jakarta
Mahfuz Sholahuddin dkk., 2003. Metodologi Pendidikan Islam, Surabaya: Bina Ilmu. Maya A. Pujiati, http://pendidikan-rumah.blogspot.com/2007/08/belajar-membaca-untuk-anakusia-dini.html. Akses Tanggal 25 November 2012. Nurhadi, http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060356-tujuan-membaca/, di akses Tanggal 25 November 2012 Nurma Yeni, Penerapan Metode Tematik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas I - III Di SD Muhammadiyah Demangan Yogyakarta , Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Setiawan, Didin., dkk., 2006. Modul Diklat Rumpun Bidang Pendidikan dan Akademis, Pengembangan Silabus dan RPP Kurikulum Tingkat Satuan, (Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Litbang dan Diklat Pusdiklat Tenaga Tenis Keagamaan,
15
Syaiful Bahri Djamarah, 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Sagala, 2003. Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Syakir Abdul Azhim, 2002. Membimbing Anak Terampil Berbahasa, (Jakarta: Gema Insani Tampubolon, 2000. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung: Angkasa Tukar, 2003. Mahir Berbahasa Indonesia. Kurikulum Berbasis Kompetensi :Jakarta Yudistira. Ustman, Moh. Uzer dan Dra. Lilis Setiyawati, 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,Bandung : Rosdakarya. W.J.S. Poerwadarminta, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke III, Jakarta: Yudistira.
16