Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Madiun
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan Dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Universitas Airlangga
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN
DI KOTA MADIUN 2016
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................
i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................
vi
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2.
Rumusan Permasalahan .......……………………………………….
3
1.3.
Maksud dan Tujuan ...........................................................................
3
1.4.
Sasaran...............................................................................................
4
1.5.
Manfaat .............................................................................................
4
1.6.
Keluaran .............................................................................................
5
KAJIAN TEORITIS ....................................................................................
6
2.1.
Definisi dan Pengukuran Kemiskinan ...............................................
6
2.2.
Teori Kemiskinan Kontemporer.........................................................
7
2.3.
Penyebab Kemiskinan........................................................................
12
2.4.
Indikator dan Indeks Kemiskinan Dinamis Perkotaan .......................
12
2.5.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional ................................
14
2.6.
Kerangka Kajian .................................................................................
20
METODE KAJIAN ....................................................................................
21
3.1.
Desain Kajian .....................................................................................
21
3.2.
Waktu dan Tempat ............................................................................
21
BAB 2
BAB 3
ii
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
BAB 4
3.3.
Jenis dan Sumber Data ......................................................................
21
3.4.
Variabel Kajian ...................................................................................
22
3.5.
Tahapan Kegiatan ..............................................................................
22
3.6.
Teknik Pengumpulan Data.................................................................
25
3.7.
Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data.........................................
25
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
26
4.1.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Madiun..........................
26
4.2.
Capaian Kinerja dalam Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah Kota Madiun ..................................................................
29
4.3.
Hasil Wawancara dengan Pihak Pemerintah.....................................
36
4.4.
Hasil Survey........................................................................................
39
4.5.
Analisa Program Penanggulangan Kemiskinan KK Perempuan /PRSE..............................................................................
45
4.6.
Analisis Sinkronisasi Strategi Kemiskinan ..........................................
69
4.7.
Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pemerintah Kota Madiun dalam Penanggulangan Kemiskinan PRSE ....................................................
4.8.
Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan PRSE ...................................................................................................
80
Peta Strategi Pemberdayaan PRSE di Kota Madiun ..........................
83
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..........................................................
91
5.1
Kesimpulan ........................................................................................
91
5.2
Rekomendasi .....................................................................................
93
4.9.
BAB 5
76
DAFTAR PUSTAKA
iii
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kota Madiun
2
Tahun 2009-2013 Tabel 4.1
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Berbasis Pemberdayaan
30
Masyarakat Tabel 4.2
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Berbasis Pemberdayaan
32
UMKM Tabel 4.3
Layanan Kesehatan Masyarakat Miskin Kota Madiun
33
Tabel 4.4
Tingkat Pemanfaatan Tempat Tidur (BOR) Per Kelas di RSUD
33
Kota Madiun Tahun 2015 Tabel 4.5
Layanan RSUD Untuk Masyarakat Miskin Kota Madiun
34
Tabel 4.6
Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Kota Madiun Tahun 2014-
34
2015 Tabel 4.7
Distribusi Tingkat Kemiskinan
40
Tabel 4.8
Distribusi Umur Gakin dengan KK Perempuan (PRSE)
41
Tabel 4.9
Kendala Yag Dialami Dalam Mencukupi Kebutuhan
42
Tabel 4.10
Program Bantuan Yang Pernah Diterima oleh GAKIN dengan KK
46
Perempuan Tabel 4.11
Bantuan Yang Paling Dibutuhkan Keluarga Miskin dengan KK
47
Perempuan Tabel 4.12
Distribusi Tingkat Kemiskinan Berdasarkan Indikator Kesehatan
48
Tabel 4.13
Hasil Analisis bivariate Antara Variabel Kesehatan dengan
49
Tingkat Kemiskinan Tabel 4.14
Akses terhadap Program/Layanan Kesehatan dan Gizi
51
Tabel 4.15
Distribusi Tingkat Kemiskinan berdasarkan Indikator Pendidikan
52
Tabel 4.16
Hasil analisis bivariate Variabel Pendidikan dengan Tingkat
53
Kemiskinan iv
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.17
Distribusi Tingkat Kemiskinan berdasarkan Indikator Perumahan 55 dan Lingkungan Rumah
Tabel 4.18
Hasil analisis bivariate antara Variabel Perumahan dan
56
Lingkungan dengan Tingkat Kemiskinan Tabel 4.19
Akses terhadap Program/layanan Sosial Kemasyarakatan
60
Tabel 4.20
Distribusi Tingkat Kemiskinan berdasarkan Indikator Sosial
61
Budaya Tabel 4.21
Hasil analisis bivariate antara Variabel Sosial Budaya
62
dengan Tingkat Kemiskinan Tabel 4.22
Distribusi Tingkat Kemiskinan berdasarkan Indikator Ekonomi
63
Tabel 4.23
Hasil analisis bivariate antara Variabel Ekonomi
64
dengan Tingkat Kemiskinan Tabel 4.24
Akses terhadap Program Ekonomi
68
Tabel 4.25
Sinkronisasi Perencanaan Penanggulangan Kemiskinan PRSE
70
Kota Madiun Tabel 4.26
Analisis SWOT
80
Tabel 4.27
Contoh Model Intervensi Terhadap PRSE Non Produktif
84
Tabel 4.28
Strategi Penanggulangan Kemiskinan PRSE Berdasarkan Klaster
86
v
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Penyebab Kemiskinan
12
Gambar 2.2
Kerangka Kajian
20
vi
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia telah menunjukkan peningkatan dalam pengurangan kemiskinan di
wilayah perkotaan dan perdesaan. Meskipun demikian, 13 persen penduduk masih hidup dalam kemiskinan, dan 40 persen rumah tangga lainnya hidup sedikit di atas garis kemiskinan dan rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan. Di perkotaan, sekitar 18 persen penduduk hidup miskin atau hampir miskin, dimana angka tersebut mewakili sekitar 20 juta orang. Sejalan dengan urbanisasi yang semakin meningkat, jumlah ini kemungkinan besar akan bertambah sehingga akan melampaui kemiskinan perdesaan di tahun 2020 (World Bank, 2013). Ciri-ciri masyarakat miskin perkotaan di Indonesia adalah memiliki tingkat pendidikan rendah, bekerja di sektor informal dengan upah rendah, hidup di permukiman berkualitas rendah, kurang memiliki jaminan pekerjaan, dan mempunyai akses yang lebih rendah terhadap layanan dasar dibandingkan mereka yang tidak miskin. Sub kelompok masyarakat miskin perkotaan yang sangat rentan meliputi pendatang baru di perkotaan, tenaga kerja anak, anak jalanan, dan mereka yang hidup di permukiman informal. Secara wilayah, dua pertiga masyarakat miskin perkotaan hidup di Jawa. Sehingga tantangan yang paling sering disebutkan untuk menanggulangi kemiskinan adalah penghasilan yang tidak memadai, kesulitan mendapatkan pekerjaan, dan biaya sekolah. Tema lain yang muncul adalah kurangnya infrastruktur dan modal (World Bank, 2013). Perempuan adalah kaum yang rentan dan miskin, hal ini terungkap pada kinerja Gender Development Index tahun 2010 dimana Indonesia menempati urutan ke-108 dari 166 negara (beritasatu.com). Kementerian Sosial mendefinisikan perempuan miskin sebagai wanita rawan sosial ekonomi (WRSE) yaitu wanita dewasa berusia 18-59 tahun belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Ciri-ciri/kriteria dari wanita rawan sosial ekonomi adalah wanita sebagai sumber utama mencari nafkah/tulang punggung keluarga, janda, dan berpenghasilan rendah. Pemberdayaan perempuan miskin harus diimplementasikan sebagai proses terus menerus untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian perempuan miskin dalam pengentasan kemiskinan terutama yang hidup didaerah perkotaan. Berdasarkan Profil dan Analisis Kemiskinan Nasional 2013, perkembangan kemiskinan Kota Madiun mengalami penurunan sebesar 0-1,90% yang dikategorikan baik (tingkat 4). Hal ini sesuai dengan data BPS yang menunjukkan jumlah penduduk miskin di Kota Madiun sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terus menurun. Jika pada tahun 2009 penduduk miskin di Kota Madiun berjumlah 10.300 orang, maka pada tahun 2013 penduduk miskin menurun menjadi 8.700 orang. Secara lebih lengkap, jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan kota Madiun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kota Madiun Tahun 2009-2013 2009
Penduduk Miskin (000) 10,3
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) 220.079
2010
10,4
241.503
2011
9,7
260.179
2012
9,3
288.368
2013
8,7
320.210
Tahun
Sumber: BPS Kota Madiun 2014 Sedangkan data yang bersumber dari PPLS (Program Perlindungan Sosial) tahun 2011 yang sudah diverifikasi jumlah kepala rumah tangga di Kota Madiun sebanyak 6.526. Dari jumlah tersebut, rumah tangga miskin yang dikepalai perempuan sebanyak 1.578 atau 24,18%. Dilihat dari usia kepala rumah tangga perempuan sebagian besar termasuk lansia, yaitu 71,60%, sedangkan hanya 28,40% yang masuk usia produktif.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Melihat adanya kepala rumah tangga perempuan usia produktif dengan kategori miskin, maka perlu dilakukan kajian pemberdayaan bagi perempuan miskin perkotaan agar tangguh dalam menghadapi perubahan kondisi ekonomi secara cepat. 1.2
Rumusan Permasalahan Memperhatikan bahwa kemiskinan di Kota Madiun adalah realitas sosial yang
memerlukan perhatian serius. Dengan demikian rumusan permasalahan dalam kegiatan kajian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kemiskinan di kota Madiun? 2. Faktor faktor apa yang menjadi penyebab kemiskinan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga? 3. Bagaimana strategi dan kebijakan pemberdayaan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga dalam pengentasan kemiskinan di Kota Madiun? 4. Bagaimana model pemberdayaan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga dalam pengentasan kemiskinan di kota Madiun? 1.3
Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari kajian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kemiskinan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan kepala rumahtangga perempuan. 2. Menyusun strategi dan kebijakan pemberdayaan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga dalam pengentasan kemiskinan. 3. Mengembangkan model pemberdayaan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga dalam pengentasan kemiskinan.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
1.4
Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dengan kegiatan ini adalah: 1. Teridentifikasinya faktor-faktor penyebab kemiskinan baik yang penyebab persisten maupun struktural kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga di Kota Madiun. 2. Tersusunnya strategi dan kebijakan pemberdayaan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga di Kota Madiun. 3. Tersusunnya model pemberdayaan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga dalam pengentasan kemiskinan.
1.5
Manfaat Hasil kajian strategi pemberdayaan perempuan dalam pengentasan kemiskinan di
Kota Madiun diharapkan dapat memberikan dampak pada: 1. Pemerintah a. Menetapkan strategi dan kebijakan untuk pengentasan kemiskinan kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga dalam pengentasan kemiskinan. b. Memberikan pengentasan
masukan kemiskinan
untuk kaum
perencanaan PRSE,
program
khususnya
dan
kegiatan
keluarga
dengan
perempuan sebagai kepala keluarga dalam pengentasan kemiskinan. 2.
Kaum PRSE Memperkuat posisi sosial ekonomi kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga sehingga mereka tidak rentan terhadap masalah kemiskinan.
3. Masyarakat Umum Meningkatkan stabilitas ekonomi, sosial dan politik Kota Madiun.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
1.6
Keluaran Keluaran dari kegiatan ini antara lain: 1. Identifikasi kaum PRSE, khususnya keluarga miskin dengan perempuan sebagai kepala rumah tangga. 2. Rekomendasi strategi, kebijakan, dan model kegiatan pemberdayaan perempuan dalam upaya pengentasan kemiskinan bagi kaum PRSE, khususnya keluarga dengan perempuan sebagai kepala rumah tangga di Kota Madiun.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
BAB 2 KAJIAN TEORITIS 2.1
Definisi dan Pengukuran Kemiskinan Beberapa ahli berpendapat bahwa kemiskinan merupakan kondisi dimana
seseorang memiliki keterbatasn akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, informasi dan kurangnya berpartisipasi dalam pembangunan dan politik. Sedangkan definisi kemiskinan menurut World Bank (1990) adalah ketidakmampuan untuk membayar biaya hidup minimal. Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan nonmakanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty treshold). Berdasarkan survey yang dilakukan oleh World Bank (2013), perempuan lebih rentan terhadap kemiskinan dibandingkan laki-laki. Kemiskinan dalam rumah tangga lebih membawa dampak signifikan bagi perempuan, yang paling bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Dalam mengukur angka kemiskinan, terdapat beberapa pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan Ekonomi Kemiskinan dari sisi ekonomi diukur melalui pendekatan pendapatan. 2. Pendekatan Purchasing Power Parity (PPP) Purchasing power parity atau paritas daya beli didefinisikan sebagai sebuah metode yang dipergunakan untuk mengukur berapa banyak sebuah mata uang dapat membeli sejumlah barang atau jasa yang sama dalam pengukuran internasional karena harga barang dan jasa di beberapa negara berbeda. Sehingga PPP dihitung dengan menyesuaikan perbedaan harga barang dan jasa antar negara. 3. Indeks Kemiskinan Multidimensi (Multidimensional Poverty Index-MPI) Indeks kemiskinan multidimensi mengidentifikasikan ketidakmampuan seseorang dalam
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
memenuhi kebutuhan dasarnya berdasarkan tiga dimensi yaitu kesehatan, pendidikan, dan standar kehidupan. Terdapat beberapa aspek untuk membedakan antara rumah tangga perkotaan yang miskin dan tidak miskin, yaitu: a.
Pendidikan
b. Ketenagakerjaan c.
Ukuran rumah tangga
d. Akses terhadap pelayanan e. 2.2
Jaminan kepemilikan dan kondisi perumahan.
Teori Kemiskinan Kontemporer Perbedaan cara memandang definisi atas kemiskinan akan mengakibatkan
perbedaan pula dalam mengatasi kemiskinan. Penanganan kemiskinan dapat dianalisa melalui beberapa cara pandang, misalnya penyebab kemiskinan, konteks dimana kemiskinan itu terjadi, konsekuensi atas kemiskinan dan fenomena-fenomena apa yang mungkin terjadi karena dipengaruhi adanya kemiskinan. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mereduksi kemiskinan adalah berdasarkan teori capabilities approach dari Amartya Sen, seorang ekonom kontemporer pemenang hadiah Nobel. Teori Capabilities Approach (Sen, 2005) menekankan bahwa manusia sebagai agen aktif atas kehidupannya. Dalam konsep Sen, pembangunan bukan saja merupakan akumulasi kekayaan dan pertumbuhan ekonomi tetapi juga dinilai dari dampaknya yang dinikmati oleh manusia. Capabilities diartikan sebagai usaha-usaha yang dilakukan oleh individu untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, keluar dari kehilangan akses atas makanan, pendapatan, dan lain-lain, dan menyadari potensinya untuk melakukan usaha demi keluar dari kesengsaraan. Oleh sebab itu, konsep Sen menyakini bahwa manusia mempunyai satu set kemampuan untuk berusaha dari waktu ke waktu agar supaya mereka tidak jatuh miskin. Kebutuhan materi atau sumber daya diperlukan agar supaya manusia mampu untuk berusaha, tetapi kebutuhan materi atau sumber daya akan berubah seiring
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
perkembangan jaman. Dengan demikian, jika manusia tidak mempunyai materi atau sumber daya untuk melakukan usaha maka dia hidup dalam kemiskinan. Misalnya, untuk keluar dari kemiskinan pada era 1980-an hanya melihat aspek ekonomi yang berupa kebutuhan akan lapangan kerja dan komoditas dasar (pendidikan dan kesehatan) sebagai materi untuk berusaha dalam keluar dari kemiskinan, tetapi di era 2000-an dibutuhkan jaringan sosial masyarakat dan jejaring dalam menangani kemiskinan selain kebutuhan lapangan kerja dan komoditas dasar. Penekanan konsep kemiskinan dari Sen adalah, materi dan sumberdaya bukan merupakan akhir dari pengentasan kemiskinan, tetapi kedua hal tersebut adalah sebagai alat untuk berusaha keluar dari kemiskinan. Sejalan dengan konsep Capabilities dari Sen, pada tahun 2010 UNDP mengenalkan Multidimensional Poverty Index (MPI) untuk mengukur tingkat kemiskinan rumah tangga dengan dimensi pendidikan, kesehatan dan standar hidup dengan sepuluh indikator. Kesepuluh indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan (Indikator: Rata-rata Lama Sekolah, Pendidikan Yang Ditamatkan) 2. Kesehatan (Indikator: Tingkat Kematian Anak, Gizi) 3. Standar Hidup (Indikator: Listrik, Air minum, Sanitasi, Lantai Rumah, Bahan Bakar Memasak, Aset) Pendapatan memang sumber dari kemampuan seseorang untuk berusaha. Ketimpangan atas pendapatan maka menyebabkan seseorang mempunyai kesempatan yang berbeda dalam berusaha. Ketimpangan pendapatan dapat disebabkan oleh perbedaan gender, pendidikan, peranan sosial, geografi, cacat, kesehatan bahkan budaya seperti laki-laki lebih unggul dari perempuan. Oleh sebab itu, penanggulangan kemiskinan ditekankan pada pemenuhan materi dan sumber daya agar supaya masyarakat miskin berupaya sendiri untuk keluar dari kemiskinannya. Selain konsep kapabilitas, penanggulangan kemiskinan juga bisa dilakukan melalui pendekatan well-being. Pendekatan well-being menekankan bahwa seseorang akan well-being jika terpenuhi kebutuhan hidup dasar, sosial dan aktualisasi diri. Kebutuhan dasar hidup adalah segala sesuatu kebutuhan yang digunakan untuk bertahan hidup.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Kebutuhan Sosial adalah kebutuhan untuk berinteraksi sosial sehingga menumbuhkan kesadaran bagi seseorang akan potensinya untuk dikembangkan, sedangkan Kebutuhan Aktualisasi Diri adalah ketika individu dapat mengekspresikan aspirasi mereka dalam kerangka “a life of their own”, independent, self determination dan berkreasi melalui keikutsertaan mereka secara penuh dan equal dalam keluarga, komunitas dan masyarakat. Well-being adalah hasil akhir dari ketiga aspek tersebut. Dengan demikian, penanggulangan kemiskinan membutuhkan aspek-aspek kehidupan si miskin yang lebih luas untuk lebih diperhatikan. Tujuannya adalah membuat si miskin mempunyai akses terhadap dan kendali atas aspek kehidupannya yang penting seperti aspek sosial dan kekuatan atas kehidupan mereka. Aspek kekuatan dalam penanggulangan kemiskinan dapat dijelaskan dengan teori social capital dan social exclusion berikut ini. Pendekatan ketiga dari penanggulangan kemiskinan adalah berdasarkan konsep social capital. Social capital dapat diartikan bagaimana individu atau masyarakat membentuk jejaring untuk memenuhi kebutuhannya. Jejaring dapat mempunyai karakteristik terbuka dan heterogen atas partisipannya atau homogen dan hanya menerima orang-orang tertentu yang sejenis. Menurut Oyen (2004), beberapa isu terkait jejaring dalam penanggulangan kemiskinan adalah: a. Apakah masyarakat miskin mempunyai akses untuk masuk ke jejaring non miskin? Masyarakat miskin tidak ikut serta atau berpartisipasi di dalam organisasi dimana masyarakat non miskin menjadi mayoritasnya. Ketidakikutsertaan mereka dalam kehidupan sosial dan politik menunjukkan bahwa mereka hidup dalam kemiskinan politik yang merupakan bentuk lain dari kemiskinan. Jejaring yang dikelola dan ditujukan untuk si miskin merupakan bagian strategi agar si miskin bertahan hidup, misalnya, jejaring yang didasarkan pada keperacayaan untuk menyimpan dan meminjam dana dengan pemahaman yang simetris antara peminjam dan si miskin. Ada juga jejaring
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
yang didirikan oleh pekerja sosial untuk membantu dan menguatkan jejaring antara masyarakat lokal, tetapi biasanya masyarakat yang sangat miskin tidak menjadi partisipan atas jejaring ini. b. Apakah masyarakat miskin diperbolehkan untuk masuk ke jejaring non miskin? Kehidupan masyarakat didasarkan pada strata. Perbedaan atau strata mendefinisikan seseorang untuk masuk kedalam kelompok masyarakat atau organisasi tertentu dan masyarakat yang tidak mempunyai persamaan akan dikeluarkan dari kelompok atau organisasi tersebut. Si miskin baik secara definisi dan tradisi tentulah berada pada strata masyarakat yang rendah. Dengan demikian social exclusion merupakan bentuk lain dari keadaan miskin. Perbedaan dan social exclusion bagi si miskin akan terekspos dan mereka termarjinalkan ketika keanggotaan dari kelompok atau organisasi tertentu yang didominasi non miskin sangat kuat. Artinya si miskin gagal untuk menyesuaikan keadaan mereka dengan nilainilai yang dianut kelompok non miskin. Contoh, paham bahwa pendidikan tinggi akan meningkatkan akses untuk mendapatkan penghasilan tinggi mendominasi keyakinan sosial masyarakat, maka jika si miskin yang tidak mendapatkan akses pendidikan tinggi akan tidak mendapat kesempatan yang sama dengan yang non miskin untuk mendapatkan penhasilan tinggi. Dengan adanya strata atau perbedaan yang terbentuk dari nilai-nilai masyarakat berdasarkan kategori miskin dan non miskin maka sangat kecil kemungkinan si miskin akan masuk dalam jejaring non miskin. Ada juga jejaring yang dibentuk dengan mewajibkan partisipannya untuk berkontribusi baik secara sumberdaya material maupun nonmaterial. Masyarakat yang secara definisi miskin terbatas sumberdayanya akan sulit untuk masuk kedalam jejaring non miskin, karena sumberdaya mereka tidak sepadan dikarenakan latar belakang mereka. Meskipun terdapat permasalahan diatas, pembentukan jejaring sosial antara si miskin dan non miskin harus tetap diintensifikasikan karena:
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
a. Sangat penting dan membantu si miskin dalam memobilisasi untuk mengubah kondisi kehidupannya. b. Membuat si miskin menjadi bagian dari kehidupan politik sehingga suara mereka terdengar dan demokrasi dapat dibentuk. c. Membuka kesempatan bagi si miskin sebagai bagian dari masyarakat luas d. Meningkatkan social capital si miskin sehingga konflik dapat diredam Oleh karena itu, ketimpangan yang menyebabkan masyarakat marjinal harus direduksi. Selain meningkatkan kapabilitas mereka untuk mendapatkan sumberdaya yang berguna bagi mereka untuk bertahan dan menyadari potensi mereka untuk berusaha dan berkembang, ketimpangan bisa direduksi juga dengan memberikan akses kepada si miskin untuk mendapatkan hak mereka sebagai warga negara. Dengan demikian memberikan akses kepada mereka atas keadilan, hak untuk mendapatkan perlindungan hukum, hak atas kepemilikan asset, hak memperoleh pekerjaan, hak mendapatkan jaminan sosial, hak untuk membuka bisnis merupakan hak yang penting untuk mereka miliki dan dapatkan agar si miskin keluar dari kondisi kemiskinannya.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
2.3.
