LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PASAL 332 KUHP (Studi Kasus Polres Gorontalo Kota) Oleh ADIYATMA. P . IDRIS NIM: 271410099
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Fenty Puluhulawa, SH., M.Hum NIP. 196804091993032001
Weny A. Dungga, SH., MH NIP. 196805222001121001
Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Hukum
SUWITNO .Y. IMRAN SH.,MH NIP 198306222009121004
1
ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PASAL 332 KUHP (Studi Kasus Polres Gorontalo Kota)
Adiyatma. P . Idris Pembimbing I: Fenty U. Puluhulawa Pembimbing II: Weny A. Dungga Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : Untuk mengetahui faktor– faktor penyebab terjadinya membawa pergi anak di bawah umur di kota Gorontalo. Untuk mengetahui hamabatan apa yang di temui pihak kepolisian dalam menindak lanjuti kasus melarikan anak diwah umur di kota Gorontalo. Jenis penelitian yuridis empiris. Data yang di gunakan adalah data primer yang di peroleh langsung dari objek penelitian di lapangan dan data sekunder yang di dapat dari hasil studi kepustakaan. Yang di jadikan sampel dalam penelitian ini adalah Kepolisian, Pelaku,dan Hakim. Data yang di peroleh di olah dengan melakukan reduksi data, sajian dan penarikan kesimpulan maupun verifikasi, setelah data di olah kemudian di analisis menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian yang di peroleh adalah faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya membawa pergi anak di bawah umur di kota Gorontalo, yaitu pergaulan bebas, faktor emosional (hubungan asmara berlebihan), faktor psikolgi (internal). Sedangkan upaya – pupaya dalam menanggulangi tindak pidana membawa pergi anak di bawah umur di kota Gorontalo yaitu upaya reventif dan represif. Kesimpulan di harapkan kepada masyarakat dan aparat penegak hukum agar lebih mengoptimalkan pengawasan terhadap anak dan khusus kepada masyarakat untuk lebih mau bekerja sama dengan pihak aparat agar terminimalisirnya berbagai perbuatan pidana yang terjadi di lingkungan masyarakat. Kata Kunci : Kriminolologi, Membawa Pergi, Anak
1
A. Pendahuluan Membicarakan berbagai bentuk kejahtan itu, tidak lepas dari adanya modus kekerasan baik fisik mapun non fisik, dengan berbagai akibat-akibat yang ditumbulkannya ditengah masyarakat, yang tergolong serius, meresahkan dan mengakibatkan penderitaan yang luar biasa. Dengan demikian hal ini mengisyaratkan bahwa kejahatan nampak menjadi bagian ditengah kehidupan masyarakat sebagai problem kriminalitas dan menjadi momok yang menakutkan bagi setiap masyarakat yang ada dimuka bumi ini. Salah satunya bentuk kejahatan yang terjadi di kota Gorontalo yakni mengenai kejahatan melarikan anak dibawah umur yang dipicu akibat adanya hubungan asmara antara pihak pelaku dan korban hal ini cenderung amat memprihatinkan mengingat korban terbilang masih dibawah umur. Kita ketahui bersama bahwa anak sebagai salah satu unsur potensial dari generasi muda, penerus nilai-nilai perjuangan bangsa dan merupakan sumber daya nasional yang sangat menentukan hari depan bangsa serta pembagunan bangsa. Dalam hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut sering kali dihadapkan pada adanya penyimpangan perilaku dikalangan muda khususnya anak yang dipicu ataupun didukung oleh bebasnya tempat untuk berorientasi sehingga berdampak buruk bagi proses perkembangan anak salah satu contohnya yakni proses pengenalan diri atau yang kita kenal dengan hubungan asmara dimana hubungan tersebut berkaitan langsung dengan