Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2013
DIREKTORAT PEMASARAN INTERNASIONAL DITJEN PEMASARAN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014
LAKIP Direktorat Pemasaran Internasional Tahun 2013
0
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF
2 3
BAB I 1.1. 1.2. 1.3.
5 5 6 6
PENDAHULUAN Latar Belakang Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Struktur Organisasi
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis 2.1.1. Visi dan Misi 2.1.2. Tujuan dan Sasaran, serta Indikator Sasaran 2.1.3. Strategi, Kebijakan, dan Program untuk Mencapai 2.2. Rencana Aksi 2.3. Penetapan Kinerja dan Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja Tahun 2013 3.1.1 Pengukuran Kinerja Direktorat Pemasaran Internasional 3.1.2 Pengukuran Kinerja atas dasar PK Ditjen PPHP Indikator Kinerja Nett Export 3.2. Analisis Capaian Kinerja 3.2.1 Capaian Indikator Kinerja Direktorat Pemasaran Internasional 3.2.2 Capaian Indikator Kinerja Mendukung Kinerja Ditjen PPHP 3.3 Evaluasi Kinerja 3.3.1 Evaluasi Kinerja Direktorat Pemasaran Internasional 3.3.2 Evaluasi Kinerja Mendukung IKU Ditjen PPHP 3.3.3 Evaluasi Faktor Eksternal 3.4
Akuntabilitas Keuangan
BAB IV PENUTUP
11
15 16 18
19 33
38 39
1
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2013 merupakan media bagi Direktorat Pemasaran Internasional untuk menyampaikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan kegiatan yang ditargetkan pada tahun 2013. Penyusunan LAKIP merupakan salah satu implementasi good governance yang merupakan perwujudan dari akuntabilitas terhadap publik sesuai Instruksi Presiden No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan akuntabilitas kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Pemasaran Internasional, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2013 ini memuat informasi mengenai tingkat pencapaian sasaran dan tujuan dari Direktorat Pemasaran Internasional sebagai penjabaran dari visi, misi dan rencana strategis Direktorat Pemasaran Internasional pada tahun 2013 serta capaian kinerja dan evaluasinya. Diharapkan laporan ini bermanfaat sebagai sumber data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan, penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang, serta penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu masukan dan saran akan selalu kami nantikan bagi sempurnanya kinerja, isi dan penyajian LAKIP dimasa yang akan datang. Jakarta, Maret 2014 Direktur Pemasaran Internasional Ir. Mesah Tarigan, M.Sc
2
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan akuntabilitas kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Program/kegiatan yang dicantumkan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pemasaran Internasional, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2013 adalah Capaian Kinerja selama tahun 2013 yang mengacu sepenuhnya mengacu Rencana Strategis 2010-2014. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Pemasaran Internasional, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2013 ini memuat informasi mengenai tingkat pencapaian sasaran dan tujuan dari Direktorat Pemasaran Internasional sebagai penjabaran dari visi, misi dan rencana strategis Direktorat Pemasaran Internasional pada tahun 2013 serta capaian kinerja dan evaluasinya. Landasan hukum dalam penyajian LAKIP ini adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan a Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP Direktorat Pemasaran Internasional Tahun 2013, merupakan lanjutan tahun tahun sebelumnya dan merupakan tahun keempat penjabaran Rencana Strategis Direktorat Pemasaran Internasional periode tahun 2010-2014. Rencana Strategis yang digunakan pada laporan ini merupakan revisi yang dilakukan pada Maret tahun 2012 dimana beberapa indikator direvisi sesuai dengan realisasi yang tercapai dalam kurun waktu 2010 – 2013. Dari sisi organisasi, Direktorat Pemasaran Internasional terdiri dari Subdit Analisa dan Pengembangan Ekspor, Subdit Pemasaran Bilateral, Subdit Kerjasama Komoditi dan Subdir Pemasaran Regional dan Multilateral dengan total sumber daya manusia sebanyak 40 orang. Indikator kinerja dari Direktorat Pemasaran Internasional terdiri dari 4 indikator yaitu: (i) Analisa dan informasi untuk penyusunan posisi Indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum komoditi strategis (Target 36 laporan dan terealisasi 100 %); (ii) Partisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian target sebanyak 27 laporan dan realisasi 92,59%. Capaian partisipasi ini merupakan bagian penting dalam mengkomunikasikan kepentingan Indonesia dalam forum internasional, untuk mendapatkan dukungan banyak pihak sehingga hasil perundingan dapat mengakomodir kepentingan Indonesia dalam bidang pertanian; (iii) Analisa peningkatan ekspor dan penurunan impor hasil pertanian sebanyak 13 laporan, realisasi sebesar 92,31 %; dan (iv) Akselerasi ekspor komoditi pertanian dengan pemberian sarana-prasarana pertanian kepada 40 gapoktan di beberapa provinsi di Indonesia. Perubahan dari unit ke gapoktan bertujuan untuk memudahkan identifkasi gapoktan mana saja yang sudah menerima bantuan serta memudahkan eksportir untuk menentukan gapoktan mana saja yang berpotensi sebagai mitra eksportir. Dari keempat indikator tersebut, point ii dan iii tidak tercapai 100%, melainkan tercapai sebanyak 92,59% dan 92,31%. Hal ini dikarenakan adanya penghematan anggaran pada tahun 2013 yang berdampak pada pengurangan jumlah kegiatan dan laporan. 3
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Capaian realisasi keuangan Direktorat Pemasaran Internasional pada tahun 2013 sebesar Rp. 10.917.563.919 ,- atau tercapai 95 % dari target sebesar Rp. 11.432.080.000 ,-. Selain itu, beberapa capaian kegiatan Direktorat Pemasaran Internasional tercermin dari beberapa kegiatan antara lain kegiatan peningkatan ekspor kelapa sawit, peningkatan ekspor kakao, peningkatan ekspor karet, peningkatan ekspor kopi, peningkatan ekspor teh, fasilitasi peningkatan ekspor dalam forum WTO, fasilitasi kemudahan ekspor dalam forum ASEAN-FTA, perlindungan terhadap komoditi strategis (beras dan gula), peningkatan ekspor komoditi hortikultura, pengembangan data dan informasi serta kajian market intelligence. Namun demikian,dari sisi pencapaian neraca perdagangan komoditi pertanian, capaian neraca pada tahun 2013 hanya 50% dari target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain penurunan daya serap pasar internasional, rendahnya pasokan beberapa komoditi strategis, perubahan nilai mata uang serta gejolak ekonomi di negara – negara importir utama seperti USA dan zona Uni Eropa. Hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja pada tahun mendatang adalah mengevaluasi kendala-kendala yang ada selama pelaksanaan kegiatan pada tahun 2013. Selain itu perlu juga meningkatkan koordinasi mulai dari perencanaan program/kegaiatan sampai ke pelaksanaan di tingkat lapangan dengan pemangku kepentingan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pada akhirnya, Direktorat Pemasaran Internasioanal dan segenap SDM pendukung telah berupaya untuk mencermati semua ketentuan terkait, mengumpulkan materi, data dan informasi selengkap mungkin dan menuangkannya pada LAKIP Direktorat Pemasaran Internasional tahun 2013, namun demikian disadari masih terdapat hal hal yang menjadi kendala, terutama dalam hal mendapatkan data dan informasi yang lengkap.
4
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu instansi pemerintah dibawah Direktorat Jenderal Pemgolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian, tentunya Direktorat Pemasaran Internasional dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, harus mematuhi ketentuan terkait penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Peraturan terkini yang menjadi acuan adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan a Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Ketentuan terdahulu yang tetap digunakan sebagai acuan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaran negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Instruksi Presiden RI nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; Keputusan Kepala LAN-RI nomor 589/IX/6/Y/1999 yang diperbaiki dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara RI nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja Utama. Penerapan SAKIP akan tercermin pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dimana didalamnya tertuang aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi terhadap capaian sasaran yang ditetapkan. Direktorat Pemasaran Internasioanal dan segenap SDM pendukung telah berupaya mencermati semua ketentuan terkait, mengumpulkan materi, data dan informasi selengkap mungkin dan menuangkannya pada LAKIP Direktorat Pemasaran Internasional tahun 2013, namun demikian disadari masih terdapatnya hal hal yang menjadi kendala, terutama dalam mendapatkan data dan informasi yang lengkap. LAKIP Direktorat Pemasaran Internasional Tahun 2013, merupakan lanjutan tahun tahun sebelumnya dan merupakan tahun keempat penjabaran Rencana Strategis Direktorat Pemasaran Internasional periode tahun 2010-2014. Sistem ini diharapkan dapat berfungsi secara optimal sebagai salah satu instrumen utama dalam pelaksanaan pembaharuan birokrasi pemerintah untuk mempercepat terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dan bersih dari praktek-praktek 5
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
penyimpangan. Rencana Strategis yang digunakan pada laporan ini merupakan revisi yang dilakukan pada Maret tahun 2012. . Direktorat Pemasaran Internasional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran internasional. Struktur organisasi Direktorat Pemasaran Internasional terdiri atas Subdit. Analisis dan Pengembangan Ekspor, Subdit. Pemasaran Bilateral, Subdit. Pemasaran Regional dan Multilateral, Subdit. Kerjasama Komoditi, serta Subbag. Tata Usaha. 1.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, ditetapkan bahwa sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian; Direktorat Pemasaran Internasional mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran internasional. Sedangkan fungsinya meliputi : a.
Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional dan multilateral, serta kerjasama komoditi.
b. Pelaksana kebijakan di bidang analisis dan pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional dan multilateral, serta kerjasama komoditi. c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang analisis dan pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional dan multilateral, serta kerjasama komoditi. d. Pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional dan multilateral, serta kerjasama komoditi. e. Pelaksanaan evaluasi di bidang analisis dan pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional dan multilateral, serta kerjasama komoditi. f.