Penyebab Kemiskinan Terdapat dua faktor penyebab kemiskinan secara umum yaitu faktor eksogen dan
endogen. Penyebab kemiskinan dapat digambarkan dalam gambar 2.1. Eksogen 1. Alam Kondisi fisik alam seperti kesuburan, topografi dsbnya 2. Struktural Jumlah tanggungan keluarga Sistem bagi hasil Penerapan teknologi yang menggeser kesempatan kerja dll
Faktor Penyebab
Endogen Kultural: Sistem nilai budaya masyarakat setempat, yaitu orientasi nilai budaya dan sikap mental penduduk miskin terhadap hakekat hidup, hakekat karya, hakekat waktu, hakekat hubungan dengan alam, dan hakekat hubungan dengan manusia
K E M I S K I N A N
Gambar 2. 1 Penyebab Kemiskinan (Rejekiningsih, 2011 )
2.4.
Indikator dan Indeks Kemiskinan Dinamis Perkotaan Perumusan formula indeks kemiskinan Kota Surabaya adalah 38 (tiga puluh
delapan) variabel, yang kemudian dikelompokkan menjadi 5 aspek yaitu: Aspek Kesehatan; Aspek Pendidikan, Aspek Perumahan dan Lingkungan; Aspek Sosial; dan Aspek Ekonomi. 1. Aspek kesehatan terdiri dari 9 variabel yaitu : a. Frekuensi makan b. Makan ikan/daging/telur c. Sakit kronis d. Upaya pencarian pengobatan e. Periksa kehamilan
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
f. Frekuensi periksa kehamilan g. Keikutsertaan KB h. Cacat fisik i. Penolong persalinan 2. Aspek pendidikan terdiri dari 4 variabel yaitu: a. Pendidikan KK b. Pendidikan suami/istri c. Anak usia sekolah d. Kemampuan baca tulis 3. Aspek Perumahan dan Lingkungan terdiri dari 11 variabel yaitu: a. Luas lantai b. Dinding rumah c. Bahan lantai d. Ventilasi rumah e. Lubang pencahayaan f. Penerangan di malam hari g. Bahan bakar untuk memasak h. Sumber air bersih i.
Tempat buang air besar
j.
Saluran dan bahan SPAL
k. Tempat dan pembuangan sampah 4. Aspek Sosial terdiri dari 3 variabel yaitu: a. Informasi b. Peranan dalam masyarakat c. Aktif dalam perkumpulan/organisasi masyarakat 5. Aspek Ekonomi terdiri dari 11 variabel yaitu: a. Pendapatan b. Penghasilan tetap c. Pengeluaran total
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
d. Pengeluaran pangan e. Kepemilikan tabungan f. Kepemilikan barang g. Sumbangan h. Memiliki pakaian yang berbeda i.
Pakaian baru
j.
Sarana transportasi
k. Rekreasi Adapun Formula indeks Kemiskinan (Basuki dkk, 2014) adalah sebagai berikut Skor Indeks Kemiskinan = 0.450*Kesehatan + 0.660*Pendidikan + 0.640*Perumahan + 0.510*Sosial + 0.750*Ekonomi
2.5.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional Pemerintah Pusat melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
mencanangkan tiga strategi dalam program pengentasan kemiskinan. Tiga strategi tersebut adalah: Strategi 1: Memperbaiki Program Perlindungan Sosial Sistem perlindungan sosial ditujukan untuk membantu individu dan masyarakat dalam menghadapi goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan terjadinya potensi kerawananan sosial. Di samping itu, tingginya populasi penduduk usia tua yang rawan sosial juga menyebabkan peningkatan angka kemiskinan. Sistem perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang rawan sosial tidak sampai jatuh miskin. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka supaya yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Strategi 2: Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Mempermudah akses terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu keluarga miskin dalam menanggung biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disamping itu, kemudahan masyarakat miskin dalam mengakses pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi suatu negara dalam bidang human capital. Pendidikan harus diutamakan karena dapat mengeluarkan penduduk dari kemiskinannya dalam jangka panjang. Anak-anak dari keluarga miskin diharapkan dapat memperoleh pendidikan yang layak agar tidak mewariskan kemiskinanannya pada generasi berikutnya. Selain pendidikan, perbaikan akses yang harus diperhatikan adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Konsumsi air minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan mengakibatkan kerentanan terhadap penyakit. Strategi 3: Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin menyebabkan output pertumbuhan tidak terdistribusi secara merata pada semua kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial, dan ekonomi tidak berdaya, tidak dapat menikmati hasil pembangunan tersebut secara
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
proporsional. Bahkan, proses pembangunan justru membuat mereka termarjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial. Konsep pembangunan yang tidak menyertakan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi
kemiskinan,
menyebabkan
program-program
penanggulangan
kemiskinan tidak memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat miskin di masingmasing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin setempat. Dengan demikian, peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin secara menyeluruh menjadi salah satu prinsip utama dalam strategi penanggulangan kemiskinan. Strategi 4: Pembangunan Inklusif Pembangunan inklusif artinya pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan pembangunan. Kondisi makro yang kondusif merupakan keharusan dalam menciptakan perkembangan dunia usaha demi tercapainya percepatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja yang produktif dalam jumlah besar sehingga terdapat multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, termasuk bagi penduduk miskin. Salah satu strategi ini memfokuskan percepatan pertumbuhan ekonomi melalui usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan produktivitas usaha. Dalam mengimplementasikan strategi-strategi diatas, pemerintah pusat membuat program penanggulangan kemiskinan yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Klaster 1: Program Penanggulangan Kemiskinan Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga Kelompok
program
penanggulangan
kemiskinan
berbasis
bantuan
dan
perlindungan sosial bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik, seperti pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial adalah bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih. Ciri lain dari kelompok program ini adalah mekanisme pelaksanaan kegiatan yang bersifat langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin. Penerima manfaat pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial ditujukan pada kelompok masyarakat sangat miskin. Hal ini disebabkan bukan hanya karena kondisi masyarakat sangat miskin yang bersifat rentan, akan tetapi juga karena mereka belum mampu mengupayakan dan memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri. Klaster 2: Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Kelompok
program
penanggulangan
kemiskinan
berbasis
pemberdayaan
masyarakat merupakan bentuk dimana masyarakat miskin menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk keluar dari kemiskinan. Pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin tentang potensi dan sumberdaya yang dimiliki, akan tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di daerah.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut : a.
Menggunakan pendekatan partisipatif Pendekatan partisipatif tidak hanya tentang keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan program, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam proses seperti proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan pelaksanaan program, bahkan sampai tahapan proses pelestarian dari program tersebut.
b. Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada penguatan aspek kelembagaan masyarakat guna meningkatkan partisipasi seluruh elemen masyarakat, sehingga masyarakat mampu secara mandiri untuk pengembangan pembangunan yang diinginkannya. Penguatan kapasitas kelembagaan tidak hanya pada tahap pengorganisasian masyarakat untuk mendapatkan hak dasarnya, akan tetapi juga memperkuat fungsi kelembagaan sosial masyarakat yang digunakan dalam penanggulangan kemiskinan. c. Pelaksanaan berkelompok kegiatan oleh masyarakat secara swakelola dan berkelompok Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat harus menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat miskin untuk selalu membuka kesempatan masyarakat dalam berswakelola dan berkelompok, dengan mengembangkan potensi yang ada pada mereka sendiri guna mendorong potensi mereka untuk berkembang secara mandiri. d. Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan Perencanaan program dilakukan secara terbuka dengan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat dan hasilnya menjadi bagian dari perencanaan pembangunan di tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional. Proses ini membutuhkan koordinasi dalam melakukan
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
kebijakan dan pengendalian pelaksanaan program yang jelas antar pemangku kepentingan dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan tersebut. Penerima kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin. Kelompok masyarakat miskin tersebut adalah yang masih mempunyai kemampuan untuk menggunakan potensi yang dimilikinya walaupun terdapat keterbatasan. Klaster 3: Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro Dan Kecil Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah program yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan kualitas hidupnya. Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah: a. Memberikan bantuan modal atau pembiayaan dalam skala mikro Pemerintah memberikan kemudahan kepada pengusaha mikro dan kecil untuk mendapatkan kemudahan tambahan modal melalui lembaga keuangan/ perbankan yang dijamin oleh Pemerintah. b. Memperkuat kemandirian berusaha dan akses pada pasar Memberikan akses yang luas dalam berusaha serta melakukan penetrasi dan perluasan pasar, baik untuk tingkat domestik maupun internasional, terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh usaha mikro dan kecil. Akses yang dimaksud dalam ciri ini tidak hanya ketersediaan dukungan dan saluran untuk berusaha, akan tetapi juga kemudahan dalam berusaha.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
c. Meningkatkan keterampilan dan manajemen usaha. Memberikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan dan manajemen berusaha kepada pelaku-pelaku usaha kecil dan mikro. Penerima manfaat dari kelompok program berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah kelompok masyarakat hampir miskin yang kegiatan usahanya pada skala mikro dan kecil. Penerima manfaat pada kelompok program ini juga dapat ditujukan pada masyarakat miskin yang belum mempunyai usaha atau terlibat dalam kegiatan ekonomi. 2.6. Kerangka Kajian Kajian Strategi Pemberdayaan Perempuan Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Kota Madiun
Aspek permasalahan kemiskinan : Kesehatan, Pendidikan, Sosial, Perumahan dan Lingkungan, Sosial, Ekonomi dan Politik
Kajian literatur
Faktor-faktor penekan kemiskinan: akses sumberdaya, kesempatan partisipasi, produktivitas, perolehan manfaat, dll
Survey (Wawancara dengan kuesioner)
Indepth Interview (wawancara
mendalam)
Formulasi Rekomendasi Strategi, Kebijakan, dan Model
Gambar 2.2 Kerangka Kajian
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
BAB 3 METODE KAJIAN 3.1
Desain Kajian Kajian ini bertujuan memetakan kondisi kemiskinan PRSE di Kota Madiun serta
merumuskan strategi dan kebijakannya. Oleh sebab itu, kegiatan penyusunan kajian akan dilakukan dalam bentuk studi dengan pendekatan mixed method yaitu metode kuantatif (survey) dan kualitatif (in-dept interview) secara simultan dengan tujuan untuk konfirmasi dan memperkuat temuan pada metode yang satu dengan yang lain. 3.2
Waktu dan Tempat Kegiatan
kajian
strategi
pemberdayaan
perempuan
dalam
pengentasan
kemiskinan di Kota Madiun tahun 2016 ini dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Madiun dan didukung oleh tim Universitas Airlangga. Waktu pelaksanaan kegiatan Kajian strategi pemberdayaan perempuan dalam pengentasan kemiskinan selama 4 (empat) bulan yaitu Mei hingga Agustus 2016. 3.3
Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan sebagai bahan dasar analisis adalah data sekunder
dan data primer. Data sekunder diperoleh dari data kemiskinan yang berasal dari pengumpulan data dasar oleh Pemerintah kota Madiun tahun-tahun sebelumnya. Data primer diperoleh dari hasil survey dengan wawancara menggunakan kuesioner yang dilakukan pada 3 kecamatan yang terpilih (total kecamatan yaitu Manguharjo, Taman dan Kartoharjo), selain itu juga dilakukan indepth interview pada beberapa informan kunci yang relevan.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
3.4
Variabel Kajian Variabel yang dilakukan telaah akademik dan analisis data dalam indentifikasi
faktor penyebab kemiskinan perkotaan adalah 38 (tiga puluh delapan) variabel, yang kemudian dikelompokkan menjadi 5 aspek yaitu: Aspek Kesehatan (9 variabel) ; Aspek Pendidikan (4 variavel), Aspek Perumahan dan Lingkungan (11 variabel) ; Aspek Sosial (3 variabel); dan Aspek Ekonomi (11 variabel). 3.5
Tahapan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan kajian strategi pemberdayaan perempuan dalam
pengentasan kemiskinan adalah sebagai berikut: 1. Telaah akademik dilakukan dengan penelusuran beberapa sumber pustaka tentang variabel-variabel yang potensial menjadi faktor penyebab kemiskinan, meliputi: a. Penelusuran pustaka melalui browsing internet b. Penelusuran pustaka melalui pustaka cetak (buku, laporan penelitian, dll) c. Telaah
akademik
terhadap
masing-masing
faktor-faktor
penyebab
kemiskinan dari pustaka yang diperoleh d. Perumusan deskripsi hasil telaah akademik terhadap masing-masing faktor (variabel) penyebab kemiskinan 2. Analisis data sekunder Data Dasar Kemiskinan Kota Madiun tahun sebelumnya a. Mempelajari data Hasil Survey Data Dasar Kemiskinan Pemerintah Kota Madiun tahun 2014/2015 b. Mempelajari indeks kemiskinan dan data hasil pengkategorian kemiskinan Data Dasar Kemiskinan Pemerintah Kota Madiun tahun 2014/2015 atau sebelumnya. 3. Studi Dengan Pendekatan Kuantitatif (Survey Rumah Tangga) Melakukan survey rumahtangga dengan menggunakan kuesioner pada keluarga miskin yang dikepalai oleh perempuan berdasarkan sasaran yang ada pada data sekunder tahun 2014/2015.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Adapun rincian kegiatan survey sebagai berikut : a. Populasi survey adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) / rumah tangga miskin di kota Madiun. b. Sampel survey adalah Kepala Keluarga (KK) / rumah miskin terpilih dengan kepala keluarga adalah perempuan.
Responden adalah Kepala Keluarga
(perempuan). c. Teknik pengambilan sampel secara multistage random sampling, terdiri dari beberapa tahap, yaitu : 1) Tahap pertama yaitu pemilihan kecamatan Kota Madiun terdiri dari 3 kecamatan (total kecamatan yaitu Kecamatan Manguharjo, Kecamatan Taman dan Kecamatan Kartoharjo). 2) Tahap kedua yaitu pemilihan kelurahan Pada tiap kecamatan yang terpilih sebagai lokasi sampling, kemudian dilakukan pengambilan 3 kelurahan secara random yaitu Kecamatan Kartoharjo, dengan kelurahan terpilih yaitu Kelurahan Klegen, Kelurahan Pilangbango dan Kelurahan Tawangrejo; Kecamatan Taman dengan kelurahan terpilih yaitu Kelurahan Kuncen, Kelurahan Banjarejo, dan Kelurahan Kejuron; Kecamatan Mangunharjo, dengan kelurahan terpilih yaitu Kelurahan Nambangan Lor, Kelurahan Winongo dan Kelurahan Ngegong. 3) Tahap ketiga yaitu pemilihan KK/Rumah Pada tiap Kelurahan yang terpilih sebagai lokasi sampling, kemudian dilakukan pengambilan 11 KK/rumah tangga gakin secara random dari listing sampling rumahtangga miskin dengan KK perempuan. d. Besar Sampel Dengan cara pengambilan sampel seperti tahapan tersebut di atas, maka besar sampel yang diambil dalam kajian ini adalah sebesar: 3 Kec X 3 Kel X 11 KK = 99 KK/rumahtangga.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Perhitungan Besar sampel minimal : Besar sampel pada penelitian menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian cross sectional yaitu : Z
2 /2
. p . (1-p)
n = -----------------------d
2
di mana : Z
/2
= harga normal baku sesuai dengan luas area di bawah kurva baku sebesar (1-/2) untuk = 0,05 nilai Z = 1,96
1- = tingkat kepercayaan p
= proporsi kasus yang diteliti dalam populasi
d
= kesalahan yang dapat ditolerir (0,1) Hasil perhitungan diperoleh 96,7 dibulatkan menjadi 97
Dari 99 rumahtangga gakin dengan kepala rumahtangga perempuan yang telah diperoleh dilapangan, kemudian setelah dilakukan pengolahan lebih lanjut (check kelengkapan, konsistensi dan cleaning) akhirnya diperoleh data akhir yang dapat diolah lebih lanjut adalah sebanyak 97 rumahtangga. Dengan jumlah 97 rumahtangga tersebut masih dapat memenuhi jumlah sampel minimal disain penelitian croossectional. 4. Studi Dengan Pendekatan Kualitatif Key Informant Interview (KII) akan dilakukan terhadap informan kunci dari SKPD terkait dengan 5 Aspek yaitu Kesehatan, Aspek Pendidikan, Aspek Perumahan dan Lingkungan, Aspek Sosial dan Aspek Ekonomi yaitu pimpinan/key informant dari Dinas Bapemas dan Sosial.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
3.6
Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan melalui studi secara kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan data pada studi kuantitatif survey rumah tangga akan dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner. Wawancara dilakukan oleh Enumerator (Mahasiswa akhir/lulusan) Fakultas Ekonomi (FEB) dan Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga Surabaya, dengan supervisor dari Tim Universitas Airlangga. Sebelum melakukan pengumpulan data, enumerator diberikan pelatihan dengan materi: tujuan survey, cara pengambilan sampel, cara pengisian kuesioner dan teknik wawancara serta etika pada saat wawancara. Pengumpulan data kualitatif dilakukan melakui key informant interview. Key informant interview ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai pandangan tentang kemiskinan dan pengarusutamaan gender, faktor penyebab dan penekan kemiskinan, program penanggulangan kemiskinan (keberhasilan, kendala, gagasan/ide terobosan, pemanfaatan potensi, pelibatan kelompok masyarakat, serta sinergi dan keberlangsungan). 3.7
Pengolahan, analisis dan Penyajian Data Data yang terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan program statistik
Statistical Package for Social Sciences (SPSS) ver 22.0. Statistik deskriptif disajikan dalam bentuk mean dan standar deviasi (untuk data berdistribusi normal), median dan minimum-maximum (untuk data berdistribusi tidak normal), serta persentase. Sedangkan analisis analitik menggunakan Chi square untuk mengetahui hubungan antar variabel. Pada data kualitatif dilakukan coding dan disajikan dalam bentuk tabulasi menurut kategori tematik. Kutipan kalimat dari informan kunci yang menyangkut isu penting akan ditambahkan dalam narasi. Interpretasi variabel penelitian secara keseluruhan akan dilakukan dengan menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penanggulangan Kemiskinan Kota Madiun Saat ini Pemerintah kota Madiun dalam menanggulangi kemiskinan telah melakukan beberapa tindakan atau langkah baik strategis maupun teknis. Ditinjau dari aspek kelembagaan dan peraturan untuk penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Madiun telah melakukan: a.
