..._,..,.._ YANUAR BEY & REKAN
Business & Property Appraisers
LICENCE NO ; 2.09.0041
LAPORAN PENDAPAT KEWAJA~N PT SORINI AGRO ASIA CORPdRINDO, Tbk.
Lokasi Di : Wisma 46- Kota BNI, Lantli 26, Jalan Jend. Sudirman Ka • 1, Karet Tengsin, Jakarta P sat, DKI Jakarta, 10220
NO. FILE : Y&R/F0/17/0101
Trusted Appraisal Services:
YANUAR BEY & REKAN
Business & Property Appraisers CHICE SO : Z:.et.Cie4
No. File: Y&R/F0/1 7/0101 Jakarta, 17 Januari 2017 Kepada Yth. PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. Wisma 46-Kota BNI, Lantai 26 Jalan Jend. Sudirman Kav. 1, Karet Tengsin, Jakarta Pusat, DKI Jakarta - 10220
Dengan hormat, KANTOR JASA PENILAI PUBLIK YANUAR BEY DANl REKAN ("Y&R") ditunjuk oleh PT SORINI AGRO ASIA CORPORINDO Tbk ("SAAC") berdasarkan persetujuan atas Surat Penawaran No. Pr.YR.Y/ F0/ 486/ SMC / XII / 16-RY tangg 119 Desember 2016, dengan maksud untuk memberikan Pendapat Kewajaran (fairness opinion) tas rencana transaksi dalam rangka aksi korporasi yang akan dilakukan oleh SAAC dengan PT CA GILL INDONESIA ("CI"). Maksud dan tujuan dari pemberian pendapat kewajaran ini dalah untuk memberikan pendapat kewajaran atas rencana transaksi pinjam meminjam dan ("Rencana Transaksi"). Pendapat Kewajaran ini diberikan dalam rangka memenuhi Peratura Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ("Bapepam dan LK") No. IX.E.1 tenta g "Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu" yang termuat dalam eputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-412/BL/2009 tanggal 25 November 2009 dan Per turan Bapepam dan LK No. IX.E.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-614/ L/2011 Tanggal 28 November 2011 tentang "Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan, asumsi-asumsi, dat~dan informasi yang diperoleh dan digunakan, penelaahan atas dampak keuangan Rencana ransaksi sebagaimana diungkapkan dalam Laporan Pendapat Kewajaran ini, kami berpendapat ~ hwa Rencana Transaksi ini, ditinjau dari segi ekonomis dan keuangan, adalah wajar bagi SMC n pemegang saham minoritas SAAC serta akan memberikan manfaat bagi pemegang saham SMC Kesimpulan akhir diat as berlaku bilamana tidak terdapat material terhadap Rencana Transaksi. Perubahan tersebut t perubahan kondisi baik secara internal pada SMC maupun dan perekonomian, kondisi umum bisnis, perdagangan dan pemerintah Indonesia dan peraturan terkait lainnya setelah ini dikeluarkan. Bilamana setelah tanggal Laporan Pendap perubahan-perubahan tersebut diatas, maka kesimpulan me ini mungkin berbeda.
perubahan yang memiliki dampak masuk, namun tidak terbatas pada, ecara eksternal yaitu kondisi pasar euangan serta peraturan-peraturan nggal Laporan Pendapat Kewajaran Kewajaran ini dikeluarkan terjadi genai kewajaran Rencana Transaksi
KJPP Yanuar Bey & Rekan
Business & Property Appraisers The Manhattan Square - Mid Tower Lantai 15 Unit F Jl. Tb. Simatupang Kav. 1 S Cilandak limur, Jakarta Selatan 12560 T: +62-21 2940 6860 (Hunting) F· +62-21 2940 6863 E:
[email protected] www.yr.coJd
Kantor Gallang
Trusted Appraisal Services
Ujung Menteng- Jakarta (P), Medan (P) Semarang (P), Surabaya (P). Oenpasar (PS}
YANUAR BEY & REKAN
Business & Property Appraisers
LlCt..CE NO : l.t9.H41
Pendapat Kewajaran ini harus dipandang sebagai satu kesa analisis dan informasi tanpa mempertimbangkan isi Pendap dapat menyebabkan pandangan yang menyesatkan atas Kewajaran ini. Pendapat Kewajaran ini juga disusun berdas yang ada pada saat ini. Kami tidak bertanggung jawab Pendapat Kewajaran kami karena peristiwa-peristiwa yan Kewajaran ini. Pendapat Kewajaran ini tidak sah apabila tid berwenang dan stempel perusahaan (corporate seal) d YANUAR BEY DAN REKAN ("Y&R").
uan, dan penggunaan sebagian dari t Kewajaran ini secara keseluruhan proses yang mendasari Pendapat rkan kondisi ekonomi dan peraturan tuk merevisi atau memperbaharui terjadi setelah tanggal Pendapat k dibubuhi tanda tangan pihak yang · KANTOR JASA PENILAI PUBLIK
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian dan ~erjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami, KJPP YANUAR BEY & REKAN
'Y
1/U/Jif'a ,tio -
-
Rosye Yunita, SE., MM. MAPPI (Cert) Partner Kualifikasi ljin ljin Penilai STTD MAPPI
: Penilai Bisnis :No. B-1.08.00045 : No. 06/PM/STTD-P/B/2006 : No. 02-S-01532
Trusted Appraisal Services
YANUAR BEY & REKAN
Business & Property Appreisers
LlCE...:E NO , l.e9.H41
P E R N Y A T A A N P ElN I L A I Dalam batas kemampuan dan keyakinan kami sebagai periilai, kami yang bertanda-tangan dibawah ini menerangkan bahwa : 1. Penugasan penilaian profesional telah dilakukan terhad~p Obyek Rencana Transaksi pada tanggal Penilaian; I 2. Analisa telah dilakukan untuk tujuan sebagaimana diunJkapkan dalam Laporan Pendapat Kewajaran; 3.
Penugasan penilaian profesional telah dilaksanakan sesufi dengan peraturan perundangan yang berlaku;
4.
Data ekonomi dan industri dalam Laporan Pendapat Kxwajaran diperoleh dari berbagai sumber yang diyakini Penilai Usaha dapat dipertanggungj wabkan;
5.
Laporan ini menjelaskan semua syarat-syarat pembata an yang mempengaruhi analisa, pendapat dan kesimpulan yang tertera dalam laporan ini
6.
Pernyataan yang menjadi dasar dari analisa, pendapat dalam laporan ini adalah benar.
7.
~an
kesimpulan yang diuraikan di
Laporan ini disusun dengan mengacu pada Peraturan~ Bapepam dan LK No. VIII.C.3, No. IX.E.1, No. IX. E.2 dan tidak lepas dari ketentuan- etentuan yang tercantum dalam Standar Penilaian Indonesia ("SPI") dan Kode Etik Penilai Indonesia ("KEPI").
Jakarta, 17 Januari 2017
Rosye Yunita, SE. MM., MAP PI (Cert) -Penanggung Jawab
1/!:J,1(1f
ljin Penilai : No. 8-1.08.00045 STTD :No. 06/PMISTTD-P/8/2006 MAPPI :No. 02-S-01532
Yanuar Bey, SE., MM., MAPPI (Cert) - Quality Assurance /jin Penilai :No. 8-1.08.00044 STTD :No. 03/PM/STTD-P/812006 MAPPI :No. 99-S-01230
Lidia, ST., MM. - Penilai MAPPI
:No. 12-P-03723
lin Nur lndah. SE., Ak. - Penilai MAPPI
: No. 13-P-04702
Trusted Appraisal Services
!r
~~
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
DAFTAR ISI Halaman SURAT PENGANTAR PERNYATAAN PENILAI DAFTAR ISI DAFTAR FIGUR 1. 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.5.1 1.5.2 1.6 1.7 1.8 1.8.1 1.8.2 1.9 1.10
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 Nomor dan Tanggal Laporan Penilaian ......................................................... 1 Tanggal Penilaian (Cut off Date) ................................................................ 1 Identitas Pemberi Tugas .......................................................................... 1 Maksud dan Tujuan Pemberian Pendapat Kewajaran........................................ 1 Keterkaitan Rencana Transaksi dengan Peraturan Bapepam-LK ........................... 1 Hubungan Afiliasi .................................................................................. 1 Unsur Transaksi Material dalam Rencana Transaksi ......................................... 3 Penugasan Penilaian Profesional ................................................................ 3 Pernyataan Penilai ................................................................................. 3 Data, Informasi dan Prosedur .................................................................... 4 Data Dan Informasi Rencana Transaksi ......................................................... 4 Prosedur yang Digunakan Manajemen .......................................................... 5 Ruang Lingkup ...................................................................................... 5 Asumsi dan Kondisi Pembatas .................................................................... 5
2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.5.1.
TINJAUAN DAN ANALISIS RENCANA TRANSAKSI ............................................. 8 Latar Belakang Rencana Transaksi ............................................................. 8 Bentuk Rencana Transaksi ........................................................................ 8 Besarnya Dana Rencana Transaksi .............................................................. 9 Pertimbangan Bisnis yang Digunakan oleh Manajemen SAAC .............................. 9 Obyek Rencana Transaksi ......................................................................... 9 Draft Perjanjian Pinjaman antara CI dengan SAAC (Multi-Currency Facility Agreement) ......................................................................................... 9 Pihak-Pihak dalam Rencana Transaksi ....................................................... 14 PT SORINI AGRO ASIA CORPORINDO Tbk (“SAAC”) ......................................... 14 PT CARGILL INDONESIA (“CI”) ................................................................. 16 Informasi Perihal Pinjaman yang Relevan per 30 September 2016 ................... 17 Informasi Material Lainnya yang Diungkapkan .............................................. 18
2.6. 2.6.1. 2.6.2. 2.7. 2.8. 3. 3.1. 3.1.1. 3.1.2. 3.1.2.1. 3.1.2.2. 3.1.2.3. 3.1.2.4. 3.1.3. 3.1.3.1. 3.1.3.2. 3.1.3.3. 3.1.3.4.
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF PT SORINI AGRO ASIA CORPORINDO Tbk (“SAAC”) ................................................................... 19 Analisis Kualitatif ................................................................................ 19 Operasional SAAC ................................................................................ 19 Analisis Makro Ekonomi ......................................................................... 21 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.............................................................. 21 Inflasi............................................................................................... 23 Nilai Tukar Rupiah ............................................................................... 24 Suku Bunga ........................................................................................ 25 Gambaran Umum Ubi Kayu/Singkong di Indonesia ......................................... 27 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas .................................. 27 Perkembangan Harga Ubi Kayu ................................................................ 30 Perkembangan Ekspor dan Impor Ubi Kayu .................................................. 31 Prospek Ubi kayu dan Produk Turunannya ................................................... 32
Halaman
-i
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Halaman 3.1.4. 3.1.5. 3.1.6. 3.1.7. 3.1.8. 3.1.9. 3.2. 3.2.1. 3.2.2. 3.2.3. 3.2.4. 3.2.5. 3.2.6. 3.2.7. 3.2.8. 3.2.9. 3.2.10. 3.2.11. 3.2.12. 3.2.13.
Analisis Perjanjian dan Persyaratan .......................................................... 33 Dampak Keuangan SAAC dari Hasil Dana Rencana Transaksi jika Mengalami Kegagalan ......................................................................................... 34 Analisis Dampak Leverage pada Keuangan SAAC ........................................... 34 Analisis Dampak Likuiditas Keuangan SAAC ................................................. 34 Keuntungan dan Kerugian yang Bersifat Kualitatif atas Rencana Transaksi ........... 35 Analisis Manfaat dan Risiko..................................................................... 35 Analisis Kuantitatif .............................................................................. 36 Kinerja Historis ................................................................................... 36 Penilaian Atas Proyeksi Keuangan ............................................................ 43 Analisis Rasio Keuangan Atas Proyeksi Keuangan .......................................... 44 Analisis Kemampuan CI Memberikan Fasilitas Pinjaman .................................. 45 Analisis Kemampuan SAAC Melunasi Pinjaman ............................................. 46 Laporan Keuangan Sebelum dan Sesudah Rencana Transaksi (Proforma) .............. 47 Analisis Dampak Keuangan Dari Rencana Transaksi Yang Akan Dilakukan ............. 49 Analisis Kelayakan Penggunaan Dana Rencana Transaksi ................................ 49 Analisis Cash Management dan Financial Covenant dari Rencana Transaksi .......... 50 Analisis Tingkat Bunga dari Rencana Transaksi ............................................ 50 Analisis Data Market / Penawaran terhadap Total Fasilitas Sejenis .................... 51 Analisis Inkremental ............................................................................ 51 Analisis Sensitivitas ............................................................................. 54
4. 4.1. 4.2.
ANALISIS KEWAJARAN NILAI RENCANA TRANSAKSI ...................................... 56 Analisis Kewajaran Kualitatif .................................................................. 56 Analisis Kewajaran Kuantitatif ................................................................ 56
5.
PENDAPAT MENGENAI KEWAJARAN RENCANA TRANSAKSI ............................. 58
6.
KUALIFIKASI PENILAI USAHA .................................................................. 59
LAMPIRAN KEUANGAN
Halaman
- ii
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
DAFTAR FIGUR Halaman Figur 1. Figur 2. Figur 4. Figur 5. Figur 6. Figur 7. Figur 8. Figur 9. Figur 10.
Hubungan Afiliasi Berdasarkan Struktur Kepemilikan ....................................... 2 Struktur Kepengurusan SAAC dengan CI ........................................................ 2 Struktur Kepemilikan Saham SAAC ............................................................ 15 Struktur Kepemilikan Saham CI ................................................................ 17 Peta Pabrik & Kantor ............................................................................ 21 Pertumbuhan Ekonomi Sidi Pengeluaran (%, yoy) .......................................... 22 Perkembangan Inflasi & Inflasi Inti ........................................................... 24 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Triwulanan dan Tahunan ................................. 25 BI Rate, DF Rate dan Suku Bunga PUAB ON, Koridor Suku Bunga Operasional Moneter ............................................................................ 26 Figur 11. Suku Bunga Kredit : KMK, KI dan KK, Spread Suku Bunga Perbankan ................... 27 Figur 12. Rata-Rata Luas Panen, Produksi, Produktivitas dan Rata-Rata Pertumbuhannya di Jawa dan Luar Jawa ................................................... 28 Figur 14. Perkembangan Produktivitas Ubi Kayu di Indonesia ....................................... 29 Figur 15. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Indonesia ............................................. 29 Figur 17. Perkembangan Volume Ekspor Impor Ubi Kayu Indonesia ................................ 31 Figur 18. Perkembangan Volume Ekspor Impor Ubi Kayu Indonesia ................................ 32 Figur 19. Rasio Atas Proyeksi Keuangan 2017 sampai dengan 2021 ................................. 34 Figur 20. Analisis Likuiditas Proyeksi Keuangan 2017 sampai dengan 2021 ....................... 34 Figur 21. Ringkasan Laporan Laba (Rugi) Komprehensif Konsolidasian SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) ................................................................................... 36 Figur 24. Ringkasan Laporan Posisi Keuangan SAAC ................................................... 38 Figur 25. Komposisi Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar .............................................. 39 Figur 26. Komposisi Liabilitas Jangka Pendek & Liabilitas Jangka Panjang ....................... 40 *Periode 30 September 2016 ............................................................................... 40 Figur 27. Perkembangan Total Ekuitas SAAC ............................................................ 40 Figur 28. Ringkasan Arus Kas SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) .......................................... 41 Figur 29. Rasio Keuangan SAAC ............................................................................ 41 Figur 30. Proyeksi Laba (Rugi) Komprehensif Konsolidasian Periode 2017*-2021 (Jutaan Rupiah) .................................................................................. 43 Figur 31. Posisi Keuangan Periode 2017-2021 (Dalam Jutaan Rupiah) ............................. 43 Figur 32. Ringkasan Proyeksi Arus Kas SAAC Periode 2017-2021 (Dalam Jutaan Rupiah) ............................................................................................. 43 Figur 33. Rasio Atas Proyeksi Keuangan 2017 sampai dengan 2021 ................................. 44 Figur 34. Laporan Keuangan CI Tahun Buku Periode 31 Mei 2015 (Dalam Jutaan Rupiah) ............................................................................................. 45 Figur 36. Proforma Laba (Rugi) Komprehensif SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) ...................... 47 Figur 37. Proforma Posisi Keuangan SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) .................................. 47 Figur 38. Proforma Arus Kas SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) ........................................... 49 Figur 39. Regresi 7 Emiten ................................................................................. 50 Figur 40. Hasil Regresi 7 (tujuh) Emiten ................................................................. 50 Figur 41. Penawaran Bank/Entitas Terhadap Fasilitas Sejenis ...................................... 51 Figur 42. Nilai Tambah atas proyeksi Laba Rugi (dalam Jutaan Rupiah) ........................... 51 Figur 43. Nilai Tambah atas proyeksi Laba Rugi (dalam persentase) ............................... 52 Figur 44. Nilai Tambah atas proyeksi Posisi Keuangan (Dalam Jutaan Rupiah) ................... 52 Figur 45. Nilai Tambah atas proyeksi Posisi Keuangan (Dalam Persentase) ....................... 53 Figur 46. Nilai Tambah atas Proyeksi Arus Kas (Dalam Jutaan Rupiah) ............................ 54 Figur 47. Nilai Tambah atas Proyeksi Arus Kas (Dalam Persentase) ................................ 54 Figur 48. Sensitivitas ........................................................................................ 54
Halaman
- iii
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
1. PENDAHULUAN 1.1
Nomor dan Tanggal Laporan Penilaian
KANTOR JASA PENILAI PUBLIK YANUAR BEY DAN REKAN (“Y&R”) ditunjuk oleh PT SORINI AGRO ASIA CORPORINDO Tbk (“SAAC”), berdasarkan persetujuan atas Surat Penawaran No. Pr.YR.Y/FO/486/SAAC/XII/16–RY tanggal 19 Desember 2016, dengan maksud untuk memberikan Pendapat Kewajaran (fairness opinion) atas rencana transaksi dalam rangka aksi korporasi yang akan dilakukan oleh SAAC dengan PT CARGILL INDONESIA (“CI”). Kami adalah Kantor Jasa Penilai Publik yang secara resmi telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 497/KM.1/2009 tanggal 12 Mei 2009, dengan nama Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan dengan Izin KJPP No. 2.09.0041 dan telah terdaftar sebagai Profesi Penunjang Pasar Modal di Otoritas Jasa Keuangan d/h Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“OJK d/h Bapepam dan LK”) dengan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal dari Bapepam dan LK No. 06/PM/STTD-P/B/2006. Selanjutnya Y&R telah menyusun Laporan Pendapat Kewajaran terhadap Rencana Transaksi dengan Laporan No. Y&R/FO/17/0101 tanggal 17 Januari 2016. 1.2
Tanggal Penilaian (Cut off Date)
Tanggal efektif penilaian adalah per 30 September 2016, dimana batas tersebut diambil atas dasar pertimbangan kepentingan dan tujuan penilaian, sedangkan masa berlaku laporan sesuai dengan tanggal penilaian akan berakhir pada tanggal 30 Maret 2017. 1.3
Identitas Pemberi Tugas
Pemberi tugas kepada Y&R dalam penyusunan laporan pendapat kewajaran ini adalah : Nama Perusahaan Alamat Tel/Fax Persetujuan Pekerjaan
1.4
: PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk : Wisma 46-Kota BNI, Lantai 26, Jalan Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta Pusat-10220 : (021) 29240121 : Surat Penawaran No. Pr.YR.Y/FO/486/SAAC/XII/16–RY tanggal 19 Desember 2016
Maksud dan Tujuan Pemberian Pendapat Kewajaran
Maksud dan tujuan dari pemberian pendapat kewajaran ini adalah untuk memberikan pendapat kewajaran atas rencana transaksi pinjam meminjam dana. Pendapat Kewajaran ini diberikan dalam rangka memenuhi Peraturan Bapepam dan LK No. IX.E.1 tentang “Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu” yang termuat dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-412/BL/2009 tanggal 25 November 2009 dan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.E.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-614/BL/2011 Tanggal 28 November 2011 tentang “Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama”. 1.5 1.5.1
Keterkaitan Rencana Transaksi dengan Peraturan Bapepam-LK Hubungan Afiliasi
Berikut struktur kepemilikan yang menggambarkan hubungan afiliasi antara SAAC dengan CI :
Halaman
-1
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 1. Hubungan Afiliasi Berdasarkan Struktur Kepemilikan
Sumber : Manajemen Berikut struktur kepengurusan antara SAAC dengan CI : Figur 2. Struktur Kepengurusan SAAC dengan CI Keterangan
SAAC
I Nyoman Tjager
PK
Arief Susanto I Nyoman Tjager
K KI
Gerrit Jan Nicolas Hueting
PD
Ivan Kupin
D
Sunit Kumar Dhoka
D
Fanny Hosea Layantara
DI
CI
Jeral Sylvester D'Souza Christene
PK PD
Fransisca Veronika Hutauruk
D
Totok Setyarto
D
Sumber : Laporan Keuangan SAAC & Manajemen Hubungan afiliasi antara SAAC dengan CI dapat dilihat dari struktur kepemilikan, dimana SAAC dan CI berada dalam satu grup, berdasarkan hal tersebut rencana transaksi ini termasuk transaksi afiliasi dan perlu mengacu kepada Peraturan Bapepam dan LK No. IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-412/BL/2009, tanggal 25 November 2009.
Halaman
-2
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
1.5.2
Unsur Transaksi Material dalam Rencana Transaksi
Berdasarkan laporan keuangan SAAC yang telah diaudit oleh KAP Siddharta Widjaja & Rekan (“KPMG”) untuk periode 30 September 2016, perbandingan prosentase Nilai Rencana Transaksi yang akan dilakukan SAAC terhadap ekuitas SAAC per tanggal 30 September 2016 adalah sebagai berikut : Figur 3.Unsur Transaksi Materialitas Dalam Rencana Transaksi Rencana Transaksi Pinjaman dana Prosentase Ekuitas
Nilai Ekuitas SAAC 30 September 2016 (Jutaan Rupiah)
Nilai Rencana Transaksi (Jutaan Rupiah)*
1.124.103
1.299.800 115,63%
Sumber : Laporan Keuangan Audit SAAC dan Draft perjanjian pinjam meminjam antara SAAC dengan CI (Multi-Currency Facility Agreement) *menggunakan kurs tengah BI per 30 September 2016 sebesar Rp12.998/USD Dari data di atas, total ekuitas SAAC per tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp1.124.103 juta. Dari data di atas, diketahui bahwa nilai rencana transaksi pinjam meminjam dana sebesar USD100.000.000 atau setara dengan Rp1.299.800 juta adalah sebesar 115,63% terhadap ekuitas SAAC. Sesuai dengan data tersebut di atas, maka rencana transaksi penjualan tersebut termasuk kedalam unsur transaksi material sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan LK No. IX.E.2 tentang “Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama” dan Lampiran dari Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-614/BL/2011 tanggal 28 November 2011. 1.6
Penugasan Penilaian Profesional
Dalam menyusun laporan ini, Y&R mengandalkan keakuratan dan kelengkapan informasi yang disediakan oleh SAAC dan/atau data yang diperoleh dari informasi yang tersedia untuk publik dan informasi lainnya serta penelitian yang kami anggap relevan untuk perhitungan dan analisis telah dilakukan dengan benar. Y&R tidak terlibat dan tidak melakukan audit ataupun verifikasi atas informasi yang disediakan tersebut. Sebagai tambahan, kami tidak terlibat dalam diskusi dengan SAAC sehubungan dengan Rencana Transaksi tersebut dan kami tidak terlibat dalam komunikasi ataupun interaksi apapun dalam mencapai konsensus mengenai persyaratan dan kondisi Rencana Transaksi tersebut. 1.7
Pernyataan Penilai
Laporan kami disusun berdasarkan permintaan dari SAAC yang dipakai semata-mata untuk membantu SAAC dalam memberikan gambaran mengenai Rencana Transaksi yang memerlukan pendapat dari pihak independen, pendapat tertulis yang akan diserahkan ke OJK d/h Bapepam - LK dan akan diumumkan kepada masyarakat, dan tidak dapat digunakan untuk tujuan lainnya. Karena pihak lain mungkin bermaksud untuk menggunakan laporan ini untuk tujuan yang lain, perlu ditegaskan bahwa laporan ini tidak dapat dikutip, direferensikan atau diperlihatkan ke pihak lain tanpa ijin tertulis dari kami terlebih dahulu kecuali diharuskan oleh pengadilan atau undang-undang yang berlaku. SAAC telah membebaskan Y&R dari setiap klaim yang dapat dan akan timbul dari kesalahan ataupun kekurangan dalam bahan atau informasi yang disediakan SAAC, anak perusahaan, perusahaan afiliasi, konsultan atau pihak ketiga, kepada Y&R dalam penyusunan laporan ini.
Halaman
-3
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Kami ingin menekankan bahwa hasil analisis dan penelaahan kami secara khusus hanya terbatas pada aspek komersial dan finansial transaksi, di luar dari aspek perpajakan dan hukum karena hal tersebut berada di luar lingkup penugasan kami. Manajemen SAAC menyatakan bahwa seluruh informasi material yang menyangkut Rencana Transaksi telah diungkapkan seluruhnya kepada Y&R dan tidak ada pengurangan atas fakta -fakta yang penting. Dalam mempersiapkan laporan pendapat kewajaran ini kami bertindak secara independen tanpa adanya benturan kepentingan dan tidak terafiliasi dengan SAAC ataupun pihak-pihak yang terafiliasi dengan SAAC. Y&R juga tidak memiliki kepentingan ataupun keuntungan pribadi terkait dengan penugasan ini. Laporan pendapat kewajaran ini tidak dilakukan untuk memberikan keuntungan atau merugikan pihak manapun. Imbalan jasa yang kami terima sama sekali tidak dipengaruhi oleh pendapat kewajaran yang disimpulkan. Perhitungan dan Analisis dalam rangka pemberian pendapat kewajaran telah dilakukan dengan benar. Y&R bertanggung jawab atas laporan pendapat kewajaran dan kesimpulan pendapat kewajaran yang dihasilkan. 1.8
Data, Informasi dan Prosedur
1.8.1
Data Dan Informasi Rencana Transaksi
Kami telah melakukan analisis dan mempertimbangkan data dan informasi yang disediakan SAAC untuk tujuan penugasan ini, yaitu : a.
Laporan Keuangan SAAC Tahun
b. c. d. e. f.
Auditor
Nomor dan Tanggal
Opini
31 Mei 2012
KAP Siddharta & Widjaja
No.:L-12-5530-12/VIII.30.001 Tanggal : 30 Agustus 2012
Wajar dalam semua hal yang material
31 Mei 2013
KAP Siddharta & Widjaja
No. : L.13-5530-13/VIII.27.001 Tanggal : 27 Agustus 2013
Wajar dalam semua hal yang material
31 Mei 2014
KAP Siddharta & Widjaja
No. : L.14-5530-14/VIII.22.001 Tanggal : 22 Agustus 2014
Wajar dalam semua hal yang material
31 Mei 2015
KAP Siddharta & Widjaja
No. : L.15-5530-15/VIII.27.002 Tanggal : 27 Agustus 2015
Wajar dalam semua hal yang material
31 Mei 2016
KAP Siddharta & Widjaja
No. : L.16-5530-16/VIII.31.003 Tanggal : 31 Agustus 2016
Wajar dalam semua hal yang material
30 September 2016
KAP Siddharta & Widjaja
No. : L.16-5530-17/I.16.001 Tanggal : 16 Januari 2017
Wajar dalam semua hal yang material
Draft perjanjian pinjam meminjam antara SAAC dengan CI (Multi-Currency Facility Agreement). Berdasarkan informasi dari manajemen tidak ada perubahan antara isi dari draft yang disampaikan dengan perjanjian yang akan disepakati nantinya; Legalitas perusahaan dan perijinan terkait; Dokumen-dokumen lain yang terkait dengan rencana transaksi; Diskusi dengan manajemen SAAC; Informasi lainnya yang didapat dari berbagai pencarian di Internet.
Halaman
-4
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
1.8.2
Prosedur yang Digunakan Manajemen
Prosedur pengambilan keputusan dalam menentukan rencana dan nilai rencana transaksi adalah sebagai berikut : a. SAAC memerlukan layanan dukungan bisnis berupa dana keuangan yang akan digunakan sebagai modal kerja dengan proses yang cepat dan sekaligus mempertimbangkan beban bunga yang akan dibayarkan oleh SAAC. b. Berdasarkan pertimbangan terhadap manfaat dan keuntungan maka terjalin kerjasama antara SAAC dengan CI dalam hal penyediaan dana pinjaman yang kemudian diatur dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Multi-Currency Facility Agreement yang diperbaharui secara berkala sesuai kondisi dan perkembangan pasar. c. SAAC mempertimbangkan perjanjian yang mendasari pemberian layanan. Beberapa hal penting yang dipertimbangkan antara lain : 1) Kesesuaian limit pinjaman yang diberikan dengan kebutuhan SAAC. 2) Kesesuaian jenis pinjaman yang bersifat berulang (revolving loan) yang digunakan sebagai modal kerja bagi SAAC. 3) Beban bunga yang bersaing dengan pihak eksternal. 4) Kemudahan dalam proses negosiasi karena SAAC sebagai bagian dari Grup Cargill dan efisiensi waktu dan biaya karena sama-sama berada di Indonesia. Berdasarkan evaluasi terhadap perjanjian dengan pertimbangan mengenai manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan biayanya, SAAC mengambil keputusan untuk menggunakan layanan pihak terafiliasi, yaitu layanan yang diberikan oleh CI untuk mendukung kegiatan bisnisnya. 1.9
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penugasan Y&R dalam penyusunan laporan ini adalah : Melakukan analisis atas pertimbangan bisnis yang digunakan SAAC terkait dengan rencana transaksi terhadap kepentingan pemegang saham. Melakukan analisis atas kewajaran jumlah pinjaman dari rencana transaksi yang akan dilaksanakan terhadap rencana penggunaannya. Melakukan analisis dampak keuangan dari rencana transaksi yang dilaksanakan melalui analisis kuantitatif dan analisis kualitatif dari rencana transaksi. Memberikan pendapat terhadap kewajaran tingkat bunga dari rencana transaksi. 1.10 Asumsi dan Kondisi Pembatas Asumsi Beberapa asumsi yang digunakan dalam penyusunan pendapat kewajaran ini adalah :
Laporan pendapat kewajaran bersifat non disclaimer opinion.
Kami telah melakukan penelaahan atas dokumen- dokumen yang digunakan dalam proses pendapat kewajaran.
