LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENCERITAKAN ISI GAMBAR MELALUI METODE CARD SORT DI KELAS I SDN 08 MANANGGU KABUPATEN BOALEMO
[email protected] Dajani Suleman, Rusmin Husain, dan Ningsi Yusuf 1 ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Melalui Metode Card Sort Kemampuan Siswa menceritakan Isi Gambar di Kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo dapat ditingkatkan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan Kemampuan Siswa Menceritakan Isi Gambar Melalui Metode Card Sort di Kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo. Metode yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas. penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu, Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan tindakan, Tahap Pemantauan dan evaluasi, Tahap Analisis dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tindakan siklus I terdapat 16 orang siswa melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan atau yang sudah mampu menceritakan isi gambar sebesar 16 orang 72.73% . Sedangkan 6 orang siswa atau 27.27% yang belum mampu membaca isi gambar dan pada pelaksanaan tindakan siklus II 19 orang siswa melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan atau yang sudah mampu belajar sebesar 86.36%, ternyata Dengan menggunakan card sort dapat meningkatkan kemampuan siswa menceritakan isi gambar di kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo. Berdasarkan kemampuan belajar siswa pada kegiatan siklus I dan II, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode card sort dapat meningkatkan kemampuan menceritakan isi gambar pada siswa Kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo. Hal ini terlihat pada siklus I, bahwa kemampuan siswa hanya 16 orang. Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemampuan siswa meningkat menjadi 21 orang. Dengan perbandingan siklus I ke siklus II mencapai 80% peningkatan kemampuan belajar siswa.
Kata Kunci: Kemampuan Siswa, Metode Card Sort
1
Dra. Dajani Suleman, M.Hum selaku dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo; Dr. Hj. Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd; dan Ningsi Yusuf selaku Mahasiswa Program PPKHB S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
2
Pembelajaran berbicara diperoleh lewat komunikasi dalam keluarga dan juga dikembangkan secara sistematis di dalam pembelajaran formal di sekolah. Kemampuan berbicara sama halnya dengan kemampuan bercerita masih terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi. Peningkatan kemampuan berbicara/bercerita dimaksudkan agar siswa SD mampu memahami pembicaraan orang lain baik secara langsung ataupun lewat media, misalnya radio, televisi, dan pita perekam (kaset).dan pengalaman tujuan yang lain adalah agar siswa mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan kepada orang lain. Dengan demikian kemampuan siswa dalam bercerita secara lisan diharapkan dapat memotivasi siswa untuk tampil di depan umum,(Puspita,2007:3.2) Namun permasalahan yang terjadi di kelas selama ini adalah siswa belum mampu berbicara/bercerita dengan bahasa Indonesia terstruktur. serta tidak sesuai dengan situasi dan konteks yang diharapkan.masalah ini bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam hal bercerita. Adapun bercerita yang dimaksud adalah kemampuan menceritakan isi teks. Kegiatan dalam menceritakan isi teks sangat baik dilakukan oleh siswa sejak dini. Namun kenyataan di lapangan tidak seperti yang diharapkan. Hal ini masih banyak siswa yang belum mampu menceritakan isi teks yang telah dibaca meskipun dengan katakata. Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa (a) semangat belajar siswa dan partisipasi siswa dalam memanfaatkan sarana belajar di sekolah masih relatif rendah; (b) pada ulangan Semester I masih belum mencapai tingkat ketuntasan. Banyak faktor penyebab “belum” maksimalnya prestasi belajar siswa; dan (c) rata-rata tingkat ketuntasan belajar siswa setiap KD pada mata pelajaran Bahasa Indonesia baru mencapai 60% dari 22 siswa. Metode pembelajaran Card Sort dimaksudkan menjadikan kebiasaan guru yang bersifat otorite menjadi fasilitator, mengubah kegiatan pembalajaran ego-involment menjadi task-involment, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif serta dapat: 1. Membangkitkan minat siswa untuk
3
belajar menemukan sendiri, 2. Bekerja sama dan mengomunikasikan hasil belajarnya, dan 3. Siswa semakin aktif serta kooperatif. Berdasarkan kesenjangan di atas, peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian lebih yang diformulasikan dalam suatu judul penelitian: “Meningkatkan Kemampuan Siswa Menceritakan Isi Gambar melalui Metode Card Sort di Kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo” Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kosa kata yang dimiliki siswa masih kurang; 2. Belum digunakannya metode yang tepat dalam pembelajaran bercerita ataupun berbicara yang menarik siswa; 3. Kemampuan siswa kelas I menceritakan isi gambar masih rendah; 4. Siswa kelas I sulit memahami isi gambar; Siswa kurang berani untuk bercerita Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian dalam skripsi ini adalah “Apakah Melalui Metode Card Sort Kemampuan Siswa menceritakan Isi Gambar di Kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo dapat ditingkatkan? Berpijak dari latar belakang serta rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan Kemampuan Siswa Menceritakan Isi Gambar Melalui Metode Card Sort di Kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo. Bentuk komunikasi lisan ini paling banyak digunakan orang dalam kehidupan sehari-hari, karena bentuk komunikasi verbal dianggap paling sempurnah, efisien dan efektif. Dalam konsep berbicara hal yang tidak bisa dipisahkan adalah kegiatan menyimak. Kedua kegiatan ini merupakan proses interaksi antarwarga dalam masyarakat yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Komunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya
4
disebut komunikasi verbal. Ada pula komunikasi lain dengan menggunakan gerakgerik, isyarat atau bendera sebagai alatnya. Kegiatan komunikasi dengan menggunakan alat bukan bahasa seperti itu dinamakan komunikasi nonverbal. Pada kenyataannya, komunikasi verbal itulah yang kita lakukan dalam kehidupan seharihari. Komunikasi verbal itulah yang kita ajarkan di sekolah-sekolah, (Puspita 2007:35). Penguasaan teori berbicara bukanlah tujuan utama dalam pembelajaran berbicara. Hal terpenting dalam pembelajaran berbicara adalah siswa mampu berbicara sesuai dengan konteks. Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Menurut Pangeyasa (2004: 43) bahwa “keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang secara lisan baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh”. Menurut Ibrahim (2005:36) memberikan pengertian bahwa “kemampuan berbicara adalah kemampuan bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya”. Kompetensi komunikatif sebagai inti dari pengajaran berbicara juga berhubungan dengan kemampuan sosial dan menginterpretasikan bentuk-bentuk linguistik. Para siswa tentu sudah memiliki pengetahuan sebagai modal dasar dalam bertutur karena siswa berada dalam suatu lingkungan sosial yang menuntutnya untuk paham kode linguistik. Pengertian lebih lanjut dikemukakan Moris (Novia, 2002:67) yang menyatakan bahwa “kemampuan berbicara merupakan kemampuan menggunakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial”. Berdasarkan definisi yang dikemukakan olah ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud dan perasaan kepada orang lain.
5
Sehingga hakikat keterampilan berbicara dapat disimpulkan adalah merupakan keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan Menurut Puji Santoso, dkk. (2010:21) Kemampuan berbahasa lisan terdiri dari keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Keterampilan menyimak dan berbicara sangat erat kaitannya, bersifat resiprokal. Dalam kehidupan sehari-hari penyimak dan pembicara dapat berganti peran secara spontan, yaitu dari penyimak menjadi pembicara dan dari pembicara menjadi penyimak. Sehingga itu, menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan. Di mana pun kita berada, kedua jenis keterampilan berbahasa ini hampir selalu kita perlukan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berbahasa lisan merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatihkan kepada para siswa di sekolah. Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, menyimak dan berbicara berlangsung dalam waktu bersamaan. Hubungan keduanya ibarat sekeping uang logam yang memiliki dua sisi. Bila ada menyimak pasti ada berbicara. Demikian pula sebaliknya, jika ada berbicara tentu ada menyimak. Berbicara, seperti sudah disinggung di muka, merupakan jenis keterampilan berbahasa lisan,(Puspita 2007:3.1) Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Penyampaian Pesan yang diterima oleh peyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh pembicara. Ditemukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan.
6
Dengan berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada kita. melalui menyimak kita menerima informasi dari seseorang. Pada kenyataanya, peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi. Dalam penerapan pengajaran kontekstual guru harus mampu memilih model pengajaran yang tepat. Salah satunya adalah model pembelajaran card sort. Model pembelajaran
ini
adalah
model
yang
dikembangkan
oleh
Shiberman
(2006:21). Model ini dilakukan dengan cara: a. Memberikan kartu indeks kepada masing-masing peserta didik.(judul suatu cerita yang telah dibacakan) b. Meminta peserta memilih kartu yang telah diberikan judul suatu cerita c. Peserta yang telah memilih dipersilahkan untuk mempresentasikan kepada yang lain. Penerapan model card sort dengan CTL dianggap cocok untuk tingkat perkembangan anak SD. Hal ini karena model pembelajaran card sort mengandung unsur permainan yang disukai siswa. Penerapan card sort, dapat digunakan dalam pembelajaran, dengan cara menggunakan kartu-kartu yang dibuat oleh seorang guru. Di dalamnya terdapat poinpoin yang berkaitan tentang suatu materi. Prosedur yang digunakan ketika menerapkan metode card sort dalam pembelajaran adalah: 1. Memberikan masing-masing peserta didik kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih kategori. 2. Meminta peserta didik untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori sama.