Pembentukan Tim Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dengan Keputusan Walikota Madiun Nomor 050-401.202/39/2011. Salah satu fungsi TKPKD adalah pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian TKPKD dapat berperan membantu dalam perbaikan proses pelaksanaan program penaggulangan kemiskinan di daerah, dan hasil pemantauan tersebut dapat digunakan dalam menentukan kebijakan penanggulangan kemiskinan lebih lanjut.
b. Penerbitan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 10 Tahun 2013 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Perda ini sebagai landasan hukum penanggulangan kemiskinan di kota Madiun. Namun dalam penyelenggaraan tugasnya, TKPK Kota Madiun mengalami kendala, yaitu: a.
Perda
Kota
Madiun
Nomor
10
Tahun
2013
tentang
Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan belum berjalan optimal karena kurang dipahami oleh internal pemerintah kota sendiri maupun masyarakat. b. Keberadaan TKPKD yang belum tersosialisasikan dengan baik serta harmonisasi antara fungsi kelompok kerja dalam melaksanakan program di SKPD tidak berjalan karena seringnya ganti personil anggota TKPKD yang menangani di semua SKPD.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
c.
Integrasi program penanggulangan kemiskinan masih belum bisa dilakukan karena masih ada paradigma yang menganggap bahwa penanggulangan kemiskinan adalah tanggungjawab sektoral. Program kegiatan yang dilakukan hanya ditujukan untuk memenuhi target dan indikator sektor saja, dengan hal tersebut peran TKPKD diharapkan mengubah paradigma yang keliru tersebut.
d. Lembaga TKPKD belum ada SDM yang dibekali kemampuan dan pengetahuan khusus untuk menjawab kebutuhan koordinasi penanggulangan kemiskinan. e.
Keterbatasan ketersediaan data sektoral dan data indikator sebagai bahan Perencanaan dan Evaluasi capaian Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan.
Strategi penanggulangan kemiskinan di kota Madiun telah sejalan dengan arahan strategi penanggulangan kemiskinan Nasional. Hal ini terbukti bahwa Pemerintah Kota Madiun telah menetapkan strategi penanggulangan kemiskinan yang terdiri dari tiga klaster seperti berikut: a.
Klaster Pertama Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.
b. Klaster Kedua Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Mereka yang tidak termasuk atau sudah lepas dari klaster satu didorong dan difasilitasi untuk dapat mengoptimalkan potensi yang mereka miliki. c.
Klaster Ketiga Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil bertujuan untuk memberikan akses dan
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Kelompok program ini ditujukan bagi kelompok / individu masyarakat miskin yang sudah/tidak masuk kedalam katagori penerima klaster pertama dan kedua karena dinilai memiliki matapencarian atau usaha yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasarnya, namun tetap perlu ditingkatkan. Program-program yang termasuk dalam klaster ini adalah program-program bantuan bagi pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro dan kecil, baik berupa bantuan modal atau peningkatan kapasitas, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penerima manfaat klaster ketiga ini adalah kelompok masyarakat yang telah dilatih dan ditingkatkan keberdayaan serta kemandiriannya pada klaster program sebelumnya, sehingga mampu untuk memmanfaatkan skema pendanaan yang bersal dari lembaga keuangan formal seperti Bank, Koperasi, BPR dan sebagainya. d. Klaster Keempat Kelompok program penanggulangan kemiskinan yang keempat bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap ketersediaan pelayanan dasar dan kualitas hidup masyarakat miskin. Program-program dalam kelompok ini adalah program kemiskinan lain yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin, dengan pembiayaan sebagian di subsidi oleh pemerintah. Cakupan program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan ini adalah kegiatankegiatan yang pro rakyat dan bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan dan kebutuhan dasar seperti: program air bersih untuk rakyat, program rumah murah, program listrik murah, program bahan bakar bersubsidi, dan lain-lain. Penerima manfaat pada kelompok program penanggulangan kemiskinan ini adalah masyarakat dengan golongan pendapatan menengah kebawah, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dengan harga yang terjangkau.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Dalam rangka menerapkan keempat strategi diatas, Pemerintah Kota Madiun menetapkan beberapa program yang dilakukan oleh beberapa SKPD. Program-program tersebut adalah: a.
Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga
b. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat c.
Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil
d. Program Pendukung Penanggulangan Kemiskinan Program-program terkait dengan penanggulangan kemiskinan tersebut dilaksanakan oleh beberapa SKPD, yaitu: a.
Dinas Pendidikan
b. Dinas Kesehatan c.
Dinas Pekerjaan Umum
d. Dinas Tenaga kerja & Sosial e.
Dinas Perindagkoparta
f.
Dinas Pertanian
g.
BPM, KB & KP
h. Bappeda i.
Bagian Administrasi Perekonomian Sosial
j.
Kecamatan Taman, Manguharjo dan Kartoharjo
4.2. Capaian Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah Kota Madiun Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Madiun dalam mengimplementasikan strategi, program serta kebijakan yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan, menghasilkan beberapa capaian kinerja. Penjelasan capaian kinerja penanggulangan kemiskinan selanjutnya ini dikelompokan berdasarkan klaster strategi penanggulangan kemiskinan Kota Madiun.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
A. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga Pada kelompok ini kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan kemiskinan antara lain: a) Pemberian Raskin dan Raskinda b) Fasilitasi Manajemen Usaha Bagi Keluarga Miskin c) Kegiatan Pemberdayaan Fakir Miskin dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial B. Kelompok
Program
Penanggulangan
Kemiskinan
Berbasis
Pemberdayaan
Masyarakat Pada kelompok ini kegiatan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan kemiskinan antara lain: a) Kegiatan Lomba cipta inovasi teknologi tepat guna (TTG) dan gelar TTG nasional b) Kegiatan Penguatan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan c) Penguatan Lembaga Ekonomi Kelurahan berbasis Komunitas d) Kegiatan Revitalisasi Posyandu (Balita) e) Kegiatan Pelaksanaan musyawarah pembangunan desa f) Kegiatan Biaya Operasional PMDPK Jambanisasi g) Kegiatan Penguatan lembaga kemasyarakatan Capaian untuk kegiatan-kegiatan diatas adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat No. 1 2 3 4 5 6
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan (LPM) Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK LPM berprestasi PKK aktif Posyandu aktif Swadaya masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat
Realisasi Tahun 2014 Tahun 2015 5 5 37,52 11,1 31 270 4
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
37,61 14,8 31 270 4
30
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
No. 7 8 9 10 11 12 13
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Prosentase LPMD/Organisasi Pemberdayaan yang aktif menjalankan fungsinya Persentase Kehadiran Peserta Penguatan Lembaga Kemasyarakatan Jumlah Alat yang dipromosikan Jumlah LKK Sehat Persentase Kehadiran dalam Perencanaan Pembangunan Kelurahan Jumlah LPMK Aktif Jumlah Posyandu Balita Sumber : BPM, KB dan KP Kota Madiun 2016
Realisasi Tahun 2014 Tahun 2015 100% 100% 100%
100%
1 26 100 %
1 26 100 %
27 270
27 270
C. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil Pada kelompok ini kegiatan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan kemiskinan antara lain: a) Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Pelatihan Perkoperasian (Jambore Koperasi Sekolah) b) Kegiatan Manajemen Partisipasi Anggota Koperasi c) Kegiatan Sosialisasi dukungan penyediaan permodalan d) Kegiatan Penyelenggaraan Pembinaan Industri Rumah Tangga, Industri Kecil dan Industri Menengah e) Pemberdayaan KUMKM di Kota Madiun f) Kegiatan Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan g) Kegiatan Penyelenggaraan pelatihan manajemen pengelola koperasi / KUD h) Kegiatan Pengembangan unit pelayanan klinik bisnis untuk WUB i) Kegiatan Pembinaan kemampuan dan ketrampilan Bagi IKM / IRT Melalui Pelatihan Makanan olahan j) Kegiatan Pembinaan kemampuan dan ketrampilan Bagi IKM / IRT di Bidang Desain dan Kemasan Makanan Olahan k) Kegiatan Peningkatan Kewirausahaan Kuliner dan Diversifikasi Produk Pangan serta Fasilitas Ijin Teknis
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
l) Kegiatan Pembinaan Kemampuan dan Ketrampilan bagi IKM/IRT melalui pelatihan peningkatan produksi souvenir. Data berikut ini adalah capaian kinerja Pemerintah Kota Madiun di bidang pemberdayaan UMKM. Tabel 4.2 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Berbasis Pemberdayaan UMKM No
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Realisasi Tahun 2014
Tahun 2015
1
Prosentase koperasi aktif
97,58
97,64
2
Jumlah UKM
2389
2369
3
Usaha mikro dan kecil Menengah
23.012
23.094
4
Persentase Peningkatan Omset KUMKM
1,03
1,06
5
Cakupan Bina UKM
2,4
2,64
6
Jumlah Koperasi Aktif
282
289
7
Jumlah Promosi KUMKM
8
12
Sumber: LKPJ Kota Madiun Tahun 2015
Meskipun belum ada data riil mengenai berapa persen penduduk miskin yang ikut serta secara aktif dalam UMKM, data diatas menunjukkan adanya potensi perkembangan UMKM dimasa mendatang sehingga pemerintah di masa yang akan datang sebaiknya memberikan kebijakan tentang bagaimana meningkatkan akses masyarakat miskin usia produktif untuk berperan aktif dalam pengembangan UMKM. D. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Untuk Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar Program-program yang diselenggarakan di bidang kesehatan, pendidikan dan lingkungan memang ditujukan untuk segala lapisan masyarakat. Namun, beberapa indikator kinerja menunjukkan bahwa program-program tersebut juga dinikmati oleh golongan masyarakat miskin. Bagian berikut ini merupakan capaian hasil di bidang kesehatan, pendidikan dan lingkungan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
1.
Kesehatan Jumlah masyarakat miskin yang menikmati layanan kesehatan di Kota Madiun
meningkat dari tahun 2014 ke 2015. Namun peserta Jamkesmas dan Jamkesda turun. Cakupan masyarakat miskin yang terlayani di Kota Madiun dapat terlihat di tabel berikut ini:
No.
Tabel 4.3 Layanan Kesehatan Masyarakat Miskin Kota Madiun Uraian
Tahun 2014
Tahun 2015
1
Kunjungan Masyarakat Miskin
52,810
67,326
2
Jumlah Kepesertaan Jamkesmas dan Jamkesda
58,712
56,612
3
Prosentase Masyarakat Miskin Yang Terlayani
89.95
118.93
Sumber : LKPJ Kota Madiun Tahun 2015
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pelayanan kesehatan juga diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak menjadi peserta Jamkesmas dan Jamkesda. Hal ini dikarenakan Pemerintah Kota Madiun memiliki sistem jaminan kesehatan berupa Jamkesmata yang merupakan Jaminan Kesehatan milik Kota Madiun yang kepesertaannya mencakup seluruh penduduk yang ber KTP Kota Madiun. Jamkesmata ini merupakan sistem jaminan prabayar dan prosentase penduduk yang memiliki jaminan prabayar ini mencakup 100% dari penduduk Kota Madiun baik miskin maupun tidak. Jadi seluruh penduduk Kota Madiun yang tidak menjadi peserta Jamkesmas dan Jamkesda, menjadi peserta Jamkesmata. Bahwa masyarakat miskin Kota Madiun sudah terlayani fasilitas kesehatan dapat dilihat dari tingkat Bed Occupancy Rate (BOR) di RSUD Kota Madiun yang tercantum dalam tabel berikut ini:
No 1 2 3 4
Tabel 4.4 Tingkat Pemanfataan Tempat Tidur (BOR) Per Kelas Di RSUD Kota Madiun Tahun 2015
Kelas VIP I II III
Jumlah TT 14 36 32 85
Sumber : LKPJ Kota MadiunTahun 2015
BOR 70,59 60,65 96,70 103,71
Standar 60-85
Keterangan Ideal Ideal Tidak Ideal Tidak Ideal
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Untuk BOR kelas II dan III tidak ideal atau melebihi standar karena proporsi kunjungan di RSUD Kota Madiun memang lebih banyak dari masyarakat miskin yaitu sebanyak 55,03% dan kenaikan kunjungan masyarakat miskin di Rawat Inap tahun 2015 naik 34,66% dibandingkan tahun 2014. Sedangkan pelayanan yang diberikan oleh RSUD Kota Madiun terhadap masyarakat miskin dapat dilihat di Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Layanan RSUD Untuk Masyarakat Miskin Kota Madiun No
Pelayanan Maskin
2014
1 Instalasi Rawat Jalan 36.813 2 Instalasi Rawat Darurat 8.226 3 Instalasi Gawat Inap 6.653 Jumlah Kunjungan Maskin 51.692 Jumlah Kunjungan Total 95.673 Proporsi Kunjungan Maskin 54,03 Sumber: LKPJ Kota Madiun Tahun 2015
2015 42.124 14.309 8.959 65.392 118.832 55,03
% Peningkatan 14,37 73,95 34,66 26,46 24,21 0,98
Prosentase kunjungan masyarakat miskin di RSUD tahun 2015 adalah sebesar 55,03% dari total kunjungan Rumah Sakit naik 0,98%. Dengan demikian dapat dikatakan Pemerintah Kota Madiun telah sukses dengan program Jamkesmasta yang meningkatkan akses keluarga miskin terhadap pelayanan kesehatan. 2. Pendidikan Secara umum, capaian kinerja pendidikan yang diraih oleh Pemerintah Kota Madiun dapat dilihat pada data dibawah ini: Tabel 4.6 Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Kota Madiun tahun 2014-2015 No.
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Realisasi Tahun 2014
Tahun 2015
100
100
10,63
10,90
I
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1
Angka Melek Huruf
2
Angka Rata-Rata Lama Sekolah
3
Angka Partisipasi Kasar SD/MI/Paket A
112
117,24
4
Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs/Paket B
104
107,88
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
No.
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Realisasi Tahun 2014
Tahun 2015
5
Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK/MA/Paket C
146
136,87
6
Angka partisipasi murni SD/MI/Paket A
102
106,24
7
Angka partisipasi murni SMP/MTs/Paket B
85
80,43
8
Angka partisipasi murni SMA/SMK/MA/Paket C
106
100
Sumber: LKPJ Pemerintah Kota Madiun Tahun 2015
Dari data diatas dilihat bahwaAngka Melek Huruf di Kota Madiun sudah mencapai 100% pada tahun 2014 dan 2015 dan secara umum nilai APS menunjukkan bahwa semua anak usia sekolah pendidikan dasar di Kota Madiun telah mendapatkan akses layanan pendidikan di berbagai jenjang pendidikan baik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs ataupun SMA/SMK. Dari capaian kinerja pendidikan ini dapat disimpulkan bahwa akses pendidikan untuk Keluarga Miskin sudah terjamin dengan baik. Walaupun pada tahun 2015 terdapat 28 siswa SMK Negeri dan Swasta yang putus sekolah dengan berbagai alasan seperti bekerja, membantu orang tua, tidak berminat sekolah ataupun mengundurkan diri. 3. Lingkungan Penanggulangan kemiskinan pada aspek kesehatan lingkungan dilakukan oleh Pemerintah Kota Madiun melalui Kegiatan Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Pada tahun 2015 melalui dana APBD telah direhab rumah sebanyak 196 unit rumah yang tersebar di Kecamatan Taman dan Kecamatan Manguharjo. Namun strategi, program, kegiatan dan capaian kinerja atas penanggulangan kemiskinan diatas masih bersifat umum, sedangkan gambaran kemiskinan untuk keluarga dengan Kepala Keluarga Perempuan dan atau PRSE belum bisa dijelaskan. Oleh sebab itu, dibawah ini adalah hasil survey dengan PRSE dan wawancara dengan pihak Pemerintah Kota Madiun, analisa dan kajian strategi untuk penanggulangan kemiskinan untuk keluarga dengan Kepala Keluarga Perempuan dan atau PRSE.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
4.3.