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
1.3. Struktur Organisasi : Dalam melaksanan tugas dan fungsi tersebut, maka berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Pemasaran Internasional terdiri dari 4 Unit Kerja Eselon III/ 6
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Sub Direktorat (Subdit) yaitu :(1) Subdirektorat Analisis dan Pengembangan Ekspor, (2) Subdirektorat Pemasaran Bilateral, (3) Subdirektorat Pemasaran Regional dan Multilateral, (4) Subdirektorat Kerjasama Komoditi, dan (5) Subbagian Tata Usaha. Tugas Pokok dan Fungsi Subdit lingkup Direktorat Pemasaran Internasional adalah sebagai berikut : 1. Subdit. Analisis dan Pengembangan Ekspor terdiri dari Seksi Analisis Ekspor dan Seksi Pengembangan Ekspor. Tugas Subdit. Analisis dan Pengembangan Ekspor adalah melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis dan pengembangan ekspor. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdit. Analisis dan Pengembangan Ekspor menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang analisis dan pengembangan ekspor; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan pengembangan ekspor; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan
pengembangan ekspor; dan d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis dan
pengembangan ekspor. 2. Subdit Pemasaran Bilateral terdiri dari Seksi Wilayah Asia Pasifik dan Amerika, dan Seksi Wilayah Afrika, Timur Tengah, dan Eropa. Tugas Subdit. Pemasaran Bilateral adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran bilateral. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdit. Pemasaran Bilateral menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pemasaran wilayah Asia Pasifik,
Amerika, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa. b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasaran wilayah Asia Pasifik, Amerika,
Afrika, Timur Tengah, dan Eropa. c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasaran
wilayah Asia Pasifik, Amerika, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa. d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran wilayah Asia Pasifik, Amerika, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa. 3. Subdit Pemasaran Regional dan Multilateral terdiri dari Seksi Regional dan SeksiMultilateral. Tugas Subdit. Pemasaran Regional dan Multilateral adalah melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran regional dan multilateral. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdit. Pemasaran Regional dan Multilateral menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pemasaran regional dan
multilateral; 7
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasaran regional dan multilateral; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasaran
regional dan multilateral; dan d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran regional dan multilateral. 4. Subdit Kerjasama Komoditi terdiri dari Seksi Kerjasama Komoditi Regional, dan Seksi Kerjasama Komoditi Multilateral dan Bilateral. Tugas Subdit. Kerjasama Komoditi adalah melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama komoditi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdit. Kerjasama Komoditi menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang kerjasama komoditi regional,
multilateral dan bilateral; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama komoditi regional, multilateral
dan bilateral; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kerjasama komoditi regional, multilateral dan bilateral; dan d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama komoditi regional, multilateral dan bilateral. 5. Subbag. Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Pemasaran Internasional. 1.4
Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai Direktorat Pemasaran Internasional pada tahun 2013 sebanyak 40 orang PNS, mutasi ke instansi lain (Badan Standardisasi Nasional) 1 orang. Jenis kepangkatan/golongan PNS Direktorat Pemasaran Internasional sampai dengan akhir Desember 2013 adalah sebagai berikut :
8
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 1. Jenis Kepangkatan/Golongan Pegawai Negeri Sipil Direktorat Pemasaran Internasional Jenis Kepangkatan Jumlah Pegawai Gol/Ruang IV/c 1 Orang Gol/Ruang IV/b 3 Orang Gol/Ruang IV/a 4 Orang Gol/Ruang III/d 10 Orang Gol/Ruang III/c 5 Orang Gol/Ruang III/b 3 Orang Gol/Ruang III/a 10 Orang Gol/Ruang II/d 2 Orang Gol/Ruang II/c 2 Orang Gol/Ruang II/b 0 Orang Jumlah 40 Orang
Komposisi jenis pendidikan pegawai Direktorat Pemasaran Internasional sesuai dengan data yang ada adalah sebagai berikut : Tabel 2. Jenis Pendidikan PNS dan Non PNS Direktorat Pemasaran Internasional No 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan S-3 S-2 Sarjana Teknis (S-1) Sarjana Non Teknis (S-1) Sarjana Muda SLTA Jumlah
Jumlah Pegawai 1 Orang 15 Orang 11 Orang 9 Orang 1 Orang 3 Orang 40 Orang
Berdasarkan Jenis Kepangkatan/Golongan Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2013 Direktorat Pemasaran Internasional mengalami perubahan untuk Golongan III/b ke III/c semula 4 orang menjadi 3 orang dan III/c Ke III/d dari 13 orang menjadi 10 orang, sedangkan berdasarkan Jenis Pendidikan PNS untuk jenjang pendidikan SLTA ke S1 Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijasah mengalami perubahan dari II/d menjadi III/a sebanyak 1 orang. Beberapa pelatihan yang telah diikuti dalam rangka peningkatan sumber daya manusia lingkup Direktorat Pemasaran Internasional meliputi : a. Quality Management System ISO 9001:2008 b. Marketing Mindset & Strategy c. WTO E-Learning d. Regional Workshop on Trade and Environment for Asia and Pacific Economies 9
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
e. Studibanding Coparative study on Agricultural Development for Indonesia Agricultural Official ke New Zealand f. Pelatihan Penyelenggaraan Sidang Multilateral, kerjasama Kemenlu dan UN ESCAP
10
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pemasaran Internasional bagian terpenting merupakan perencanaan. Oleh karena itu, perencanaan dituangkan dalam Rencana Strategis Direktorat Pemasaran Internasional yang disusun untuk periode 5 lima tahunan yang mengacu kepada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2.1. Rencana Strategis 2.1.1. Visi dan Misi Sesuai dengan Rencana Strategis Direktorat Pemasaran Internasional tahun 2010–2014 yang direvisi tahun 2012 maka Direktorat Pemasaran Internasional menetapkan : Visi : “Menjadi Direktorat Pemasaran Internasional institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal dan berdaya saing di bidang pemasaran internasional hasil pertanian melalui penyelenggaraan birokrasi yang profesional dan berintegritas ”. Misi : “Meningkatkan akses pasar bagi produk pertanian Indonesia di negara tujuan ekspor melalui penerapan kebijakan promosi dan proteksi yang efektif dan efisien, sejalan dengan perkembangan negosiasi mengenai liberalisasi perdagangan dalam forum bilateral, regional dan multilateral”. 2.1.2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran a. Tujuan Mengacu kepada Rencana Strategis Direktorat Pemasaran Internasional tahun 2010–2014, maka tujuan pembangunan pemasaran internasional 2010–2014 adalah : 1) 2) 3)
Meningkatkan ekspor produk pertanian melalui diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor. Melakukan kampanye untuk meningkatkan citra positif produk pertanian Indonesia. Melakukan proteksi terhadap serbuan impor produk pertanian yang dapat merusak industri pertanian dalam negeri sesuai aturan perdagangan internasional. 11
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
4)
5)
Menyiapkan kebijakan dan instrument pendukung lainnya yang diperlukan dalam menghadapi pasar global (Free Trade Agreement secara bilateral, regional dan multilateral) terutama yang berkaitan dengan kebijakan Tariff, Non-Tariff (Technical Barrier to Trade atau TBT dan Sanitary and Phythosanitary atau SPS). Memperkuat posisi produk pertanian dalam negeri agar dapat memenuhi kriteria siap ekspor dinegara tujuan ekspor.
b. Sasaran dan Indikator Sasaran Sasaran yang ingin dicapai Direktorat Pemasaran Internasional adalah : 1) 2) 3) 4) 5)
Meningkatnya ekspor produk pertanian Indonesia dalam jumlah, nilai, diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor. Meningkatnya citra positif beberapa produk pertanian Indonesia karena adanya negative campaign dari beberapa negara. Menurunnya ketergantungan pada produk impor sejenis yang diproduksi di Indonesia sehingga dapat melindungi keberadaan industri pertanian dimaksud. Meningkatnya pemanfaatan Free Trade Agreement yang dapat memberikan manfaat bagi Indonesia. Memfasilitasi kerjasama antara gapoktan, lembaga keuangan dan eksportir dalam mendorong produksi pertanian yang berorientasi ekspor .
Berdasarkan tujuan dan sasaran maka indikator yang diperlukan untuk dapat menghitung pencapaian sasaran adalah : 1) 2) 3) 4) 5)
Peningkatan kenaikan ekspor produk pertanian dalam jumlah dan nilai setiap tahun. Peningkatan keragaman produk pertanian yang diekspor setiap tahun. Peningkatan diversifikasi negara tujuan ekspor. Penurunan impor produk pertanian dalam jumlah dan nilai setiap tahun. Peningkatan jumlah Gapoktan yang dapat berpartisipasi memenuhi pasar ekspor.
Guna mendukung indikator sasaran Direktorat Jenderal PPHP untuk target utama ke 3, yaitu peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor. Ditjen PPHP menguraikan sasaran tersebut dalam Tabel berikut :
12
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Jenderal PPHP Periode 2010-2014 beserta Target Pencapaiannya Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan
Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian
Target 2010 2011 2012 2013 2014 3 4 5 6 7 5%
5%
5%
5%
5%
5%
5%
5%
5%
5%
Meningkatnya jumlah 6% 6% 6% 6% 6% usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian Meningkatnya nett 15% 15% 15% 15% 15% ekspor komoditi segar dan olahan Sebagaimana yang tercantum pada Tabel diatas, Direktorat Pemasaran Internasional mendukung pencapaian indikator meningkatnya nett ekspor 15 % per tahun. 2.1.3. Strategi, Kebijakan dan Program untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran a.
Strategi
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran Direktorat Pemasaran Internasional, maka strategi yang diterapkan oleh Direktorat pemasaran Internasional adalah: 1.
2. 3. 4.
Mendorong peningkatan ekspor dengan membuka akses pasar di negara tujuan ekspor yang dibahas didalam forum kerjasama perdagangan bilateral, regional, dan multilateral dengan mengusahakan adanya pengurangan/penghapusan hambatan perdagangan baik Tariff maupun Non-tariff. Melakukan kampanye ke beberapa negara untuk meningkatkan citra positif produk pertanian Indonesia yang sebelumnya mengalami negative campaign. Mengurangi ketergantungan terhadap produk impor dengan perberlakuan kebijakan Tarif Bea Masuk (TBM), Bea Keluar (BK), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) produkproduk hasil pertanian. Memperkuat posisi produk pertanian dalam negeri dengan memfasilitasi kerjasama antara Gapoktan, lembaga keuangan dan eksportir dalam mendorong produksi 13
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
pertanian yang berorientasi ekspor dengan menerapkan antara lain program Two in One. b.
