Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat secara luas terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan anggaran pembangunan maupun anggaran untuk operasional kedinasan. TAP MPR Nomor XI Tahun 1998 dan Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN, memberikan penekanan bahwa setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kinerja atau hasil akhirnya kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tindaklanjut adanya ketetapan tersebut kemudian presiden mengeluarkan Inpres No.7 Tahun 1999 yang kemudian dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disebut SAKIP merupakan suatu sistem manajemen strategis yang prosesnya membentuk siklus yang dimulai dari proses penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi yang akan dicapai yang ditetapkan dalam suatu rencana strategis jangka menengah. Rencana Strategis tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut kedalam Rencana Kinerja Tahunan, dan ditetapkan komitmennya dalam Penetapan Kinerja. Selama tahun berjalan dilakukan pengumpulan data dan pengukuran serta evaluasi atas kinerja yang selanjutnya dilaporkan dalam laporan kinerja atau Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Metode penyusunan LAKIP telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.29 Tahun 2010, tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Instansi Pemerintah. Terkait dengan adanya KepmenPAN dan RB dimaksud maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat telah menyusun LAKIP tahun 2011 sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan serta jajarannya secara berjenjang dan menjadi kewajiban sebuah instansi dalam mengalokasikan anggaran negara. Sebagai tindaklanjut atas ditetapkannya Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, telah ditetapkan Permentan No.56/Permentan/OT.140/9/2011 tanggal 28 September 2011 tentang rincian tugas pekerjaan Eselon IV Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura. Berdasarkan Permentan tersebut tugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
budidaya dan pascapanen tanaman sayuran dan tanaman obat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya dan pascapanen tanaman sayuran buah, daun dan umbi serta tanaman obat dan jamur. 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya dan pascapanen tanaman sayuran buah, daun, dan umbi serta tanaman obat dan jamur. 3. Penyusunan norma, standar; prosedur, dan kriteria di bidang budidaya dan pascapanen tanaman sayuran buah, daun, dan umbi serta tanaman obat dan jamur. 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman sayuran buah, daun, dan umbi serta tanaman obat dan jamur. 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Susunan organisasi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5.
Subdirektorat Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi. Subdirektorat Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi. Subdirektorat Budidaya Tanaman Obat dan Jamur. Subdirektorat Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur. Subbagian Tata Usaha.
Masing-masing subdirektorat didukung oleh seksi-seksi, yaitu: 1. Subdirektorat budidaya, didukung oleh Seksi Teknologi dan Seksi Bimbingan Usaha. 2. Subdirektorat pascapanen, didukung oleh Seksi Teknologi dan Seksi Sarana. Adapun tugas masing-masing seksi, adalah: 1. Seksi Teknologi mempunyai tugas dan fungsi yaitu; penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat; 2. Seksi Bimbingan Usaha mempunyai tugas dan fungsi yaitu; penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bimbingan usaha budidaya sayuran dan tanaman obat; 3. Seksi Sarana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana pascapanen sayuran dan tanaman obat;
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
Sedangkan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas dan fungsi yaitu; melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumahtangga dan surat menyurat serta kearsipan direktorat. Pembangunan hortikultura tahun 2011 merupakan bagian dari Perencanaan Strategis tahun 2011 - 2014 yang telah menyelaraskan dengan adanya Reformasi Perencanaan dan Penganggaran dimana setiap Eselon II hanya memiliki satu (1) program. Program di Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat adalah Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan. Dalam implementasinya juga telah dilakukan perumusan pernyataan Penetapan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Dengan adanya reformasi perencanaan dan penganggaran ini seharusnya menjadi hal yang baik sehingga kinerja setiap Unit Eselon II akan lebih fokus dan lebih terarah.
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi kinerja. Komponen perencanaan kinerja meliputi; a) Indikator Kinerja Utama (IKU), b) Rencana Strategis (Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang dituangkan dalam Penetapan Kinerja (PK). A. Indikator Kinerja Utama (IKU) Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat mengacu pada Indikator Kinerja Utama dari Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2011 yang telah ditetapkan dan menjadi Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1185/Kpts/OT.140/3/2010 tentang penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkup Kementerian Pertanian Tahun 2011– 2014 dan dokumen resmi Terlampir. Adapun Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat disajikan dalam Tabel berikut. Tabel 1.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2011
Sasaran Meningkatnya produksi,produktivi tas dan mutu produk sayur bermutu dan tanaman obat yang cukup dan aman konsumsi serta berkelanjutan
Uraian
Sumber Data
1. Produksi Sayur (Ton) Direktorat Budidaya dan laju pertumbuhan Tanaman Sayuran dan Tanaman sayuran dan Biofarmaka tanaman obat (%) BPS Pusat Data dan Informasi Pertanian 2. Laju peningkatan Direktorat Budidaya produktivitas lahan Tanaman Sayuran dan usaha tanaman sayur Biofarmaka dan tanaman BPS obat(mengajukan Pusat Data dan registrasi) Informasi Pertanian 3. Proporsi tanaman Direktorat Budidaya sayur dan tanaman Tanaman Sayuran dan obat bermutu di pasar Biofarmaka
4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011 4. Ketersediaan produk Direktorat Budidaya sayuran utama Tanaman Sayuran dan sepanjang tahun Biofarmaka 5. Jumlah dan jenis pedoman umum, pedoman teknis, leaflet
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Biro Hukum dan Humas
6. Intensitas pembinaan Direktorat Budidaya pengembangan Tanaman Sayuran dan kawasan Biofarmaka 7. Jumlah pertemuan Direktorat Budidaya teknis workshop/ Tanaman Sayuran dan Seminar/rapat(intern Biofarmaka al,eksternal) Sumber : Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010
B. Rencana Strategis Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat 2011-2014 adalah dokumen perencanaan yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran utama dan sasaran strategis, arah kebijakan, strategi pencapaian, program dan kegiatan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat pada periode 2011-2014 yang diarahkan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, selaras dengan kebijakan Kementerian Pertanian. Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat ditujukan untuk dimanfaatkan sebagai panduan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sayuran dan tanaman obat periode 2011–2014 oleh semua pemangku kepentingan yang terkait dengan pembangunan sayuran dan tanaman obat. Dalam penyusunannya, dilakukan melalui analisis strategis atas potensi, permasalahan dan tantangan dengan memperhatikan isu aktual terkait bidang sayuran dan tanaman obat dimasa sekarang dan kecenderungannya dimasa mendatang. Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat merupakan penjabaran dari Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura. Dokumen ini selanjutnya diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi unit kerja di lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat serta mitra kerja di propinsi maupun kabupaten/kota yang pada gilirannya memberi nilai tambah bagi petani sayuran dan tanaman obat Indonesia. Renstra ini juga dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari matriks kinerja program dan kegiatan, matriks pendanaan
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut, serta sasaran produksi komoditas utama sayuran dan tanaman obat 2011–2014. 1. Visi dan Misi Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis, maka visi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2011– 2014 adalah: ”Terwujudnya sistem produksi dan distribusi sayuran dan tanaman obat industrial yang efisien, berdaya saing dan berkelanjutan serta menghasilkan produk yang bermutu dan aman konsumsi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dan ekspor”. Untuk mencapai visi tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu : a. Mewujudkan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat yang berkelanjutan, efisien, berbasis IPTEK dan sumber daya lokal serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan agribisnis. b. Mewujudkan ketersediaan sarana produksi secara tepat. c. Meningkatkan penerapan teknik budidaya dan pasca panen yang baik dan ramah lingkungan. d. Menjadikan sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan yang profesional. e. Mewujudkan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan segar asal sayuran dan tanaman obat. f. Mendorong terciptanya kebijakan dan regulasi untuk pengembangan agribisnis sayuran dan tanaman obat serta meningkatnya investasi sayuran dan tanaman obat. g. Mendorong terwujudnya infrastruktur kawasan dan sistem distribusi sayuran dan tanaman obat. h. Mendorong terbinanya sistem penyuluhan, sistem informasi teknologi, pembiayaan dan pelayanan lainnya. i. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas sayuran dan tanaman obat yang transparan, jujur dan berkeadilan. 2. Tujuan dan Sasaran Strategis Tujuan pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2011-2014 adalah: a. Meningkatkan sistem produksi sayuran dan tanaman obat yang ramah lingkungan. b. Meningkatkan ketersediaan produk sayuran dan tanaman obat bermutu dan aman konsumsi.