Dalam menyusun laporan ini, Y&R mengandalkan keakuratan dan kelengkapan informasi yang disediakan oleh SAAC dan atau data yang diperoleh dari informasi yang tersedia untuk publik dan informasi lainnya serta penelitian yang kami anggap relevan.
Halaman
-5
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Pemberi tugas menyatakan bahwa seluruh informasi material yang menyangkut penugasan pendapat kewajaran telah diungkapkan seluruhnya kepada Y&R dan tidak ada pengurangan atas fakta-fakta yang penting.
Y&R menggunakan proyeksi keuangan yang disampaikan oleh SAAC dan telah disesuaikan sehingga mencerminkan kewajaran proyeksi keuangan dengan kemampuan pencapaiannya (fiduciary duty).
Laporan Penilaian yang dihasilkan terbuka untuk publik kecuali terdapat informasi yang bersifat rahasia, yang dapat mempengaruhi operasional SAAC.
Y&R bertanggung jawab atas laporan pendapat kewajaran dan kesimpulan yang dihasilkan.
Y&R telah memperoleh informasi atas status hukum obyek pendapat kewajaran dari pemberi tugas.
Laporan pendapat kewajaran ini ditujukan untuk memenuhi kepentingan Pasar Modal dan pemenuhan aturan OJK dan tidak untuk kepentingan perpajakan.
Pendapat Kewajaran ini disusun berdasarkan kondisi pasar dan perekonomian, kondisi umum bisnis dan keuangan, serta peraturan-peraturan Pemerintah terkait dengan rencana aksi korporasi yang akan dilakukan pada tanggal pendapat ini diterbitkan.
Dalam penyusunan pendapat kewajaran ini, kami menggunakan beberapa asumsi, seperti terpenuhinya semua kondisi dan kewajiban SAAC dan semua pihak yang terlibat dalam aksi korporasi serta keakuratan informasi mengenai rencana aksi korporasi yang diungkapkan oleh manajemen SAAC.
Pendapat kewajaran ini harus dipandang sebagai satu kesatuan dan penggunaan sebagian dari analisis dan informasi tanpa mempertimbangkan informasi dan analisis lainnya secara utuh sebagai satu kesatuan dapat menyebabkan pandangan dan kesimpulan yang menyesatkan atas proses yang mendasari pendapat kewajaran. Penyusunan pendapat kewajaran ini merupakan suatu proses yang rumit dan mungkin tidak dapat dilakukan melalui analisis yang tidak lengkap.
Kami juga mengasumsikan bahwa dari tanggal penerbitan pendapat kewajaran ini sampai dengan tanggal terjadinya rencana aksi korporasi tidak terjadi perubahan apapun yang berpengaruh secara material terhadap asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan pendapat kewajaran ini. Kami tidak bertanggungjawab untuk menegaskan kembali atau melengkapi, memutakhirkan (update) pendapat kami karena adanya perubahan asumsi dan kondisi serta peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah tanggal surat ini.
Batasan-batasan dalam pelaksanaan penugasan ini adalah :
Kami tidak melakukan proses due diligence terhadap entitas atau pihak-pihak yang melakukan transaksi.
Dalam melaksanakan analisis, kami mengasumsikan dan bergantung pada keakuratan, kehandalan dan kelengkapan dari semua informasi keuangan dan informasi-informasi lain yang diberikan kepada kami oleh SAAC atau yang tersedia secara umum yang pada hakekatnya adalah benar, lengkap dan tidak menyesatkan, dan kami tidak bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan independen terhadap informasi-informasi tersebut. Kami juga bergantung kepada jaminan dari manajemen SAAC bahwa mereka tidak mengetahui fakta-fakta yang menyebabkan informasi-informasi yang diberikan kepada kami menjadi tidak lengkap atau menyesatkan.
Analisis pendapat kewajaran atas aksi korporasi ini dipersiapkan menggunakan data dan informasi sebagaimana diungkapkan diatas. Segala perubahan atas data dan informasi tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir pendapat kami secara material. Oleh karenanya, kami tidak bertanggungjawab atas perubahan kesimpulan atas pendapat kewajaran kami dikarenakan adanya perubahan data dan informasi tersebut.
Halaman
-6
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Kami tidak memberikan pendapat atas dampak perpajakan dari Rencana aksi korporasi ini. Jasa-jasa yang kami berikan kepada SAAC dalam kaitan dengan aksi korporasi ini hanya merupakan pemberian Pendapat Kewajaran atas aksi korporasi yang akan dilakukan dan bukan jasa-jasa akuntansi, audit, atau perpajakan. Kami tidak melakukan penelitian atas keabsahan aksi korporasi dari aspek hukum dan implikasi aspek perpajakan dari aksi korporasi tersebut.
Pekerjaan kami yang berkaitan dengan aksi korporasi ini tidak merupakan dan tidak dapat ditafsirkan merupakan dalam bentuk apapun, suatu penelaahan atau audit atau pelaksanaan prosedur-prosedur tertentu atas informasi keuangan. Pekerjaan tersebut juga tidak dapat dimaksudkan untuk mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian internal, kesalahan, atau penyimpangan dalam laporan keuangan atau pelanggaran hukum. Selain itu, kami tidak mempunyai kewenangan dan tidak berada dalam posisi untuk mendapatkan dan menganalisa suatu bentuk transaksi-transaksi lainnya diluar aksi korporasi yang ada dan mungkin tersedia untuk SAAC serta pengaruh dari transaksitransaksi tersebut terhadap aksi korporasi ini.
Halaman
-7
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
2. TINJAUAN DAN ANALISIS RENCANA TRANSAKSI 2.1. Latar Belakang Rencana Transaksi SAAC merupakan bagian dari Grup Cargill yang memproduksi straches dan sweeteners termuka di dunia. Sebagai bagian dari Grup Cargill, SAAC berperan aktif dan mendukung penuh segala usaha untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha. Hal ini juga menjadi tanggung jawab setiap anggota dalam Grup Cargill yang sesuai dengan tujuan organisasi yakni pertumbuhan yang berkelanjutan Grup akan memberi manfaat secara langsung maupun tidak langsung untuk semua anggota dalam Grup tersebut. Saat ini, SAAC memperoleh fasilitas kredit dengan skema revolving dari Cargill Asia Pacific Treasury Ltd., Singapore dengan limit sebesar USD75.000.000. Selain itu, SAAC juga memperoleh fasilitas kredit dari Deutsche Bank AG sebesar USD52.500.000 dan pinjaman dari The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd sebesar USD50.000.000. Manajemen SAAC berencana menggantikan sebagian pinjaman eksisting dengan pinjaman baru yang berasal dari CI. Adapun fasilitas pinjaman baru ini memiliki sifat yang sama yakni short term dengan skema revolving loan. Pertimbangan utama dalam penggantian pinjaman tersebut adalah untuk kemudahan dan fleksibilitas transaksi penarikan dan pembayaran karena SAAC dan CI sama-sama berdomisili di Indonesia dan berada dalam satu grup. Hal ini akan berdampak terhadap efisiensi waktu dan biaya transaksi penarikan, pembayaran serta biaya lain yang terkait dengan ini karena lebih murah. SAAC melakukan rencana transaksi perikatan perjanjian pinjam meminjam fasilitas short term yang bersifat revolving dengan CI terkait rencana menggantikan pinjaman eksisting dan penambahan sumber pendanaan apabila kebutuhan modal kerja SAAC tidak dapat dipenuhi dari kas internal karena aktivitas operasional yang memiliki potensi defisit. Langkah ini juga diperlukan dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas dan profitabilitas SAAC yang kurang mendukung untuk memperoleh pinjaman dengan proses yang cepat dan biaya yang relatif lebih murah. Jika SAAC melakukan pinjaman ke pihak luar, kemungkinan SAAC akan mendapatkan bunga yang relatif lebih besar jika dibandingkan melakukan pinjaman ke CI. Dengan fasilitas pinjaman baru dari CI, SAAC sudah melakukan mitigasi terhadap potensi risiko menurunnya kinerja atau profitabilitas SAAC. 2.2. Bentuk Rencana Transaksi Berdasarkan rencana transaksi yang akan dilakukan oleh SAAC, CI sebagai pemberi pinjaman, akan memberikan pinjaman dengan batas pinjaman sebesar USD100.000.000 (seratus juta dolar Amerika Serikat). Pinjaman tersebut bersifat multicurrency, sehingga pengenaan beban bunga juga disesuaikan terhadap fasilitas jenis mata uang yang digunakan. Untuk pinjaman dalam bentuk USD, bunga atas pinjaman dihitung berdasarkan USD Libor + spread sampai dengan 100 basis poin dan untuk pinjaman dalam bentuk IDR, bunga atas pinjaman akan dihitung berdasarkan JIBOR + spread sampai dengan 250 basis poin. Sesuai dengan keputusan manajemen, SAAC berencana menggunakan dana yang diperoleh dari CI untuk menggantikan pinjaman eksisting dan kebutuhan modal kerja, strategi bisnis dan mendukung operasional SAAC. Rencana transaksi tersebut memenuhi kriteria yang diatur dalam butir 1 huruf d Peraturan Bapepam dan LK No. IX.E.1 tentang “Transaksi Terafiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu” sebagai Lampiran dari Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-412/BL/2009 tanggal 25 November 2009 dan butir 1 huruf a angka 2 Peraturan Bapepam dan LK No. IX.E.2 tentang “Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama” sebagai lampiran dari Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-614/BL/2011 tanggal 28 November 2011. Halaman
-8
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
2.3. Besarnya Dana Rencana Transaksi Berdasarkan draft perjanjian pinjaman antara CI dengan SAAC (Multi-Currency Facility Agreement), pinjaman yang diberikan CI merupakan pinjaman berulang (revolving loan) dengan limit pinjaman sebesar USD100.000.000 (seratus juta dolar Amerika Serikat). 2.4. Pertimbangan Bisnis yang Digunakan oleh Manajemen SAAC Pertimbangan Bisnis yang digunakan manajemen SAAC : a.
b. c. d. e. f.
CI memiliki kemampuan untuk menyediakan fasilitas pinjaman yang dapat dipergunakan untuk menggantikan pinjaman eksisting dimana pinjaman eksisting tersebut digunakan sebagai sumber pendanaan aktivitas operasional SAAC. SAAC mempertimbangkan untuk memanfaatkan pinjaman dari Grup Cargill, dengan pertimbangan karena pinjaman berasal dari dalam satu grup yang sama. Pinjaman CI bersifat multicurrency dimana sesuai dengan strategi manajemen penarikan pinjaman direncanakan pada akhirnya akan didominasi dalam mata uang Rupiah, hal tersebut sejalan dengan penjualan SAAC yang didominasi oleh penjualan lokal. Proses kemudahan dalam hal negosiasi dan waktu dari proses pinjaman karena masih dalam satu grup dan sama-sama berdomisili di Indonesia. Syarat dan ketentuan yang lebih ringan dibandingkan dengan pinjaman dari pihak ketiga lainnya. Fasilitas pinjaman dari CI tidak memiliki covenant yang mengikat dikarenakan antara SAAC dan CI masih dalam satu grup bisnis. Tingkat bunga pinjaman terafiliasi lebih ringan dibandingkan penawaran dari kreditur lain.
2.5. Obyek Rencana Transaksi Obyek dari pendapat kewajaran yang diberikan adalah draft perjanjian pinjaman antara CI dengan SAAC (Multi-Currency Facility Agreement). 2.5.1. Draft Perjanjian Pinjaman antara CI dengan SAAC (Multi-Currency Facility Agreement) Berikut adalah ringkasan dari draft perjanjian pinjaman antara CI dengan SAAC (MultiCurrency Facility Agreement), dimana CI sebagai pemberi pinjaman dan SAAC sebagai peminjam. Fasilitas Pinjaman Fasilitas : Fasilitas pinjaman bergulir multi-mata uang dengan agregat pinjaman setara dengan Seratus Juta Dollar Amerika Serikat (USD100.000.000) (“Batasan Pinjaman”). Penarikan 1. Peminjam dapat melakukan penarikan fasilitas (masing-masing disebut sebagai “pinjaman”) dari waktu ke waktu. Dalam melakukan permintaaan untuk suatu Pinjaman, peminjam harus memberitahukan kepada Pemberi Pinjaman sebagai berikut : (i) Jumlah dan mata uang penarikan Pinajaman; dan (ii) Jangka waktu penarikan Pinjaman (hari terakhir adalah merupakan “Tanggal Jatuh Tempo”).
Halaman
-9
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
2. Pemberi Pinjaman akan memberikan konfirmasi detail ekonomis pinjaman dalam bentuk sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran Perjanjian ini. 3. Peminjam dapat melakukan permintaan kepada pemberi pinjaman dalam bentuk tertulis, pada saat atau sebelum tanggal jatuh tempo pinjaman, untuk diperpanjang atau digulirkan, dengan kasus tertentu bahwa jangka waktu pinjaman tunduk terhadap persetujuan pemberi pinjaman atas permintaan tersebut. 4. Definisi ‘Hari Kerja’ berarti hari dan waktu yang mana kantor perbankan dan pasar terbuka untuk bisnis untuk mata uang dan transaksi yang terlibat. Tingkat Bunga 1. Pengenaan bunga : o o
Untuk pinjaman dalam bentuk USD, bunga atas pinjaman akan dihitung berdasarkan USD LIBOR + spread sampai dengan 100 basis poin Untuk pinjaman dalam bentuk IDR, bunga atas pinjaman akan dihitung berdasarkan JIBOR + spread sampai dengan 250 basis poin
Dalam setiap kesempatan, spread dapat berubah dari waktu ke waktu untuk mencerminkan arms-length saat penarikan pinjaman. Pada setiap penarikan pinjaman, Peminjam harus menginfokan suku bunga dan spread kepada Peminjam. 2. Suku bunga yang berlaku harus ditetapkan pada atau sebelum dimulainya tanggal pinjaman atau digulirkannya pinjaman. 3. Bunga akan diperhitungkan dengan dasar aktual/360 atau aktual/365 hari, tergantung dari mata uang pinjaman. Bunga akan dibayarkan dibelakang. Pembayaran Fasilitas 1. Peminjam harus membayar kembali setiap pokok pinjaman, beserta bunganya dan uang lainnya yang telah jatuh tempo dalam Perjanjian ini berdasarkan masing-masing tanggal jatuh tempo setiap pinjaman tersebut atau sebagaimana yang dijelaskan dalam konfirmasi pinjaman (merujuk kepada Lampiran). Para pihak dapat menyetujui untuk memperpanjang jangka waktu atau penguliran jumlah pinjaman dan/atau termasuk bunganya. 2. Pinjaman yang telah dibayar harus tersedia untuk penarikan kembali selanjutnya, sesuai dengan batasan pinjaman. 3. Peminjam dapat melakukan pembayaran terlebih dahulu setiap pinjaman sebelum tanggal jatuh tempo nya, dengan memberikan pemberi pinjaman pemberitahuan tertulis yang tidak dapat ditarik kembali sebelumnya atas pembayaran terlebih dahulu tersebut dengan syarat bahwa setiap biaya dan pengeluaran (termasuk namun tidak terbatas untuk biaya break-funding) yang timbul kepada pemberi pinjaman harus, atas permintaan, dapat dibayarkan oleh peminjam. Pernyataan yang dikeluarkan oleh pemberi pinjaman atas biaya-biaya tersebut harus diterima sebagai final dan benar oleh peminjam. Cara Pembayaran 1. Seluruh pembayaran yang akan dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya harus dibuat dalam mata uang yang relevan dengan pinjaman untuk nilai pada saat pembayaraan tersebut jatuh tempo, dengan syarat jika hari tersebut bukan merupakan hari kerja maka pembayaran akan dianggap jatuh tempo pada hari kerja berikutnya dan seluruh Bunga akan tetap dihitung sampai dengan pembayaran : Halaman
- 10
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
a. Jika kepada pemberi pinjaman : sebagaimana instruksi penyelesaian standar. b. Jika kepada peminjam : sebagaimana instruksi penyelesaian standar; atau c. Kepada rekening lain yang salah satu pihak telah memberitahukan kepada pihak lainnya. 2. Sertifikat dari pemberi pinjaman atas jumlah yang harus dibayarkan oleh peminjam dalam fasilitas ini harus (dalam hal tidak adanya atau terdapatnya kesalahan pada manifes) dianggap kongklusif. 3. Pembayaran harus dilakukan pada hari kerja dan pada tanggal jatuh tempo untuk pembayaran tersebut atau jika hari tersebut bukanlah hari kerja dilakukan pada hari kerja berikutnya pada bulan kalender yang sama (jika ada) atau pada hari kerja sebelumnya (jika tidak ada). Pemotongan Seluruh pembayaran oleh peminjam dalam perjanjian ini, baik itu menyangkut pokok pinjaman, bunga, biaya atau perhitungan lainnya, harus dilakukan secara penuh tanpa adanya potongan atau pengurangan (baik itu terhadap set-off, tagihan balik, bea, pajak-pajak, biaya atau apapun) terkecuali pengurangan atau pemotongan tersebut diwajibkan secara hukum, yang mana dalam hal tersebut peminjam wajib : a) Memastikan bahwa pengurangan atau potongan tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan secara sah; b) Membayar perpajakan yang relevan atau pihak berwenang pembayaran yang diperbolehkan oleh hukum sejumlah penuh potongan (termasuk, namun tanpa mengurangi keumuman sebelumnya, jumlah penuh dari pengurangan atau potongan dari yang dibayar berdasarkan sub-pasal ini); dan
lainnya dalam periode atas pengurangan atau yang telah disebutkan setiap jumlah tambahan
c) Memberikan kepada pemberi pinjaman periode untuk pembayaran yang diizinkan oleh hukum yang relevan, baik : (i)
Tanda terima resmi dari badan perpajakan berwenang yang terlibat dalam atas jumlah yang dikurangi atau dipotong tersebut. (ii) Jika tanda terima tersebut tidak dikeluarkan oleh badan perpajakan berwenang pada saat pembayaran kepada mereka atas jumlah yang dikurangi atau dipotong tersebut, bukti potong atau bukti lainnya yang setara dengan hal tersebut atas jumlah yang dikurangi atau dipotong. Penilaian Mata Uang Jika, dalah setiap hukum yang berlaku, atau sebagai akibat dari putusan terhadap peminjam atau likuidasi dari peminjam atau alasan lainnya, setiap pembayaran dalam atau yang berkaitan dengan perjanjian ini yang dilakukan atau diperoleh kembali dalam mata uang (“mata uang lainnya”) selain dari yang disyaratkan untuk dibayar dibawah ini (“mata uang asal”) maka, sampai dengan pembayaran kepada pemberi pinjaman (ketika dikonversikan pada nilai tukar mata uang pada saat tanggal pembayaran atau dalam kasus likuidasi, tanggal terakhir untuk penentuan tanggung jawab yang diperbolehkan oleh hukum yang berlaku) kurang dari jumlah yang belum dibayar dalam perjanjain ini, peminjam wajib sebagai kewajiban yang terpisah, secara penuh mengganti rugi pemberi pinjaman terhadap jumlah uang yang kurang; dan untuk tujuan tersebut dari pasal ini “nilai tukar” berarti nilai yang mana pemberi pinjaman dapat dengan tanggal yang relevan membeli mata uang asal di Indonesia dengan mata uang lainnya.
Halaman
- 11
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Pernyataan dan Jaminan Peminjam mengakui bahwa pemberi pinjaman telah menandatangani perjanjian dengan ketergantungan penuh terhadap pernyataan dari peminjam dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut; dan peminjam dengan ini menjamin kepada pemberi pinjaman bahwa : (a) Status : Peminjam benar dan secara sah didirikan dan tunduk terhadap hukum dari jurisdiksi dimana tempat ia didirikan; (b) Kuasa dan Wewenang : Dokumen-dokumen yang berisikan atau membentuk konstitusi peminjam termasuk ketentuan-ketentuan mengenai pemberian kuasa, dan seluruh wewenang korporasi diperlukan yang telah dilakukan dan tindakan yang telah diambil, untuk peminjam atau terhadap aset-asetnya, melaksanakan bisnis dan operasional sebagaimana sekarang dilaksanakan, dan menandatangani serta mengirimkan, dan melaksanakan transaksi dimaksud dalam perjanjian dan perjanjian ini merupakan sah dan kewajiban yang mengikat Peminjam yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut; (c) Non-Pelanggaran : bukanlah penandatanganan dan pelaksanaan dari Perjanjian ini atau kinerja dari setiap transaksi dimaksud disini merupakan atau akan bertentangan atau merupakan cidera janji dalam hal, atau mengakibatkan dilampauinya setiap batasan dari hal tersebut atau kuasa dari direksinya yang dikenakan oleh atau terkandung dalam (i) hukum apapun oleh yang atau asetnya terikat atau terpengaruh, (ii) dokumen yang berisi atau menetapkan konstitusi, atau (iii) setiap kesepakatan yang itu atau salah satu dari entitas anak nya adalah pihak atau dimana salah satu atau aset mereka terikat; dan (d) Persetujuan : tanpa adanya otorisasi, persetujuan, kesepakatan, pengecualian, pendaftaran, perekaman, pengarsipan atau notarisasi dan tanpa adanya pembayaran dari setiap bea atau pajak dan tanpa adanya tindakan lain apapun yang diperlukan atau diinginkan untuk memastikan keabsahan, keberlakuan atau prioritas kewajiban dan kewajiban peminjam atau hak-hak pemberi pinjaman berdasarkan perjanjian. Di mana setiap otorisasi, persetujuan atau persetujuan yang diperlukan pada bagian dari peminjam maka peminjam harus memastikan bahwa itu akan mendapatkan yang sama sesuai. Cidera Janji Jika : (a)
Tanpa pembayaran : peminjam gagal untuk membayar setiap jumlah yang telah jatuh tempo didalam Perjanjian ini pada tanggal jatuh tempo;
(b)
Pelanggaran kewajiban : peminjam gagal untuk mematuhi atau melaksanakan setiap kewajibannya dalam perjanjian dan yang mana atas kegagalan tersebut tidak dapat diperbaiki untuk kepuasan pemberi pinjaman dalam 21 hari setelah pemberitahuan atas kegagalan tersebut diberikan kepada peminjam.
(c)
Misinterpretasi : Setiap representasi, jaminan atau pernyataan yang dibuat (atau diakui telah dibuat) oleh peminjam dalam perjanjian dinyatakan sebagai tidak benar dalam setiap hal yang material.
(d)
Ketidakabsahan : Setiap ketentuan dari perjanjian menjadi, atau untuk suatu alasan tertentu, tidak sah atau tidak dapat diterapkan dan peminjam gagal untuk segera menandatangani suatu perubahan dari perjanjian ini atau menandatangani perubahan lainnya, perjanjian-perjanjian atau dokumendokumen yang diminta oleh pemberi pinjaman.
Halaman
- 12
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
(e)
Penunjukan penerima, proses hukum ; seorang pengambil alih kepemilikan dari, atau wali atau pengatur atau penerima lainnya atau pejabat yang sama ditunjuk dalam hal seluruh atau sebagain bisnis atau aset dari peminjam atau kerusakan atau setiap bentuk eksekusi yang dikenakan atau diterapkan pada atau tuntutan terhadap aset tersebut dan tidak dilepaskan dalam waktu tiga puluh (30) hari dari pengenaan bea, ,atau hak jaminan yang mungkin untuk saat ini mempengaruhi asetnya untuk segera dilaksanakan;
(f)
Kepailitan : peminjam menjadi tidak dapat membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo atau menunda atau mengancam untuk menunda pembayaran (baik itu pokok atau bunga) atas setiap kelas utang-utangnya;
(g)
Komposisi, winding-up : peminjam melakukan rapat dengan para kreditur nya atau mengajukan atau membuat pengaturan atau komposisi dengan, atau setiap penunjukan untuk keuntungan dari, para krediturnya atau petisi yang dibuat didalam rapat yang diselenggarakan untuk tujuan mempertimbangkan keputusan atau langkah-langkah lainnya yang diambil untuk membuat perintah administrasi terhadap atau untuk melakukan winding-up dari peminjam (selain daripada untuk tujuan rekonstruksi sebelumnya yang disetujui secara tertulis oleh pemberi pinjaman, terkecuali selama atau mengikuti rekonstruksi tersebut Peminjam menjadi atau dinyatakan pailit);
(h)
Persidangan analog : apapun hal yang sama dengan suatu kejadian sebagaimana dijelaskan didalam paragraph (e), (f) atau (g) yang terjadi didalam hukum serta yurisdiksi yang berlaku;
(i)
Nasionalisasi : adalah setiap bagian material dari aset atau properti milik peminjam yang disita atau diambil alih atau tunduk terhadap suatu pembelian wajib atau akuisisi atau nasionalisasi dari suatu badan negara, baik itu dengan kompensasi atau tidak; atau
(j)
Moratorium : pemerintah dari jurisdiksi negara pendirian atau lokasi Peminjam atau badan disana wajib menyatakan atau meminta suatu moratorium dari pembayaran atas setiap hutang;
Oleh karenanya, sekaligus atau setiap saat setelah kejadian cidera janji (“peristiwa cidera janji”), pemberi pinajaman dapat, dengan pemberitahuan tertulis kepada peminjam, mengakhiri perjanjian ini dengan peminjam dan menyatakan bahwa pinjaman akan segera jatuh tempo dan wajib dibayar dimana itu akan menjadi jatuh tempo dan harus dibayar bersama dengan bunganya yang harus dibayar dan setiap jumlah lain kemudian dibayar berdasarkan perjanjian ini. Kadaluarsa atau Pengakhiran dari Perjanjian Pemberi pinjaman dan peminjam akan meninjau kembali perjanjian ini dari waktu ke waktu, dan terkecuali jika para pihak telah sepakat untuk mengakhiri perjanjian ini secara tertulis, maka perjanjian ini akan terus berlaku. Dalam hal pengakhiran perjanjian ini, pemberi pinjaman dan peminjam sepakat untuk mengabaikan keberlakukan pasal 1266 dan 1267 kitab undang-undang hukum perdata indonesia yang sejauh mana untuk pengakhiran tersebut tidak memerlukan keputusan pengadilan.
Halaman
- 13
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Default Interest Jika dalam hal Peminjam gagal membayar setiap jumlah yang jatuh tempo dalam Perjanjian ini pada saat tanggal jatuh tempo, Peminjam harus membayar bunga pada jumlah tersebut dari waktu cidera janji sampai dengan waktu pembayaran sebenarnya (serta setelah sebegaiaman sebelum putusan) pada suku bunga per tahunan sebesar 1% dalam bentuk tambahan kepada suku bunga dari bunga yang dikenakan pada saat ditagihkan untuk masingmasing pinjaman dalam Perjanjian ini. 2.6. Pihak-Pihak dalam Rencana Transaksi 2.6.1. PT SORINI AGRO ASIA CORPORINDO Tbk (“SAAC”) Sejarah Singkat PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (“SAAC”) didirikan berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 dengan Akta Notaris Sastra Kosasih, S.H., No. 11 tanggal 7 Februari 1983. Akta pendirian ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. C2-6815-HT.01.01.Th.85 tanggal 25 Oktober 1985 dan diumumkan dalam Tambahan No. 1473 pada Berita Negara No. 97 tanggal 3 Desember 1985. Anggaran Dasar SAAC telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan selanjutnya dilakukan dengan Akta Notaris Mala Mukti, S.H., LL.M. No. 106 tanggal 28 November 2014 mengenai penambahan kegiatan usaha SAAC berupa menyewakan mesin dan peralatan yang menunjang kegiatan produksi SAAC dan afiliasinya dan menjalankan kegiatan usaha perdagangan besar. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan No. AHU-0131022.40.80. 2014 tanggal 15 Desember 2014. Perubahan selanjutnya dilakukan dengan Akta Notaris Mala Mukti, S.H., LL.M. No. 66 tanggal 24 November 2015 mengenai perubahan pasal-pasal Anggaran Dasar SAAC dalam rangka penyesuaian dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32/POJK.04/2014. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan No. AHU-3583860.AH.01.11. Tahun 2015 tanggal 24 November 2015. Pada tanggal 3 Juli 1992 SAAC memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam dan LK melalui Surat No. S-1051/PM/1992 untuk melakukan penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal sejumlah 2.500.000 saham baru dan 1.000.000 saham lama dengan nilai nominal Rp1.000 (Rupiah penuh) per saham. Pada tanggal 3 Agustus 1992 saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 18 November 1994, SAAC memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam dan LK melalui surat No. S-1874/PM/1994 untuk melakukan penawaran umum terbatas I dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sejumlah 10.000.000 saham baru, dimana setiap pemegang saham yang memiliki tiga lembar saham berhak untuk mendapatkan satu lembar saham baru. Pada tanggal 24 November 1994 saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan Akta Notaris Untung Darnosoewirjo, S.H., No. 125 tanggal 17 April 1996, Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari Rp1.000 (Rupiah penuh) per saham menjadi Rp500 (Rupiah penuh) per saham dan pembagian saham bonus sebesar Rp50.000 yang diambil dari agio saham penawaran umum terbatas I tahun 1994 dengan ketentuan bahwa setiap pemegang empat lembar saham lama berhak untuk mendapatkan lima lembar saham bonus. Pembagian saham bonus ini dilakukan pada tanggal 19 September 1996, sehingga modal ditempatkan dan disetor penuh SAAC meningkat menjadi Rp90.000 yang terdiri dari 180.000.000 lembar saham.