Kebijakan Pemasaran Internasional
Kebijakan pemasaran internasional pada intinya dimaksudkan untuk percepatan peningkatan ekspor hasil pertanian dan penurunan ketergantungan terhadap produk impor komoditi pertanian. Percepatan peningkatan ekspor komoditi pertanian tidak hanya memanfaatkan negara tujuan ekspor yang selama ini sudah berlangsung tetapi juga berusaha membuka pasar di negara tujuan ekspor yang baru. Salah satu kebijakan yang digunakan untuk mencapai percepatan peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah melalui diversifikasi produk ekspor. Indonesia perlu meningkatkan ekspor pada komoditi dimana kita mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi, sehingga dapat bersaing pada perdagangan internasional. Indonesia sebagai negara tropis berpotensi untuk unggul dalam komoditi buah dan sayuran tropis, sehingga untuk selanjutnya Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor pada produk perkebunan. Dalam mencapai penurunan ketergantungan terhadap produk impor, kebijakan yang diterapkan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perdagangan multilateral. Namun sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dapat memanfaatkan posisi ini untuk menggunakan semua instrumen yang ada untuk melindungi produksi petani dalam negeri dari persaingan dengan produk impor. Dalam kerangka pembangunan pedesaan, pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan, Indonesia telah menerapkan pengaturan waktu impor diluar masa panen, pembatasan pelaku importir, pemberlakuan bea keluar dan penggolongan komoditi yang diproteksi dalam sensitive list. c.
Program untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran
Sesuai dengan ”Rencana Tindak Pembangunan Kementerian/Lembaga tahun 2010-2014”, Direktorat Pemasaran Internasional mendapat tugas mendukung program ”Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor Hasil Pertanian”, dengan fokus kegiatan prioritas yaitu ”Pengembangan Pemasaran Internasional”. Sasaran utama dari kegiatan prioritas dimaksud adalah meningkatnya pemasaran internasional hasil pertanian.
14
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
2.2.
Rencana Aksi
Rencana Aksi Direktorat Pemasaran Internasional dalam mendukung sasaran utama Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian:
Sasaran utama PPHP
Indikator utama PPHP
1
Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet pada 2014 (pemberlakuan sertifikasi wajib)
Peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik sebesar 5% pertahun
Penerapan dan pengawasan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan
2
Meningkatnya olahan yang diperdagangkan dari 20% (2010) menjadi 50% (2014)
Peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian di pasar domestik sebesar 5% per tahun
Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan pemasaran produk pertanian
3
Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20% gandum/terigu impor 2014
Peningkatan jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tumbuh 6% setiap tahunnya
Pengembangan kewirausahaan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
No.
4
Memenuhi semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam
Strategi
Rencana Aksi 2010-2014 ( Direktorat Pemasaran Internasional) 1. Pengembangan informasi pasar internasional yang terkait dengan kakao fermentasi dan bokar karet 2. Mendukung tersertifikasinya produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bokar karet 1. Pengembangan informasi pasar terkait produk pertanian olahan 2. Peningkatan kerjasama kelembagaan dengan Gapoktan guna menghasilkan produk olahan pertanian untuk diekspor 3. Peningkatan posisi tawar Indonesia di forum internasional terkait dengan perdagangan produk olahan pertanian 4. Harmonisasi tarif produk pertanian olahan 1. Mendukung pengembangan substitusi tepung gandum/terigu impor 2. Harmonisasi tarif ekspor-impor gandum/terigu impor dan kakao fermentasi 3. Pengembangan informasi pasar ekspor kakao fermentasi 15
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
negeri
5
2.3.
Meningkatnya surplus neraca perdagangan US$ 24,3 milyar (2010) menjadi US54,5 milyar (2014)
Peningkatan net ekspor komoditas segar dan olahan sebesar 15% pertahun
Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan penguatan ekspor komoditas strategis
1. Pengembangan jaringan pemasaran komoditas strategis 2. Pengembangan pelayanan dan pemantauan pasar-pasar internasional 3. Pengembangan pasar dan informasi pasar
Penetapan Kinerja dan Perjanjian Kinerja
Direktorat Pemasaran Internasional menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2013 yang merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam pada Renstra Direktorat PI tahun 2010 – 2014. RKT dimaksud secara rinci sebagai berikut : Tabel 4. Penetapan Kinerja (PK) Kegiatan Pengembangan Pemasaran Internasional Tahun 2013 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
(1) Meningkatnya pemasaran internasional hasil pertanian
(2) Analisa dan informasi untuk penyusunan posisi Indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum komoditi strategis Partisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian
(3) 36 Laporan
Analisis peningkatan ekspor dan penurunan impor hasil pertanian
13 Laporan
Akselerasi ekspor komoditi pertanian
27 Laporan
40 unit
Jumlah anggaran sebesar Rp. 11.432.080.000,Dalam perkembangannya, indicator kinerja akselerasi ekspor komoditi pertanian dengan target 40 unit, diterjemahkan menjadi 40 gapoktan penerima bantuan sarana-prasarana pendukung kegiatan ekselerasi ekspor. Perubahan ini dikarenakan penghitungan capaian target akan lebih mudah serta 16
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
lebih merata dibandingkan perhitungan berdasarkan unit sarpras. Perubahan ini juga akan memudahkan eksportir mengidentifikasi gapoktan mana saja yang sudah memiliki daya dukung ekspor produk pertanian.
17
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1
Pengukuran Kinerja Tahun 2013
3.1.1
Pengukuran Capaian Kinerja Direktorat Pemasaran Internasional Pengukuran kinerja tahun 2013 berpedoman pada indikator kinerja sasaran atau indikator kinerja program pada rencana strategis Direktorat Pemasaran Internasional 2010 - 2014 dan mengacu pada Indikator Kinerja Utama antara Direktur Pemasaran Internasional dan Direktur Jenderal PPHP. Pengukuran dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari masing masing unit kerja terkait melalui koordinasi dengan petugas yang sudah ditunjuk di setiap unit kerja dibawah lingkup Direktorat Pemasaran Internasional. Indikator kinerja berdasarkan PK tersebut berupa laporan hasil kegiatan baik berupa materi posisi dan partisipasi aktif pada sidang-sidang internasional, pertemuan koordinasi dan sinkronisasi, fasilitasi ekspor, pertemuan business matching, analisis/kajian, pengumpulan data informasi,baik data dalam negeri maupun luar negeri, data dipusat maupun di daerah.
3.1.2
Pengukuran Capaian Kinerja Direktorat Pemasaran Internasional Mendukung PK Ditjen PPHP-Indikator Kinerja Nett Export Pengukuran capaian kinerja nett export neraca perdagangan dilakukan dengan mengolah data dari BPS/Pusdatin, Bloomberg, monitoring isu isu internasional terkait, dan sinkronisasi data dengan unit kerja terkait. Pemantauan neraca perdagangan dilakukan setiap bulan sesuai dengan pemuktahiran data dari BPS/Pusdatin dengan cakupan kode HS sesuai dengan publikasi Pusdatin. Penyusunan LAKIP ini dilakukan pada bulan Januari, maka untuk pengukuran indikator kinerja menggunakan data dukung bulan Januari–Oktober 2013 terkait pemuktahiran data dari BPS/Pudatin N-3 dari bulan berjalan. Formulasi perhitungan yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
18
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Tabel 5.
Formulasi Perhitungan Capaian Kinerja Nett Export
Uraian Nett Export (USD) Peningkatan Nett Export Tahun 1 (%)
3.2
Perhitungan Total ekspor (USD) – Total Impor (USD) Nett Ekxpor tahun t (USD)- Nett Export Tahun t-1 (USD X 100% Nett Export tahun t-1(USD)
Peningkatan Nett Expor Kumulatif tahun 2010 -2013 (%)
Jumlah kenaikan Nett Export 2011 thd 2010 (%)+ kenaikan Nett export 2012 thd 2011 (%)+ kenaikan Nett export 2013 thd 2012 (%) _________________________________ 3
Capaian Kinerja
Realisasi/Rencana X 100 %
Analisis Capaian Kinerja
3.2.1 Analisis Capaian Kinerja Direktorat Pemasaran Internasional 3.2.1.1 Capaian Direktorat Pemasaran Internasional Penilaian kinerja capaian kinerja dan kegiatan Direktorat Pemasaran Internasional tahun 2013 mengacu kepada Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2013 yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal PPHP dan Direktur Pemasaran Internasional. Capaian sasaran strategis dari 4 (empat) indikator kinerja dapat dilihat pada Tabel berikut :
19
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Tahun 2013 SASARAN STRATEGIS Meningkatnya pemasaran internasional hasil pertanian
TARGET SESUAI PK (sebelum penghematan) 36 Laporan
TARGET (setelah REALISASI Penghematan ) 36 Laporan 36 Laporan
27 Laporan
25 Laporan
25 Laporan
92,59
100
Jumlah analisis 13 Laporan peningkatan ekspor dan penurunan impor hasil pertanian
12 Laporan
12 Laporan
92,31
100
Jumlah Akselerasi ekspor komoditi pertanian Total Persentase
40 Gapoktan1
40 Gapoktan 100
100
100
100
INDIKATOR KINERJA Jumlah analisa data dan informasi untuk penyusunan posisi Indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum komoditi strategis Jumlah partisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian
40 unit
% Setelah Penghematan 100
% Sesuai PK 100
Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi semua indikator kinerja tercapai sesuai target atau capaian sasaran strategis pada tahun 2013 sebesar 100%. Sasaran dicapai melalui kegiatan utama pengembangan pemasaran internasional, yang dijabarkan menjadi kegiatan analisa data dan informasi untuk penyusunan posisi indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum komoditi strategis, kegiatan partisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian, kegiatan analisa peningkatan ekspor dan penurunan impor hasil pertanian dan kegiatan akselerasi ekspor komoditi pertanian.