6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
c.
Meningkatkan daya saing produk sayuran dan tanaman obat di pasar domestik maupun internasional.
d. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Mengacu kepada Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 20112014, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat pada periode yang sama menetapkan target utama yaitu: a. Peningkatan produksi dan Mutu Sayuran dan Tanaman Obat tahun 2011-2014 Rata-rata peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat selama periode 2011-2014 yaitu: 1) Sayuran: 3,44%. 2) Tanaman obat: 3,95%. b. Peningkatan diversifikasi pangan Melalui diversifikasi pangan dan gizi, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat akan memberikan kontribusinya dalam bentuk peningkatan penyediaan produk hortikultura (sayuran dan tanaman obat), baik sebagai sumber karbohidrat maupun sumber vitamin, mineral, serat dan antioksidan, melalui peningkatan produksi dan mutu. Sasaran Pola Pangan Harapan tahun 2011 ditargetkan mencapai 5,2 dan ratarata peningkatan konsumsi sayuran perkapita pertahun selama periode 2011-2014 sebesar 2,5%. c.
Peningkatan nilai tambah, daya saing ekspor produk sayuran dan tanaman obat Peningkatan daya saing difokuskan pada peningkatan mutu dan produktifitas lahan usaha sayuran dan tanaman obat untuk menghasilkan produk sayuran dan tanaman obat yang bermutu, aman konsumsi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Indikator utama dari rencana aksi peningkatan daya saing produk sayuran dan tanaman obat adalah meningkatnya jumlah registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat rata-rata 5% selama periode tahun 2011-2014.
d. Peningkatan kesejahteraan petani Peningkatan Kesejahteraan Petani yang berbasiskan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) dan Penggerak Membangun Desa (PMD) bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Target peningkatan kesejahteraan petani tidak terlepas dari keberhasilan usaha agribisnis yang dilaksanakannya, sehingga
7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
diperlukan dukungan para champion, dan penyuluh swakarsa yang menjadi penggerak usaha agribisnis sayuran dan tanaman obat. Dukungan lain yang diperlukan adalah dari sektor swasta seperti pekebun sebagai inti dari plasma petani, pemasar termasuk retailer, eksportir dan industri, yang diharapkan dapat membantu petani dalam meningkatkan insentif usahatani melalui penguatan dan pemberdayaan rantai pasok, serta adanya investasi. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat, maka sasaran strategis tahun 2011-2014 adalah “Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk sayuran dan tanaman obat yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan”. Indikator dari sasaran strategis dapat dilihat dalam Tabel berikut: Tabel 2. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2011 NO 1 a b 2 3. -
Indikator Kinerja Produksi dan Laju pertumbuhan produksi Produksi Sayuran Tanaman Obat (Biofarmaka )
Satuan
ton kg
11.133.200 435.688.100
% % % %
3,99 4,00 4,00 4,38
Lahan usaha
312
Kelompok
239
Unit
244
Rata-rata laju pertumbuhan produk Sayuran Temulawak Tanaman Rimpang Lainnya Total Tanaman Non Rimpang Perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat Registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat SL GAP sayuran dan tanaman obat Perbaikan mutu pengelolaan pasca panen sayuran dan tanaman obat Sarana dan Prasarana Pascapanen
Target
3. Arah Kebijakan, Strategi dan Program Arah kebijakan pengembangan sayuran dan tanaman obat diselaraskan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, sebagai berikut: a. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk sayuran dan tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri (konsumsi, industri dan substitusi impor) dan meningkatkan ekspor melalui penerapan GAP/GHP/SOP, penerapan PHT,
8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
perbaikan lahan usaha, penerapan teknologi penggunaan benih bermutu varietas unggul.
maju,
dan
b. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk sayuran dan tanaman obat melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur serta sarana budidaya dan pasca panen sayuran dan tanaman obat. c.
Pemberdayaan petani/pelaku usaha hortikultura melalui bantuan sarana, sekolah lapang, magang, studi banding dan pendampingan.
d. Penguatan akses petani/pelaku usaha sayuran dan tanaman obat terhadap teknologi maju antara lain kultur jaringan, rekayasa genetik, somatik embrio genetik, nano teknologi dan teknologi pascapanen serta pengolahan hasil. e. Penguatan akses petani/pelaku usaha sayuran dan tanaman obat terhadap pasar modern, pasar ekspor melalui pembenahan manajemen rantai pasokan, pembenahan rantai pendingin, kemitraan usaha. f.
Penguatan akses petani/pelaku usaha sayuran dan tanaman obat terhadap permodalan berbunga rendah seperti: skim kredit bersubsidi misalnya: KKPE, skim kredit penjaminan misalnya: KUR, hibah perusahaan/BUMN misalnya: PKBL/CSR serta bantuan sosial dari pemerintah seperti PUAP, LM3 dan PMD.
g. Mendorong investasi sayuran dan tanaman obat melalui fasilitasi investasi terpadu, promosi baik di dalam maupun di luar negeri dan dukungan iklim usaha yang kondusif melalui pengembangan dan penyempurnaan regulasi. h. Pembangunan dan pengutuhan kawasan sayuran dan tanaman obat yang direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi terkait. i.
