LEMBAR PENGESAHAN JURNAL PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN NO. 55 KECAMATAN DUMBO RAYA
Oleh : SUMIATI DAUD
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. H. Haris Mahmud, M.Si NIP. 196102221987031004
Muchtar Ahmad S.Pd, M.Si NIP. 197805042003121003
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Hj. Hakop Walangadi, M.Si NIP. 195807121984032001
Penerapan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo RayaTahun Pelajaran 2013/2014
Sumiati Daud, Haris Mahmud, Muchtar Ahmad1
Tujuan penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode belajar tuntas pada materi sumber daya alam dikelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo. Jenis Penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian 20 siswa kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis presentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I. Siswa yang hasil belajarnya telah mencapai ketuntasan kriteria minimum pada mata pelajaran IPS yang telah ditetapkan sekolah yakni 80 sebanyak 14 siswa dengan presentase 60%. Sedangkan pada siklus II, Siswa yang hasil belajarnya telah mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa dengan presentase 100%. Sehingga hipotesis jika dalam pembelajaran guru menerapkan metode belajar tuntas pada materi sumber daya alam di kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo dinyatakan diterima atau dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini berhasil.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Penerapan Metode Belajar Tuntas
1
Sumiati Daud, NIM 151412381, Mahasiswa PPKHB Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo, Drs. H. Haris Mahmud, M.Si, Selaku Dosen Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo dan Muchtar Ahmad, S.Pd, M.Si, Selaku Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang memegang peran signifikan untuk mengembangkan kebudayaan adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).Tujuan utama pembelajaran IPS di SD adalah menanamkan kesadaran akan posisi individu, baik dalam kapasitasnya sebagai pribadi maupun sebagai anggota komunitas. Pembelajaran ini bersifat strategis. Artinya, keberprestasi belajaran pembelajaran IPS di SD akan mengantarkan siswa pada situasi sadar budaya. Mereka diharapkan memiliki kesadaran bahwa dirinya tidak bisa hidup terpisah dari jaringan kehidupan sosial-budaya yang lebih luas.Oleh karena itu, mereka juga harus memiliki kepribadian yang terpuji.Untuk mencapai hal itu, materi pembelajaran sudah seharusnya dikembangkan berdasarkan berbagai potensi yang tersedia di sekitar kehidupan mereka. Kenyataan yang peneliti temui di Kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2014/2014 diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar belajar IPS terdapat 65 % siswa memiliki nilai di bawah standar KKM yang ditentukan oleh SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, yaitu 65 untuk mata pelajaran IPS. Proses belajar mengajar di sekolah ini khususnya pada mata pelajaran IPS berlangsung selama 2 jam pelajaran serta masih menggunakan pendekatan konvensional, sehingga kurang menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam menerangkan materi pelajaran serta kurang memperhatikan ketuntasan siswa secara individual. Hal ini berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, khususnya bagi siswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah. Mata pelajaran IPS bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit, ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru IPS. Masih rendahnya prestasi belajar belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting
dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa kembali berminat mengikuti kegiatan belajar. Mata pelajaran IPS di sekolah dasar sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan meningkatkan dan menumbuhkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap sebagai warga negara yang berTergalinya jawab, menuntut pengelolaan pembelajaran secara dinamis dengan mendekatkan siswa kepada realitas objektif kehidupannya. Dengan masalah adanya tersebut perlu dilakukan agar proses berlangsungnya pembelajaran IPS di SD tidak hanya sebatas bersifat tekstual, yakni sebatas pada hal-hal yang sudah dituliskan dalam buku-buku pelajaran yang selama ini telah disediakan.. Strategi pembelajaran IPS harus dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di samping harus bertumpu pada pengalaman indera menuju terbentuknya pengalaman kesimpulan yang logis. Dengan menerapkan metode pembelajaran tuntas, maka dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di pendidikan dasar dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif.Seperti yang telah diutarakan di atas pada saat pembelajaran IPS disebutkan bahwa fungsi metode mengajar dalam keseluruhan system pengajaran adalah sebagaimana alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Zain Jamarah (2012:35), Metode dalam pembelajaran banyak variasi. Salah satunya metode belajar tuntas (Mastery Learning). Belajar tuntas
adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas. Belajar tuntas merupakan suatu metode pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar siswa secara individual, bukan perkelas. Metode pembelajaran tuntas memiliki keuntungan sebagai berikut: 1) siswa dengan mudah dapat menguasai isi pembelajaran, 2) meningkatkan motivasi belajar siswa, 3) Meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah secara kreatif, 4) Meningkatkan kepercayaan diri siswa. Pada pelaksanaan observasi awal ditemui
dalam pembelajaran IPS di
sekolah dasar (SD) terutama di SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya ditemukan permasalahan-permasalahan pembelajaran seperti rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini terlihat dari jumlah siswa 20 orang hanya 5 orang (15%) yang mencapai ketuntasan belajar untuk pelajaran IPS. Hal ini dikarenakan guru mengajarkan dengan materi dan metode yang kurang menarik. Kelas didominasi oleh guru yakni guru menerangkan dan siswa hanya mencatat dan mendengarkan. Dengan demikian tidak ada interaksi edukatif antara siswa dengan guru .Pada tahapan observasi yang peneliti lakukan berkaitan dengan peningkatan hasil belajar IPS pada materi sumber daya alam terdapat beberapa hal yang ditemui peneliti yaitu: 1. Sistem pembelajaran yang diterapkan di SDNNo. 55 Kecamatan Dumbo Raya bersifat klasikal dan ditangani oleh 9 orang guru. 2. Partisipasi dan rasa percaya diri siswa dalam mengikuti pelajaran sangat variatif bahkan tergolong rendah jika metode yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan tingkat kemampuan atau keinginan siswa. 3. Hasil belajar siswa SD pada mata pelajaran IPS berada pada taraf sedang sesuai potensi dan intelegensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dengan demikian tidak semua siswa sudah memiliki hasil belajar yang tinggi.. 4. Dalam setiap bentuk kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, sebagian besar tidak dapat diselesaikan secara maksimal jika kegiatan tersebut lebih bersifat individual dan bukan secara kelompok.
Berdasarkan hasil observasi awal di atas, peneliti menggunakan pembelajaran tuntas untuk menangani permasalahan tersebut. Pembelajaran tuntas dapat diterapkan dengan berbagai metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang ada disekolah serta pada semua mata pelajaran dan pokok bahasan. Salah satunya adalah materi sumber daya alam. Peneliti memilih Materi sumber daya alam karena materi ini berisi fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari walaupun masalah tersebut bersifat sederhana. Materi sumber daya alam merupakan konsep yang berisi pemahaman tentang manfaat sumber daya alam. Selain itu materi ini juga tidak terlalu banyak menggunakan rumus-rumus yang memerlukan pemikiran. yang tinggi Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan prestasi pembelajaran IPS yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Dengan menetapkan judul “ Penerapan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo RayaTahun Pelajaran 2013/2014 ”. Menurut Umiarso (2010:225), prestasi belajar sangat penting bagi siswa, guru maupun sekolah, Oleh karena itu, penentuan prestasi belajar siswa dapat dilihat menurut segi kepentingan dari masing – masing elemen yang ada disekolah. Bagi siswa prestasi belajar dapat dijadikan tolak ukur atas kemampuan dan keberprestasi belajarannya dalam menyerap segala pengetahuan dan keterampilan yang telah dilakukannya. Prestasi merupakan prestasi belajar penilaian pendidikan atas perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar. Prestasi menunjukkan prestasi belajar dari pelaksanaan kegiatan yang diikuti siswa disekolah. Kegiatan belajar yang diikuti siswa dapat diukur melalui penguasaan materi yang diajarkan guru serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Sementara
itu,
menurut
Hakim
(dalam
Umiarso,2010:226),
mendefinisikan belajar merupakan proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya.
Menurut Gojali (2010:227), prestasi belajar merupakan prestasi belajar yang berupa kesan-kesan akibat adanya perubahan dalam diri individu dari kegiatan belajar
yang
dilakukannya.