Halaman
- 14
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 31 Mei 2007, para pemegang saham menyetujui hal-hal berikut : 1. Pemecahan nilai nominal saham (stock split) yang menurunkan nilai nominal saham dari Rp500 (Rupiah penuh) per saham menjadi Rp100 (Rupiah penuh) per saham. Pemecahan saham tersebut meningkatkan jumlah saham beredar dari 180.000.000 lembar saham menjadi 900.000.000 lembar saham. Pemecahan saham ini menjadi efektif pada tanggal 22 Agustus 2007 sebagaimana dinyatakan dalam Surat Bursa Efek Indonesia tanggal 2 Agustus 2007 No. JKT-020/ETDR/BES/VIII/2007 dan tanggal 7 Agustus 2007 No. S-0815/BEJ-PSJ/08-2007. 2. Peningkatan modal ditempatkan melalui mekanisme penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sejumlah 9.000.000 opsi saham (sebelum pemecahan nominal saham) atau 45.000.000 opsi saham (setelah pemecahan nominal saham) melalui program pemberian opsi saham kepada karyawan kunci SAAC atau Management Stock Option Plan (MSOP). SAAC dan pabriknya berdomisili di Desa Ngerong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Daerah Tingkat II Pasuruan, Jawa Timur, dan memiliki pula pabrik tepung tapioka berlokasi di Lampung. SACC juga memiliki kantor perwakilan di Wisma 46 Kota BNI, Jakarta. Pada saat ini SAAC memiliki kepemilikan entitas anak yang dikonsolidasikan yaitu PT Sorini Towa Berlian (“STBC”) dengan kepemilikan sebanyak 50,10%. Entitas anak SAAC bergerak dalam industri sorbitol yang didirikan pada tahun 1996 dan berdomisili di Pasuruan. Kegiatan Usaha Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, SAAC bergerak di bidang perindustrian (sorbitol, dextrose monohydrate, maltodextrine, maltose dan hydrogen), perdagangan umum dan jasa, dan menyediakan fasilitas produksi, pemrosesan dan fasilitas lainnya yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan sejenis, memasarkan hasil industri ke dalam dan luar negeri, memberikan jasa konsultasi manajemen bisnis, menyewakan mesin dan peralatan, dan sebagai agen atau perantara (makelar) yang menerima komisi. Susunan Pemegang Saham Pada tanggal 30 September 2016, modal dasar SAAC sebesar Rp360.000 juta (3.600.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100 (Rupiah penuh) per saham, dimana Rp92.521 juta (925.211.250 saham) telah ditempatkan dan disetor penuh oleh pemegang saham. Pada tanggal 6 April 2016, pemegang saham mayoritas SAAC (PT Cargill Foods Indonesia) setuju untuk menjual 4.700 lembar saham kepemilikannya di Perseroan kepada PT Cargill Indonesia yang mengalihkan kepemilikan tersebut kepada karyawan PT Cargill Indonesia. Berikut adalah struktur permodalan dan kepemilikan saham SAAC yaitu : Figur 4. Struktur Kepemilikan Saham SAAC Pemegang Saham PT Cargill Foods Indonesia Masyarakat Saham Treasuri Jumlah
Jumlah Saham
Jumlah ( Jutaan Rupiah )
%
906.336.790
98,67%
90.634
12.244.460
1,33%
1.225
6.625.000
-
662
925.211.250
100,00%
92.521
Sumber : Laporan Keuangan SAAC 30 September 2016
Halaman
- 15
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Sumber Daya Manusia Berdasarkan laporan keuangan SAAC, susunan Dewan Komisaris dan Direksi SAAC pada tanggal 30 September 2016 adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris Presiden Komisaris Komisaris Komisaris Independen Direksi Presiden Direktur Direktur Direktur Independen
: I Nyoman Tjager : Arief Susanto : I Nyoman Tjager : Gerrit Jan Nicolas Hueting : Ivan Kupin Sunit Kumar Dhoka : Fanny Hosea Layantara
Efektif 31 Agustus 2016, Gerrit Jan Nicolas Hueting mengundurkan diri sebagai Presiden Direktur SAAC. Persetujuan pengunduran dirinya akan dilaksanakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di bulan November 2016. Susunan Komite Audit SAAC pada 30 September 2016 adalah sebagai berikut : Ketua Anggota Anggota
: I Nyoman Tjager : Djoko Susanto : Lindawati Gani
Per tanggal 30 September 2016, SAAC dan entitas anak mempekerjakan 778 karyawan tetap. 2.6.2. PT CARGILL INDONESIA (“CI”) Sejarah Singkat PT Cargill Indonesia (“CI”), merupakan perusahaan yang berdomisili di Indonesia yang mempunyai kantor pusat di Wisma 46-Kota BNI 28th floor, jalan jenderal Sudirman Kav. 1 10220. CI didirikan pada tahun 1973 dengan mendirikan pabrik di Serang, Gunung Puteri (Jawa Barat), Pasuruan (Jawa Timur), Makassar (Sulawesi Selatan), Medan (Sumatera Utara), Amurang (Sulawesi Utara) dan Gresik (Jawa Timur). Kegiatan Usaha Kegiatan usaha CI meliputi pengumpulan, pemrosesan, penanganan, pengiriman dan pemasaran beragam produk pertanian, makanan dan energi serta jasa terkait termasuk pakan ternak, kakao, biji-bijian & minyak nabati, dan gula. Serta jasa konsultasi manajemen di bidang pemrosesan, pengendalian mutu dan logistik dan kelengkapan teknologi dan fasilitas bagi pihak ketiga.
Halaman
- 16
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Struktur Permodalan Susunan permodalan dan kepemilikan saham CI adalah sebagai berikut : Figur 5. Struktur Kepemilikan Saham CI Pemegang Saham
Jumlah Saham
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Nilai Nominal Jumlah per saham Nominal (USD) (USD)
Persentase Kepemilikan(%)
Modal Dasar
14.100
1000
14,100,000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
14.100
1000
14,100,000
100
10
1000
10,000,000
70,9
3,895
1000
3,895,000
27,6
205
1000
205
1,50%
100
14,100,000
100
1.
Cargill Luxembourg 3 S.A.R.L.
2.
Cargill Incorporated (USA)
3.
Cargill Asia Pacific Ltd. LLC.
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Pemegang Saham
14.100 Jumlah Saham
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Nilai Nominal Jumlah per saham Nominal (USD) (USD)
Persentase Kepemilikan(%)
Modal Dasar
14.100
1000
14,100,000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
14.100
1000
14,100,000
100
10
1000
10,000,000
70,9
3,895
1000
3,895,000
27,6
205
1000
205
1,50%
14.100
100
14,100,000
100
1.
Cargill Luxembourg 3 S.A.R.L.
2.
Cargill Incorporated (USA)
3.
Cargill Asia Pacific Ltd. LLC.
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Pemegang Saham
Jumlah Saham
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Nilai Nominal Jumlah per saham Nominal (USD) (USD)
Persentase Kepemilikan (%)
Modal Dasar
14.100
1000
14.100.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
14.100
1000
14,100,000
100%
1.
Cargill Luxembourg 3 S.A.R.L.
2.
Cargill Incorporated (USA)
3.
Cargill Asia Pacific Ltd. LLC.
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
10
1000
10.000.000
70,9%
3.895
1000
3.895.000
27,6%
205
1000
205
1,50%
14.100
100
14.100.000
100%
Sumber : Laporan Keuangan CI Struktur Kepengurusan Dewan Komisaris Presiden Komisaris
: Jeral Sylvester D'Souza
Direksi Presiden Direktur Direktur Direktur
: Christene : Fransisca Veronika Hutauruk : Totok Setyarto
2.7. Informasi Perihal Pinjaman yang Relevan per 30 September 2016 Berikut ringkasan fasilitas yang diperoleh SAAC dari beberapa bank per 30 September 2016 dan pokok- pokok perjanjian kredit : Halaman
- 17
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Deutsche Bank AG SAAC memperoleh fasilitas kredit dari Deutsche Bank AG sebesar USD52.500.000 atau setaranya sebagai bagian dari pooling agreement, yang terdiri dari fasilitas pinjaman jangka pendek, cerukan, LC, pembayaran dimuka, pembelian wesel ekspor, penerbitan surat kredit siaga, dan garansi bank. Fasilitas ini tersedia sampai dengan tanggal 31 Maret 2017. Fasilitas tersebut dijamin oleh corporate guarantee dari Cargill Incorporated, USA. Perjanjian fasilitas mencantumkan beberapa pembatasan, antara lain sehubungan dengan ketaatan terhadap persyaratan administrasi tertentu. Pada tanggal 30 September 2016, SAAC telah memenuhi persyaratan administrasi. The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd SAAC memperoleh fasilitas kredit secara berulang dari The Bank of Tokyo – Mitsubishi UFJ Ltd. sebesar USD75.000.000 atau setaranya sebagai bagian dari pooling agreement. Fasilitas ini tersedia sampai dengan tanggal 30 Juni 2017. Fasilitas tersebut dijamin oleh corporate guarantee dari Cargill Incorporated, USA. Perjanjian fasilitas mencantumkan beberapa pembatasan, antara lain sehubungan dengan ketaatan terhadap persyaratan administrasi tertentu. Pada tanggal 30 September 2016, SAAC telah memenuhi persyaratan administrasi. Pinjaman pada Entitas Anak Entitas anak memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari The Bank of Tokyo – Mitsubishi UFJ Ltd. sebesar USD12.500.000. Fasilitas kredit ini dijamin oleh corporate guarantee dari Cargill Incorporated, USA. dan Mitsubishi Shoji Foodtech Co., Ltd. masing-masing sebesar 50%. Fasilitas ini berlaku sampai dengan tanggal 30 Juni 2016, dan diperpanjang sampai dengan tanggal 30 Juni 2017. Perjanjian kredit tersebut mencakup persyaratan tertentu yang antara lain, mensyaratkan pemberitahuan tertulis kepada bank, jika entitas anak mengubah komposisi pemegang saham, mengumumkan atau membayar dividen, memberikan atau memperoleh pinjaman dari pihak lain, serta membeli atau menyewakan aset kecuali dalam transaksi normal. Entitas anak juga harus mendapatkan persetujuan tertulis dari bank, antara lain, jika melakukan merger dengan pihak lain, menjadi penjamin bagi liabilitas pihak lain, dan/atau menjual, menyewakan atau mengalihkan aset kecuali dalam transaksi normal. Pada tanggal 30 September 2016, SAAC telah memenuhi persyaratan administrasi. Pinjaman dari Pihak Afiliasi SAAC memperoleh fasilitas kredit secara berulang dari Cargill Asia Pacific Treasury Ltd., Singapore dengan total fasilitas sebesar USD75.000.000, dengan tingkat bunga per tahun sebesar LIBOR ditambah tingkat premi risiko negara. Fasilitas tersebut dijamin oleh corporate guarantee dari Cargill Incorporated, USA. SAAC dapat membayar pokok pinjaman beserta bunganya pada tanggal jatuh tempo pinjaman. Para pihak dapat menyetujui untuk memperpanjang jangka waktu atau jumah kredit dan/ atau beserta bunganya. Fasilitas kredit ini dapat diakhiri berdasarkan kesepakatan antara SAAC dan Cargill Asia Pacific Treasury Ltd. Pada tanggal 30 September 2016, risiko perubahan nilai tukar mata uang asing atas pinjaman dari pihak berelasi sebesar USD niil telah dilindungi. 2.8. Informasi Material Lainnya yang Diungkapkan Berdasarkan informasi dari manajemen tidak ada perubahan antara isi dari draft perjanjian yang disampaikan dengan perjanjian yang disepakati nantinya, dengan ini Penilai meyakini dan menggunakan draft untuk analisis obyek rencana transaksi.
Halaman
- 18
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
3. ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF PT SORINI AGRO ASIA CORPORINDO, Tbk. (“SAAC”) 3.1. Analisis Kualitatif 3.1.1. Operasional SAAC SAAC merupakan salah satu produsen sorbitol terbesar di dunia. Selain sorbitol, produkproduk SAAC meliputi starch and beragam produk turunan pemanis berbahan dasar starch. Saat ini operasi Sorini mencakup tiga pabrik starch, satu pabrik pengolahan pemanis (sweetener) dan tiga kantor regional di Indonesia. Sorbitol dan sweetener sebagian besar dijual kepada pelanggan industri, sedangkan tepung tapioka diperdagangkan dan digunakan sebagai bahan baku untuk diolah lebih lanjut. SAAC mencatat produksi starch dan pemanis sebesar 357.826MT per 2016, dibandingkan dengan 375.694 MT per 2015. Sementara itu, volume penjualan mencapai 375.694 MT pada tahun buku yang berakhir per 2016, dibandingkan dengan 344.442 MT pada tahun buku yang berakhir di periode sama tahun 2015. SAAC terus melakukan berbagai peningkatan pada utilisasi kapasitas pabrik dan efisiensi biaya untuk mempertahankan tingkat kompetitif biaya. Berbagai langkah efisiensi di pabrik starch dan sweetener pun sekali lagi memberikan hasil positif dalam pencapaian SAAC tahun ini. Perbaikan terus berlangsung dan diharapkan akan berlanjut di masa yang akan datang. Tim pemasaran SAAC yang berpengalaman dan berdedikasi tinggi mampu memanfaatkan pertumbuhan pasar konsumen Indonesia dan meningkatkan penjualan sweetener. Mereka bersama denagn tim teknis dan aplikasi baru memusatkan pada penyediaan jalan keluar untuk pelanggan serta untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Mereka juga mendukung pelanggan dalam pengembangan produk baru serta memperkenalkan produk-produk pemanis baru ke pasar. Produk-Produk SAAC Berikut adalah produk yang dihasilkan oleh SAAC :
Sorbitol Sirup Dengan jumlah kalori yang hanya dua pertiga dari gula, sorbitol dikenal sebagai polyol (gula alkohol) yang paling umum digunakan dan ekonomis. Memiliki tingkat kemanisan 60% dari gula, sorbitol digunakan sebagai alternatif pemanis yang rendah kalori. Namun dalam industri makanan, sorbitol juga sering digunakan sebagai humektan (mempertahankan kelembaban) dan tekturiser pada produk seperti makanan ringan dan bakeri. Sirup Sorbitol adalah bahan utama untuk pasta gigi, permen karet bebas gula, produk perawatan tubuh sehari-hari, dan pada makanan diatetik dan diabetik.
Sirup Glukosa Sirup Glukosa adalah produk pemanis yang diperoleh melalui hidrolisis pati secara parsial. Cairan kental yang berwarna putih kekuningan ini mengandung dextrosa, maltosa, macam-macam oligosakarida dan air. Produk ini banyak digunakan untuk produk kembang gula seperti permen padat dan permen jel, dan di produk lain seperti krimer nonsusu, saus, serta sereal sarapan.
Dextrose Monohydrate Dextrose Monohydrate adalah sinonim dari D-glukosa dan merupakan monosakarida murni berkristal, yang diperoleh setelah hidrolisis total dari pati. Produk ini berupa bubuk putih yang mudah larut dalam air dan cepat dimetabolisme oleh tubuh. Dextrose monohydrate ini digunakan pada biskuit, kue, makanan penutup, minuman (baik cair maupun minuman instan), juga pada produk kembang gula.
Halaman
- 19
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Bubuk Sorbitol Dengan tetap mempertahankan kemurnian yang tinggi, sorbitol berbentuk bubuk ini akan memberikan efek mendinginkan dan humektan (mempertahankan kadar air) yang efektif, sehingga sorbitol bubuk ini bisa diaplikasikan secara lebih luas, mulai dari produk perawatan mulut, farmasi sampai dengan kembang gula dan perikanan komersial.
Malititol Malititol adalah bentuk maltosa yang telah dihidrogenasi dan umumnya digunakan dalam produk makanan khusus diabetes. Bahan ini juga digunakan untuk memproduksi produk bebas gula yang aman untuk gigi dan banyak dikonsumsi oleh konsumen yang sadar kesehatan.
Maltodextrine Diperoleh dari hasil hidrolisis pati secara parsial menggunakan enzim, diproses dengan penyemprotan kering bertekanan tinggi. Produk ini larut dalam air serta tidak manis, biasa digunakan sebagai tekturiser untuk mengubah bentuk, penampilan, rasa di mulut, kemanisan termasuk juga nilai nutrisi produk. Maltodextrine banyak digunakan pada produk susu bubuk, krimer non-susu, es krim, saus salad dan makanan ringan.
Sirup Fruktosa Biasa disebut fruktosa, yaitu cairan pemanis yang diproduksi melalui beberapa proses enzimatik. Fruktosa ini manis dan tidak berasa (bersih dari rasa) sehingga sangat cocok digunakan pada industri makanan dan minuman. Produk ini mudah ditangani, merupakan sirup yang stabil dengan 96% kombinasi fruktosa dan dextrosa padat yang dapat digunakan untuk menggantikan 100% sukrosa atau sirup invert pada berbagai produk makanan dan minuman.
Pati Dihasilkan dari singkong dengan proses modern, meliputi proses pemisahan dan pengeringan. Bahan ini memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan kandungan lemak dan protein yang rendah. Pati digunakan di berbagai industri seperti makanan, kertas, pemanis, tekstil, dan banyak lainnya.
Semua produk di atas berasal dari pengolahan pati. Walau SAAC banyak bergantung pada petani lokal untuk kebutuhan pasokan singkong tersebut, SAAC selalu terbuka untuk membeli pati dari negara-negara lain dan juga memiliki fleksibilitas untuk menggunakan pati dari sumber yang berbeda. Hal ini membuat SAAC tetap kompetitif, baik di pasar Indonesia, Asia Tenggara maupun seluruh dunia.
Halaman
- 20
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 6. Peta Pabrik & Kantor
Sumber : Annual Report SAAC Keterangan : Kantor Operasional : 1. Kantor perwakilan Jakarta 2. Pandaan, Jawa Timur Pabrik Pati : 1. Sorini Ponorogo, Jawa Timur (telah di divestasi pada 28 April 2016) 2. Way Bungur, Lampung Timur 3. Sorini Unit II Lampung Pabrik Starch Sweetener : 1. Pandaan, Jawa Timur 2. STBC Pandaan, Jawa Timur 3. Cikande, Jawa Barat (Diharapkan selesai dan beroperasi pada akhir tahun 2016) 3.1.2. 3.1.2.1.
Analisis Makro Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada triwulan III 2016 dan bulan Oktober 2016, disertai stabilitas makroekonomi dan system keuangan yang terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi tercatat cukup baik didukung oleh permintaan domestik yang relatif tetap kuat di tengah pemulihan ekonomi global yang masih lambat. Di sisi lain, stabilitas makroekonomi juga terjaga dengan baik sebagaimana tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang menurun dan nilai tukar yang bergerak relatif stabil. Sementara itu, perkembangan domestik yang relatif membaik dan risiko di pasar keuangan global yang mereda, memberi ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter pada triwulan III 2016. Penurunan suku bunga kebijakan tersebut telah ditransmisikan dengan baik dan diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta koordinasi kebijakan bersama Pemerintah untuk memastikan
Halaman
- 21
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan pelaksanaan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Figur 7. Pertumbuhan Ekonomi Sidi Pengeluaran (%, yoy) %Y-O-Y, Tahun Dasar 2010
Sumber : Bank Indonesia Triwulan III 2016 Konsumsi rumah tangga tumbuh cukup kuat dan masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2016. Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2016 masih tumbuh kuat sebesar 5,01% (yoy), meskipun sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (5,06%, yoy). Kuatnya konsumsi rumah tangga terutama bersumber dari peningkatan konsumsi kelompok makanan dan minuman. Kuatnya konsumsi rumah tangga didukung pula oleh masih positifnya indeks keyakinan konsumen. Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia, peningkatan keyakinan konsumen pada triwulan III 2016 didorong oleh optimisme terhadap perkembangan kondisi ekonomi saat ini, terutama terkait dengan positifnya ekspektasi penghasilan dan kegiatan usaha. Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan III 2016 menurun, seiring dengan kebijakan konsolidasi fiskal untuk tetap menjaga kredibilitas anggaran pemerintah. Konsumsi pemerintah mengalami kontraksi dari 6,23% (yoy) pada triwulan II 2016 menjadi -2,97% (yoy) pada triwulan III 2016. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh belanja pegawai dan belanja modal yang tumbuh negatif seiring dengan konsolidasi fiskal. Perbaikan kinerja investasi pada triwulan III 2016 tertahan oleh peran investasi swasta yang masih rendah. Investasi tumbuh 4,06% (yoy) pada triwulan III 2016, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,06% (yoy). Berdasarkan jenisnya, peran investasi swasta khususnya nonbangunan masih relatif rendah, di tengah konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif seiring dengan kebijakan konsolidasi fiskal. Melemahnya investasi nonbangunan, antara lain, bersumber dari penurunan pertumbuhan investasi mesin dan perlengkapan serta masih terkontraksinya impor barang modal. Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan relatif baik didukung oleh berlanjutnya pembangunan proyek infrastruktur pemerintah. Realisasi proyek infrastruktur pemerintah terus berlanjut sebagaimana tercermin pada konsumsi semen yang masih naik pada triwulan III 2016. Dari sisi eksternal, ekspor terkontraksi lebih dalam sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang masih rendah. Ekspor pada triwulan III 2016 mencatat kontraksi 6,00% (yoy), memburuk dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 2,42% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, ekspor nonmigas terkontraksi didorong oleh penurunan kinerja ekspor pertanian, pertambangan dan lainnya, serta komoditas manufaktur. Ekspor pertanian terkontraksi terutama didorong oleh kontraksi ekspor bahan makanan, khususnya CPO. Sementara itu, ekspor manufaktur juga mengalami kontraksi disebabkan oleh kontraksi tajam ekspor pakaian seiring dengan penurunan ekspor ke Amerika. Dari kelompok migas, kontraksi ekspor dipengaruhi oleh kebijakan untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri. Halaman
- 22
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Sejalan dengan pelemahan ekspor dan permintaan domestik, impor juga mengalami kontraksi pada triwulan III 2016. Impor mengalami kontraksi sebesar 3,87% (yoy) pada triwulan III 2016, lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,93% (yoy). Kontraksi impor tersebut terutama disebabkan oleh kontraksi impor nonmigas. Berdasarkan kelompoknya, pelemahan kinerja impor nonmigas terutama didorong berlanjutnya kontraksi impor barang modal, terutama pada kelompok barang modal, kecuali alat angkutan. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Sumatera masih tumbuh cukup kuat, disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat di Kawasan Timur Indonesia (KTI), sejalan dengan meningkatnya ekspor tambang dan telah beroperasinya smelter barang tambang. Pertumbuhan ekonomi Jawa yang masih cukup kuat bersumber dari meningkatnya kinerja pertanian seiring dengan berlangsungnya masa panen raya beberapa komoditas pangan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Perekonomian Sumatera juga masih cukup kuat didorong oleh lebih tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan dan perdagangan. Pertumbuhan kinerja industry pengolahan tercermin dari tren pertumbuhan penjualan ekspor yang meningkat, meskipun harga komoditas ekspor utama Sumatera yang berbasis SDA masih tertahan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi KTI meningkat didorong oleh peningkatan sektor pertanian, pertambangan, dan konstruksi. Peningkatan sektor pertanian KTI, antara lain bersumber dari naiknya ekspor kakao di Sulawesi Tenggara dan produksi CPO pasca berkurangnya dampak El Nino yang terjadi di tahun 2015. Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan di KTI kembali tumbuh positif setelah sempat mencatat pertumbuhan negatif pada triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja pertambangan KTI terutama terjadi di Kalimantan dan Papua akibat peningkatan permintaan global terhadap batubara seiring berkurangnya pasokan dalam negeri di Tiongkok. Selain itu, kinerja pertambangan mineral tembaga di Papua meningkat pasca perbaikan mesin produksi, sehingga produsen mengoptimalkan produksi untuk mengejar target dan kuota ekspornya. 3.1.2.2.
Inflasi
Inflasi tetap terkendali dan pada akhir tahun diperkirakan sekitar 3,0-3,2% atau berada di batas bawah kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1%. Pada triwulan III 2016, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat inflasi sebesar 0,90% (qtq) atau 3,07% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,44% (qtq) atau 3,45% (yoy). Lebih rendahnya inflasi IHK triwulan III 2016 bersumber dari kelompok volatile foods (VF). Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2016 tetap terkendali. IHK tercatat mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm). Inflasi terutama bersumber dari komponen administered prices (AP) dan inti, sementara kelompok volatile food (VF) mencatat deflasi. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara kumulatif (Januari - Oktober) dan tahunan masing-masing mencapai 2,11% (ytd) dan 3,31% (yoy). Inflasi inti tercatat cukup terkendali. Secara triwulanan (qtq), inflasi inti pada triwulan III 2016 tercatat sebesar 1,03% (qtq), relatif stabil dibandingkan inflasi inti pada triwulan sebelumnya sebesar 0,72% (qtq), didorong oleh harga global yang masih rendah dan nilai tukar yang menguat. Rendahnya harga global tercermin dari indeks harga impor yang tumbuh sebesar 3,76% (qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (8,67%, qtq). Sementara itu, nilai tukar rupiah yang cenderung menguat sebesar 1,37% (qtq) turut mendorong terkendalinya inflasi inti. Pada Oktober 2016, inflasi inti tercatat lebih rendah sebesar 0,10% (mtm) atau 3,08% (yoy) dibandingkan inflasi inti bulan sebelumnya sebesar 0,33% (mtm) atau 3,49% (yoy). Rendahnya inflasi inti tersebut sejalan dengan masih terbatasnya permintaan domestik, terkendalinya ekspektasi inflasi, dan menguatnya nilai tukar rupiah. Berdasarkan komponennya, perlambatan inflasi inti pada Oktober 2016 didorong oleh melambatnya inflasi pada kelompok traded dan non-traded.
Halaman
- 23
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Ekspektasi inflasi yang masih dalam tren menurun turut berpengaruh terhadap rendahnya inflasi inti. Hal ini tercermin dari ekspektasi inflasi di tingkat pedagang dan konsumen yang mengalami tren penurunan, baik untuk 3 bulan yang akan datang maupun untuk 6 bulan yang akan datang. Meskipun dalam tren penurunan, ekspektasi inflasi di tingkat pedagang meningkat untuk 3 bulan yang akan datang. Peningkatan ini seiring dengan faktor musiman liburan akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017. Figur 8. Perkembangan Inflasi & Inflasi Inti
Sumber : Bank Indonesia Triwulan III 2016 Secara spasial, perkembangan inflasi di berbagai daerah sepanjang triwulan III 2016 terjaga dalam level yang cukup rendah. Realisasi inflasi Jawa (yoy) pada akhir triwulan III 2016 tercatat sebesar 2,58%, lebih rendah dari triwulan II 2016 yang mencatat inflasi sebesar 3,14%. Realisasi inflasi KTI (yoy) pada triwulan III 2016 juga menurun menjadi 3,47% dari 4,26% pada triwulan II 2016. Realisasi inflasi yang menurun tersebut dipengaruhi oleh menurunnya tekanan harga pangan baik di Jawa maupun KTI. Namun, inflasi Sumatera (yoy) pada triwulan III 2016 tercatat sebesar 4,28%, lebih tinggi dari triwulan II 2016 yaitu sebesar 3,71%. Realisasi inflasi Sumatera yang lebih tinggi didorong kenaikan komoditas cabai merah di berbagai daerah di Sumatera. Pada bulan Oktober 2016, hampir seluruh daerah mengalami tekanan inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Di wilayah Sumatera, inflasi mengalami penurunan dari 0,61% (mtm) pada September 2016 menjadi 0,50% (mtm) pada Oktober 2016 yang di dorong antara lain oleh penurunan harga telur ayam ras di Sumatera Selatan dan Lampung. Selain itu, inflasi di wilayah Jawa juga mengalami penurunan dari 0,16% (mtm) pada September 2016 menjadi menjadi 0,10% (mtm) pada Oktober 2016. Penurunan inflasi di wilayah Jawa disebabkan oleh antara lain berlebihnya pasokan bawang merah seiring dengan panen yang terjadi di Brebes, Majalengka, dan Nganjuk. Sementara, di wilayah KTI (Kalimantan, Sulampua, Balnusra) mengalami deflasi sebesar 0,12% (mtm) yang di dorong oleh antara lain penurunan harga bawang dan harga daging ayam ras. 3.1.2.3.
Nilai Tukar Rupiah
Penguatan Rupiah terus berlanjut pada triwulan III 2016, namun tertahan pada November 2016 pasca Pemilu AS. Selama triwulan III 2016, nilai tukar rupiah secara ratarata menguat sebesar 1,39% dan mencapai level Rp 13.130 per dolar AS. Secara point to point (ptp), rupiah menguat sebesar 1,24% dan mencapai level Rp13.051. Penguatan nilai tukar rupiah terus berlanjut pada bulan Oktober 2016, secara rata-rata sebesar 0,71% dan ditutup pada level Rp13.018 per dolar AS. Secara point to point (ptp), rupiah pada bulan Oktober 2016 menguat sebesar 0,02% dan ditutup pada level Rp.13.048 per dolar AS.
Halaman
- 24
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Terus berlanjutnya penguatan Rupiah pada triwulan III 2016 dan bulan Oktober 2016 didukung oleh sentimen positif dari domestik dan eksternal. Dari sisi domestik, penguatan rupiah didukung oleh sentimen positif perekonomian domestik, seiring dengan kondisi stabilitas makroekonomi yang terjaga dan implementasi UU Pengampunan Pajak yang berjalan dengan baik. Dari sisi eksternal, penguatan rupiah terkait dengan meredanya risiko global, sejalan dengan semakin jelasnya arah kebijakan The Fed terkait FFR. Namun sejak awal November hingga 16 November 2016, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53% menjadi Rp13.378 per dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca Pemilu AS. Meski demikian, tekanan depresiasi yang terjadi pada rupiah relatif terbatas dibandingkan dengan tekanan yang terjadi pada mata uang negara emerging lainnya. Secara year to date (ytd), nilai tukar rupiah masih menguat 2,97%. Figur 9. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Triwulanan dan Tahunan
Sumber: Bank Indonesia Triwulan III 2016 Pergerakan nilai tukar rupiah cenderung stabil yang tercermin dari volatilitas yang menurun. Pada triwulan III 2016, volatilitas nilai tukar rupiah tercatat relatif lebih rendah dibandingkan beberapa negara peers. Penurunan volatilitas nilai tukar rupiah berlanjut pada Oktober 2016. Volatilitas rupiah pada bulan Oktober 2016 tersebut juga lebih rendah dari rata-rata kawasan dan lebih rendah dibandingkan dengan negara peers seperti Rand Afrika Selatan, Real Brasil, Lira Turki, Ringgit Malaysia, dan Won Korea Selatan. 3.1.2.4.
