Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
KOORDINASI ANTAR INSTANSI DALAM MENINGKATKAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK (KLA) DI KOTA PONTIANK Oleh: Yunita Claudia Larasatie NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat. Tahun 2015 E-mail :
[email protected]
Abstrak Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis koordinasi antar instansi dalam meningkatan program Kota Layak Anak (KLA) di Kota Pontianak. Judul skripsi ini diambil berdasarkan permasalahan koordinasi antar instansi dalam meningkatkan program Kota Layak Anak yang masih belum optimal di Kota Pontianak. Kota Pontianak merupakan kota percontohan pertama untuk Program Kota Layak Anak (KLA) di Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan penelitian jenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan sebagai pisau analisis pada penelitian ini adalah Teori Tripathi dan Reddy. Penelitian dilakukan dengan 3 tahap analisis,yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Lokasi penelitian ini adalah di tiga instansi di wilayah Kota Pontianak yaitu Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana (BPMPAKB), Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan yang terakhir Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Perumahan. Subjek penelitian ini adalah ketiga instansi yang terlibat dalam koordinasi program Kota Layak Anak di Kota Pontianak. Kesimpulan penelitian ini belum optimalnya koordinasi yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kontinuitas yang tidak berjalan, tujuan yang tidak jelas, organisasi yang tidak sederhana, perumusan wewenang dan tanggung jawab yang kurang jelas dan komunikasi yang kurang. Oleh karena itu rekomendasinya adalah mengoptimalkan kontinuitas, mensederhanakan organisasi, memperjelas perumusan wewenang dan tanggung jawab serta mengoptimalkan komunikasi. Kata-kata Kunci : Koordinasi, Anak, Kota Layak Anak
COORDINATION BETWEEN ORGANIZATIONS IN IMPROVING KOTA LAYAK ANAK (KLA) PROGRAM IN PONTIANAK Abstract The aim of writing this Essay to acknowledge and analyze about The Coordination between Organizations in Improving Kota Layak Anak (KLA) Program in Pontianak. The title of this Essay is derived based on coordination problem between organizations in improving Kota Layak Anak (KLA) program which has not running optimally in Pontianak. Pontianak is the first pilot city for Kota Layak Anak (KLA) program in West Borneo. This research used descriptive analysis with qualitative method. The theory that is used in this research is Tripathi and Reddy Theory. The research has been done in three phases which are data reduction, data presentation, and conclusion and verification. The organizations that is used for this research are Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Anak, dan Keluarga Berencana (BPMPAKB), Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, and the last is Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Perumahan. The subject of this research is the three organizations which involved in coordinating of Kota Layak Anak (KLA) in Pontianak. The conclusion of this research is the coordination of Kota Layak Anak (KLA) program has not running optimally which is caused by several factors, they are lack of continuity, unreasonable purpose, formulation authority, the responsibility that is unclear, complicated organizations and lack of communication. Therefore the recommendation are to optimizing
1 Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
the continuity, simplify the organization, clarify the authority, be responsible and optimizing the communication skill. Keywords : Coordination, Children, Kota Layak Anak.
secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam
A. PENDAHULUAN
kebijakan, program dan kegiatan untuk 1.
menjamin terpenuhinya hak anak. Kota
Latar Belakang Penelitian Pembangunan
sekarang ini
pada
sangat
era
seperti
diperlukan untuk
Layak
Anak
diperkenalkan
merupakan
istilah
yang
pertama
kali
oleh
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
Kementerian
koordinasi mempunyai arti yang penting
Perempuan tahun 2005 melalui Kebijakan
terutama di antara aparatur pemerintah.
