Komisi Informasi Pusat
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
KATA PENGANTAR
Sesuai
Keputusan
Ketua
KI
Pusat
No.
07/KEP/KIP/VIII/2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat, Bidang Tugas Kelembagaan telah menyusun “Laporan Kerja Bidang Kelembagaan, Agustus 2013-2015”. Laporan ini disusun untuk melaksanakan tanggung jawab Bidang Tugas Kelembagaan di Komisi Informasi Pusat untuk menyampaikan capaian kinerja fungsi dan tugasnya secara berkala. Laporan kegiatan
Kerja
yang
Kelembagaan
menjelaskan
telah
dalam
dan
dilaksanakan periode
Agustus
menjabar oleh 2013
beberapa
Bidang
Tugas
hingga
2015.
Kegiatan-kegiatan tersebut terbagi dalam 2 bagian besar sesuai ruang lingkup tugas Bidang Kelembagaan. Kedua bagian tersebut
yaitu
Pengembangan
Pelaksanaan Kegiatan
Internal
Kebijakan
dan
Kajian
Organisasiyang
meliputi
kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia, Anggaran, dan Tata
Kelola;
dan
Pelaksanaan
Kebijakan
dan
Kajian
Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi yang meliputi kegiatan Kerja Sama Kelembagaan. Pada bagian pertama, terdapat 7 (tujuh) kegiatan internal organisasi
yang
kelembagaan
mencakup
seperti
diantaranya
mengenai
kegiatan
kepegawaian
KI
internal Pusat,
penyusunan SOP tata kelola KI Pusat hingga review penyusunan anggaran tahun 2014. Selain itu dalam bagian ini juga membahas berbagai kegiatan penyusunan rancangan regulasi di bidang kelembagaan. Yaitu rancangan peraturan KI tentang pedoman pelaksanaan seleksi dan penetapan anggota KI, rancangan pedoman uji konsekuensi, rancangan peraturan KI tentang tata naskah dinas dan rancangan peraturan KI tentang kode etik. Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
i
Komisi Informasi Pusat
Pada bagian kedua, yaitu Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi terdiri dari 6 (enam) kegiatan eksternal organisasi. Diantaranya mencakup penganugerahan dan penilaian mandiri keterbukaan informasi publik tahun 2013, kerjasama antar lembaga (MoU), dan pengembangan jaringan kelembagaan dan kerja sama organisasi internasional. Dalam ruang lingkup hubungan KI Pusat dengan KI
di
daerah,
Bidang
Tugas
Kelembagaan
melaksanakan
kegiatan berikut, yaitu pendampingan pembentukan komisi informasi provinsi, asistensi & konsultasi kelembagaan komisi informasi provinsi dan audiensi kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan lembaga negara lainnya. lainnya Demikian Laporan Kerja Bidang Kelembagaan, Agustus 2015 ini dibuat. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi 2013-2015 pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Pusat serta dapat meningkatkan kinerja Komisi Informasi Pusat sesuai ang-undangan yang berlaku. dengan peraturan perunda Jakarta,
Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat ang Tugas Kelembagaan Bidang Komisioner,
John Fresly
ii
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Evy Trisulo
Komisi Informasi Pusat
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................... i DAFTAR ISI ................................................................... iii
I. II.
Gambaran Umum .............................................................. 1 Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal Organisasi ............................................. 6 1. Review Penyusunan Anggaran Tahun 2014 ................ 6 2. Kepegawaian Komisi Informasi Pusat .......................... 9 3. Penyusunan Regulasi Bidang Tugas Kelembagaan Komisi Informasi ....................................................... 16 a)
Rancangan Peraturan KI tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi ............................................................. 17
b)
Rancangan Pedoman Uji Konsekuensi................. 18
c)
Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Tata Naskah Dinas .............................................. 18
d)
Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Kode Etik ............................................................ 19
4. Policy Paper Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Komisi Informasi ...................................................... 19 5. Kajian Kelembagaan Sekretariat KI ............................ 39 6. Penyusunan SOP tata kelola KI Pusat bekerjasama dengan AIPD yang dilaksanakan oleh Pattiro ........... 41 7. Penyusunan Renstra 2014 – 2019 bekerjasama dengan Indonesia Parlementary Centre (IPC) ........................ 43 8. Forum Group Discussion Pengujian Konsekuensi ..... 45 III.
Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi......................................... 46 1. Penganugerahan dan Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik tahun 2013 ...................................... 46 Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
iii
Komisi Informasi Pusat
2. Kerjasama antar lembaga (MoU) ................................ 51 3. Pengembangan Jaringan Kelembagaan dan Kerja Sama Organisasi Internasional ........................................... 54 4. Pendampingan Pembentukan Komisi Informasi Provinsi .................................................................... 57 5. Asistensi & Konsultasi Kelembagaan Komisi Informasi Provinsi ..................................................................... 63 6. Audiensi Kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan Lembaga Negara lainnya ............................... 66 LAMPIRAN I. Tabel Daftar Audensi & Konsultasi LAMPIRAN II. Data Kunjungan Dalam Rangka Pembentukan Komisi Informasi Daerah ke Komisi Informasi Pusat
iv
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
I. Gambaran Umum
Salah satu syarat atau ciri penting menuju negara yang demokratis adalah dengan adanya keterbukaan informasi publik, sebagaimana sejalan dengan konsideran dalam bagian menimbang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Keterbukaan
informasi
dalam
sebuah
negara
yang
demokratis merupakan bagian dari cita-cita masyarakat untuk
dapat
penyelenggaraan
melakukan
kontrol
pemerintahan
yang
terhadap
baik
supaya
terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Untuk mewujudkan keterbukaan informasi di Indonesia, UU KIP danPeraturan Komisi Informasi Pusat No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik merupakan panduan bagi tiap Badan Publik untuk menjalankan kewajibannya, terutama untuk memberikan standar bagi Badan Publik dalam melaksanakan dan meningkatkan pelayanan Informasi Publik di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan Informasi Publik yang berkualitas serta menjamin pemenuhan hak warga negara untuk memperoleh akses Informasi Publik dan
menjamin
keterbukaan
terwujudnya
informasi
tujuan
sebagaimana
penyelenggaraan diatur
dalam
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Berlandaskan hal di atas, Komisi Informasi Pusat (KI Pusat) sebagai lembaga yang dibentuk berdasarkan UU KIP serta mempunyai tugas untuk menjalankan UU KIP,
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
memahami bahwa KI Pusat seyogyanya harus menjadi atau memberikan contoh kepada lembaga lain untuk transparan dalam setiap pelaksanaan kegiatan, dan pengambilan kebijakan dengan cara membuat laporan pertanggungjawaban kebijakan
yang
kegiatan
disebarluaskan
atau kepada
pengambilan masyarakat
melalui sarana yang mudah diakses oleh publik. Napak Tilas Pembentukan Pembidangan Kelembagaan KI Pusat Sesuai amanat Pasal 31 ayat (3) UU KIP menyebutkan bahwa anggota Komisi Informasi Pusat yang telah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat RI selanjutnya ditetapkan oleh Presiden. Oleh karena itu, Anggota Komisi Informasi Pusat Periode 2013-2017 ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI No. 85/P Tahun 2013 tertanggal 16 Juli 2013 yang menetapkan nama-nama berikut: 1. Ir. Abdulhamid Dipopramono, M.Si; 2. Dyah Aryani Prastyastuti, SH, MH; 3. Evy Trisulo Dianasari, SH, MH; 4. Dra. Henny S. Widyaningsih, M.Si; 5. John Fresly, SH, LLM; 6. Dr. Rumadi, MA; dan 7. Yhannu Setyawan, SH, MH.
2
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
Setelah ditetapkan, Anggota Komisi Informasi Pusat (Komisioner KI Pusat) segera memulai kegiatan di kantor Komisi Informasi Pusat dan menetapkan Abdulhamid Dipopramono sebagai Ketua Komisi Informasi Pusat. Komisi Informasi Pusat melalui Rapat Pleno pada tanggal 1 Agustus 2013. Penetapan Ketua dan Wakil Ketua tersebut dikukuhkan kembali secara ceremonial melalui prosesi serah jabatan dari Anggota KI Pusat periode sebelumnya kepada anggota yang baru denganserah terima memori akhir jabatan pada tanggal 2 Agustus 2013. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas untuk menjalankan tugas fungsi KI Pusat terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas pada masa transisi periode anggota KI Pusat periode sebelumnya, maka perlu dibentuk beberapa Gugus Tugas yang ditugaskan kepada masing-masing
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
3
Komisi Informasi Pusat
anggota Komisi yang disahkan melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat RI No. 06/KEP/KIP/VIII/2013 tentang Gugus Tugas Komisioner Komisi Informasi Pusat tertanggall 15 Agustus 2013. Dalam surat keputusan tersebut terdapat 3 Gugus Tugas dengan pembagian sebagai berikut:
Pembagian tersebut berlangsung selama kurang lebih 1 tahun dan diperbaharui melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat RI No. 07/KEP/KIP/VIII/2014 07/KEP/KIP/VIII tertanggal 1 September 2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat dengan telah diselesaikannya tugas-tugas tugas dalam masa transisi pergantian periode anggota KI Pusat sebagaimana yang disebutkan dalam dal surat keputusan sebelumnya. Sebagaimana tergambar dalam flowchart di bawah ini.
