LEMBAR PENGESAHAN
ARTIKEL JURNAL PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN SIDAT ( Anguilla marmorata) DI BALAI BENIH IKAN ( BBI ) KOTA GORONTALO
OLEH SUCI RAHMAWATI 631 411 047
1
PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN SIDAT (Anguilla marmorata ) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO 1Suci
Rahmawati, 2Hasim, dan 2Mulis Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan sidat (Anguilla marmorata). Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap 3 perlakuan dan 3 ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan Sidat (Anguilla marmorata) sebanyak 225 ekor. Panjang awal ± 4,8 cm dan berat awal ± 0,103 gram, dan volume air 5 liter/wadah. Pemeliharaan selama 28 hari dengan padat tebar berbeda, yaitu (A) 2 ekor/l, (B) 5 ekor/l dan (C) 8 ekor/l. Wadah yang digunakan 9 buah wadah box sintetis ukuran 40 x 30 x 22 cm, dilengkapi Aerasi dan potongan pipa paralon. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan mutlak panjang dan berat tertinggi pada perlakuan B (5 ekor/l) sebesar 0,29 cm dan 0,063 g, disusul perlakuan C (8 ekor/l) sebesar 0,16 cm dan 0,040 g, dan terendah A (2 ekor/l) sebesar 0,12 cm dan 0,026 g. Kelangsungan hidup benih ikan Sidat perlakuan A sebesar 100%, perlakuan B: 82,6% dan C: 79,1%. Hasil analisis sidik ragam panjang dan berat benih ikan sidat menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata F hit > F tabel, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh pada setiap perlakuan berbeda sangat nyata. Kata kunci: Benih Ikan Sidat (Anguilla marmorata), Kelangsungan Hidup, Padat Tebar, Pertumbuhan
1Suci
Rahmawati, 2 DR. Hasim, M.Si, dan 2Mulis, S.Pi, M.sc
2
I.
PENDAHULUAN Ikan merupakan salah satu sumber protein, memiliki kandungan asam lemak tak jenuh dan omega 3 yang bermanfaat bagi kesehatan jantung, kecerdasan otak dan pembulu darah. Jenis ikan yang ramai dibincangkan saat ini adalah ikan sidat. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis itu dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok bersirip punggung pendek dan kelompok bersirip punggung panjang (KKP, 2011). Sidat merupakan jenis komoditi eksport bernilai ekonomis penting yang mampu bersaing dengan jenis komoditi lain di pasar internasional. Permintaan pasar dunia akan sidat semakin populer, menyebabkan harga jual sidat semakin mahal mencapai Rp 50.000-80.000/kg. Jepang bahkan memberikan harga yang jauh lebih tinggi, untuk sidat ukuran Glass ell mencapai Rp 400.000-500.000/kg. (Sarwono, 1997 dalam Koroh dan Lumenta, 2014). Permintaan ikan sidat meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Windi, dkk., (2012) dalam Widyasti (2013), permintaan ikan sidat ditahun 2010 adalah sebesar 9,6 ton meningkat pada tahun 2012 menjadi 24 ton. Pemenuhan kebutuhan akan konsumsi tersebut berasal dari sidat hasil tangkapan alam dan hasil budidaya. Hasil tangkapan ikan sidat menurun pada tahun 2010 sebesar 1.149 ton menjadi 557 ton pada tahun 2011 (KKP, 2011). Potensi sumberdaya alam sidat yang dimiliki indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan sumberdaya sidat dalam usaha penangkapan sidat dewasa maupun elver dan untuk usaha budidaya masih terbilang kecil. Potensi sidat belum tergarap secara optimal, sebenarnya sidat dapat digunakan untuk mendukung kecukupan protein dalam negeri selain untuk kepentingan eksport daerah yang potensial (Sulistijo, 1981 dalam Koroh dan Lumenta, 2014). Ikan sidat banyak menyebar luas di perairan barat Sumatera, Selatan Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Papua. Ikan sidat merupakan katadrom, mereka tinggal di perairan tawar hingga 6-20 tahun dan begitu akan melakukan pemijahan kembali ke laut, dalam perjalanan kembali ke laut ikan sidat tidak makan. Benih ikan sidat (glass eel) umumnya beruaya di muara sungai (Rusmaedi, dkk., 2010). Provinsi Gorontalo merupakan salah satu wilayah penyebaran ikan sidat yang ada di Sulawesi. Masyarakat Gorontalo menyebutnya dengan nama sogili. Potensi sidat banyak terdapat di Danau Limboto dan kini terancam punah, hal tersebut dikarenakan banyaknya kegiatan penangkapan larva ikan sidat yang di jual ke luar daerah untuk kegiatan pembesaran. Jumlah Induk sogili di wilayah Gorontalo khususnya di Danau Limboto diperkirakan hanya tinggal 500 ekor, sehingga perlu perhatian khusus. Ukuran ikan sidat yang hidup di Danau Limboto cukup besar, sehingga perlu dilakukan suatu pengembangan dengan kegiatan budidaya (Anonim, 2013). Purwanto (2007), menyatakan bahwa kendala yang dihadapi pada kegiatan budidaya ikan sidat adalah kurangnya ketersediaan benih (fingerling) yang memadai untuk pembesaran. Faktor ini disebabkan karena dalam pemeliharaan benih ikan sidat yang bersifat kanibal belum diketahui padat tebar yang optimal, ukuran awal benih saat penebaran, pakan dan kualitas air. Affandi dan Riani (1995) dalam Haryono, dkk., (2008), menyatakan bahwa kelangsungan hidup elver dalam pemeliharaan berkisar antara 37-55% tergantung pada padat tebarnya, selanjutnya Affandi, dkk., (2013), melakukan penelitian mengenai pemeliharaan benih ikan sidat dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/l. Penelitian tersebut tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan sidat, tetapi pertumbuhan tertinggi terjadi pada perlakuan dengan padat tebar 3 ekor/l. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian tentang padat tebar pada benih ikan sidat. Penulis melakukan pengembangan penelitian dengan menggunakan padat tebar berbeda yakni 2, 5 dan 8 ekor/l. Mengingat perlu adanya informasi tentang padat tebar yang sesuai untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan sidat, maka Penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Padat Tebar Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sidat (Anguilla marmorata) Di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gotrontalo”