sifat emosional antara lawan jenis yang terkadang melebihi atau melewati batas kontrol jika tidak dibekali dengan bimbingan dari orang terdekat baik saudara, orangtua, maupun kerabat dekat lain. Seperti yang terjadi kota Gororontalo terjadi kasus melarikan anak di bawah umur yang dipicu oleh adaya hubungan asmara antara si pelaku dan korban dimana korban tersebut merupakan anak di bawah umur. AD yang merupakan pelaku kejahatan mengaku bahwa telah membawa pergi seorang wanita yang belum dewasa, tanpa dikehendaki orang tuanya atau walinya. Awalnya saksi korban mempunyai hubungan asmara dengan terdakwah yang di jalani selama tiga 2
tahun, tepatnya pada hari kamis pukul 12 : 00 wita terdakwah melarikan anak di bawah umur yang merupakan korban dimana korban tersebut adalah pasangan terdakwa (pacaran) yang kemudian dilarikan ke tanah kelahiran terdakwah di daerah Bolmong Utara Provinsi Sulawesi Utara selama menjalin hubungan asmara tiga tahun terdakwa dan korban mengaku sering melakukan hubungan suami isteri yang pada saat itu korban masih berumur 16 tahun. Kejahatan atau perilaku yang dilakukan oleh terdakwa yakni AD tentu jelas merugikan korban dimana korban yang masih merupakan anak yang sudah selayaknya mendapatkan pendidikan formal kini mendapatkan dampak negatif akibat perilaku korban. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kejahatan yang dilakukan pelaku ataupun terdakwa selain merugikan orang lain tentu juga merupakan bangsa dimana anak yang merupakan penerus atau harapan bangsa kini harus menjalani hari – harinya dengan keterpurukan akibat dari perilaku terdakwa. Oleh sebab itu perlunya perhatian terhadap lingkungan sekitar yang merupakan suatu peroses penjagaan terhadap saudara-saudara khususnya anak di daerah gorontalo agar memiliki batasan-batasan dalam bergaul hususnya menjalin asmara. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan rumusan masalah yakni (1) bagaimanakah faktor-faktor penyebab orang tersebut melarikan anak dibawah umur di kota Gorontalo dan (2) upaya apa yang ditemui pihak kepolisian dalam menindak lanjuti kasus melarikan anak dibawah umur di kota Gorontalo. B. Metode Penulisan. Jenis penelitian yang digunakan oleh penliti adalah jenis penelitian Yuridis Empiris. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di kota Gorontalo, dengan beberapa pertimbangan bahwa di wilayah Gorontalo terdapat kasus tindak pidana melarikan anak diwah umur. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yakni: teknik observasi,. telaah dokumen dan wawancara (interview). Teknik ini digunakan oleh penulis agar dapat menguraikan dengan jelas tentang melarikan anak dibawah umur di kota Goronntalo. 3
C. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Umun Lokasi Penelitian Kepolisian Resort Gorontalo terletak di wilayah hukum kota Gorontalo yang berdiri sejak tahun 1976 yang beralamat di Jalan P. Kalengkongan No. 31 Kelurahan, Tenda, Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo. Sebelum dinamakan polres kota Gorontalo, dahulu diberi nama KORES ISOS Gorontalo. Saat ini polres kota Gorontalo membawahi 7 (tujuh) Polsek dalam wilayah Kota Gorontalo yang terdiri dari 7 (tujuh) satuan fungsi yaitu Intel, Satuan Reskrim, Satuan Resnarkoba, Satuan Binmas, Satuan Shabara, Satuan Tahti dan Satuan Satlantas. 