LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI METODE ROLE PLAYING KELAS IV SDN 3 TOLINGGULA TENGAH KECAMATAN TOLINGGULA KABUPATEN GORONTALO UTARA
Oleh WIWIN KARES YASIN NIM. 151 412 403
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Hj.Salma Halidu S.Pd M.Pd
Hj. Sumarni Mohammad S.Pd, M.Pd
Nip. 196003081987032002
Nip. 195602241983032001
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si NIP. 19580712 198403 2 001
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI METODE ROLE PLAYING KELAS IV SDN 3 TOLINGGULA TENGAH KECAMATAN TOLINGGULA KABUPATEN GORONTALO UTARA Wiwin Kares Yasin, Salma Halidu, Sumarni Mohammad 1
Abstrak Proses pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting dengan adanya dukungan aktivitas peserta didik. Sehingga guru sebagai pendidik dituntut untuk lebih inovatif dalam memilih metode yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini berbeda dengan kenyataan Kelas IV SDN 3 TolinggulaTengah Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara yang memiliki aktivitas belajar yang menurun. Disamping itu keunggulan media gambar seharusnya dapat mengembangkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam penelitian tindakan kelas ini media gambar merupakan media pembelajaran yang patut diterapkan dalam meningkatkan kemampuan berbicara Kelas IV SDN 3 TolinggulaTengah Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I kemampuan berbicara siswa meningkat menjadi 12 orang atu sebesar 60% dan kurang mampu sejumlah 6 orang 30%, tidak mampu sejumlah 2 orang 10%. Selanjutnya pada pelaksanaan pembelajaran siklus II kemampuan siswa meningkat menjadi sejumlah 19 orang atau sebesar 95% dan kurang mampu sejumlah 1 orang atau sebesar 5%. Dengan demikian Hipotesis tindakan dalam penelitian ini berbunyi: “Jika guru menggunakan metode role playing maka kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 3 Tolinggula Tengah meningkat” Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode role playing. dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 3 Tolinggula Tengah. Kata Kunci: Kemampuan Berbicara, Metode Role Playing
1
Wiwin Kares Yasin selaku mahasiswi Porgram PPKHB Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo, Dra Hj.Salma Halidu, S.Pd, M.Pd, Hj. Sumarni Mohammad, S.Pd, M.Pd Selaku Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Ngeri Gorontalo.
Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil tidaknya ia berbicara. Untuk itulah, sudah seharusnya di sekolah-sekolah, terutama Sekolah Dasar, membekali siswanya dengan memperbanyak latihan-latihan keterampilan berbicara. Semua aktivitas manusia yang terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara. Menurut Yeti Mulyati (2007: 11) keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian,
adapula situasi
berbicara yang semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Dalam berbicara seseorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan keterampilan interaktif, agar dapat bercerita dengan baik, seseorang harus mempunyai kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar. Di antaranya adalah lafal, intonasi, ejaan, kosa kata, dan sebagainya. Mengingat pentingnya hal tersebut maka metode bermain peran atau disebut Role playing menjadi sebuah alternatif yang baik untuk digunakan dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama pada kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Siswa berperan seperti layaknya kehidupan sehari-hari siswa atau dengan berperan menjadi seseorang yang dia ketahui secara langsung situasinya karena sulit bagi siswa menjelaskan sendiri.
Role Playing atau bermain peran akan sangat
menyenangkan jika dilakukan bersama teman. Bermain peran disebut juga sosiodrama. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan
masalah sosial, Djamarah, dan Zain (2010: 100) Sebelum bermain peran harus menghayati dulu sifat dan karakter tokoh-tokohnya dengan membaca dan mencermati teks skenario atau naskah tersebut dengan baik dan lancar. Bermain
peran
memberikan
kemungkinan
kepada
para
siswa
untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. Penggunaan metode pembelajaran role playing dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Namun dalam prakteknya penyampaian materi ini banyak kendala dalam proses pembelajaran, seperti yang pernah dilakukan pada kelas IV SDN 3 Tolinggula Tengah masih banyak siswa yang sering mengalami kendala untuk memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi yang masih rendah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya materi berbicara perlu ditangani serius, sebab Pencapaian kompetensi keterampilan berbicara pada umumnya belum maksimal, karena beberapa faktor yang menjadi penyebab, yaitu 1) Rendahnya kemampuan berbicara siswa, 2) Penerapan metode Role Playing belum dilakukan, 3) Siswa tidak menguasai unsur-unsur dalam keterampilan berbicara. (lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat, gagasan, ide, kerja sama). Melihat faktor tersebut, maka dengan pemanfaatan metode Role Playing yang tepat siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri. Kajian dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis bisa melalui peningkatan kemampuan berbicara, pengembangan kemampuan ini, merupakan salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mencapai tujuan penguasaan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis khususnya pada kelas empat seperti tercantum dalam dokumen Standar Isi (2006:328) yaitu mampu memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat”. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Tolinggula Tengah Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara. Penentuan tempat penelitian ini karena mempertimbangkan kemudahan kerja sama antara peneliti, pihak sekolah, dan objek yang diteliti serta penghematan waktu karena lokasi penelitian merupakan tempat peneliti mengajar.