3
II. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dimulai Bulan Juli sampai Bulan September 2014. Benih ikan Sidat diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang bertempat di Sungai Bone, kemudian dilakukan aklimatisasi dan dipeliharan di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo. Alat yang digunakan selama penelitian ini adalah Wadah box sintesis, akuarium, pipa paralon, timbangan analitik, monitor water quality, aqua botol, tisue,blower, selang sipon, pipet dan mistar, selang aerasi, alat tulis menulis, kamera. Bahan yang digunakan selama penelitian ini adalah Benih ikan sidat (Anguilla marmorata) sebagai hewan uji, cacing sutera (Tubifex sp) sebagai pakan benih ikan sidat, dan tawar sebagai media hidup. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan sehingga jumlah satuan percobaan adalah 9 unit. Penelitian dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol. Perlakuan yang diberikan yakni: Perlakuan A (2 ekor/l), Perlakuan B (5 ekor/l) dan Perlakuan C (8 ekor/l) B. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Tahapan persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yang sudah dibersihkan sebelumnya. 2. Memasang blower, selang aerasi, kran aerasi dan batu aerasi 3. Mengisi air tawar sebanyak 5 liter untuk masing-masing wadah dan diberi aerasi selama 24 jam 4. Memasang shelter untuk tempat persembunyian benih ikan sidat C. Prosedur Pelaksanaan Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Ikan Sidat (Anguilla marmorata) yang ditangkap dari Sungai Bone Kabupaten Bone Bolango Kota Gorontalo, kemudian di bawa ke lokasi penelitian untuk dilakukan penelitian di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo dan dilakukan aklimatisasi. Aklimatisasi dilakukan dengan cara mencampurkan air dari sungai Bone dengan air dari Balai Benih Ikan dengan perbandingan 1:1, hal tersebut dilakukan selama 3 hari sampai menghasilkan air tawar. Ikan sidat yang di teliti berjumlah 225 ekor. Benih ikan sidat (Anguilla marmorata) di tempatkan di wadah pemeliharaan berupa wadah box Sintetis dengan ukuran 40 x 30 x 22 cm3. Padat tebar yang digunakan yaitu A (2 ekor/l) , B (5 ekor/l), C (8 ekor/l). Jumlah wadah yang digunakan yakni 9 buah yang dilengkapi dengan aerasi dan sistem sirkulasi untuk memudahkan penyiponan dasar wadah. Pemeliharaan benih ikan sidat dilakukan selama 28 hari. Jenis pakan yang digunakan berupa Cacing Sutera Tubifex sp. Pakan tersebut berada dalam sebuah kotak pakan cacing yang sudah dibekukan. Pakan diberikan pukul 08.00 dan 16.00 WITA, pemberian pakan dengan sistem adlibitum. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan bukaan mulut ikan, setelah selesai melakukan pengukuran dan penimbangan berat benih ikan sidat, dilakukan penimbangan pakan untuk masing-masing perlakuan dilakukan setiap seminggu sekali, dan menghitung kelangsungan hidup serta pengukuran kualitas air. D. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dengan judul pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan sidat dilakukan dengan prosedur penelitian sebagai berikut: 1. Benih yang digunakan adalah benih ikan sidat (Anguilla marmorata) 2. Melakukan penebaran benih ikan sidat yang dilakukan dengan padat tebar yaitu A (2 ekor/l), B (5 ekor/l) dan C (8 ekor/l)
4
3. Melakukan pemberian pakan cacing sutera (tubifex sp) dan pengontrolan kualitas air 4. Melakukan pengukuran panjang, berat dan kualitas air serta penimbangan jumlah pakan yang dikonsumsi dari setiap perlakuan seminggu sekali 5. Melakukan analisis terhadap pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup menggunakan analisis ANOVA E. Variabel Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari dua Variabel yakni variabel yang diteliti dan variabel yang tidak diteliti. Variabel yang diteliti yaitu pertumbuhan panjang dan berat serta kelangsungan hidup, sedangkan variabel yang tidak diteliti yakni pakan dan kualitas air. 1. Pertumbuhan Mutlak Menurut Weatherey (1972) dalam Purwanto (2007), pertumbuhan merupakan salah satu parameter penting dalam mengetahui perubahan ukuran ikan baik bobot, panjang maupun volume dalam laju perubahan waktu. Tingkat pertumbuhan benih ikan sidat, yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan berat dan panjang hewan uji yang pengukurannya dilakukan setiap seminggu sekali. 1. Pertumbuhan panjang mutlak Benih Ikan Sidat (L) menurut Cholik, dkk., (2005) adalah sebagai berikut: Keterangan: Lt = Panjang akhir benih ikan sidat penelitian waktu minggu ke-t (cm) Lo = Panjang awal benih ikan sidat (cm) 2. Petumbuhan berat mutlak benih ikan sidat (W) menurut Cholik, dkk.,(2005), sebagai berikut: W=
Keterangan: Wt = Berat akhir penelitian (gr) Wo= Berat awal ikan sidat (gr) 2. Pertumbuhan Rata- Rata Harian 1. Perhitungan Pertambahan Berat Harian Rata-rata atau Average Daily Growth (ADG) menurut Cholik, dkk., (2005), adalah sebagai berikut:
Keterangan: Wt = Berat akhir (gr) Wo = Berat awal (gr) H = Lama pemeliharaan (hari) 2. Perhitungan Pertambahan Panjang Harian Rata-rata menurut Cholik, dkk., (2005), adalah sebagai berikut:
Keterangan: Lt = Panjang akhir (cm) Lo = Panjang awal (cm) H = Lama pemeliharaan (hari)
5
Average Daily Growth (ADG)
3.