Suku Bunga
Transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga terus berlanjut pada triwulan III 2016. Bank Indonesia menurunkan kembali BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) pada September 2016 sebesar 25 bps menjadi 5,00% yang diikuti penurunan suku bunga Deposit Facility (DF) menjadi 4,25% dan Lending Facility (LF) menjadi 5,75%. Penurunan tersebut selanjutnya diikuti oleh penurunan suku bunga PUAB baik pada tenor O/N maupun tenor lebih panjang. Kondisi likuiditas di pasar uang tetap terjaga, meskipun terdapat tekanan. Suku bunga PUAB O/N pada triwulan III 2016 mengalami penurunan dari 4,88% pada triwulan II 2016 menjadi 4,76% pada triwulan III 2016. Implementasi BI 7-day RR Rate menggantikan BI Rate pada 19 Agustus 2016 dan kebijakan penurunan suku bunga kebijakan bulan September 2016 turut mendorong penurunan suku bunga PUAB tenor pendek. Namun demikian, penurunan tersebut tidak diikuti oleh tenor PUAB diatas 1 bulan yang cenderung meningkat. Kondisi likuiditas sedikit mengalami tekanan pada triwulan III 2016 tercermin dari volume rata-rata PUAB O/N dan Deposit Facility (DF) yang turun masingmasing menjadi Rp7,56 triliun dan Rp63,7 triliun dari triwulan sebelumnya Rp8,06 triliun dan Rp64,01 triliun. Di sisi lain, rata-rata spread suku bunga max – min PUAB O/N meningkat dari 23 bps pada triwuIan II 2016 menjadi 32 bps pada Halaman
- 25
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
triwulan III 2016. Meningkatnya spread PUAB O/N dipengaruhi belum optimalnya belanja Pemerintah, sementara kontraksi Pemerintah terus meningkat terkait penerimaan pajak seiring dengan batas waktu pelaksanaan program Tax Amnesty tahap I pada tanggal 30 September 2016. Figur 10. BI Rate, DF Rate dan Suku Bunga PUAB ON, Koridor Suku Bunga Operasional Moneter
Sumber : Bank Indonesia Triwulan III 2016 Suku bunga deposito perbankan turun, merespon stance pelonggaran kebijakan moneter tersebut. Dibandingkan triwulan II 2016, rata-rata tertimbang (RRT) suku bunga deposito pada triwulan III 2016 turun sebesar 8 bps menjadi 6,86%. Dengan demikian, secara year to date (ytd), RRT suku bunga deposito pada triwulan III 2016 telah turun sebesar 108 bps. Penurunan suku bunga deposito terjadi pada semua tenor. Penurunan terbesar terjadi pada tenor 24 bulan yang turun sebesar 148 bps (qtq) menjadi 7,68% diikuti tenor 6 bulan yang turun sebesar 43 bps (qtq) menjadi 7,31%. Penurunan terkecil terjadi pada tenor pendek 3 dan 12 bulan yang masing-masing hanya turun sebesar 16 bps (qtq) menjadi 6,84% dan 7,60%. Sejalan dengan suku bunga deposito, suku bunga kredit perbankan pada triwulan III 2016 tercatat menurun. Dibandingkan triwulan II 2016, suku bunga kredit pada triwulan III 2016 turun sebesar 15 bps menjadi 12,23%. Secara year to date (ytd), suku bunga kredit pada triwulan III 2016 turun sebesar 60 bps, lebih lambat dibandingkan penurunan RRT suku bunga deposito. Penurunan suku bunga kredit terjadi pada seluruh jenis kredit, terutama pada kredit produktif, dengan penurunan suku bunga terbesar terjadi pada jenis kredit modal kerja (KMK) yang turun 23 bps (qtq) menjadi 11,59% diikuti penurunan suku bunga Kredit Investasi (KI) sebesar 13 bps (qtq) menjadi 11,36%. Secara ytd, KMK dan KI turun sebesar 87 bps dan 76 bps lebih besar dari KK yang turun sebesar 16 bps. Spread antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada triwulan III 2016 meningkat 13 bps dari triwulan sebelumnya menjadi 537 bps
Halaman
- 26
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 11. Suku Bunga Kredit : KMK, KI dan KK, Spread Suku Bunga Perbankan
Sumber : Bank Indonesia Triwulan III 2016 Pertumbuhan likuiditas perekonomian (M2) melambat. Pada triwulan III 2016, M2 tercatat tumbuh sebesar 5,1% (yoy), lebih lambat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,7% (yoy). Melambatnya pertumbuhan M2 tersebut bersumber dari M1, uang kuasi dan surat berharga selain saham. Pertumbuhan M1 pada triwulan III 2016 tercatat sebesar 5,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016 sebesar 13,94% (yoy). Melambatnya pertumbuhan M1 pada triwulan III 2016 tersebut didorong oleh lebih rendahnya pertumbuhan uang kartal (currency outside bank) paska hari raya Idul Fitri. 3.1.3.
Gambaran Umum Ubi Kayu/Singkong di Indonesia
3.1.3.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Secara umum pola perkembangan luas panen ubi kayu di Indonesia selama kurun waktu 19802015 berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan rata-rata yaitu turun sebesar 0,87% per tahun yaitu luas panen sebesar 1,412 juta hektar di tahun 1980 menjadi 1,016 juta hektar di tahun 2015. Pada periode yang lebih pendek yaitu 5 tahun terakhir laju pertumbuhan luas panen ubi kayu mengalami penurunan dengan laju penurunan yang lebih besar yaitu 5,19% pertahun. Penurunan luas panen cukup signifikan terjadi di tahun 1990 sebesar 15,40% dan tahun 1997 sebesar 13,05%. Peningkatan luas panen ubi kayu cukup signifikan di tahun 1999 yaitu sebesar 23,28% sebagai akibat peningkatan luas panen baik di wilayah Pulau Jawa maupun Luar Jawa masing-masing sebesar 28,65% dan 17,88%. Prediksi tahun 2015 berdasarkan Angka Ramalan I untuk luas panen ubi kayu diperkirakan masih akan mengalami penurunan sebesar 4,63% sebagai akibat penurunan luas panen ubi kayu di Pulau Luar Jawa sebesar 4,45% dan luas panen di Pulau Jawa sebesar 4,85%. Luas panen ubi kayu di Indonesia mempunyai kencenderungan terus mengalami penurunan, dilihat rata-rata luas panen dari 1980-2015, dimana share di pulau Jawa masih cukup signifikan yaitu sebesar 55,41% sementara pulau Luar Jawa sebesar 44,59%. Akan tetapi dilihat dari rata-rata luas panen lima tahun terakhir, share luas panen ubi kayu di Jawa menjadi lebih kecil yaitu hanya 46,36% sedang Luar Jawa menjadi lebih besar yaitu 53,64%. Sedang share produksi dilihat rata-rata produksi dari 1980-2015 share di pulau Jawa sebesar 55,62% sementara pulau Luar Jawa sebesar 44,52% terhadap total produksi ubi kayu Indonesia, tetapi dilihat dari rata-rata produksi lima tahun terakhir, share produksi ubi kayu di Jawa menjadi lebih kecil yaitu hanya 45,61% sedang Luar Jawa menjadi lebih besar yaitu 54,40%.
Halaman
- 27
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 12.
Rata-Rata Luas Panen, Produksi, Produktivitas dan Rata-Rata Pertumbuhannya di Jawa dan Luar Jawa
Sumber : Outlook Ubi Kayu 2015 Perkembangan luas panen ubi kayu di Jawa dan di Luar Jawa sangat berbeda. Pada periode 1980 – 2015 secara rata-rata luas panen ubi kayu di Jawa turun sebesar 2,05% per tahun, sementara pertumbuhan luas panen di Luar Jawa justru meningkat sebesar 1,01% per tahun. Pada periode lima tahun terakhir, pertumbuhan luas panen ubi kayu di Jawa mengalami penurunan sangat signifikan yaitu sebesar 5,03% per tahun, dan Luas panen di Pulau Luar Jawa mengalami penurunan sedikit lebih besar yaitu sebesar 5,31% per tahun, sehingga menyebabkan penurunan luas panen ubi kayu Indonesia sebesar 5,19% per tahun. Figur 13. Perkembangan Luas Panen Ubi Kayu di Indonesia
Sumber : Outlook Ubi Kayu 2015 Pola pertumbuhan produktivitas ubi kayu Indonesia menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan dengan pola luas panen, cenderung meningkat sejak tahun 1980 hingga 2015 dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2,68%.
Halaman
- 28
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 14. Perkembangan Produktivitas Ubi Kayu di Indonesia
Sumber : Outlook Ubi Kayu 2015 Selama lima tahun terakhir (periode 2011-2015) perkembangan produktivitas ubi kayu Indonesia mengalami peningkatan sebesar 3,84% per tahun sebagai akibat peningkatan produktivitas di Pulau Jawa sebesar 5,08%, dan peningkatan produktivitas rata-rata di Luar Pulau Jawa lebih rendah yaitu sebesar 2,84% per tahun. Peningkatan produktivitas ubi kayu pada periode tersebut di picu oleh peningkatan pertumbuhan produktivitas di tahun 1990 sebesar 21,41% dan tahun 2003 sebesar 11,87%. Peningkatan produktivitas ubi kayu lima tahun terakhir terlihat lebih tinggi, di Jawa mencapai 5,08% dan di Luar Jawa 2,84%. Berdasarkan ARAM I tahun 2015, produktivitas ubi kayu Indonesia diperkirakan mencapai 235,84 ku/ha atau 0,98% lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2014 yang mencapai 233,55 ku/ha menjadi 235,84 Ku/Ha. Figur 15. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Indonesia
Sumber : Outlook Ubi Kayu 2015
Halaman
- 29
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Perkembangan produksi ubi kayu di Indonesia periode 1970-2015 secara umum berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan. Secara lebih rinci perkembangan produksi ubi kayu pada periode 1980-2015 meningkat rata-rata sebesar 1,77% per tahun. Sementara pada periode yang lebih pendek yaitu lima tahun terakhir antara tahun 2011 hingga tahun 2015, perkembangan produksi ubi kayu Indonesia cenderung mengalami penurunan yaitu rata-rata 0,06% per tahun. Perkembangan ubi kayu per wilayah menunjukkan pola serupa antar periode dengan kecenderungan peningkatan produksi luar Pulau Jawa lebih tinggi dari pada di Pulau Jawa. Periode tahun 1980-2015 peningkatan pertumbuhan produksi di luar pulau Jawa cukup signifikan yaitu sebesar 3,97% sementara di pulau Jawa lebih rendah yaitu hanya sebesar 0,44% per tahun. Secara lebih rinci pada periode lima tahun terakhir yaitu antara tahun 2011 hingga 2015, pola perkembangan ubi kayu di Luar Pulau Jawa sedikit mengalami penurunan yaitu rata-rata sebesar 0,94% per tahun, sementara di Pulau Jawa sedikit mengalami kenaikan, dengan laju peningkatan produksi sebesar 1,08% per tahun. Meskipun secara umum perkembangan produksi ubi kayu di Pulau Jawa lebih kecil peningkatannya, namun share rata-rata produksi ubi kayu 1980- 2015 di wilayah pulau Jawa masih cukup signifikan yaitu sebesar 55,62% dari total produksi ubi kayu nasional, sementara provinsi di Luar Pulau Jawa berkontribusi lebih rendah yaitu sebesar 44,52 %. Tetapi jika dilihat share produksi selama lima tahun terakhir pola ini berubah menjadi share Pulau Jawa lebih kecil dibanding Luar Jawa yaitu 45,61% dibanding 54,40% Luar Jawa. 3.1.3.2. Perkembangan Harga Ubi Kayu Perkembangan harga produsen ubi kayu di Indonesia antara tahun 2002-2014 cenderung terus meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 16,33% per tahun. Selama kurun waktu tersebut terjadi peningkatan pertumbuhan harga tertinggi tahun 2004 sebesar 59,65% dan tahun 2009 sebesar 28,99%. Figur 16. Perkembangan Harga Produsen Ubi Kayu Indonesia
Sumber: Outlook Ubi Kayu 2015
Halaman
- 30
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
3.1.3.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Ubi Kayu Perkembangan volume ekspor total ubi kayu Indonesia yaitu penjumlahan antara ekspor dalam bentuk ubi kayu segar dan ubi kayu olahan antara tahun 2000-2014 mempunyai pola yang sangat berfluktuasi. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor ubi kayu meningkat sebesar 109,18% per tahun, demikian halnya dengan nilai ekspornya yang meningkat sebesar 132,07% per tahun. Peningkatan volume ekspor ubi kayu cukup drastis di tahun 2004 yaitu sebesar 1.467,13% atau ekspor ubi kayu mencapai 448,60 ribu ton, selain juga terjadi peningkatan di tahun 2013 sebesar 296,57%. Bila dilihat dari sisi impor, perkembangan volume impor ubi kayu Indonesia pada periode yang sama juga cukup berfluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan volume impor ubi kayu Indonesia rata-rata meningkat 77,17% per tahun atau rata-rata sebesar 242,75 ribu ton per tahun. Peningkatan pertumbuhan volume impor pada 5 tahun terakhir yaitu antara 2009-2014 dengan kisaran peningkatan pertumbuhan -88,91% hingga 284,42% atau mencapai volume impor tertinggi di tahun 2014 yaitu sebesar 365,09 ribu ton sebagai pemicu peningkatan rata-rata pertumbuhan volume impor ubi kayu Indonesia antara tahun 2000 hingga tahun 2014. Figur 17. Perkembangan Volume Ekspor Impor Ubi Kayu Indonesia
Sumber: Outlook Ubi Kayu 2015 Jika dilihat pertumbuhan volume ekspor ubi kayu, peningkatan ekspor tertinggi terjadi di tahun 2004 yaitu mencapai 1467,13% atau mencapai volume ekspor 448,6 ribu ton. Peningkatan volume ekspor tersebut memicu peningkatan nilai ekspor komoditas tersebut pada tahun yang sama yaitu sebesar 1609,22% (57,35 juta US$ yang terdiri dari ekspor dalam bentuk segar 20,4 juta US$ dan dalam bentuk olahan 36,9 juta US$). Ekspor ubi kayu Indonesia dalam bentuk segar dan olahan yaitu dalam bentuk pati ubi kayu (cassava flour), ubi kayu keping kering (cassava shredded) dan ubi kayu pelet (cassava pellets) terutama ke Taiwan, Philipina, Australia, Malaysia, Inggris dan Brunei Darusalam.
Halaman
- 31
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 18. Perkembangan Volume Ekspor Impor Ubi Kayu Indonesia
Sumber: Outlook Ubi Kayu 2015 Perkembangan volume impor ubi kayu pada periode 2000-2014 sebesar 61,22% per tahun, lebih rendah dari pertumbuhan nilai impor ubi kayu yakni sebesar 69,32% per tahun. Total peningkatan pertumbuhan nilai impor ubi kayu Indonesia tertinggi di tahun 2003 yaitu mencapai 571,25% atau sebesar US$ 33,56 juta dari sebesar US$ 4,79 juta di tahun 2002. Impor ubi kayu Indonesia umumnya dalam bentuk pati ubi kayu (cassava flour), ubi kayu kepingan kering (cassava shredded) dan ubi kayu pelet (cassava pellets) terutama berasal dari Thailand, Vietnam dan Myanmar. 3.1.3.4. Prospek Ubi kayu dan Produk Turunannya Peluang pengembangan usaha budi daya singkong sangat terbuka, hal ini tidak lain karena kebutuhan produk dan beragamnya produk olahan dari bahan dasar singkong seperti Gaplek, Chips, Pellet, tepung, dengan pangsa pasar untuk dalam negeri seperti industri makanan dan minuman (kerupuk, Sirup), industri textile, industri bahan bangunan (Gips dan Keramik), industri kertas, industri pakan ternak, sedangkan untuk pangsa pasar luar negeri dengan tujuan ekspor adalah Negara Masyarakat Ekonomi Eropa, Jepang, Korea, China, Amerika Serikat, Jerman, dengan pemanfaatan untuk bahan baku farmasi, bahan baku industri lem, bahan baku industri kertas, dan bahan baku industri pakan ternak. Sorbitol Pada Pertengahan 1950, pembuatan sorbitol skala besar mulai dilakukan, seperti humektan yang digunakan dalam tata rias dan pengganti gula dalam permen non kariogenik. Sorbitol diproduksi secara komersial dari pati (ubi kayu) dengan hidrolisis enzimatik dan hidrogenasi katalitik. Starch dan Starch Sweetener termasuk Sorbitol Syrup dan Sorbitol Powder, Maltitol, Dextrose Monohydrate, Maltose Syrup, dan Maltodextrine. Berbagai produk tersebut merupakan bahan baku dalam produksi berbagai industri barang konsumsi mulai dari makanan dan minuman hingga kepada kosmetik dan farmasi.
Sorbitol Syrup Sorbitol Syrup adalah pemanis biang yang melepas kalori rendah pada saat asupan dan disempurnakan malalui proses hidrogenasi katalitik bertekanan tinggi. Dengan rasa manis ringan dan menyegarkan, Sorbitol sering digunakan sebagai pemanis alternatif untuk gula dan sebagai agen pengontrol kelembaban. Syrup ini juga merangsang sintesis vitamin dan penyerapan asam aminio dan mineral dalam tubuh manusia. Sorbitol Syrup adalah bahan utama pasta gigi, vitamin C, permen karet, peralatan mandi, dan produk makanan diatetic dan diabetik.
Halaman
- 32
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Sorbitol Powder Sorbitol Powder secara ilmiah disebut alcohol monosakarida polihidrat, yaitu sejenis hexitol. Bubuk ini memeliki kasiat pendinginan yang efektif sambil tetap menjaga tingkat kemurnian yang tinggi dan karenanya dapat dipergunakan dalam berbagai aplikasi seperti perawatan mulut, farmasi, vitamin, produsen permen, dan perikanan komersial.
Sirup Glukosa Sirup Glukosa adalah produk manis yang diperoleh melalui proses hidrolisis starch secara parsial. Cairan kental yang berwarna putih kekuningkuningan ini mengandung Dextrose, Dextrin, Maltosa, oligosakarida lain, dan air. Produk ini banyak digunakan pada gula-gula seperti permen dan agar-agar, dan pada berbagai produk lain seperti minuman ringan, saus tomat dan sereal.
Maltodextrine Maltodextrine adalah sirup starch hasil hidrolis dengan penyemprotan kering yang berasal dari hidrolisis starch secara parsial dengan menggunakan enzim. Matlodextrine biasa digunakan sebagai biang atau untuk menjaga stabilitas emulsi, yang menjadikannya cocok untuk industri makanan olahan. Sirup ini juga digunakan dalam produk-produk seperti susu bubuk, susu creamer, es krim, kuah salad, dan makanan ringan
Dextrose Monohydrate Dextrose Monohydrate secara ilmiah disebut sakarida D–glukosa dalam bentuk kristal murni. Bahan ini berupa bubuk putih yang tidah hanya mudah larut dalam air, tetapi juga bermetabolisme dengan cepat dalam tubuh. Setelah melewati berbagai tahap fermentasi ragi dalam siklus produksinya, Dextrose Monohydrate digunakan dalam produk-produk seperti biskuit, marshmallow, selai, agar-agar, dan makanan penutup beku.
Maltitol Maltitol adalah bentuk maltose yang telah dihidronasi, dan umumnya digunakan dalam produk makanan yang dikonsumsi penderita diabetes. Bahan ini juga digunakan dalam memproduksi produk bebas gula yang aman untuk gigi dan dikonsumsi oleh konsumen yang sadar akan kesehatan.
Starch Starch dihasilkan dari proses modern melalui pemisahan dan pengeringan singkong. Bahan ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan kandungan lemak dan protein yang rendah. Starch digunakan oleh berbagai industri termasuk industri makanan, kertas, pemanis, dan tekstil.
3.1.4.
Analisis Perjanjian dan Persyaratan
Kerjasama antara SAAC dengan CI dalam hal pemberian pinjaman telah diatur dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Multi-Currency Facility Agreement dengan limit pinjaman sebesar USD100.000.000 (seratus juta dolar Amerika Serikat) dengan bunga pinjaman dalam bentuk USD dihitung berdasarkan USD Libor + spread sampai dengan 100 basis poin dan Untuk pinjaman dalam bentuk IDR, bunga atas pinjaman akan dihitung berdasarkan JIBOR + spread sampai dengan 250 basis poin. Berdasarkan draft perjanjian yang kami terima tidak terdapat persyaratan khusus yang memberatkan dan tidak terdapat negative covenant yang harus dipenuhi atas pemberian pinjaman tersebut.
Halaman
- 33
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
3.1.5.
Dampak Keuangan SAAC dari Hasil Dana Rencana Transaksi jika Mengalami Kegagalan
Tidak ada dampak keuangan yang berarti dalam jangka pendek jika rencana transaksi mengalami kegagalan karena pada saat ini SAAC memperoleh fasilitas kredit dengan skema revolving dari Cargill Asia Pacific Treasury Ltd., Singapore dengan limit sebesar USD75.000.000 dan tingkat bunga per tahun sebesar LIBOR ditambah tingkat premi risiko negara. Fasilitas tersebut dijamin oleh corporate guarantee dari Cargill Incorporated, USA, dimana penggunaan fasilitas ini adalah untuk membiayai kebutuhan modal kerja SAAC. Selain itu SAAC juga memperoleh fasilitas kredit dari Deutsche Bank AG sebesar USD 52.500.000 dan pinjaman dari The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd sebesar USD50.000.000. Pinjaman yang berasal CI akan digunakan SAAC untuk menggantikan pinjaman eksisting yang dimiliki SAAC, dimana fasilitas pinjaman baru ini memiliki sifat yang sama yakni short term dengan skema revolving loan. Pertimbangan utama dalam penggantian pinjaman tersebut adalah untuk kemudahan dan fleksibilitas transaksi penarikan dan pembayaran karena SAAC dan CI berada dalam satu grup perusahaan dan sama-sama berdomisili di Indonesia. Dengan demikian apabila terjadi kegagalan dalam rencana transaksi maka tidak akan berdampak secara langsung dalam jangka pendek pada keuangan SAAC. 3.1.6.
Analisis Dampak Leverage pada Keuangan SAAC
Berikut adalah analisis dampak leverage atau rasio solvabilitas SAAC terkait pinjaman yang akan diterima : Figur 19. Rasio Atas Proyeksi Keuangan 2017 sampai dengan 2021 Rasio Solvabilitas
2017
2018
2019
2020
2021
Total Liabilities to Equity Ratio
115,26%
97,96%
81,96%
65,29%
49,09%
Total Liabilities to Total Assets Ratio
53,54%
49,49%
45,04%
39,50%
32,93%
Current Liabilities To Equity Ratio
111,08%
93,96%
78,16%
61,74%
45,79%
Current Liabilities To Asset Ratio
51,60%
47,46%
42,96%
37,35%
30,71%
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R Rasio solvabilitas proyeksi keuangan dengan adanya pinjaman dari CI menunjukan perbaikan jika dibandingkan dengan kondisi eksiting SAAC. 3.1.7.
Analisis Dampak Likuiditas Keuangan SAAC
Rasio Likuiditas Keuangan pada periode proyeksi (2017 – 2021) adalah sebagai berikut : Figur 20. Analisis Likuiditas Proyeksi Keuangan 2017 sampai dengan 2021 Rasio Likuiditas
2017
2018
2019
2020
2021
Current Ratio
86,78%
96,02%
108,75%
127,92%
159,07%
Quick Ratio
64,29%
70,67%
79,95%
93,87%
116,58%
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R Berdasarkan rasio likuiditas atas proyeksi SAAC dengan adanya pinjaman dari CI menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun, dengan demikian SAAC dalam kondisi likuid karena mampu membayar utang jangka pendeknya.
Halaman
- 34
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
3.1.8.
Keuntungan dan Kerugian yang Bersifat Kualitatif atas Rencana Transaksi
Keuntungan yang akan diperoleh SAAC dari rencana transaksi peminjaman dana dari CI adalah sebagai berikut : 1. Pinjaman baru memberikan fleksibilitas dan efisiensi waktu dibanding pinjaman eksisting. Kemudahan dalam proses negosiasi dengan CI karena masih dalam satu grup dan kemudahan dalam proses pencairan karena sama-sama berada di Indonesia. 2. Pinjaman dari CI bersifat multicurrency dimana penarikan akan disesuaikan dengan kebutuhan SAAC yang mana nantinya penarikan akan didominasi mata uang Rupiah, hal tersebut sejalan dengan kegiatan operasional SAAC yang menggunakan mata uang Rupiah. 3. SAAC memperoleh sumber pendanaan dengan total beban bunga, tenor, syarat dan ketentuan yang lebih menguntungkan untuk pinjaman sejenis dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh pihak ketiga. 4. SAAC merupakan bagian dari grup Cargill yang memliki kepentingan dan memahami kondisi dan strategi bisnis SAAC, maka CI akan selalu memberikan dukungan atas kondisi SAAC. Kerugian yang akan diperoleh SAAC dari dari rencana transaksi peminjaman dana dari CI adalah sebagai berikut : 1. Adanya biaya-biaya yang muncul terkait dengan rencana transaksi, seperti biaya profesional, biaya notaris dan lain-lain. 3.1.9.
Analisis Manfaat dan Risiko
Manfaat yang akan diperoleh SAAC dari rencana transaksi peminjaman dana dari CI adalah sebagai berikut : 1.
2. 3.
SAAC memperoleh sumber pendanaan yang lebih cepat, mudah dan murah karena masih berada dalam satu grup. Jika dilihat dari kinerja historis SACC, yang ditunjukan dengan rasio likuiditas yang kecil dan solvabilitas yang besar maka akan menyulitkan SAAC dalam mencari sumber pendanaan. Jika ada bank yang akan memberikan dana, maka ada kemungkinan akan membebankan premi untuk risiko tersebut sehingga pendanaan dari bank akan lebih mahal disertai persyaratan yang lebih ketat. Posisi pinjaman yang merupakan revolving loan yang mendukung kebutuhan modal kerja SAAC dalam melakukan kegiatan operasional. Dengan memperoleh fasilitas pinjaman dari CI, grup Cargill yang merupakan pemegang saham pengendali SAAC berperan dalam mencegah SAAC default dari pinjaman ini.
Risiko berkenaan dengan rencana transaksi ini adalah : 1.
Potensi risiko teknis seperti tidak tercapainya business plan umum terjadi namun dapat dimitigasi dengan perencanaan yang terintegrasi dengan maksimal.
Halaman
- 35
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
3.2. Analisis Kuantitatif 3.2.1.
Kinerja Historis
Ikhtisar keuangan SAAC adalah sebagai berikut : Figur 21. Ringkasan Laporan Laba (Rugi) Komprehensif Konsolidasian SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Pendapatan Bersih Beban Pokok Penjualan
31-Mei-12
31-Mei-13
31-Mei-14
31-Mei-15
31-Mei-16
30-Sep-16
1.720.505
2.048.023
2.132.090
2.506.680
2.416.683
768.115
(1.490.917)
(1.678.138)
(1.741.779)
(2.066.974)
(2.063.502)
(644.067)
Laba (Rugi) Bruto
229.588
369.885
390.311
439.706
353.181
124.048
Beban Penjualan
(91.423)
(112.724)
(105.292)
(126.366)
(113.417)
(35.782)
Beban Umum & Admnistrasi
(97.316)
(107.185)
(98.441)
(118.198)
(164.179)
(55.104)
12.996
26.608
49.519
29.545
51.060
3.773
Beban Lainnya
(79.783)
(3.891)
(13.596)
(9.616)
(2.802)
(658)
Laba (Rugi) Usaha
(25.938)
172.693
222.501
215.071
123.843
36.277
Biaya Keuangan
(19.027)
(5.074)
(2.602)
(17.294)
(48.797)
(18.537)
Pendapatan Lainnya
Pendapatan Bunga Laba (Rugi) Sebelum Pajak
687
761
2.135
3.940
3.243
1.820
(44.278)
168.380
222.034
201.717
78.289
19.560
Beban Pajak Laba (Rugi) Setelah Pajak
(467)
(35.517)
(53.977)
(56.377)
(26.065)
(7.073)
(44.745)
132.863
168.057
145.340
52.224
12.487
-
(4.952)
9.451
(7.193)
8.695
30
(44.745)
127.911
177.508
138.147
60.919
12.517
Penghasilan Komprehensif Lain Laba (Rugi) Komprehensif
Sumber : Laporan Keuangan SAAC Pendapatan Bersih Pendapatan bersih SAAC memperlihatkan pertumbuhan dari jumlah penjualan bersih atas sorbitol, dextrose monohydrate, maltodextrine, maltose dan hydrogen. Pada saat ini SAAC melayani penjualan lokal dan ekspor. Berdasarkan figur diatas dapat diketahui bahwa pendapatan bersih SAAC cenderung meningkat. Pada tahun buku 31 Mei 2012 pendapatan bersih SAAC tercatat sebesar Rp1.720.505 juta kemudian naik sekitar 19% pada 31 Mei 2013, dan pada 31 Mei 2014 pendapatan bersih SAAC kembali naik sekitar 4% atau menjadi sebesar Rp2.132.090 juta, kenaikan tersebut dikarenakan kenaikan volume penjualan produk sweetener sebesar 5%. Pada 31 Mei 2015 pendapatan kembali dibukukan meningkat sekitar 18% atau menjadi Rp2.506.680 juta, peningkatan tersebut sebagian besar dikarenakan kenaikan volume dan rata-rata harga penjualan produk pemanis dan pati. Pada 31 Mei 2016 pendapatan SAAC turun 4% atau menjadi sebesar Rp2.416.683 juta, penurunan tersebut utamanya dikarenakan oleh penurunan volume, walaupun rata-rata harga penjualan produk sweetener dan starch mengalami kenaikan. Pada periode 31 Mei 2016 penjualan barang didominasi penjualan lokal sebesar Rp1.436.992 juta dan ekspor sebesar Rp961.534 juta. Per 30 September 2016, diketahui penjualan 4 bulan pada tahun awal 2017 adalah sebesar Rp768.115 Juta. Beban Pokok Penjualan Pergerakan beban pokok penjualan SAAC sejalan dengan pendapatan bersihnya. Pada 31 Mei 2012 tercatat sebesar Rp1.490.917 juta dan meningkat sekita 13% atau menjadi Rp1.678.138 juta, kemudian pada 31 Mei 2014 kembali meningkat menjadi Rp1.741.779 juta. Untuk periode 31 Mei 2015 tercatat sebesar Rp2.066.974 juta dan pada 31 Mei 2016 menjadi Rp2.063.502 juta. Per 30 September 2016, diketahui beban pokok penjualan 4 bulan pada tahun awal 2017 adalah sebesar Rp644.067 Juta.