Perubahan
yang
dicapai
dapat
berbentuk
kecakapan,tingkah laku, ataupun kemampuan yang merupakan akibat dari proses belajar yang dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu. Dalam konteks ini, prestasi belajar merupakan prestasi belajar nyata (riil) dari proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan peserta didik dengan materi pembelajaran.Lebih lanjut Syaiful bahri (2010:227), mengemukakan pendapatnya tentang prestasi belajar, menurutnya prestasi belajar adalah prestasi belajar yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai prestasi belajar kreativitas dari belajar. Prestasi belajar sangat erat kaitannya dengan prestasi belajar belajar siswa, prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar siswa kelas 5 SDN No. 55 Kecamatan Gumbo Raya sangat berkaitan dengan prestasi belajar belajar karena prestasi belajar belajar yang rendah mengakibatkan prestasi belajar juga rendah. Prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya dikatakan rendah karena prestasi belajar belajar yang diperoleh tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ada disekolah itu sehingga prestasi belajar tidak dapat dicapai karena belum tuntas. Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar siswa merupakan prestasi belajar yang dicapai dari
aktivitas atau kegiatan belajar siswa. Mastery learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar. Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat
dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien, (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005). Menurut Suryo Suroto, (2002:280). Tolak ukur yang digunakan pada pencapaian prestasi
belajar dengan metode belajar tuntas adalah tingkat
kemampuan siswa per orang, bukan per kelas. Dengan demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan diatas rata-rata kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan materi atau melanjutkan ke unit kompetensi selanjutnya, sebaliknya apabila siswa tersebut belum mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan (remedial) materi. Dalam pelaksanaannya peserta didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada waktu yang sama pula. Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama. Siswa yang tidak dapat menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya mendapat pelajaran tambahan sehingga mencapai prestasi belajar yang sama dengan kelompoknya. Siswa yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun memulai mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas. Metode
belajar tuntas (mastery learning) dapat dilaksanakan dan
mempunyai efek meningkatkan motivasi belajar intrinsik. Pendekatan ini mengakui dan mengakomodasi semua siswa yang mempunyai berbagai tingkat kemampuan, minat, dan bakat tadi asal diberikan kondisi-kondisi belajar yang sesuai. Dalam penelitian ini, partisipasi yang dimaksud adalah keikutsertaan atau keterlibatan siswa kelas IV SDN No. 55 Kec. Dumbo Raya dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh guru dalam hal ini adalah proses pembelajaran dalam kelas maupun pemberian tugas-tugas sebagai tahap menyiapkan diri pada saat ujian semester nantinya. Dari uraian tersebut kehadiran siswa sangat dominant dalam kegiatan. Satu hal penting yang harus diingat dalam penerapan metode belajar tuntas adalah: Penggunaan komunikasi yang tepat memegang peranan sangat penting. Ini berkaitan dengan upaya agar siswa yang lamban tidak merasa rendah
diri, dan siswa yang cepat menguasai suatu kajian tidak menjadi tinggi hati. Juga, kemungkinan efek bahwa mengulang-ulang suatu kajian dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi ajar bagi siswa yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan. Efek pendekatan belajar tuntas (mastery learning) justru harus dan dapat diarahkan oleh guru agar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa. Guru harus dapat meyakinkan bahwa semua siswa bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih keras. Kebutuhan alokasi waktu yang berbeda-beda, dan upaya keras atau mudah yang diperlukan masing-masing siswa adalah suatu hal yang sangat alamiah dan lumrah. Rasa percaya diri yang besar akan muncul seiring penguasaan-penguasaan siswa lamban terhadap materi ajar. Jika ini dapat dipertahankan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka motivasi belajar intrinsik akan muncul secara perlahan dan segera memberikan efek balik yang luar biasa bagi siswa lamban tersebut dan bahkan seluruh kelas. Hal lain yang harus diingat, dalam penggunaan metode belajar tuntas (mastery learning) guru harus lebih sering memberikan umpan balik (feed back) kepada seluruh anggota kelas. Ini akan memberikan informasi kepada siswa tentang kemajuan penguasaan mereka terhadap suatu kajian yang sedang dipelajari, juga titik-titik kelemahan mereka