Kota
Dengan
tersebut
semakin
berkembang
Kota
Layak
Negara
Anak.
digambarkan
Pemberdayaan
Dalam
kebijakan
bahwa
KLA
Pontianak serta meluasnya permasalahan
merupakan upaya pemerintahan kabupaten
yang dihadapi, Pemerintah Kota Pontianak
atau kota untuk mempercepat implementasi
membentuk Satuan Kerja Perangkat Daerah
Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka
(SKPD) sebagai perpanjangan tangan dari
hukum ke dalam definisi, strategi, dan
Pemerintah Kota Pontianak dengan fungsi
intervensi pembangunan seperti kebijakan,
masing-masing di tiap bidang. Dengan
institusi, dan program yang layak anak.
adanya wewenang dan tanggung jawab
Menurut
berarti telah diketahui tanggung jawab
Pemberdayaan
masing-masing instansi Pemerintah dalam
Indonesia
memperlancar pelaksanaan pembangunan
49/MEN.PP/IV/2007 Tentang Penetapan
nasional. Program Pemerintah akan selalu
Kabupaten/Kota
berkaitan antara satu bidang dengan bidang
Kota
lainnya, salah satunya adalah pelaksanaan
merupakan salah satu dari 15 (lima belas)
Program Kota Layak Anak (KLA).
Kabupaten dan Kota yang ikut bergabung
Keputusan
Layak
Menteri
Negara
Perempuan Nomor
Republik :
SK-
Pengembangan Anak,
Kota
Model
Pontianak
Kota Layak Anak adalah kota yang
untuk mendukung berkembangnya Kota
mempunyai sistem pembangunan berbasis
Layak Anak di Indonesia. Kategori Kota
hak
Layak Anak ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu:
anak
melalui
pengintegrasian
komitmen dan sumber daya pemerintah,
1. Pratama,
masyarakat dan dunia usaha yang terencana
2. Madya, 2
Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
3. Nindya,
berbagai macam instansi, dan dengan
4. Utama,
pembagian
5. Kota Layak Anak.
tanggungjawab
Dari pemberitaan di Website resmi KLA memaparkan Kota Pontianak telah
tugas
wewenang
masing-masing
dan anggota
organisasi tersebut sesuai dengan tupoksi instansi masing-masing.
sampai kepada tahapan pertama Pratama
Dalam mewujudkan Kota Layak
pada tahun 2011. Tahapan kedua Pratama
Anak, Kota Pontianak harus memiliki
pada tahun 2012 dan mencapai tahapan
sarana dan prasarana yang memadai serta
Madya pada tahun 2013. (www.KLA.or.id)
kebijakan yang mendukung tetapi dalam
Program Kota Layak Anak (KLA)
pelaksanaan
KLA
mengalami
kendala
adalah suatu program yang dilaksanakan
dalam masalah koordinasi. Pada pra survey
oleh tim yang terdiri dari SKPD di Kota
yang peneliti lakukan Kepala BPMPAKB
Pontianak.
Bagian
mengungkapkan jarang mengadakan rapat-
Perempuan
Sekretaris
Pemberdayaan Daerah
Kota
rapat khusus yang membahas mengenai
Pontianak merupakan bagian dari Badan
KLA,ditambahkan masyarakat berpendapat
Pemberdayaan
Masyarakat,
Perempuan,
bahwa masih kurangnya fasilitas seperti
Keluarga
Berencana
taman bermain khusus untuk anak-anak
(BPMPAKB) Kota Pontianak merupakan
yang menjadi salah satu faktor penyebab
sekretaris
belum
Anak
dan
merupakan
koordinator
dapat
terwujudnya
KLA
di
pelaksanaan program Kota Layak Anak di
Pemerintah Kota Pontianak. Kota Pontianak
Kota Pontianak ini. Dalam pelaksanaan
saat ini masih belum mampu memenuhi
Kota
sarana dan prasarana yang diperlukan.
Layak
Anak,
BPMPAKB
tentu
mengalami kendala-kendala, salah satunya
Dalam
dalam koordinasi dengan SKPD lain untuk
Masyarakat,
mewujudkan Kota Layak Anak, koordinasi
Keluarga Berencana (BPMPAKB) perlu
antar SKPD dalam hal ini dimaksudkan
berkoordinasi
untuk dapat memenuhi setiap kategori
Umum
sebuah
nomenklatur
Kota
Layak
Anak.