Unit yang dimaksud dalam indikator kinerja LAKIP Dit. PI ini adalah jumlah unit Gapoktan yang telah menerima bantuan sarana / prasarana pertanian seperti rumah kemas (packing house) dan cool storage 1
20
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
A. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Analisa Data dan Informasi untuk Penyusunan Posisi Indonesia dalam Forum Perundingan Bilateral, Regional dan Multilateral serta Forum Komoditi Strategis (Target 36 laporan, Realisasi 100%) Dalam tahun 2013 telah dilakukan analisa data dan informasi untuk penyusunan posisi indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum kerjasama komoditi strategis sebanyak 36 laporan, yaitu : 1. Bahan Posisi Indonesia dalam Forum Kerjasama Komoditi Bilateral Indonesia-Malaysia : Follow Up Action Sidang Bilateral Indonesia – Malaysia untuk Komoditi Tahun 2013 2. Bahan Posisi Indonesia dalam Sidang Kakao : Sidang ASEAN Cocoa Club (ACC) 3. Bahan Posisi Indonesia dalam Sidang Kopi : Sidang ASEAN National Focal Point Working Group (ANFPWG) on Tea 4. Bahan Posisi Indonesia dalam Sidang Kopi : Sidang ASEAN National Focal Point Working Group (ANFPWG) on Coffee 5. Bahan Posisi Delri dalam Forum Kerjasama Komoditi Regional: Workshop on the Benefit of Tea to the Human Health 6. Bahan Posisi Delri dalam Forum Kerjasama Komoditi Regional : Sidang 20th Joint Committee Meeting (JCM) on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme 7. Bahan Posisi Delri Dalam Forum Kerjasama Komoditi Multilateral : Tindak Lanjut Tawaran Bergabung pada Sub Komite Pertanian dari GMI (Global Methan Initiative) dan anggota Task Force Oil Think Tank (4T) dari International Commission for Agriculture and Food Industries (CIIAA) 8. Bahan Posisi Delri Dalam Forum Kerjasama Komoditi Multilateral : Tindak Lanjut Sidang ICCO Maret 2013 dan Persiapan Sidang ISO 2013 9. Bahan Posisi Delri Dalam Forum Kerjasama Komoditi Multilateral : Tindak Lanjut Sidang ICCO Maret 2013 10. Bahan Posisi Delri : Menindaklanjuti Sidang ICCO 11. Bahan Tindak Lanjut Kerjasama Komoditi Multilateral 12. Bahan Posisi Delri pada Sidang FTA ASEAN – China 13. Bahan Posisi Delri pada Sidang FTA ASEAN – Korea 14. Bahan Posisi Delri pada Sidang FTA ASEAN – Japan 15. Bahan Posisi Delri pada Sidang FTA ASEAN – ANZ 16. Analisa Dampak Perjanjian FTA ASEAN – Mitra Dialog sejumlah 2 laporan 17. Sinkronisasi Regional ASEAN-Mitra Dialog 18. Bahan Posisi Indonesia Kerjasama WTO : Pilar Domestic Support. 19. Bahan Posisi Indonesia Kerjasama WTO : Pilar ExportCompetition (EC) 20. Bahan Posisi Indonesia Kerjasama WTO : Trade Policy Review (TPR) Indonesia Bidang Pertanian 21. Bahan Posisi Indonesia Kerjasama WTO : Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-9 22. Bahan Posisi Indonesia pada Forum D-8 23. Bahan Posisi Indonesia pada Forum APEC 24. Bahan Posisi Delri dalam Forum Bilateral Indonesia – EFTA 25. Bahan Posisi Delri dalam Forum Bilateral Indonesia – Korea 26. Bahan Posisi Delri dalam Forum Bilateral Indonesia – Australia 21
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Bahan Posisi Delri Dalam Forum Kerjasama Perdagangan IGG-FAO/UNCTAD Bahan Evaluasi IJ-EPA dalam Bidang Pertanian Pengembangan Pasar Ekspor Melalui BIMP- EAGA Pengembangan Pasar Ekspor Melalui IMTGT Pengembangan Pasar Ekspor melalui Kajian Market Intelligence Pengembangan Pasar Ekspor melalui Pembinaan Market Intelligence Fasilitasi Kesekretariatan Kampanye Green Product
34. Bahan Buku Kampanye Green Product dan Editing Buku 35. Workshop Dialog International Promotion Sustainable Palm Oil B. Capaian Kinerja Kegiatan Partisipasi dalam Perundingan Internasional bidang pertanian ( Target 25 Laporan, Realisasi 100%) 1. Partisipasi Delegasi RI merupakan bagian penting dalam mengkomunikasi kepentingan Indonesia dalam forum internasional untuk mendapatkan dukungan banyak pihak sehingga hasil perundingan dapat mengakomodasikan kepentingan Indonesia di bidang pertanian. Capaian kinerja merupakan hasil dari partisipasi pada sidang sidang berikut : 2. Partisipasi pada Pertemuan Tingkat Menteri Kerjasama Indonesia-Malaysia 3. Partisipasi pada Pertemuan Tindak Lanjut Kerjasama Komoditi Bilateral Indonesia Malaysia 4. Partisipasi pada Pertemuan International Cocoa Organization (ICCO) 5. Partisipasi pada Pertemuan International Sugar Organization (ISO) 6. Partisipasi pada Pertemuan International Coffee Organization (ICO) 7. Partisipasi Dalam Perundingan Kerjasama Komoditi Regional : The 16th Meeting of the National Focal Point for the ASEAN Cocoa Club (ACC) on ASEAN Cooperation and Joint Approaches in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme 8. Partisipasi Dalam Perundingan Kerjasama Komoditi Regional : The 9th Meeting ASEAN National Focal Point Working Group on Coffee 9. Partisipasi Dalam Perundingan Kerjasama Komoditi Regional : The 8th Meeting ASEAN National Focal Point Working Group on Tea 10. Partisipasi Dalam Perundingan Kerjasama Komoditi Regional : The 20th Meeting of The Joint Committee on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme 11. Partisipasi pada Pertemuan Teknis Tindak Lanjut Komoditi Karet 12. Partisipasi pada Pertemuan Teknis Kerjasama Komoditi Kopi 13. Workshop on The Benefit of Tea to The Human Health 14. Partisipasi pada Sidang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 15. Partisipasi pada Sidang FTA ASEAN - China Joint Committee 16. Partisipasi pada Sidang FTA ASEAN - Korea Implementing Committee 17. Partisipasi pada Sidang FTA ASEAN- Japan Comprehensive Economic Partnership 18. Partisipasi pada Sidang FTA ASEAN – Australia - New Zealand FTA Joint Committee 19. Partisipasi pada Sidang FTA ASEAN – India 20. Partisipasi pada Forum World Trade Organization (WTO), 21. Partisipasi pada Forum Developing-8 countries (D-8) 22. Partisipasi pada Forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) 22
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
23. Partisipasi pada Sidang IGG on Tea 24. Partisipasi pada Sidang UNCTAD 25. Akselerasi Ekspor Hortikultura ke Singapura C. Capaian Kinerja Kegiatan Analisa peningkatan ekspor dan penurunan impor hasil pertanian yang telah dilaksanakan dan disusun laporannya, meliputi 12 laporan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Penyusunan Data Dan Informasi Perdagangan Internasional sejumlah 2 laporan Penyusunan Statistik Ekspor-Impor Komoditi Pertanian Penyusunan Dan Evaluasi Kebijakan Ekspor Impor Komoditi Pertanian sejumlah 2 laporan Penyusunan Bahan Harmonisasi Tarif Produk Pertanian Sosialisasi Harmonisasi Tarif Produk Pertanian Penyusunan Regulasi Fasilitasi Ekspor Produk Pertanian Monitoring Implementasi dan Akselerasi Ekspor dalam Rangka Kerjasama IJ-EPA, RIKorsel, RI-China 8. Verifikasi Teknis Ekspor Produk Pertanian 9. Advokasi Pemasaran Ekspor Produk Pertanian dalam rangka Optimalisasi Kerjasama dan Akses Pasar 10. Pembinaan dan Pengawalan Akselerasi Peningkatan Ekspor Pola Insentif Komoditi Pertanian D. Capaian Kinerja Akselerasi Ekspor Komoditi Pertanian dalam bentuk fasilitasi sarana dan prasarana pertanian yang diberikan kepada 40 Gapoktan, yaitu: Kinerja akselerasi ekspor komoditi pertanian dapat dihitung berdasarkan jumlah gapoktan penerima sarana-prasarana pertanian. Sebanyak 40 gapoktan menjadi target pemberian sarpras tersebut dengan tingkat capaian sebesar 100%. Daftar gapoktan penerima dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 7. Jumlah Gapoktan Penerima Fasilitasi Sarpras Pertanian Tahun 2013 No
Provinsi
Kabupaten
1.
Jawa Barat
1. Bandung
2. Bandung Barat
Gapoktan
Komoditi
1
Mizan
Sayuran
2
sari tani
sayuran
Eksportir PT. Kertosari Gemilang PT. Alamanda Sejati Utama PT. Alamanda Sejati Utama
3
Dewa Family
Paprika PT. Alamanda Sejati Utama
4 3. Sumedang
5
Wargi Panggupay Agribisnis Ubi Cilembu Pelopor
6
tani Mukti
sayuran Ubi Cilembu mangga
PT. Alamanda Sejati Utama PT.sumber Buah
Bantuan rumah kemas, Peralatan fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura rumah kemas, peralatan rumah kemas, dan peralatan
23
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
4. Cirebon
2.