2. Faktor-Faktor Penyebab Tindak Pidana Melarikan Anak di Bawah Umur. a. Pergaulan Bebas Dalam kriminologi ada yang di sebut dengan teori anomie dimana salah satu pakar yakni Emile Durkheim (1858 – 1917), menekankan pada “normlessness, lessens social control” yang berarti mengendornya pengawasan dan pengendalian sosial yang berpengaruh terhadap terjadainya kemerosotan moral, yang menyebabkan individu sukar menyesuaikan diri dalam perubahan norma, bahkan kerap kali terjadi konflik norma dalam pergaulan.1 Sebagaimana yang di kemukakan oleh Abdullah Mahrus selaku hakim pada pengadilan negeri Gorontalo dapat di ketahui bahwa kedekatan orang tua, pemberian batasan, serta penawasan terhadap tingkah anak dapat menjadi salah satu pencegahan awal terjadinya kasus melarikan anak di bawah umur khususnya di kota Gorontalo. Selain dari itu dalam pembahasan kriminologi selain dari pada teori anomi yang membahas tentang mengendornya pengawasan dan pengendalian sosial adapula salah satu teori dalam kriminologi yang disebut dengan teori kontrol sosial 1
A.S. Alam , Pengantar Kriminologi, reflex, Makassar, 2010, hlm 47
4
dimana teori kontrol sosial atau control theory merujuk pada setiap perspektif yang membahas ihwal pengendalian tingkah laku manusia. Sementara itu pengertian teori kontrol sosial merujuk pada pembahasan delinquency dan kejahatan yang dikaitkan dengan variabel – variabel yang bersifat sosiologis, antaralain struktur keluaraga, pendidikan, dan kelompok dominan. Adapun pengertian kontrol sosial menurut para ahli yakni salah satunya adalah F.Ivan Nye dalam tulisannya yang berjudul Familly Relationship and Delinquent Behavior (1958), mengemukakan teori kontrol tidak sebagai suatu penjelasan umum tentang kejahatan melainkan penjelasan yang bersifat kasuistis F.Ivan Nye pada hakikatnya tidak menolak adanya unsur – unsur psikolog, di samping unsur subkultural dalam proses terjadinya kejahatan. Adapun asumsi teori kontrol yang dikemukakan oleh F. Ivan Nye terdiri dari : 1.
Harus ada kontrol internal maupun eksternal
2.
Manusia diberikan kaidah – kaidah supaya tidak melakukan pelanggaran
3.
Pentingnya proses sosialisasi bahwa ada sosialisasi yang adequat (memadai) akan mengurangi terjadinya delinquen
4.
Dilakukan proses pendidikan terhadap seseorang, dan
5.
Diharapkan remaja menaati hukum (law abiding)2 Berdasarkan asumsi yang di kemukakan oleh F. Ivan Nye dalam
teori kontrol terlihat bahwa kontrol internal maupun eksternal merupakan salah satu point penting dalam mendidik dan mengawasi anak agar terhindar dari kasus – kasus criminal baik dalam posisi sebagai korban maupun sebagai tersangka. Kurangnya pemantauan orang tua, dan pengawasan dari pihak sekitar atau lingkungan dapat memicu timbulnya suatu kejahatan. hal ini di kemukakan oleh salah satu mantan nara pidana kasus membawa pergi anak di bawah umur khususnya di kota gorontalo 2
Yesmil Anwar Adang, Kriminologi 2010, hlm. 104
5
yakni Nipsi Lapoa menjelaskan bahwa tersandungnya pelaku kedalam kasus tersebut di mulai saat awal perkenalan dari media sosial yang kemudian berlanjut hingga pada tahap pertemuan atau saling temu antara korban (anak) denagn pelaku, pelaku menegaskan bahwa pergaulan sang anak atau korban terlihat sangat bebas hal tersebut dapat dilihat dari segi berpakaian korban (anak) yang sering menggunakan pakaian minim sehingga terkadang pelaku berfikir yang bukan – bukan.3 Adapun jumlah kasus membawa pergi anak di bawah umur khususnya di kota Gorontalo dapat kita lihat berdasarkan data tabel yang di peroleh dari polres Gorontalo Kota dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sebagai bahan untuk mengukur tingkat perkembangan : Tabel Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Januari : Januari : 1 Kasus Januari : Februari : 1 Kasus Februari : Februari : Maret : Maret : Maret : 2 Kasus April : 1 Kasus April : April : Mei : Mei : Mei : Juni : 2 Kasus Juni : 2 Kasus Juni : 1 Kasus Juli : Juli : 1 Kaus Juli : Agustus : Agustus : Agustus : 3 Kasus September : 2 Kasus September : September : Oktob er : Oktober : Oktober : 1 Kasus November : November : 1 Kasus November : Desember : 3 Kasus Desember : Desember : Total Kasus, Tiga Tahun Terakhir ; 21 Kasus Sumber Data Sekunder : di Peroleh dari Polres Gorontalo Kota b. Faktor Emosional Faktor emosisonal secara garis besar merupakan foktor yang merupakan bagian dari ihwal manusia yang hidup dan menjadi suatu kepbribadian dalam diri orang, Yang dapat merubah atau mengendalikan manusia tersebut. Emosianal
3
Nipsi Polapa (mantan nara pidana lembaga pemasyarakatan Kota Gorontalo), wawancara dengan narasumber. Di kediaman/rumah responden kota Gorontalo 26 Maret 2015
6
tidak hanya dapat di pandang secara sempit namun memiliki berbagai sifat bermacam – macam yang pada umumnya menjurus pada suatu pendekatan antara satu sama lain. Dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial hubungan emosional tentunya sangat di perlukan guna memperoleh ketentraman dan hubungan baik antara individu satu dan individu lainya. Namun hubungan emosianal yang kerap tidak terkontrol dan terbawa arus perkembangan global tentu hanya dapat menimbulkan kerugian bagi tiap individu msyarakat terutama remaja ataupun anak yang pola pergaulan sosialnya cenderung kearah menyimpang. Tindak pidana melarikan anak di bawah umur tidak dapat di pungkiri bahwa sebagian besar dilatar belakangi oleh faktor emosianal antara pelaku dan korban hal ini di karenakan hubungan emosional (asmara) yang cenderung di jalani menjurus kearah menyimpang tanpa kontrol dari budaya – budaya positif ataupun kontrol dari dalam diri masing – masing. Hal tersebut dapat di ketahui dari penjelasan yang dikemukakan oleh Syarulan Radjak selaku anggota UPPA Polres Gorontalo Kata menegaskan bahwa di era perkembangan zaman yang semakin modern tidak dapat di pungkiri bahwa kini pergaulan kaula muda semakin bebas dan tidak terkendali tertama dalam hal mengenali satu sama lain antara teman satu dengan teman lainnya, sudah menjadi persoalan biasa bagi kaula muda pada zaman sekarang dalam menjalani hubungan emosional (hubungan asmara/pacaran) cenderung mengarah sampai pada hubungan seks yang di latar belakangi karena kuatnya hubungan emosional tersebut.4 Tidak hanya itu hal tersebut juga dipertegas oleh NP selaku mantan Narapidana kasus membawa pergi anak di bawah umur di kota Gorontalo juga menegaskan bahwa pihak mantan terpidana tersandung kasus tersebut karena awalnya memiliki hubungan emosional atau asmara dengan korban di mana hubungan tersebut telah dijalani cukup jauh hingga sampai pada tahap sering melakukan hubungan badan atau suami istri diluar dari pengetahuan masing –
4
Brigadir Syarulan Radjak (Anggota UUPA Satuan Reskrim Polres Gorontalo Kota) , wawncara dengan Narasumber. Di Kantor polres Gorontalo Kota , 24 Maret 2015
7