Menurut
hal
ini,
Badan
Perempuan,
dengan
namum tahun
Pemberdayaan Anak,
Dinas
Pekerjaan
dikarenakan 2013,
dan
ada
akhirnya
Keputusan Walikota Pontianak Nomor 580
merupakan wewenang dan tanggungjawab
Tahun 2008 tentang Pembentukan Tim
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan
Pelaksana
Kota
Perumahan Kota Pontianak yang ditetapkan
Pontianak pada tanggal 11 November 2008.
dengan dasar Keputusan Walikota Nomor
Tim Pelaksana Pengembangan KLA ini
42/BPMPAKB/2013 tentang Pembentukan
merupakan organisasi yang dibentuk dari
Gugus Tugas KLA Kota Pontianak untuk 3
Pengembangan
KLA
Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pengadaan sarana dan prasarana seperti
3.
Rumusan Masalah
taman bermain tersebut. Sejumlah masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
yang muncul antara lain masyarakat juga
yang penulis uraikan sebelumnya maka
mengeluhkan masih dijumpai banyak anak-
dapat dirumuskan masalah penelitiannya
anak usia sekolah mengamen dijalanan
yaitu:
kemudian berkeliaran di perempatan jalan,
BPMPAKB Kota Pontianak, Dinas Sosial
berjualan koran maupun meminta-minta di
dan Tenaga Kerja Kota Pontianak dan
Kota Pontianak. Untuk mengatasi hal
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan
tersebut diperlukan koordinasi yang baik
Perumahan
juga dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
meningkatkan Program Kota Layak Anak
Kota Pontianak dalam upaya mengurangi
di Kota Pontianak
“Bagaimana
koordinasi
Kota
antara
Pontianak
dalam
anak-anak terlantar di jalanan. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan
peneliti
tertarik
4.
Tujuan Penelitian
untuk
Berdasarkan
latar
mengangkat fenomena tersebut menjadi
identifikasi
sebuah penelitian. Dari pemaparan terkait
permasalahan, maka tujuan penulis adalah
dapat dilihat dalam pelaksanaan Program
untuk
Kota Layak Anak di Kota Pontianak masih
koordinasi
belum
kurang
Pontianak, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
baiknya koordinasi dari setiap instansi
Kota Pontianak dan Dinas Cipta Karya,
tersebut. Untuk itu peneliti perlu untuk
Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak
melakukan
penelitian
dalam meningkatkan Program Kota Layak
“Koordinasi
antar
optimal
karena
masih
dengan instansi
judul dalam
masalah,
belakang,
mengetahui antara
dan
dan
rumusan
menganalisis
BPMPAKB
Kota
Anak di Kota Pontianak.
meningkatkan program Kota Layak Anak di Kota Pontianak.”
5.
Manfaat Penelitian a) Manfaat Praktis
2.
Penelitian ini di harapkan mampu
Identifikasi Masalah Penelitian
ini
akan
mengetahui
memberikan kontribusi dimana penelitian
proses koordinasi dalam meningkatkan
ini
program Kota Layak Anak (KLA) di Kota
sumbangan pikiran atau gagasan agar
Pontianak. Dari latar belakang yang ada
tercipta koordinasi yang baik di institusi
terdapat
terkait, program Kota Layak Anak berjalan
masalah
yaitu
dalam
koordinasi yang tidak optimal.
proses
dilakukan.
Serta
dapat
memberi
dengan baik dan untuk anak-anak di masa yang akan datang. 4
Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
1.
b) Manfaat Teoritis
Hubungan langsung
Penelitian ini untuk mendalami
Koordinasi dapat lebih mudah dicapai
ilmu dalam pengkajian khususnya ilmu
melalui hubungan pribadi langsung di
manajemen
antara
pemerintahan.
Selain
itu
orang-orang
yang
penelitian ini nantinya diharapkan mampu
bertanggungjawab. Melalui hubungan
memberi kontibusi dibidang studi tentang
pribadi langsung, ide-ide, cita-cita,
koordinasi. Manfaat lain dari penelitian ini
tujuan-tujuan,
adalah dapat dijadikan bahan acuan atau
dapat dibicarakan dan salah paham,
referensi
atau
apabila ada dapat dijelaskan jauh lebih
dengan
baik ketimbang melalui metode apapun
bagi
penelitian
penelitian
yang
baru
berhubungan
penelitian ini.
pandangan-pandangan
lainnya. 2.