Jawa Tengah
5. Ciamis 6. Magelang
7
Dunia Buah
Mangga (Arumanis, Dermayu, Gedong Gincu) Mangga
PT. Duta Asri Pertiwi
rumah kemas dan peralatan
8
Tambong Nagara
PT. Alamanda Sejati Utama PT. Buah Angkasa
Gemah Ripah Kelompok Wanita Tani Melati Sari
Manggis Baby Buncis Perancis Buncis super dan kubis
fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura rumah kemas dan peralatan
9
Karya Muktisari
10
Kelompok Wanita Tani Merapi Asri
Baby Buncis Perancis
PT. Bumi Sari Lestari
Sayekti Mbangun Projo
Salak
CV. Agronusa
fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura
Budoyo Tani Krido Tani
Sayur Sayuran
PT. Bumi Sari Lestari PT. Bumi Sari Lestari
mobil box berpendingin rumah kemas, peralatan
Pangudi raharjo
Beras Organik
PT. Bloom Agro
Peralatan
Nawa Warga
Sayuran
PT. Bumi Sari Lestari
rumah kemas dan peralatan,
Sprayer Melati Unggul
Buah & Sayur Buah & Sayur
PT. Bumi Sari Lestari PT. Bumi Sari Lestari
20
Peni Murni
Sayuran
PT. Bumi Sari Lestari
21
Mardi Santoso
Sayuran daun
PT. Bumi Sari Lestari
22
Tanggulasi
sayuran
PT. OG Fresh
23
tani Makmur Mitra Turindo
Sayuran salak
Primasembada
salak
PT. Kertosari Gemilang PT. Agung Mustika Selaras PT. Alamanda Sejati Utama
mitra Mekarsari
olahan pisang
CV. Mekarsari
Asosiasi pisang mas kirana
Pisang mas kirana
CV. Agrifresh
Maju Bersama
Sayuran
Lau Dimbo
Sayuran
mobil box berpendingin rumah kemas, cool storage, Peralatan Rumah kemas dan peralatan rumah kemas dan Peralatan fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura rumah kemas dan peralatan, mobil box berpendingin rumah kemas dan Peralatan fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura Rumah kemas dan peralatan Angkutan Berpendingin,
Tani Maju
Sayuran
PT. Bumi Sari Lestari PT. Bumi Sari Lestari
11
mobil box berpendingin rumah kemas dan peralatan rumah kemas dan peralatan
12 13 7. Boyolali
14 15 16
8. Temanggung 9. Wonosobo 10. Kebumen 11. Batang 12. Semarang
3.
Yogyakarta
13. Banjarnegara 14. Sleman
17 18 19
24 25 4.
Jawa Timur
15. Trenggalek 26 16. Lumajang 27
5.
Sumatera Utara
17. Karo 28 29 30 31
Lau Langit
Sayuran
PT. Alamanda Sejati Utama PT. Alamanda Sejati Utama PT. Alamanda Sejati Utama PT. Alamanda Sejati Utama
Angkutan Berpendingin, cool storage kapasitas besar
24
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
PT. Alamanda Sejati Utama 32 18. Simalungun
6.
Bali
19. Bangli
7.
Sulawesi Utara
8.
Sulawesi Selatan
9.
Maluku
Bunga Rampai Dolok Mariah
Sayuran Sayuran
34
Bunga Sampang
Sayuran
35
Kopi
33
36
Subak Abian landih Subak Abian Triguna Karya
20. Karang Asem
37
Kelompok Pule Sari
Mete
21. Sitaro
38
Kompakk
Pala
39
Mata ere Jeneponto
Markisa
40
Hilla
Pala
22. Jeneponto 23. Maluku Tengah
Kopi
PT. Alamanda Sejati Utama PT. Alamanda Sejati Utama PT. Bintang tunggal Sejati PT. Bintang tunggal Sejati PT. Bening Big Tree Farms PT. Gunung Intan Pertama PT. Alamanda Sejati Utama PT. Ollop
fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura Rumah kemas dan peralatan rumah kemas dan peralatan rumah pengolahan kopi dan peralatan rumah pengolahan kopi dan peralatan Rumah pengolahan mete dan peralatan Rumah Pengolahan dan Peralatan fasilitasi mengikuti in store promotion di Singapura Rumah Pengolahan dan Peralatan
3.2.1.2 Analisis Capaian Kinerja A.
Kegiatan Peningkatan Ekspor Kelapa Sawit
Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya peningkatan ekspor sawit yang berkelanjutan yang sekaligus merupakan upaya meng-counter isu-isu negatif terhadap minyak sawit Indonesia. Pada tahun 2013, rangkaian kampanye green product dilaksanakan di Inggris dan Belanda, dimana pada akhir tahun 2015 baik Inggris maupun Belanda berkomitmen hanya akan menggunakan minyak sawit berkelanjutan (sustainable palm oil). Kegiatan ini juga bertujuan untuk meminimallisir hambatan non-tarif yang diberlakukan oleh negara-negara tersebut dimana beberpa perusahaan di Inggris mulai mencantumkan bahwa produknya tidak lagi mengandung minyak sawit. Beberapa isu seperti isu-isu penanggulangan deforestasi di Indonesia, industri kelapa sawit yang berkaitan erat dengan aspek lingkungan hidup (HCV dan degraded land), peran smallholders dalam meningkatkan kesejahteraannya, serta isu biodiversitas (endangered species dan orangutan) disampaikan pada kedua kegiatan ini. Disampaikan juga bahwa Indonesia mulai menerapkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang berlaku untuk seluruh perusahaan yang bergerak di bidang industri sawit untuk memproduksi minyak sawit yang berkelanjutan dan akan menjadi mandatory pada awal tahun 2015. Kegiatan green campaign for palm oil juga secara substansi juga telah merubah persepsi sebagian pemangku kepentingan / pembuat kebijakan dan sektor swasta di negara - negara tujuan ekspor antara lain Norwegia, Uni- Eropa, Italia, dan Perancis menjadi lebih terbuka terhadap minyak sawit Indonesia. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Indonesia dalam pelestarian lingkungan hidup.
25
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
B.
Peningkatan Ekspor Kakao
Pada Sidang Economic Committee, Indonesia menyampaikan kesiapannya untuk menjadi salah satu project beneficieries dari proyek CocoaSafe: Capacity Building and Knowledge Sharing in SPS and Food Safety in Cocoa and South East Asia. Usulan proyek ini telah disetujui untuk mendapat dukungan pendanaan dari STDF (Standards and Trade Development Facility) – sebesar 824.359 Dollar Amerika dan dilaksanakan selama 4 tahun sejak April 2013. National Project Implementing Agency untuk Indonesia adalah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. C.
Kegiatan Peningkatan Ekspor Karet
Pertemuan Teknis Tindak Lanjut Komoditi Karet dilaksanakan di Bogor pada tanggal 1-2 Mei 2013 dengan tujuan pertemuan adalah menindaklanjuti kesepakatan Sidang International Tripartite Rubber Cooperation (ITRC) tentang perlunya setiap negara anggota ITRC (Indonesia, Malaysia dan Thailand) untuk membentuk rubber fund di masing-masing negara. Kedepan, diperkirakan peran ketiga negara dibidang karet akan berkurang karena meningkatnya investasi dibidang karet di negara negara ASEAN lainnya. Penyediaan rubber fund disepakati merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan daya saing bagi industri karet ketiga negara dan telah diterapkan oleh Malaysia dan Thailand. D.
Kegiatan Peningkatan Ekspor Kopi
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi penurunan luas areal kopi di negara-negara ASEAN yang pada umumnya disebabkan oleh fluktuasi harga dan konversi ke tanaman lain, sementara itu permintaan kopi dunia diprediksi akan terus meningkat sebesar rata-rata 2.5% per tahun dari 142,2 juta bag (1 bag = 60 kg) pada tahun 2012 menjadi 173,6 juta bag di 2020 (ICO, 2013). Mengantisipasi hal tersebut, Indonesia telah memfinalisasi proposal Pelatihan Produksi Kopi, Teknologi Pengolahan dan Peningkatan Nilai Tambah Untuk Negara ASEAN. Proposal dimaksud akan dipresentasikan dalam Joint Committee Meeting for Agricultural and Forest Product Promotion Scheme (JC Meeting) pada bulan Juli 2013 di Filipina untuk mendapat dukungan pendanaan dari ASEAN Sekretariat. Selain itu, juga akan dipresentasikan proposal Studi Peningkatan Kualitas dan Keamanan Pangan Kopi. Apabila kedua proposal ini disetujui, maka kedua kegiatan tersebut akan dilaksanakan di tahun 2014. E.
Kegiatan Peningkatan Ekspor Teh
Beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh Indonesia untuk teh adalah : (1) Workshop On Benefit of Tea to The Human Health. (2) Training of Trainer of Monitoring Pests and Diseases and Integrated Pest Management. (3) Study on Opportunity to Increase Market Share of tea in Global Market. Study direncanakan akan dilaksanakan di tahun 2014. F. Fasilitasi Peningkatan Ekspor dalam Forum WTO KTM WTO ke-9 telah berlangsung dari tanggal 3 – 7 Desember 2013 di Bali, mundur satu hari dari jadwal semula, yaitu 3 – 6 Desember 2013. KTM tersebut sukses terselenggara dengan 26
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
sejumlah kesepakatan yang terangkum dalam Bali Ministerial Declaration (Paket Bali) yang perlu ditindaklanjuti oleh semua negara anggota WTO. Keberhasilan paket Bali tersebut memperpendek garis final penyelesaian Doha Development Agenda (DDA) yang telah berlangsung 12 tahun. Keberhasilan tersebut akan memperkuat keberadaan lembaga WTO & mekanisme kerja WTO. Keberhasilan itu pula akan mencegah terjadinya perang dagang dan proteksionisme di pasar internasional. Subsidi Ekspor Paket Bali menghasilkan komitmen positif untuk mengurangi subsidi ekspor, dengan kesepakatan tersebut, diharapkan produk pertanian negara berkembang termasuk Indonesia dapat lebih kompetitif. Tarif Kuota Impor (TRQ) Peningkatan transparasi penerapan TRQ akan memberikan peluang peningkatan ekspor produk pertanian G.