yang masih harus diperbaiki. Kejelasan informasi sedang berada di titik mana kemampuan siswa dibanding penguasaan materi ajar yang harus dituntaskan oleh siswa akan membantu siswasiswa belajar dengan lebih efektif dan efisien. Konsep dasar yang perlu mendapat perhatian pendidik ialah peta sebaran potensi sebelum siswa mendapat perlakuan belajar. Secara empirik data potensi tersebar normal (Direktorat Dikmenum:2003). Hal itu mengandung arti bahwa hamper seluruh data berada dalam kurva. Berdasarkan konsep ini maka siswa di kelompokkan dalam 3 kelompok yaitu atas, tengah dan bawah. Kelompok atas berarti siswa yang dapat belajar dengan cepat, kelompok tengah siswa ratarata, dan kelompok bawah adalah siswa yang berkarakter belajar lambat. Seperti dalam distribusi sebaran IQ pengelompokan berdasarkan proporsi antara 26% kelompok
atas dan 26% kelompok bawah, dan 68% kelompok tengah pada antara 85 -115. Satu persen dari kelompok atas tergolong siswa yang amat cerdas, dan dua persen dari kelompok bawah siswa yang daya belajarnya sangat lambat. Tingkat ketuntasan bermacam-macam dan merupakan persyaratan yang harus dicapai siswa. Persyaratan penguasaan bahan tersebut berkisar antara 75% sampai dengan 90%. Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Belajar tuntas (Mastery Learning) bisa juga diartikan suatu upaya belajar dimana siswa dituntut untuk menguasai hampir seluruh bahan ajaran. Karena menguasai 100 % bahan ajar sangat sukar, maka yang dijadikan ukuran biasanya trinital menguasai 80 % tujuan yang harus dicapai. Konsep belajar tuntas dapat dilaksanakan dengan beberapa model pengajaran, tetapi yang paling tepat adalah dengan modelmodel sistem instruksional seperti pengajaran berprogram, pengajaran modul, paket belajar, model satuan pelajaran, pengajaran dengan bantuan computer dan sejenisnya. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Langkah-langkah belajar tuntas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1
Mempersiapkan RPP
2
Memperkenalkan media yang akan dipergunakan untuk kepentingan belajar.
3
Mengajukan pertanyaan pada siswa tentang sumber daya alam
4
Mengajukan topik umum/konsep umum yang akan dipelajar tentang sumber daya alam.
5
Membagi siswa menjadi 4 kelompok masing-masing terdiri dari 5 orang anak.
6
Penyajian rencana kegiatan belajar berdasarkan kelompok. Tujuannya adalah menjelaskan apa yang akan dilakukan siswa dalam kegiatan kelompok.
7
Penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran.
8
Guru menyampaikan pelajaran sambil memberi peringatan secara periodik untuk menarik perhatian siswa.
9
Mengidentifikasikan kemajuan belajar siswa yang telah memuaskan dan yang belum. Tes dilakukan setelah satu satuan pelajaran selesai diajarkan.
10 Menetapkan siswa yang prestasi belajar pelajarannya telah memuaskan. Mereka diminta untuk membantu temen-temannya sebagai tutor atau diberi tugas pengayaan bahan baginya sendiri. 11 Memberikan kegiatan kolektif kepada siswa yang prestasi belajar belajarnya belum memuaskan. 12 Menetapkan siswa yang prestasi belajar belajarnya memuaskan Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan prinsip belajar tuntas, yaitu : sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal, guru menyusun strategi pelajaran tuntas, sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar, selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan, penilaian prestasi belajar belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan acuan patokan, konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid, ini disebut "mastery learning" atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. METODE PENELITIAN Metode ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut yaitu: variabel input, variabel proses, dan variabel out put. Pada prosedur penelitian ini menggambarkan tahap–tahap pelaksanaan penelitian yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, serta teknik analisis data dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, unjuk kerja dan dokumentasi
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Bila hasil yang diperoleh pada kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. PEMBAHASAN Penerapan metode belajar tuntas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh. Siswa dapat memahami materi sumber daya alam melalui kegiatan belajar tuntas
pada mata pelajaran IPS. Kemampuan ini
merupakan bagian dari kompetensi yang harus dimiliki siswa di kelas IV Sekolah Dasar, Kompetensi tersebut merupakan bagian dari kemampuan dan cara bernalar siswa untuk membuktikan suatu teori dalam bentuk praktek atau pemberian tugas sederhana sehingga melalui kegiatan tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode belajar tuntas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
materi