Kesempatan awal Koordinasi dapat dicapai lebih mudah
B. KERANGKA
TEORI
dalam
DAN
tingkat-tingkat
perencanaan dan pembuatan kebijakan.
METODELOGI
Misalnya,
Dalam berbagai literatur, pengertian koordinasi
sambil
mempersiapkan
rencana itu sendiri harus ada konsultasi
1. Kerangka Teori
tentang
awal
beragam.
penyesuaian dan penyatuan dalam
Pendapat Sondang P. Siagian, M.P.A.,
proses pelaksanaan rencana menjadi
Ph.D.
lebih mudah.
mengatakan
pengaturan bersama
tata
sangat
bersama. Dengan cara demikian tugas
koordinasi
hubungan
untuk
adalah
dari
memperoleh
usaha
3.
Kontituitas
kesatuan
Koordinasi merupakan suatu proses
tindakan dalam usaha pencapaian tujuan
yang kontinu dan harus berlangsung
bersama pula. Koordinasi adalah suatu
pada semua waktu mulai dari tahap
proses yang mengatur agar pembagian kerja
perencanaan. Oleh karena koordinasi
dari berbagai orang atau kelompok dapat
merupakan dasar struktur organisasi,
tersusun menjadi suatu kebutuhan yang ter-
maka koordinasi harus berlangsung
integrasi
selama
dengan
cara
yang
seefisien
mungkin. Syarat-syarat koordinasi menurut Tripathi dan Reddy (Moekijat 2006:39) ada 9
(sembilan)
syarat
untuk
koordinasi yang efektif, yakni:
mencapai
organisasi
melaksanakan
fungsinya. 4.
Dinamisme Koordinasi harus secara terus-menerus diubah
mengingat
perubahan-
perubahan lingkungan yang baik intern 5 Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
maupun ekstern. Dengan kata lain
Faktor
koordinasi
jangan
kaku.
koordinasi adalah definisi wewenang
Koordinasi
ini
meredakan
dan tanggung jawab yang jelas untuk
timbul
masing-masing individu dan bagian.
koordinasi yang baik sekali akan
Wewenang yang jelas tidak hanya
mengetahui secara dini dan mencegah
mengurangi pertentangan di antara
kejadiannya.
pegawai-pegawai yang berlainan, tetapi
Tujuan yang jelas
juga
Tujuan yang jelas itu penting untuk
pelaksanaan pekerjaan dengan kesatuan
memperoleh koordinasi yang efektif
tujuan. Selanjutnya, wewenang yang
dalam suatu organisasi. Pimpinan harus
jelas
diberitahu tentang tujuan organisasi
memelihara
dan dimintas agar bekerja untuk tujuan
bertanggung jawab atas pelanggaran
bersama perusahaan. Suatu tujuan yang
pembatasan-pembatasan.
sampai akan
masalah-masalah
5.
apabila
jelas dan diberitahukan secara efektif kepada
kepala-kepala
dimaksudkan
6.
7.
untuk
8.
lain
yang
membantu
memudahkan
mereka
membantu
dalam
pimpinan
orang-orang
dalam bawahan
Komunikasi yang efektif
bagian
Komunikasi yang efektif merupakan
meghasilkan
salah satu persyaratan untuk koordinasi
keselarasan tindakan.
yang
Organisasi yang sederhana
informasi
Struktur organisasi yang sederhana
perbedaan-perbedaan
memudahkan koordinasi yang efektif.
bagian dapat diatasi dan perubahan-
Penyusunan
perubahan kebijaksanaan, penyesuaian
kembali
bagian-bagian
baik.