Promosi dan kampanye meningkatkan konsumsi buah dan sayur dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang ditetapkan oleh FAO.
j.
Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan secara terpadu melalui pengembangan SLPHT, pengembangan agen hayati, mitigasi dampak iklim.
k. Penanganan pascapanen yang berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industri untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing. l.
Berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk sayuran dan tanaman obat di pasar internasional melalui pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk dan
9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
mendorong perlindungan internasional.
tarif
dan
m. Peningkatan promosi citra petani menumbuhkan minat generasi muda agribisnis hortikultura.
non
tarif
perdagangan
dan pertanian guna menjadi wirausahawan
n. Pengembangan kelembagaan yang dapat membantu petani/pelaku usaha dalam mengakselerasi pertumbuhan agribisnis sayuran dan tanaman obat. o. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel, transparan, disiplin anggaran, efisien dan efektif, dan optimal dalam pencapaian indikator kinerja. p. Peningkatan sumberdaya dengan pengelolaan sumberdaya yang bijaksana, efektif dan efisien yang dilakukan melalui pengendalian teknis dan administrasi pelaksanaan program/proyek, sosialisasi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan yang mengacu kepada prinsip-prinsip akuntabilitas. Sejalan dengan strategi Kementerian Pertanian selama periode 20112014 yaitu “Tujuh Gema Revitalisasi”, maka strategi pengembangan sayuran dan tanaman obat meliputi: a. Pengembangan Kawasan 1) Pengembangan kawasan komoditas unggulan nasional dan daerah. 2) Pengembangan kawasan perkotaan. b. Perbaikan Mutu Produk melalui Penanganan Pascapanen 1) Penyediaan sarana dan prasarana pascapanen. 2) Pendampingan penerapan GHP. c.
Peningkatan Kapabilitas Sumber Daya Manusia 1) Pelaksanaan sekolah lapang untuk menerapkan PHT, GAP, GHP dan SOP budidaya dan pasca panen sayuran dan tanaman obat. 2) Pelaksanaan magang dan studi banding untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman untuk petani di daerah sedang berkembang ke kawasan sayuran dan tanaman obat yang sudah maju. 3) Pengembangan pola pendampingan yang dilakukan oleh petugas lapang/champion/akademisi/petani maju/peneliti dalam hal pengembangan bisnis sayuran dan tanaman obat.
d. Akselerasi Akses Pembiayaan dan Kemitraan 1) Mengkonsolidasikan berbagai sumber pembiayaan seperti BUMN, BUMD, dan lembaga perbankan serta lembaga pembiayaan lainnya untuk dapat menyalurkan sumber
10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
pembiayaan yang dimiliki sayuran dan tanaman obat.
bagi
pengembangan
kawasan
2) Mendorong mitra usaha sebagai penjamin kredit atau avalis, 3) Mendorong pemerintah daerah untuk mengalokasikan dana APBD bagi pengembangan sayuran dan tanaman obat. 4) Menfasilitasi dana bantuan sosial melalui PUAP, LM3, PMD dan bansos lainnya. e. Penguatan Kelembagaan 1) Memfasilitasi tumbuh kembangnya kelompok tani, Gapoktan, Asosiasi, Perhimpunan, lembaga pengembangan sayuran dan tanaman obat. 2) Mengembangkan wadah bagi masyarakat, praktisi, pakar dan pemerintah dalam bentuk Konsorsium untuk pengembangan industri sayuran dan tanaman obat. 3) Penguatan akses petani/pelaku usaha sayuran dan tanaman obat terhadap teknologi maju antara lain kultur jaringan, rekayasa genetik, somatik embrio genetik, nano teknologi dan teknologi pascapanen serta pengolahan hasil. 4) Pemberdayaan perempuan perkotaan melalui Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Sasaran GPOP adalah berkembangnya kelompok wanita hortikultura (berbasis kelompok PKK) di perkotaan untuk budidaya tanaman hortikultura. C. Rencana Kinerja Tahunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat pada tahun 2011 sudah disusun, dan sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2011 telah disesuaikan dengan sasaran strategis pada Rencana Strategis 2011-2014, yang sejalan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Penetapan Kinerja (PK) yang telah disepakati di tingkat Direktorat Jenderal Hortikultura. Dalam rencana kinerja tersebut dipakai target-target sasaran yang akan dijadikan ukuran tingkat pencapaiannya. Rencana tingkat capaian sasaran Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat pada tahun 2011 dijabarkan dengan indikator sebagai berikut, sedangkan dokumen asli atau resmi RKT dapat dilihat pada Lampiran.
11
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
Tabel 3.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2011
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
(1) Meningkatnya luas 1. areal dan perbaikan pengelolaan lahan 2. usaha tanaman sayuran dan tanaman obat 3.
(2) Pengembangan kawasan tanaman sayuran dan tanaman obat (Ha)
(3) 912
Pengembangan registrasi lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat (LU)
312
Perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat/SL GAP (Klp)
239
4.
Perbaikan mutu pengelolaan pasca panen tanaman sayuran dan tanaman obat (unit)
244
5.
Pengembangan registrasi packing house (Packing House)
8
6.
Peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat (lembaga)
344
7.
Peningkatan mutu pembinaan untuk kegiatan pengembangan produksi tanaman sayuran dan tanaman obat
a. Layanan kantor (bln)
12
b. Pertemuan/sosialisasi/Identifikasi/p embinaan/workshop (kali) c. Peningkatan petugas/petani (orang)
Rencana
Kinerja
kapabilitas
552 1196
d. Pedoman-pedoman (buku)
594
e. Pemasyarakatan/promosi (kali)
120
f. Pembinaan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat (Kab./kota)
156
Tahunan
ini
selanjutnya
telah
ditetapkan
sebagai
perjanjian kinerja yang merupakan dokumen kesepakatan antara Direktur Jenderal Hortikultura dengan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat sebagaimana Terlampir.
12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Dalam tahun anggaran 2011, Direktorat Budiddaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat telah menetapkan satu (1) sasaran strategis yang akan dicapai. Sasaran strategis tersebut selanjutnya diukur dengan tujuh (7) indikator kinerja. Realisasi sampai akhir tahun 2011 menunjukkan bahwa sasaran strategis telah dapat dicapai dengan hasil baik. A. Pengukuran Kinerja Untuk melihat sejauh mana realisasi pencapaian kinerja yang telah difasilitasi melalui APBN maka perlu diukur target yang telah ditetapkan. Target yang dimaksud adalah target yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja sesuai dengan pengalokasian anggaran dan telah disetujui oleh pejabat-pejabat yang bertanggungjawab secara berjenjang. Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat tahun 2011 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Secara keseluruhan capaian kinerja tahunan 2011 mengacu kepada penetapan kinerja yang telah ditandatangani adalah 168,82%. Realisasi pencapaian target penetapan kinerja tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4.