masing keluarga. Tidak hanya itu selama proses melarikan anak di bawah umur tersebut mereka, dalam hal ini korban dan pelaku saling menjalani hidup layak orang yang telah berumah tangga seperti membeli kebutuhan sehari – hari dan lain sebagainya.5 c. Faktor Psikologi Secara umum faktor psikologi merupakan salah satu faktor yang dapat kita jumpai dalam berbagai kasus – kasus yang terjadi dalam masyarakat, seperti pada kasus pencabulan, pemerkosaan, pembunuhan dan berbagai kasus lainnya yang terjadi di msyarakat termasuk kasus membawa pergi anak di bawah umur. Secara garis besar bahwa faktor psikologi adalah faktor dimana berhubungan langsung dengan sifat kejiwaan yang ada pada diri masing masing individu sosial. Tindak pidana misalnya, dalam melakukan kejahatannya tentu ada hal yang melatar belakangi terjadinya perbuatan pidana seperti pada kasus membawa pergi anak di bawah umur. Terjadinya tindak pidana membawa pergi anak di bawah umur tentunya bisa di latar belakangi oleh faktor psikolgi. Sebab anak dalam hal ini korban memiliki psikologi yang cenderung lemah seperti mudahnya terpengaruh dengan hasutan dari luar, cenderung memikirkan kepentingan sendiri, daan lain sebagainya. Seperti yang pernah terjadi pada akhir tahun 2008 tepatnya di daerah semarang jawa tengah yakni antara pernikahan seorang pendiri pondok pesantren yang dikenal dengan nama saipudji dengan seorang anak yang bernama ulfa hal ini merupakan salah satu contoh bahwa tiap individu manusia memiliki karakter secara psikolog yang tumbuh dan dapat menjadikan seseorang tersebut pribadi yang menyimpang di kalangan masyarakat. Sama halnya dengan kasus yang terjadi pada saipudji di jawa tengah faktor psikolog juga mempengaruhi kasus tindak pidana membawa pergi anak di bawah umur khususnya di kota Gorontalo hal ini dapat diketahuia dari apa yang di kemukakan oleh seorang nara pidana yakni andriano djao, dalam statemennya
5
Nipsi Paloa (Mantan Narapidana Kasus Membawa pergi Anak di bawah umur) , wawancara dengan Narasumber. Di kediaman/Rumah Pelaku , 26 Maret 2015
8
mengemukakan bahwa tersangkutnya ia dalam kasus memebawa pergi anak di bawah umur karena di picu oleh hubungan emosional (pacaran) dengan pasangannya yang masih berada di bawah umur. Secara psikolog ia menytakan bahwa keinginananya dalam menjalin hubungan asmara dengan anak di bawah umur menjadi satu hal yang wajib yang memiliki nilai tersendiri, umur yang enerjik, dan postur yang awet merupakan salah satu point yang membuat terpidana memilih menjalin hubungan emosional dengan (pacaran) pasangannya (anak). Dan bukan hanya itu korban yang merupakan pasangannya (anak) semata– mata tidak di dasari karena paksaan melainkan mengikuti keinginan dari si terpidana untuk melarikan diri dari rumah dan ikut bersama terpidana samapai saling menjalani hubungan suami isteri di luar nikah.6 Berdasarkan keterangan yang di kemukakan tersebut dapat diketahui bahwa faktor psikologi menjadi salah satu faktor yang masuk dalam penyebab terjadainya kasus membawa pergi anak di bawah umur khususnya di kota Gorontalo. Hasrat yang dipicu karena kebutuhan seks yang menyimpang merupakan sifat tidak bermoral yang hidup dalam masyarakat modern. Anak yang merupakan penerus bangsa kini menjadi korban dari ketidak seimbangnya kehidupan sosial di masyarakat. kurangnya pengawasan, nasihat dan pendektan emosional dengan orang tua atau keluarga cenderung dapat melibatkan anak pada kondisi delinquen. Hal ini pula dapat di ketahui dari apa yang di kemukakan oleh RW selaku korban yang pernah terkait kasus membawa pergi anak di bawah umur, RW mengemukakan bahwa terjerumusnya ia kedalam kasus tersebut pada umur enam belas tahun dimana saat itu RW mulai menjalani hubungan asmara antara pelaku dengan dirinya, hubungan asmara tersebut berlangsung cukup lama hinga pada akhirnya dirinya pergi melarikan diri dari rumah tanpa sepengethuan keluaraga demi sang pelaku sebagai pasangannya. Sebelum pergi bersama sang pelaku ia menuturkan bahwa ada banyak yang dikatakan sang pelaku termasuk
