LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSAKATA MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS II SDN 10 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO
[email protected] Salma Halidu, Yusuf Djafar, dan Asep Valentina Puluhulawa 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah ”Apakah Model Role Playing dapat meningkatkan kemampuan kosakata pada siswa kelas II SDN 10 Batudaa Kabupaten Gorontalo? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Kemampuan Kosakata Siswa melalui Model Role Playing di kelas 1I SDN 10 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi, serta tahap analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil observasi awal dari 20 orang siswa hanya 25% yang memiliki kemampuan dalam meningkatkan kosakata dan 75% tidak mampu dalam meningkatkan kosakata. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa kategori siswa mampu yaitu 10 orang atau persentase 50%, sedangkan siswa yang tidak mampu adalah 10 orang atau 50%. Sehubungan dengan hal ini maka indikator keberhasilan yang ditetapkan belum tercapai, sehingga masih perlu dilanjutkan pada siklus II. Selanjutnya pada siklus II kemampuan kosakata pada siswa kelas II SDN 10 Batudaa Kabupaten Gorontalo meningkat menjadi 17 orang atau sebesar 85% sedangkan siswa yang tidak mampu yaitu 3 orang atau 15%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Kosakata pada siswa kelas II SDN 10 Batudaa Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan melalui model Role Playing.
Kata Kunci : Kemampuan Kosakata, Role Playing
1
Dra. Hj. Salma Halidu, M.Pd selaku dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo; Dr. Yusuf Djafar, M.Pd; dan Asep Valentina Puluhulawa selaku Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
2
Berbicara pasti berhubungan erat dengan penguasaan kosakata. Penguasaan kosakata
yang lebih banyak memungkinkan siswa untuk
menerima dan
menyampaikan informasi yang lebih luas dan kompleks. Seperti diungkapkan olh Nurgiantoro (2006:154) “untuk dapat melakukan kegiatan berkomunikasi dengan berbahasa diperlukan penguasaan kosakata dalam jumlah yang cukup memadai.” Penguasaan kosakata pada usia SD sangatlah penting dan merupakan dasar yang kuat untuk penguasaan kosakata pada usia selanjutnya. Pada saat itu siswa dibimbing dengan teratur dan sistematik dalam proses menyadari dunia dan alam sekitarnya bahkan ke luar dunia alam sekitarnya yang disebut proses belajar. Namun yang terjadi saat ini adalah kemampuan kosakata siswa ketika diberi tugas untuk mengerjakan soal untuk dijawab berdasarkan wacana sangat sulit untuk siswa kerjakan dan sulit untuk dipahami karena masih banyak siswa tidak dapat membedakan makna antonym (lawan kata), sinonim (persamaan kata), konotasi dan denotasi. begitu juga ketika siswa diajak untuk berkomunikasi baik dengan guru ataupun dengan teman-temannya masih cenderung menggunakan bahasa ibu, karena bahasa tersebut adalah pertama kali yang dikenal siswa dilingkungan keluarga. Melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas II SDN 10 Batudaa yang berjumlah 20 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan ditemukan adanya penguasaan kosakata yang minim, yaitu hanya ada 5 orang atau persentase sebesar 25% yang dapat menguasai kosakata dengan benar sedangkan 15 orang atau persentase 75% belum dapat menguasai kosakata yang baik dan benar. Hal ini
3
disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa terhadap kosakata yang mengandung makna Antonim (kata yang berlawanan), Sinonim (persamaan kata), Denotasi (makna sebenarnya) dan Konotasi (makna kiasan). Dan dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang belum terampil dalam menggunakan kata-kata atau berbicara. Disamping itu belum terciptanya kebiasaan berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan minimnya penguasaan kosakata. Serta pembelajaran masih cenderung konvensional, sebelumnya masih menggunakan model pembelajaran yang belum tepat atau hanya dengan pemberian tugas tanpa adanya respon balik dari siswa. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran sehingga dalam pembelajaran berlangsung hanya guru yang terlihat aktif. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengatasi kurangnya kosakata yang dimiliki siswa mempengaruhi keterampilan berbicara melalui model pembelajaan terbaru. Model pembelajaran yang dimaksud adalah Model Role Playing dimana suatu cara penguasaan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Role playing berfungsi dapat menambah kosakata yang dimiliki siswa lewat peran yang dimainkannya dan melatih siswa untuk berbicara atau berkomunikasi dengan baik dan benar. Selain menyukai peran, siswa berusaha menjiwai setiap perannya. Melalui peran yang dimainkannya dapat menambah perbendaharaan kata.