7
3. Membiarkan peserta didik dengan kartu kategorinya sama menyajikan sendiri kepada orang lain. 4. Selagi masing-masing kategori dipresentasikan, dibuat beberapa poin mengajar yang dirasa penting.(Zaini, 2008:20) Dalam interaksi model card sort guru menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak untuk saling membutuhkan, inilah yang dimaksud positive interdependence atau saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif ini dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, ketergantungan tugas, ketergantungan sumber belajar, ketergantungan peranan dan ketergantungan hadiah. Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan card sort ini adalah untuk mengungkapkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari siswa. (Wahyudin, 2009:1). Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan “memilah dan memilih kartu ”Card Short” ini adalah untuk mengungkapkan daya ingat atau recall terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari siswa. Sehingga siswa benar-benar memahami dan mengingat pelajaran yang telah diberikan (Hartono, 2006:1). Metode Card Sort (Mensortir kartu) yaitu suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran. (Yasin, 2008:185) Salah satu ciri dalam metode Card Short yaitu pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan menjelaskan materi yang perlu dibahas atau materi yang belum dimengerti siswa setelah presentasi selesai. Sehingga materi yang telah dipelajari benar-benar difahami dan dimengerti oleh siswa. Ciri khas dari pembelajaran aktif model Card Short ini adalah siswa mencari bahan sendiri atau materi yang sesuai dengan kategori kelompok yang diperolehnya dan siswa mengelompok sesuai kartu indeks yang diperolehnya. Dengan demikian siswa menjadi aktif dan termotivasi dalam proses belajar mengajar (Fadeh, 2009:38).
8
Metode Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action Research) yang dilaksanakan selama dua siklus. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran Card sort dengan tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas Kelas I SDN 08 Mananggu, diawali dengan observasi awal kemudian dilanjutkan dengan dua siklus yang akan dilaksanakan pada, di mana untuk setiap siklus dua kali pemberian tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Dengan pengambilan data dilakukan pada pertemuan kedua Subjek penelitian adalah siswa Kelas I SDN 08 Mananggu yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari: 9 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Para siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda pula. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2013/2014 Adapun prosedur penelitian terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi. Data dalam
penelitian tindakan kelas ini digunakan beberapa instrumen pengumpul data yang terdiri dari observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Analisis data dilaksanakan
secara
kualitatif
dan
kuantitatif
pada
setiap
akhir
siklus
pembelajaran.Data yang dianalisis meliputi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa serta data hasil belajar siswa. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan kemampuan menceritakan isi gambar siswa kelas 1 SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo
melalui penggunaan metode card sort telah
menunjukkan hasil yang memuaskan. Pada siklus 1 24 aspek yang diamati dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, aspek yang mencapai kriteria baik sebanyak 16 aspek dengan prosesntase
9
66.67% sedangkan kriteria cukup 8 aspek
dengan persentase 33.33 %, yang
kesemuanya itu adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan guru. Pada siklus 1 Kemampuan siswa mengurutkan gambar secara tepat sebanyak 13 orang (59.09%) dan Kemampuan siswa menceritakan gambar, jumlah siswa yang memiliki kemampuan sebanyak 14 orang (63.64%) Secara umum, indikator keberhasilan dalam penelitian ini belum tercapai pada siklus I. Kemampuan siswa menceritakan isi gambar dengan indikator kinerja 80% pada pembelajaran bahasa Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 16 orang siswa melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan atau yang sudah mampu sebesar 72.73%. Sedangkan 6 orang siswa atau 22.27% yang belum mampu dalam belajar, atau berada di bawah indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan perlu dilanjutkan ke siklus II untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus I. Pada kegiatan siklus 2 dari 24 aspek pengamatan pembelajaran pada siklus II yang mencapai kriteria baik hanya 16 aspek (70.83%) dan kriteria cukup 8 aspek (29.16%). Sedangkan pada siklus II aspek yang mencapai kriteria baik 21 aspek (87.5%) dan kriteria cukup 3 aspek (12.5%), sehingga peningkatannnya mencapai 5 aspek atau 20.83%. Adapun kemampuan siswa Kemampuan Mengurutkan Gambar secara tepat sebanyak 19 orang (86.36%), kurang mampu sebanyak 2 orang (9.09%), dan yang tidak mampu sebanyak 1 orang (5.45%). Kemampuan Menceritakan Gambar, jumlah siswa yang memiliki kemampuan sebanyak 18 orang (81.82%), kurang mampu sebanyak 4 orang (18.18%), dan yang tidak mampu sebanyak 0 orang (0%). Secara umum, indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai pada siklus II. Jumlah siswa yang telah mencapai indikator kinerja sebesar kemampuan siswa menceritakan isi gambar dengan indikator kinerja 80 pada pembelajaran bahasa Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 21 orang siswa melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan atau yang sudah mampu belajar sebesar 87.5%