6
Andriano Djao, (manatan narapidana kasus membawa pergi anak di bawah umur) , wawancaara dengan narasumber. Di kediaman/Rumah pelaku 28 maret 2015
9
salah satunya ingin memepersunting dirinya dan ingin menjalani hari – hari dengan dinya dalam bentuk keluarga kecil yang utuh. Dari pernyataan terbut itulah korban mulai terhasud dengan hasutan pelaku yang kemudian memutuskan melarikan diri pelaku sang pelaku atas dasar sayang7 Hal serupa ditemukan dari keterangan lain selaku IL korban yang pernah terkait kasus tersebut dirnya mengatakan bahwa, kasus yang sama pernah menimpanaya saat ia berumur 16 tahun saat itu tidak dipungkiri bahwa rasa emosional yang berlebihan terkadang menjadi faktor pemicu ia terbawa dalam kasus tersebut rasa ingin memiliki yang berlebihan, mengikuti semua perintah yang di utarakan, merupakan kelemahan dari dirinya yang saat ini masih berusia belia.8 Berdasarkan pernyataan di atas tidak dapat di pungkiri bahwa secara garis besar psikologi siafatnya lemah yang terkadang dapat terpengaruh oleh hal apaupan sifat egoism, cenderung mementingkan diri sendiri merupakan bagian dari tingkah laku anak yang perlunya bimbingan serta arah dari pihak sekitar terutama orang tua sebagai benteng pertahanan dalam melindungi anak agar terhindar dari berbagai gejala sosial yang terjadai di masyarakat. Haltersebut tentu berkaitan dengan asumsi teori kontrol sosial yang di kemukakan oleh F. Ivan Nye dalam teori tersebut Nye mengatakan bahwa “Dilakukan proses Pendididkan terhadapa seseorang” hal ini berarti pendidikan yang layak baik yang di peroleh secara formal Maupun non formal dapat mengakibatkan kuatnya pertahanan diri tiap – tiap individu masyarakat secara internal agar dapat terhindar dari berbagai macam gejala – gejala sosial yang terjadi di masyarakat. sehingga terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan saling menjaga antara satu dan yang lainnya.
7
Ratna Wartabone (mantan korban membawa pergi anak di bawah umur) , wawancara dengan Narasumber. Di kediaman/rumah, 25 maret 2015 8 Indriani luawo (manatan korban memebawa pergi anak di bawah umur) , wawancara dengan Narasumber. Di kediaman/rumah, 25 maret 2015
10
3. Upaya–Upaya Yang Dilakukan Pihak Kepolisian Dalam Menindak Lanjuti Kasus Melarikan Anak Di Bawah Umur. a. Preventif Sebagaimana yang diketahui bahwa preventif merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya peristiwa sebelum peristiwa itu terjadi. Dalam hal ini prevntif merupakan langkah awal yang dilakukan pihak – pihak yang terkait dalam meminimalisir suatu bentuk perilaku meyimpang ataupun kejahatan yang akan terjadi di masyarakat. Hal ini tegaskan pula dengan apa yang di kemukakan oleh Bripka F.A Talani selaku kanit UPPA bahwa sebelumnya pihak kepolisian telah melakukan upaya – upaya preventif yakni dengan mengadakan penyuluhan ataupun sosialisasi kepada taiap warga masyarakat. 9 Tidak hanya itu keterangan lain juga diberikan oleh pihak kepolisian yakni Brigadir Syarulan Radjak selaku anggota UPPA satuan reskrim polres Gorontalo kota, menyatakan bahwa dalam upaya proses pencegahan yang dilakukan oleh pihak kepolisian bukan hanya dilakukan satu kali namun kerap sering di adakan setiap kali sebab, mengingat bahwa kasus – kasus tersebut merupakan kasus yang bersifat klasik yang sering susah di selalsaikan sebab berhubungan langsung dengan tiap – tiap individu masyarakat