Karakteristik subyek penelitian yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 3 Tolinggula Tengah Kabupaten Gorontalo Utara, dengan jumlah 20 orang terdiri dari siswa laki-laki 8 orang dan perempuan 12 orang dan berasal dari keluarga yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil observasi awal kelas IV SDN 3 Tolinggula Tengah pada semester 1 yang lalu Tahun Ajaran 2013/2014 hasil belajar siswa pada materi berbicara berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari 20 siswa yang dapat memenuhi nilai standar hanya 30% atau 6 orang dan 14 orang atau dengan persentase 70% berada di bawah indikator ketuntasan belajar yang diterapkan sekolah yaitu 70. Melalui Role Playing ini diharapkan muncul kreativitas, daya pikir dan daya khayal dari siswa disamping itu siswa juga diharapkan mampu menikmati dan memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa khususnya dalam aspek keterampilan berbicara. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Rendahnya kemampuan berbicara siswa. 2. Penerapan metode role playing belum dilakukan. 3. Siswa tidak menguasai unsur-unsur dalam keterampilan berbicara. (lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat, gagasan, ide, kerja sama). Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Jika guru menggunakan metode Role Playing, maka kemampuan berbicara siswa di IV SDN 3 Tolinggula Tengah Kabupaten Gorontalo Utara akan meningkat.”. Penelitian ini dikatakan berhasil dan mengalami peningkatan mencapai 75% dengan kriteria KKM 70. Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut dicapai. Prosedur penelitian tindakan kelas ini mengacu pada tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM. c. Membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. f. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. g. Setelah selesai ditampilkan masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok. h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. i. Guru memberikan kesimpulan secara umum. j. Evaluasi. k. Penutup. Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain : Observasi, yaitu peneliti melihat kejadian, gerak atau suatu proses selama kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu penelitian dengan menggunakan metode ini tidak hanya sekedar mencatat, tetapi melihat langsung kejadian yang benar-benar terjadi pada saat proses belajar mengajar sesuai dengan masalah yang menjadi penelitian penulis yaitu meningkatkan kemampuan berbicara siswa.dalam aspek yang dinlai sebagai berikut 1. Kejelasan lafal/intonasi 2. Kejelasana gagasan, 3. ekspresi yang tepat, 4. Kerja sama. Tes adalah alat untuk mengukur kemampuan siswa, baik kemampuan awal, perkembangan atau peningkatan selama dikenai tindakan dan kemampuan pada akhir siklus tindakan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal lisan. Materi tes yang digunakan oleh peneliti telah disesuaikan dengan materi pelajaran siswa kelas IV pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu materi berbicara. Dokumentasi, yaitu penulis mengambil sejumlah data pendukung dalam penelitian berupa dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dalam hal ini penulis lebih tekankan pada data yang sifatnya tertulis. Dalam hal ini hasil karya siswa berupa hasil kerja siswa dan foto kegiatan belajar mengajar. PEMBAHASAN Data penelitian yang telah terkumpul, tentu perlu dianalisis. Data penelitian ini berupa nilai yang berbentuk angka dan hasil observasi. Angka-angka tersebut yang akan menunjukkan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. KKM yang telah ditentukan menjadi patokan ketuntasan pembelajaran siswa. Jika nilai yang diperoleh siswa di atas atau sama dengan KKM akan dinyatakan tuntas.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran kemampuan berbicara siswa melalui metode Role Playing pada siklus I masih kurang dari target yang ingin dicapai. Hasil aktivitas kemampuan berbicara siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 2 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Tindakan Siklus I No Aspek Yang Di Nilai Kategori Mampu 12 60% 1 Kejelasan lafal/intonasi Kurang mampu 6 30% Tidak mampu 2 10% Mampu 12 60% 2 Kejelasan gagasan Kurang mampu 6 30% Tidak mampu 2 10% Mampu 12 60% 3 Ekspresi Yang Tepat Kurang mampu 6 30% Tidak mampu 2 10% Mampu 12 60% 4 kerjasama Kurang mampu 6 30% Tidak mampu 2 10% Dari 4 aspek yang diamati pada siklus I menglami peningkatan pada aspek kejelasan lafal/intonaasi yang mampu 12 orang atau dengan persentase 60%, kurang mampu 6 orang atau dengan persentasi 30%, dan tidak mampu 2 orang atau dengan persentase 10%. Aspek kejelasan gagasan yang mampu 12 orang atau dengan persentase 60%, kurang mampu 6 orang atau dengan persentasi 30%, dan tidak mampu 2 orang atau dengan persentase 10%. Aspek ekspresi yang tepat yang mampu 12 orang atau dengan persentase 60%, kurang mampu 6 orang atau dengan persentasi 30%, dan tidak mampu 2 orang atau dengan persentase 10%. Aspek kerjasama yang mampu 12 orang atau dengan persentase 60%, kurang mampu 6 orang atau dengan persentasi 30%, dan tidak mampu 2 orang atau dengan persentase 10%. Hasil pengamatan dan evaluasi yang telah dilaksanakan pada tindakan siklus I menggambarkan tidak ada permasalahan dengan perumusan perencanaan tindakan (RPP). Akan tetapi pada pelaksanaan tindakan masih ditemukan kendala. Kendala yang dihadapi peneliti dalam menggunakan Role Playing sebagai alternatif dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Adapun kendala tersebut antara lain : 1. Siswa masih belum terbiasa menggunakan Role Playing yang diterapkan. 2. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.