4
Model role playing salah satu model pembelajaran yang menyajikan hal-hal yang konkret dan melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan kosakata, lewat peran yang dimainkannya seperti Penghayatan dalam peran, Imajinasi, keaktifan dalam bermain dan ekspresi. Berdasarkan kenyataan dan permasalahan diatas, maka peneliti mencoba mengadakan penelitian tindakan kelas yang setidaknya mampu mendapatkan formula baru dalam mengatasi permasalahan yang selama ini dihadapi, khususnya dalam keterampilan berbicara atau berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan peningkatan Bahasa Indonesia melalui peningkatan kemampuan kosakata yang dimiliki siswa. Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian tindakan kelas tentang ”Meningkatkan Kemampuan Kosakata melalui Model Role Playing pada Siswa Kelas II SDN 10 Batudaa”. Adapun Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan Melalui Model Role Playing dapat Meningkatkan Kemampuan Kosakata pada Siswa Kelas II SDN 10 Batudaa”? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Kemampuan Kosakata melalui Model Role Playing Siswa Kelas II SDN 10 Batudaa Kosakata merupakan salah satu aspek bahasa yang sangat penting keberadaannya. Dalam kamus besar bahasa indonesia (Dekdikbud, 2006:527), Kosakata diartikan sebagai, “Perbendaharaan Kata”. Selain itu, Rahayu (2010) menyatakan bahwa “kosakata adalah keseluruhan kata atau perbendaharaan kata atau istilah yang mengacu pada konsep-konsep tertentu yang dimiliki oleh seseorang atau suatu bahasa dalam suatu lingkungan. Dowdowski (2011) menyatakan bahwa Kosakata merupakan keseluruhan kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kosakata adalah keseluruhan kata yang tersedia baik kosakata aktif yang digunakan oleh pembaca dan penulis maupun Kosakata fasif yang digunakan oleh pembaca dan pendengar. Hal sendiri dikemukakan Adiwinarta (dalam Husen 2011:7) bahwa: “Kosakata 1). Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, 2). Kata yang dikuasai
5
oleh seseorang atau kata-kata yang dipakai oleh segolongan orang dalam lingkungan yang sama, 3). Daftar sejumlah kata dan frase dari suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai batasan dan keterangan”. Sedangkan menurut Swahnell (2010) Kosakata atau penggunaan kata dalam bahasa, buku, karangan atau cabang ilmu pengetahuan dan penyusunan kata dalam bahasa. Kemudian Keraf (1991:24) dalam bukunya mengemukakan bahwa kosakata atau pembendaharaan kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. Pendapat Keraf tersebut memberikan penegasan bahwa sesungguhnya kosakata itu merupakan keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Pendapat tersebut mengupas mengenai istilah kata. Maka perlu juga dibahas mengenai istilah kata tersebut. Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa Kosakata adalah kemampuan kata yang dimiliki seseorang yang mengacu pada konsep tertentu, memiliki aturan serta kaidah-kaidah tertentu. Dan digunakan untuk memberi dan menerima informasi Kualitas keterampilan berbahasa seseorang sangat dipengaruhi pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya (Tarigan 2009). Semakin kaya kosakata yang dimiliki, semakin terampil pula dalam berbahasa. Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual. Suatu program yang sistematis dalam perkembangan kosakata dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial serta faktor-faktor geografis. Pembelajaran kosakata diajarkan dalam konteks wacana, dipadukan dengan kegiatan pembelajaran seperti percakapan. Upaya memperkaya kosakata perlu dilakukan secara terus menerus melalui membaca, dengan banyak membaca maka kemampuan kosakata seseorang akan meningkat sehingga mempermudah dirinya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Untuk dapat memperoleh hasil pembelajaran kosakata yang optimal, guru
6
perlu membekali siswa dengan kata-kata yang berkaitan dengan bidang tertentu. Dalam setiap bidang ilmu digunakan kata-kata khusus. Upaya pemerkayaan kosakata perlu dilakukan secara terus menerus dan dapat diperoleh melalui bidang-bidang tertentu (Depdikbud 2006:35). Hadari Nawawi (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa bermain peran (role playing) adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu organisasi atau kelompok di masyarakat. Sehubungan dengan itu, Santoso (2011:108) mengatakan bahwa model role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dengan kata lain bahwa model pembelajaran role playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar. Hapidin (dalam Kartini, 2007:206) menyatakan bahwa dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain peran, anak
diberi
kebebasan
untuk
menggunakan
benda-benda
sekitarnya
dan
mengkhayalkannya jika benda tersebut diperlukan dalam memerankan tokoh yang dibawakan. Contoh kegiatan ini misalnya anak memerankan bagaimana Bapak Tani mencangkul sawahnya, bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu bunga, bagaimana gerakan pohon yang ditiup angin, dan sebagainya. Baroro (2011:315) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam role playing peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri.