terutama
anak
yang
menjadi
korban
dari
dampak
perkembangan zaman, tidak dipungkiri bahwa sebagian besar kasus membawa pergi anak di bawah umur kerap dilatar belakangi karena suatu hubungan asmara yang terlampau jauh dan bersifat menyimpang oleh karenanya pihak kepolisian sering melakukan penyuluhan - penyuluhan tertama kepada wilayah – wilayah yang cenderung rentan dengan perbuatan kriminal, yang di ikut sertakan dengan bantuan dari pihak -
9
Bripka F.A Talani (Kanit UPPA Polres Gorontalo Kota)
11
warga terutama orang tua agar anak tersebut terhindar dari berbagai penyakit sosial di masyarakat.10 Berdasarkan keterangan dari beberapa sumber tersebut dapat dilihat bahwa upaya preventif sebagai upaya awal dalam meminimalisir sutu kejahatan akan bekerja lebih maksimal apabila masyarakat turut sadar dan mau berpartisipasi dalam upaya pencegahan, hal ini tentu amat penting bagi kehidupan sosial ini mengingat perkembangan yang semakin maju membuat tingkat kejahatan yang terjadi dimasyarakat semakin meningkat terutama yang melibatkan anak. Oleh sebab itu peran serta antara masyarakat dan pihak kepolisian tentu akan menghasilkan nilai positif sesuai apa yang di harapkan. b. Represif Represif merupakan suatu tindakan yang biasanya berupa tindakan fisik atau penghukuman yang dilakukan setelah peristiwa itu terjadi. Dalam hal ini upaya represif adalah upaya terakhir yang dilakukan oleh pihak – pihak yang terkait guna memperbaiki pola secara internal kepada salah satu ataupun seluruh masyarakat yang bermasalah dalam kehidupan sosial. Untuk upaya represif atau upaya terakhir yang di berikan oleh pihak kepolisian kepada tersangka kasus membawa pergi anak di bawah umur tentunya dilakukan berdasarkan prosedur yang berlaku artinya bahwa ketika polisis menerima sebuah laporan kemudian polisis akan berusaha mengumpulkan bukti – bukti guna memperkuat dugaan tersebut. Hal ini juga dikemukakan oleh pihak kepolisian yakni F.A Talani selaku kanit UPPA pada satuan reskrim polres Gorontalo kota, dalam pernyataannya menjelaskan bahwa sampai sejauh ini proses ataupun upaya represif yang dilakukan oleh pihak kepolisian khususnya polres Gorontalo kota yakni berupa penangkapan dan pengumpulan bukti – bukti secara akurat demi 10
Brigadir Syarulan Radjak (anggota UPPA satuan reskrim polres Gorontalo Kota) , wawancara dengan Narasumber. Di polres Gorontalo Kota , 24 Maret 2015
12
kelengkapan dan untuk memeperkuat adanya indiksi suatu kejahatan yang terjadi di masyarakat seperti contohnya pada kejahatan membawa pergi anak di bawah umur di kota Gororontalo, dalam kasus ini sering di jumpai berupa laporan yang di terima dari pihak korban dalam hal ini keluarga selaku pihak yang di rugikan kemudian pihak kepolisian segera melakukan penangkapan dan penelusuran bukti – bukti hingga sampai pada tahapan P21 yang kemudian berakhir pada tahap persidangan11 Berdasarkan pernyataan tersebut dapat di ketahui bahwa bentuk ataupun upaya represif yang dilkukakn oleh pihak kepolisisna adalah upaya yang sudah semestinya dilakukan oleh pihak kepolian yang melakukan penangkapan dan penelusuran bukti – bukti lebih lanjut agar pelaku dapat terbukti dan bisa di jerat dengan tuntun pidana yang berlaku. Statmen lain juga diemukakan oleh pihak pengadilan yakni Chysni Isnaya selaku hakim pada pengadilan negeri Gorontalo dalam pernyataannya menjelaskan bahwa untuk upaya represif atau upaya terakhir yang di berikan oleh pihak pengadilan khususnya hakim terhadap terpidana yakni berupa penjatuhan pidana yang sesuai dengan undang – undang yang berlaku yang tentunya dibarengi dengan beberapa pertimbangan. Seperti pada kasus membawa pergi anak di bawah umur dan beberapa perbuatan pidana lainnya.12