Hasil Wawancara dengan Pihak Pemerintah Hasil wawancara dengan beberapa informan dari Dinas Sosial dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat terkait dengan implementasi program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kota Madiun disajikan pada bagian berikut ini. Data dikategorikan dalam beberapa kelompok pembahasan. 4.3.1 Program TriBina TriBina adalah salah satu program yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Madiun terkait dengan penanggulangan kemiskinan untuk aspek atas akses pelayanan dasar dan pemberdayaan masyarakat melalui usaha kecil. TriBina terdiri dari berbagai program yang terkait dengan aspek manusia (bina manusia), aspek ekonomi (bina modal) dan aspek lingkungan (sanitasi, perumahan). Namun keberhasilan program tersebut masih belum optimal, terutama bagi keluarga miskin dengan kepala keluarga perempuan (PRSE). Bina Manusia difokuskan pada aspek pemberdayaan masyarakat melalui pembekalan ketrampilan (misal: membuat kue, handicraft, pengelolaan sampah). Namun yang menjadi permasalahan hingga saat ini adalah bagaimana pemasaran produk yang dihasilkan melalui Bina Manusia. Dalam pembinaan telah dilakukan kerjasama dengan perusahaan swasta (misal: Perusahaan Ciputra) dalam membina manajemen bisnis. Manajemen bisnis dikelola oleh masyarakat sendiri dan dikembangkan oleh masyarakat sendiri. Adapun yang tergabung dalam manajemen bisnis ini, adalah kelompok usaha yang usahanya berijin dan yang tidak berijin. Namun, manajemen bisnis rakyat ini belum mampu menyentuh aspek bagaimana cara mengakses modal. Dalam bina modal terdapat Lembaga Keuangan Kelurahan (LKK) sebagai lembaga yang bisa diakses oleh masyarakat kecil untuk mendapatkan modal. Dana LKK diperoleh dari dana APBD kota dengan dasar hukum Perwali, sehingga masyarakat melakukan pinjaman dari pemerintah tersebut untuk mendapatkan modal usaha dengan pinjaman lunak (bunga maksimal 1,5% per tahun) dengan agunan yang cukup mudah yaitu berupa KK, namun demikian masih relatif sedikit peminatnya.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Permasalahan dalam pengelolaan LKK terkait dengan aspek manajemen. Pengelolaan manjemen LKK di beberapa Kecamatan sampai saat ini masih belum baik, diantaranya ditandai dengan pengembalian dana LKK yang tidak lancar. Salah satu penyebabnya adalah LKK masih banyak digunakan untuk kredit konsumsi, bukan kegiatan ekonomi produktif serta belum ada mekanisme untuk penanganan lebih lanjut atas kredit yang macet. Tindakan yang diberikan pada peminjam yang lalai melakukan pembayaran (cicilan) adalah memberikan rapor merah. Sedangkan LKK yang lancar belum tentu juga efektif dalam menjadikan dana tersebut sebagai modal usaha yang berkelanjutan karena sebagian pendirian usaha hanya digunakan untuk mengakses LKK tetapi tidak fokus untuk melanjutkan pengembangan usaha. Bina Manusia dan Bina Modal difokuskan pada aspek pemberdayaan masyarakat, sedangkan Bina lingkungan difokuskan pada aspek atas akses pelayanan dasar. Implementasi Bina Lingkungan relatif tidak ada ada permasalahan dilapangan, dimana kelurahan menjadi ujung Pemerintah Kota Madiun untuk mengetahui permasalahan warga. Program yang dilakukan meliputi perbaikan sanitasi serta perbaikan rumah yang tidak layak huni. Keberhasilan dari program bina lingkungan diantaranya ditandai dengan meningkatnya sanitasi yang memadai, jamban keluarga yang sudah baik serta akses pendidikan yang makin membaik. Beberapa program lain yang mendukung bina lingkungan diantaranya penyediakan fasilitas gratis sekolah dan fasilitas kesehatan, sedangkan khusus untuk masyarakat lansia disediakan bansos. Program religi juga telah dilakukan untuk pembinaan batin keluarga miskin adalah dalam bentuk pengajian yang dilakukan secara rutin termasuk memberi bantuan pada rumah ibadah dan aktivitas pengajian. 4.3.2 Keberlangsungan Program Penanggulangan Kemiskinan PRSE Program penanggulangan kemiskinan di Kota Madiun, sudah dilakukan oleh SKPDSKPD terkait dengan sasaran yang sama yaitu keluarga miskin. Namun pelaksanaan program-program tersebut masih kurang terpadu antar SKPD. Sedangkan program khusus bagi PRSE yang dilakukan oleh SKPD terkait memang belum ada. Namun PRSE
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
sudah menjadi sebagai salah satu sasaran program penanggulangan kemiskinan melalui program PKH dan program pelatihan ketrampilan. Program PKH merupakan program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada rumahtangga miskin (RTSM) dengan tujuan jangka pendek mengurangi beban, sedangkan jangka panjang memutus mata rantai kemiskinan antar generasi. Bantuan yang masih belum optimal dalam memenuhi kebutuhan, mencakup kebutuhan untuk anak maupun orangtua. Bantuan untuk anak bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi dan kesehatan, sedangkan untuk ibu bertujuan dalam pemberdayaan perempuan. Bantuan yang diberikan rutin setiap bulan berkisar antara Rp 300.000,00 hingga Rp 500.000, 00 mempunyai konsekuensi terkait dengan keaktifan ibu yang menunjang kesehatan anak. Sedangkan program pelatihan ketrampilan dengan sasaran PRSE ditujukan untuk meningkatkan peran aktif PRSE dalam membangun usaha kecil. Pertimbangan pemilihan jenis pelatihan bagai PRSE adalah pelatihan yang sederhana, namun cepat menghasilkan uang atau memberikan tambahan pendapatan. Program pelatihan yang telah dilakukan sebatas ketrampilan, diantaranya pelatihan membuat kue dan jahit menjahit. Pelatihan usaha makanan dipilih karena perputaran uangnya lebih cepat dan modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar. Namun setelah proses produksi berjalan, beberapa permasalahan muncul yaitu masalah pemasaran produk dan permasalahan modal. Disisi lain Pemerintah Kota Madiun, sejak adanya Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah hanya diperbolehkan memberikan pelatihan, tetapi tidak termasuk pemberian peralatan dan permodalan. 4.3.3 Kendala program penanggulangan kemiskinan Secara umum, meskipun program-program penanggulangan kemiskinan direspon baik oleh PRSE, namun berbagai kendala masih ditemukan dilapangan. Kendala tersebut antara lain keberlangsungan program dan masalah sinkronisasi antar SKPD terkait. Adapun kendala atas program yang terkait PRSE, diantaranya adalah:
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
1.
Belum adanya database terpilah antara Gakin miskin dengan KK perempuan dan update.
2.
Pelaksanaan program sering tumpang tindih dengan tupoksi instansi lain dari beberapa kementerian (misal: Kemendagri, Pemberdayaan Wanita, BKKBN, Badan Ketahanan pangan, dll) , baik secara horizotal maupun vertikal.
3.
Keterbatasan personel untuk yang menangani secara khusus atas PRSE dan masih belum ada unit khusus di Pemerintah Kota Madiun yang menangani PRSE.
4.
Belum ada peraturan yang jelas untuk memberikan bantuan yang berupa peralatan untuk menunjang usaha ekonomi PRSE.
Demikianlah hasil wawancara dengan pihak Pemerintah Kota Madiun terkait dengan program penanggulangan kemiskinan PRSE beserta kendala-kendalanya. Bagian berikut adalah hasil survey atas 90 PRSE yang dijadikan sample kajian ini. 4.4. Hasil Survey Hasil survey rumah tangga miskin dengan kepala keluarga perempuan di Kota Madiun yang tersebar di 3 wilayah Kecamatan (Mangunharjo, Taman dan Kartoharjo) dan 9 kelurahan (Kelurahan Klegen, Kelurahan Pilangbango, Kelurahan Tawangrejo; Kelurahan Kuncen, Kelurahan Banjarejo, Kelurahan Kejuron; Kelurahan Nambangan Lor, Kelurahan Winongo dan Kelurahan Ngegong) dikategorikan menjadi miskin dan sangat miskin berdasarkan formula indeks kemiskinan perkotaan (Basuki dkk, 2014), Dalam menentukan tingkat kemiskinan, terdapat 5 aspek, yaitu aspek kesehatan ( 7 indikator), aspek pendidikan (4 indikator), aspek perumahan dan lingkungan (12 indikator), aspek sosial budaya (3 indikator) dan aspek ekonomi (11 indikator). Tingkat kemiskinan dibagi menjadi: tidak miskin, hampir miskin, miskin dan sangat miskin. Karena semua sampel adalah rumahtangga miskin, diperoleh Hasil penelitian, yang menunjukkan bahwa hanya ada 2 tingkat kemiskinan yaitu miskin dan sangat miskin. Keluarga dengan tingkat kemiskinan yang sangat miskin sebanyak 67,0 % sedangkan keluarga dengan tingkat kemiskinan: miskin sebanyak 33,0 %, secara lengkap disajikan pada tabel 4.7 berikut:
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kemiskinan Tingkat Kemiskinan N Sangat miskin 65 Miskin 32 Jumlah 97
% 67,0 33,0 100,0
Berdasarkan hasil pengkategorian tersebut, untuk konsitensi dan kesesuaian tujuan kajian, maka penyajian data berdasarkan kategori miskin dan sangat miskin. 4.4.1 Gambaran Umum Keluarga dan Responden GAKIN dengan KK Perempuan Keluarga Gakin dengan KK perempuan sebagai reponden adalah 100 persen merupakan keluarga asli yang sudah lama menetap. Secara umum besar keluarga Gakin dengan KK perempuan tergolong keluarga kecil, dengan jumlah anggota keluarga berkisar antara 1 hingga 7 orang dengan rata-rata 2,27 orang, dengan proporsi sebagian besar (32%) tinggal sendirian (1 orang anggota dalam sekeluarga), kemudian 2 orang anggota dalam keluarga (30%), kemudian 3 orang anggota dalam keluarga (25%) dan ada 1 (1,2%) keluarga yang jumlahnya anggota keluarganya mencapai 7 orang. Responden KK perempuan mulai menjadi kepala keluarga atau single parent sangat bervariasi, berkisar antara 1 hingga 48 tahun dengan rata-rata 12,2 tahun, dengan proporsi terbesar adalah 4 tahun (6,7%) dan 20 tahun (6,7%). Secara keseluruhan, proporsi terbesar usia KK perempuan responden pada kajian berada pada kisaran 33 tahun hingga 91 tahun dengan rata-rata 64,48 tahun. Proporsi terbesar berada pada kelompok usia lebih dari 60 tahun.Terlihat pada Tabel 4.2, KK perempuan yang berusia kurang dari 49 tahun pada keluarga miskin (75,0%) lebih banyak daripada keluarga sangat miskin (25,0%), namun sebaliknya pada KK berusia lebih dari 60 tahun, pada keluarga sangat miskin (79,4%) jauh lebih banyak daripada keluaga miskin (20,6%). Hasil analisis statistik dengan uji chi square: p = 0,001, hal in berarti ada hubungan antar umur KK gakin perempuan dengan tingkat kemiskinan.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.8 Distribusi Umur Gakin dengan KK Perempuan (PRSE) Sangat Miskin Miskin Umur (tahun) N % n % ≤ 49 2 25,0 6 75,0 50 – 59 13 50,0 13 50,0 ≥ 60 50 79,4 13 20,6 chi square : p = 0,001
N
Total 8 26 63
% 100,0 100,0 100,0
Kepala keluarga sangat miskin terlihat memiliki rata-rata usia yang lebih tinggi dibandingkan kepala keluarga miskin. Hal ini paling tidak akan berkaitan dengan dua hal yaitu, pertama, generasi yang lebih tua pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang kurang (lebih rendah) sehingga memiliki peluang lebih kecil mendapatkan pendapatan yang lebih baik, dan karenanya terbelenggu (sulit lepas) dari kemiskinan. Kedua, kepala keluarga perempuan memiliki tantangan yang lebih besar dalam menciptakan pendapatan bagi keluarganya, apalagi bagi kepala keluarga yang memiliki umur sudah lanjut rentan terhadap perubahan (shock) yang terjadi. Adanya sistem jaminan sosial yang baik akan dapat mengurangi dampak gangguan eksternal terhadap keluarga miskin (sangat miskin dan miskin) dengan kepala keluarga perempuan. 4.4.2 Kendala Kondisi Sekarang Terkait Dengan Upaya Mencukupi Kebutuhan Seharihari Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan. Kemiskinan dapat digambarkan sebagai kondisi yang serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu strategi yang paling umum adalah strategi coping mechanism. Namun demikian, seringkali banyak mengalami kendala-kendala
karena berbagai
keterbatasannya (pendidikan, akses layanan, dan lan-lain), diantaranya jenis pekerjaan, ketrampilan yang terbatas, modal yang terbatas, lingkungan (sosial budaya) sekitar yang kurang mendukung dan aspek kesehatan yang menurun. Analisis kendala dalam mencukupi kebutuhan dari berbagai aspek, secara lengkap disajikan pada Tabel 4.9.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
4.4.3
Kendala Terkait Pekerjaan Tingkat pendidikan seseorang mempunyai hubungan yang kuat dengan jenis dan
kepastian hubungan kerja yang berkelanjutan serta besaran imbalan. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini seringkali menyebabkan mereka yang miskin terpaksa melakukan pekerjaan yang berisiko tinggi dengan imbalan yang kurang memadai dan tidak ada kepastian akan keberlanjutannya. Dua hal yang menjadi perhatian adalah jenis dan status pekerjaan. Terlihat dari berbagai kendala yang dialami (Tabel 4.9), menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang ditekuni merupakan pekerjaan di sektor informal atau usaha mikro (skala rumahtangga) dengan status yang tidak tetap, Hal tersebut nampak dari pernyataan yang sebagian besar menyatakan: adanya omzet yang fluktuatif, belum mencukupi kebutuhan serta sering tidak bekerja dalam waktu tertentu, pekerjaan tidak tetap dan musiman. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa pekerjaan sektor informal menjadi tumpuan pekerjaan kaum PRSE. Tabel 4.9 Kendala Yang Dialami Dalam Mencukupi Kebutuhan Kendala Pekerjaan Cuaca tidak menentu Tidak menetap Omzet naik turun Musiman Tidak mencukupi kebutuhan Sudah tua, tidak kuat kerja Tidak lancar Sering nganggur Tidak menjawab Jumlah Ketrampilan Ketrampilan belum cukup Tidak menjawab Jumlah Modal Tidak ada modal Butuh modal kerja Kurang modal Tidak menjawab Jumlah
Sangat Miskin N %
N
Miskin
%
1 3 8 2 3 2 1 0 45 65
1,5 4,6 12,3 3,1 4,6 3,1 1,5 0 69,2 100,0
0 1 4 0 3 0 0 1 23 32
0 3,1 12,5 0 9,4 0 0 3,1 71,9 100,0
1 64 65
1,5 98,5 100,0
32 0 32
100,0 0 100,0
1 1 5 58 65
1,5 1,5 7,7 89,2 100,0
2 4 4 22 32
6,3 12,5 12,5 68,8 100,0
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Kendala Lingkungan Sosial Budaya Keluarga Tidak diijinkan kerja oleh anak Merepotkan anak Banyak anak Anak cacat fisik Merawat cucu Anak mengirim uang Tidak menjawab Lingkungan sekitar * Jumlah Kondisi kesehatan Cepat lelah Gangguan pencernaan Gangguan pendengaran Gangguan penglihatan Hipertensi Sering sakit Lumpuh / patah kaki Penyakit asma Gangguan asam urat Sakit punggung Rematik Stroke Tidak menjawab Jumlah
Sangat Miskin N %
N
Miskin
%
5 0 1 0 2 1 56 65
7,7 0 1,5 0 3,1 1,5 86,2 100,0
0 1 0 1 0 0 30 32
0 3,1 0 3,1 0 0 93,8 100,0
7 1 3 1 0 10 3 1 1 1 3 2 32 65
10,8 1,5 4,6 1,5 0 15,4 4,6 1,5 1,5 1,5 4,6 3,1 49,2 100,0
1 0 0 0 3 3 1 0 0 1 1 0 22 32
3,1 0 0 0
Catatan : *Tidak ada yang menjawab untuk lingkungan sosial budaya sekitar Sumber: Data Olahan 2016
9,4 3,1 0 0 3,1 3,1 0 68,8 `100,0
4.4.4 Kendala terkait Ketrampilan Keterbatasan yang terkait dengan ketrampilan berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan. Keluarga rumahtangga miskin pada umumnya memiliki akses yang rendah terhadap pendidikan, baik formal maupun informal. Sudah dapat dibayangkan kepala keluarga perempuan dengan tingkat pendidikan rendah akan memiliki ketrampilan terbatas sehingga terbatas pula kemampuan yang dimiliki dalam menghasilkan pendapatan. Terlihat pada Tabel 4.9 bahwa 100 persen keluarga miskin menyatakan memiliki kemampuan ketrampilan yang terbatas sehingga belum
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
mencukupi untuk melakukan pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan yang memadai. Perbaikan teknologi yang terus menerus melalui berbagai bentuk pelatihan yang relevan merupakan prasyarat efisiensi dalam jangka panjang. 4.4.5 Kendala terkait Modal Masyarakat miskin dengan keterbatasan modal dan kurangnya keterampilan maupun pengetahuan, hanya memiliki sedikit pilihan pekerjaan yang layak dan terbatasnya peluang untuk mengembangkan usaha. Berdasarkan Tabel 4.9. sebagian besar keluarga miskin (miskin dan sangat miskin) yang melakukan usaha menyatakan adanya permasalahan pemodalan, mulai kekurangan hingga kebutuhan terhadap modal. Pada keluarga miskin terlihat lebih banyak yang menyatakan membutuhkan modal daripada keluarga sangat miskin. Disinyalir hal ini terkait dengan usia rata-rata yang lebih muda dan jenis pekerjaan yang ditekuni berupa usaha perseorangan. Kondisi demikian menjadi cerminan akan pentingnya peningkatan akses keluarga miskin terhadap sarana dan prasarana perekonomian, salah satu diantaranya adalah kemudahan perolehan permodalan. 4.4.6 Kendala terkait Sosial Budaya Kemiskinan yang terkait dengan sikap, budaya hidup dan lingkungan dalam suatu masyarakat terhadap sistem menyebabkan mereka berada pada posisi yang sangat lemah. Secara psikologis, kemiskinan disebabkan karena kurangnya jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan produktivitas. Kondisi tersebut, seringkali diperparah dengan adanya beban anggota keluarga yang tinggi. Hubungan jumlah anggota keluarga yang besar dengan kemiskinan bersifat saling menguat karena suatu tingkat pendapatan tertentu harus dipakai untuk mencukup lebih banyak anggota keluarga yang menjadi beban. Terlihat pada Tabel 4.9 beban anak, termasuk merawat cucu dan keberadaan anak berkebutuhan khusus cukup dirasakan. Selain itu, budaya masyarakat yang memposisikan lansia untuk tidak melakukan
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
kegiatan-kegiatan ekonomi produktif juga seringkali menjadi penambah kemiskinan ketika anggota keluarga terdekat (anaknya) yang juga dalam keadaan miskin. 4.4.7 Kendala terkait Kesehatan Kesehatan adalah hal yang paling berharga dalam kehidupan manusia, meskipun kenyataannya masih sering terabaikan.
Seseorang seringkali baru menyadari arti
pentingnya kesehatan setelah terkena suatu penyakit. Seseorang yang mengidap penyakit kronis membutuhkan perawatan atau pengobatan yang cukup lama, sehingga membutuhkan biaya yang relatif lebih besar. Selain itu, karena membutuhkan waktu lama, maka dapat menurunkan produktifitas kerja. Pengalaman sakit juga menyebabkan mobilitas sosial mengalami kemunduran. Secara umum kendala terkait kesehatan pada keluarga sangat miskin dengan KK perempuan lebih banyak dibandingakan keluarga miskin (Tabel 4.9). Kendala kesehatan yang dialami pada keluarga miskin selain relatif sedikit, sebagian besar berupa keluhan penurunan kesehatan karena faktor usia (penuaan), seperti mulai sering sakit, cepat lelah, sakit punggung dan rhematik. Sedangkan kendala kesehatan pada keluarga sangat miskin relatif kompleks, dimana selain karena faktor penuaan juga didominasi oleh penyakit-penyakit kronis, seperti sering sakit (penurunan imunitas), cepat lelah, gangguan pencernaan, gangguan pendengaran, kelumpuhan, gangguan asam urat, rematik dan stroke. Kondisi demikian menjadi dasar pentingnya untuk lebih menyehatkan anggota keluarga miskin yang masih pra lansia sebelum datang masa tua dan sakitnya (kronis). 4.5.