Laju Pertumbuhan Harian Spesifik Laju pertumbuhan spesifik harian panjang dan berat diperoleh dari hasil pertumbuhan ratarata harian kemudian persenkan. Perhitungan laju pertumbuhan digunakan untuk melaporkan laju pertumbuhan ikan-ikan berukuran kecil. Rumus yang digunakan menurut Cholik, dkk., (2005) adalah sebagai berikut: G = (Ln Bak-Ln Baw)/H X 100 % Ket : G : Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Baw : Berat Awal Bak : Berat Akhir H : Lama Pemeliharaan (Hari) G = (Ln Pak-Ln Paw)/H X 100 % Ket: G : Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Paw : Panjang Awal Pak : Panjang Akhir H : Lama pemeliharaan (Hari) 4.
Pertumbuhan Rata-Rata Setiap Minggu Pertumbuhan mingguan diamati dengan cara merata-ratakan setiap perlakuan kemudian membuatnya kedalam grafik garis hingga tampak perubahan pertumbuhan setiap minggunya. 5.
Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup adalah persentase jumlah biota yang hidup pada akhir waktu tertentu menurut Cholik, dkk., (2005), adalah sebagai berikut:
Keterangan: SR = Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Nt = Jumlah Benih Ikan Sidat AkhirPenelitian ke-t No = Jumlah Awal Benih Ikan Sidat 6. Analisis Of Variance (ANOVA) Data yang diperoleh meliputi hasil pengukuran laju pertumbuhan panjang dan laju pertumbuhan berat benih, dihitung dengan menggunakan Analisis Ragam satu arah dengan melakukan uji F dari metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gaspersz,1994)
6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Mutlak Pertumbuhan merupakan parameter penting dalam budidaya ikan untuk mengetahui perubahan ukuran ikan baik bobot, panjang, maupun volume dalam laju perubahan waktu. Pertumbuhan mutlak terdiri dari dua yaitu pertumbuhan panjang mutlak dan berat mutlak. 1. Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak benih ikan sidat (Anguilla marmorata) selama 28 hari, menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan A (2 ekor/l), perlakuan B (5 ekor/l) dan perlakuan C (8 ekor/l). Hasil pengukuran rata-rata panjang mutlak benih ikan sidat terdapat pada Gambar 1 sebagai berikut : Panjang (cm)
Pertumbuhan Panjang Mutlak 0,29
0,50
0,19
0,12
A (2 ekor/l) B (5 ekor/l) C (8 ekor/l)
0,00 A (2 ekor/l)
B (5 ekor/l) C (8 ekor/l) Perlakuan
Gambar 1. Pertumbuhan Panjang Mutlak Setiap Perlakuan Berdasarkan Gambar di atas bahwa, perlakuan padat tebar yang berbeda pada benih ikan sidat (Anguilla marmorata) menunjukkan pertumbuhan panjang mutlak yang berbeda. Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak pada perlakuan A (2 ekor/l) sebesar 0,12 cm, perlakuan B (5 ekor/l) sebesar 0,29 cm dan perlakuan C (8 ekor/l) sebesar 0,19 cm. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi padat tebar dalam pemeliharaan benih ikan sidat akan semakin baik pertumbuhannya, hal ini bisa terjadi karena kebiasaan hidup benih ikan sidat bergerombol sehingga mampu mengkonsumsi pakan secara bersamaan, sesuai dengan pendapat Affandi, dkk., (2013), kecenderungan tingginya bobot rata-rata pada perlakuan kepadatan yang lebih tinggi, terkait dengan kebiasaan hidup benih ikan sidat. Benih ikan sidat akan terpacu nafsu makan apabila ikan lain melakukan aktivitas mengkonsumsi pakan sehingga benih ikan sidat saling berkompetisi. Tingginya tingkat konsumsi pakan pada perlakuan padat tebar 5 ekor/l menghasilkan pertumbuhan terbaik pada benih ikan sidat. Selanjutnya dikemukakan oleh Chu dan Teng, (1997) dalam Rusmaedi (2010), bahwa semakin tinggi padat tebar maka mortalitas semakin meningkat, selanjutnya Handajani (2002) dalam Kadarini, dkk., (2010), menyatakan bahwa padat tebar yang tinggi selain dapat menyebabakan kompetisi ruang gerak dan perebutan oksigen terlarut pada ikan, juga dapat menyebabkan ikan mengalami stres, sehingga menghambat metabolisme dan mengakibatkan nafsu makan ikan menurun. Hal ini menunjukan bahwa padat tebar 8 ekor/l kurang efesien terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan sidat. Hasil pengukuran ratarata panjang mutlak benih ikan sidat dilakukan perhitungan analisi sidik ragam terdapat pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Alalisis Sidik Ragam Pertumbuhan Panjang Mutlak SK JK db KT F Hit F tab 0,01 Perlakuan 0,04542222 2 Galat 0,00813333 6 Total 0,05355556 8 Signifikan pada taraf 0,01
0,0227111 0,0013556
7
16,754
10.92
Hasil analisis sidik ragam panjang benih ikan sidat menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (Fhit > Ftabel) terhadap pertumbuhan panjang benih ikan sidat (Anguilla marmorata), selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 17). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh bahwa pertumbuhan panjang benih ikan sidat pada setiap perlakuan berpengaruh sangat nyata. 2.