terjadinya secara
saling-tukar
terus-menerus, individu
dan
dapat dipertimbangkan untuk memiliki
program-program,
koordinasi di antara kepala-kepala
untuk
bagian. Pelaksanaan pekerjaan dan
Terjadinya komunikasi yang efektif
fungsi yang erat berhubungan dapat
tindakan-tindakan atau pelaksanaan-
ditempatkan
beban
pelaksanaan
seseorsang pejabat pimpinan apabila
bertentangan
hal
organisasi
ini
di
akan
bawah
mempermudah
waktu
program-program
yang
akan
datang.
pekerjaan dengan
yang
tujuan-tujuan
dapat
dihindarkan
dan
pengambilan tindakan yang diperlukan
kegiatan-kegiatan
keseluruhan
staf
untuk koordinasi.
dapat
secara
Perumusan wewenang dan tanggung
menuju
jawab yang jelas
organisasi yang telah ditentukan.
diarahkan ke
harmonis
pelaksanaan
tujuan
6 Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
9.
Kepemimpinan dan supervise yang
menggunakan panduan wawancara dan
efektif
bantuan alat dokumentasi berupa alat
Suksesnya
koordinasi
banyak
perekam
dipengaruhi
oleh
hakikat
penulis melihat langsung kenyataan di
kepemimpinan
dan
supervise.
BPMPAKB Kota Pontianak, Dinas Sosial
Kepemimpinan yang efektif menjamin
dan Tenaga Kerja Kota Pontianak dan
koordinasi kegiatan orang-orang, baik
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan
pada tingkat perencanaan maupun pada
Perumahan
tingkat pelaksanaan. Pemimpin yang
berhubungan
efektif membuat kepercayaan terhadap
mengumpulkan data sekunder dengan cara
orang-orang bawahan dan memlihara
merekam seluruh aktivitas penulis dalam
juga
rangka pengumpulan data.
semngat
kerja
mereka.
Sesungguhnya, kepemimpinan yang
serta
teknik
Kota
Metode
observasi
Pontianak
dengan
penelitian
analisis
data
yaitu
yang untuk
dalam
efektif merupakan metode koordinasi
penelitian ini adalah analisis deskriptif
yang paling baik dan tidak ada metode
kualitatif, dengan model analisis interaktif.
lain yang menggantikannya.
Menurut Milles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013:183), ada tiga komponen
2.
pokok dalam menganalisis data dengan
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah metode
penelitian deksriptif dengan analisa data
model interaktif, yakni : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
secara kualitatif. Artinya penulis mencoba menggambarkan fakta yang terjadi sekarang sebagai
realitas
fenomena
natural
yang
mendeskripsikan
tanpa
adanya
dibuat-buat
yaitu
koordinasi
C. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
antara
BPMPAKB Kota Pontianak, Dinas Sosial
1. Kontinuitas
dan Tenaga Kerja Kota Pontianak dan
Pengembangan Kota Layak Anak
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan
terdapat beberapa tahapan yang harus
Perumahan
dilakukan mulai dari tahapan persiapan,
Kota
Pontianak
dalam
meningkatkan Program Kota Layak Anak
perencanaan,
di Kota Pontianak.
pemantauan dan evaluasi. Dengan adanya
Teknik
Pengumpulan
pelaksanaan
sampai
Data
tahapan-tahapan program KLA tersebut,
menggunakan teknik wawancara untuk
maka koordinasi yang dilakukan harus
mengumpulkan
merupakan sebuah proses yang berjalan 7
data
primer
dengan
Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
terus-menerus dalam arti lain proses yang
menyeluruh oleh anggota tim pelaksana
sifatnya berkesinambungan dalam rangka
KLA. Sebagai koordinator dari program
tercapainya tujuan program KLA. Hal ini
KLA,
tidak lepas dengan fungsi-fungsi yang harus
tujuan yang ingin dicapai melalui rapat-
dijalankan masing-masing tim. Apabila tim
rapat
menjalankan fungsinya dengan baik, maka
sosialisasi yang membahas tentang KLA
koordinasi
sehingga
yang
berkesinambungan.
dilakukan Tujuan
akan
BPMPAKB
atau
perlu
pertemuan
nantinya
memperjelas
khusus
bahkan
diharapkan
masing-
pelaksanaan
masing anggota memahami tujuan KLA
kebijakan pemekaran dan prosedur atau
dan dapat menerapkan program KLA
tahapan pelaksanaan kebijakan pemekaran
dengan baik. Dikarenakan tidak semua tim
kelurahan
dalam
yang tergabung di dalam tim pelaksanaan
pelaksanaan program KLA sudah berjalan
KLA mengetahui tujuan KLA yang jelas
cukup baik pada instansi tertentu namun
hal ini membuat koordinasi antar tim
masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat
pelaksana
dari tahapan awal sampai akhir tidak semua
Program
tim mengetahui perkembangan KLA dan
optimal.
akcaya.