Pengukuran Kinerja Pembangunan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2011 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
Sasaran Strategis Meningkatnya luas areal dan perbaikan pengelolaan lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
%
1.
Pengembangan kawasan tanaman sayuran dan tanaman obat (Ha)
912
915.5
100,38
2.
Pengembangan registrasi lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat (LU)
312
539
172,76
3.
Perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat/SL GAP (Klp)
239
412
172,38
13
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011 Sasaran Strategis Meningkatnya luas areal dan perbaikan pengelolaan lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
%
4.
Perbaikan mutu pengelolaan pasca panen tanaman sayuran dan tanaman obat (unit)
244
774
317,21
5.
Pengembangan registrasi packing house (Packing House)
8
10
125,00
6.
Peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat (lembaga)
344
475
138,08
7.
Peningkatan mutu pembinaan untuk kegiatan pengembangan produksi tanaman sayuran dan tanaman obat melalui:
a.
Layanan kantor (bln)
b.
Pertemuan/sosialisasi/I dentifikasi/pembinaan/ workshop (kali)
c.
Peningkatan kapabilitas petugas/petani (orang)
d.
158,80
12
12
100,00
552
570
103,26
1196
4411
368,81
Pedoman-pedoman (buku)
594
621
104,55
e.
Pemasyarakatan/promo si (kali)
120
127
105,83
f.
Pembinaan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat (Kab./kota)
156
247
158,33
Rata-rata = 168,82 %
Dilihat dari hasil tabel indikator kinerja, kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat tahun 2011 secara umum menunjukkan hasil yang memuaskan dan telah mencapai keberhasilan sebagaimana telah ditetapkan pada tahun 2010.
14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
B. Analisis Pencapaian Kinerja Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2011 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat dapat dijelaskan sebagai berikut: Untuk mencapai sasaran meningkatnya luas areal dan perbaikan pengelolaan lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat tersebut, diukur dengan 7 indikator kinerja. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2011 telah tercapai. Sasaran ini dicapai melalui tujuh (7) program yaitu program pengembangan kawasan, program pengembangan registrasi lahan usaha, program perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha, program perbaikan mutu pengelolaan pascapanen, program pengembangan registrasi packing house, program peningkatan jumlah kelembagaan usaha dan program peningkatan mutu, yang keseluruhannya dilaksanakan dengan berbagai kegiatan, dengan rincian sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Kawasan Program ini telah mencapai target dari 912 ha terealisasi sebesar 915,5 ha (tercapai 100,38%). Adapun kegiatan utama yang mendukung program ini adalah: a. Pengembangan kawasan sayuran, berupa perjalanan bimbingan penerapan serta monitoring pengembangan kawasan sayuran pada daerah sentra produksi dengan jumlah 30 OP, diantaranya: Sukabumi, Bandung, Majalengka, Purwakarta, Brebes, Tegal, Solo, Probolinggo, Lumajang, Surabaya, Banjarmasin, Mataram, Lombok Timur sehingga dengan kegiatan ini dapat memantau kegiatan APBN Direktorat Jenderal Hortikultura baik berupa Dana Tugas Pembantuan di kabupaten maupun Dekonsentrasi di provinsi, khususnya dalam pengembangan kawasan sayuran. b. Bimbingan Pengembangan Sayuran Organik, berupa perjalanan pembinaan dan bimbingan penerapan serta monitoring pengembangan sayuran organik pada daerah sentra poduksi dengan jumlah 16 OP, yaitu: Tasikmalaya, Ciamis, Medan, Surabaya, Bogor, Bandung, Pontianak, Brebes, Tegal dan Cianjur. c. Pembinaan Kawasan Tanaman Obat dan Jamur, berupa perjalanan pembinaan dan bimbingan kawasan obat di daerah sentra produksi dengan jumlah 35 OP yaitu: Ciamis, Surabaya, Bengkulu, Purwakarta, Semarang, Purworejo, Wonosobo, Serang, Jambi, Pekanbaru, Pontianak, Cirebon, Subang, Indramayu, Bandung, Solo, Yogyakarta, Tasikmalaya dan perjalanan luar negeri sebanyak 2 OP untuk menghadiri kerjasama internasional yaitu: Malaysia dan Thailand. d. Bimbingan dan Pembinaan Model Pengembangan Pekarangan, berupa perjalanan bimbingan dan pembinaan model pengembangan
15
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
pekarangan yang bertujuan untuk peningkatan ketersediaan pangan dari pekarangan sendiri dengan jumlah 17 OP, diantaranya: Bandung, Palembang, Serang, Tangerang Selatan, Bogor, Makasar, Bandar Lampung, dan Ternate. 