Pertumbuhan Berat Mutlak Hasil pengukuran berat mutlak menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan berat mutlak tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan B (5 ekor/ l) sebesar 0,63 gram, kemudian perlakuan C (8 ekor/ l) yakni 0,40 gram, dan perlakuan A (2ekor/l) yakni 0,26 gram. Pertumbuhan pada setiap perlakuan padat tebar yang berbeda sangat bervariasi, perbedaan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi antara individu dalam ruang gerak yang terbatas. Pertumbuhan berat mutlak dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
Bobot (gr)
Pertumbuhan Berat Mutlak 0,100 0,050
0,063 0,026
0,040
A (2 ekor/l) B (5 ekor/l) C (8 ekor/l)
0,000 A (2 ekor/l) B (5 ekor/l) C (8 ekor/l) Perlakuan Gambar 2. Pertumbuhan Berat Mutlak Setiap Perlakuan Prasodjo (1998) dalam Kadarini (2007), menyatakan bahwa toleransi terhadap lingkungan mempunyai batasan, sehingga padat tebar tertentu akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan, oleh karena itu padat tebar dan kondisi lingkungan merupakan hal utama yang harus diperhatikan demi pertumbuhan ikan sidat. Kebutuhan oksigen dalam budidaya juga berkaitan dengan padat tebar yang digunakan. Ukuran benih ikan sidat yang tergolong kecil menyebabkan konsumsi oksigen rendah, karena pemeliharaan ikan hanya di sebuah wadah box sintetis dengan sistem aerasi maka padat tebar terbaik terjadi pada perlakuan 5 ekor/l, keadaan lain akan terjadi apabila pemeliharaan ikan sidat dilakukan pada sistem air mengalir maka dapat dilakukan dengan padat tebar yang lebih tinggi. Menurut Hickling (1971) dalam Widiastuti (2009), bahwa apabila jumlah ikan melebihi batas kemampuan suatu wadah maka ikan akan kehilangan berat, selain itu persaingan dalam hal makanan sangat penting karena kompetisi untuk memperoleh makanan lebih tinggi pada padat tebar yang lebih tinggi dibandingkan dengan padat tebar yang lebih rendah. Hasil pengukuran ratarata berat mutlak benih ikan sidat dilakukan perhitungan analisi sidik ragam terdapat pada Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2: Hasil Alalisis Sidik Ragam Pertumbuhan Berat Mutlak SK JK db KT F Hit F tab 0.01 Perlaku 0,0020829 2 0,001041444 67, 920 an Galat 0,0000920 6 0,000015333 Total 0,0021749 8 Signifikan pada taraf 0,01
8
10, 92
Hasil analisis sidik ragam pada tabel di atas menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Fhit > Ftabel) terhadap pertumbuhan berat tubuh benih ikan Sidat (Anguilla marmorata). Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 19). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh bahwa pertumbuhan berat tubuh benih ikan sidat pada setiap perlakuan padat tebar berbeda nyata. B. Pertumbuhan Rata- Rata Harian (DGR) Panjang dan Berat Hasil pengamatan pertumbuhan rata-rata harian panjang dan berat benih ikan sidat (Anguilla marmorata) selama pemeliharaan dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan A (2 ekor/l), perlakuan B (5 ekor/l) dan perlakuan C (8 ekor/l) dapat di lihat pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Pertumbuhan Rata - Rata Harian Perlakuan Rata- Rata Panjang (cm) Berat (gram) A ( 2 ekor/l ) 0,004 0,0014 B ( 5 ekor/l ) 0,010 0,0022 C ( 8 ekor/l ) 0,007 0,0009 Sumber : Data Hasil Olahan Tahun 2014 Pertumbuhan harian benih ikan sidat (Anguilla marmorata) dengan perlakuan padat tebar yang berbeda pada benih ikan sidat menunjukkan pertumbuhan rata-rata panjang dan berat harian yang berbeda pula. Pertumbuhan panjang tubuh harian benih ikan sidat tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (5 ekor/l), dilanjutkan dengan padat tebar C (8 ekor/l) dan yang terendah yakni pada padat penebaran A (2 ekor/l), masing-masing berturut-turut 