Halaman
- 36
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 22. Perbandingan Pendapatan Bersih dan Beban Pokok Penjualan 3.000.000
Pendapatan Bersih 2.500.000 Beban Pokok Penjualan 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 2012
2013
2014
2015
2016
2016*
Sumber : Laporan Keuangan SAAC, Diolah Y&R *Periode 30 September 2016 Laba (Rugi) Bruto Laba bruto SAAC pada 31 Mei 2012 tercatat sebesar Rp229.588 juta dan meningkat sekita 61% atau menjadi Rp369.885 juta kemudian meningkat lagi sekitar 6% pada 31 Mei 2014 peningkatan tersebut sebagian besar terkait dengan peningkatan kuantitas penjualan. Pada 31 Mei 2015 kembali meningkat sekitar 13% yang sebagian besar peningkatan tersebut disebabkan karena kenaikan harga penjualan produk, namun pada 31 Mei 2016 laba bruto turun sekitar 20% atau menjadi Rp353.181 juta dibandingkan tahun lalu, penurunan tersebut utamanya dikarenakan penurunan volume penjualan produk sebesar 14% dan kenaikan biaya pemakaian bahan baku. Per 30 September 2016, diketahui margin laba (rugi) bruto terhadap penjualan 4 bulan pada tahun awal 2017 adalah sebesar 16%. Penggunaan Laba SAAC merencanakan untuk menyelesaikan dan memulai komersial pabrik pemanis baru di Cikande. Laba yang dihasilkan diharapkan dapat membiayai sebagian keperluan proyekproyek tersebut. Karenanya, diusulkan bahwa pembagian dividen tunai dari saldo laba tidak dilakukan tahun ini. Figur 23. Perkembangan Margin Laba(Rugi) Kotor dan Laba (Rugi) Bersih 20% 15% 10% 5% 0% 2012
2013
2014
2015
2016
2016*
Margin Laba (Rugi) Kotor Margin Laba (Rugi)Bersih
-5% Sumber : Laporan Keuangan SAAC, Diolah Y&R *Periode 30 September 2016 Halaman
- 37
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Posisi Keuangan Figur 24. Ringkasan Laporan Posisi Keuangan SAAC Keterangan
31-Mei-12
31-Mei-13
31-Mei-14
31-Mei-15
31-Mei-16
30-Sep-16
872.070
1.155.892
1.285.261
1.066.191
Aset Aset Lancar Aset Tidak Lancar
666.472
804.054
645.804
550.453
696.097
1.075.517
1.545.616
1.554.709
1.312.276
1.354.507
1.568.167
2.231.409
2.830.877
2.620.900
Liabilitas Jangka Pendek
580.940
484.599
522.008
1.042.410
1.627.306
1.441.697
Liabilitas Jangka Panjang
30.399
50.170
48.913
64.276
57.055
55.100
Total Aset Liabilitas & Ekuitas
Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas
700.937
819.738
997.246
1.124.723
1.146.516
1.124.103
1.312.276
1.354.507
1.568.167
2.231.409
2.830.877
2.620.900
Sumber : Laporan Keuangan SAAC Aset Aset Lancar pada 31 Mei 2012 tercatat sebesar Rp666.472 juta kemudian pada 31 Mei 2013 meningkat sebanyak Rp137.582 juta atau naik sekitar 21% dan pada 31 Mei 2014 Rp68.016 juta atau naik 8% pada umunya terkait dengan kas dan setara kas yang meningkat sebesar Rp56.602 juta atau naik 546%. Kenaikan kas dan setara kas berasal dari kenaikan deposito berjangka milik anak perusahaan yang berasal dari pemasukan arus kas dari operasional. Piutang usaha dan persediaan juga meningkat masing-masing sebesar Rp19.980 juta atau sekitar 7% dan Rp63.819 juta atau sekitar 15%, sebagai hasil kuantitas penjualan yang lebih besar dibanding tahun lalu. Di sisi lain, saldo aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual menurun sebesar Rp79.964 juta disebabkan telah terjualnya asset tersebut di tahun berjalan. Pada 31 Mei 2015 kembali meningkat sebanyak Rp283.822 juta atau sekitar 33%, peningkatan tersebut dikarenakan piutang usaha dan persediaan yang lebih besar, masing-masing sebesar Rp69.217 juta atau sekitar 24% dan Rp182.034 juta atau sekitar 37%, akibat penjualan yang meningkat dibanding tahun lalu, dan pembelian bahan baku yang tinggi mendekati akhir tahun. Pajak dibayar dimuka juga meningkat sebesar Rp36.086 juta karena PPN masukan yang lebih besar terkait dengan pembangunan pabrik baru. Pada periode 31 Mei 2016 aset lancar kembali dibukukan meningkat sebesar Rp129.369 juta atau sekitar 11%, jika dibandingkan dengan periode berikutnya. Peningkatan tersebut merupakan akibat dari deposito berjangka entitas anak yang meningkat dibanding tahun lalu, piutang lain-lain yang berasal dari penjualan aset tetap (pabrik in yang bdi Ponorogo) dan pajak dibayar dimuka yang juga meningkat karena PPN masukan yang lebih besar terkait dengan pembelian persediaan dan pembangunan pabrik baru. Aset Tidak Lancar pada 31 Mei 2012 tercatat sebesar Rp645.804 juta dan pada 31 Mei 2013 turun menjadi Rp550.453 juta. Pada 31 Mei 2014 dilaporkan meningkat sebanyak Rp145.644 juta atau sekitar 26% sehingga menjadi Rp696.097 juta. Kenaikan tersebut terutama dikarenakan pengeluaran kapital terkait dengan proyek dalam pengerjaan. Di samping itu, anak perusahaan juga melakukan pembayaran uang muka untuk projek konstruksi, yang mengakibatkan peningkatan saldo uang muka pembelian aset tetap sebesar Rp31.794 juta. Pada 31 Mei 2015 kembali dilaporkan meningkat Rp379.420 juta atau sekitar 55%, kenaikan tersebut sebagian besar karena adanya penambahan aset tetap selama tahun berjalan sebesar Rp439,371 juta terkait dengan pembangunan pabrik pemanis baru di Cikande dan penambahan asset tetap di pabrik Pandaan, yang dikompensasi dengan bertambahnya akumulasi penyusutan sebesar Rp60.624 juta. Kenaikan asset yang tidak digunakan dalam operasi sebesar Rp21.945 juta dikarenakan adanya reklasifikasi asset lama yang tidak lagi dipakai dalam operasi. Pada 31 Mei 2016 aset tidak lancar SAAC kembali dilaporkan meningkat sebesar Rp470.099 atau sekitar 44% dari periode sebelumnya. Peningkatan tersebut sebagian besar karena adanya penambahan aset tetap selama tahun berjalan, terkait dengan pembangunan pabrik pemanis baru di Cikande dan penambahan aset tetap berkaitan dengan implementasi SAP, dan beban penyusutan, serta kenaikan klaim atas restitusi pajak Halaman
- 38
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
dikarenakan lebih bayar pajak penghasilan badan FY15/16. Per 30 September 2016 terjadi sedikit penurunan aset menjadi Rp2.620.900 Juta, yang disebabkan penurunan aset lancar pada pos persediaan. Figur 25. Komposisi Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar 3.000.000 2.500.000 2.000.000 Aset Lancar 1.500.000 Aset Tidak Lancar Total Aset
1.000.000 500.000 2012
2013
2014
2015
2016
2016*
Sumber : Laporan Keuangan SAAC, Diolah Y&R *Periode 30 September 2016 Liabilitas Liabilitas jangka pendek pada 31 Mei 2012 tercatat sebesar Rp580.940 juta kemudian turun menjadi sebesar Rp484.599 pada 31 Mei 2013 dan pada 31 Mei 2014 meningkat sebesar Rp37.409 juta atau sekitar 8%. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan utang usaha ke pihak ketiga. Pada 31 Mei 2014 liabilitas jangka pendek meningkat sebesar Rp520.402 juta atau sekitar 100% sebagian besar karena kenaikan pinjaman dari pihak berelasi untuk proyek pembangunan pabrik baru dan pada periode 31 Mei 2016 liabilitas jangka pendek kembali meningkat sebesar Rp584.896 juta atau sekitar 56%, peningkatan tersebut utamanya disebabkan karena kenaikan pinjaman dari bank dan pihak berelasi untuk proyek pembangunan pebrik baru dan kegiatan operasional SAAC. Liabilitas Jangka Panjang SAAC pada 31 Mei 2012 tercatat sebebsar Rp30.399 juta kemudian pada 31 Mei 2013 meningkat sebesar Rp19.771 juta atau sekitar 65% dan pada 31 Mei 2014 tercatat sebesar Rp48.913 juta atau turun sekitar 3% dari periode sebelumnya. Penurunan tersebut utamanya disebabkan karena pelunasan utang sewa pembiayaan jangka panjang. Pada 31 Mei 2015 meningkat sebesar Rp15.363 juta atau sekitar 31% sebagian besar karena kenaikan liabilitas imbalan kerja dan pada 31 Mei 2016 turun menjadi Rp57.055 juta, penurunan tersebut karena penurunan liabilitas imbalan kerja. Per 30 September 2016 terjadi sedikit penurunan liabilitas jangka pendek menjadi Rp1.441.697 Juta, yang disebabkan penurunan pinjaman pihak berelasi.
Halaman
- 39
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 26. Komposisi Liabilitas Jangka Pendek & Liabilitas Jangka Panjang 1.800.000 1.600.000 1.400.000
1.200.000 1.000.000
Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang
800.000 600.000 400.000 200.000 2012
2013
2014
2015
2016
2016*
Sumber : Laporan Keuangan SAAC, Diolah Y&R *Periode 30 September 2016 Berdasarkan figur diatas diketahui bahwa total liabilitas SAAC didominasi oleh liabilitas jangka pendek. Ekuitas Total ekuitas SAAC dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, dari yang semula sebesar Rp700.937 juta pada 31 Mei 2012 meningkat menjadi Rp1.146.516 juta atau meningkat sekitar 64%. Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh tambahan modal disetor dan laba ditahan. Per 30 September 2016 terjadi sedikit penurunan ekuitas dikarenakan penurunan saldo laba. Figur 27. Perkembangan Total Ekuitas SAAC 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 Ekuitas
600.000 400.000 200.000 2012
2013
2014
2015
2016
2016*
Sumber : Laporan Keuangan SAAC, Diolah Y&R *Periode 30 September 2016
Halaman
- 40
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Arus Kas Figur 28. Ringkasan Arus Kas SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan
31-Mei-12
31-Mei-13
31-Mei-14
31-Mei-15
Arus kas dari aktivitas operasi
176.551
Arus kas dari aktivitas investasi
(36.818)
Arus kas dari aktivitas pendanaan Laba kurs atas kas dan setara kas
175.351
223.643
(108.220)
28.269
141.235
(6.026)
(95.454)
(431.819)
(475.634)
(29.949)
(199.475)
(148.298)
(73.981)
534.332
473.479
(150.244)
(574)
(82)
1.970
3.341
138
(515)
(60.316)
20.945
56.178
(2.366)
26.252
(39.473)
Kas Awal Tahun
49.719
(10.597)
10.348
66.526
64.160
90.412
Kas Akhir Tahun
(10.597)
10.348
66.526
64.160
90.412
50.939
Surplus (Devisit) Kas dan Setara Kas
31-Mei-16
30-Sep-16
Sumber : Laporan Keuangan SAAC Dari figur kinerja arus kas SAAC tersebut, diketahui bahwa arus kas SAAC mengalami pergerakan yang bervariasi dari periode 31 Mei 2012 hingga 31 Mei 2016. Dari laporan keuangan yang diperoleh, aktifitas cash flow SAAC pada periode yang berakhir 30 September 2016 diantaranya adalah : Arus kas bersih dari aktivitas operasi SAAC menunjukkan arus kas masuk dari aktivitas operasi sebesar Rp141.235 juta, yang berasal dari net off atas penerimaan dari pelanggan dengan pembayaran pada pemasok, pajak dan beban bunga. Arus kas bersih untuk aktifitas investasi SAAC menunjukkan arus kas keluar sebesar negatif Rp29.949 juta yang berasal dari net off penjualan aset tetap dan penerimaan bunga dengan pembelian aset tetap. Arus kas bersih dari aktifitas pendanaan SAAC menunjukkan arus kas keluar sebesar Rp150.244 juta yang berasal dari net off penerimaan pinjaman pihak berelasi dan pinjaman bank jangka pendek dengan pembayaran deviden dan utang sewa pembiayaan. Rasio Keuangan Figur 29. Rasio Keuangan SAAC Keterangan
31-Mei-12
31-Mei-13
31-Mei-14
31-Mei-15
31-Mei-16
30-Sep-16
Current Ratio
114,72%
165,92%
167,06%
110,89%
78,98%
73,95%
Quick Ratio
49,73%
78,74%
73,90%
46,77%
34,18%
32,07%
Total Liability to Asset Ratio
46,59%
39,48%
36,41%
49,60%
59,50%
57,11%
Total Liability to Equity Ratio
87,22%
65,24%
57,25%
98,40%
146,91%
133,15%
Current Liabilities to Asset Ratio
44,27%
35,78%
33,29%
46,72%
57,48%
55,01%
Current Liabilities to Equity Ratio
82,88%
59,12%
52,34%
92,68%
141,93%
128,25%
Likuiditas
Solvabilitas
Profitabilitas ROA
-3,41%
9,81%
10,72%
6,51%
1,84%
0,48%
ROE
-6,38%
16,21%
16,85%
12,92%
4,56%
1,11%
Gross Margin
13,34%
18,06%
18,31%
17,54%
14,61%
16,15%
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam membayar seluruh hutang jangka pendeknya melalui ketersediaan aset lancar yang dimiliki. Rasio lancar (Current Ratio) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan dengan membandingkan aset lancar terhadap utang lancar. Secara umum dapat dikatakan semakin besar rasio ini adalah semakin baik. Halaman
- 41
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Rasio cepat (Quick Ratio) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan dengan membandingkan aset lancar selain persediaan terhadap utang lancar. Secara umum dapat dikatakan semakin besar rasio ini adalah semakin baik. Berdasarkan analisis rasio likuiditas diatas, periode 30 September 2016 rasio lancar SAAC turun dari periode sebelumnya dan untuk quick ratio relatif stabil dari tahun ke tahun. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam membayar seluruh utang yang dimilikinya. Beberapa jenis rasio ini antara lain : Rasio total utang terhadap ekuitas (total liability to equity ratio) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan ekuitas perusahaan. Secara umum dapat dikatakan semakin kecil rasio ini adalah semakin baik, karena semakin kecil peranan utang sebagai sumber pembiayaan yang berarti juga semakin besar debt capacity-nya. Rasio total utang terhadap total aset (total liability to total asset ratio) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak utang yang gunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Secara umum dapat dikatakan, semakin kecil rasio ini adalah semakin baik karena semakin kecil porsi utang dalam pembiayaan. Rasio utang jangka pendek terhadap ekuitas (current liability to equity ratio) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang jangka pendek dengan ekuitas perusahaan. Secara umum dapat dikatakan semakin kecil rasio ini adalah semakin baik, karena semakin kecil peranan utang sebagai sumber pembiayaan yang berarti juga semakin besar debt capacity-nya. Rasio total utang terhadap total aset (current liability to total asset ratio) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak utang jangka pendek yang gunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Secara umum dapat dikatakan, semakin kecil rasio ini adalah semakin baik karena semakin kecil porsi utang dalam pembiayaan. Berdasarkan analisis rasio solvabilitas tersebut diatas, terlihat bahwa rasio solvabilitas SAAC cukup tinggi karena SAAC memiliki porsi utang uang cukup besar namun per 30 September 2016 mengalami penurunan dibanding 31 Mei 2016. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dalam operasinya. Beberapa jenis rasio ini antara lain adalah : Rasio Return On Asset (ROA) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan mengunakan seluruh aset perusahaan. Semakin besar rasio ini berarti semakin baik. Rasio Return On Equity (ROE) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih terhadap ekuitas perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio laba kotor. Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor. Rasio ini menunjukkan persentase dari setiap “rupiah” penjualan terhadap pembentukan laba kotor. Semakin besar rasio ini semakin baik. Berdasarkan rasio profitabilitas diatas, jika dilihat dari rasio laba kotor (gross margin) yang relatif stabil namun pada periode 31 Mei 2016 mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh turunnya volume penjulan, namun untuk kedepannya diharapkan akan mulai membaik seiring dengan mulai beroperasinya pabrik pemanis di Cikande. Per 30 September 2017, Halaman
- 42
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
dimana merupakan posisi 4 bulan untuk tahun buku 2017, rasio margin laba kotor menunjukkan peningkatan. 3.2.2.
Penilaian Atas Proyeksi Keuangan
Berikut ini adalah proyeksi keuangan atas rencana transaksi yang diperoleh dari manajemen SAAC : Ringkasan Proyeksi Laba (Rugi) Komprehensif Konsolidasian SAAC Figur 30. Proyeksi Laba (Rugi) Komprehensif Konsolidasian Periode 2017*-2021 (Jutaan Rupiah) Keterangan
1 Oct - 31 Mei 2017
Pendapatan Bersih Beban Pokok Penjualan
31-Mei-18
31-Mei-19
31-Mei-20
31-Mei-21
1.858.821
2.869.567
2.957.192
3.104.257
3.251.548
(1.525.072)
(2.329.409)
(2.383.724)
(2.489.093)
(2.593.525)
Laba (Rugi) Bruto
333.749
540.159
573.469
615.164
658.023
Beban Penjualan
(98.836)
(143.524)
(147.699)
(150.813)
(154.003)
Beban Umum & Admnistrasi
(100.480)
(162.635)
(170.052)
(174.610)
(179.326)
Pendapatan (Beban) Lainnya
(2.827)
318
318
318
318
Laba (Rugi) Usaha
131.606
234.317
256.036
290.058
325.012
Biaya Keuangan
(60.659)
(71.150)
(63.920)
(55.356)
(45.582)
Laba (Rugi) Sebelum Pajak
70.948
163.167
192.116
234.702
279.429
Beban Pajak
(15.561)
(40.792)
(48.029)
(58.676)
(69.857)
Laba (Rugi) Setelah Pajak
55.386
122.375
144.087
176.027
209.572
-
-
-
-
-
55.386
122.375
144.087
176.027
209.572
Penghasilan Komprehensif Lain Laba (Rugi) Komprehensif
Sumber : Manajemen SAAC Ringkasan Proyeksi Posisi Keuangan SAAC Figur 31. Posisi Keuangan Periode 2017-2021 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan
31-Mei-17
31-Mei-18
31-Mei-19
31-Mei-20
31-Mei-21
Aset Lancar
1.314.555
1.317.355
1.339.624
1.358.906
1.380.409
Aset Tidak Lancar
1.620.933
1.573.101
1.527.917
1.485.327
1.445.281
Total Aset
2.935.488
2.890.456
2.867.541
2.844.233
2.825.690
1.514.788
1.371.947
1.231.800
1.062.300
867.800
Aset
Liabilitas & Ekuitas Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang
57.000
58.400
59.800
61.200
62.600
Ekuitas
1.363.700
1.460.109
1.575.941
1.720.733
1.895.290
Total Liabilitas & Ekuitas
2.935.488
2.890.456
2.867.541
2.844.233
2.825.690
Sumber : Manajemen Ringkasan Proyeksi Arus Kas SAAC Figur 32. Ringkasan Proyeksi Arus Kas SAAC Periode 2017-2021 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan
2017*
2018
2019
2020
2021
Arus kas dari aktivitas operasi
4.782
(131.880)
(109.791)
(142.203)
(165.058)
Arus kas dari aktivitas investasi
81.716
(30.000)
(30.000)
(30.000)
(30.000)
Arus kas dari aktivitas pendanaan
350
148.341
145.647
175.000
200.000
Laba kurs atas kas dan setara kas
-
-
-
-
-
Halaman
- 43
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Keterangan
2017*
2018
Surplus (Devisit) Kas dan Setara Kas
86.848
(13.539)
5.856
2.797
4.942
Kas Awal Tahun
65.755
152.603
139.064
144.920
147.717
152.603
139.064
144.920
147.717
152.660
Kas Akhir Tahun
2019
2020
2021
Sumber : Manajemen *Periode 1 Oktober 2016 – 31 Mei 2017 Berdasarkan posisi keuangan di atas diketahui jika kondisi keuangan SAAC menunjukkan perbaikan seperti yang terlihat dalam laporan laba (rugi) komprehensifnya, dimana laba bersih yang diperoleh menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Sejalan dengan kinerja keuangan yang menunjukkan perbaikan, posisi keuangan SAAC juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada sisi liabilitas jangka pendek terjadi penurunan short term debt, dimana SAAC memproyeksikan pengembalian short term loan dari sumber internal kas yang diperoleh dari pengingkatan arus kas operasional. 3.2.3.
Analisis Rasio Keuangan Atas Proyeksi Keuangan
Berdasarkan atas proyeksi keuangan yang disampaikan oleh pihak manajemen SAAC, maka dapat diperoleh analis rasio atas proyeksi tersebut sebagai berikut : Figur 33. Rasio Atas Proyeksi Keuangan 2017 sampai dengan 2021 Keterangan
31-Mei-17
31-Mei-18
31-Mei-19
31-Mei-20
31-Mei-21
Likuiditas Current Ratio
86,78%
96,02%
108,75%
127,92%
159,07%
Quick Ratio
64,29%
70,67%
79,95%
93,87%
116,58%
Total Liability to Asset Ratio
53,54%
49,49%
45,04%
39,50%
32,93%
Total Liability to Equity Ratio
115,26%
97,96%
81,96%
65,29%
49,09%
Current Liabilities to Asset Ratio
51,60%
47,46%
42,96%
37,35%
30,71%
Current Liabilities to Equity Ratio
111,08%
93,96%
78,16%
61,74%
45,79%
ROA
1,89%
4,23%
5,02%
6,19%
7,42%
ROE
4,06%
8,38%
9,14%
10,23%
11,06%
17,95%
18,82%
19,39%
19,82%
20,24%
Solvabilitas
Profitabilitas
Gross Margin Keterangan
31-Mei-17
31-Mei-18
31-Mei-19
31-Mei-20
31-Mei-21
Likuiditas Current Ratio
86,78%
96,02%
108,75%
127,92%
159,07%
Quick Ratio
64,29%
70,67%
79,95%
93,87%
116,58%
Total Liability to Asset Ratio
53,54%
49,49%
45,04%
39,50%
32,93%
Total Liability to Equity Ratio
115,26%
97,96%
81,96%
65,29%
49,09%
Current Liabilities to Asset Ratio
51,60%
47,46%
42,96%
37,35%
30,71%
Current Liabilities to Equity Ratio
111,08%
93,96%
78,16%
61,74%
45,79%
ROA
1,89%
4,23%
5,02%
6,19%
7,42%
ROE
4,06%
8,38%
9,14%
10,23%
11,06%
17,95%
18,82%
19,39%
19,82%
20,24%
Solvabilitas
Profitabilitas
Gross Margin
Halaman
- 44
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Keterangan
31-Mei-17
31-Mei-18
31-Mei-19
31-Mei-20
31-Mei-21
Likuiditas Current Ratio
86,78%
96,02%
108,75%
127,92%
159,07%
Quick Ratio
64,29%
70,67%
79,95%
93,87%
116,58%
Total Liability to Asset Ratio
53,54%
49,49%
45,04%
39,50%
32,93%
Total Liability to Equity Ratio
Solvabilitas 115,26%
97,96%
81,96%
65,29%
49,09%
Current Liabilities to Asset Ratio
51,60%
47,46%
42,96%
37,35%
30,71%
Current Liabilities to Equity Ratio
111,08%
93,96%
78,16%
61,74%
45,79%
ROA
1,89%
4,23%
5,02%
6,19%
7,42%
ROE
4,06%
8,38%
9,14%
10,23%
11,06%
17,95%
18,82%
19,39%
19,82%
20,24%
Profitabilitas
Gross Margin
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R Dengan adanya pinjaman dari CI berdasarkan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas menunjukkan peningkatan dan untuk rasio solvabiltas menunjukkan penurunan hal tersebut menunjukkan perbaikan kondisi keuangan SAAC. 3.2.4.
Analisis Kemampuan CI Memberikan Fasilitas Pinjaman
Berikut adalah laporan keuangan CI untuk tahun buku periode 31 Mei 2016 Figur 34. Laporan Keuangan CI Tahun Buku Periode 31 Mei 2016 (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan
2016
Aset Aset Lancar Kas Piutang Usaha dan Piutang lain-lain Persediaan Prepaid Tax Claim pengembalian pajak Derivativ Aset Aset Lain-lain Total Aset Lancar
121.732 695.351 1.573.768 234.427 33.609 4.436 119.142 2.782.465
Aset Tidak Lancar Aset Tetap-Net Claim pengembalian pajak Aset Tak Berwujud Aset Lain-lain
1.517.213 143.854 29.781 7.229
Total Aset Tidak Lancar
1.698.077
Total Aset
4.480.542
Liabilitas dan Ekuitas Liabilitas Lancar Utang Afiliasi Utang Usaha dan Utang Lain-lain Utang Pajak
3.108.085 501.686 29.147
Halaman
- 45
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Keterangan
2016
Liabilitas Derivativ
182
Total Liabilitas Lancar
3.639.100
Liabilitas Jangka Panjang Imbalan Paska Kerja
84.408
Liabilitas Pajak Tangguhan-Net
21.191
Total Liabilitas Jangka Panjang
105.599
Total Liabilitas
3.744.699
Ekuitas Modal Saham
1.702
Modal Saham yg diterima dimuka
132.040
Foreign Exchange
5.463
Laba Ditahan
596.638
Total Ekuitas
735.843
Total Liabilitas dan Ekuitas
4.480.542
Sumber : Laporan Keuangan Audit CI periode 31 Mei 2016 Kemampuan dalam memberikan pinjaman pada SAAC dapat dilihat dari posisi aset lancar, yang berupa kas, persediaan dan lain-lain yang memiliki sifat likuid, tetapi untuk melihat kemampuan secara keseluruhan ditentukan juga oleh posisi total aset. Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya aset CI periode 31 Mei 2016 adalah senilai Rp4.480.542 juta, hal ini menunjukan kemampuan CI memberikan pinjaman senilai USD100.000.000 yang setara dengan Rp1.299.800 juta ke SAAC. Berdasarkan hal ini Manajemen SAAC yakin bahwa Grup Cargill melalui CI akan mendukung strategi pengembangan bisnis SAAC dalam bentuk pinjaman atau yang disebut dengan Multi-Currency Facility Agreement, karena pinjaman tersebut berbentuk revolving loan dan dapat diperpanjang. 3.2.5.
Analisis Kemampuan SAAC Melunasi Pinjaman
Berdasarkan proyeksi yang diterima, diketahui bahwa posisi pinjaman jangka pendek SAAC semakin berkurang dari tahun ke tahun, berkurangnya utang jangka pendek tersebut berasal dari berkurangnya penggunaan utang eksisting SAAC dan meningkatnya kemampuan kas SAAC. Berikut adalah rasio solvabilitas SAAC pada periode proyeksi : Figur 35. Rasio Solvabilitas SAAC pada periode proyeksi Rasio Solvabilitas Total Liabilities to Equity Ratio Total Liabilities to Total Assets Ratio
2017
2018
2019
2020
2021
115,26%
97,96%
81,96%
65,29%
49,09%
53,54%
49,49%
45,04%
39,50%
32,93%
Current Liabilities To Equity Ratio
111,08%
93,96%
78,16%
61,74%
45,79%
Current Liabilities To Asset Ratio
51,60%
47,46%
42,96%
37,35%
30,71%
Rasio Solvabilitas
2017
2018
2019
2020
2021
Total Liabilities to Equity Ratio
115,26%
97,96%
81,96%
65,29%
49,09%
Total Liabilities to Total Assets Ratio
53,54%
49,49%
45,04%
39,50%
32,93%
Current Liabilities To Equity Ratio
111,08%
93,96%
78,16%
61,74%
45,79%
Current Liabilities To Asset Ratio
51,60%
47,46%
42,96%
37,35%
30,71%
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R
Halaman
- 46
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Berdasarkan rasio solvabilitas diatas, diketahui bahwa rasio solvabilitas menunjukkan perbaikan. Dimana rasio tersebut turun dari tahun ketahun, yang menandakan utang SAAC semakin menurun. 3.2.6.
Laporan Keuangan Sebelum dan Sesudah Rencana Transaksi (Proforma)
Berikut ini adalah laporan keuangan sebelum dan sesudah dilakukan rencana transaksi (proforma) periode 31 September 2016 Laporan Laba (Rugi) Komprehensif SAAC Figur 36. Proforma Laba (Rugi) Komprehensif SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Pendapatan Bersih Beban Pokok Penjualan
30-Sep-16
30-Sep-16
Penyesuaian
(Sebelum)
(Setelah)
768.115
-
768.115
(644.067)
-
(644.067)
Laba (Rugi) Bruto
124.048
-
124.048
Beban Penjualan
(35.782)
-
(35.782)
Beban Umum & Admnistrasi
(55.104)
-
(55.104)
3.773
-
3.773
Pendapatan Lainnya Beban Lainnya Laba (Rugi) Usaha Biaya Usaha Pendapatan Bunga
(658)
-
(658)
36.277
-
36.277
(18.537)
-
(18.537)
1.820
-
1.820
Laba (Rugi) Sebelum Pajak
19.560
-
19.560
Beban Pajak
(7.073)
-
(7.073)
Laba (Rugi) Setelah Pajak
12.487
-
12.487
30
-
30
12.517
-
12.517
Penghasilan Komprehensif Lain Laba (Rugi) Komprehensif
Sumber : Manajemen SAAC Laporan Posisi Keuangan SAAC Figur 37. Proforma Posisi Keuangan SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan
30-Sep-16 Sebelum
30-Sep-16
Penyesuaian
Setelah
Aset Aset Lancar Kas & Setara Kas
65.755
-
65.755
309.406
-
309.406
Piutang Usaha Pihak Ketiga Pihak Berelasi
8.373
-
8.373
Piutang Lain-lain
7.812
-
7.812
Aset Derivatif
1.117
-
1.117
Aset Keuangan untuk Diperdagangkan
1.581 603.887
-
603.887
Pajak Dibayar Dimuka
52.927
-
52.927
Pembayaran Dimuka
15.333
-
15.333
1.066.191
-
1.066.191
Persediaan
Total Aset Lancar
1.581
Halaman
- 47
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Keterangan
30-Sep-16
30-Sep-16
Penyesuaian
Sebelum
Setelah
Aset Tidak Lancar Aset Tetap-Net
1.419.812
-
7.083
-
7.083
Aset Yang Tidak Digunakan Dalam Operasi
37.080
-
37.080
Klaim Atas Restitusi Pajak
49.415
-
49.415
Aset Pajak Tangguhan-Net
31.785
-
31.785
Piutang Usaha Tidak Lancar
4.049
Aset Tidak Lancar Lainnya
5.485
-
5.485
Total Aset Tidak Lancar
1.554.709
-
1.554.709
Total Aset
2.620.900
-
2.620.900
1.080.653
-
1.080.653
97.485
-
97.485
Pihak Ketiga
69.332
-
69.332
Pihak Berelasi
22.287
-
22.287
Pihak Ketiga
24.696
-
24.696
Pihak Berelasi
24.583
-
24.583
4.236
-
4.236
Utang Deviden
298
-
298
Liabilitas Derivatif
240 114.218
-
114.218
Uang Muka Pembelian Aset Tetap
1.419.812
4.049
Liabilitas & Ekuitas Liabilitas Liabilitas Jangka Pendek Pinjaman Bank Jangka Pendek Pinjaman dari Pihak Berelasi Utang Usaha
Utang Lain-Lain
Utang Pajak
Beban Akrual Uang Muka Pelanggan Total Liabilitas Jangka Pendek
240
3.669
-
3.669
1.441.697
-
1.441.697
55.100
-
55.100
Liabilitas Jangka Panjang Liabilitas Imbalan Paska Kerja Total Liabilitas Jangka Panjang
55.100
-
55.100
1.496.797
-
1.496.797
92.521
-
92.521
Tambahan Modal Disetor
1.485
-
1.485
Saham Treasuri
(662)
-
-662
887.487
-
887.487
Total Liabilitas Ekuitas Modal Saham
Saldo Laba Kepentingan Non Pengendali
143.272
-
143.272
Total Ekuitas
1.124.103
-
1.124.103
Total Liabilitas & Ekuitas
2.620.900
-
2.620.900
Sumber : Manajemen SAAC
Halaman
- 48
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Laporan Arus Kas SAAC Figur 38. Proforma Arus Kas SAAC (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Arus kas dari aktivitas operasi Arus kas dari aktivitas investasi Arus kas dari aktivitas pendanaan Laba kurs atas kas dan setara kas
30-Sep-16 (Sebelum)
Penyesuaian
141.235
-
30-Sep-16 (Setelah) 141.235
(29.949
-
(29.949)
(150.244)
-
(150.244)
(515)
-
(515)
(39.473)
-
(39.473)
Kas Awal Tahun
90.412
-
90.412
Kas Akhir Tahun
50.939
-
50.939
Surplus (Devisit) Kas dan Setara Kas
Sumber : Manajemen SAAC Asumsi dalam penyusunan proforma di atas adalah : 1. Pinjaman dari CI yang bersifat revolving loan merupakan pinjaman yang digunakan oleh manajemen SAAC direncanakan untuk menggantikan pinjaman eksisting SAAC saat ini. 2. Nilai tambah atas penghematan beban bunga atas rencana transaksi belum diperhitungkan dalam penyusunan proforma ini, karena dampak atas penghematan beban bunga umumnya terlihat dalam satu tahun. 3.2.7.