7
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 10 Batudaa tempat peneliti bertugas dengan rentang waktu 2 bulan pada tahun pelajaran 2013/2014. Dengan alasan pemilihan tempat penelitian ini menurut penulis bahwa lokasi tersebut dapat dijangkau oleh peneliti baik dalam hal waktu dan biaya serta mudah memperoleh izin. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas II SDN 10 Batudaa yang berjumlah 20 orang terdiri terdiri dari 10 laki-laki dan 10 orang perempuan. Subyek dalam penelitian ini memiliki karakteristik dan latar belakang keluarga yang berbedabeda Adapun prosedur penelitian terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi. Data dalam
penelitian tindakan kelas ini digunakan beberapa instrumen pengumpul data yang terdiri dari observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Analisis data dilaksanakan
secara
kualitatif
dan
kuantitatif
pada
setiap
akhir
siklus
pembelajaran.Data yang dianalisis meliputi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa serta data hasil belajar siswa. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada pelaksanaan tindakan siklus I hasil menunjukkan adanya perubahan. Baik informasi balikan yang dipantau oleh teman sejawat dalam pembelajaran serta hasil kemampuan siswa yang di uji melalui tes evaluasi. Setelah siadakan tindakan melalui siklus I kemampuan kosakata siswa melalui model role playing di kelas II SDN 10 Batudaa Kabupaten Gorontalo, belum mencapai standar indikator kinerja. Maka peneliti kemudian melanjutkan tindakan ke siklus II sebagai alternative perbaikan atas kekurangan pada siklus I. Pada pelaksanaan tindakan siklus II dan hasil dari penelitian tindakan siklus ini menunjukkan adanya peningkatan, baik informasi balikan tentang aktivitas belajar siswa dipantau oleh teman sejawat dalam pembelajaran serta kemampuan siswa yang diuji melalui tes evaluasi.
8
Hasil siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa tersebut melebihi target indikator kinerja yang ditetapkan. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan upaya yang dilakukan oleh peneliti atas kekurangan-kekurangan selama kegiatan pembelajaran yang dianggap belum optimal sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan. Memperhatikan data tentang kemampuan siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model role playing dapat meningkatkan kemampuan kosakata siswa kelas II SDN 10 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Dengan demikian, maka hipotesis tindakan dapat diterima dan terbukti. Oleh karenanya, penggunaan model Role Playing merupakan salah satu solusi yang paling tepat untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang di hadapi siswa dalam meningkatkan kemampuan kosakata. Dengan menggunakan model role playing siswa tidak jenuh dan merasa senang dalam menerima pelajaran. Sehingga siswa termotivasi dan tertantang menyelesaikan masalah pembelajaran tersebut. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil kemampuan siswa dalam meningkatkan kosakata pada siklus I yang mampu hanya 10 orang atau 50% sedangkan siswa yang tidak mampu sebanyak 10 orang atau 50%. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 17 orang atau 85% sedangkan siswa yang tidak mampu sebanyak 3 orang atau 15%. Dengan demikian, melalui model role playing dapat meningkatkan kemampuan kosakata siswa kelas II SDN 10 Batudaa Kabupaten Gorontalo Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi sekolah disarankan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas melalui penggunaan berbagai model pembelajaran.
9
2. Bagi Siswa disarankan hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan mendapat pengalaman belajar yang baru, sehingga akan berpengaruh pada kemampuan siswa meningkatkan kosakata. 3. Bagi Guru disarankan dalam suatu pembelajaran dapat menggunakan model dan metode yang tepat demi mendukung kelancaran proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Daftar Pustaka Abimanyu, Soli. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral. Asruri. 2006. Pengajaran Bahasa Komunikatif. Jakarta: Universitas Terbuka Baroro. 2011. Makalah Pengajaran Bahasa Melalui Metode Role Playing.http// Baroro.Blogspot.com/2013/12/10 Makalah Pengajaran Bahasa Melalui Metode Role Playing.html. Baroro. 2011. Makalah Pengajaran Bahasa Melalui Metode Role Playing.http// Baroro.Blogspot.com/2013/12/10 Makalah Pengajaran Bahasa Melalui Metode Role Playing.html. Chaer. 2006. Pendidikan Berbahasa Indonesia. Bandung. Tirtayasa Dekdikbut. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dowdoski. 2011. Pengertian Kosakata. Http// ras-dowdoski.blogspot.com. Diakses tanggal 5 Desember 2013 Djumingin. 2011. Kelebihan-Kelamahan Model Pembelajaran Role Playing.http// Djumingin.Blogspot.com/2013/12/10 Kelebihan-Kelamahan Model Pembelajaran Role Playing.html. Husen. 2011. Pengertian Kosakata. Http// ras-Husen.blogspot.com. Diakses tanggal 5 Desember 2013 Kartini. 2007. Metode Pembelajaran. Yokyakarta: Direktorat Jendral Kridalaksana. 2008. Tata cara Berbahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama Nurgiantoro. 2006. Pengembangan Kosakata. Yokyakarta: BPFE. Rahayu. 2010. Pengertian Kosakata. Http//ras-rahayu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 Desember 2013. Santoso, 2011. Model-model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
10
Sunendar. 2009 Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Dasar . Jakarta: Bumi Aksara. Swahnell. 2010. Pengertian Kosakata. Http// ras-Swahnell.blogspot.com. Diakses tanggal 5 Desember 2013 Tarigan 2009. Pembelajaran Kosakata. Http// ras-Tarigan.blogspot.com. Diakses tanggal 5 Desember 2013 Tarigan. 2013. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Angkasa. Bandung Wikipedia 2012 Pengertian Model Role Playing. Http//Wikipedia.Blogspot.com/2013/12/10 Pengertian Model Role Playing dan Metode.html. Zulfikar. 2013. Meningkatkan Kemampuan menyimak. UNG. Gorontalo
11