0,010 cm/hr; 0,007 cm/hr dan 0,004 cm/hr. Selanjutnya pertumbuhan berat harian benih ikan sidat (Anguilla marmorata) tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (5 Ekor/l), dilanjutkan dengan padat tebar C (8 ekor/l) dan A (2 ekor/l), masing-masing berturut-turut 0,0022 g/hr, 0,0014 g/hr dan 0,0009 g/hr. Pertumbuhan berat harian sebenarnya dapat dilihat dari pertumbuhan panjang karena keduanya saling berkaitan, seperti yang dinyatakan oleh Effendi (1997) dalam Sasono (2001), bahwa studi hubungan panjang dan berat ikan akan menghasilkan nilai praktis yang memungkinkan merubah nilai panjang kedalam nilai berat ikan, dengan kata lain hubungan panjang dan berat ikan dapat dimanfaatkan untuk menduga berat melalui panjang. Menurut Rusmaedi, dkk., (2010), bahwa pertumbuhan pada ikan sidat dalam pemelihraan benih atau elver umumnya sangat lambat, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh pemeliharaan ikan sidat mengalami pertumbuhan panjang dan berat harian, pertumbuhan tersebut terjadi hanya dalam jumlah kecil, oleh karena itu dalam pemeliharaan ikan sidat membutuhkan waktu lama untuk proses pembesaran. Apabila dalam pemeliharaan ikan sidat memiliki padat tebar yang sesuai, maka akan berujung pada pertumbuhan. Selain padat tebar yang optimal, hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemeliharaan benih ikan sidat adalah ukuran benih, pakan dan kualitas air, sesuai dengan pernyataan Weatherley (1972) dalam Sasono (2001), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah ukuran ikan, suhu, pakan, dan lingkungan. Oleh karena itu, pada awal pemeliharaan ikan sidat harus dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu, agar benih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
9
C.
Laju Pertumbuhan Harian Spesifik Panjang dan Berat Laju pertumbuhan merupakan kriteria penting dalam menetapkan pilihan calon ikan yang akan dibudidayakan. Didalam akuakultur, pembudidaya dapat mengamati laju pertumbuhan dengan mengukur laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik. Hasil pengamatan laju pertumbuhan harian spesifik panjang dan berat benih ikan sidat selama pemeliharaan dapat di lihat pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Laju Pertumbuhan Rata - Rata Harian Spesifik Perlakuan Rata- Rata Panjang (%/hari) Berat (%/hari) A ( 2 ekor/l ) 0,043 0,09 B ( 5 ekor/l ) 0,104 0,22 C ( 8 ekor/l ) 0,069 0,14 Sumber : Data Hasil Olahan Tahun 2014 Berdasarkan Tabel 8 di atas menunjukan bahwa laju pertumbuhan panjang benih ikan sidat setiap harinya sangat lambat, diantaranya pada perlakuan B (5 ekor/l memiliki laju pertumbuhan tertinggi, kemudian dilanjutkan oleh perlakuan C (8 ekor/l) dan perlakuan A (2 ekor/l) yaitu 0,43%/hari; 0,104% hari dan 0,069% hari. Laju pertumbuhan berat harian spesifik benih ikan sidat tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (5 ekor/l), dilanjutkan dengan padat tebar C (8 ekor/l) dan yang terendah yakni pada padat penebaran A (2 ekor/l), masing-masing berturut-turut 0,22 %/hari; 0,14 %/hari dan 0,09 %/hari. Pertumbuhan ikan sidat dalam wadah budidaya relatif lambat, hal ini sesuai dengan pernayataan yang dikemukakan oleh Suhenda, dkk.,(2003) dalam Cholik, dkk., (2005), laju pertumbuhan dari elver hingga ukuran konsumsi (25 cm) adalah 7 cm/tahun, oleh karena itu dalam pemeliharaan benih ikan sidat selama 28 hari mengalami pertumbuhan panjang dan berat yang sangat kecil, selanjutnya Lecomte Finiger (1983) dalam Cholik,dkk., (2005), menyatakan bahwa dalam wadah budidaya elver memerlukan waktu 12-18 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Elver yang rata-rata beratnya 1,6 g dapat tumbuh menjadi benih berukuran 52,60 g dalam waktu 42 hari.