Analisis Dampak Keuangan Dari Rencana Transaksi Yang Akan Dilakukan
Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen, bahwa rencana transaksi tidak memiliki dampak keuangan dalam jangka pendek, karena pinjaman dari CI direncanakan akan digunakan oleh manajemen untuk menggantikan pinjaman eksisting. 3.2.8.
Analisis Kelayakan Penggunaan Dana Rencana Transaksi
Dalam kondisi likuiditas yang kurang baik dan leverage yang cukup tinggi, SAAC dalam kondisi yang cukup sulit untuk memperoleh pinjaman dengan persyaratan bunga yang lebih ringan dan covenant yang ringan dari sumber pihak ketiga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pinjaman dari CI yang akan digunakan untuk menggantikan pinjaman eksisting SAAC, akan memberikan nilai tambah dikarenakan total beban bunga pinjaman dari CI lebih rendah dari pinjaman eksisting. Rencana SAAC atas pinjaman yang diberikan oleh CI adalah untuk menggantikan pinjaman eksisting dengan pinjaman baru yang berasal dari CI. Adapun fasilitas pinjaman baru ini memiliki sifat yang sama yakni short term dengan skema revolving loan. Pertimbangan utama dalam penggantian pinjaman tersebut adalah untuk kemudahan dan fleksibilitas transaksi penarikan dan pembayaran karena SAAC dan CI berada dalam satu grup dan sama-sama berdomisili di Indonesia. Hal ini akan berdampak terhadap efisiensi waktu dan biaya transaksi penarikan dan pembayaran serta biaya lain yang terkait dengan ini karena lebih murah. Dari sisi Grup, rencana transaksi ini juga ditujukan untuk pengembangan CI sebagai Treasury Group yang nantinya diharapkan dapat mendukung kegiatan pendanaan SAAC.
Halaman
- 49
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
3.2.9.
Analisis Cash Management dan Financial Covenant dari Rencana Transaksi
Cash Management Kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban perlu dukungan kemampuan pengelolaan kas. Berdasarkan proyeksi yang telah disampaikan, pelunasan utang dari CI berasal dari operasional SAAC. Hal ini menunjukkan manajemen akan mengelola kas dengan baik. Financial Covenant Berdasarkan Rencana Transaksi yang akan dilakukan, dalam perjanjian antara CI dengan SAAC tidak terdapat financial covenant yang diatur dalam perjanjian pinjaman dari CI. 3.2.10. Analisis Tingkat Bunga dari Rencana Transaksi Analisis tingkat bunga dari rencana transaksi dilakukan dengan membandingkan tingkat bunga yang dibebankan oleh CI atas pinjaman ini ke SAAC dengan tingkat bunga wajar yang dibebankan oleh pihak ketiga (perbankan). Pada umumnya pihak perbankan akan melakukan kajian secara fundamental terhadap kinerja keuangan SAAC. Untuk mengetahui besarnya tingkat bunga yang dibebankan ke SAAC ini, kami melakukan analisis dengan metode regresi. Regresi dilakukan untuk mencari formulasi tingkat bunga terhadap variabel yang relevan. Langkah pertama adalah melakukan regresi terhadap data pembanding, adapun data pembanding yang tersedia adalah data pembanding perusahaan terbuka. Data yang diambil adalah data rasio keuangan periode 2015 (sebagai variabel yang mempengaruhi) dan interest rate (sebagai variabel yang akan dipengaruhi) yang dibebankan pihak perbankan atas utang berbunga dari 7 (tujuh) emiten. Berikut data regresi 7 emiten tersebut : Figur 39. Regresi 7 Emiten Emiten
Current Ratio
EBITDA Margin
Short Term Borrowing to Assets
Interest Rate
AISA
1,62
14,60%
20,48%
12,75%
BISI
6,37
23,97%
0,00%
10,25%
KINO
1,62
12,72%
22,00%
13,00%
ROTI
2,05
25,50%
0,00%
8,00%
SIMP
0,94
17,29%
10,62%
11,15%
STTP
1,58
13,80%
16,10%
11,40%
SIDO
9,28
24,68%
0,00%
13,25%
Sumber : Bloomberg Figur 40. Hasil Regresi 7 (tujuh) Emiten Remark
Coefficients
Intercept
0,091
Current Ratio
0,006
EBITDA Margin
-0,089
Short Term Borrowing to Assets
0,185
Sumber : Bloomberg, Diolah Y&R Dari hasil regresi tersebut dan data SAAC berupa variabel yang mempengaruhi diketahui dengan menggunakan data periode 30 September 2016 besarnya interest rate SAAC adalah 19,14% sedangkan dengan menggunakan data periode 31 Mei 2016 adalah 19,36%. Jika dibandingkan dengan pinjaman dari CI yang ekuivalensi tingkat bunga (JIBOR+2,5%) dalam mata uang Rupiah yakni sebesar 10,29% dimana JIBOR yang digunakan dalam analisis adalah
Halaman
- 50
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
JIBOR per 31 Mei 2016 yakni sebesar 7,79% dan 10,02% dimana JIBOR yang digunakan dalam analisis adalah JIBOR per 30 September 2016 yakni sebesar 7,52% , maka tingkat bunga 12 Bulan SAAC dari pinjaman ini lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat bunga yang dihitung berdasarkan fundamental SAAC. 3.2.11. Analisis Data Market / Penawaran terhadap Total Fasilitas Sejenis SAAC telah menerima penawaran indicative interest rate dari beberapa bank, antara lain : Figur 41. Penawaran Bank/Entitas Terhadap Fasilitas Sejenis Bank/ Entitas
Interest Rate
Deutsche Bank AG
11,31%
The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd.
11,31%
Sumber : Laporan Keuangan Audited SAAC periode 30 September 2016 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat bunga CI lebih rendah dibandingkan dengan penawaran terakhir yang diterima oleh SAAC dari perbankan. Dengan Kondisi keuangan SAAC, hal ini memberi keuntungan karena tingkat yang ditawarkan perbankan lebih tinggi. 3.2.12. Analisis Inkremental Analisis inkremental merupakan analisis nilai tambah atas selisih proyeksi atas rencana transaksi dengan proyeksi tanpa adanya rencana transaksi. Berikut adalah nilai tambah dan persentase (atas nilai tambah dengan proyeksi tanpa adanya rencana transaksi) atas Laba Rugi pada periode proyeksi : Figur 42. Nilai Tambah atas proyeksi Laba Rugi (dalam Jutaan Rupiah) Keterangan
2017
2018
2019
2020
2021
Pendapatan
-
-
-
-
-
Beban Pokok Penjualan
-
-
-
-
-
Laba (Rugi) Kotor
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Beban Penjualan
-
-
-
-
-
Beban Penjualan - Freight cost
-
-
-
-
-
Beban Umum & Administrasi
-
-
-
-
-
Lain-lain
-
-
-
-
-
Laba Sebelum Beban Bunga, Depresiasi dan Amortisasi, Pajak
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(1.007)
(1.607)
(2.197)
(2.905)
(3.715)
Depresiasi & Amortisasi - HPP
-
-
-
-
-
Depresiasi & Amortisasi - Penjualan
-
-
-
-
-
Depresiasi & Amortisasi - Umum dan Administrasi
-
-
-
-
-
(1.007)
(1.607)
(2.197)
(2.905)
(3.715)
-
-
-
-
-
1.007
1.607
2.197
2.905
3.715
-
-
-
0
(0)
Pajak
252
402
549
726
929
Laba Bersih
755
1.205
1.648
2.179
2.786
Beban Bunga - net
Total Lain- lain Laba Sebelum Pajak
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R
Halaman
- 51
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Berdasarkan figur di atas diketahui terjadi penurunan beban bunga sehingga meningkatkan laba bersih pada periode proyeksi. Hal ini menunjukkan terdapat penghematan beban bunga dengan total Rp11.430 Juta selama 5 (lima) tahun periode proyeksi dan peningkatan laba bersih mencapai Rp8.573 Juta. Secara persentase ditampilkan pada figur berikut : Figur 43. Nilai Tambah atas proyeksi Laba Rugi (dalam persentase) Keterangan
2017
Pendapatan
0,00%
2018
2019
0,00%
2020
0,00%
2021
0,00%
0,00%
Beban Pokok Penjualan
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Laba (Rugi) Kotor
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Beban Penjualan
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Beban Penjualan - Freight cost
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Beban Umum & Administrasi
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Lain-lain
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Laba Sebelum Beban Bunga, Depresiasi dan Amortisasi, Pajak
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Beban Bunga - net
-1,64%
-2,21%
-3,32%
-4,99%
-7,54%
Depresiasi & Amortisasi – HPP
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Depresiasi & Amortisasi - Penjualan
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Depresiasi & Amortisasi - Umum dan Administrasi Total Lain- lain Laba Sebelum Pajak
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
-0,86%
-1,06%
-1,55%
-2,21%
-3,10%
1,44%
0,99%
1,16%
1,25%
1,35%
Pajak
1,64%
0,99%
1,16%
1,25%
1,35%
Laba Bersih
1,38%
0,99%
1,16%
1,25%
1,35%
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R Berdasarkan figur di atas diketahui pengurangan beban bunga 1,64% untuk periode 2017 dan sebesar 7,54% untuk periode 2021 jika dibandingkan dengan proyeksi total beban bunga tanpa adanya rencana transaksi. Hal ini menyebabkan peningkatan pada laba bersih yakni 1,38% pada 2017 dan 1,35% pada 2021 jika dibandingkan dengan proyeksi laba bersih tanpa adanya rencana transaksi. Figur 44. Nilai Tambah atas proyeksi Posisi Keuangan (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan
2017
2018
2019
2020
2021
ASET: Kas
756
1.205
1.647
2.180
2.786
Persediaan
-
-
-
-
-
Piutang Usaha & Akrual
-
-
-
-
-
Piutang Lain-lain
-
-
-
-
-
Aset Lancar Lain-lain Total Aset Lancar Aset Tidak Lancar Lainnya Aset Tetap-Net TOTAL ASET
-
-
-
-
-
756
1.205
1.647
2.180
2.786
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
756
1.205
1.647
2.180
2.786
-
-
-
-
-
LIABILITAS & EKUITAS Liabilitas Lancar Non Interest Bearing
Halaman
- 52
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Keterangan
2017
2018
2019
2020
2021
Utang Berbunga Jangka Pendek
-
-
-
-
-
Liabilitas Jangka Pendek Lainnya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Imbalan Paska Kerja
Total Liabilitas Jangka Pendek
-
-
-
-
-
Total Liabilitas
-
-
-
-
-
Modal Dasar
-
-
-
-
-
755
1.205
1.648
2.179
2.786
Penyesuaian Laba Bersih
-
-
-
-
-
Pendapatan Komprehensif Lainnya
-
-
-
-
-
755
1.205
1.648
2.179
2.786
755
1.205
1.648
2.179
2.786
Total Laba Bersih
Total Ekuitas TOTAL LIABILITAS & EKUITAS
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R Berdasarkan figur di atas diketahui terjadi peningkatan pada posisi kas dan setara kas dan total ekuitas yang jumlahnya sama dengan peningkatan laba bersih pada inkremental proyeksi laba (rugi) di atas yakni mencapai Rp8.573 Juta. Secara persentase ditampilkan pada figur berikut : Figur 45. Nilai Tambah atas proyeksi Posisi Keuangan (Dalam Persentase) Keterangan
2017
2018
2019
2020
2021
ASET: Kas
0,50%
0,87%
1,15%
1,50%
1,86%
Persediaan
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Piutang Usaha & Akrual
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Piutang Lain-lain
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Aset Lancar Lain-lain
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Total Aset Lancar
0,06%
0,09%
0,12%
0,16%
0,20%
Aset Tidak Lancar Lainnya
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Aset Tetap-Net
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,03%
0,04%
0,06%
0,08%
0,10%
Liabilitas Lancar Non Interest Bearing
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Utang Berbunga Jangka Pendek
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Liabilitas Jangka Pendek Lainnya
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
TOTAL ASET LIABILITAS & EKUITAS
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Imbalan Paska Kerja
Total Liabilitas Jangka Pendek
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Total Liabilitas
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Modal Dasar
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Total Laba Bersih
1,38%
0,99%
1,16%
1,25%
1,35%
Penyesuaian Laba Bersih
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Pendapatan Komprehensif Lainnya Total Ekuitas TOTAL LIABILITAS & EKUITAS
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,06%
0,08%
0,10%
0,13%
0,15%
0,03%
0,04%
0,06%
0,08%
0,10%
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R Berdasarkan figur di atas diketahui peningkatan total aset lancar mencapai 0,20% pada 2021 jika dibandingkan dengan proyeksi total aset lancar tanpa adanya rencana transaksi. Untuk total aset mencapai 0,10% pada 2021 jika dibandingkan dengan proyeksi total aset tanpa adanya rencana transaksi. Halaman
- 53
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Figur 46. Nilai Tambah atas Proyeksi Arus Kas (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan
2017
2018
2019
2020
2021
756
1.205
1.647
2.180
2.786
Arus kas dari aktivitas investasi
-
-
-
-
-
Arus kas dari aktivitas pendanaan
-
-
-
-
-
Arus kas dari aktivitas operasi
Laba kurs atas kas dan setara kas
-
-
-
-
-
756
1.205
1.647
2.180
2.786
Kas Awal Tahun
-
-
-
-
-
Kas Akhir Tahun
756
1.205
1.647
2.180
2.786
Surplus (Devisit) Kas dan Setara Kas
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R Berdasarkan figur di atas diketahui terjadi peningkatan pada arus kas aktivitas operasi yang mempengaruhi peningkatan yang sama dengan saldo kas akhir periode dengan jumlahnya sama dengan peningkatan laba bersih pada inkremental proyeksi laba (rugi) di atas yakni mencapai Rp8.573 Juta. Secara persentase ditampilkan pada figur berikut : Figur 47. Nilai Tambah atas Proyeksi Arus Kas (Dalam Persentase) Keterangan Arus kas dari aktivitas operasi
2017
2018
2019
2020
2021
18,78%
0,91%
1,48%
1,51%
1,66%
Arus kas dari aktivitas investasi
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Arus kas dari aktivitas pendanaan
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Laba kurs atas kas dan setara kas
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Surplus (Devisit) Kas dan Setara Kas
0,88%
8,17%
39,13%
353,05%
129,14%
Kas Awal Tahun
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Kas Akhir Tahun
0,50%
0,87%
1,15%
1,50%
1,86%
Sumber : Manajemen, Diolah Y&R Berdasarkan figur di atas diketahui peningkatan arus kas aktivitas operasional mencapai 1,66% pada 2021 jika dibandingkan dengan proyeksi arus kas aktivitas operasional tanpa adanya rencana transaksi . Untuk Saldo Kas akhir tahun mencapai 1,84% pada 2021 jika dibandingkan dengan proyeksi Saldo Kas akhir tanpa adanya rencana transaksi. 3.2.13. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan dengan menguji kepekaan Rencana Transaksi terhadap faktor yang mempengaruhinya, maka dilakukan analisis sensitivitas persentase kenaikan suku bunga terhadap rasio profitabilitas (NIM, ROA dan ROE) dan rasio likuiditas (Current Ratio). Berikut figur analisis sensitivitas terhadap proyeksi dengan adanya rencana transaksi : Figur 48. Sensitivitas Keterangan
2017
2018
2019
2020
2021
Normal NIM
2,980%
4,265%
4,872%
5,670%
6,445%
ROA
1,887%
4,234%
5,025%
6,189%
7,417%
ROE
4,061%
8,381%
9,143%
10,230%
11,058%
86,781%
96,021%
108,753%
127,921%
159,070%
NIM
2,859%
4,191%
4,805%
5,612%
6,395%
ROA
1,812%
4,164%
4,959%
6,129%
7,363%
Current Ratio Kenaikan 5% atas Applicable Rate
Halaman
- 54
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Keterangan
2020
2021
3,904%
8,249%
9,029%
10,134%
10,980%
86,634%
95,867%
108,593%
127,749%
158,880%
NIM
2,739%
4,118%
4,738%
5,553%
6,344%
ROA
1,737%
4,094%
4,893%
6,068%
7,308%
ROE
3,745%
8,116%
8,914%
10,039%
10,902%
86,486%
95,714%
108,432%
127,577%
158,690%
NIM
2,618%
4,044%
4,672%
5,494%
6,293%
ROA
1,662%
4,024%
4,828%
6,008%
7,254%
ROE Current Ratio
2017
2018
2019
Kenaikan 10% atas Applicable Rate
Current Ratio Kenaikan 15% atas Applicable Rate
ROE
3,587%
7,983%
8,799%
9,943%
10,825%
86,338%
95,560%
108,271%
127,405%
158,499%
NIM
2,498%
3,971%
4,605%
5,435%
6,242%
ROA
1,587%
3,954%
4,762%
5,947%
7,200%
Current Ratio Kenaikan 20% atas Applicable Rate
ROE Current Ratio
3,427%
7,849%
8,684%
9,847%
10,747%
86,190%
95,406%
108,110%
127,233%
158,309%
Sumber : Manajeman, Diolah Y&R Berdasarkan analisis sensitivitas diketahui bahwa kenaikan suku bunga sangat berpengaruh terhadap rasio profitabilitas seperti NIM, ROA dan ROE dan rasio likuiditas yakni current ratio, kenaikan suku bunga akan menurunkan rasio profitabilitas dan likuiditas, karena dengan kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga yang dibayar SAAC sehingga mengurangi laba bersih dan berimplikasi pada saldo kas dan ekuitas pada posisi keuangan SAAC.
Halaman
- 55
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
4. ANALISIS KEWAJARAN NILAI RENCANA TRANSAKSI 4.1. Analisis Kewajaran Kualitatif Keuntungan yang akan diperoleh SAAC dari rencana transaksi peminjaman dana dari CI adalah sebagai berikut : 1. Pinjaman baru memberikan fleksibilitas dan efisiensi waktu dibanding pinjaman eksisting. Kemudahan dalam proses negosiasi dengan CI karena masih dalam satu grup dan kemudahan dalam proses pencairan karena sama-sama berada di Indonesia. 2. Pinjaman dari CI bersifat multicurrency dimana penarikan akan disesuaikan dengan kebutuhan SAAC yang mana nantinya penarikan akan didominasi mata uang Rupiah, hal tersebut sejalan dengan kegiatan operasional SAAC yang menggunakan mata uang Rupiah. 3. SAAC memperoleh sumber pendanaan dengan total beban bunga, tenor, syarat dan ketentuan yang lebih menguntungkan untuk pinjaman sejenis dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh pihak ketiga. 4. SAAC merupakan bagian dari Grup Cargill yang memliki kepentingan dan memahami kondisi dan strategi bisnis SAAC, maka CI akan selalu memberikan dukungan atas kondisi SAAC. Manfaat yang akan diperoleh SAAC dari rencana transaksi peminjaman dana dari CI adalah sebagai berikut : 1.
2. 3.
4.2.
SAAC memperoleh sumber pendanaan yang lebih cepat, mudah dan murah karena masih berada dalam satu grup. Jika dilihat dari kinerja historis SACC, yang ditunjukan dengan rasio likuiditas yang kecil dan solvabilitas yang besar maka akan menyulitkan SAAC dalam mencari sumber pendanaan. Jika ada bank yang akan memberikan dana, maka ada kemungkinan akan membebankan premi untuk risiko tersebut sehingga pendanaan dari bank akan lebih mahal disertai persyaratan yang lebih ketat. Posisi pinjaman yang merupakan revolving loan yang mendukung kebutuhan modal kerja SAAC dalam melakukan kegiatan operasional. Dengan memperoleh fasilitas pinjaman dari CI, Grup Cargill yang merupakan pemegang saham pengendali SAAC berperan dalam mencegah SAAC default dari pinjaman ini.
Analisis Kewajaran Kuantitatif 1.
2.
Rasio likuiditas dan solvabilitas proyeksi keuangan dengan adanya pinjaman dari CI menunjukkan perbaikan. Hal ini juga didukung oleh peningkatan rasio-rasio profitabilitas yang menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik karena pengurangan pembayaran beban bunga. Berdasarkan analisis nilai tambah, Rencana Transaksi memiliki dampak sebagai berikut :
Proyeksi Laba (rugi) komprehensif, terjadi penurunan beban bunga sehingga meningkatkan laba bersih pada periode proyeksi. Hal ini menunjukkan terdapat penghematan beban bunga dengan total Rp11.430 Juta selama 5 (lima) tahun periode proyeksi dan peningkatan laba bersih mencapai Rp8.573 Juta. Proyeksi Posisi Keuangan, terjadi peningkatan pada posisi kas dan setara kas dan total ekuitas yang jumlahnya sama dengan peningkatan laba bersih pada inkremental proyeksi laba (rugi) di atas yakni mencapai Rp8.573 Juta.
Halaman
- 56
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
Proyeksi Arus Kas, terjadi peningkatan pada arus kas aktivitas operasi yang mempengaruhi peningkatan yang sama dengan saldo kas akhir periode dengan jumlahnya sama dengan peningkatan laba bersih pada inkremental proyeksi laba (rugi) di atas yakni mencapai Rp8.471 Juta.
3. Dari hasil analisis regresi besarnya interest rate yang wajar secara fundamental untuk SAAC 19,14% per 30 September 2016 sedangkan dengan menggunakan data periode 31 Mei 2016 adalah 19,36%, jika dibandingkan dengan pinjaman dari CI yang ekuivalensi tingkat bunga (JIBOR+2,5%) dalam mata uang Rupiah maka tingkat bunga 12 Bulan SAAC dari pinjaman ini lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat bunga yang dihitung berdasarkan fundamental SAAC. 4. Berdasarkan analisis sensitivitas diketahui bahwa kenaikan suku bunga sangat berpengaruh terhadap rasio profitabilitas seperti NIM, ROA dan ROE dan rasio likuiditas yakni current ratio, kenaikan suku bunga akan menurunkan rasio profitabilitas dan likuiditas.
Halaman
- 57
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
5. PENDAPAT MENGENAI KEWAJARAN RENCANA TRANSAKSI Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan, asumsi-asumsi, data dan informasi yang diperoleh dan digunakan, penelaahan atas dampak keuangan rencana transaksi sebagaimana diungkapkan dalam Laporan Pendapat Kewajaran ini, kami berpendapat bahwa rencana transaksi yang akan dilaksanakan, ditinjau dari segi ekonomis dan keuangan, adalah wajar bagi SAAC dan pemegang saham minoritas SAAC serta akan memberikan manfaat bagi pemegang saham SAAC. Kesimpulan akhir diatas berlaku bilamana tidak terdapat perubahan yang memiliki dampak material terhadap rencana transaksi. Perubahan tersebut termasuk, namun tidak terbatas pada, perubahan kondisi baik secara internal pada SAAC maupun secara eksternal yaitu kondisi pasar dan perekonomian, kondisi umum bisnis, perdagangan dan keuangan serta peraturan-peraturan pemerintah Indonesia dan peraturan terkait lainnya setelah tanggal Laporan Pendapat Kewajaran ini dikeluarkan. Bilamana setelah tanggal Laporan Pendapat Kewajaran ini dikeluarkan terjadi perubahan-perubahan tersebut diatas, maka kesimpulan mengenai kewajaran rencana transaksi ini mungkin berbeda.