Koordinasi
KLA
dalam
KLA belum
meningkatkan berjalan secara
masih belum merasakan kontinuitas dalam koordinasi pelaksanaan KLA. BPMPAKB sebagai
pengkoordinator
memberitahukan
hasil
tahunnya
tidak
tetapi
penilai
3. Organisasi yang sederhana
selalu
Dalam
Kota
Layak
Anak
ini
setiap
pengorganisasian adalah kegiatan untuk
memberitahukan
mengatur anggota-anggota tim yang ada
kepada semua tim yang ada.
melalui
penerapan
pembagian
kerja,
pendelegasian wewenang dan koordinasi dalam bentuk struktur organisasi seperti
2. Tujuan yang jelas Dengan pengarahan kepada seluruh anggota
organisasi
organisasi
dengan
mengenai jelas
maka
tujuan akan
yang
tertera
di
Keputusan
Walikota
Pontianak Nomor 580 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Tim
Pelaksana
menghasilkan keselarasan tindakan yang
Pengembangan Kota Layak Anak (KLA)
bermanfaat positif bagi koordinasi yang ada
Kota Pontianak menyebabkan koordinasi
sehingga dapat
menjadi
meningkatkan koordinasi
sulit
dikarenakan
banyaknya
yang ada di antar tim pelaksana KLA.
instansi terkait. Penyampaian informasi
Tetapi
peneliti
yang tidak menyeluruh juga menyebabkan
melakukan penelitian di lapangan, tujuan
koorinasi menjadi rumit dan panyampain
KLA
tujuan
yang
masih
terjadi
belum
selama
dipahami
secara
program
tidak
Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
terjalin
secara 8
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
optimal.
Sebagai
BPMPAKB
juga
tim
koordinator
mengeluhkan
karena
koordinasi dengan baik sesuai dengan tugas dan wewenang dari masing-masing instansi.
banyaknya isntansi yang terkait dalam program KLA dan hal ini menyimpulkan
5. Komunikasi yang efektif
program KLA memerlukan organisasi yang sederhana dalam penerapannya
Koordinasi dalam sebuah program yang direncanakan sangat berpengaruh pada hasil
4. Perumusan wewenang dan tanggung
akhir
dari
komunikasi.
Tanpa
komunikasi yang diatur secara baik, maka tidak mungkin koordinasi dalam organisasi
jawab Perumusan wewenang dan tanggung
dapat berjalan dengan baik. komunikasi
jawab yang jelas berhubungan erat dengan
yang terjalin antara BPMPAKB sebagai
struktur organisasi, hal ini menunjukkan
pengkoordinator dan tim-tim yang terkait.
bahwa
harus
Menimbang bahwa instansi-instansi yang
menggambarkan penjabaran dari fungsi-
terlibat didalam tim juga memiliki tugas
fungsi tugas pokoknya. Oleh karena itu
masing-masing jadi perlunya peran aktif
diperlukan penjabaran wewenang yang
BPMPAKB sebagai leading sector untuk
mengatur
yang
mensosialisasikan program Kota Layak
melaksanakan program KLA agar tidak
Anak kepada tim-tim terkait agar lebih
terjadi
wewenang.