Panjang (cm)
D. Pertumbuhan Panjang dan Berat Rata-Rata Setiap Minggu Pertumbuhan individu dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu, sehingga pertumbuhan dapat berubah dari waktu ke waktu. 1. Pertumbuhan Panjang Setiap Minggu Pertumbuhan panjang rata- rata benih ikan sidat (Anguilla marmorata) selama pemeliharaan dengan perlakuan A (2 ekor/l), perlakuan B (5 ekor/l) dan perlakuan C (8 ekor/l). Pengukuran panjang total dilakukan dengan mengukur ujung kepala terdepan sampai ujung sirip ekor paling belakang.Data pertambahan panjang terdapat pada Gambar 4 sebagai berikut: 5,20 5,10 5,00 4,90 4,80 4,70 4,60
Pertumbuhan Panjang Rata-Rata Setiap Mingu 5,11 4,82 4,82 4,82
0
4,88 4,86 4,84
4,93 4,89 4,86
1
4,97 4,93 4,90
5,01 4,94
A (2 ekor/l) B (5 ekor/l) C (8 ekor/l)
2 3 4 Minggu keGambar 4. Pertumbuhan Panjang Rata-Rata Individu Setiap Minggu
10
Bobot (gr)
Berdasarkan Gambar 4 di atas terlihat bahwa pertumbuhan panjang benih ikan sidat setiap minggunya mengalami peningkatan. Pertumbuhan minggu pertama dan minggu kedua pada semua perlakuan hanya mengalami sedikit peningkatan. Minggu pertama dengan padat tebar A (2 ekor/l) panjang awal 4,82 cm menjadi 4,84 cm, perlakuan B (5 ekor/l) panjang awal 4,82 cm menjadi 4,88 cm dan perlakuan C (8 ekor/l) panjang awal 4,82 cm menjadi 4,86 cm, selanjutnya pertumbuhan panjang pada minggu kedua padat penebaran A (2 ekor/l) yaitu 4,86 cm, B (5ekor/l) 4,93 cm dan C (8 ekor/l) 4,89 cm. Pertumbuhan ikan sidat minggu ketiga dan keempat mengalami peninggkatan yang lebih baik dari minggu sebelumnya. Pertumbuhan panjang rata-rata ikan sidat pada perlakuan B mengalami pertumbuhan panjang tertinggi diantaranya B (5 ekor/l) yaitu 4,97 cm, C (10 ekor/l) yaitu 4,93 cm dan perlakuan A (2 ekor/l) yaitu 4,90 cm. Pertumbuhan panjang rata-rata benih ikan sidat minggu keempat tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (5 Ekor/l), dilanjutkan dengan padat tebar C (8 ekor/l) dan A (2 ekor/l), yaitu 5,11 cm dan 5,01 cm serta 4,94 cm. Penyesuaian diri terhadap lingkungan dan kebiasaan makan pada minggu ketiga dan keempat mulai terjadi, sehingga pertumbuhan meningkat pada minggu-minggu tersebut. Pemberian pakan pada ikan sidat dilakukan pada pagi dan sore hari. Aktivitas makan sidat paling tinggi terjadi pada malam hari karena ikan sidat bersifat nocturnal, sehingga dilakukan pemasangan potongan paralon pada semua media pemeliharaan, hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (1999) dalam Haryono, dkk.,(2008), bahwa manipulasi penetrasi cahaya dengan cara memasang potongan paralon sebagai tempat persembunyian, hal ini diduga akan mempengaruhi aktivitas makan yang secara tidak langsung akan berdampak pula pada meningkatnya pertumbuhan. 2. Pertumbuhan Berat Setiap Minggu Pengukuran berat dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 10 ekor dari setiap wadah. Pertumbuhan berat rata-rata setiap minggu mengalami peningkatan walaupun sangat lambat. Data pengukuran berat terdapat pada Gambar 5 sebagai berikut: 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000
Pertumbuhan Berat Rata-Rata Setiap Minggu
0
0,130 0,121 0,116
0,117 0,113 0,111
0,103 0,104 0,103
1
0,146 0,129 0,121
0,166 0,144 0,129
A (2 ekor/l) B (5 ekor/l) C (8 ekor/l)
2 3 4 Minggu Ke Gambar 5. Pertumbuhan Berat Rata-Rata Setiap Minggu Berdasarkan Gambar 5 di atas bahwa, pertumbuhan berat minggu pertama dan kedua mengalami pertumbuhan yang rendah, dimana perlakuan A (2 ekor/l) berat awal 0,103 gr menjadi 0,111 gr, perlakuan B (5 ekor/l) berat awal 0,103gr menjadi 0,117gr dan perlakuan C (8 ekor/l) berat awal 0,104 gr menjadi 0,113 gr. Pertumbuhan rata-rata berat minggu kedua benih ikan sidat tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (5 ekor/l) yaitu 0,130 gr dan perlakuan C (8 ekor/l) 0,121gr serta perlakuan A (2 ekor/l) 0,116 gr. Pertumbuhan ikan sidat pada minggu pertama dan kedua mengalami pertambahan berat yang kurang baik dikarenakan ruang gerak, jumlah oksigen dan perubahan pakan atau jumlah pakan yang diberikan tidak sama dengan kondisi di alam bebas, seperti halnya menurut Pratiwi (1991) dalam Sasono (2001), bahwa jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung kepada kebiasaan makan, kelimpahan makanan, suhu, dan kondisi umum ikan tersebut, selanjutnya Nikolsky (1963) dalam Sasono (2001), menyatakan bahwa kesukaan organisme terhadap makanannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor penyebaran organisme makanan, faktor dari ikan itu sendiri dan faktor fisik kimia perairan.