Fasilitasi Kemudahan Ekspor dalam Forum ASEAN FTA
Pertemuan High Level Task Force On Economic Integration (HLTF) ke-15. Negara ASEAN menyambut baik pemikiran untuk menerapkan system self-certification pada tahun 2012 bagi approved exporters dan conventional regime of ROO untuk eksportir yang belum masuk kategori approved exporters. Self certification merupakan suatu mekanisme dimana trusted traders/exporters dapat menerbitkan surat keterangan asal barang untuk eksportasi yang akan dilakukan. Dalam konsep ASEAN, self certification lebih ditekankan pada beberapa point, antara lain adalah (a) approved exporters yang dapat melakukan self certification harus memenuhi kriteria tertentu; (b) approved exporters harus dapat membukti-kan bila mana diminta barang yang diekspor memenuhi persyaratan asal barang untuk mendapatkan perlakuan tarif khusus di negara tujuan sesuai kesepakatan CEPT-AFTA; (c) negara penerima barang harus menerima self certification, mengenakan tarif khusus sesuai kesepakatan CEPT-AFTA, dan segera merelease barang dimak-sud; (d) bila terdapat keraguan, pihak pabean penerima barang dapat meminta verifikasi asal barang (post-import verification); (e) bila terdapat keraguan, pihak pabean pengirim barang juga dapat meminta pembuktian asal barang (post-export verification). Tujuan Self Certification seperti yang dijelaskan dalam 22nd AFTA Council adalah untuk mengembangkan mekanisme dalam memaksimalkan pemanfaatan zero internal tariff dan menciptakan simple operational certification regime. Self certi-fication akan juga mengurangi jumlah pre-export examination yang berarti akan lebih menghemat tenaga manusia terkait dengan instansi pemerintah yang berwenang. Self certification lebih jauh menggambarkan asumsi bahwa exporter knows best apa yang mereka produksi, bagaimana barang tersebut dibuat dan siapa yang men-supply dengan kata lain eksporterlah yang paling mengetahui apakah barang yang akan diekspor tersebut memenuhi kriteria asal atau tidak. 27
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Dalam forum ASEAN, sebelum SC diterapkan secara resmi maka terlebih dahulu dilakukan Pilot Project. Pilot Project versi 1 diikuti oleh Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand yang telah mengimplementasikan SC sejak 1 Nopember 2010. Sementara, Indonesia bersama Philipina dan Laos berpartisipasi pada Pilot Project versi 2. Indonesia menginformasikan bahwa Kementerian Perdagangan RI telah menerbitkan peraturan terkait The 2nd Self Cetification Pilot Project, yaitu Permendag No. 39/M-DAG/PER/8/2013 dan akan menerapkannya pada 1 Januari 2014. H. Perlindungan terhadap Komoditi Strategis (Beras dan Gula) Dalam rangka proses waiver beras dan gula tersebut, dimana Indonesia menyatakan belum siap untuk menerapkan tarif impor 0% pada kedua komoditi dimaksud, maka setiap tahun pada Sidang CCA Indonesia harus memberikan justifikasi waiver tersebut sampai dengan tahun 2015. Pada sidang CCA awal tahun 2013, Indonesia (Dit.Jend.PPHP) kembali menyampaikan justifikasi untuk waiver beras dan gula, dimana beras dan gula memegang peranan penting dalam perekonomian dan stabilitas politik di Indonesia dan harga beras dapat merupakan barometer bagi perekonomian Indonesia. Ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan didasari pada produksi beras dan gula, yang dapat memberikan pendapatan bagi petani dan memberikan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, kebijakan nasional tentang beras dan gula harus diambil dengan hati-hati karena dapat mempengaruhi kondisi kesejahteraan masyarakat. Indonesia menjelaskan kepada pihak Thailand bahwa untuk gula, kedua negara memiliki forum bilateral regular yang dilaksanakan setiap tahun secara bergantian (pasca pemberlakuan Protocol to provide Special consideration for Rice and Sugar). Forum mendiskusikan pengembangan gula kedua negara, terutama menyangkut hal-hal teknis di bidang pergulaan termasuk keadaan industry gula di kedua negara, walaupun fungsi kedua negara adalah sebagai penjual dan pembeli. Terkait dengan “sugar waiver for Indonesia” sebaiknya diskusi dibicarakan di forum bilateral tersebut, sehingga rekomendasinya dapat dijadikan referensi persetujuan waiver bagi Indonesia dan dibawa ke forum CCA. Komitmen modalitas tarif gula Indonesia untuk tahun 2013 adalah 15% (raw sugar) dan 25% (refined sugar), namun dalam prakteknya tarif MFN gula yang diberlakukan sejak 2010 adalah sebesar Rp 550,- per kg untuk raw sugar dan Rp 790,- per kg untuk refined sugar. Besaran kedua tarif tersebut masih sangat jauh dibawah dari komitmen tarif Indonesia. Applied tariff yang diberlakukan baik raw sugar maupun refined sugar masih berada dibawah 10%. The extension of 2013-2014 waiver for rice and sugar products for Indonesia under the Protocol to Provide Special Consideration for Rice and Sugar, telah diendorse pada pertemuan AFTA ke-27 pada bulan Agustus 2013 dan sudah disetujui oleh seluruh negara anggota ASEAN kecuali Thailand. Thailand masih menunggu perkembangan hasil diskusi dengan Bulog terkait jumlah beras yang akan diimpor dari Thailand.
28
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
I.
Kegiatan Peningkatan Ekspor Hortikultura
Terkait dengan capaian kinerja untuk indikator ke-4 yaitu yaitu binaan dalam rangka peningkatan ekspor terealisasi 40 gapoktan atau target tercapai 100 % pelaku. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan akselerasi ekspor produk unggulan pertanian Indonesia dan melanjutkan program yang telah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Fasilitasi dengan memberikan insentif teknologi kepada para pelaku usaha di sentra produksi dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian di pasar Internasional. Insentif teknologi yang akan diberikan adalah berupa bantuan sarana dan prasarana dalam upaya perbaikan mutu dan pemasaran. Bantuan yang diberikan merupakan bantuan dari sisi off-farm dengan memperhatikan supply chain management dan rantai dingin bagi produk yang mudah rusak perishable. Kegiatan difokuskan pada kegiatan-kegiatan penanganan pasca panen, perbaikan mutu dan pemasaran yang didukung dengan bantuan penguatan modal bekerjasama dengan mitra (eksportir) sebagai avalis. Kegiatan ini dilaksanakan di Propinsi/Kabupaten sentra produksi khususnya untuk mendukung akselerasi ekspor sayuran dan buah ke Singapura. Keempat puluh pelaku usaha ini tersebar di 9 provinsi di 29 kabupaten (Dana Tugas Pembantuan), yaitu : Kabupaten Simalungun dan Tanah Karo, Provinsi Sumatera Utara; Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cirebon, Sukabumi, Sumedang, Ciamis Provinsi Jawa Barat; Kabupaten Banjarnegara, Magelang, Boyolali, Temanggung, Wonosobo, Kebumen, Batang, Semarang Provinsi Jawa Tengah; serta Kabupaten Bangli dan Karang Asem Provinsi Bali; Kabupaten Sleman untuk Propinsi D.I.Yogyakarta; Kabupaten Sitaro Propinsi Sulawesi Utara; Kabupaten Jeneponto Propinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Maluku Tengah Porpinsi Maluku. Secara rinci kegiatan akselerasi ekspor dapat dilihat pada Tabel 7. J. Pengembangan Data, Informasi dan Market Intelligence Pengembangan data dan informasi merupakan salah satu acuan dari penyusunan posisi Delri dalam melakukan perundingan internasional serta menjadi basis penghitungan kinerja ekspor – impor Indonesia. Selain itu pengembangan data dan informasi sangat menentukan efektivitas upaya Indonesia dalam mempertahankan dan menambah akses pasar internasional. Selain itu ketersediaan data dan informasi juga membantu Indonesia dalam menentukan kebijakan proteksi yang diambil agar Indonesia tidak menjadi sasaran pasar produk pertanian negara lain yang mengancam keberlangsungan usaha di sektor pertanian. Sub-sektor perkebunan merupakan sub-sektor dengan neraca perdagangan yang positif, sedangkan ketiga sub-sektor lainnya memiliki neraca perdagangan yang negatif. K. Kajian Market Intelegence Tujuan utama kajian ini adalah untuk mencermati peluang dan tantangan pengembangan beberapa komoditi andalan ekspor maupun potensial ekspor ke beberapa negara tujuan ekspor. Selain itu kegiatan ini merupakan wujud fasilitasi pemerintah kepada para pemangku kepentingan khususnya pelaku usaha dalam bentuk informasi terkait ekspor. Pada tahun 2013, kajian Market Intelligence difokuskan kepada dua negara yaitu Hong Kong dan Italia dengan varian komoditas antara lain kopi, kakao, pala, mangga, manggis dan salak; dimana komoditi – 29
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
komoditi tersebut merupakan komoditi yang memiliki potensi ekspor di negara – negara tersebut. Dari hasil kajian Market Intelligence diketahui bahwa sebagian besar komoditi Indonesia masih diekspor dalam bentuk primer yang kemudian diolah lebih lanjut di negara tujuan ekspor. Hal ini mengakibatkan Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah untuk komoditi pertaniannya sehingga perlu adanya kebijakan ekspor berbasis produk olahan guna mendapatkan nilai tambah. Disampaikan juga bahwa potensi ekspor produk pertanian olahan Indonesia sangat terbuka selama mutu dan standar yang diinginkan pasar dapat dipenuhi. Terkait dengan diseminasi hasil kajian, manfaat kajian Market Intelligence yang dirasakan para pemangku kepentingan antara lain:
Merupakan salah satu alat bagi para pemangku kepentingan untuk mengetahui perkembangan pasar tujuan ekspor dan aplikasinya terhadap strategi pemasaran dan distribusi, Mendorong inovasi produk guna meningkatkan daya saing baik dari segi kualitas maupun harga jual produk, dan Mendorong sustainable competitive advantage para pemangku kepentingan melalui aplikasi strategic market intelligence.