terjalin komunikasi yang baik. Dapat
Wewenang masing-masing unit atau bagian
disimpulkan bahwa benar adanya jika
tidaklah sama oleh karena itu wewenang
dalam suatu proses pelaksanaan program
dan tanggung jawab yang jelas mengurangi
yang tidak melakukan komunikasi dengan
pertentangan atau perbedaan paham dari
baik antara koordinator dengan tim target
pihak lain membantu dalam pelaksanaan
group atau tim pelaksana program yang
tugas dan fungsi masing-masing. Sehingga
terlibat, maka tidak akan dapat membuat
apabila dengan mengetahui wewenang dan
program KLA tersebut berjalan dengan
tanggung
baik.
struktur
organisasi
koordinasi
tumpang
jawabnya
antar
tindih
yang
tim
jelas
akan
memudahkan untuk menyatupadukan atau menyelaraskan
tindakan
dari
masing-
masing pihak yang berlainan paham atau
D. KESIMPULAN DAN SARAN
pendapat. Selain itu juga terjadi inisiatif yang baik dari salah satu instansi untuk
a) Kesimpulan
melakukan inovasi dalam pengembangan program
KLA
sehingga
menjalin
Berdasarkan analisis dan masalah di atas
penulis
menyimpulkan
Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
mengenai 9
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
koordinasi
antar
instansi
dalam
meningkatkan program Kota Layak Anak di Kota Pontianak yaitu:
menyebabkan koordinasi menjadi lebih rumit. 4. Perumusan wewenang dan tanggung
1. Kontinuitas
jawab yang jelas
Bahwa kontinuitas koordinasi dalam
Bahwa anggota tim pelaksana KLA
pelaksanaan
belum
belum menerapkan dengan baik tugas
berjalan secara optimal dikarenakan dari
pokok dan fungsinya masing-masing
setiap
sebagai
sehingga faktor perumusan wewenang
koordinator tidak memberitahu secara
dan tanggung jawab yang jelas menjadi
menyeluruh kepada semua tim pelaksana
faktor
KLA sehingga masih ada anggota tim
koordinasi yang efektif. Anggota tim
yang tidak mengetahui perkembangan
pelaksanaan KLA hanya mengetahui
tahapan KLA.
secara
program
tahapan
KLA
BPMPAKB
2. Tujuan Yang Jelas
yang
mempengaruhi
umum
tanggungjawab
suatu
wewenang mereka
tanpa
dan ingin
Koordinasi dapat diterapkan dengan baik
mengetahui lebih lanjut dikarenakan
apabila
organisasi
sikap acuh tak acuh juga dan masih
mengetahui dengan jelas tujuan yang
memikirkan masih ada tugas pokok yang
ingin dicapai oleh organisasi tersebut.
lebih
Pemahaman yang baik akan tujuan
Anggota tim pelaksanaan KLA hanya
membuat anggota organisasi menyadari
mengetahui secara umum wewenang dan
pentingnya
tanggungjawab
seluruh
anggota
koordinasi
sehingga
penting
dari
program
mereka
tanpa
KLA.
ingin
koordinasi dapat berjalan secara efektif.
mengetahui lebih lanjut dikarenakan
Hasil penelitian yang telah dilakukan
sikap acuh tak acuh juga dan masih
masih ada anggota dari tim yang belum
memikirkan masih ada tugas pokok yang
memahami tujuan KLA.
lebih penting dari program KLA.
3. Organisasi yang sederhana
5. Komunikasi yang efektif
Organisasi yang sederhana merupakan
Bahwa kurangnya komunikasi antara
salah satu faktor yang menjadi hambatan
BPMPAKB sebagai koordinator dan
dalam menjalankan koordinasi. Hasil
tim-tim yang terkait di dalam Program
penelitian mengungkapkan organsiasi
KLA.
yang
instansi yang terlibat didalam tim juga
daerah
kerjanya
luas
dan
Menimbang
instansi-
mempunyai bidang tugas yang beraneka
memiliki
ragam serta rumit. Dikarenakan terlalu
perlunya peran proaktif dari BPMPAKB
banyak
instansi
yang
tugas
bahwa
masing-masing
jadi
terkait 10
Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
sebagai
leading
sector
yang
fungsi dari instansi terkait agar apartur
bertanggung jawab.