mendeskripsikan sumber daya alam di kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya setelah dikenai tindakan melalui Siklus I dan Siklus II. Pada observasi awal menunjukan bahwa dari 20 Siswa di kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya terdapat 5 siswa atau 25% siswa yang hasil belajarnya sudah memenuhi ketuntasan dari kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah yakni dengan nilai 80 untuk mata pelajaran IPS. Hasil belajar siklus I dari 20 orang siswa terdapat 14 siswa atau 70% dengan daya serap 80% yang sudah meningkat hasil belajarnya dan siswa yang masih dikenai tindakan 6 orang siswa atau 30%. Hasil belajar siklus 2 dari 20 orang siswa terdapat 20 siswa atau 100% dengan daya serap 85% yang meningkat prestasi belajarnya pada pelajaran IPS dengan materi sumber daya alam. Berdasarkan temuan tersebut diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS umumnya masih banyak yang belum mencapai ketuntasan dari KKM yang telah ditentukan sekolah. Realitas yang ditemukan pada saat observasi awal tersebut menjadi dasar pelaksanaan Siklus I untuk membantu meningkatkan presatasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPS materi sumber daya alam. Hasil pelaksanaan siklus I yang telah dilakukan pada tanggal 12 Mei 2014 menunjukan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS menjadi 14 siswa atau 70% dari 20 siswa yang ada di kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya. Hasil tersebut menunjukan bahwa pernyataan dari hipotesis penelitian tindakan kelas ini yaitu “Prestasi belajar siswa pada materi sumber daya alam di kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya dapat ditingkatkan melalui metode belajar tuntas” diterima. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, hasil analisis data melalui penelitian tindakan dengan menggunakan metode pemberian tugas menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan pada materi sumber daya alam pada pelajaran IPS Siswa kelas IV SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo. Pada observasi awal menunjukkan bahwa dari 20 siswa di kelas I SDN No. 55 Kecamatan Dumbo Raya terdapat 5 siswa atau 25% siswa atau 25% siswa yang prestasi belajarnya sudah memenuhi ketuntasan dari kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah yakni dengan nilai 80 untuk mata pelajaran IPS. Hasil siklus I siswa yang tuntas 40% dan tidak tuntas 60% dari totas 20 orang siswa dengan daya serap 71% menjadi tuntas 70% dan tidak tuntas 30% dengan daya serap 76% pada siklus I sehingga penelitian dilanjutkan dengan siklus 2. Setelah diadakan tindakan siklus 2 pembelajaran menggunakan metode belajar tuntas, menunjukkan peningkatan daya serap menjadi 85% dengan siswa yang tuntas 100% yaitu 20 orang siswa dari keseluruhan siswa yang berjumlah 20 orang, sehingga pembelajaran telah dianggap tuntas atau telah memenuhi standar ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa
dengan
menerapkan
metode
belajar
tuntas
dalam
pembelajaran IPS materi sumber daya alam maka pretasi belajar siswa menjadi meningkat dan penelitian berhasil atau diterima.
SARAN Dengan selesainya skripsi ini maka peneliti memberikan saran berdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian ini. Adapun saran yang diajukan adalah : 1. Sekolah hendaknya lebih meningkatkan kualitas kinerja guru agar dapat memaksimalkan potensi guru dalam menggunakan metode belajar dalam pembelajaran yang bervariasi, diantaranya metode belajar tuntas. 2. Guru harus proaktif terhadap kegiatan pembelajaran sehingga menjadi prakarsa dalam meningkatkan pemahaman materi dengan menggunakan metode belajar tuntas dan banyak mengetahui metode-metode pembelajaran dalam kondisi apapun. 3. Guru hendaknya mampu memahami tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. 4. Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dengan mengembangkan permasalahan yang terkait metode belajar tuntas.
Daftar Pustaka Asra Sumiati, 2011. Media Pembelajaran, Bandung Wacana Pustaka Ahmadi Dan Amri.2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu ,Prestasi Pustaka Jakarta Ahmadi Dan Abu 2005. Ciri-Ciri Belajar Tuntas ,Prestasi Pustaka Jakarta Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Hakim Lukmanul. 2011. Perencanaan Pembelajaran Bandung: CV Wacana Prima Mansyur, 2002 . Model Pembelajaran ( Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta : Bumi Aksara. Sagala Syaiful, 2012 . Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta Suroto Suryo. 2002. Metode Belajar Tuntas, Jakarta Pustaka Pelajar Sumiati, Asra. 2009. Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima Syaiful Bahri 2010. Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran, Bandung, Alfabeta Umiarso & Gozali Imam, 2010 Manajemen Mutu Sekolah, IRCiSoD Jogyakarta Zamarah Zain, 2012, Guru dan Siswa Didik Dalam Interaksi Edukatif. Penerbit: Rineka Cipta