Analisa Program Penanggulangan Kemiskinan KK Perempuan/PRSE
4.5.1 Program Bantuan Sosial Dalam upaya pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan pemerintah telah melakukan berbagai intervensi dalam bentuk kebijakan dan program kegiatan melalui program-program yang bertujuan untuk meningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan dasar, pemberdayaan (sosial ekonomi) kelompok masyarakat miskin maupun memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan. Terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi, program-program tersebut secara nyata juga telah
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
cukup berhasil dalam menurunkan jumlah masyarakat miskin maupun tingkat kemiskinan masyarakat. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa program-program seperti Raskin, Jamkesmas/ Jamkesmas non quota/Jamkersal/ SKTM dam BLT/BLSM merupakan program yang paling sering diterima oleh sebagian besar rumahtangga yang tergolong miskin maupun sangat miskin, dan secara umum proporsi keluarga sangat miskin cenderung lebih banyak dibandingkan keluarga yang miskin. Program Raskin merupakan subsidi pangan yang diperuntukan bagi keluarga miskin yang diberikan setiap bulan (minimal 10 kg/KK hingga 20 kg/KK), sedangkan Jamkesmas merupakan program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin agar meningkatkan akses terhadap perolehan pelayanan kesehatan. Program-program lainnya seperti Bantuan modal, pelatihan ketrampilan, PMT Balita dan Lansia serta bantuan pendidikan yang pernah diterima oleh keluarga miskin, secara umum
nampak lebih banyak
dibandingkan dengan keluarga yang sangat miskin. Tabel 4.10 Program Bantuan yang pernah diterima oleh GAKIN dengan KK perempuan Bantuan yang pernah Diterima Bantuan modal Pelatihan ketrampilan Raskin Jamkesmas/Jamkesmas non quota/Jamkersal/SKTM PMT Balita BLT/BLSM PMT Lansia Permakanan lansia miskin dan terlantar Bantuan pendidikan (BOS, keringanan SPP, dll)
Sangat Miskin N=65 N % 1 1 48 50
1,5 1,5 73,8 76,9
N
Miskin N=32 7 6 25 19
%
21,9 18,8 78,1 59,4
1 39 3 2
1,5 60,0 4,6 3,1
6 14 6 6
18,8 43,8 18,8 18,8
3
4,6
7
21,9
Sumber: Data Olahan 2016
Diantara program-program yang pernah diterima, ternyata hanya programprogram yang mempunyai manfaat/dampak dirasakan secara langsung atau paling dibutuhkan oleh keluarga miskin maupun keluarga sangat miskin. Adapun program-
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
program tersebut secara berurutan adalah BLT berupa uang tunai yang dapat digunakan untuk menambah pendapatan serta Jamkesmas dan Kartu Sehat yang dapat digunakan untuk menjamin kesehatannya (berobat). Tabel 4.11 Bantuan yang paling dibutuhkan keluarga Miskin dengan KK perempuan: Bantuan yang paling dibutuhkan BLT Jamkesmas Kartu Indonesia Sehat Keringanan SPP KIP (bantuan pendidikan) Modal Usaha PKH Raskin
Sumber: Data Olahan 2016
Sangat Miskin N=65 N % 28 15 1 0 0 0 0 20
43,1 23,1 1,5 0 0 0 0 30,8
N
Miskin N=32 9 3 0 1 1 1 1 9
%
28,1 9,4 0 3,1 3,1 3,1 3,1 28,2
4.5.2 Program atas Akses Pelayanan Dasar Program atas akses layanan dasar yang tersedia bagi PRSE di kota Madiun dapat ditinjau dari tiga layanan dasar. Adapun ketiga layanan dasar tersebut meliputi kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. 1.
Kesehatan Indikator yang digunakan dalam survey untuk aspek kesehatan meliputi frekuensi
makan, kebiasaan makan daging/telur/ikan dalam seminggu terakhir, keberadaan anggoata keluarga yang menderita penyakit kronis, pencarian upaya pengobatan, keikutsertaan KB untuk PRSE usia produktif serta keberadaan anggota keluarga yang cacat fisik/mental. Hasil analisis aspek kesehatan berdasarkan 7 indikator, secara lengkap disajikan pada Tabel 4.12.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.12 Distribusi Tingkat Kemiskinan Berdasarkan Indikator Kesehatan Indikator Kesehatan Frekuensi makan per hari 1 kali 2 kali ≥ 3 kali
Sangat miskin N %
n
Miskin
%
N
Jumlah
%
2 7 56
100,0 63,6 66,7
0 4 28
0 36,4 33,3
2 11 84
100,0 100,0 100,0
27 18 20,0
84,4 72,0 50,0
5 7 20
15,6 28,0 50,0
32 25 40
100,0 100,0 100,0
Keberadaan anggota keluarga menderita sakit kronis Ada 12 75,0 Tidak ada 53 65,4
4 28
25,0 34,6
16 81
100,0 100,0
Pertolongan pengobatan, keluarga menderita sakit kronis Dibiarkan 1 100,0 Diobai sendiri 1 50,0 Diobati nakes 34 64,2
0 1 19
0 50,0 35,8
1 2 53
100,0 100,0 100,0
Keikutsertaan sebagai akseptor KB Tidak KB KB tradisional KB modern/lansia/bukan WUS
22 0 43
66,7 0 69,4
11 2 19
33,3 100,0 30,6
33 2 62
100,0 100,0 100,0
Keberadaan anggota keluarga cacat fisik Ada Tidak ada
7 58
63,6 67,4
4 28
36,4 32,6
11 86
100,0 100,0
Frekuensi makan daging/ikan/telur <1 kali 1 kali >1 kali
Sumber: Data Olahan 2016
Hasil analisis bivariat antara variabel kesehatan dengan tingkat kemiskinan dengan uji Chi Square adalah sebagai berikut:
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.13 Hasil Analisis bivariate Antara Variabel Kesehatan dengan Tingkat Kemiskinan Indikator Variabel Nilai p Kesehatan Frekuensi makan (ikeshA1) 1,000 Frekuensi makan daging/ikan/telur 0,007 (ikesh2) Keberadaan anggota kelg sakit kronis 0,651 (ikesh3) Pertolongan pengobatan (ikesh4) 1,000 Penolong persalinan anak terakhir (ikesh7) 0,006 Keikutertaan KB (ikesh8) 0,668 Keberadaan anggota keluarga yang cacat 1,000 (ikesh9) Sumber: Data Olahan 2016 Hasil wawancara dengan PRSE secara umum menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga gakin (sangat miskin dan miskin) sudah mempunyai kebiasaan makan ≥ 3 kali per hari sebagai cerminan kuantitas konsumsi yang sudah memadai. Namun konsumsi pangan hewani daging/telur/ikan, baik pada gakin miskin dan sangat gakin sebagian besar masih jarang mengkonsumsi (kurang dari 1 kali dalam seminggu) yang mencerminkan kualitas makanan yang masih kurang mencukupi. Kemiskinan menyebabkan akses terhadap pangan di rumah tangga /keluarga sulit dicapai sehingga orang akan kekurangan berbagai zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Kecukupan gizi hanya bisa diperoleh dan dipenuhi dari asupan makanan/minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Kemampuan ekonomi atau tingkat pendapatan tidak mempunyai korelasi dengan frekuensi makan yang menggambarkan tingkat kecukupan kuantitas (p>0,05). Frekuensi makan perhari, meskipun keluarga miskin dan angat miskin sebagian besar memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari. Keluarga yang mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari pada keluarga sangat miskin proporsinya lebih besar kecil dibandingkan keluarga miskin, bahkan ada 2 keluarga sangat miskin masih ada yang frekuensi makannya hanya 1 kali sehari.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Pada tingkat pendapatan yang lebih rendah, permintaan terhadap pangan diutamakan pada pangan yang padat energi yang berasal dari kelompok pangan karbohidrat (frekuensi dan jumlah pangan nabati yang dikonsumsi meningkat) terutama padi-padian. Sebaliknya sebagaimana hukum Bennet, bahwa peningkatan pendapatan akan mengakibatkan seseorang cenderung meningkatkan kualitas konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya (frekuensi konsumsi pangan hewani meningkat, seperti: daging, telur, ikan, dan lain-lain). Berdasarkan kebiasaan mengkonsumsi daging/telur/ikan <1 kali per minggu dalam seminggu terakhir, menunjukkan pada keluarga sangat miskin daripada
miskin,
sedangkan
sebaliknya
keluarga
yang
jauh lebih besar mengkonsumsi
daging/telur/ikan 2 kali atau ≥ 3 kali per minggu, pada keluarga kategori miskin relatif sama dengan sangat miskin. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan (korelasi) antara frekuensi konsumsi pangan hewani (daging/telur/ikan <1 kali per minggu) dengan tingkat kemiskinan (p < 0,007). Indikator kesehatan berikutnya disusun meliputi gambaran kondisi kesehatan keluarga, terutama terkait penyakit kronis dan gambaran upaya pencarian pengobatan yang dilakukan keluarga. Seseorang yang mengidap penyakit kronis membutuhkan
perawatan
atau
pengobatan
yang
cukup
lama,
sehingga
membutuhkan biaya yang relatif lebih besar. Selain itu, karena membutuhkan waktu lama, maka dapat menurunkan produktivitas kerja dari penderita penyakit kronis, sehingga dapat mengurangi atau mengganggu kondisi ekonomi keluarga, terutama jika yang menderita penyakit kronis adalah Kepala Keluarga. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga miskin dan sangat miskin mempunyai anggota keluarga yang menderita penyakit kronis dalam 3 bulan terakhir, dengan proporsi anggota keluarga sangat miskin yang menderita penyakit kronis (75,0%) lebih besar dari miskin gakin (25%). Namun untuk tindakan yang dilakukan jika ada anggota keluarga sakit kronis, dalam 1 tahun terakhir, sebagian besar miskin dan sangat miskin mengatakan dibawa berobat ke tenaga kesehatan. Upaya keluarga yang membiarkan atau mengobati sendiri jika ada anggota keluarga
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
yang sakit kronis hanya nampak pada keluarga sangat miskin.Masalah utama yang menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin adalah rendahnya akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi. Tabel 4.14 Akses terhadap Program/Layanan Kesehatan dan Gizi Bidang Kesehatan dan Gizi Akses memperoleh pelayanan kesehatan Mudah Biasa Sulit Jumlah
Akses memperoleh ketrampilan pengasuhan anak Mudah Biasa Sulit Sangat sulit Tidak menjawab Jumlah Akses memperoleh program peningkatan perbaikan gizi Mudah Biasa Sulit Sangat sulit Tidak menjawab Jumlah Sumber: Data Olahan 2016
N
Sangat Miskin %
n
Miskin
%
59 5 1 65
90,8 7,7 1,5 100,0
27 4 1 32
84,4 12,5 3,1 100,0
0 1 0 0 64
0 1,5 0 0 98,5
2 5 0 23
6,3 15,6 6,3 0 71,9
65
100,0
32
100,0
0 2 0 0 63 65
0 3,1 0 0 96,9 100,0
2 7 1 0 22 32
6,3 21,9 3,1 0 68,8 100,0
2
Cacat fisik /mental merupakan salah satu penyebab kemiskinan natural. Sebagian besar keluarga yang terdapat anggota keluarga yang cacat fisik/mental berasal dari gakin (64,3%), namun pada keluarga yang tidak ada anggota keluarga yang cacat fisik/mental sebagian besar adalah non gakin (64,0%). Namun hasil analisis statitik tidak ada hubungan (p> 0,05)
antara keberadaan anggota keluarga yang cacat
dengan tingkat kemiskinan.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Kondisi yang berbeda nampak dalam akses pelayanan gizi dan kesehatan, dimana sebagian besar keluarga miskin (84,4%) dan keluarga sangat miskin (90,8%) dengan KK perempuan menyatakan kemudahannya dalam mengakses berbagai program dan layanan terkait kesehatan dan gizi dan sebaliknya hanya sebagian kecil yang menyatakan mengalami kesulitan. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum tidak terdapat kendala yang berarti (posisi sudah menguntungkan) keluarga miskin dengan KK perempuan (PRSE) dalam mengakses upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan yang ada selama ini. 2.
Pendidikan Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Siregar dan Wahyuniarti (2008), di dalam penelitiannya menemukan bahwa pendidikan yang diukur dengan jumlah penduduk yang lulus pendidikan SMP, SMA, dan diploma memiliki berpengaruh besar dan signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Tabel 4.15 Distribusi Tingkat Kemiskinan berdasarkan Indikator Pendidikan
Sangat miskin N % Pendidikan terakhir Kepala Keluarga Tidak pernah sekolah 33 100,0 SD/SMP 32 57,1 SMU/PT 0 0 Indikator Pendidikan
Pendidikan anak usia 6-18 th Semua tidak sekolah Sebagian sekolah Semua sekolah/tidak ada anak usia 6-18 th
1 4 60
100,0 50,0 68,2
Miskin
n
%
Jumlah
N
%
0 24 8
0 42,9 100,0
33 56 8
100,0 100,0 100,0
0 4 28
0 50,0 31,8
1 8 88
100,0 100,0 100,0
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Sangat miskin N % Kemampuan baca tulis anggota keluarga usia 10-60 th Tidak bisa baca tulis 19 95,0 Bisa baca tulis 46 59,7 Indikator Pendidikan
Miskin n
Jumlah %
1 31
5,0 40,3
N
% 20 76
100,0 100,0
Sumber: Data Olahan 2016
Hasil analisis bivariat antara variabel pendidikan dengan tingkat kemiskinan dengan uji Chi Square adalah sebagai berikut : Tabel 4.16 Hasil analisis bivariate Variabel Pendidikan dengan Tingkat Kemiskinan Indikator Variabel Nilai p Pendidikan Pendidikan terakhir KK 0,000 Kondisi anak usia 6-18 th 0,472 Baca tulis usia 10-60 th 0,007 Sumber: Data Olahan 2016 Ciri rumahtangga miskin yang erat kaitannya dengan tingkat pendidikan adalah sumber penghasilan. Tingkat pendidikan memiliki dampak yang kuat terhadap
kemiskinan,
karena
pendidikan
memberikan
kemampuan
untuk
berkembang lewat penguasaan ilmu dan ketrampilan. Hasil survey menunjukkan secara umum pendidikan pada gakin masih rendah. Sebagian besar KK PRSE sangat miskin (57,1%) lebih besar dibanding KK PSRSE miskin (42,9%) yang memiliki pendidikan terakhir SD/SMP. Bahkan pada KK PRSE terdapat 33 KK yang tidak pernah sekolah, dan sebaliknya terdapat 8 KK PRSE miskin yang sudah memiliki pendidikan terakhir SMU/PT. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan
antara
pendidikan KK dengan tingkat kemiskinan (p<0,0001). Ketidakmampuan seseorang membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat menyebabkan kemunduran sosial sehingga semakin kecil peluang kemungkinan terlibat dalam pengambilan keputusan, Hasil survey menunjukkan secara umum anggota keluarga miskin dengan KK perempuan sebagian besar sudah memiliki kemampuan baca tulis, namun sebagaian lainnya masih belum dapat baca tulis.
Terlihat pada keluarga miskin (95%) jauh lebih besar dibanding
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
keluarga miskin yang belum dapat baca tulis. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan antara baca tulis anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun dengan tingkat kemiskinan (p<0,001).
3. Lingkungan Kemiskinan di daerah perkotaan menyebabkan kelompok masyarakat yang berpenghasilan terendah nasibnya lebih buruk karena mereka bahkan tidak mampu untuk menempati rumah-rumah kumuh sekalipun, sehingga mereka terpaksa membangun gubuk-gubuk liar diatas tanah kosong. Masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin adalah terbatasnya akses terhadap perumahan yang sehat dan layak, rendahnya mutu lingkungan permukiman dan lemahnya perlindungan untuk mendapatkan dan menghuni perumahan yang layak dan sehat. Di perkotaan, keluarga miskin sebagian besar tinggal di perkampungan yang berada di balik gedunggedung pertokoan dan perkantoran, dalam petak-petak kecil, saling berhimpit, tidak sehat dan seringkali dalam satu rumah ditinggali lebih dari satu keluarga. Mereka tidak mampu membayar biaya awal untuk mendapatkan perumahan sangat sederhana dengan harga murah. Indikator perumahan dan lingkungan rumah meliputi luas lantai tiap penghuni rumah, bahan terbesar dinding rumah,bahan terbesar pembuat lantai rumah, ketersediaan ventilasi di rumah, ketersediaan pencahayaan alami di rumah, jenis penerangan rumah, bahan bakar untuk memasak, sumber air bersih untuk makan dan minum, fasilitas buang air besar, ketersediaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan bahan pembuat SPAL serta ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara. Secara lengkap disajikan pada Tabel 4.17.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.17 Distribusi Tingkat Kemiskinan berdasarkan Indikator Perumahan dan Lingkungan Rumah Indikator Perumahan dan Lingkungan Rumah Status kepemilikan rumah Sewa/kontrak Rumah dinas/orang tua/menempati saja Milik sendiri
Sangat miskin N %
N
Miskin
%
N
Jumlah %
4 25
80,0 71,4
1 10
20,0 28,6
5 35
100,0 100,0
36
63,2
21
36,8
57
100,0
Luas bangunan rumah yang ditempati (per orang/m2) <8 m2 7 53,8 ≥8 m2 58 69,1
6 26
46,2 30,9
13 84
100,0 100,0
Bahan terbesar dinding rumah Tidak permanen Semi permanen Permanen
0 12 53
0 80,0 64,6
0 3 29
0 20,0 35,4
0 15 82
100,0 100,0 100,0
Proporsi terbesar bahan lantai rumah Tanah 4 Bambu/kayu 0 Semen/tegel/keramin 61
66,7 0 67,8
2 1 29
33,3 100,0 32,2
6 1 90
100,0 100,0 100,0
Ketersediaan ventilasi rumah Tidak ada Ada <10% lantai rumah Ada, ≥10% lantai rumah
75,0 68,6 61,8
3 16 13
25,0 31,4 38,2
12 51 34
100,0 100,0 100,0
3 42 20
75,0 68,9 62,5
1 19 12
25,0 31,1 37,5
4 61 32
100,0 100,0 100,0
Penerangan rumah Lampu minyak Listrik dari rumah lain Listrik
0 3 62
0 60,0 68,1
1 2 29
100,0 40,0 31,9
1 5 91
100,0 100,0 100,0
Bahan bakar untuk memasak Kayu
12
85,7
2
14.3
14
100,0
9 35 21
Ketersediaan pencahayaan alami di rumah Tidak ada Ada <10% lantai rumah Ada, ≥10% lantai rumah
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Indikator Perumahan dan Lingkungan Rumah Minyak tanah/LPG 3 kg Listrik/LPG 12 kg
Sangat miskin N % 51 63,8 2 66,7
Sumber air bersih untuk memasak dan minum Sungai/air hujan 0 0 Sumur/mata air 38 73,1 PDAM/isi ulang/AMDK 27 61,4
N
Miskin 29 1
% 36,3 33,3
1 14 17
100,0 26,9 38,6
Jumlah N % 80 100,0 3 100,0 1 52 44
100,0 100,0 100,0
Sumber: Data Olahan 2016
Hasil analisis bivariat antara variabel perumahan dan lingkungan rumah dengan tingkat kemiskinan dengan uji Chi Square adalah sebagai berikut: Tabel 4.18 Hasil analisis bivariate antara Variabel Perumahan dan Lingkungan dengan Tingkat Kemiskinan
Indikator Rumah dan Lingkungan
Variabel Status rumah Luas bangunan rumah Bahan dinding rumah Bahan lantai rumah Ketersediaan ventilasi Pencahayaan Penerangan rumah Bahan bakar memasak Sumber air bersih untuk makan/minum Fasilitas BAB Ketersediaan SPAL Tempat sampah
Nilai p 0,457 0,345 0,372 0,681 0,660 0,665 0,393 1,000 0,389 0,745 0,210 0,498
Karakteristik lain yang juga perlu diperhatikan bagi keluarga miskin adalah tempat tinggal dan lingkungannya. Hasil survey menunjukkan bahwa secara umum keluarga miskin dengan KK perempuan (miskin dan sangat miskin) sudah memiliki rumah kondisi sederhana dengan status menempati ataupun milik sendiri. Secara umum bahwa intensitas kemiskinan berbanding terbalik dengan luas lantai rumah. Pada tabel 4.17 terlihat bahwa keluarga yang menempati luas lantai <8m 2 rumah tiap penghuni rumah, pada keluarga sangat miskin (53,8%) lebih besar dibanding keluarga
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
miskin (46,2%), demikian juga keluarga yang menempati luas lantai ≥8m2rumah tiap penghuni rumah. Luas lantai rumah mencerminkan keleluasaan melakukan aktivitas keluarga. Keleluasaan aktivitas tersebut terkait erat dengan kemampuan untuk bekerja, beristirahat, belajar dan kegiatan keluarga lainnya. Dinding rumah keluarga miskin dengan KK perempuan sudah tidak ada yang berdinding bahan tidak permanen. Dinding rumah yang terbuat dari bahan semi permanen sebagian berada pada keluarga sangat miskin (80,0%), sedangkan pada keluarga miskin lebih rendah (20,0%). Namun untuk bahan lantai ternyata masih cukup banyak yang terbuat dari tanah, dimana pada keluarga miskin (66,7%) lebih besar dibandingkan dengan keluarga miskin (33,3%). Masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin adalah terbatasnya akses terhadap perumahan yang sehat dan layak, rendahnya mutu lingkungan permukiman dan lemahnya perlindungan untuk mendapatkan dan menghuni perumahan yang layak dan sehat. Salah satu syarat rumah sehat adalah mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Luas ventilasi yang memenuhi persyaratan kesehatan rumah
tinggal
adalah
minimal
10%
dari
luas
lantai
(Kemenkes
829/Menkes/SK/VII/1999. Secara umum sebagian besar rumah yang tidak memiliki ventilasi rumah dan pencahayaan alami yang memadai. Rumah yang tidak ventilasi di keluarga sangat miskin (75,0%) lebih besar dibanding pada rumahtangga miskin (25%), demikian juga pada rumah dengan ventilasi yang kurang dari 10% lantai rumah maupun pada rumah ynag sudah memiliki lebih dari 10% luas lantai. Namun hasil analisis statistik menujukkan tidak ada hubungan antara bahan dinding rumah (p>0,372); bahan lantai rumah (p> 0,681), ketersediaan ventilasi (p>0,660) , pencahayaan ( (0,665) dengan tingkat kemiskinan. Dari sisi ekonomi, penyediaan penerangan rumah dengan lampu minyak atau listrik dari rumah lain relatif lebih murah, dibandingkan dengan listrik di rumah sendiri. Penerangan rumah yang menggunakan aliran listrik dari rumah orang lain, sebagian besar adalah rumah sangat miskin (60,0%) dibanding rumahtangga miskin (40%), demikian juga dengan rumah yang memiliki listrik di rumah sendiri. Hasil
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
analisis statitistik menunjukan tidak ada hubungan antara penerangan rumah (p> 0,393) dengan tingkat kemiskinan. Minyak tanah atau LPG 3 kg pun lebih murah dibandingkan jika menggunakan bahan bakar listrik atau LPG 12 kg. Sehingga semakin rendah tingkat perekonomian suatu keluarga ,maka terdapat kecenderungan menggunakan kayu atau minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak. Penggunaan kayu, minyak tanah/LPG 3 kg maupun listrik ternyata di keluarga sangat miskin lebih banyak dibandingkan keluarga yang miskin. Hasil analisis statitistik menunjukkan tidak ada hubungan antara bahan bakar memasak (p> 1,00) dengan tingkat kemiskinan. Akses air bersih selain merupakan faktor penentu kesehatan, juga mencerminkan pula akses kepada sanitasi dan kesehatan rumahtangga. Kesulitan untuk mendapatkan air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunkan mutu sumber air. Berdasarkan pengeluaran rumah tangga, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin tinggi pula persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air minum berkualitas (Riskesdas, 2010). Sumber air bersih untuk memasak dan minum yang berasal dari sumur/mata air, pada keluarga sangat miskin (73,1%) lebih besar dibanding pada keluarga miskin, demikian juga yang bearasal dari PDAM. Hasil analisis statitistik menujukkan tidak ada hubungan anatara sumber air bersih dan air minum ((p> 0,399) dengan tingkat kemiskinan. Pada keluarga miskin rata-rata tidak mempunyai tempat buang air besar (WC) di rumah sehingga mereka menggunakan WC Umum, bahkan kebanyakan mereka BAB di sungai di sekitar rumah. Hasil survey menunjukkan bahwa Tempat pembuangan tinja dan urine yaitu latrine (jamban/kakus) pada Rumahtangga sangat miskin (72,7%) masih lebih banyak dibandingkan rumahtangga yang miskin (27,3%). Rumah pada keluarga miskin biasanya tidak mempunyai SPAL atau pembuangan air limbah langsung ke tanah. Hasil survey juga menunjukkan bahwa sebagian besar rumahtangga sangat miskin (79,3%) masih menggunakan tanah lebih banyak dibandingkan pada rumahtangga miskin (20,7%). Sedangkan dalam penanganan
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
sampah, rumah pada keluarga miskin biasanya tidak ada tempat sampah khusus, namun dibiarkan/dikumpulkan dipinggir jalan atau dibakar/ditimbun/dibuang ke tempat umum. Hal ini sesuai dengan hasil survey, dimana pada rumahtangga sangat miskin (64,3%) yang mempunyai sampah lebih besar dibanding rumahtangga miskin (29,2%), demikian juga memperlakukankan sampah dengan dibakae atau ditimbun. Sedangkan penangangan sampah yang dibiarkan begitu saja dihalaman hanya terdapat pada keluraga sangat miskin. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya hubungan anatara faslitas BAB (p> 0,745) dan ketersediaan sampah (p>0,498) dengan tingkat kemiskinan, namun cukup ada hubungan antara ketersediaan SPAL (p>0,210) dengan tingkat kemiskinan. 4.5.3 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat yang ditujukan pada kaum PRSE dilakukan dengan memperhatikan partisipasi mereka dalam pembangunan dan jaringan sosial kemasyarakatan. 1.