2. Program Pengembangan Registrasi Lahan Usaha Program ini telah mencapai target dari 312 Lahan Usaha terealisasi sebanyak 539 Lahan Usaha (tercapai 172,76%). Adapun kegiatan utama yang mendukung program ini adalah: a. Pembinaan penerapan GAP/SOP sayuran, berupa (1) kegiatan perjalanan pembinanan pendampingan penerapan GAP/SOP bagi petugas pembina tanaman sayuran dan tanaman obat di daerah sentra produksi dengan jumlah 16 OP, diantaranya : Banjarmasin, Wonosobo, Yogyakarta, Jambi, Kerinci, Padang, Bogor, Medan, Bandung, Garut, Indramayu dan Tasikmalaya, (2) perbanyakan buku tata cara penerapan dan registrasi kebun dan lahan usaha dalam budidaya buah dan sayur yang baik sebanyak 400 eksemplar dan (3) perjalanan luarnegeri sebanyak 3 OP dalam rangka menghadiri kerjasama internasional yaitu: Malaysia dan Thailand. b. Bimbingan dan Pembinaan Registrasi Lahan Usaha Sayuran, berupa perjalanan pembinaan dan bimbingan registrasi lahan usaha sayuran yang ditujukan untuk melakukan perjalanan pembinaan pendampingan registrasi lahan usaha sayuran pada daerah sentra produksi dengan jumlah 25 OP, diantaranya: Pekanbaru, Makasar, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Cianjur, Ponorogo, Brebes, Tegal, Bogor, Bandung, Lampung, Manado, Surabaya dan Kendari. c. Pembinaan dan Bimbingan Registrasi Lahan Usaha Tanaman Obat dan Jamur, berupa perjalanan bimbingan dan pembinaan registrasi lahan usaha tanaman obat dan jamur pada daerah sentra produksi dengan jumlah 28 OP, diantaranya: Jambi, Kerinci, Padang, Indramayu, Bandung Barat, Bandung, Bogor, Malang, Yogyakarta, Wonosobo, Bandar Lampung, Purworejo, Magelang, Subang, Cirebon, Purwakarta, Sukabumi, dan Semarang. d. Identifikasi dan Validasi Lahan Usaha Tanaman Sayuran, berupa perjalanan dalam rangka identifikasi dan pembinaan registrasi lahan usaha sayuran di daerah sentra sayuran dengan jumlah 27 OP, yaitu: Makasar, Bandung, Yogyakarta, Tegal, Brebes, Bogor, Tasikmalaya, Kalimantan Tengah, Banten, Medan, Aceh, Pekanbaru dan Denpasar. e. Identifikasi dan Pembinaan Registrasi Lahan Usaha Tanaman Obat dan Jamur, berupa perjalanan dalam rangka identifikasi dan pembinaan registrasi lahan usaha tanaman obat dan jamur di daerah sentra produksi dengan jumlah 20 OP, yaitu: Purwakarta,
16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
Karawang, Subang, Solo, Bogor, Semarang, Mataram, Purworejo, Serang, Bandung, Yogyakarta, Depok, Karanganyar, Temanggung, Sukabumi, Mataram. 3. Program Perbaikan Mutu Pengelolaan Lahan Usaha Program ini telah mencapai target dari 239 kelompok terealisasi sebanyak 412 kelompok (tercapai 172,38%). Adapun kegiatan yang mendukung program ini adalah: kegiatan sekolah lapang yang dilaksanakan berupa praktek sekolah lapang penerapan GAP sesuai dengan urutan dalam SOP komoditas spesifik lokasi yang telah dibuat di masing-masing daerah sentra produksi. Kegiatan Sekolah Lapang (SL) ini berkaitan dengan kegiatan lain yaitu penyusunan panduan SL, panduan PL, TOT PL1 di pusat, TOT PL2 di Provinsi dan kegiatan pendukung lain berupa buku SOP spesifik lokasi dan pendampingan/pembinaan. Sekolah lapang ini dilaksanakan tersebar pada kawasan inisiasi 27 Dinas Provinsi, yang dibiayai dari dana APBN Direktorat Jenderal Hortikultura baik berupa Dana Tugas Pembantuan (TP) atau Dana Dekonsentrasi. 4. Program Perbaikan Mutu Pengelolaan Pascapanen Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat (Unit) Program ini telah mencapai target dari 244 unit terealisasi sebanyak 774 unit (tercapai 317,21%). Adapun kegiatan utama yang mendukung program ini adalah: a. Pembinaan Penerapan GHP, berupa perjalanan dalam rangka sosialisasi dan pembinaan penerapan GHP Sayuran dan Tanaman Obat di daerah sentra dengan jumlah 39 OP, yaitu: Ciamis, Palembang, Semarang, Bandung, Bogor, Yogyakarta, Tangerang, Purwakarta, Solo, Malang, Pontianak, Denpasar, Purworejo, Klaten, Wonogiri, Pacitan, Indramayu dan Cirebon. Perjalanan luar negeri sebanyak 2 OP dalam rangka menghadiri kerjasama internasional yaitu: Thailand. b. Sosialisasi Model Pengembangan Cool Chain Storage, berupa perjalanan pembinaan model Cool Chain Storage ke daerah sentra produksi dengan jumlah 24 OP, yaitu: Makasar, Indramayu, Cianjur, Yogyakarta, Lembang, Cimahi, Medan, Bogor, Majalengka, Gorontalo, Bandung, Jambi dan Semarang. 5. Program Pengembangan Registrasi Packing House Program ini telah mencapai target dari 8 packing house terealisasi sebanyak 10 packing house (tercapai 125%). Adapun kegiatannya adalah: pembinaan Packing House Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur berupa perjalanan dalam rangka bimbingan dan pembinaan packing house ke beberapa daerah sentra produksi dengan jumlah 30 OP, yaitu: Semarang, Karanganyar, Bonyolali, Bandung, Garut,
17
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
Majalengka, Tasikmalaya, Surabaya, Mataram, Lembang, Tangerang, Manado, Bengkulu, Karawang, Agam, Makasar, Tanjung Pinang dan Batam. 6. Program Peningkatan Jumlah Kelembagaan Usaha Program ini telah mencapai target dari 344 lembaga terealisasi sebanyak 475 lembaga usaha tanaman sayuran dan tanaman obat (tercapai 138,08 %). Adapun kegiatan yang mendukung program ini adalah: a. Pembinaan dan Pendampingan Kelembagaan Pembiayaan, berupa perjalanan bimbingan dan pendampingan tentang akses kelembagaan pembiayaaan ke daerah sentra produksi dengan jumlah 26 OP, yaitu: Surabaya, Bogor, Purwakarta, Bandung, Samarinda, Kutai Kertanegara, Yogyakarta, Serpong, Pontianak, dan Serang. b. Pembinaan Kelembagaan Sayuran, berupa perjalanan pembinaan kelembagaan sayuran ke daerah sentra dengan jumlah 30 OP, yaitu: Surabaya, Ciamis, Bogor, Denpasar, Bandung, Tegal, Solo, Malang, Mataram, Tasikmalaya dan Pontianak. c. Pembinaan Konsorsium Sayuran, berupa perjalanan bimbingan dan pembinaan konsorsium sayuran ke beberapa daerah sentra dengan jumlah 43 OP, yaitu: Lumajang, Probolinggo, Bandung, Mataram, Cirebon, Bogor, Majalengka, Kuningan, Yogyakarta, Kediri, Bengkulu dan Pekanbaru. d. Pembinaan Pemberdayaan Champion Tanaman Obat dan