Halaman
- 58
KJPP YANUAR BEY DAN REKAN Pendapat Kewajaran – PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk. (“SAAC”)
6. KUALIFIKASI PENILAI USAHA Kami adalah Kantor Jasa Penilai Publik yang secara resmi telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 497/KM.1/2009 tanggal 12 Mei 2009, dengan nama Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan dengan Izin KJPP No. 2.09.0041 dan telah terdaftar sebagai kantor jasa profesi penunjang pasar modal di Otoritas Jasa Keuangan d/h Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“OJK/Bapepam dan LK”) dengan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal No. 06/PM.STTD-P/B/2006. Penilai Usaha yang menandatangani laporan penilaian usaha ini merupakan Penilai Usaha bersertifikat MAPPI dengan perijinan sebagai berikut : Ijin Penilai STTD
: No. B-1.08.00045 : No. 06/PM.STTD-P/B/2006
Halaman
- 59
LAMPIRAN KEUANGAN
Starches & Sweeteners Indonesia FINANCIAL STATEMENTS EARNINGS STATEMENT Total Net Sales & Other Income Cost of Goods Sold Gross Profit Expenses: Selling & Trading Expense General & Administrative (include R&D) Depreciation and Amortization of Capital Leases Interest Other (Income)/Expense Adjusted Operating Earnings Before Tax Income Tax Expense/(Credit) Adjusted Operating Earnings After Tax Equity in Net Earnings of Nonconsol Cos Adjusted Operating Earnings CASH FLOW STATEMENT Total Earnings Depreciation of PP&E Total Cash From Operations BALANCE SHEET ASSETS: Total Cash Equivalents Total Inventory Accounts Receivable & Accrued Income, Trade Other Receivables Other Current Assets Total Current Assets Other Long-term Assets Gross PP&E and Capitalized Leased Prop Construction in Progress Accumulated Depre. & Amort. of Capital Leases Net Property TOTAL ASSETS LIABILITIES & EQUITY: Current Non-interest Bearing Liabilities Short-Term Debt Other Current Liabilities Total Current Liabilities Other LT Liab Total Liab Beginning Net Worth Total Earnings Changes to Retained Earnings Other Comprehensive Income Total Stockholders' Equity TOTAL LIABILITIES & STKHOLDERS EQUITY Check: Assets - Liabilities & SE =0
2016 2.416.683 2.049.618 367.065
2017 2.626.936 2.097.163 529.773
2018 2.869.567 2.259.466 610.102
2019 2.957.192 2.316.141 641.051
2020 3.104.257 2.423.824 680.433
2021 3.251.548 2.530.523 721.025
113.868 35.832 141.780 45.554 (48.258) 78.289 26.065 52.224 (4.581) 47.643
133.941 147.658 80.578 78.383 (318) 89.531 22.383 67.148 (36.227) 30.921
142.831 154.990 78.282 72.757 (318) 161.560 40.390 121.170 (34.090) 87.080
147.019 162.679 75.634 66.117 (318) 189.919 47.480 142.439 (35.503) 106.936
150.148 167.506 73.039 58.261 (318) 231.797 57.949 173.848 (36.946) 136.901
153.351 172.484 70.497 49.297 (318) 275.715 68.929 206.786 (38.420) 168.366
47.643 141.780 189.423
30.921 80.578 111.499
87.080 78.282 165.362
106.936 75.634 182.570
136.901 73.039 209.941
168.366 70.497 238.862
90.412 728.990 346.800 39.117 79.942 1.285.261 182.355 1.529.302 768.548 (934.589) 1.363.261 2.830.877
151.848 726.452 340.750 15.000 79.750 1.313.799 338.250 2.297.850 (1.015.167) 1.282.683 2.934.732
137.859 733.716 347.750 15.500 81.325 1.316.150 338.700 2.327.850 (1.093.449) 1.234.401 2.889.251
143.273 741.053 354.750 16.000 82.900 1.337.977 339.150 2.357.850 (1.169.083) 1.188.767 2.865.893
145.538 748.464 361.750 16.500 84.475 1.356.727 339.600 2.387.850 (1.242.122) 1.145.727 2.842.054
149.875 755.948 368.750 17.000 86.050 1.377.623 340.050 2.417.850 (1.312.619) 1.105.231 2.822.904
215.310 1.281.310 130.686 1.627.306 57.055 1.684.361 1.124.723 52.224 (39.126) 8.695 1.146.516 2.830.877 OK
222.000 1.177.788 115.000 1.514.788 57.000 1.571.788 1.373.440 54.631 (70.000) 4.873 1.362.945 2.934.733 OK
226.250 1.029.447 116.250 1.371.947 58.400 1.430.347 1.407.861 121.170 (75.000) 4.873 1.458.904 2.889.251 OK
230.500 883.800 117.500 1.231.800 59.800 1.291.600 1.501.980 142.439 (75.000) 4.873 1.574.293 2.865.893 OK
234.750 708.800 118.750 1.062.300 61.200 1.123.500 1.614.833 173.848 (75.000) 4.873 1.718.554 2.842.054 OK
239.000 508.800 120.000 867.800 62.600 930.400 1.755.844 206.786 (75.000) 4.873 1.892.504 2.822.904 OK
Starches & Sweeteners Indonesia FREE CASH FLOW: Cash Flow from Operating Activities Adjusted Operating Earnings Depreciation Expense Other noncash, net Total Cash from Operations Cash Flow from Asset Usage (Incr.) decr. In current assets excluding cash (Incr.) decr. in current non-interest bearing liabilities Net cash from operating working capital changes (Incr.) decr. in other long-term assets (Incr.) decr. in net property Incr. (decr.) in long-term liabilities Less: Depreciation expenses Net cash used by investing activities Total Cash from Asset Usage Cash Flows from Financing Activities Increase (decrease) in debt Free Cash Flow
2016 47.643 141.780 189.423
(107.980) (44.071) (152.051) 7.225 (428.643) 7.225 (141.780) (555.973) (708.025)
(507.749) (1.026.351)
2017 30.921 80.578 111.499
32.897 (6.690) 26.207 55 80.578 55 (80.578) 110 26.317
103.522 241.339
2018
2019
2020
2021
87.080 78.282 165.362
106.936 75.634 182.570
136.901 73.039 209.941
168.366 70.497 238.862
(16.340) (4.250) (20.590) (1.400) 48.282 (1.400) (78.282) (32.800) (53.390)
(16.412) (4.250) (20.662) (1.400) 45.634 (1.400) (75.634) (32.800) (53.462)
(16.486) (4.250) (20.736) (1.400) 43.039 (1.400) (73.039) (32.800) (53.536)
(16.560) (4.250) (20.810) (1.400) 40.497 (1.400) (70.497) (32.800) (53.610)
148.341 260.314
145.647 274.755
175.000 331.405
200.000 385.253
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) Total including STBC PROFIT AND LOSS Revenue Cost Of Goods Sold Gross Profit GP% S/T Expenses S/T Expenses - Freight cost G/A Expenses Others EBITDA EBITDA% Interest - net Depreciation & Amortization - COGS Depreciation & Amortization - selling Depreciation & Amortization - G&A Total Others EBT Tax EAT Minority Interest EAT after minority interest
2016 2.416.683.000.000 2.049.618.000.000 367.065.000.000 15% (461.203.920.202) 575.072.000.000 35.831.920.202 (48.258.000.000) 265.623.000.000 11% 45.554.000.000 13.884.000.000 (451.079.798) 128.347.079.798 187.334.000.000
30-Sep-16 768.115.000.000 622.496.000.000 145.619.000.000
78.289.000.000 33% 26.065.000.000 52.224.000.000 2% (4.581.395.732) 47.642.604.268
19.590.000.000
35.625.000.000 51.424.000.000 (3.145.000.000) 61.715.000.000 16.717.000.000 21.571.000.000 157.000.000 3.680.000.000 42.125.000.000
7.073.000.000 12.517.000.000 12.517.000.000
2017 (Full) 1 Oct 16 - 31 May 17 2.626.936.454.802 1.858.821.454.802 2.097.163.153.340 1.474.667.153.340 529.773.301.462 384.154.301.462 20% 49.365.158.433 13.740.158.433 84.576.149.595 84.576.149.595 147.658.120.874 96.234.120.874 (317.643.997) 2.827.356.003 248.491.516.558 186.776.516.558 9% 78.382.552.735 61.665.552.735 71.975.812.365 50.404.812.365 676.784.268 519.784.268 7.925.491.367 4.245.491.367 158.960.640.735 116.835.640.735 89.530.875.822 25% 22.382.718.956 67.148.156.867 3% (36.227.203.102) 30.920.953.765
69.940.875.822 15.309.718.956 54.631.156.867 (36.227.203.102) 18.403.953.765
2018 2.869.567.461.675 2.259.465.712.403 610.101.749.272 21% 51.177.957.599 91.652.565.890 154.989.610.874 (317.643.997) 312.599.258.906 11% 72.757.231.802 69.943.230.649 693.030.656 7.645.548.695 151.039.041.802
2019 2.957.192.284.393 2.316.141.036.510 641.051.247.883 22% 53.854.518.827 93.164.941.844 162.679.239.280 (317.643.997) 331.670.191.929 11% 66.117.267.256 67.582.622.056 679.170.043 7.372.381.701 141.751.441.056
2020 3.104.257.124.129 2.423.823.945.210 680.433.178.919 22% 55.470.154.392 94.677.559.562 167.505.667.759 (317.643.997) 363.097.441.204 12% 58.261.169.530 65.269.225.636 665.586.642 7.104.678.046 131.300.659.854
2021 3.251.547.842.169 2.530.522.828.933 721.025.013.236 22% 57.134.259.024 96.216.320.854 172.483.658.961 (317.643.997) 395.508.418.394 12% 49.297.120.743 63.002.097.143 652.274.909 6.842.328.465 119.793.821.261
161.560.217.104 25% 40.390.054.276 121.170.162.828 4% (34.089.767.793) 87.080.395.035
189.918.750.873 25% 47.479.687.718 142.439.063.155 5% (35.502.963.339) 106.936.099.816
231.796.781.349 25% 57.949.195.337 173.847.586.012 6% (36.946.286.800) 136.901.299.212
275.714.597.133 25% 68.928.649.283 206.785.947.850 6% (38.420.411.602) 168.365.536.248
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) Sorini excl. STBC PROFIT AND LOSS Revenue Cost Of Goods Sold Gross Profit GP% S/T Expenses S/T Expenses - Freight cost G/A Expenses Others EBITDA Short-Term Short-Term Short-Term Short-Term
Debt Debt Debt Debt -
2016 1.905.031.000.000 1.660.638.000.000 244.393.000.000 13% 25.026.000.000 63.420.000.000 141.066.000.000 (77.866.000.000) 92.747.000.000 5%
Existing USD Existing IDR PTCI USD PTCI IDR
Interest - net Depreciation & Amortization - COGS Depreciation & Amortization - selling Depreciation & Amortization - G&A Total Others
48.396.000.000 46.152.000.000 9.015.000.000 103.563.000.000
EBT
(10.816.000.000) 31% (3.347.000.000) (7.469.000.000) 0% 4.873.409.250 (2.595.590.750)
Tax EAT SOCI (net) Total Comprehensive Income for the year
1.701.231.045.665 2017 2.070.842.004.568 1.701.231.045.665 369.610.958.903 18% 27.573.841.295 78.077.290.848 123.464.416.784 (75.265.616) 140.570.675.593 7% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 19.645.544.396 79.249.449.692 60.966.589.892 7.623.234.072 147.839.273.657
1.858.485.229.065 2018 2.315.944.168.305 1.858.485.229.065 457.458.939.239 20% 26.188.451.784 84.199.906.310 136.524.912.045 1.310.679.633 209.234.989.467 9% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 15.855.836.753 72.757.231.802 58.669.728.827 7.336.035.632 138.762.996.260
1.909.145.845.922 2019 2.392.496.525.155 1.909.145.845.922 483.350.679.232 20% 28.115.327.838 85.488.702.476 143.660.599.486 1.310.679.633 224.775.369.799 9% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 12.134.953.456 66.117.267.256 56.534.590.270 7.069.058.899 129.720.916.425
2.010.723.826.764 2020 2.528.267.449.706 2.010.723.826.764 517.543.622.943 20% 28.958.787.673 86.771.033.013 147.916.468.771 1.310.679.633 252.586.653.853 10% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 7.664.181.130 58.261.169.530 54.442.154.485 6.807.421.700 119.510.745.716
2.111.226.208.710 2021 2.664.038.374.258 2.111.226.208.710 552.812.165.548 21% 29.827.551.303 88.072.598.508 152.306.784.004 1.310.679.633 281.294.552.099 11% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 2.554.727.043 49.297.120.743 52.391.567.416 6.551.017.246 108.239.705.405
(7.268.598.064) 25% (1.817.149.516) (5.451.448.548) 0% 4.873.409.250 (578.039.298)
70.471.993.207 25% 17.617.998.302 52.853.994.905 2% 4.873.409.250 57.727.404.155
95.054.453.374 25% 23.763.613.344 71.290.840.031 3% 4.873.409.250 76.164.249.281
133.075.908.137 25% 33.268.977.034 99.806.931.103 4% 4.873.409.250 104.680.340.353
173.054.846.694 25% 43.263.711.673 129.791.135.020 5% 4.873.409.250 134.664.544.270
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) STBC PROFIT AND LOSS Revenue Cost Of Goods Sold Gross Profit GP% S/T Expenses S/T Expenses - Freight cost G/A Expenses Others EBITDA EBITDA% Interest - net Depreciation & Amortization - COGS Depreciation & Amortization - Selling Depreciation & Amortization - G&A Total Others EBT Tax EAT
2016 511.652.000.000 345.373.000.000 166.279.000.000 32% 18.508.000.000 5.991.000.000 13.884.000.000 (451.079.798) 128.347.079.798 25% (2.842.846.229) 11.336.000.000 471.000.000 217.000.000 9.181.153.771
2017 556.094.450.234 395.932.107.675 160.162.342.558 29% 21.791.317.139 6.498.858.747 24.193.704.090 (242.378.381) 107.920.840.965 19% (866.896.957) 11.009.222.473 676.784.268 302.257.295 11.121.367.078
2018 553.623.293.371 400.980.483.337 152.642.810.033 28% 24.989.505.815 7.452.659.581 18.464.698.829 (1.628.323.631) 103.364.269.439 19% 11.273.501.823 693.030.656 309.513.063 12.276.045.542
2019 564.695.759.238 406.995.190.588 157.700.568.651 28% 25.739.190.990 7.676.239.368 19.018.639.794 (1.628.323.631) 106.894.822.129 19% 11.048.031.786 679.170.043 303.322.802 12.030.524.631
2020 575.989.674.423 413.100.118.446 162.889.555.976 28% 26.511.366.720 7.906.526.549 19.589.198.988 (1.628.323.631) 110.510.787.351 19% 10.827.071.150 665.586.642 297.256.346 11.789.914.138
2021 587.509.467.911 419.296.620.223 168.212.847.688 29% 27.306.707.721 8.143.722.346 20.176.874.958 (1.628.323.631) 114.213.866.295 19% 10.610.529.727 652.274.909 291.311.219 11.554.115.856
119.165.926.027 25% 29.412.951.294 89.752.974.733
96.799.473.886 25% 24.199.868.472 72.599.605.415
91.088.223.897 25% 22.772.055.974 68.316.167.923
94.864.297.498 25% 23.716.074.375 71.148.223.124
98.720.873.212 25% 24.680.218.303 74.040.654.909
102.659.750.439 25% 25.664.937.610 76.994.812.829
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) Volume per Product
2016
2017
2018
2019
2020
2021
PANDAAN price SORBITOL - Volume MT Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit
16,00% 7.972.874 98.079 115.500 85% 781.969.334.555 7.972.874 719.021.224.770 551.638.268.033 167.382.956.737 42.289.248.036 125.093.708.701
21,61% 7.385.226 98.000 115.500 85% 723.752.124.650 7.712.444 656.581.372.107 475.222.160.849 181.359.211.258 24.975.406.498 156.383.804.760
23,53% 7.385.226 100.000 115.500 87% 738.522.576.173 7.789.569 669.980.991.946 484.920.572.295 185.060.419.651 11.250.865.314 173.809.554.337
24,03% 7.385.226 100.000 115.500 87% 738.522.576.173 7.867.464 669.980.991.946 484.920.572.295 185.060.419.651 7.559.217.673 177.501.201.978
24,27% 7.385.226 105.000 115.500 91% 775.448.704.982 7.946.139 703.480.041.543 509.166.600.910 194.313.440.633 6.104.257.683 188.209.182.950
24,53% 7.385.226 110.000 115.500 95% 812.374.833.790 8.025.600 736.979.091.141 533.412.629.525 203.566.461.616 4.290.030.657 199.276.430.959
MALTITOL - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit
1.700 11.925.923 3.500 49% 20.276.334.772 11.925.923 17.694.881.712 11.977.967.249 5.716.914.463 3.548.421.125 2.168.493.338
2.973 11.339.897 3.500 85% 33.717.937.123 11.339.897 29.957.286.396 18.605.505.969 11.351.780.426 6.606.984.087 4.744.796.339
3.033 11.339.897 3.500 87% 34.392.295.866 11.453.296 30.556.432.124 18.977.616.089 11.578.816.035 6.307.419.409 5.271.396.626
3.000 11.339.897 3.500 86% 34.019.691.789 11.567.829 30.225.385.566 18.772.013.731 11.453.371.835 6.128.335.775 5.325.036.059
3.000 11.339.897 3.500 86% 34.019.691.789 11.683.507 30.225.385.566 18.772.013.731 11.453.371.835 6.075.966.607 5.377.405.227
3.000 11.339.897 3.500 86% 34.019.691.789 11.800.343 30.225.385.566 18.772.013.731 11.453.371.835 6.018.560.081 5.434.811.753
GLUCOSE - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit
71.135 7.014.104 112.200 63% 498.945.243.701 7.014.104 496.721.636.960 405.683.396.194 91.038.240.766 310.246.760 90.727.994.006
60.520 7.082.528 112.200 54% 428.636.024.111 7.082.528 422.406.289.233 322.718.635.835 99.687.653.399 3.112.356.043 96.575.297.356
65.000 7.082.528 112.200 58% 460.364.334.011 7.153.353 453.673.464.400 346.606.774.751 107.066.689.649 (5.909.520.670) 112.976.210.319
70.000 7.082.528 112.200 62% 495.776.975.088 7.224.887 488.571.423.200 373.268.834.347 115.302.588.853 (8.948.252.532) 124.250.841.385
75.000 7.082.528 112.200 67% 531.189.616.166 7.297.136 523.469.382.000 399.930.893.943 123.538.488.057 (10.896.642.622) 134.435.130.679
80.000 7.082.528 112.200 71% 566.602.257.244 7.370.107 558.367.340.800 426.592.953.539 131.774.387.260 (13.153.926.164) 144.928.313.425
11.516 11.834.373 14.000 82% 136.288.585.233,40 11.834.373 129.863.866.308 96.198.074.532 33.665.791.775 18.977.379.664 14.688.412.111,45
10.058 11.187.170 14.000 72% 112.520.553.156 11.187.170 108.291.763.563 72.946.750.543 35.345.013.020 19.294.928.241 16.050.084.778
10.500 11.187.170 14.000 75% 117.465.282.177 11.299.041 113.050.657.925 76.152.404.127 36.898.253.799 18.648.250.593 18.250.003.205
11.000 11.187.170 14.000 79% 123.058.867.043 11.412.032 118.434.022.588 79.778.709.085 38.655.313.503 19.130.181.286 19.525.132.218
11.500 11.187.170 14.000 82% 128.652.451.908 11.526.152 123.817.387.251 83.405.014.043 40.412.373.208 19.798.986.504 20.613.386.704
12.000 11.187.170 14.000 86% 134.246.036.774 11.641.414 129.200.751.915 87.031.319.002 42.169.432.913 20.430.185.899 21.739.247.014
7.435 9.018.539 12.000 62% 67.052.839.418 9.018.539 63.423.903.271 52.851.799.857 10.572.103.414 1.089.193.876 9.482.909.538
4.181 9.686.231 12.000 35% 40.493.286.843 9.686.231 38.155.203.744 27.147.598.926 11.007.604.818 4.336.558.943 6.671.045.876
4.500 9.686.231 12.000 38% 43.588.037.506 9.783.093 41.071.263.449 29.222.388.510 11.848.874.939 4.027.444.994 7.821.429.945
5.000 9.686.231 12.000 42% 48.431.152.784 9.880.924 45.634.737.165 32.469.320.566 13.165.416.599 4.290.356.500 8.875.060.099
5.500 9.686.231 12.000 46% 53.274.268.062 9.979.733 50.198.210.882 35.716.252.623 14.481.958.259 4.623.382.009 9.858.576.250
6.000 9.686.231 12.000 50% 58.117.383.341 10.079.530 54.761.684.598 38.963.184.680 15.798.499.919 4.928.876.412 10.869.623.507
MALDEX - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit DEXTROSE - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) CIKANDE price GLUCOSE - Volume MT Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit MALDEX - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit LAMPUNG price STARCH - Volume MT Capacity Utilization Revenue COGS Gross Profit Total Revenue by Management Total Volume Control GP
-
-
7.681.787 50.668 108.800 47% 389.223.529.204
1.893.755.866.883 11.275.133.117 191.614 (0)
5.827.384 35.590 53.250 67% 207.396.579.590 5.827.384 202.762.955.511 150.695.866.572 52.067.088.939 (4.725.764.239) 56.792.853.178
5.827.384 50.000 53.250 94% 291.369.176.160 5.885.657 284.859.448.596 211.710.967.367 77.148.481.229 (9.756.295.940) 86.904.777.168
5.827.384 50.500 53.250 95% 294.282.867.921 5.944.514 287.708.043.082 213.828.077.041 78.919.966.041 (10.718.140.958) 89.638.106.999
5.827.384 51.000 53.250 96% 297.196.559.683 6.003.959 290.556.637.568 215.945.186.715 81.701.351.843 (9.714.537.018) 91.415.888.861
5.827.384 51.500 53.250 97% 300.110.251.444 6.063.999 293.405.232.054 218.062.296.388 84.502.345.489 (8.795.256.278) 93.297.601.767
11.614 3.449.367 33.725 34% 116.329.918.538 10.016.353 108.360.311.422 83.708.294.590 24.652.016.832 6.118.940.215 18.533.076.617
22.188 6.589.974 33.725 66% 222.246.885.856 10.116.516 207.021.048.983 159.923.672.487 47.097.376.495 8.531.808.857 38.565.567.639
25.000 6.955.800 36.000 69% 250.408.813.799 10.217.681 233.253.640.912 180.188.338.620 53.065.302.291 8.690.001.797 44.375.300.495
30.000 8.346.960 36.000 83% 300.490.576.559 10.319.858 279.904.369.094 216.226.006.345 63.678.362.750 9.904.310.478 53.774.052.271
35.000 9.738.121 36.000 97% 350.572.339.318 10.423.057 326.555.097.277 252.263.674.069 74.291.423.208 10.885.286.085 63.406.137.123
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
2.070.842.004.568 0 222.936 13.860.000.000
2.315.944.168.305 255.221 13.860.000.000
2.392.496.525.155 264.500 13.860.000.000
2.528.267.449.706 281.000 13.860.000.000
2.664.038.374.258 297.500 13.860.000.000
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) STBC Sales - Volume MT Revenue by Management Revenue Calculation Difference Gross profit Gross Profit by Management Gross Profit Calculation Difference of Gross Profit Volume Volume calculation Difference Total Revenue/MT total Revenue/MT by Management total Revenue/MT calculation Difference
56.972 1.905.031.000.000 1.905.031.498.564 (498.564)
244.393.000.000 244.393.000.000 -
242.283 (50.668)
54.210.593 61.892.380 (7.681.787)
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
2.070.842.004.568 2.070.842.004.568 0
2.315.944.168.305 2.315.944.168.305 -
2.392.496.525.155 2.392.496.525.155 -
2.528.267.449.706 2.528.267.449.706 -
2.664.038.374.258 2.664.038.374.258 -
369.610.958.903 369.610.958.903 -
457.458.939.239 457.458.939.239 -
483.350.679.232 483.350.679.232 -
517.543.622.943 517.543.622.943 -
552.812.165.548 552.812.165.548 -
292.936 (70.000)
62.852.006 61.786.311 1.065.695
325.221 (70.000)
334.500 (70.000)
351.000 (70.000)
367.500 (70.000)
63.480.526 64.926.918 (1.446.392)
64.115.331 65.292.744 (1.177.412)
64.756.485 66.683.904 (1.927.419)
65.404.050 68.075.064 (2.671.014)
Starches & Sweeteners Indonesia BALANCE SHEET - Incl. STBC ASSETS: Total Cash Equivalents
2016
30-Sep-16
1 Oct - 31 May 2017
2018
2019
2020
2021
90.412
65.755
151.848
137.859
143.273
145.538
149.875
Total Inventory
728.990
603.887
726.452
733.716
741.053
748.464
755.948
Accounts Receivable & Accrued Income, Trade
346.800
317.779
340.750
347.750
354.750
361.750
368.750
Other Receivable
39.117
7.812
15.000
15.500
16.000
16.500
17.000
Other Current Assets
79.942
70.958
79.750
81.325
82.900
84.475
86.050
1.285.261
1.066.191
1.313.799
1.316.150
1.337.977
1.356.727
1.377.623
Total Current Assets Other Long-term Assets Gross PP&E and Capitalized Leased Prop Construction in Progress Accumulated Depre. & Amort. of Capital Leases Net Property TOTAL ASSETS LIABILITIES & EQUITY: Current Non-interest Bearing Liabilities Short-Term Debt Other Current Liabilities Total Current Liabilities Other LT Liab Total Liab Beginning Net Worth Total Earnings Changes to Retained Earnings Other Comprehensive Income Total Stockholders' Equity TOTAL LIABILITIES & STKHOLDERS EQUITY Check: Assets - Liabilities & SE =0
182.355
134.897
338.250
338.700
339.150
339.600
340.050
1.529.302
1.942.177
2.297.850
2.327.850
2.357.850
2.387.850
2.417.850
768.548
437.389
-
-
-
-
-
(934.589) 1.363.261 2.830.877
(959.754) 1.419.812 2.620.900
(1.015.167) 1.282.683 2.934.732
(1.093.449) 1.234.401 2.889.251
(1.169.083) 1.188.767 2.865.893
(1.242.122) 1.145.727 2.842.054
(1.312.619) 1.105.231 2.822.904
215.310 1.281.310 130.686 1.627.306 57.055 1.684.361 1.124.723 52.224 (39.126) 8.695 1.146.516 2.830.877 OK
214.280 1.178.138 49.279 1.441.697 55.100 1.496.797 1.111.586 12.517 1.124.103 2.620.900 OK
222.000 1.177.788 115.000 1.514.788 57.000 1.571.788 1.373.440 54.631 (70.000) 4.873 1.362.945 2.934.733 OK
226.250 1.029.447 116.250 1.371.947 58.400 1.430.347 1.407.861 121.170 (75.000) 4.873 1.458.904 2.889.251 OK
230.500 883.800 117.500 1.231.800 59.800 1.291.600 1.501.980 142.439 (75.000) 4.873 1.574.293 2.865.893 OK
234.750 708.800 118.750 1.062.300 61.200 1.123.500 1.614.833 173.848 (75.000) 4.873 1.718.554 2.842.054 OK
239.000 508.800 120.000 867.800 62.600 930.400 1.755.844 206.786 (75.000) 4.873 1.892.504 2.822.904 OK
Starches & Sweeteners Indonesia BALANCE SHEET - Excl. STBC ASSETS: Total Cash Equivalents Total Inventory Accounts Receivable & Accrued Income, Trade Other Receivable Other Current Assets Total Current Assets Other Long-term Assets Gross PP&E and Capitalized Leased Prop Construction in Progress Accumulated Depre. & Amort. of Capital Leases Net Property TOTAL ASSETS LIABILITIES & EQUITY: Current Non-interest Bearing Liabilities Short-Term Debt - Existing Short-Term Debt - Existing USD Short-Term Debt - Existing IDR Short-Term Debt - PTCI USD Short-Term Debt - PTCI IDR Other Current Liabilities Total Current Liabilities Other LT Liab Total Liab Beginning Net Worth Total Earnings Cash Dividend Other Comprehensive Income Total Stockholders' Equity TOTAL LIABILITIES & STKHOLDERS EQUITY Check: Assets - Liabilities & SE =0
2016 7.169 536.091 331.869 38.519 76.166 989.813 175.354 1.191.693 765.823 (679.420) 1.278.095 2.443.263 200.641 1.279.319
94.847 1.574.807 39.793 1.614.599 840.444 (7.469) (9.185) 4.873 828.663 2.443.263 OK
2017
2018
23.603 541.452 332.000 15.000 76.000 988.055 330.000 1.957.515 (748.010) 1.209.505 2.527.560
15.035 546.866 337.500 15.500 77.500 992.401 330.000 1.977.515 (814.016) 1.163.500 2.485.901
2019 22.768 552.335 343.000 16.000 79.000 1.013.103 330.000 1.997.515 (877.619) 1.119.896 2.462.999
2020 24.724 557.858 348.500 16.500 80.500 1.028.082 330.000 2.017.515 (938.869) 1.078.646 2.436.729
2021 26.057 563.437 354.000 17.000 82.000 1.042.494 330.000 2.037.515 (997.811) 1.039.704 2.412.198
200.000
202.500
205.000
207.500
210.000
768.988 400.000
620.647 400.000
475.000 400.000
300.000 400.000
100.000 400.000
95.000 1.463.988 40.000 1.503.988 1.024.150 (5.451)
95.500 1.318.647 40.750 1.359.397 1.068.776 52.854
96.000 1.176.000 41.500 1.217.500 1.169.334 71.291
96.500 1.004.000 42.250 1.046.250 1.285.799 99.807
97.000 807.000 43.000 850.000 1.427.533 129.791
4.873 1.023.572 2.527.560 OK
4.873 1.126.504 2.485.901 OK
4.873 1.245.498 2.462.998 OK
4.873 1.390.479 2.436.729 OK
4.873 1.562.197 2.412.197 OK
Starches & Sweeteners Indonesia BALANCE SHEET - STBC ASSETS: Total Cash Equivalents Total Inventory Accounts Receivable & Accrued Income, Trade Other Receivable Other Current Assets Total Current Assets Other Long-term Assets Gross PP&E and Capitalized Leased Prop Construction in Progress Accumulated Depre. & Amort. of Capital Leases Net Property TOTAL ASSETS LIABILITIES & EQUITY: Current Non-interest Bearing Liabilities Short-Term Debt Other Current Liabilities Total Current Liabilities Other LT Liab Total Liab Beginning Net Worth Total Earnings Dividend Other Comprehensive Income Total Stockholders' Equity TOTAL LIABILITIES & STKHOLDERS EQUITY Check: Assets - Liabilities & SE =0
2016
2017
2018
2019
2020
2021
115.588 184.902 8.796 638 3.777 313.701 8.281 337.609 2.725 (255.169) 85.166 407.147
128.245 185.000 8.750 3.750 325.745 8.250 340.334 (267.157) 73.177 407.172
122.824 186.850 10.250 3.825 323.749 8.700 350.334 (279.433) 70.901 403.350
120.505 188.719 11.750 3.900 324.874 9.150 360.334 (291.464) 68.871 402.895
120.814 190.606 13.250 3.975 328.644 9.600 370.334 (303.253) 67.081 405.325
123.818 192.512 14.750 4.050 335.129 10.050 380.334 (314.808) 65.527 410.706
22.165 8.823 22.161 53.149 17.262 70.411 246.984 89.753 (0) 0 336.737 407.147 OK
22.000 8.800 20.000 50.800 17.000 67.800 336.773 72.600 (70.000) 0 339.372 407.172 OK
23.750 8.800 20.750 53.300 17.650 70.950 339.084 68.316 (75.000) 0 332.400 403.350 OK
25.500 8.800 21.500 55.800 18.300 74.100 332.646 71.148 (75.000) 0 328.795 402.895 OK
27.250 8.800 22.250 58.300 18.950 77.250 329.035 74.041 (75.000) 0 328.075 405.325 OK
29.000 8.800 23.000 60.800 19.600 80.400 328.311 76.995 (75.000) 0 330.306 410.706 OK