Partisipasi Pembangunan Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar anggota keluarga yang tidak
ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggal berasal dari keluarga sangat miskin (91,3%) jauh lebih besar dibanding dari keluarga miskin (8,7%). Demikian juga dengan keikutsertaan dalam kegiatan organisasi kemasyarakat di lingkungan tempat tinggal, dimana anggota keluarga sangat miskin (75,5%) jauh lebih banyak yang tidak terlibat daripada dari keluarga miskin (24,5%). Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan antara keikutsertaan kegiatan masyarakat (p<0,010); keikutsertaan dalam organisasi masyarakat (p<0,113) dengan tingkat kemiskinan. Pada umumnya masyarakat miskin belum mampu sepenuhnya untuk berinovasi dan memiliki inisiatif sendiri. Dengan berperannya kepala keluarga atau anggota keluarga dalam suatu perkumpulan/organisasi masyarakat, maka semakin besar peluang untuk berinovasi dan mendapatkan akses informasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Pada umumnya, rumah tangga
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
miskin memiliki karakteristik lemahnya jaringan sosial terhadap kelembagaan yang ada, baik secara horizontal maupun secara vertikal. Lemahnya akses terhadap jaringan ekonomi dan modal sosial lainnya umumnya disebabkan karena mereka tidak memiliki persyaratan sosial yang cukup, misalnya lemahnya pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi. PRSE yang dalam kondisi miskin ada kemungkinan mereka kurang berpartisipasi dalam pembangunan maupun kehidupan sosial bermasyarakat. Tabel 4.7. menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga miskin dengan KK perempuan (56.3%) dan keluarga sangat miskin (49,2%) menyatakan kemudahannya dalam keterlibatan pengelolaan kegiatan sosial di masyarakat tempat dimana tinggal dan sebagian lainnya menyatakan biasa dan sebagian lainnya terutama pada keluarga sangat miskin (12,3%) masih mengalami kesulitan. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum tidak terdapat kendala yang berarti (posisi sudah relatif menguntungkan) keluarga miskin dengan KK perempuan (PRSE) dalam keterlibatan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan dilingkungan tempat tinggalnya. Secara lengkap disajikan pada Tabel 4.19. Tabel 4.19 Akses terhadap Program/layanan Sosial Kemasyarakatan
Bidang Sosial dan Kemasyarakatan Keterlibatan pengelolaan kegiatan sosial Mudah Biasa Sulit Sangat Sulit Tidak menjawab Jumlah Keterlibatan pengelolaan komunitas/lingkungan Mudah Biasa Sulit Sangat sulit Tidak menjawab Jumlah
N
Sangat Miskin %
n
Miskin
%
32 14 8 0 11 65
49,2 21,5 12,3 0 16,9 100,0
18 12 1 0 1 32
56,3 37,5 3,1 0 3,1 100,0
19 10 8 0 28 65
29,2 15,4 12,3 0 43,1 100,0
12 6 4 0 10 32
37,5 18,8 12,5 0 31,3 100,0
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
2.
Jaringan Sosial Kemasyarakatan Kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup dan lingkungan dalam suatu
masyarakat terhadap sistem sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah. Secara psikologis, kemiskinan menunjukkan pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan produktivitas. Indikator sosial budaya meliputi perolehan berita dari surat kabar/TV/Majalah, keikutsertaan anggota keluarga dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal
dan
peran
aktif
KK
atau
anggota
keluarga
sebagai
anggota
perkumpulan/organisasi masyarakat. Secara lengkap disajikan pada Tabel 4.20 Tabel 4.20 Distribusi Tingkat Kemiskinan berdasarkan Indikator Sosial Budaya Sangat miskin Miskin Jumlah Indikator Sosial Budaya N % n % N % Perolehan informasi dari media massa Tidak 11 78,6 3 21,4 14 100,0 Ya 54 65,1 29 34,9 83 100,0 Keikutsertaan anggota keluarga pada kegiatan masyarakat Tidak 21 91,3 2 Ya 44 59,5 30
8,7 40,5
23 74
100,0 100,0
Keikutsertaan anggota keluarga dalam organisasi masyarakat Tidak 37 75,5 12 Ya 28 58,3 20
24,5 41,7
49 48
100,0 100,0
Sumber: Data Olahan 2016
Hasil analisis bivariat antara variabel sosial budaya dengan tingkat kemiskinan dengan uji Chi Square adalah sebagai berikut : Hasil analisis bivariate
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.21 Hasil analisis bivariate antara Variabel Sosial Budaya dengan Tingkat Kemiskinan Indikator Variabel Sosial budaya Akses media massa Ikut keg kemasyarakatan Anggota organisasi masyarakat Sumber: Data Olahan 2016
Nilai p 0,376 0,010 0,113
4.5.4 Program atas akses peningkatan ekonomi 1. Akses untuk kepemilikan modal Dimensi ekonomi yaitu kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas, penguasaan teknologi dan kurangnya ketrampilan, seringkali dianggap sebagai alasan mendasar mengapa kemiskinan terjadi. Masyarakat miskin umumnya menghadapi permasalahan terbatasnya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengembangkan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga. Masyarakat miskin dengan keterbatasan modal dan kurangnya keterampilan maupun pengetahuan hanya memiliki sedikit pilihan pekerjaan yang layak dan terbatasnya peluang untuk mengembangkan usaha. Adapun indikator aspek ekonomi yang terpilih sebanyak 11 indikator yaitu Pendapatan; Penghasilan tetap; Pengeluaran total; Pengeluaran pangan; Kepemilikan tabungan; Kepemilikan barang; Tabungan; Memiliki pakaian yang berbeda; Pakaian baru; Sarana transportasi; dan Rekreasi menunjukkan hasil analisis yang disajikan pada Tabel 4.22 berikut ini:
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.22 Distribusi Tingkat Kemiskinan berdasarkan Indikator Ekonomi Indikator Ekonomi Pendapatan per bulan < UMK 1-2 UMK >2 UMK
Sangat miskin N % 49 14 2
79,0 58,3 18,2
n
Miskin
%
Jumlah N %
13 10 9
21,0 41,7 81,8
62 24 11
100,0 100,0 100,0
26 6
33,3 31,6
78 19
100,0 100,0
Rata-rata pengeluaran dibanding pendapatan per bulan >70% 47 74,6 16 60-70% 3 33,3 6 <60% 15 60,0 10
25,4 66,7 40,0
63 9 25
100,0 100,0 100,0
45 15 37
100,0 100,0 100,0
Keberadaan keluarga >15 th berpenghasilan tetap Tidak ada 52 66,7 Ada 13 68,4
Rata-rata pengeluaran pangan dibanding total pengeluaran per bulan >70% 31 68,9 14 31,1 60-70% 10 66,7 5 33,3 <60% 24 64,9 13 35,1 Kepemilikan tabungan Tidak punya Punya,untuk asset produksi Punya,tidak untuk asset produksi
62 0
73,8 0
22 3
26,2 100,0
88 3
100,0 100,0
3
30,0
7
70,0
10
100,0
Kepemilikan rumah (selain yang ditempati), mobil, sepeda motor, hewan ternak dll Tidak punya 52 78,8 14 21,2 66 100,0 Punya,untuk asset 1 20,0 4 80,0 5 100,0 produksi Punya,tidak untuk 12 46,2 14 53,8 36 100,0 asset produksi Keberadaan keluarga dalam memberikan sumbangan secara rutin ke masyarakat Tidak 37 74,0 13 26,0 50 100,0 Ya 28 59,6 19 40,4 47 100,0 Kepemilikan pakaian untuk acara berbeda
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Indikator Ekonomi
Sangat miskin N % 25 92,6 40 57,1
Jumlah N % 27 100,0 70 100,0
2 30
% 7,4 42,9
Perolehan pakaian selama 1 tahun terakhir Tidak 38 79,2 Ya 27 55,1
10 22
20,8 44,9
48 49
100,0 100,0
Sarana transportasi keluarga Jalan kaki Kendaraan umum Kendaraan pribadi
21 14 30
77,8 87,5 55,6
6 2 24
22,2 12,5 44,4
27 16 54
100,0 100,0 100,0
Kesempatan untuk rekreasi Tidak pernah Pernah>6 bulan sekali Pernah ≤6 bulan sekali
51 4 10
77,3 28,6 58,8
15 10 7
22,7 71,4 41,2
66 14 17
100,0 100,0 100,0
Tidak Ya
n
Miskin
Sumber: Data Olahan 2016 Hasil analisis statitistik hubungan variabel ekonomi dengan tingkat kemiskinan disajikan sebagai berikut: Hasil Uji Statistik dengan Chi Square
Indikator Ekonomi
Tabel 4.23 Hasil analisis bivariate antara Variabel Ekonomi dengan Tingkat Kemiskinan Variabel Pendapatan perbulan Anggota keluarga berpenghasilan tetap Pengeluaran dibanding pendapatan Pengeluaran pangan dibanding pengeluaran Kepemilikan tabungan Kepemilikan barang Keteraturan memberi sumbangan Kepemilikan pakaian berbeda Memperoleh pakaian dalam 1 tahun Sarana transportasi Rekreasi
Nilai p 0,000 1,000 0,033 0,928 0,001 0,001 0,196 0,002 0,021 0,022 0,001
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Salah satu indikator tingkat kesejahteraan rumahtangga adalah sumber penghasilan utama rumahtangga. Sumber penghasilan utama umumnya terkait erat dengan tingkat penghasilan. Semakin rendah pendapatan suatu keluarga jika dibandingkan dengan UMK, maka kecenderungan semakin miskin keluarga tersebut. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang memiliki pendapatan kurang dari UMK, pada keluarga sangat miskin (79,0%) jauh lebih banyak dibandingkan keluarga miskin (21,0%), demikian juga dengan keluarga yang memiliki pendapatan antara 1-2 UMK. Hasil analisis statitik menujukkan adanya hubungan nyata antara pendapatan (p< 0,001) dengan tingkat kemiskinan. Pada rumahtangga yang tidak memiliki anggota keluarga yang memiliki penghasilan tetap, maka terdapat kecenderungan semakin miskin rumah tangga tersebut. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang memiliki anggota keluarga usia lebih dari 15 tahun, namun belum/tidak berpenghasilan tetap pada keluarga sangat miskin (66,7%) jauh lebih banyak dibandingkan keluarga miskin (33,3%). Namun hasil analisis statitik menujukkan tidak adanya hubungan nyata keberadaan keluarga dengan anggota yang berusia lebih 15 tahun yang berpenghasilan tetap (p=1,00) dengan tingkat kemiskinan. Semakin rendah tingkat perekonomian suatu keluarga, maka semakin besar persentase pengeluaran total (pangan dan non pangan) jika dibandingkan dengan pendapatan total dalam 1 bulan. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang memiliki pengeluaran dibandingkan pendapatan lebih dari 70 %, lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (74,6%) dibandingkan pada keluarga miskin (25,4%). Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan nyata antara rata-rata pengeluaran dibanding pendapatan per bulan (p= 0,033) dengan tingkat kemiskinan. Makanan merupakan kebutuhan manusia untuk tetap hidup, sehingga sebesar apapun pendapatan seseorang, akan tetap berusaha untuk mendapatkan makanan yang memadai. Semakin rendah tingkat perekonomian suatu keluarga maka semakin besar persentase pengeluaran pangan per bulan. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang memiliki pengeluaran pangan dibandingkan pendapatan lebih dari
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
70%, lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (68,9%) dibandingkan pada keluarga miskin (31,1%). Namun hasil analisis statitik menunjukkan tidak ada hubungan nyata antara rata-rata pengeluaran pangan dibanding pendapatan per bulan (p=0,928) dengan tingkat kemiskinan. Menabung merupakan upaya menyimpan sebagian daripada pendapatan yang diperoleh dengan maksud sebagai cadangan keuangan keluarga, baik untuk asset produksi maupun tidak. Tabungan biasanya disisihkan sekitar 30 % dari pendapatan. Pada keluarga miskin, hampir semua pendapatan yang diperoleh habis dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, baik kebutuhan pangan maupun non pangan. Oleh karena mereka tidak memiliki tabungan. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang tidak memiliki tabungan lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (73,8%) dibandingkan pada keluarga miskin (26,2%). Hasil analisis statitik menunjukkan ada hubungan nyata antara kepemilikan tabungan (p= 0,001) dengan tingkat kemiskinan. Kepemilikan barang atau asset berpengaruh positif terhadap kemiskinan rumah tangga. Artinya adalah semakin sedikit asset yang dimiliki suatu keluarga, semakin besar peluang untuk mengalami kimiskinan. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang tidak memiliki aset (rumah, mobil, sepeda motor, dll) lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (78,8%) dibandingkan pada keluarga miskin (21,2%). Hasil analisis statitik menunjukkan ada hubungan nyata antara kepemilikan aset (p=0,001) dengan tingkat kemiskinan. Keluarga miskin pada umumnya tidak memberikan sumbangan sosial kemasyarakatan dalam bentuk materi secara teratur. Keluarga miskin, karena keterbatasannya seringkali masih berupaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kondisi keterbatasan secara materi (finansial) tersebut, keluarga miskin pada umumnya tidak punya cukup materi untuk dapat disumbangkan secara teratur. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang tidak memberikan sumbangan sosial secara rutin lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (74,0%) dibandingkan pada keluarga miskin (26,2%). Hasil analisis statitik menunjukkan
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
ada hubungan antara keteraturan memberikan sumbangan (p=0,196) dengan tingkat kemiskinan. Kepemilikan pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer, selain pangan dan papan. Pada keluarga miskin, biasanya mereka tidak punya cukup pakaian untuk selalu berganti-ganti sesuai kegiatan yang mereka lakukan (beribadah, hajatan, dan lain-lain). Pada umumnya, semakin rendah perekonomian suatu keluarga (keluarga miskin), maka semakin sedikit jumlah dan jenis pakaian yang dimiliki anggota keluarganya. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang tidak memiliki pakaian untuk acara berbeda lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (92,6%) dibandingkan pada keluarga miskin (7,4%). Hasil analisis statitik menunjukkan ada hubungan
antara
kepemilikan pakaian untuk acara berbeda (p=0,002) dengan tingkat kemiskinan. Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak menerima bantuan, pemerintah menggunakan acuan dari BPS (2005) tentang 14 kriteria keluarga miskin, salah satu diantaranya adalah hanya membeli 1 (satu) stel pakaian baru dalam setahun. Pada keluarga miskin, penghasilan yang dimiliki hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu mereka pada umumnya hanya mampu membeli 1 pakaian baru dalam setahun. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang tidak memperoleh pakaian dalam 1 tahun lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (79,2%) dibandingkan pada keluarga miskin (20,8%). Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara perolehan pakaian dalam 1 tahun (p=0,021) dengan tingkat kemiskinan. Kepemilikan kendaraan bermotor pribadi merupakan salah satu kebutuhan sekunder manusia. Pada keluarga miskin, mereka masih berada pada tingkat untuk berusaha dalam pemenuhan kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan). Pada keluarga miskin, pada umumnya menggunakan sarana kendaraan umum jika berpergian jauh dan berjalan kaki jika jarak yang ditempuh dekat. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang menggunakan transportasi dengan jalan kaki dan kendaraan umum lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (77,8% dan 87,5%) dibandingkan
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
pada keluarga miskin (22,2% dan 12,5%). Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara sarana transportasi (p= 0,022) dengan tingkat kemiskinan. Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder, sedangkan pada keluarga miskin, mereka masih fokus terhadap pemenuhan kebutuhan primernya. Oleh karena itu, semakin jarang atau bahkan tidak pernah suatu keluarga melakukan rekreasi, semakin rendah tingkat perekonomian keluarga tersebut. Hasil survey menunjukkan bahwa rumahtangga yang tidak berkesempatan untuk rekreasi lebih banyak terdapat pada keluarga sangat miskin (77,3%) dibandingkan pada keluarga miskin (22,7%). Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara kesempatan untuk rekeasi (p=0,001) dengan tingkat kemiskinan. Akses kepada dan kontrol atas berbagai sumberdaya adalah bagian dari kondisikondisi yang harus dimiliki siapapun termasuk keluarga gakin dengan KK perempuan. Tidak dimilikinya akses dan kontrol terhadap berbagai sumberdaya menyebabkan PRSE tidak dapat berpartisipasi secara penuh dalam program–program pembangunan dan menikmati manfaatnya. Tabel 4.24 menunjukkan bahwa sebagian besar KK Gakin perempuan miskin (56,3%) dan sangat miskin (43,1%) masih mengalami kesulitan dalam mengakses modal, sedangkan kesulitan terhadap akses terkait ketrampilan dan program peningkatan pendapatan hanya dinyatakan oleh sebagian keluarga miskin dan sangat miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum masih terdapat kendala (posisi kurang menguntungkan) keluarga miskin dengan KK perempuan (PRSE) dalam mengakses upaya-upaya peningkatan produktivitas yang ada selama ini.