atau staf yang menangani KLA lebih memahami dan dapat bekerja sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi yang
b) Saran Dalam lakukan
penelitian
maka
dalam
yang
penulis
kesempatan
berlaku. Melakukan monitoring terhadap
ini
SKPD dalam melaksanakan tugasnya
peneliti ingin memberikan beberapa saran
masing-masing apakah sudah sesuai
yang mungkin akan berguna dan dapat
dengan tujuan yang ingin dicapai dan
diperhatikan, berikut saran yang akan
harus melakukan evaluasi dalam setiap
peneliti sampaikan:
melakukan kegiatan koordinasi sehingga
1. Perlu adanya koordinasi yang sesuai
dapat
dengan perkembangan zaman dan waktu yang dilewati seperti mengadakan suatu
menemukan
kekurangan
dan
kesalahan yang terjadi. 5. Perlunya diadakan evaluasi rutin (forum
pertemuan khusus secara rutin dengan
koordinasi
antar
instansi)
untuk
membahas tentang KLA sehingga baik
membahas mengenai program KLA ini.
dari koordinator dan tim pelaksanaan KLA dapat dengan mudah mengetahui perkembangan
dari
tahapan-tahapan
E. REFERENSI
yang sudah dilalui KLA. 2. Tim
pengkoordinator
sebaiknya
1.
Buku-Buku :
mengadakan rapat koordinasi untuk menjelaskan informasi mengenai KLA terlebih dahulu agar seluruh instansiinstansi
yang
terlibat
dengan
pelaksanaan program KLA mengetahui dengan jelas apa tujuan program KLA
Handayaningrat, Soewarno. 2002. Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Haji Masagung. Lembaga Administrasi Negara. 2008. Koordinasi dan Hubungan Kerja. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
ini. 3. Kebijakan di masing-masing instansi agar pemimpin menunjuk salah satu staf yang bertugas untuk membantu program KLA sehingga pekerjaan bisa lebih terfokus menuju tujuan bersama. 4. Hendaknya
ada
rapat
kerja
Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Moekijat. Tinjauan Maju.
2006. Koordinasi Teoritis). Bandung:
(Suatu Mandar
yang
membahas mengenai wewenang dan 11 Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Ndraha, Taliziduhu. 2011. Kybernology : Ilmu Pemerintahan Baru I. Jakarta : Rineka Cipta.
Pemerintah kerjasama Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Reksohadipradja, Sukanto. 2000. Dasardasar Manajemen. Yogyakarta : BPFEYOGYAKARTA.
Fajar Satrio, Fuaddianto. 2013. Koordinasi Lintas Sektoral Dalam Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Landak. Skripsi. Program Studi Ilmu Pemerintah kerjasama Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Sugandha, Dann. 1988. Koordinasi, Alat Pemersatu Gerak Administrasi. Jakarta : Intermedia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutarto. 2002. Dasar-dasar Organisasi. Yogjakarta : Gajah Mada University. Suryabrata. 1983. Metodologi Penelitian Manajemen. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Syafiee, Inu Kencana. 2011. Manajemen Pemerintahan. Bandung : Pustaka Reka Cipta. Tohardi, Ahmad. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan Universitas Tanjung Pura. Pontianak : Program Studi Ilmu Pemerintahan kerjasama Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan Universitas Tanjung Pura Pontianak.
2.
3.
Dokumen :
Laporan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) Kota Pontianak Tahun 2013
4.
Peraturan Perundang- Undangan :
Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor : SK-49/MEN.PP/IV/2007 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Pengembangan Model Kota Layak Anak. Keputusan Walikota Pontianak Nomor: 580 Tahun 2008 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Pengembangan Kota Layak Anakhugyjug (KLA) Kota Pontianak. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pelindungan Anak.
Skripsi :
Pradipta Apsari, Candrika, 2011. Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak di Kota Surakarta. Skripsi. Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rikky. 2013. Koordinasi Tim Penataan Kegiataan Pengelolaan dan Pengusaha Sarang Burung Walet di Kota Singkawang. Skripsi. Program Studi Ilmu 12 Yunita Claudia Larasatie, NIM. E42011007 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimatan Barat