D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Faktor – faktor yang dominan menyebabkan terjadinya tindak pidana memebawa pergi anak di bawah umur di kota Gorontalo adalah faktor eksternal dan internal dimana faktor eksternal tersebut mencakup pergaulan 11
Bripka F.A Talani , (kanit UPPA satuan reskrim polres Gorontalo Kota), wawancara dengan narasumber. Di kantor Polres Gorontalo Kota , 23 Maret 2015 12 Chysni Isnaya Dewi SH, (Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo) , wawancara dengan narasumber. Di kantor pengadilan Negeri Gorontalo, 26 Maret 2015
13
bebas yakni, kurangnnya perhatian dan pengawasan terhadap anak dapat menimbulkan anak akan semakin bertindak bebas dan terlibat dengan berbagai macam gejala sosial yang dapat menyeret diri mereka sebagai korban dan dapat memeberikan cela terhadap pelaku untuk melancarkan kejahatan. dan faktor internal tersebut mencakup antara hubungan emosional dan psikologi yakni, dimana kedua hal tersebut merupakan hal yang amat berkaitan terhadap kasus membawa pergi anak di bawah umur sebab merupakan bagian yang berkaitan langsung dengan karakter ataupun sifat masing – masing individu dalam masyarakat yang timbul dan diperoleh dari proses perkembangan kepribadian masing - masing. Hal ini tentu berkaitan erat dengan asumsi pertama dalam teori kontrol sosial yang dikemukakan oleh F. Ivan Nye yakni “harus ada kontrol internal maupun eksternal.” Upaya – upaya yang dilakukan untuk menanggulangi terjadinya kasus tindak pidana membawa pergi anak di bawah umur di kota Gorontalo baik dari pihak kepolisian maupun pengadilan yakni berupa upaya prevetif dan represif, dimana upaya preventif yakni berupa sosialisasi ataupun penyuluhan yang di berikan oleh pihak kepolisian dalam upaya pembekalan terhadap masyarakat demi meminimalisir terjadinya tindak pidana membawa pergi anak di bawah umur di kota Gorontalo yang kemudian disusul dengan upaya reresif yakni berupa penangkapan yang di sertai dengan pengumpulan bukti – bukti atau sampai pada P21. Untuk upaya represif yang dilakukan oleh pihak pengadilan yakni berupa penjatuhan hukuman atau pidana kepada pelaku sebagai bentuk pertimbangan atas kasus tersebut guna memperoleh kehidupan masyarakat yang baik dan sadar serta taat terhadap hukum. 2. Saran 1. Di harapkan kepada masyarakat dan aparat penegak hukum khususnya kepolisian agar lebih mewaspadai tingkat terjadinya kasus membawa pergi anak di bawah umur di kota Gorontalo dan lebih menigkatkan penjagaan 14
khususnya orang tua dan masyarakat terhadap anak agar terhindar dari berbagai gejala ataupun kasus sosial yang dapat memicu terjadainya suatu perbuatan kriminal terhdap anak. 2. Di harapkan pula kepada masyarakat khususnya orang tua agar lebih meingkatkan pengawasan terhadap anak terutama dalam hal proses berinteraksi anak ataupun proses pergaulan anak agar cenderung tidak terlalu bebas dan mengarah kepada hal – hal yang bersifat menyimpang di masyarakat yang di akaibatkan dari perkembanag zaman ataupun teknologi. DAFTAR PUSTAKA
Buku A.S Alam, 2010, Pengantar Kriminologi, Refleksi, Makassar Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Yesmil Anwar Adang, 2010. Kriminologi. PT. Reflika Aditama, Bandung Undang – undang -
Undang – undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Anak
-
KUHP 332
15