Bidang Ekonomi
Tabel 4.24 Akses terhadap Program Ekonomi Sangat Miskin N %
Akses memperoleh modal Mudah Biasa Sulit Sangat sulit Tidak menjawab jumlah
11 13 28 0 13 65
16,9 20,0 43,1 0 20,0 100,0
N
Miskin 8 3 18 1 2 32
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
% 25,0 9,4 56,3 3,1 6,3 100,0
68
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Bidang Ekonomi Akses memperoleh ketrampilan Mudah Biasa Sulit Sangat sulit Tidak menjawab
jumlah Akses memperoleh program peningkatan pendapatan Mudah Biasa Sulit Sangat sulit Tidak menjawab jumlah Sumber: Data Olahan 2016
Sangat Miskin N %
N
Miskin
%
1 2 5 0 57
1,5 3,1 7,7 0 87,7
1 6 8 0 17
3,1 18,8 25,0 0 53,1
65
100,0
32
100,0
2 2 10 1 50 65
3,1 3,1 15,3 1,5 76,9 100,0
0 3 7 0 22 32
0 9,4 21,9 0 68,8 100,0
4.6. Analisis Sinkronisasi Strategi Kemiskinan Dalam menyusun strategi penanggulangan kemiskinan, langkah selanjutnya adalah melakukan pemetaan sinkronisasi antara strategi nasional, propinsi dan Kota Madiun. Hasil pemetaan dapat dilihat di Tabel 4.25. Dari hasil sinkronisasi, terlihat bahwa Pemerintah Kota Madiun telah memiliki beberapa program yang sasarannya dapat ditujukan pada kaum PRSE.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.25 Sinkronisasi Perencanaan Penanggulangan Kemiskinan PRSE Kota Madiun
RPJPN 2005-2025
RPJMN 2015-2019
Sasaran Pokok: Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera: 1. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambung an sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah, dengan tingkat pengangguran
Arah Kebijakan: 1. Meningkatkan upaya keberlanjutan pembangunan ekonomi, melalui strategi penurunan tingkat kemiskinan sehingga jumlah penduduk miskin berkurang 2. Meningkatkan upaya keberlanjutan pembangunan sosial, melalui Strategi: a) peningkatan kesetaraan gender untuk akses/kesempa tan pendidikan, kegiatan ekonomi dan keterwakilan perempuan
RPJPD Provinsi Jawa Timur 2005-2025 Arah Pembangunan: Mewujudkan kemudahan memperoleh akses untuk meningkatkan kualitas hidup: 1. Pemberdayaan perempuan diarahkan pada terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan. 2. Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan pada: a) Pengurangan kesenjangan sosial melalui pengembangan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam
RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019 Strategi Umum: 1. Pertumbuhan ekonomi yang berpihak pada masyarakat miskin (pro poor growth) yang didalamnya secara implisit termasuk strategi pro poor pro job pro growth pro environment 2. Pengarusutamaan gender (pro gender) Arah Kebijakan: a) Peningkatan dan penyempurnaan pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan di semua program yang ada di SKPD sekaligus memperbaiki
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
RPJMD Kota Madiun 2014-2019 Strategi : Meningkatkan perlindungan terhadap perempuan dan anak. Arah Kebijakan: Peningkatan perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Program Pembangunan Daerah: Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak.
70
RENSTRA 2014-2019
PROGRAM/KEGIATAN 2014-2019
1. BPM KB DAN KETAHANAN PANGAN: Sasaran: - Meningkatnya kualitas hidup perempuan dan anak serta peran perempuan dalam pembangunan - Meningkatnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Strategi: 1. Meningkatkan pemahaman tentang kesetaraan gender 2. Meningkatkan pengetahuan dan
1. BPM KB DAN KETAHANAN PANGAN a. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan: 1) Kegiatan Perumusan Kebijakan Perlindungan Perempuan dan Anak 2) Kegiatan Sosialisasi Kesetaraan Gender dan Konvensi Hak Anak b. Program Peningkatan Kualitas Hidup Dan Perlindungan Perempuan dan Anak: 1) Kegiatan Fasilitasi Upaya Perlindungan Perempuan dan Anak Terhadap Tindak Kekerasan 2) Kegiatan Monitoring Pemberdayaan Perempuan Pengembang Ekonomi Lokal (P3EL) c. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
RPJPN 2005-2025
RPJMN 2015-2019
terbuka yang tidak lebih dari 5 persen dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen. 2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan dalam pembangunan. Secara umum peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG), serta tercapainya
dalam organisasi; b) peningkatan keterjangkauan layanan dan akses pendidikan, kesehatan, perumahan, pelayanan air bersih dan sanitasi masyarakat 3. Arah kebijakan pengarusutamaan gender dalam lima tahun ke depan antara lain: Pertama, meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan yang dilakukan melalui strategi: a) Peningkatan pemahaman dan komitmen para pelaku
RPJPD Provinsi Jawa Timur 2005-2025 pembangunan kesejahteraan sosial sebagai investasi modal sosial b) Peningkatan kualitas kehidupan dan serta kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak di pelbagai bidang kehidupan dan pembangunan dengan memperhitungk an kesetaraan gender serta peduli anak.
RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019 efektivitas program. b) Peningkatan dan penyempurnaan program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan memangkas beban pengeluaran rumah tangga miskin. c) Peningkatan dan penyempurnaan program penanggulangan kemiskinan dalam bentuk bantuan sosial, dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan pendapatan penduduk miskin
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
RPJMD Kota Madiun 2014-2019
RENSTRA 2014-2019
PROGRAM/KEGIATAN 2014-2019
ketrampilan melalui pelatihan/diklat 3. Merubah pola pikir atau budaya patriarki 4. Meningkatkan kualitas hidup perempuan
Gender Dalam Pembangunan: 1) Kegiatan Pelatihan Perempuan Dalam Bidang Ekonomi Kreatif dan Pengetahuan 2) Kegiatan Evaluasi Program Terpadu P2WKSS
2. DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL Sasaran: Meningkatnya penanganan dan rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
2. DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL: a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Kesejahteraan Sosial Lainnya, dengan Kegiatan : 1) Pemberdayaan fakir miskin dan potensi sumber kesejahteraan sosial dengan outcome prosentase PMKS yang tertangani.
Strategi dan Kebijakan: Meningkatkan penanganan masalah kesejahteraan sosial.
71
b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial, dengan kegiatan : 1) Pelatihan ketrampilan berusaha bagi keluarha miskin dengan outcome
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
RPJPN 2005-2025 penduduk tumbuh seimbang. 3. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian, dalam arti luas, dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien sehingga menghasilkan komoditi berkualitas, industri manufaktur yang berdaya saing global, motor penggerak perekonomian,
RPJMN 2015-2019 pembangunan tentang pentingnya pengintegrasian perspektif gender dalam berbagai tahapan, proses, dan bidang pembangunan, di tingkat nasional maupun di daerah; b) Penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) di berbagai bidang pembangunan, di tingkat nasional dan daerah; dan c) Peningkatan pemahaman masyarakat dan
RPJPD Provinsi Jawa Timur 2005-2025
RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
RPJMD Kota Madiun 2014-2019
RENSTRA 2014-2019
PROGRAM/KEGIATAN 2014-2019 meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan bagi keluarga miskin ; 2) Fasilitasi menegemen usaha bagi keluarga miskin dengan outcome meningkatnya kesejahteraan bagi keluarga miskin ; 3) Peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan bagi PMKS dengan outcome meningkatnya penanganan PMKS ; 4) Pengembangan kebijakan tentang akses sarana dan prasarana publik bagi penyandang cacat dan lansia dengan outcome terwujudnya akses sarana dan prasarana publik bagi penyandang cacat dan lansia ; 5) Pembinaan Perintis Kemerdekaan/
72
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
RPJPN 2005-2025 serta jasa yang perannya meningkat dengan kualitas pelayanan lebih bermutu dan berdaya saing. 4. Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan terintegrasi satu sama lain. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang andal dan efisien sesuai kebutuhan, termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi. Terselenggarany a pelayanan pos
RPJMN 2015-2019 dunia usaha tentang kesetaraan gender.
RPJPD Provinsi Jawa Timur 2005-2025
RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019
RPJMD Kota Madiun 2014-2019
RENSTRA 2014-2019
PROGRAM/KEGIATAN 2014-2019 keluarganya, Pelestarian Nilai- nilai kepahlawanan dengan outcome Tertanamnya nilai- nilai kepahlawanan pada generasi muda ; c. Program Kelembagaan Kesejahteraan Sosial, dengan kegiatan : 1) Pengadaan pakaian olahraga lansia dengan outcome meningkatnya kesejahteraan lansia ; 2) Pemberdayaan pelayanan karang werdha dan kesejahteraan lansia dengan outcome meningkatnya kesejahteraan lansia ; 3) Lomba karang weda tingkat kota dan provinsi dengan outcome terwujudnya kesejahteraan lanjut usia dan tertib administrasi karang
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
RPJPN 2005-2025 dan telematika yang efisien dan modern guna terciptanya masyarakat informasi Indonesia. Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air. 5. Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan bertanggung jawab, serta profesional yang mampu
RPJMN 2015-2019
RPJPD Provinsi Jawa Timur 2005-2025
RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019
RPJMD Kota Madiun 2014-2019
RENSTRA 2014-2019
PROGRAM/KEGIATAN 2014-2019 werdha ; 4) Pendataan PMKS dan PSKS dan validasi verifikasi data BPJS dengan outcome terlaksanannya pendataan fakir miskin dan data BPJS ; 5) Pembinanaan WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat) dengan outcome meningkatkan potensi WKSBM.
3. DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Misi: Memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat termasuk keluarga tidak mampu dan anak berkebutuhan Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
3. DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA a. Program Pendidikan Menengah, dengan kegiatan: 1) Sosialisasi dan Seleksi Bantuan Beasiswa Mahasiswa 2) Operasional Wajar Pendidikan Menengah 12 tahun
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
RPJPN 2005-2025 mendukung pembangunan nasional.
RPJMN 2015-2019
RPJPD Provinsi Jawa Timur 2005-2025
RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
RPJMD Kota Madiun 2014-2019
75
RENSTRA 2014-2019 khusus untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas Sasaran: Meningkatnya akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat Arah Kebijakan: Peningkatan subsidi pendidikan bagi masyarakat tidak mampu
PROGRAM/KEGIATAN 2014-2019
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
4.7. Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pemerintah Kota Madiun dalam Penanggulangan Kemiskinan PRSE Berdasarkan hasil survey, wawancara dan penelitian terkait dilakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam penanggulangan kemiskinan PRSE di Kota Madiun. 1.
Kekuatan (Strengths) a) Adanya dukungan secara legitimasi baik dari pemerintah pusat, propinsi dan Kota Madiun terhadap program penanggulangan kemiskinan termasuk yang secara khusus ditekankan pada perempuan. Adapun landasan hukum yang menjadi acuan untuk menyusun program penanggulangan kemiskinan, antara lain: - Undang-undang Nomor 13 tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin - Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial - Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial - Peraturan Presiden RI Nomor 166 tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. - Menteri Dalam Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota - Keputusan Walikota Madiun Nomor 050-401.202/39/2011 tanggal 7 Maret 2011 membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Madiun - Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/35/KPTS/013/2015 tentang Tim Pembina Anti Kemiskinan Propinsi Jawa Timur - Peraturan Gubernur Jawa Timue Nomor 21 Tahun tentang Pedoman Umum Dana Bergulir
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
- Peraturan Gubernur Nomor 17 tahun 2011 tentang Pengentasan Kemiskinan Perempuan - Peraturan Daerah Kota Madiun nomor 10 Tahun 2013 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. - Keputusan Walikota Madiun Nomor 28 tahun 2004 dan nomor 12 tahun 2007, tentang Lembaga Keuangan Kelurahan (LKK). b) Pemerintah Kota Madiun sudah mempunyai program bantuan sosial berupa Raskin, Bantuan Langsung Tunai, Jaring Pengaman Sosial dan Bantuan Siswa Miskin. Sedangkan di bidang kesehatan masyarakat Kota Madiun baik yang miskin dan non miskin sudah menikmati Jamkesmasda. Ada pula bantuan yang bersifat non tunai seperti Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdutaskin), Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mengatasi Kemiskinan (PMDMK). Program-program tersebut merupakan program yang dibiayai oleh Pemerintah Kota Madiun atau Pemerintah Propinsi Jawa Timur. c)
Program penanggulangan kemiskinan sudah dilakukan dengan membentuk suatu kelompok kegiatan yang disebut dengan TriBina yang ditekankan pada sektor pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, penyehatan lingkungan dan peningkatan kualitas hidup manusia.
d) Pemberdayaan ekonomi melalui Lembaga Keuangan Kelurahan (LKK) yaitu lembaga keuangan mikro yang dapat diakses oleh keluarga miskin. Dana yang dapat dipinjamkan oleh LKK berkisar antara Rp 500.000,- sampai dengan Rp5.000.000,- dengan jasa berkisar 1% sampai dengan 1,5% tiap bulan dengan jaminan Kartu Keluarga (KK) (Warnaningtyas & Pratiwi, 2015). e) Dampak ekonomi yang positif dari adanya LKK adalah tambahan modal mudah dan cepat, usaha yang dilaksanakan berkembang, meningkatkan pendapatan rumah tangga dan menciptakan pekerjaan atau usaha baru serta dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD) (Warnaningtyas & Pratiwi, 2015). f)
Dampak positif dari Lembaga Keuangan Kelurahan terhadap kehidupan sosial adalah meningkatnya kualitas hidup, rasa bangga terhadap daerah tempat Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
tinggalnya, kesempatan kerja serta masyarakat miskin mempunyai tujuan hidup yang lebih jelas (Warnaningtyas & Pratiwi, 2015). g)
Pemerintah Kota Madiun sudah mempunyai lembaga khusus yang bergerak dalam penanggulangan kemiskinan, yaitu Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK).
h) Pemerintah Kota Madiun sudah memiliki rencana strategi penanggulangan kemiskinan. 2.
Kelemahan (Weaknesses) a) Kinerja TKPK belum optimal karena terbatasnya personal dan seringnya mutasi personal di tingkat SKPD yang masuk dalam TKPK. b) LKK belum optimal karena dampak negatif program LKK terhadap kehidupan ekonomi masyarakat kota madiun adalah usaha yang tidak terencana, peningkatan konsumsi dan beban ekonomi. c)
Dampak negatif program LKK terhadap kehidupan sosial masyarakat kota madiun yaitu dana pinjaman dari LKK tidak digunakan untuk usaha dan tidak sepenuhnya bertanggung jawab terhadap pengembalian pinjaman.
d) Akses permodalan selain LKK masih terbatas. e) Belum ada kebijakan untuk membuka akses si miskin untuk bergabung dalam network non miskin f)
Belum adanya motivasi untuk pemberdayaan masyarakat miskin melalui organisasi sosial yang beranggotakan mereka sendiri.
g)
Kebijakan yang responsif gender belum optimal.
h) Data kemiskinan secara umum dan PRSE untuk akses pelayanan dasar belum lengkap. 3.
Peluang (Opportunities) a) Pertumbuhan ekonomi dari industri kreatif. b) Kewajiban untuk implementasi Sustainable Development Goals. Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
4.