Jamur, berupa perjalanan bimbingan/pembinaaan dan monitoring untuk pemberdayaan para champion tanaman obat dan jamur di daerah sentra dengan jumlah 21 OP, yaitu: Sukabumi, Bandung, Bogor, Boyolali, Karanganyar, Denpasar, Yogyakarta dan Karawang. e. Pembinaan Kelembagaan Tanaman Obat dan Jamur, berupa perjalanan bimbingan dan pembinaan tentang kelembagaan tanaman obat dan jamur di daerah sentra dengan jumlah 34 OP, yaitu: Karawang, Yogyakarta, Bandung, Bogor, Denpasar, Tangerang, Banten, Semarang, Malang, Sukabumi dan Sidoarjo. f. Pembinaan/Pemberdayaan Rantai Pasok Tanaman Obat dan Jamur, berupa perjalanan pembinaan pemberdayaan champion Tanaman Obat dan Jamur di daerah sentra produksi dengan jumlah 35 OP, yaitu: Sukabumi, Purwakarta, Bandung, Bogor, Ciamis, Indramayu, Palembang, Yogyakarta, Magelang, Karawang, Wonogiri, Pacitan, Karanganyar dan Mojokerto. g. Pembinaan dan Sosialisasi Gerakan Anti Ganja, berupa perjalanan Pembinaan dan sosialisasi gerakan anti ganja di daerah sentra
18
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
dengan jumlah 10 OP, yaitu: Denpasar, Bogor, Kalimantan Timur, Banten, Medan dan Gayo Luwes (Aceh). 7. Program Peningkatan Mutu Pembinaan Untuk tercapai dan berhasilnya program ini, didukung beberapa kegiatan, yaitu: a. Layanan Perkantoran (bulan) Layanaan perkantoran telah mencapai target dari 12 bulan terealisasi sebanyak 12 bulan (tercapai 100%) yang dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, sedangkan kegiatan yang mendukung layanan perkantoran agar bisa lebih maksimal diantaranya: 1) Pengadaan Sarana dan Prasarana dan 2) Sarana Kantor. b. Pertemuan/Sosialisasi/Identifikasi/Pembinaan/Workshop Kegiatan ini telah mencapai target dari 552 kali terealisasi sebanyak 570 kali (tercapai 103,26%) baik yang dilaksanakan di pusat, provinsi, kabupaten/kota. c. Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani Kegiatan ini telah mencapai target dari 1196 orang terealisasi sebanyak 4411 orang (tercapai 368,81 %) baik yang dilaksanakan di pusat, provinsi, kabupaten/kota. Adapun kegiatan yang mendukungnya berupa: 1) Apresiasi Petugas Penilai Lahan Usaha Sayuran Kegiatan ini telah dilaksanakan sebanyak satu kali di Pekan Baru. Dalam kegiatan ini dilakukan: a) Sosialisasi Permentan 48/Permentan OT.140/10/2009; b) Sosialisasi Permentan 62/Permentan OT.140/10/2010; c) Sosialisasi Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat dan d) Kunjungan Lapang ke Kelompok Tani Mustang. 2) TOT Pemandu Lapang (PL) 1 Penerapan GAP Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di Semarang. Materi yang dibahas pada kegiatan ini adalah: 1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat; 2) Permentan 48 dan Permentan 62/Permentan OT.140/10/2009; 3) Pengantar dan Teori Sekolah Lapang; dan 4) Simulasi SL-GAP. d. Pedoman-pedoman Kegiatan ini telah mencapai target dari 594 buku terealisasi sebanyak 621 buku (tercapai 104,55%) baik yang diadakan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Adapun kegiatan yang mendukungnya adalah: 1) Penyusunan dan pencetakan Buku SOP Sayuran berupa Buku SOP Lobak sebanyak 1000 eksemplar.
19
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
2) Penyusunan dan pencetakan SOP tanaman obat dan jamur berupa buku SOP Budidaya Temukunci sebanyak 750 eksemplar dan buku SOP Budidaya Purwaceng sebanyak 750 eksemplar. 3) Penyusunan dan pencetakan buku panduan SL sayuran dan tanaman obat berupa buku Panduan SL Sayuran Buah 3 paket dengan masing-masing 700 eksemplar, buku Panduan SL Sayuran Umbi 3 paket dengan masing-masing 700 eksemplar, buku Panduan SL Sayuran Daun 2 paket dengan masing-masing 700 eksemplar, buku Panduan SL Tanaman Obat 2 paket dengan masing-masing 700 eksemplar, dan buku Panduan SL Jamur 2 paket dengan masing-masing 700 eksemplar. 4) Penyusunan dan pencetakan buku pedoman teknologi sayuran, berupa buku Teknologi Budidaya Cabai sebanyak 800 eksemplar. 5) Penyusunan dan pencetakan buku panduan PL, berupa buku Pedoman Umum Sekolah Lapang GAP Sayuran dan Tanaman Obat sebanyak 900 eksemplar. 6) Pencetakan leaflet tanaman obat dan jamur, berupa Leaflet Budidaya Kunyit 1250 eksemplar, Kencur 1250 eksemplar, Purwaceng 1250 eksemplar, Jahe 1250 esksemplar, Lidah Buaya 1250 eksemplar, Jamur Tiram 1250 eksemplar dan Jamur Sitake 1250 eksemplar. 7) Penyusunan pedoman teknologi pascapanen sayuran, berupa buku Pedoman Pascapanen Sayuran sebanyak 100 eksemplar. 8) Penyusunan pedoman bahan saintifikasi jamu berupa buku Pedoman Bahan Saintifikasi sebanyak 250 eksemplar. 9) Penyusunan 1 buku GAP Tanaman Obat. 10) Penyusunan pedoman teknologi pascapanen tanaman obat dan jamur, berupa buku Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat sebanyak 770 eksemplar dan buku Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur sebanyak 900 eksemplar. 11) Pembuatan SOP pascapanen sayuran, berupa buku SOP Pascapanen Kubis, Bawang Merah, dan Cabe Merah masingmasing 400 eksemplar. 12) Penyusunan SOP pascapanen tanaman obat dan jamur, berupa buku SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) dan Jamur Tiram masing-masing 550 eksemplar. 13) Penyusunan dan pencetakan Renstra Sayuran dan Tanaman Obat 2011-2014 sebanyak 1250 eksemplar. 14) Pembuatan 1buku rancang bangun pengembangan tanaman obat.