Mengingat pentingnya peranan market intelligence untuk mendorong ekspor komoditi pertanian olahan dan memenuhi target renstra Kementerian Pertanian, kajian market intelligence perlu terus dilaksanakan untuk komoditi pertanian potensial ekspor dengan cakupan informasi lengkap dan menyeluruh antara lain mutu dan standar produk, consumer preference, rantai pasok, daya saing dan sebaran pasar, kesiapan pasokan dalam negeri (off farm readiness) serta channeling. Kedepan, kajian market intelligence ini dapat diintegrasikan dengan informasi pasar yang telah tersedia di perwakilan Indonesia di pasar tujuan ekspor. 3.2.3 Capaian Kinerja Mendukung Capaian Kinerja Ditjen PPHP Seperti yang tercantum pada sasaran kinerja Ditjen PPHP yaitu meningkatkan neraca perdagangan (nett ekspor) produk pertanian sebesar 15% per tahun pada periode 2010 -2014, maka pada uraian berikut dapat dilihat capaian sampai dengan Oktober 2013. Perkembangan Neraca Perdagangan Tahun 2013 (Januari – Oktober), dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Neraca Perdagangan Produk Pertanian (segar dan olahan) Tahun 2010-2013 (Januari – Oktober)
Uraian Volume (Ton) - Ekspor - Impor
2010
28.768.085 16.874.998
2011
29.959.656 22.917.892
2012
Pertumbuhan 2010-2012
2012 (Jan -Okt)
2013 (Jan-Okt)
Peningkat an 2013 dari 2012
31.222.545 19.352.793
4,18 10,13
24.839.634 16.147.265
26.740.655 14.166.739
7,65 -12,27
30
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
- Neraca 11.893.087 7.041.764 11.869.752 Nilai (US$ 000) - Ekspor 32.522.974 43.365.004 34.330.576 - Impor 13.983.327 20.598.660 13.930.591 - Neraca 18.539.647 22.766.344 20.399.985 Peningkatan/ tahun %) Rerata peningkatan per tahun (%) periode 2010-2013 (%) Target peningkatan per tahun sesuai Renstra Capaian komulatif (realisasi /target X 100 %)
13,89
8.692.369
6,25 7,47 6,20
28.612.042 11.646.318 16.965.724
12.573.916 24.774.347 10.425.082 14.349.265
44,65 -13,41 -10,49 -15,42 4,13% 15,00% 27,56%
Sumber : BPS, diolah Pusdatin dan Ditjen PPHP Perkembangan ekspor impor yang dapat dilihat dari Tabel tersebut adalah : Volume ekspor produk pertanian periode Januari – Oktober 2013 sebesar 26,74 juta ton dan Volume impor periode Januari – Oktober 2013 sebesar 14,17 juta ton atau mengalami surplus volume 12,57 juta ton. Nilai ekspor periode yang sama mencapai US$ 24,77 miliar dan nilai impor sebesar US$ 10,43 miliar atau mengalami surplus sebesar US$ 14,35 miliar. Capaian neraca nilai perdagangan tahun 2013 periode Januari – Oktober 2013 dibanding periode yang sama tahun 2012 mengalami penurunan 15,42% , akan tetapi bila dilihat perkembangan 2010 – 2012, masih terjadi peningkatan neraca nilai perdagangan dengan rerata pertumbuhan 6,20% per tahun. Dengan demikian tingkat capaian kinerja perdagangan kumulatif 2010-2013 belum melampaui target 15 % per tahun atau 27,56% dari target, hal ini dikarenakan beberapa faktor pemicu, antara lain penurunan daya serap pasar internasional, rendahnya pasokan beberapa komoditi strategis, perubahan nilai mata uang serta gejolak ekonomi di negara – negara importir utama seperti USA dan zona Uni Eropa. Ada beberapa catatan terkait nilai neraca perdagangan yang perlu dicermati dalam laporan ini : Sasaran Kementan (Renstra Kementan p.55) : a. Meningkatnya surplus neraca perdagangan US$ 24,3 milyar (2010) menjadi US$ 54,5 milyar (2014) sebagaimana tercantum pada sasaran kementan (Renstra p.55) sedang dalam usulan revisi dengan justifikasi : 1) Penetapan surplus neraca perdagangan tahun 2014 sebesar US$ 54,5 Milyar dipandang tidak memiliki justifikasi yang jelas, karena pertumbuhan net ekspor tiap tahun tidak sesuai dari target yang tercantum pada Renstra yaitu 15 %seperti yang tercantum pada tabel 10. b. Target Surplus neraca perdagangan tahun 2014 sebesar US$ 32,36 Milyar merupakan hasil perhitungan pertumbuhan 15% dengan menggunakan angka realisasi surplus neraca perdagangan tahun 2010 sebesar US$ 18,5 Milyar sebagai tahun dasar. Data realisasi surplus neraca perdagangan tahun 2010 dipandang lebih realistis digunakan sebagai basis perhitungan karena angka tahun 2010 lebih memiliki justifikasi dan lebih tinggi (31,33 %) dari angka realisasi tahun 2010.
31
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Tabel 10. Perkembangan Ekspor Tahun 2013 Per Subsektor
Sub Sektor Tanaman Pangan Volume (Ton) : - Ekspor - Impor - Neraca Nilai (US$ 000) : - Ekspor - Impor - Neraca Hortikultura Volume (Ton) : - Ekspor - Impor - Neraca Nilai (US$ 000) : - Ekspor - Impor - Neraca Perkebunan Volume (Ton) : - Ekspor - Impor - Neraca Nilai (US$ 000) : - Ekspor - Impor - Neraca
2010
2011
2012
2013
Pertumbuhan rata-rata (%)
Pertumbuhan 2013 thd 2012 (%)
892,454 10,504,604 -9,612,150
807,265 15,363,009 -14,555,744
234,274 14,440,773 -14,206,500
331,741 13,107,786 -12,776,045
-12.97 10.34 12.99
41.60 -9.23 -10.07
477,708 3,893,840 -3,416,132
584,861 7,023,936 -6,439,075
150,705 6,306,900 -6,156,195
165,837 5,436,246 -5,270,409
-25.90 35.09 42.05
10.04 -13.80 -14.39
364,139 1,560,808 -1,196,669
381,648 2,052,271 -1,670,623
426,576 2,138,802 -1,712,226
374,864 1,638,305 -1,263,442
8.29 17.85 21.05
-12.12 -23.40 -26.21
390,740 1,292,988 -902,248
491,304 1,686,131 -1,194,827
504,538 1,813,405 -1,308,868
439,743 1,618,931 -1,179,188
14.22 18.98 20.99
-12.84 -10.72 -9.91
27,017,306 3,578,061 23,439,245
27,863,746 4,311,982 23,551,764
30,376,021 1,571,476 28,804,546
32,540,285 1,492,991 31,047,294
6.07 -21.52 11.39
7.12 -4.99 7.79
30,702,864 6,028,160 24,674,704
40,689,768 8,843,792 31,845,976
33,118,806 3,112,185 30,006,621
29,499,879 2,660,872 26,839,007
6.96 -9.05 11.64
-10.93 -14.50 -10.56
Peternakan Volume (Ton) : 32
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
- Ekspor - Impor - Neraca Nilai (US$ 000) : - Ekspor - Impor - Neraca
494,186 1,231,525 -737,339
906,997 1,190,630 -283,633
185,675 1,201,742 -1,016,067
196,300 1,244,994 -1,048,694
2.00 -1.19 98.35
5.72 3.60 3.21
951,662 2,768,339 -1,816,677
1,599,071 3,044,801 -1,445,730
556,527 2,698,100 -2,141,573
568,244 3,019,311 -2,451,068
1.42 -0.70 13.86
2.11 11.91 14.45
5.16 3.53 20.74
7.11 -9.66 34.45
0.62 2.12 0.11
-10.65 -8.58 -12.07
PERTANIAN Volume (Ton) : - Ekspor 28,768,085 29,959,656 31,222,545 33,443,190 - Impor 16,874,998 22,917,892 19,352,793 17,484,076 - Neraca 11,893,087 7,041,764 11,869,752 15,959,114 Nilai (US$ 000) : - Ekspor 32,522,974 43,365,004 34,330,576 30,673,703 - Impor 13,983,327 20,598,660 13,930,591 12,735,360 - Neraca 18,539,647 22,766,344 20,399,985 17,938,343 Sumber : BPS diolah Pusdatin dan Direktorat Pemasaran Internasional, Ditjen PPHP.
Total volume ekspor tahun 2013 masih menunjukkan peningkatan 7,11% dibanding periode yang sama tahun 2012. Tingkat kenaikan volume ekspor tahun 2013 bahkan melebihi tingkat kenaikan rata per tahun periode 2010-2012 sebesar 5,16%. Total volume impor pada tahun 2013 mengalami penurunan 9,66% dari 19,35 juta ton menjadi 17,49 juta ton. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintaha dalam membatasi volume impor subsektor horikultura dan penurunan volume impor dari subsektor pangan. Total nilai ekspor tahun 2013 menunjukkan penurunan dari US$ 34,33 miliar menjadi US$ 30,67 miliar atau turun 10,65% dibanding tahun 2012. Hal ini disebabkan antara lain terus menurunnya harga dunia komoditas utama ekspor seperti karet, sawit, kelapa kopi, kakao dipicu adanya peningkatan produksi dan penurunan permintaan. Total nilai impor pada tahun 2013 mengalami penurunan 8,58% dari US$ 13,93 miliar menjadi US$ 12,74 miliar. Penurunan impor terjadi di subsektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
3.3. Evaluasi Capaian Kinerja Tahun 2013 3.3.1
Evaluasi Capaian Kinerja Direktorat PI
Indikator kinerja dari 3 kelompok kegiatan yaitu kegiatan Analisa data dan informasi untuk penyusunan posisi Indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum komoditi strategis, kegiatan partisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian Capaian dan kegiatan analisa ekspor impor hasil pertanian dapat dicapai 100 %. Hal ini dapat dilakukan karena adanya dukungan sebagai berikut : 33
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
1. Adanya koordinasi yang baik dengan unit kerja lingkup Kementerian Pertanian maupun dengan Kementerian/lembaga lain termasuk Kedutaan Besar RI/ Konsulat Jenderal diluar negeri dan stakeholder terkait seperti Asosiasi, Lembaga Penelitian, Akademisi dll. 2. Penyiapan materi yang didukung oleh data dan informasi yang komprehensif dan kajian yang mendalam. 3. Adanya pengaturan jadwal kegiatan yang baik dan tertib administrasi baik dalam pengadaan maupun pelaksanaan hingga eveluasi. 4. Sekalipun ada pemotongan anggaran, tidak mempengaruhi capaian indicator karena dapat dilakukan efisiensi dengan pengurangan komponen biaya untuk kegiatanpendukung yang tidak mempengaruhi output. 3.3.2
Evaluasi Capaian Kinerja Mendukung IKU Ditjen PPHP
Capaian Kinerja neraca perdagangan dibandingkan target pada Renstra 2010 -2014 dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 11. Capaian Indikator Kinerja Mendukung IKU Direktorat Jenderal PPHP 2010 – 2013 No
Indikator Kinerja Utama
Target per tahun
Realisasi 2013 thd 2012 (%)
1.