Tantangan (Threaths) a) Gaya hidup konsumtif b) Lapangan kerja yang cenderung terbatas c)
Tingkat inflasi yang fluktuatif
Hasil analisa SWOT dapat digambarkan sebagai berikut: Berdasarkan hasil identifikasi kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan ancaman (T) diatas dapat disusun rencana strategi SO, WO, ST, dan WT. Strategi SO adalah strategi penanggulangan kemiskinan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada. Strategi WO adalah strategi yang digunakan dengan meanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman dalam penanggulangan kemiskinan. Strategi ST digunakan dengan memanfaatkan peluang untuk meminimalkan ancaman yang menghambat pennggulangan kemiskinan. Strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk mencegah atau meminimalkan kelemahan serta ancaman yang menghambat penanggulangan kemiskinan. Tabel 4.26 Analisis SWOT Kekuatan
Peluang
Ancaman
Kelemahan
Strategi SO Strategi WO - Pembangunan - Penguatan Tata kelola UMKM berbasis LKK ekonomi kreatif - Percepatan realisasi - Perlindungan hak responsif gender dasar Lansia PRSE Strategi ST Strategi WT - Pemberdayaan - Pembentukan organisasi UMKM penerima sosial beranggotakan kredit dari LKK masyarakat miskin
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
4.8. Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan PRSE Kemiskinan pada keluarga dengan KK perempuan di Kota Madiun merupakan realitas sosial yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak terkait dengan akar permasalahan pokok (the main cause) kemiskinan pada 5 aspek (kesehatan, pendidikan, perumahan dan lingkungan, lingkungan sosial budaya serta ekonomi) yang suatu ketika akan membentuk kontruksi jaring-jaring yang sulit diputuskan apabila tidak dilakukan intervensi secara komprehensif dari lintas sektor yang terfokus pada 5 aspek yang mempersyaratkan pengarusutamaan gender untuk memastikan bahwa upaya tersebut akan mampu menyentuh setiap aspek determinan kemiskinan keluarga sasaran sehingga target kinerja dapat dicapai. Berdasarkan analisis data dan informasi kuantitatif maupun kualitatif tersebut diatas, setidaknya terdapat empat pilar dalam konsep model pemberdayaan dalam percepatan penanggulangan kemiskinan pada keluarga miskin dan sangat miskin dengan KK perempuan. Pilar pertama : Perencanaan program dan kebijakan yang lebih responsif gender Perencanaan program pembangunan yang responsif gender memperhatikan dan mempersoalkan perbedaan peran dan kesenjangan relasi antara perempuan dan lakilaki. Dengan memperhatikan hal tersebut, dampak pembangunan terhadap kehidupan perempuan dan laki-laki tidak akan berbeda, termasuk pada keluarga miskin dengan KK perempuan (PRSE). Dalam melakukan perencanaan strategi program dan kebijakan yang berorientasi pada pengarusutamaan gender, ketersediaan database kemiskinan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif hendaknya dipilah menurut jenis kelamin dan statistik gender (umur, dll) sehingga kebijakan yang berdasarkan analisis gender dapat dihasilkan. Database digunakan untuk mengidentifikasi keluarga miskin dan keluarga sangat miskin dengan kepala keluarga perempuan (kepala keluarga perempuan usia produktif dan yang sudah bukan usia produktif) karena dibutuhkan perlakuan yang berbeda untuk kelompok tersebut.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Pilar kedua : Peningkatan akses keluarga miskin dengan KK perempuan terhadap pelayanan dasar Perbaikan akses keluarga miskin dengan KK perempuan terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, perubahan dan lingkungan serta pangan dan gizi, selain meningkatkan investasi sumberdaya manusia, secara langsung akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan. Peningkatan akses pendidikan (pendidikan formal maupun non formal) perlu diutamakan dengan fokus pendidikan bagi anggota keluarga (usia 10 -60 th) dan kemampuan baca tulis. Peningkatan akses kesehatan juga harus diperhatikan dengan fokus peningkatan kualitas konsumsi (pangan hewani) serta akses pelayanan tenaga kesehatan. Selain pendidikan dan kesehatan, perbaikan akses perumahan dan lingkungannya yang sehat juga penting dilakukan dengan fokus perbaikan SPAL dan pencahayaan rumah serta wahana terbuka untuk rekreasi. Perbaikan terhadap akses pelayanan dasar tersebut sangat penting untuk peningkatan derajat gizi dan kesehatan pada KK perempuan pra lansia keluarga miskin agar lebih sehat (tidak mudah sakit), terutama penyakit kronis pada saat lansia nanti. Pilar ketiga : Pemberdayaan keluarga miskin dengan KK perempuan Penanggulangan berbasis pemberdayaan bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas keluarga miskin dengan KK perempuan untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan. Sasaran pemberdayaan lebih difokuskan pada kepala keluarga perempuan dengan usia produktif dan lebih ditekankan untuk bantuan ketrampilan (capacity building), akses modal, dan bina lingkungan untuk memperkuat produktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan menabung. Sedangkan keluarga miskin dengan kepala keluarga perempuan berusia tidak produksi (lanjut usia) lebih ditekankan dengan pemberian bantuan sosial untuk memperkecil beban pengeluaran.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Beberapa tahapan yang harus dilalui dalam proses pemberdayaan yaitu (1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri, (2) tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan, ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan, (3) tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian, (Sulistyani, 2004). Pilar keempat: Memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial yang lebih responsif gender Guna menanggulangi semakin besarnya kemungkinan keluarga dengan KK perempuan yang baru menjadi single parent jatuh miskin atau sangat miskin maka perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka agar menjadi tidak miskin. Peran dan relasi gender menyebabkan perempuan mempunyai akses secara fisik, psikologis dan sosial terhadap pelayanan sosial yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu sasaran perlindungan sosial (bantuan sosial) perlu lebih difokuskan untuk keluarga miskin dengan KK perempuan yang bukan usia produktif ditekankan pada bansos. Berdasarkan hasil dan analisa survey diatas, maka bagian ini mengkaji kondisi yang dihadapi PRSE serta program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan saat ini. Kajian pada bagian ini ditujukan dalam menyusun strategi penanggulangan kemiskinan PRSE Kota Madiun yang dilakukan dengan memakai kerangka strategi nasional penanggulangan kemiskinan. 4.9.
Peta Strategi Pemberdayaan PRSE di Kota Madiun Pendekatan dan intervensi pemberdayaan PRSE di kota Madiun dibedakan antara
PRSE usia produktif (< 60tahun) dan usia non produktif (> 60 tahun). PRSE usia non
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
produktif perlu mendapatkan perhatian karena mereka menanggung beban ganda yaitu miskin dan mengalami penuaan. Adapun penyebab beban ganda tersebut meliputi: a. Kemerosotan moral dan pergeseran nilai Anak/sanak keluarga sibuk bekerja sehingga “menganggap”
lansia
merepotkan. b. Psikologis Kurang mendapat perhatian (hanya menjalani hidup rutin seperti makan, tidur), tidak kerasan/ menjadi depresi c. Kemunduran biologis Kemunduran fisik (alat dan organ tubuh) dan munculnya berbagai penyakit karena penuaan (kronis) d. Ekonomi Penuaan menyebabkan berkurangnya produktivitas (ketergantungan pemenuhan kebutuhan) Dalam rangka menanggulangi beban ganda PRSE usia non produktif, pemerintah kota Madiun dapat melakukan intervensi dengan menggunakan model berbasis keluarga, masyarakat, dan lembaga.
Jenis Pendekatan Berbasis keluarga
Berbasis Masyarakat
Tabel 4.27 Contoh Model Intervensi Terhadap PRSE Non Produktif Penjelasan Keluarga wadah penanganan plg baik (sosial, budaya dan agama) Menghilangkan keterasingan, kejenuhan, dan komunikasi sosial
Jenis Intervensi
Kegiatan Kegiatan
Pembekalan pengetahuan dan ketrampilan pemeliharaan cegah penyakit fisik dan mental • Pelayanan sosial: kegiatan kegaama, rekreasi, latihan ketrampilan, kesenian
Pelatihan home care bagi anggota keluarga (relawan)
• Pencegahan
Peran organisasi kemasyarakat di kelurahan dengan : 1) Mendorong adanya Komda Lansia 2) Meningkatkan KIS
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Jenis Pendekatan
Penjelasan
Jenis Intervensi permasalahan kesejahteraan sosial • Pengembangan potensi lanjut usia pd sektor formal maupun informal Dilakukan oleh masyarakat atau organiasi lokal
Kegiatan Kegiatan lembaga terkait Tata cara Pemberdayaan Masyarakat: 1. Merujuk lansia ke tempat layanan : RS, Posyandu Lansia, Dinsos, dll 2. Mengidentifikasi potensi anggota masy/lembaga potensial penyandang dana untuk kegiatan pemberdardayaan 3. Mengumpulkan dan mengelola dana dari berbagai sumber 4. Mengelola dana secara optimal untuk kegiatan pemberdayaan
Berbasis Lembaga
Lembaga yang memberikan penanganan intensif (penyembuhan dan rehabilitasi)
1. Panti Wreda bagi lansia yang tidak mempunyai sanak saudara/ bermasalah sosial 2. Rumah sakit/ PKM (lansia) menyembuh kan berbagai penyaki fisik dan mental
1. Intervensi jk panjang melalui pengembangan infrastruktur dan peningkatan kualitas SDM , terutama yg dikelola masy. 2. SDM dengan fokus Care manager yg perlu dididik dari tenaga keperawatan dan pekerja sosial
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Sedangkan PRSE usia produktif (<60 tahun) baik tergolong sebagai sangat miskin dan miskin jumlahnya relatif lebih sedikit dari PRSE usia non produktif. Namun demikian, pemerintah kota Madiun tetap harus melakukan intervensi terhadap mereka. Hal ini ditujukan agar di masa mendatang kelompok ini tidak terjebak dalam kemiskinan yang berkepanjangan
dan
berdampak
memperbesar
angka
kemiskinan.
Intervensi
pemerintah terhadap kelompok ini difokuskan pada kemandirian secara ekonomi, misalnya dengan bantuan keterampilan, permodalan, dan pengetahuan lainnya yang diperlukan disamping intervensi untuk pemberdayaan lainnya. Berdasarkan hasil analisa SWOT dan Sinkronisasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Nasional, Provinsi Jawa Timur dan Kota Madiun, maka disusunlah strategi penanggulangan kemiskinan PRSE berdasarkan klaster sebagai berikut:
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Tabel 4.28 Strategi Penanggulangan Kemiskinan PRSE Berdasarkan Klaster
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Klaster I:
Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga
Prioritas Sasaran Usia Produktif (< 60 th)
Renstra
Program
Kegiatan
BPM KB DAN KETAHANAN PANGAN 1. Meningkatkan pemahaman tentang kesetaraan gender 2. Merubah pola pikir atau budaya patriarki
BPM KB DAN KETAHANAN PANGAN 1. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan: 2. Program Peningkatan Kualitas Hidup Dan Perlindungan Perempuan dan Anak:
BPM KB DAN KETAHANAN PANGAN 1) Kegiatan Perumusan Kebijakan Perlindungan Perempuan dan Anak 2) Kegiatan Sosialisasi Kesetaraan Gender dan Konvensi Hak Anak 3) Kegiatan Fasilitasi Upaya Perlindungan Perempuan dan Anak Terhadap Tindak Kekerasan DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL: 1) Pembinaan Perintis Kemerdekaan/ keluarganya, Pelestarian Nilainilai kepahlawanan dengan outcome Tertanamnya nilainilai kepahlawanan pada generasi muda.
DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL: 1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
DINAS PEKERJAAN UMUM 1. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Ramah Lansia
Usia Tidak produktif (≥60 th)
Klaster II:
Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis
Usia Produktif (< 60 th)
BPM KB DAN KETAHANAN PANGAN Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui pelatihan/diklat
DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL 1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
DINAS PEKERJAAN UMUM 1) Pembangunan Taman lansia 2) Penyediaan TandaTanda Khusus Lansia pada Fasilitas Umum DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL 1) Pemberdayaan fakir miskin dan potensi sumber kesejahteraan sosial dengan outcome
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Prioritas Sasaran
pemberdayaan masyarakat
Klaster III :
Renstra
Program Kesejahteraan Sosial Lainnya 2. Program Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Usia Tdk produktif (≥60 th)
1. Program Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Usia Produktif
BPM KB DAN KETAHANAN
Kegiatan prosentase PMKS yang tertangani. 1) Pendataan PMKS dan PSKS dan validasi verifikasi data BPJS dengan outcome terlaksanannya pendataan fakir miskin dan data BPJS 2) Pembinanaan WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat) dengan outcome meningkatkan potensi WKSBM. 1) Pengadaan pakaian olahraga lansia dengan outcome meningkatnya kesejahteraan lansia 2) Pemberdayaan pelayanan karang werdha dan kesejahteraan lansia dengan outcome meningkatnya kesejahteraan lansia ; 3) Lomba karang weda tingkat kota dan provinsi dengan outcome terwujudnya kesejahteraan lanjut usia dan tertib administrasi karang werdha.
BPM KB DAN KETAHANAN PANGAN
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil
Prioritas Sasaran
Renstra
(< 60 th)
Program
Kegiatan
PANGAN 1. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan: 2. Program Peningkatan Kualitas Hidup Dan Perlindungan Perempuan dan Anak DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL: 1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
1) Kegiatan Pelatihan Perempuan Dalam Bidang Ekonomi Kreatif dan Pengetahuan 2) Kegiatan Evaluasi Program Terpadu P2WKSS 3) Kegiatan Monitoring Pemberdayaan Perempuan Pengembang Ekonomi Lokal (P3EL) DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL: 1) Pelatihan ketrampilan berusaha bagi keluarga miskin dengan outcome meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan bagi keluarga miskin ; 2) Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin dengan outcome meningkatnya kesejahteraan bagi keluarga miskin
Usia Tidak produktif (≥60 th)
-
DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN PARIWISATA 1. Program Bansos Lansia
DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN PARIWISATA 1) Pemberian Bantuan Kebutuhan Hidup Minimal Lansia. 2) Bantuan Untuk Membuka Dan Mengembangkan Usaha
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Klaster IV:
Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis fasilitas pendukung kualitas hidup
Prioritas Sasaran
Renstra
Usia Produktif (< 60 th)
Usia Tidak produktif (≥60 th)
BPM KB DAN KETAHANAN PANGAN 1. Meningkatkan kualitas hidup perempuan DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL 1. Meningkatkan penanganan masalah kesejahteraan sosial.
Program
Kegiatan
DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA 1. Program Pendidikan Menengah
DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA 1) Sosialisasi dan Seleksi Bantuan Beasiswa Mahasiswa 2) Operasional Wajar Pendidikan Menengah 12 tahun DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL 1) Peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan bagi PMKS dengan outcome meningkatnya penanganan PMKS;
DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL 1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
2) Pengembangan kebijakan tentang akses sarana dan prasarana publik bagi penyandang cacat dan lansia dengan outcome terwujudnya akses sarana dan prasarana publik bagi penyandang cacat dan lansia. DINAS KESEHATAN 1. Program Pengembangan POSYANDU Lansia 2. Program Pengembangan
DINAS KESEHATAN 1) Penyuluhan dan penyebarluasan Informasi Kesehatan Lansia 2) Pemberian Makanan
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Prioritas Sasaran
Renstra
Program Puskesmas Santun Lansia
Kegiatan Tambahan bagi Lansia 3) Pemeriksanaan dan Perawatan Kesehatan Bagi Lansia
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan: 1.
Keluarga miskin dengan KK perempuan (PRSE) sebagian besar (67%) tergolong sangat miskin dan sebagian lainnya (33,0%) miskin. Keluarga sangat miskin memiliki rerata usia KK lebih tua dibanding keluarga miskin dan usia terbukti ada hubungan antara umur KK gakin perempuan dengan tingkat kemiskinan. KK gakin perempuan masih berpendidikan rendah berhubungan dengan jenis pekerjaan di sektor informal atau usaha mikro (skala rumahtangga) sehingga memiliki peluang lebih kecil mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Selain itu adanya kendala modal, kesehatan serta faktor penuaan yang didominasi oleh penyakit kronis menyebabkan KK gakin perempuan dalam posisi kurang menguntungkan dalam mengakses upaya-upaya peningkatan produktivitas dan kecakapan hidup sehingga karenanya terbelenggu (sulit lepas) dari kemiskinan. Kepala keluarga perempuan memiliki tantangan yang lebih besar dalam menciptakan pendapatan bagi keluarganya, apalagi bagi kepala keluarga yang memiliki umur sudah lanjut rentan terhadap perubahan (shock) yang terjadi.
2.
Lima aspek beserta fokusnya yang teridentifikasi menjadi determinan tingkat kemiskinan pada keluarga miskin dengan kepala keluarga perempuan (PRSE). Lima aspek tersebut adalah: Aspek kesehatan (fokus: peningkatan kualitas konsumsi, dan akses pelayanan nakes); Aspek pendidikan (fokus: peningkatan pendidikan KK dan anggota keluarga (6-18 th) serta kemampuan baca tulis); Aspek perumahan dan lingkungan (fokus rumah sehat dengan ketersediaan SPAL); Aspek Sosial
(fokus: peningkatan keterlibatan dalam kegiatan
masyarakat dan organisasi masyarakat) dan Aspek Ekonomi (fokus: Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
peningkatan pendapatan, pengelolaan keuangan keluarga, kepemilikan aset dan tabungan serta akses sarana transpotasi dan rekreasi). Strategi pemberdayaan dalam penanggulangan kemiskinan keluarga dengan KK perempuan di Kota Madiun harus bertumpu pada lima aspek tersebut. 3.
Program penanggulangan kemiskinan di Kota Madiun sudah cukup intensif dan memperoleh respon yang baik oleh masyarakat miskin sasaran. Namun berbagai kendala masih ditemukan dilapangan, diantaranya keberlangsungan program dan masalah sinkronisasi antar SKPD terkait sehingga masih sering terjadi tumpang tindih antara tupoksi unit pemerintahan secara horizontal maupun vertikal. Penanggulangan kemiskinan yang saat ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Madiun mencakup tiga aspek (TriBina) yaitu aspek manusia (capacity building SDM), aspek permodalan (ekonomi produktif) serta aspek lingkungan. Program yang paling dibutuhkan adalah program yang bermanfaat/dampak dirasakan langsung (seperti BLT, Raskin, Jankesmas, dll) terutama untuk PRSE yang berusia lansia, sedangkan pemberdayaan PRSE yang berusia produktif dilakukan dengan memberikan pelatihan yang sederhana namun cepat dalam menghasilkan pendapatan (misalnya: usaha kuliner dan jahit menjahit).
4.
Program khusus untuk pemberdayaan PRSE belum optimal dilaksanakan oleh SKPD terkait. Hal ini dapat disebabkan karena (1) belum adanya database yang memilah Gakin miskin dengan KK perempuan yang update; (2) terbatasnya
SDM
operasional
serta;
(3)
belum
ada
payung
kebijakan/peraturan khusus. 5.
Strategi dan kebijakan pemberdayaan dalam penanggulangan kemiskinan dengan
tujuan
meningkatkan
kesejahteraan
dan
kesetaraan
dalam
masyarakat bagi kaum PRSE dengan sasaran: 1) Meningkatkan hak resmi yang tidak diskriminatif diantara kaum PRSE; 2) Meningkatkan hak ekonomi PRSE dan 3) Pemenuhan hak kebutuhan dasar hidup layak kaum PRSE.
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
6.
Konsep model pemberdayaan dalam percepatan penanggulangan kemiskinan pada keluarga miskin dan sangat miskin dengan KK perempuan ditujukan untuk memutus jaring-jaring konstruksi kemiskinan struktural dan kultural.
5.2
Rekomendasi 1.
Perlunya basis perencanaan dan penganggaran program dan kebijakan yang mengarusutamaan gender. Oleh sebab itu dibutuhkan database yang terkait kemiskinan.
2.
Menyusun Indeks Kemiskinan Dinamis Kota Madiun dan mengaplikasikan dalam sistem informasi untuk membuat perencanaan dan kebijakan terpadu dalam mengatasi kemiskinan berdasarkan determinan kemiskinan
3.
Perlunya sinkronisasi dan fasilitasi koordinasi SKPD terkait untuk mengindari tumpang tindih tupoksi dalam pengelolaan program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif.
4.
Evaluasi kebijakan strategis di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi saat ini untuk menentukan kekurangan sensitifitas dan efektivitas dalam pemberdayaan keluarga miskin dan perempuan (PRSE)
5.
Pentingnya kebijakan publik yang berlandaskan pengarusutamaan gender dengan fokus pemberdayaan kaum PRSE.
6.
-
RPJMD yang ramah gender
-
Perencanaan dan penganggaran yang responsif gender
Perlunya menyusun Peraturan Daerah terkait dengan kesejahteraan PRSE dan Lanjut Usia.
7.
Perlunya penguatan dasar hukum Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
93
LAPORAN AKHIR
KAJIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Madiun, 2014 Basuki, Hari, Annis Catur Adi dan Fariani Syahrul. 2014. Laporan Kemiskinan Dinamis Kota Surabaya, Bapemas Kota Surabaya-FKM Unair. beritasatu.com. http://www.tnp2k.go.id/ Oyen, Else. 2004. Poverty Production: A Different approach to poverty understanding in advances Sociological knowledge, pp 299-315. Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2011. Identifikasi faktor penyebab kemiskinan di Kota Semarang dari dimensi kultural. Jurnal Ekonomi Pembangunan vol. 12 no. 1 (pp 28-44) RPJPN 2005-2025 RPJMN 2015-2019 RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019 RPJMD Kota Madiun 2014-2019 Sen, Amartya. 2005. Human rights and capabilities. Journal of Human Development. 6 (2) pp 66-151 Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan model-model pemberdayaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Warnaningtyas, Hartirini & Dian Pratiwi. 2015. Analisa dampak program lembaga keuangan kelurahan (LKK) terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Madiun. Ekomaks, volume 4 no. 1 (pp 63-80) World Bank, 2013
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNIVERSITAS AIRLANGGA
94