10
Keberhasilan capaian target berdasarkan indikator kinerja disebabkan oleh refleksi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra sehingga peneliti mengatasi segala kekurangan yang terjadi di siklus I. Adapun langkahlangkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut : 1) Peneliti merevisi langkah-langkah pembelajaran 2) Peneliti lebih memfokuskan pada jenis kesalahan yang dibuat oleh siswa untuk diperbaiki. 3) Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, peneliti berusaha menciptakan kondisi belajar yang kondusif. 4) Mengoptimalkan proses belajar mengajar dengan memperhatikan komponenkomponen kegiatan belajar mengajar yang masih dalam kategori cukup. Sehingga peneliti mengabungkan kegiatan siklus 1 dan siklus 2 dalam penggunaan metode card sort yang dapat meningkatkan kemampuan menceritakan isi gambar pada siswa Kelas I SDN 08 Mananggu dalam tabel berikut ini: Tabel 3
: Rekapan Tabel Kemampuan siswa menceritakan isi gambar Siklus 1 dan siklus 2
Pengamatan
Penilaian
Siklus 1
Jumlah Nilai Rata-rata Jumlah Nilai Rata-rata
Siklus 2
ASPEK PENILAIAN Mampu Mengurutkan Mampu Menceritakan Isi Gambar Gambar M KM TM M KM TM 3 2 1 3 2 1 13 59,09%
6 27,27%
3 13,64%
14 63,64%
3 5 13,64% 22,73%
19
2
1
18
4
-
86,36%
9,09%
4,55%
81,82%
18,18%
-
Berdasarkan tabel di atas kemampuan belajar siswa pada kegiatan siklus I dan II, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode card sort dapat meningkatkan kemampuan menceritakan isi gambar pada siswa Kelas I SDN 08 Mananggu
11
Kabupaten Boalemo. Hal ini terlihat pada siklus I, bahwa kemampuan siswa hanya mencapai 72.73%. Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemampuan siswa meningkat sebesar 87.5%. Dengan perbandingan siklus I ke siklus II mencapai 80% peningkatan kemampuan belajar siswa. Sehingga disimpulkan bahwa ”Dengan menggunakan metode card sort maka kemampuan menceritakan isi gambar pada siswa kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo
meningkat” dengan demikian hipotesis penelitian tindakan
kelas ini dapat diterima. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan II, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus I dan II, ternyata Dengan menggunakan card sort dapat meningkatkan kemampuan siswa menceritakan isi gambar di kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo. Berdasarkan kemampuan belajar siswa pada kegiatan siklus I dan II, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode card sort dapat meningkatkan kemampuan menceritakan isi gambar pada siswa Kelas I SDN 08 Mananggu Kabupaten Boalemo. Hal ini terlihat pada siklus I, bahwa kemampuan siswa hanya mencapai 72.73%. Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemampuan siswa meningkat sebesar 87.5%. Dengan perbandingan siklus I ke siklus II mencapai 80% peningkatan kemampuan belajar siswa Saran Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Hendaknya seorang guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, siswa diajak berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan siswa ini dapat meningkatkan kemampuan siswa tentang materi yang dipelajari.
12
2. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam menceritakan isi gambar pada siswa kelas rendah, siswa hendaknya lebih memahami cara membaca dengan gambar yang disajikan.
Daftar Pustaka Dewanti, Yani candra, 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita Melalui Gambar Berseri Pada Siswa Kelompok di Sekolah Dasar Kelas Rendah. Fadeh. 2009. Aplikasi Metode Card sort dalam Pebelajaran. Jakarta : Pustaka Setia Hartono, 2006. Metode Card Soft. (Online) http://zaifbio.wordpress.com/2012/08/15/metodecard-short/ diaskes tanggal 20 April 2014. Ibrahim, A.S. 2005. Pengantar Sosiolinguistik; Sajian Bunga Rampai. Malang: Universitas Negeri Malang. Novia, T. 2002. Strategy to Improve Student’s Ability in Speaking. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang Pangeyasa, W. 2004. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas I MTs Sunan Kalijogo Malang Melalui Strategi Pemetaan Pikiran. Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Puji Santoso, dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka Puspita. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta. Depdiknas. Sanaky. Hujair AH. 2006. Metode dan Strategi Pembelajaran Berorientasi pada Pemberdayaan Peserta Didik. (Online) http://www.sanaky.com/materi/01 diakses tanggal 9 Juni 2014. Santoso, Puji. 2003. Marteri dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Silberman, Melvin. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
13
Sugiyono, 2005. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Wahyudin, 2009. Metode Pembelajaran; Berbasis Game. Yogyakarta: PUSTAKA INSANI Madani Yasin, A.Fatah 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN PRESS, Zaini, Hisyam dkk, 2008. Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: PUSTAKA INSANI Madani.
14