11
Pertumbuhan rata-rata berat minggu ketiga benih ikan sidat tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (5 ekor/l) yaitu 0,146 gr, perlakuan C (8 ekor/l) 0,129 gr dan perlakuan A (2 ekor/l) 0,121 gr, selanjutnya pertumbuhan rata-rata berat minggu keempat benih ikan sidat tertinggi di tujukan pada perlakuan B (5 ekor/l) yaitu 0,166 g, perlakuan C (8 ekor/l) 0,144 gr dan perlakuan A (2 ekor/l) 0,129 gr. Pertumbuhan berat rata-rata ikan sidat pada minggu ketiga dan keempat mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini dikarenakan ikan sidat mulai cocok dengan kondisi lingkungan, seuai dengan pendapat Prasodjo (1988) dalam Kadarini (2007), toleransi terhadap lingkungan mempunyai batas-batas tertentu sehingga pada padat penebaran tertentu akan mempengaruhi pertumbuhan. Ikan sidat yang cocok dengan kondisi lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi. Seiring dengan lamanya pemeliharaan ikan sidat, pertumbuhan berat akan bertambah secara terus-menerus. E. Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup adalah persentase jumlah biota yang hidup pada akhir waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu populasi tersebut. Kelangsungan hidup benih ikan sidat (Anguilla marmorata) pada akhir penelitian adalah sebagai berikut:
Kelangsungan Hidup 79,1%
100%
82,60% A (2 ekor/l)
B (5 ekor/l)
C:8 ekor/l
Gambar 6. Kelangsungan Hidup Setiap Perlakuan Berdasarkan Gambar 6 di atas bahwa, sintasan benih ikan (Anguilla marmorata) selama pengamatan tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh pada perlakuan A (2 ekor/l) sebesar 100% sedangkan perlakuan B (5 ekor/l) dan C (8 ekor/l) sebesar 82,6% dan 79,1 %, (Lampiran 15). Data tersebut dapat diartikan bahwa padat tebar yang tinggi memiliki nilai sintasan yang rendah dan mortalitas yang tinggi, berbeda dengan padat tebar yang rendah memiliki nilai sintasan tertinggi dan mortalitas rendah, hal ini sesuai dengan pernyataan Soeriatmadja (1981) dalam Rusmaedi (2001), bahwa dimana padat penebaran yang tinggi menyebabkan nilai sintasan rendah, karena adanya kompetensi kebutuhan akan pakan, oksigen dan tempat tinggal. Contoh kasus dari tingkat kematian Elver yang dipelihara selama 122 hari adalah 59,4% (SR: 40,6%). Benih Elver yang mati tersebut, 22% akibat penyakit jamur (Saprolegmiosis), 11% individu tidak makan, 8,2% karena kanibalisme, 5,5% tidak dapat makan karena penyakit insang menggelembung (bubble disease), 2,7% mati karena tidak dapat membuang kotoran, dan 9,7% akibat hal yang tidak diketahui, kanibalisme merupakan penyebab terbesar kematian pada tahap akhir pemeliharaan (Ellie dan Dagujan,1980 dalam Affandi, dkk., 2013) Menurut Affandi, dkk., (2013), bahwa dalam pemeliharaan benih ikan sidat, kematian benih sering terjadi akibat serangan penyakit dan kanibalisme, kedua penyebab tersebut pada dasarnya adalah akibat kondisi benih yang lemah. Kondisi yang menyebabkan benih sidat lemah yaitu individu benih tidak tahan terhadap penurunan kondisi lingkungan terutama suhu dan oksigen terlarut, sehingga individu benih menjadi lemah, nafsu makan menurun, hingga terserang penyakit atau dipredasi oleh sidat lain yang ukurannya lebih besar. Benih sidat biasanya kalah bersaing dalam memperoleh makanan kemudian menjadi lemah dan berakhir dengan terinfeksi penyakit
12
atau dimangsa ikan sidat lain. Hasil pengukuran kelangsungan hidup benih ikan sidat dilakukan perhitungan analisi sidik ragam terdapat pada Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Analisi Sidik Ragam Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Sidat Sumber JK db KT F Hit F tab Keragaman 0.01 Perlakuan 0,07467 2 0,03734 56,238 Galat 0,00398 6 0,0006639 Total 0,07866 8 Signifikan pada taraf 0,01
10, 92
Hasil analisis sidik ragam pada tabel di atas menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (F hit > F tabel) terhadap kelangsungan hidup benih ikan Sidat, selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa kelangsungan hidup benih ikan sidat pada perlakuan A berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan B dan C dan perlakuan B berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan C, namun perlakuan B dan C tidak berpengaruh terhadap perlakuan A. F. Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup. Air yang digunakan untuk pemeliharaan benih ikan sidat perlu dijaga kualitasnya. Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan Sidat menunjukkan kisaran yang masih berada pada batas yang baik bagi kehidupan benih. Data kualitas air dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Parameter Kualitas Air Ikan Sidat Setiap Minggu NO Parameter Perlakuan (Minggu) 1. 2. 3.
0 I 26 25,9 pH 7,7 7,7 DO mg/l 5,57 5,79 Sumber : Data Olahan Tahun 2014 Suhu0C
II 26,9 7,6 5,47
III 26,4 7,7 5,35
IV 27 7,5 5,10
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap seminggu sekali dengan menggunakan alat ukur Monitor Water Quality. Pengukuran dilakukan setiap Hari Jumat pukul 16.00 WITA, kualitas air yang diukur yaitu Suhu, pH dan DO. Sumber air yang digunakan adalah air tawar yang berasal dari Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo, air tersebut diendapkan dalam sebuah akuarium dan wadah box sintetis sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan sidat. Forrest (1976) dalam Sasono (2001), menyatakan bahwa suhu merupakan faktor lingkungan paling penting untuk mengatur kecepatan pertumbuhan, sedangkan pH air merupakan parameter penyebab banyaknya ion yang terkandung dalam air, pH rendah dapat menyebabkan kematian sedangkan nilai pH yang terlalu tinggi menyebabkan perairan tidak produktif. Ikan sidat melakukan aktivitas makan pada kisaran suhu antara 200C-280C dan mampu berkembang dengan baik pada derajat keasaman (pH) optimal berkisar antara 7-8, dengan demikian suhu berada pada kisaran antara 250C-270C dan pH kisaran antara 7,5-7,7 sudah memenuhi syarat untuk pemeliharaan ikan sidat.