Kenaikan/surplus neraca perdagangan komoditi segar dan olahan (%) Indikator Kinerja Meningkatnya surplus neraca perdagangan (US$ miliar)
15
-12,07
2
Target 2013 28,14
Capaian thd target 2013 (%) -80,5
Realisasi kumulatif 2010-2013
Capaian thd target 2010-2013
10,36
70
Realisasi 2013 17,94
% Capaian 64
Kinerja neraca perdagangan komoditi pertanian pada tahun 2013 menunjukkan tren penurunan dibandingkan tahun – tahun sebelumnya, sehingga tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor pemicu, antara lain penurunan daya serap pasar internasional, rendahnya pasokan beberapa komoditi strategis, perubahan nilai mata uang serta gejolak ekonomi di negara – negara importir utama seperti USA dan zona Uni Eropa.
34
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
3.3.3
Evaluasi Capaian Kinerja Mendukung IKU Ditjen PPHP
Capaian Kinerja neraca perdagangan dibandingkan target pada Renstra 2010 -2014 dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 12. Capaian Kinerja Kumulatif 2010-2013 2010 2011 2012 Renstra Surplus ( S$ Milyar) 24,3 29,8 36,5 Pertumbuhan hasil Hitungan (%) 22,63 22,48 Realisasi Surplus ( S$ Milyar) 18,54 22,77 16,9 Pertumbuhan hasil Hitungan (%) 41,09 22,80 -9,14 Usulan Target Pertumbuhan (%) Tetap 15 15 Revisi Surplus ( S$ Milyar) 18,5 21,275 24,47
2013 44,7 22,47 14,35 -17,7 15
2014 54,4 21,70
28,14
32,36
15
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa : 1.
2. 3.
4.
Tingkat pertumbuhan neraca perdangan tahun 2013 mengalami penurunan 17,7% atau dengan kata lain tidak mencapai target yang seharusnya naik 15%. Sedangkan pertumbuhan /peningkatan rata rata kumulatif 2010 – 2013 yang mencapai 10,36% atau berada dibawah target yaitu 15%. Per tahun. Nilai surplus neraca perdagangan Januari – Oktober 2013 sebesar USD 14,35 miliar, dibawah target periode yang sama yaitu 28,14 %. Penetapan surplus neraca perdagangan tahun 2014 sebesar US$ 54,5 Milyar dipandang tidak memiliki justifikasi yang jelas, karena pertumbuhan net ekspor tiap tahun dari angka yang tercantum pada Renstra yang ada sekarang bukan 15% seperti yang ditargetkan, akan tetapi diatas 20%, seperti yang terlihat pada Tabel 10. Terkait dengan hal tersebut diatas, sedang diusulkan revisi Target Surplus neraca perdagangan tahun 2014 menjadi sebesar US$ 32,36 Milyar . Angka ini merupakan hasil perhitungan pertumbuhan 15 % dengan menggunakan angka realisasi surplus neraca perdagangan tahun 2010 sebesar US$ 18,5 Milyar sebagai tahun dasar. Data realisasi surplus neraca perdagangan tahun 2010 dipandang lebih realistis digunakan sebagai tahun dasar karena angka tahun 2010 yang digunakan dasar pada Renstra 2010 -1014 yang sekarang yaitu US$ 24,3 Milyar tidak memiliki justifikasi dan lebih tinggi (31,33 %) dari angka realisasi tahun 2010.
3.3.3 Evaluasi Faktor Eksternal Capaian kinerja surplus perdagangan komoditi pertanian tidak dapat dilepaskan dari perubahan global yang memicu terjadinya perubahan permintaan dan penawaran serta harga. Selanjutnya diuraikan beberapa perubahan harga yang terjadi pada tahun 2012 - 2013:
Harga bulanan beras kualitas Thai broken 25% turun signifikan sebesar 45% pada periode Juni 2012 – Desember 2013
35
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Harga kedele juga turun walaupun relatif dibandingkan beras. Penurunan harga tercatat hanya 6,8% pada periode yang sama, Harga gandum relatif stabil, Harga jagung tertinggi tercatat pada bulan Agustus 2012 dan terendah di bulan Desember 2013. Penurunan harga internasional tersebut dipicu oleh tingginya pasokan beras, jagung dan kedele di pasar internasional serta adanya panen raya di negara – negara produsen beras utama seperti Thailand dan Vietnam Perkembangan harga dimaksud dapat terlihat pada grafik berikut: Gambar 1. Perkembangan Harga Internasional Beras, Kedele, Jagung dan Gandum Tahun 2012-2013
Harga internasional kakao relatif stabil cenderung meningkat pada tahun 2012 – 2013, dimana kenaikan harga mencapai 24% dengan titik tertinggi pada bulan Desember 2013 dan titik harga terendah berada pada bulan Maret 2013. Kenaikan harga kakao tersebut dipicu oleh turunnya ekspor biji kakao dan naiknya ekspor kakao olahan dari negara produsen utama kakao, Harga kopi Arabika mengalami penurunan yang tajam pada periode Juni 2012 – Desember 2013 dimana titik harga tertinggi berada pada bulan Juli 2012 dan terendah pada bulan November 2013, Harga kopi Robusta juga mengalami penurunan drastis dengan rerata 38% antara harga terendah dan tertinggi pada periode Juni 2012 – Desember 2013. Penurunan harga tersebut diakibatkan oleh turunnya daya beli di negara – negara konsumen utama seperti di Uni Eropa dan Inggris akibat krisis finansial, Harga karet cenderung berfluktuasi dengan rerata harga mencapai US$ 2808,84/MT dalam periode 17 bulan terakhir.
36
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Perkembangan harga dimaksud dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 2. Perkembangan Harga Internasional Kakao, Kopi dan Karet Tahun 2012-2013
Harga minyak sawit, gula dan sapi hidup pada tahun 2012 – 2013 cenderung stabil dan tidak berfluktuasi secara signifikan. Harga gula cenderung berada dibawah US$ 500/MT sedangkan harga CPO tertinggi tercatat pada bulan Juli 2012. Harga sapi hidup juga cenderung stagnan dengan rerata harga mencapai US$ 2758,57/MT. Perkembangan harga dimaksud adalah sebagai berikut: Gambar 3. Perkembangan Harga Internasional Minyak Sawit, Gula, dan Sapi Hidup Tahun 2012-2013
Selain pasar utama yang selama ini menjadi andalan tujuan ekspor seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Malaysia, China, Korea, dan negara Asean lainnya, juga telah dikembangkan akses pasar ke berbagai negara di Timur Tengah dan Arab Saudi, India, Bangladesh serta Eropa Timur. 37
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
4. Akuntabilitas Keuangan Realisasi Penyerapan Anggaran Dari total anggaran kegiatan yang tersedia untuk Direktorat Pemasaran Internasional Tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 11.432.080.000,- telah terealisasi sebesar Rp. 10.917.563.919,- atau 95%. Sementara total anggaran Sub Bagian Tata Usaha yang tersedia yaitu sebesar Rp. 1,431,542,800,- dan telah terealisasi sebesar Rp. 1,335,076,275,- atau 93%. Secara rinci penyerapan anggaran pada Direktorat Pemasaran Internasional dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 13. Evaluasi Penyerapan Anggaran Direktorat Pemasaran Internasional TA 2013 No Kegiatan Anggaran Dana Dipakai Penyerapan Sisa Anggaran % (SP2D) A APE 2,370,786,400 2,215,836,762 93 154,949,638 B RM 1,866,650,000 1,820,339,756 98 46,310,244 C Bilateral 1,964,100,800 1,885,068,750 96 79,032,050 D Komoditi 3,799,000,000 3,661,242,376 96 137,757,624 E Tata Usaha 1,431,542,800 1,335,076,275 93 96,466,525 Total 11,432,080,000 10,917,563,919 95 514,516,081 Realisasi anggaran (SP2D) sampai akhir Desember 2013 adalah sebesar 95%. Hal ini dikarenakan adanya penghematan anggaran dari pengadaan. Beberapa permasalahan yang ada dalam pengelolaan anggaran antarab lain pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan jadwal/waktu yang telah ditetapkan dalam ROPAK dan tidak didukung dengan rencana kerja seperti TOR atau Kerangka Acuan Kerja serta RAB yang sudah final, sehingga hal ini cukup menghambat penyelesaian SPJ sehingga pencapaian realisasi anggaran tidak dapat mencapai 100 %.
38
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
BAB IV. P E N U T U P Tahun 2013 merupakan tahun keempat periode pembangunan 2010-2014. Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian telah ditetapkan visi, misi, sasaran dan program dalam rangka pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang akan diwujudkan pada tahun 2013. Direktorat Pemasaran Internasional sesuai dengan tugas dan fungsinya diharapkan mendukung pencapaian kinerja Ditjen PPHP Kementerian Pertanian yaitu program peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian melalui program peningkatan ekspor produk pertanian. Berdasarkan pengukuran kinerja yang dilakukan maka tingkat pencapaian kinerja menunjukkan keberhasilan 100 % dari indikator yang ditetapkan sekalipun terjadi pemotongan anggaran. Hal ini dapat dilakukan karena adanya langkah langkah efisiensi untuk kegiatan penunjang yang tidak terkait langsung dengan kegiatan. Dalam pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, Direktorat Pemasaran Internasional berupaya secara terus menerus melakukan konsolidasi internal maupun upaya meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait seperti pemerintah daerah, para pelaku usaha, masyarakat luas serta stakeholders lainnya (Perguruan Tinggi, swasta, asosiasi, perhimpunan profesi, LSM dan lain-lain), terutama agar pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian mampu menggerakkan masyarakat untuk mendukung pencapaian sasaran. Memahami, bahwa pembinaan pada bidang peningkatan ekspor produk pertanian melibatkan aspek yang sangat luas dan terkait dengan kewenangan intansi lain di dalam dan di luar lingkup Kementerian Pertanian, maka kerjasama yang harmonis secara lintas instansi sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan bersifat saling mendukung, diharapkan program yang telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan serta sasaran yang diinginkan. Disamping itu komitmen dari internal lingkup Direktorat Pemasaran Internasional baik dari pimpinan serta seluruh jajaran (staf teknis maupun administrasi) sangat diperlukan. Untuk itu perlu dilakukan upaya secara terus menerus untuk meningkatkan kinerja, melengkapi sarana dan prasarana kerja, serta mengembangkan kapabilitas dan kompetensi sumberdaya manusia. Selanjutnya, dalam penetapan kinerja ke depan perlu diimbangi dengan pengalokasian dana sesuai kebutuhan, sehingga tidak menjadi kendala dalam pencapaian kinerja.
39