20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
15) Penyusunan dan perbanyakan juklak pengembangan sayuran dan tanaman obat berkelanjutan melalui pemanfaatan dan CFSKR sebanyak 600 eksemplar. 16) Penyusunan dan pencetakan pedsus 2012 sebanyak 1700 eksemplar. 17) Pendataan profil kelompok tani sayuran, berupa buku Profil Kelompok Tani Sayuran sebanyak 400 eksemplar. 18) Pendataan profil kelompok tani tanaman obat dan jamur, berupa buku Profil Usaha Tani Tanaman Obat dan Jamur sebanyak 368 eksemplar. e. Pemasyarakatan/Promosi Kegiatan ini telah mencapai target dari 120 kali terealisasi 127 kali (tercapai 105,83 %). Adapun kegiatan yang mendukungnya adalah: 1) Promosi Peningkatan Konsumsi Sayuran dan Tanaman Obat dengan Partisipasi Pameran Agro and Food Expo 2011 Kegiatan ini telah dilaksanakan 1 kali di Hall B Jakarta Convention Center, berupa sosialisasi Gerakan Makan Sayuran dalam bentuk pembagian paket GEMA Sayuran kepada 250 orang pengunjung dan peserta pameran. 2) Symposium Temulawak dalam Rangka Mendukung Globalisasi Jamu Brand Indonesia Symposium ini merupakan acara puncak dari Globalisasi Jamu Brand Indonesia. Ada 14 orang pembicara yang berasal dari Jepang, India, Hungaria, Malaysia, Belanda dan Indonesia. 3) Festival Jamur Indonesia Festival Jamur Indonesia ini dilaksanakan di Balai Benih Induk Hortikultura, Pasar Minggu. Kegiatannya berupa pameran, bursa, lomba, diversifikasi masakan berbahan dasar jamur, demo masak jamur serta workshop pengembangan agribisnis jamur. 4) Promosi Peningkatan Konsumsi Sayuran dan Tanaman Obat (Partisipasi pada Pameran Penas ke XIII, Tenggarong) Melalui kegiatan pembagian paket Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran) kepada pengunjung pameran 250 orang dan peserta pameran. 5) Temu Agribisnis Sayuran dan Tanaman Obat Kegiatan ini merupakan salah satu Temu Usaha Agribisnis yang dilaksanakan dalam rangka mendukung Pekan Nasional (PENAS) ke XIII. Materi yang disampaikan dalam pertemuan ini adalah: 1)Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sayuran dan Biofarmaka; 2) Peluang Pasar Buah Tropis di Pasar Modern dari PT. Carrefour Indonesia; 3) Business Opportunity Produk Inovatif dan Kreatif
21
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
6)
7)
8)
9)
Berbasis Pertanian dari PT. Mahkota Dewa Indonesia; dan 4) Peluang dan Tantangan Sayuran Dataran Rendah (SADAR). Festival Jamu Kegiatan ini telah dilaksanakan bertempat di Pagelaran Keraton Yogyakarta, yang merupakan kerjasama Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan adalah berupa talk show dan lomba-lomba. Pencanangan Pengembangan Model Pekarangan Kegiatan Pencanangan Pengembangan Model Pekarangan merupakan gaung dan puncak sosialisasi dari Direktorat Jenderal Hortikultura terhadap pengembangan model pekarangan khususnya di daerah transmigrasi Desa Jeringo Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Promosi Pemanfaatan Pekarangan dan Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran) Dilaksanakan di provinsi Banten, dengan rangkaian kegiatan adalah: a) Workshop; b) Launching komik; c) GEMA Sayuran; d) Sosialisasi jenis sayuran dan gemar menanam sayuran kepada anak sekolah SD/MI; e) Sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan kepada ibu-ibu PKK, Kelompok Wanita Tani (KWT), masyarakat dan sekolah-sekolah; f) Aneka Lomba. Partisipasi Pekan Flori dan Flora Nasional (PFFN) Kegiatan ini dilaksanakan di Bali berupa : Pameran dan Bursa, Kegiatan Promosi, Kontak Bisnis, Kursus dan Perlombaan.
f. Pembinaan Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Kegiatan ini telah mencapai target dari 156 Kab/Kota terealisasi 247 Kab/Kota (tercapai 158,33%). Adapun beberapa kegiatan yang mendukungnya adalah: 1) Pembinaan Penerapan GHP Tanaman Obat dan Jamur, berupa menghadiri kerjasama internasional, diantaranya ke Singapura (4 OP). 2) Mendukung Kegiatan Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat, berupa koordinasi ke beberapa instansi terkait, yaitu Dinas Pertanian Provinsi/Kab/Kota dengan jumlah 55 OP, diantaranya: Bogor, Bukittinggi, Padang, Bandung, Yogyakarta, Banten dan Indramayu.
22
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
C. Analisis Pencapaian Keuangan Analisis pencapaian keuangan dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian sasaran strategis yang telah tergambar di Penetapan Kinerja dapat dicapai dengan sumber keuangan yang ada. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat pada Tahun Anggaran 2011 ini, untuk peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk sayuran dan tanaman obat berkelanjutan meliputi pusat, provinsi dan kab/kota dengan total pagu anggaran Rp. 103.122.792,-. Dengan rincian: 1) Pusat: total pagu anggaran Rp. 11.105.308.000,- 2) Daerah (Provinsi/Kab/Kota): total pagu anggaran Rp. 92.017.484,-. Tabel 5. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Menurut Kegiatan Utama KEGIATAN
PAGU (Rp 000)
REALISASI S/D 23 Desember 2011 (Rp.000)
(%)
Fisik
103.122.792
72.513.997
70.31
72.34
a. Pusat
11.105.308
10.903.232
98,18
98,18
b. Prov/Kab/Kota
92.017.484
61.610.765
66.96
68.89
TOTAL
103.122.792
72.513.997
70.31
72.34
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan (Pusat dan Daerah
Dari tabel realisasi keuangan diatas menunjukkan seberapa jauh serapan anggaran yang diperuntukkan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat dalam mendanai kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam Penetapan Kinerja maupun yang termaktub di dalam DIPA dan RKAKL. Pencapaian realisasi keuangan di pusat mencapai 98.18%, hal ini menunjukkan capaian yang memuaskan meskipun tidak 100%, sedangkan realisasi keuangan di daerah (provinsi/kab/kota) baik berupa dana Tugas Pembantuan atau dana Dekonsentrasi menunjukkan capaian yang masih belum memuaskan dan belum menunjukkan kinerja yang maksimal. Hal ini banyak di pengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Adanya proses revisi DIPA, karena terdapat banyak kegiatan yang di blokir, sehingga memperlambat realisasi kegiatan. 2. Terdapat beberapa SKPD yang mempunyai Pagu Hortikultura cukup besar tetapi kekurangan SDM dalam pelaksanaan kegiatannya, sementara mereka lebih memprioritaskan kegiatan yang didanai APBD.
23
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
3. Banyak perbedaan pelaporan dari SKPD Dinas Pertanian antara laporan SAI dengan laporan hasil monitoring ke lapangan, dimana hasil monitoring ke lapangan serapan realisasi keuangan relatif lebih besar dibandingkan dengan laporan SAI yang diterima. 4. Seringnya terjadi alih tugas atau mutasi di lingkup SKPD sehingga menghambat arus penyelesaian kegiatan. 5. Beberapa kegiatan besaran pagunya kecil tetapi terdiri dari banyak komponen sub kegiatan yang memerlukan proses administrasi yang cukup rumit sehingga menjadi kurang prioritas untuk dikerjakan. 6. Terdapat beberapa kebijakan intern di SKPD Dinas Pertanian tertentu yang kurang sinkron dengan kebijakan percepatan penyerapan anggaran, misalnya; terdapat pelimpahan wewenang pelaksanaan kegiatan yang seharusnya menjadi tanggungjawab bidang hortikultura karena tertera di DIPA Hortikultura tetapi dilimpahkan pelaksanaannya oleh pimpinan kepada bidang pendukung lain seperti kelembagaan, pengolahan hasil sementara dilain pihak bidang tersebut juga melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggungjawab dari Ditjen yang menjadi induknya sehingga kegiatan tersebut justru tidak terserap. 7. Belum berjalannya regenerasi dan kaderisasi dalam pelaksanaan kegiatan utamanya aspek manajerial; pelaporan, administrasi keuangan, kehumasan, dll sehingga terkadang arus pelaporan tidak lancar.