Starches & Sweeteners Indonesia FINANCIAL STATEMENTS EARNINGS STATEMENT Total Net Sales & Other Income Cost of Goods Sold Gross Profit Expenses: Selling & Trading Expense General & Administrative (include R&D) Depreciation and Amortization of Capital Leases Interest Other (Income)/Expense Adjusted Operating Earnings Before Tax Income Tax Expense/(Credit) Adjusted Operating Earnings After Tax Equity in Net Earnings of Nonconsol Cos Adjusted Operating Earnings CASH FLOW STATEMENT Total Earnings Depreciation of PP&E Total Cash From Operations BALANCE SHEET ASSETS: Total Cash Equivalents Total Inventory Accounts Receivable & Accrued Income, Trade Other Receivables Other Current Assets Total Current Assets Other Long-term Assets Gross PP&E and Capitalized Leased Prop Construction in Progress Accumulated Depre. & Amort. of Capital Leases Net Property TOTAL ASSETS LIABILITIES & EQUITY: Current Non-interest Bearing Liabilities Short-Term Debt Other Current Liabilities Total Current Liabilities Other LT Liab Total Liab Beginning Net Worth Total Earnings Changes to Retained Earnings Other Comprehensive Income Total Stockholders' Equity TOTAL LIABILITIES & STKHOLDERS EQUITY Check: Assets - Liabilities & SE =0
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2.416.683 2.049.618 367.065
2.626.936 2.097.163 529.773
2.869.567 2.259.466 610.102
2.957.192 2.316.141 641.051
3.104.257 2.423.824 680.433
3.251.548 2.530.523 721.025
113.868 35.832 141.780 45.554 (48.258) 78.289 26.065 52.224 (4.581) 47.643
133.941 147.658 80.578 77.376 (318) 90.538 22.634 67.903 (36.227) 31.676
142.831 154.990 78.282 71.150 (318) 163.167 40.792 122.375 (34.090) 88.286
147.019 162.679 75.634 63.920 (318) 192.116 48.029 144.087 (35.503) 108.584
150.148 167.506 73.039 55.356 (318) 234.702 58.676 176.027 (36.946) 139.080
153.351 172.484 70.497 45.582 (318) 279.429 69.857 209.572 (38.420) 171.152
47.643 141.780 189.423
31.676 80.578 112.254
88.286 78.282 166.567
108.584 75.634 184.218
139.080 73.039 212.120
171.152 70.497 241.648
90.412 728.990 346.800 39.117 79.942 1.285.261 182.355 1.529.302 768.548 (934.589) 1.363.261 2.830.877
152.603 726.452 340.750 15.000 79.750 1.314.555 338.250 2.297.850 (1.015.167) 1.282.683 2.935.488
139.064 733.716 347.750 15.500 81.325 1.317.355 338.700 2.327.850 (1.093.449) 1.234.401 2.890.456
144.920 741.053 354.750 16.000 82.900 1.339.624 339.150 2.357.850 (1.169.083) 1.188.767 2.867.541
147.717 748.464 361.750 16.500 84.475 1.358.906 339.600 2.387.850 (1.242.122) 1.145.727 2.844.233
152.660 755.948 368.750 17.000 86.050 1.380.408 340.050 2.417.850 (1.312.619) 1.105.231 2.825.689
215.310 1.281.310 130.686 1.627.306 57.055 1.684.361 1.124.723 52.224 (39.126) 8.695 1.146.516 2.830.877 OK
222.000 1.177.788 115.000 1.514.788 57.000 1.571.788 1.373.440 55.386 (70.000) 4.873 1.363.700 2.935.488 OK
226.250 1.029.447 116.250 1.371.947 58.400 1.430.347 1.407.861 122.375 (75.000) 4.873 1.460.109 2.890.456 OK
230.500 883.800 117.500 1.231.800 59.800 1.291.600 1.501.980 144.087 (75.000) 4.873 1.575.941 2.867.541 OK
234.750 708.800 118.750 1.062.300 61.200 1.123.500 1.614.833 176.027 (75.000) 4.873 1.720.733 2.844.233 OK
239.000 508.800 120.000 867.800 62.600 930.400 1.755.844 209.572 (75.000) 4.873 1.895.290 2.825.690 OK
Starches & Sweeteners Indonesia FREE CASH FLOW: Cash Flow from Operating Activities Adjusted Operating Earnings Depreciation Expense Other noncash, net Total Cash from Operations Cash Flow from Asset Usage (Incr.) decr. In current assets excluding cash (Incr.) decr. in current non-interest bearing liabilities Net cash from operating working capital changes (Incr.) decr. in other long-term assets (Incr.) decr. in net property Incr. (decr.) in long-term liabilities Less: Depreciation expenses Net cash used by investing activities Total Cash from Asset Usage Cash Flows from Financing Activities Increase (decrease) in debt Free Cash Flow
2016
2017
2018
2019
2020
2021
47.643 141.780 189.423
31.676 80.578 112.254
88.286 78.282 166.567
108.584 75.634 184.218
139.080 73.039 212.120
171.152 70.497 241.648
(16.340) (4.250) (20.590) (1.400) 48.282 (1.400) (78.282) (32.800) (53.390)
(16.412) (4.250) (20.662) (1.400) 45.634 (1.400) (75.634) (32.800) (53.462)
(16.486) (4.250) (20.736) (1.400) 43.039 (1.400) (73.039) (32.800) (53.536)
(16.560) (4.250) (20.810) (1.400) 40.497 (1.400) (70.497) (32.800) (53.610)
148.341 261.519
145.647 276.403
175.000 333.584
200.000 388.039
(107.980) (44.071) (152.051) 7.225 (428.643) 7.225 (141.780) (555.973) (708.025)
(507.749) (1.026.351)
32.897 (6.690) 26.207 55 80.578 55 (80.578) 110 26.317
103.522 242.094
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) Total including STBC PROFIT AND LOSS Revenue Cost Of Goods Sold Gross Profit GP% S/T Expenses S/T Expenses - Freight cost G/A Expenses Others EBITDA EBITDA% Interest - net Depreciation & Amortization - COGS Depreciation & Amortization - selling Depreciation & Amortization - G&A Total Others EBT Tax EAT Minority Interest EAT after minority interest
2015 2.508.116.000.000 2.012.517.000.000 495.599.000.000 20% 35.261.000.000 90.552.000.000 113.982.871.701 (32.129.365.471) 287.932.493.770 11% 13.354.588.012 57.381.000.000 553.000.000 3.660.000.000 74.948.588.012
2016 2.416.683.000.000 2.049.618.000.000 367.065.000.000 15% (461.203.920.202) 575.072.000.000 35.831.920.202 (48.258.000.000) 265.623.000.000 11% 45.554.000.000 13.884.000.000 (451.079.798) 128.347.079.798 187.334.000.000
30-Sep-16 768.115.000.000 622.496.000.000 145.619.000.000
212.983.905.758 26% 56.377.417.533 156.606.488.225 6% (40.890.299.624) 115.716.188.601
78.289.000.000 33% 26.065.000.000 52.224.000.000 2% (4.581.395.732) 47.642.604.268
19.590.000.000
35.625.000.000 51.424.000.000 (3.145.000.000) 61.715.000.000 16.717.000.000 21.571.000.000 157.000.000 3.680.000.000 42.125.000.000
7.073.000.000 12.517.000.000 12.517.000.000
2017 (Full) 2.626.936.454.802 2.097.163.153.340 529.773.301.462 20% 49.365.158.433 84.576.149.595 147.658.120.874 (317.643.997) 248.491.516.558 9% 77.375.896.018 71.975.812.365 676.784.268 7.925.491.367 157.953.984.018
1 Oct 16 - 31 May 17 1.858.821.454.802 1.474.667.153.340 384.154.301.462
90.537.532.540 25% 22.634.383.135 67.903.149.405 3% (36.227.203.102) 31.675.946.303
70.947.532.540
13.740.158.433 84.576.149.595 96.234.120.874 2.827.356.003 186.776.516.558 60.658.896.018 50.404.812.365 519.784.268 4.245.491.367 115.828.984.018
15.561.383.135 55.386.149.405 (36.227.203.102) 19.158.946.303
2018 2.869.567.461.675 2.259.465.712.403 610.101.749.272 21% 51.177.957.599 91.652.565.890 154.989.610.874 (317.643.997) 312.599.258.906 11% 71.150.421.585 69.943.230.649 693.030.656 7.645.548.695 149.432.231.585
2019 2.957.192.284.393 2.316.141.036.510 641.051.247.883 22% 53.854.518.827 93.164.941.844 162.679.239.280 (317.643.997) 331.670.191.929 11% 63.920.479.081 67.582.622.056 679.170.043 7.372.381.701 139.554.652.881
2020 3.104.257.124.129 2.423.823.945.210 680.433.178.919 22% 55.470.154.392 94.677.559.562 167.505.667.759 (317.643.997) 363.097.441.204 12% 55.355.915.381 65.269.225.636 665.586.642 7.104.678.046 128.395.405.705
2021 3.251.547.842.169 2.530.522.828.933 721.025.013.236 22% 57.134.259.024 96.216.320.854 172.483.658.961 (317.643.997) 395.508.418.394 12% 45.582.237.984 63.002.097.143 652.274.909 6.842.328.465 116.078.938.502
163.167.027.321 25% 40.791.756.830 122.375.270.491 4% (34.089.767.793) 88.285.502.697
192.115.539.048 25% 48.028.884.762 144.086.654.286 5% (35.502.963.339) 108.583.690.947
234.702.035.499 25% 58.675.508.875 176.026.526.624 6% (36.946.286.800) 139.080.239.824
279.429.479.892 25% 69.857.369.973 209.572.109.919 6% (38.420.411.602) 171.151.698.317
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) Sorini excl. STBC PROFIT AND LOSS Revenue Cost Of Goods Sold Gross Profit GP% S/T Expenses S/T Expenses - Freight cost G/A Expenses Others EBITDA Short-Term Short-Term Short-Term Short-Term
Debt Debt Debt Debt
2015 2.029.112.000.000 1.681.844.000.000 347.268.000.000 17% 17.063.000.000 85.519.000.000 102.529.000.000 (29.280.000.000) 171.437.000.000 8%
2016 1.905.031.000.000 1.660.638.000.000 244.393.000.000 13% 25.026.000.000 63.420.000.000 141.066.000.000 (77.866.000.000) 92.747.000.000 5%
15.247.000.000 48.623.000.000 3.435.000.000 67.305.000.000
48.396.000.000 46.152.000.000 9.015.000.000 103.563.000.000
104.132.000.000 28% 29.470.000.000 74.662.000.000 4% (2.446.000.000) 72.216.000.000
(10.816.000.000) 31% (3.347.000.000) (7.469.000.000) 0% 4.873.409.250 (2.595.590.750)
- Existing USD - Existing IDR - PTCI USD - PTCI IDR
Interest - net Depreciation & Amortization - COGS Depreciation & Amortization - selling Depreciation & Amortization - G&A Total Others EBT Tax EAT SOCI (net) Total Comprehensive Income for the year
1.701.231.045.665 2017 2.070.842.004.568 1.701.231.045.665 369.610.958.903 18% 27.573.841.295 78.077.290.848 123.464.416.784 (75.265.616) 140.570.675.593 7% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 19.645.544.396 78.242.792.975 60.966.589.892 7.623.234.072 146.832.616.939
1.858.485.229.065 2018 2.315.944.168.305 1.858.485.229.065 457.458.939.239 20% 26.188.451.784 84.199.906.310 136.524.912.045 1.310.679.633 209.234.989.467 9% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 15.855.836.753 71.150.421.585 58.669.728.827 7.336.035.632 137.156.186.043
1.909.145.845.922 2019 2.392.496.525.155 1.909.145.845.922 483.350.679.232 20% 28.115.327.838 85.488.702.476 143.660.599.486 1.310.679.633 224.775.369.799 9% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 12.134.953.456 63.920.479.081 56.534.590.270 7.069.058.899 127.524.128.250
2.010.723.826.764 2020 2.528.267.449.706 2.010.723.826.764 517.543.622.943 20% 28.958.787.673 86.771.033.013 147.916.468.771 1.310.679.633 252.586.653.853 10% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 7.664.181.130 55.355.915.381 54.442.154.485 6.807.421.700 116.605.491.567
2.111.226.208.710 2021 2.664.038.374.258 2.111.226.208.710 552.812.165.548 21% 29.827.551.303 88.072.598.508 152.306.784.004 1.310.679.633 281.294.552.099 11% 1,92% 11,31% 2,32% 10,29% 2.554.727.043 45.582.237.984 52.391.567.416 6.551.017.246 104.524.822.646
(6.261.941.346) 25% (1.565.485.337) (4.696.456.010) 0% 4.873.409.250 176.953.240
72.078.803.424 25% 18.019.700.856 54.059.102.568 2% 4.873.409.250 58.932.511.818
97.251.241.550 25% 24.312.810.387 72.938.431.162 3% 4.873.409.250 77.811.840.412
135.981.162.286 25% 33.995.290.572 101.985.871.715 4% 4.873.409.250 106.859.280.965
176.769.729.453 25% 44.192.432.363 132.577.297.090 5% 4.873.409.250 137.450.706.340
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) STBC PROFIT AND LOSS Revenue Cost Of Goods Sold Gross Profit GP% S/T Expenses S/T Expenses - Freight cost G/A Expenses Others EBITDA EBITDA% Interest - net Depreciation & Amortization - COGS Depreciation & Amortization - Selling Depreciation & Amortization - G&A Total Others EBT Tax EAT
2015 479.004.000.000 330.673.000.000 148.331.000.000 31% 18.198.000.000 5.033.000.000 11.453.871.701 (2.849.365.471) 116.495.493.770 24% (1.892.411.988) 8.758.000.000 553.000.000 225.000.000 7.643.588.012
2016 511.652.000.000 345.373.000.000 166.279.000.000 32% 18.508.000.000 5.991.000.000 13.884.000.000 (451.079.798) 128.347.079.798 25% (2.842.846.229) 11.336.000.000 471.000.000 217.000.000 9.181.153.771
2017 556.094.450.234 395.932.107.675 160.162.342.558 29% 21.791.317.139 6.498.858.747 24.193.704.090 (242.378.381) 107.920.840.965 19% (866.896.957) 11.009.222.473 676.784.268 302.257.295 11.121.367.078
2018 553.623.293.371 400.980.483.337 152.642.810.033 28% 24.989.505.815 7.452.659.581 18.464.698.829 (1.628.323.631) 103.364.269.439 19% 11.273.501.823 693.030.656 309.513.063 12.276.045.542
2019 564.695.759.238 406.995.190.588 157.700.568.651 28% 25.739.190.990 7.676.239.368 19.018.639.794 (1.628.323.631) 106.894.822.129 19% 11.048.031.786 679.170.043 303.322.802 12.030.524.631
2020 575.989.674.423 413.100.118.446 162.889.555.976 28% 26.511.366.720 7.906.526.549 19.589.198.988 (1.628.323.631) 110.510.787.351 19% 10.827.071.150 665.586.642 297.256.346 11.789.914.138
2021 587.509.467.911 419.296.620.223 168.212.847.688 29% 27.306.707.721 8.143.722.346 20.176.874.958 (1.628.323.631) 114.213.866.295 19% 10.610.529.727 652.274.909 291.311.219 11.554.115.856
108.851.905.758 25% 26.907.417.533 81.944.488.225
119.165.926.027 25% 29.412.951.294 89.752.974.733
96.799.473.886 25% 24.199.868.472 72.599.605.415
91.088.223.897 25% 22.772.055.974 68.316.167.923
94.864.297.498 25% 23.716.074.375 71.148.223.124
98.720.873.212 25% 24.680.218.303 74.040.654.909
102.659.750.439 25% 25.664.937.610 76.994.812.829
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) Volume per Product
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
PANDAAN price SORBITOL - Volume MT Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit
19,35% 7.222.912 117.166 120.000 98% 846.282.524.328 7.222.912 762.233.917.460 588.340.248.077 173.893.669.382 10.139.465.981 163.754.203.401
16,00% 7.972.874 98.079 115.500 85% 781.969.334.555 7.972.874 719.021.224.770 551.638.268.033 167.382.956.737 42.289.248.036 125.093.708.701
21,61% 7.385.226 98.000 115.500 85% 723.752.124.650 7.712.444 656.581.372.107 475.222.160.849 181.359.211.258 24.975.406.498 156.383.804.760
23,53% 7.385.226 100.000 115.500 87% 738.522.576.173 7.789.569 669.980.991.946 484.920.572.295 185.060.419.651 11.250.865.314 173.809.554.337
24,03% 7.385.226 100.000 115.500 87% 738.522.576.173 7.867.464 669.980.991.946 484.920.572.295 185.060.419.651 7.559.217.673 177.501.201.978
24,27% 7.385.226 105.000 115.500 91% 775.448.704.982 7.946.139 703.480.041.543 509.166.600.910 194.313.440.633 6.104.257.683 188.209.182.950
24,53% 7.385.226 110.000 115.500 95% 812.374.833.790 8.025.600 736.979.091.141 533.412.629.525 203.566.461.616 4.290.030.657 199.276.430.959
MALTITOL - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit
2.522 10.166.496 3.500 72% 25.641.326.221 10.166.496 22.397.168.159 15.877.658.208 6.519.509.952 2.994.514.204 3.524.995.748
1.700 11.925.923 3.500 49% 20.276.334.772 11.925.923 17.694.881.712 11.977.967.249 5.716.914.463 3.548.421.125 2.168.493.338
2.973 11.339.897 3.500 85% 33.717.937.123 11.339.897 29.957.286.396 18.605.505.969 11.351.780.426 6.606.984.087 4.744.796.339
3.033 11.339.897 3.500 87% 34.392.295.866 11.453.296 30.556.432.124 18.977.616.089 11.578.816.035 6.307.419.409 5.271.396.626
3.000 11.339.897 3.500 86% 34.019.691.789 11.567.829 30.225.385.566 18.772.013.731 11.453.371.835 6.128.335.775 5.325.036.059
3.000 11.339.897 3.500 86% 34.019.691.789 11.683.507 30.225.385.566 18.772.013.731 11.453.371.835 6.075.966.607 5.377.405.227
3.000 11.339.897 3.500 86% 34.019.691.789 11.800.343 30.225.385.566 18.772.013.731 11.453.371.835 6.018.560.081 5.434.811.753
GLUCOSE - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit
102.416 6.107.614 107.939 95% 625.517.915.595,52 6.107.614 616.874.171.713 492.606.564.989 124.267.606.724 (18.871.254.138) 143.138.860.862
71.135 7.014.104 112.200 63% 498.945.243.701 7.014.104 496.721.636.960 405.683.396.194 91.038.240.766 310.246.760 90.727.994.006
60.520 7.082.528 112.200 54% 428.636.024.111 7.082.528 422.406.289.233 322.718.635.835 99.687.653.399 3.112.356.043 96.575.297.356
65.000 7.082.528 112.200 58% 460.364.334.011 7.153.353 453.673.464.400 346.606.774.751 107.066.689.649 (5.909.520.670) 112.976.210.319
70.000 7.082.528 112.200 62% 495.776.975.088 7.224.887 488.571.423.200 373.268.834.347 115.302.588.853 (8.948.252.532) 124.250.841.385
75.000 7.082.528 112.200 67% 531.189.616.166 7.297.136 523.469.382.000 399.930.893.943 123.538.488.057 (10.896.642.622) 134.435.130.679
80.000 7.082.528 112.200 71% 566.602.257.244 7.370.107 558.367.340.800 426.592.953.539 131.774.387.260 (13.153.926.164) 144.928.313.425
12.219 10.636.480 17.116 71% 129.968.850.957 10.636.480 122.110.269.271 91.884.955.095 30.225.314.176 13.147.559.949 17.077.754.227
11.516 11.834.373 14.000 82% 136.288.585.233,40 11.834.373 129.863.866.308 96.198.074.532 33.665.791.775 18.977.379.664 14.688.412.111,45
10.058 11.187.170 14.000 72% 112.520.553.156 11.187.170 108.291.763.563 72.946.750.543 35.345.013.020 19.294.928.241 16.050.084.778
10.500 11.187.170 14.000 75% 117.465.282.177 11.299.041 113.050.657.925 76.152.404.127 36.898.253.799 18.648.250.593 18.250.003.205
11.000 11.187.170 14.000 79% 123.058.867.043 11.412.032 118.434.022.588 79.778.709.085 38.655.313.503 19.130.181.286 19.525.132.218
11.500 11.187.170 14.000 82% 128.652.451.908 11.526.152 123.817.387.251 83.405.014.043 40.412.373.208 19.798.986.504 20.613.386.704
12.000 11.187.170 14.000 86% 134.246.036.774 11.641.414 129.200.751.915 87.031.319.002 42.169.432.913 20.430.185.899 21.739.247.014
11.239 8.088.672 13.110 86% 90.906.562.440 8.088.672 85.624.529.760 71.307.441.180 14.317.088.580
7.435 9.018.539 12.000 62% 67.052.839.418 9.018.539 63.423.903.271 52.851.799.857 10.572.103.414
4.181 9.686.231 12.000 35% 40.493.286.843 9.686.231 38.155.203.744 27.147.598.926 11.007.604.818
4.500 9.686.231 12.000 38% 43.588.037.506 9.783.093 41.071.263.449 29.222.388.510 11.848.874.939
5.000 9.686.231 12.000 42% 48.431.152.784 9.880.924 45.634.737.165 32.469.320.566 13.165.416.599
5.500 9.686.231 12.000 46% 53.274.268.062 9.979.733 50.198.210.882 35.716.252.623 14.481.958.259
6.000 9.686.231 12.000 50% 58.117.383.341 10.079.530 54.761.684.598 38.963.184.680 15.798.499.919
MALDEX - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit DEXTROSE - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) Fixed Exp Gross Profit
(1.390.424.073) 15.707.512.653
CIKANDE price GLUCOSE - Volume MT Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit MALDEX - Volume MT price Capacity Utilization Revenue Revenue/MT Netback TVCC CM Fixed Exp Gross Profit LAMPUNG price STARCH - Volume MT Capacity Utilization Revenue COGS Gross Profit Total Revenue by Management Total Volume Control GP STBC Sales - Volume MT
1.089.193.876 9.482.909.538
-
-
3.311.735 88.807 108.800 82% 294.104.922.792
2.012.422.102.333 16.689.897.667 248.471 0 52.048
-
-
7.681.787 50.668 108.800 47% 389.223.529.204
1.893.755.866.883 11.275.133.117 191.614 (0) 56.972
4.336.558.943 6.671.045.876
4.027.444.994 7.821.429.945
4.290.356.500 8.875.060.099
4.623.382.009 9.858.576.250
4.928.876.412 10.869.623.507
5.827.384 35.590 53.250 67% 207.396.579.590 5.827.384 202.762.955.511 150.695.866.572 52.067.088.939 (4.725.764.239) 56.792.853.178
5.827.384 50.000 53.250 94% 291.369.176.160 5.885.657 284.859.448.596 211.710.967.367 77.148.481.229 (9.756.295.940) 86.904.777.168
5.827.384 50.500 53.250 95% 294.282.867.921 5.944.514 287.708.043.082 213.828.077.041 78.919.966.041 (10.718.140.958) 89.638.106.999
5.827.384 51.000 53.250 96% 297.196.559.683 6.003.959 290.556.637.568 215.945.186.715 81.701.351.843 (9.714.537.018) 91.415.888.861
5.827.384 51.500 53.250 97% 300.110.251.444 6.063.999 293.405.232.054 218.062.296.388 84.502.345.489 (8.795.256.278) 93.297.601.767
11.614 3.449.367 33.725 34% 116.329.918.538 10.016.353 108.360.311.422 83.708.294.590 24.652.016.832 6.118.940.215 18.533.076.617
22.188 6.589.974 33.725 66% 222.246.885.856 10.116.516 207.021.048.983 159.923.672.487 47.097.376.495 8.531.808.857 38.565.567.639
25.000 6.955.800 36.000 69% 250.408.813.799 10.217.681 233.253.640.912 180.188.338.620 53.065.302.291 8.690.001.797 44.375.300.495
30.000 8.346.960 36.000 83% 300.490.576.559 10.319.858 279.904.369.094 216.226.006.345 63.678.362.750 9.904.310.478 53.774.052.271
35.000 9.738.121 36.000 97% 350.572.339.318 10.423.057 326.555.097.277 252.263.674.069 74.291.423.208 10.885.286.085 63.406.137.123
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
5.828.508 70.000 87.500 80% 407.995.580.557 394.135.580.557 13.860.000.000
2.070.842.004.568 0 222.936 13.860.000.000
2.315.944.168.305 255.221 13.860.000.000
2.392.496.525.155 264.500 13.860.000.000
2.528.267.449.706 281.000 13.860.000.000
2.664.038.374.258 297.500 13.860.000.000
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
Starches & Sweeteners Indonesia (IDR Full) Gross profit Gross Profit by Management Gross Profit Calculation Difference of Gross Profit Volume Volume calculation Difference Total Revenue/MT total Revenue/MT by Management total Revenue/MT calculation Difference
347.268.000.000 347.268.000.000 -
244.393.000.000 244.393.000.000 -
337.278 (88.807)
242.283 (50.668)
47.960.926 51.272.662 (3.311.735)
54.210.593 61.892.380 (7.681.787)
369.610.958.903 369.610.958.903 -
292.936 (70.000)
62.852.006 61.786.311 1.065.695
457.458.939.239 457.458.939.239 -
483.350.679.232 483.350.679.232 -
517.543.622.943 517.543.622.943 -
552.812.165.548 552.812.165.548 -
325.221 (70.000)
334.500 (70.000)
351.000 (70.000)
367.500 (70.000)
63.480.526 64.926.918 (1.446.392)
64.115.331 65.292.744 (1.177.412)
64.756.485 66.683.904 (1.927.419)
65.404.050 68.075.064 (2.671.014)
Starches & Sweeteners Indonesia BALANCE SHEET - Incl. STBC ASSETS: Total Cash Equivalents
2016
30-Sep-16
1 Oct - 31 May 2017
2018
2019
2020
2021
90.412
65.755
152.603
139.064
144.920
147.717
152.660
Total Inventory
728.990
603.887
726.452
733.716
741.053
748.464
755.948
Accounts Receivable & Accrued Income, Trade
346.800
317.779
340.750
347.750
354.750
361.750
368.750
Other Receivable
39.117
7.812
15.000
15.500
16.000
16.500
17.000
Other Current Assets
79.942
70.958
79.750
81.325
82.900
84.475
86.050
1.285.261
1.066.191
1.314.555
1.317.355
1.339.624
1.358.906
1.380.408
Total Current Assets Other Long-term Assets Gross PP&E and Capitalized Leased Prop Construction in Progress Accumulated Depre. & Amort. of Capital Leases Net Property TOTAL ASSETS LIABILITIES & EQUITY: Current Non-interest Bearing Liabilities Short-Term Debt Other Current Liabilities Total Current Liabilities Other LT Liab Total Liab Beginning Net Worth Total Earnings Changes to Retained Earnings Other Comprehensive Income Total Stockholders' Equity TOTAL LIABILITIES & STKHOLDERS EQUITY Check: Assets - Liabilities & SE =0 BALANCE SHEET - Excl. STBC ASSETS: Total Cash Equivalents Total Inventory Accounts Receivable & Accrued Income, Trade Other Receivable Other Current Assets Total Current Assets Other Long-term Assets Gross PP&E and Capitalized Leased Prop Construction in Progress Accumulated Depre. & Amort. of Capital Leases Net Property TOTAL ASSETS LIABILITIES & EQUITY: Current Non-interest Bearing Liabilities Short-Term Debt - Existing Short-Term Debt - Existing USD Short-Term Debt - Existing IDR Short-Term Debt - PTCI USD Short-Term Debt - PTCI IDR Other Current Liabilities Total Current Liabilities Other LT Liab Total Liab Beginning Net Worth Total Earnings Cash Dividend Other Comprehensive Income Total Stockholders' Equity TOTAL LIABILITIES & STKHOLDERS EQUITY Check: Assets - Liabilities & SE =0
182.355
134.897
338.250
338.700
339.150
339.600
340.050
1.529.302
1.942.177
2.297.850
2.327.850
2.357.850
2.387.850
2.417.850
768.548
437.389
-
-
-
-
-
(934.589) 1.363.261 2.830.877
(959.754) 1.419.812 2.620.900
(1.015.167) 1.282.683 2.935.488
(1.093.449) 1.234.401 2.890.456
(1.169.083) 1.188.767 2.867.541
(1.242.122) 1.145.727 2.844.233
(1.312.619) 1.105.231 2.825.689
215.310 1.281.310 130.686 1.627.306 57.055 1.684.361 1.124.723 52.224 (39.126) 8.695 1.146.516 2.830.877 OK
214.280 1.178.138 49.279 1.441.697 55.100 1.496.797 1.111.586 12.517 1.124.103 2.620.900 OK
222.000 1.177.788 115.000 1.514.788 57.000 1.571.788 1.373.440 55.386 (70.000) 4.873 1.363.700 2.935.488 OK
226.250 1.029.447 116.250 1.371.947 58.400 1.430.347 1.407.861 122.375 (75.000) 4.873 1.460.109 2.890.456 OK
230.500 883.800 117.500 1.231.800 59.800 1.291.600 1.501.980 144.087 (75.000) 4.873 1.575.941 2.867.541 OK
234.750 708.800 118.750 1.062.300 61.200 1.123.500 1.614.833 176.027 (75.000) 4.873 1.720.733 2.844.233 OK
239.000 508.800 120.000 867.800 62.600 930.400 1.755.844 209.572 (75.000) 4.873 1.895.290 2.825.690 OK
2017 #VALUE! 24.358 541.452 332.000 15.000 76.000 988.810 330.000 1.957.515 (748.010) 1.209.505 2.528.315
2018 #VALUE! 16.240 546.866 337.500 15.500 77.500 993.606 330.000 1.977.515 (814.016) 1.163.500 2.487.106
2019 #VALUE! 24.415 552.335 343.000 16.000 79.000 1.014.750 330.000 1.997.515 (877.619) 1.119.896 2.464.646
2020 #VALUE! 26.904 557.858 348.500 16.500 80.500 1.030.262 330.000 2.017.515 (938.869) 1.078.646 2.438.908
2021 #VALUE! 28.842 563.437 354.000 17.000 82.000 1.045.279 330.000 2.037.515 (997.811) 1.039.704 2.414.983
2016 7.169 536.091 331.869 38.519 76.166 989.813 175.354 1.191.693 765.823 (679.420) 1.278.095 2.443.263 200.641 1.279.319
94.847 1.574.807 39.793 1.614.599 840.444 (7.469) (9.185) 4.873 828.663 2.443.263 OK
200.000
202.500
205.000
207.500
210.000
768.988 400.000 95.000 1.463.988 40.000 1.503.988 1.024.150 (4.696)
620.647 400.000 95.500 1.318.647 40.750 1.359.397 1.068.776 54.059
475.000 400.000 96.000 1.176.000 41.500 1.217.500 1.169.334 72.938
300.000 400.000 96.500 1.004.000 42.250 1.046.250 1.285.799 101.986
100.000 400.000 97.000 807.000 43.000 850.000 1.427.533 132.577
4.873 1.024.327 2.528.315 OK
4.873 1.127.709 2.487.106 OK
4.873 1.247.146 2.464.646 OK
4.873 1.392.658 2.438.908 OK
4.873 1.564.984 2.414.984 OK
BALANCE SHEET - STBC ASSETS: Total Cash Equivalents Total Inventory Accounts Receivable & Accrued Income, Trade Other Receivable Other Current Assets Total Current Assets Other Long-term Assets Gross PP&E and Capitalized Leased Prop Construction in Progress Accumulated Depre. & Amort. of Capital Leases Net Property TOTAL ASSETS LIABILITIES & EQUITY: Current Non-interest Bearing Liabilities Short-Term Debt Other Current Liabilities Total Current Liabilities Other LT Liab Total Liab Beginning Net Worth Total Earnings Dividend Other Comprehensive Income Total Stockholders' Equity TOTAL LIABILITIES & STKHOLDERS EQUITY Check: Assets - Liabilities & SE =0
2016
2017
2018
2019
2020
2021
115.588 184.902 8.796 638 3.777 313.701 8.281 337.609 2.725 (255.169) 85.166 407.147
128.245 185.000 8.750 3.750 325.745 8.250 340.334 (267.157) 73.177 407.172
122.824 186.850 10.250 3.825 323.749 8.700 350.334 (279.433) 70.901 403.350
120.505 188.719 11.750 3.900 324.874 9.150 360.334 (291.464) 68.871 402.895
120.814 190.606 13.250 3.975 328.644 9.600 370.334 (303.253) 67.081 405.325
123.818 192.512 14.750 4.050 335.129 10.050 380.334 (314.808) 65.527 410.706
22.165 8.823 22.161 53.149 17.262 70.411 246.984 89.753 (0) 0 336.737 407.147 OK
22.000 8.800 20.000 50.800 17.000 67.800 336.773 72.600 (70.000) 0 339.372 407.172 OK
23.750 8.800 20.750 53.300 17.650 70.950 339.084 68.316 (75.000) 0 332.400 403.350 OK
25.500 8.800 21.500 55.800 18.300 74.100 332.646 71.148 (75.000) 0 328.795 402.895 OK
27.250 8.800 22.250 58.300 18.950 77.250 329.035 74.041 (75.000) 0 328.075 405.325 OK
29.000 8.800 23.000 60.800 19.600 80.400 328.311 76.995 (75.000) 0 330.306 410.706 OK