13
Oksigen terlarut merupakan salah satu perameter yang digunakan sebagai pilihan utama menentukan layak tidaknya sumber air digunakan dalam kegiatan budidaya, nilai oksigen yang terkandung dalam budidaya ikan sidat tergolong tinggi karena jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh ikan ukuran kecil relatif lebih rendah dibanding dengan ikan berukuran besar. Nilai oksigen pada pemeliharaan berada pada kisaran 5,10-5,79 mg/l, hal ini sesuai dengan pernyataan Rovara (2010), bahwa ikan sidat dapat hidup dalam air dengan kandungan oksigen 3-5 mg/l, namun untuk meningkatkan produktivitas, maka kandungan oksigen terlarut dalam air sebaiknya dijaga pada level diatas 5 mg/l, hal ini karena pada level di bawah 1 mg/l dapat menyebabkan pertumbuhan laju pertumbuhan lambat. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengaruh padat tebar terhadap pertumbuhan benih ikan Sidat (Anguilla marmorata) dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil penelitian menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda dalam pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla marmorata) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan sidat, dimana hasil analisis Anova Fhit> Ftab 2. Pertumbuhan panjang dan berat tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (5 ekor/l) berturutturut sebesar 0,29 cm dan 0,063 gr, disusul perlakuan C (8 ekor/l) berturut-turut sebesar 0,19 cm dan 0,040 gr, dan terendah pada perlakuan A (2 ekor/l) berturut-turut sebesar 0,12 cm dan 0,026 gr. 3. Kelangsungan hidup benih ikan sidat selama penelitian yaitu perlakuan A (2 ekor/l) sebesar 100% sedangkan perlakuan B (5 ekor/l) dan C (8 ekor/l) sebesar 82,6% dan 79,1%. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diajukan yakni, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan sidat, menggunakan padat tebar yang lebih tinggi dari 5 ekor/l dengan sistem bersirkulasi. V. DAFTAR PUSTAKA Affandi, R ., Budiardi,T., Wahjus , RI dan Taurusman , A. 2013. Pemeliharaan Ikan Sidat dengan Sistem Air Bersirkulasi. Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Anonim. 2013. Ikan Sidat Di Danau Limboto Terancam Punah. http://budidaya-ikan.com/ikan-sidatdanau-limboto-terancam-punah. Diakses Tanggal 10 November 2014 Cholik, F., Ateng G.J., R. P. Purnomo dan Ahmad, Z. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar. Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Cetakan Kedua. CV. Armico. Bandung. Haryono,. Suwito., Irham., Dewi., Nugraha., Bestari dan Mulyadi. 2008. Sidat, Belut Bertelinga: Potensi dan Aspek Budidayanya. Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Majalah llmiah Populer yang diterbitkan oleh Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Bogor. Kadarini,T. 2007. Pemeliharaan benih balashark (Blantiochelius Melanopterus) dengan padat penebaran berbeda dalam sistem resirkulasi.Dalam prosiding seminar penelitian perikanan dan kelautan jilid UGM-BRKP.
14
Kadarini. T, Sholichah. L dan., Gladiyakti. M. 2010. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Sintasan Dan Pertumbuhan Benih Ikan Silver Dolar. Jurnal. Universitas Diponegoro, Semarang. Krismono dan Putri, M R A. 2012. Variasi Ukuran dan Sebaran Tangkapan Ikan Sidat (Anguilla marmorata) Di Sungai Poso, Sulawesi Tengah. Jurnal. Sulawesi tengah KKP. 2011. Materi Penyuluhan Budidaya Ikan Sidat. Prospek Budidaya Ikan sidat. Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama maupun pelaku usaha . Jurnal. Jakarta. Koroh, P.A dan Lumenta, Cyska. 2014. Pakan Suspensi Daging Kekerangan Bagi Pertumbuhan Benih Sidat (Anguilla Bicolor). Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT. Jurnal Penelitian. Manado. Purwanto, J. 2007. Pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor) dengan padat tebar yang berbeda. Pusat riset perikanan budidaya. Jurnal penelitian. Jakarta. Rusmaedi., Praseno., Rasidi dan Subamia W. 2010.Pendederan Benih Sidat (Anguilla. spp) Sistem resirkulasi dalam bak beton. Pusat riset perikanan budidaya. Jurnal penelitian. Jakarta selatan Sarwono,B. 2011. Budidaya Belut dan Sidat. Jakarta: Penebar swadaya. Sasono, A. D. 2001. Kebiasaan Makan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) di Desa Citepus, Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Desa Cimaja, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Tarau, Eurika. 2011. Pengaruh kombinasi tepung ikan sidat (Anguilla marmorata) dan tepung terigu terhadap kualitas biscuit cracker. Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Teknobiologi Program Studi Biologi Skripsi. Yogyakarta Widyasti, Janty. 2013. Optimasi Salinitas Pada Pemeliharan Benih Ikan Sidat (Anguilla sp). Departemen manajemen sumber daya perairan Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
15