3. Evaluasi akhir kemampuan siswa pada siklus I menunjukkan belum mencapai persentase ketuntasan yang sudah ditetapakn sesuai indikator. Sehingga peneliti melakukan pembelajaran pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Adapun langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan peneliti pada tindakan siklus II antara lain : 1. Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai pentingnya kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan metode Role Playing. 2. Meningkatkan hasil aktivitas guru dan siswa pada tindakan siklus II. 3. Lebih meningkatkan hasil kemampuan berbicara siswa melalui metode Role Playing. Adapun hasil pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Tindakan Siklus II Kategori No Aspek Yang Diamati 1
Kejelasan lafal/intonasi
2
Kejelasan gagasan
3
ekspresi yang tepat
4
kerjasama
Mampu Kurang mampu Tidak mampu Mampu Kurang mampu Tidak mampu Mampu Kurang mampu Tidak mampu Mampu Kurang mampu Tidak mampu
19 1 0 19 1 0 19 1 0 19 1 0
95% 5% 0% 95% 5% 0% 95% 5% 0% 95% 5% 0%
Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam berbicara melalui metode Role Playing. dari 20 jumlah siswa dengan 4 aspek yang diamati, pada aspek kejelasan lafal/intonaasi yang mampu 19 orang atau dengan persentase 95%, kurang mampu 1 orang atau dengan persentasi 5%, dan tidak mampu 0%. Aspek kejelasan gagasan yang mampu 19 orang atau dengan persentase 95%, kurang mampu 1 orang atau dengan persentasi 5%, dan tidak mampu 0%. Aspek ekspresi yang tepat yang mampu 19 orang atau dengan persentase 95%, kurang mampu 1 orang atau dengan persentasi 5%, dan tidak mampu 0%. Aspek kerjasama yang mampu 19 orang atau dengan persentase 95%, kurang mampu 1 orang atau dengan persentasi 5%, dan tidak mampu 0%.
Dari hasil penagamatan dan evaluasi pada siklus II dapat diketahui bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara melalui metode Role Playing. Hal ini dapat diamati dari hasil pengamatan peneliti bersama guru mitra selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Adapun Indikator keberhasilan penggunaan Role Playing sebagai solusi dalam meningkatkan kemampuan berbicara antara lain: 1. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat lebih bersemangat dan lebih aktif dalam kegiatan berbicara, sehingga apa yang siswa berbicara sudah sebahagian berbicara sudah benar dengan memperhatikan kaidah-kaidahnya. 2. Adanya peningkatan aktivitas guru dan siswa serta hasil tes kemampuan berbicara yang dapat dilihat dari lembar observasi dan evaluasi yang mengalami kenaikan pada setiap siklus dilaksanakan. Atas dasar itu, peneliti bersama guru pengamat menilai bahwa penelitian ini sudah cukup dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya, hal ini atas pertimbangan bahwa pada siklus II sudah mengalami peningkatan yang cukup dan sudah mencapai indicator yang ditetapkan. Pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa kelas IV SDN 3 Tolinggula Tengah
Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Role Playing. dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 3 Tolinggula Tengah Tengah Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan terdapat peningkatan kemampuan berbicara setelah digunakan metode Role Playing. pada siklus I sejumlah 12 orang siswa meningkat menjadi 60% dan pada siklus II meningkat menjadi 19 orang atau dengan persentase 95%. SARAN Dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui metode Role Playing, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut : 1) Memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif mengikuti proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode Role Playing. 2) Mengevaluasi efisien dan efektivitas dalam meningkatkan kemampuan berbicara. 3) Kepada siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha meningkatkan kemampuan berbicara khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah. 4) Kepada peneliti lainnya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk menentukan faktor-faktor lain yang dapat mendukung peningkatan kemampuan berbicara siswa.
DAFTAR PUSTAKA Asrori Mohammad. 2009. Psikologi pembelajaran, Bandung: Wacana Prima. Depdikbud. 1985. Modul Keterampilan Berbicara dan Pengajarannya, Jakarta: Dirjen Dikti. Echols dan Shadily, 2007. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Jakarta: Pustaka Amani. Gobel, Iri. 2012. Meningkatkan Kemampuan Siswa Berbicara Menyampaikan Pesan Tentang Petunjuk Penggunaan Suatu Alat Melalui Metode Diskusi Di Kelas IV SDN NO. 25 Dungingi Kota Gorontalo. Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Hamzah Uno, B.. 2007. Teori Kemampuan dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyati Yeti. 2007. Kterampilan Berbahasa Indonesia SD, Jakarta: Universitas Terbuka. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogjakarta: BPFE Sunendar Dadang dan Iskandarwassid. Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahab Abdul Aziz. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar Bahasa Indonesia, Bandung: Alfabeta.