24
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
BAB IV PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT A. Permasalahan Berbagai keberhasilan dan manfaat telah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan sayuran dan tanaman obat tahun 2011, namun demikian dalam pelaksanaannya ditemui juga, berbagai permasalahan dan hambatan, baik dari aspek teknis budidaya dan pascapanen maupun aspek manajemen. Beberapa permasalahan dan hambatan yang ditemui adalah sebagai berikut: 1. Kelembagaan dan kemitraan usaha masih lemah, petani belum terlibat langsung dalam kegiatan agribisnis secara utuh, wawasan dan kemampuan SDM kewirausahaan petani/kelompoktani masih rendah. Kelompoktani/Gapoktan umumnya berorientasi pada produksi, sehingga penanganan pascapanen dan pemasaran dilakukan pihak lain. 2. Pengaturan pola produksi sayuran utama yang telah dirintis belum berjalan optimal karena komitmen antara pelaku dan dinas pertanian di daerah tentang pengaturan pola produksi belum berjalan baik, kurangnya informasi pasar dan produksi dari daerah-daerah sentra produksi, sehingga kegiatan produksi lebih banyak dilakukan berdasarkan fakta tanpa analisa pasar. 3. Pelaksanaan sosialisasi penerapan GAP/GHP/SOP belum optimal dilakukan ke daerah-daerah sentra produksi karena keterbatasan dana, dukungan dari daerah belum optimal, kepedulian petani/pelaku usaha belum baik. Kemampuan petani untuk menerapkan prinsipprinsip dasar sebagaimana yang diatur dalam pedoman GAP/GHP/SOP masih terbatas terutama dalam hal pencatatan. 4. Persyaratan standar untuk pasar ekspor dan pasar modern belum dapat dipenuhi disamping sistem pembayaran yang tidak menguntungkan petani, yang menyebabkan daya saing dan kemampuan untuk masuk ke pasar modern maupun ekspor menjadi lemah. Belum dapat dicapainya standar mutu karena manajemen mutu belum sepenuhnya dipahami petani, penerapan GAP/GHP/SOP dalam budidaya dan pascapanen tanaman masih terbatas, keterbatasan teknologi spesifik lokasi, serta kurangnya kemampuan, keterampilan, motivasi dan apresiasi petani dan petugas dalam hal penerapan teknologi budidaya maju. 5. Dana yang disediakan di daerah tidak sepenuhnya terserap karena adanya pemblokiran, kesulitan dalam mencairkan dana blokir, disamping kemampuan dan jumlah SDM pengelola anggaran yang terbatas.
25
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
6. Kegiatan menumpuk di semester II atau akhir tahun anggaran, sehingga pemanfaatan tidak optimal, dan tidak sesuai dengan kebutuhan dan musim. 7. Pada dana Bansos untuk pengembangan kawasan, hampir semua komponen dan kebutuhan petani dibiayai, yang menyebabkan petani kurang kreatif, dan rendahnya rasa memiliki. B. Tindak Lanjut Beberapa upaya tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat untuk perbaikan tersebut, antara lain sebagai berikut: 1. Kelembagaan usaha dan pembentukan badan usaha perlu ditingkatkan melalui pengorganisasian petani, sehingga mampu melakukan pengelolaan agribisnis, mulai dari produksi, penanganan pascapanen, pemasaran dan pengelolaan informasi bisnis. 2. Melakukan koordinasi yang lebih intensif dalam pengaturan pola produksi sayuran utama antar unit kerja baik yang berada di tingkat pusat, maupun daerah sehingga terjalin hubungan yang saling memiliki dan saling membutuhkan, serta berkomitmen dalam pengaturan pola produksi secara periodik sehingga kegiatan produksi di daerah-daerah sentra produksi dilakukan berdasarkan analisa pasar. 3. Melakukan sosialisasi/bimbingan/pembinaan kepada petani dalam aplikasi GAP/GHP/SOP budidaya dan pascapanen tanaman terutama membiasakan petani melakukan pencatatan. 4. Meningkatkan upaya pelatihan peningkatan kompetensi, kemampuan SDM baik petugas dan petani, disamping pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi petugas. 5. Melengkapi dokumen perencanaan anggaran untuk tahun berikutnya sehingga tidak ada dana yang diblokir, menambah dan meningkatkan kemampuan personel pengelola Satker dan PPK. 6. Melakukan percepatan penyerapan anggaran dan pelaksanaan kegiatan, dengan membuat perencanaan lebih realistik, CPCL dilakukan pada tahun sebelumnya, percepatan proses administrasi dan pelelangan pengadaan. 7. Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan, dan Bansos hanya untuk membiayai kegiatan penting dan pengungkit sementara petani diminta kontribusi membiayai kegiatan yang dapat mereka lakukan sendiri. Pembinaan dan pendampingan intensif dilakukan kepada Kelompoktani/Gapoktan penerima Bansos. 8. Memberikan bantuan sarana/prasarana yang belum tertampung dalam RUK Bansos dari komponen dan kegiatan lainnya secara selektif, disamping memadukan dengan dukungan kegiatan instansi lainnya (pusat, daerah dan swasta).
26
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
BAB V PENUTUP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat ini merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban penggunaan sumberdaya dan dana yang menjadi tuntutan suatu pemerintahan yang baik (good governance). Disamping itu juga sebagai umpan balik dan introspeksi terhadap apa yang selama ini telah dilaksanakan dan apa saja yang belum dilaksanakan, dan perbaikan apa yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja institusi. Diharapkan dengan telah disusunnya laporan ini mampu membenahi diri dan meningkatkan prestasi kerja dan kinerja dengan meningkatkan berbagai koordinasi, sinergisme dan kerjasama antar institusi dan swasta (petani dan pelaku usaha) sehingga dapat dicapai hasil yang lebih optimal. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat selama satu tahun anggaran 2011 telah melaksanakan beberapa kegiatan yang mengacu pada pembangunan yang lebih baik, dengan memanfaatkan SDM, dana, dan sarana secara optimal. Hasil, manfaat dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan memberikan kontribusi positif pada pembangunan pertanian dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan agribisnis sayuran dan tanaman obat akan diupayakan dapat memberikan motivasi kepada pihak pelaksana untuk melakukan kegiatan secara lebih serius, serta dapat menjadi pembelajaran dan bahan masukan bagi pihak pelaksana kegiatan lainnya. Dengan pendekatan ini maka keseriusan dan profesionalisme dalam pelaksanaan proyek akan dapat ditingkatkan, sehingga peningkatan kinerja dan akuntabilitas pembangunan agribisnis sayuran dan tanaman obat dapat lebih ditingkatkan. Keberhasilan program-program peningkatan produksi dan mutu produk sayuran dan tanaman obat juga ditentukan oleh kinerja petugas dan pelaku usaha di daerah. Untuk itu diperlukan dukungan semua pihak dalam rangka mencapai keberhasilan tersebut.
27
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011
LAMPIRAN
28