4
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
Dengan telah disahkannya ketiga bidang tugas tersebut, maka Bidang Tugas Kelembagaan telah dengan resmi berfungsi dalam ruang lingkup tugas berikut:
Menginjak 1 tahun pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang esuai amanat yang dituangkan dalam Tugas KI Pusat sesuai surat Keputusan Ketua KI Pusat No. 07/KEP/KIP/VIII/ 2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat, laporan
maka
bidang
pelaksanaan
tugas
Kelembagaan
kegiatan
berdasarkan
menyusun cakupan
na yang disebutkan di atas. Penyusunan tugas sebagaimana laporan ini dilaksanakan sebagaimana amanat surat Keputusan, bahwa masing-masing masing Bidang Tugas harus Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
5
Komisi Informasi Pusat
menyampaikan capaian kinerja fungsi dan tugasnya secara rutin dan berkala dalam rapat pleno yang dipimpin oleh Ketua KI Pusat. Laporan pelaksanaan kegiatan ini menjelaskan dan menjabar beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Bidang Tugas Kelembagaan dalam periode tahun 20132015. Laporan disusun dalam dua bagian besar sesuai ruang
lingkup
tugas
Bidang
Tugas
Kelembagaan,
sehingga kerangka laporan berbentuk sebagai berikut: Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal Organisasiyang meliputi kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia, Anggaran, dan Tata Kelola Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan
Eksternal
Organisasi
yang
meliputi
kegiatan Kerja Sama Kelembagaan II.
Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal Organisasi 1. Review Penyusunan Anggaran Tahun 2014 Penyusunan anggaran Tahun 2014 telah dibahas selama 4 (empat) kali. Pembahasanpertama, kedua dan ketiga dibahas oleh Komisioner Periode 20092013, sementara pembahasan keempat dilaksanakan oleh Komisioner Periode 2013-2017. Pembahasan penyusunan anggaran Tahun 2014 dipandang perlu untuk mereview penyusunan anggaran Tahun 2014 yang telah dibahas dan disusun oleh Komisioner periode
6
pertama.
Kegiatan
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
review
anggaran
ini
Komisi Informasi Pusat
dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 3 September 2013 di Lor In Hotel Sentul, Bogor. Review penyusunan anggaran Tahun 2014 yang dihadiri
oleh
Ketua
Komisi
Informasi
Pusat
Abdulhamid Dipopramono, Wakil Ketua John Fresly, Komisioner Yhannu Henny
S.
Setyawan,
Widyaningsih
menyamakan
persepsi
Evy
Trisulo,
dimaksudkan
dan
program
dan
untuk
yang
akan
dicapai oleh Komisioner Periode 2013-2014. Evy
Trisulo
menyampaikan
dalam
Penyusunan
Rencana Kerja Anggara Lembaga (RKA-L) Komisi Informasi, hal
yang penting untuk
diperhatikan
adalah penyusunannya harus mengacu pada Standar Biaya Umum (SBU) Tahun 2014, mengacu pada pagu sementara, dan menggunakan aplikasi RKA-L 2014. Dari
penyusunan
anggaran
Tahun
2014
masih
terdapat indeks anggaran yang belum sesuai dengan Standar Biaya Umum sehingga perlu diperbaiki. Dalam kegiatan itu juga dihadiri oleh Sekretaris Komisi Informasi Pusat, Kepala Bagian Perencanaan, Tenaga
Ahli,
Asisten
Ahli
dan
Staf
Bagian
Perencanaan. Untuk dapat menyusun anggaran yang sesuai
dengan
regulasi
yang
berlaku,
Komisi
Informasi Pusat menghadirkan pejabat dari Direktorat Jendral Anggaran Kementerian Keuangan dan dari Kepala
Bagian
Perencanaan
Penyusunan
Kementerian
Anggaran
Biro
Komunikasi
dan
Informatika untuk menjadi narasumber.
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
7
Komisi Informasi Pusat
Dari
paparan
narasumber
yang
tersebut
disampaikan diperoleh
oleh
gambaran
kedua dalam
perencanan penganggaran dalam gambar di samping sebagai berikut: Sementara proses perencanaan dan penganggaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Selain membahas mengenai metode atau proses penyusunan anggaran sesuai dengan regulasi yang berlaku, kegiatan ini juga mereview penyusunan 8
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
anggaran Tahun 2014 yang dimaksudkan agar Komisi Informasi Pusat memiliki Bagian Anggaran tersendiri yang selama ini masih menempel di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Melalui kegiatan ini disimpulkan bahwa perlu adanya pembahasan secara khusus terkait dengan pengelolaan anggaran yang secara mandiri dikelola Komisi Informasi dengan memperhatikan kriteria dan syarat-syaratnya serta ditinjau secara struktural berdasarkan keputusan Kementerian
Pendayagunaan
Aparatur
Negara,
mengenai apakah Komisi Informasi dapat bertindak sebagai pengguna anggaran secara langsung atau tidak. 2. Kepegawaian Komisi Informasi Pusat Sejak terbentuknya Komisi Informasi Pusat tahun 2009, kepegawaian di Komisi Informasi Pusat adalah untuk
memberikan
keuangan
dan
tata
dukungan kelola
di
administratif,
Komisi
Informasi
Pusat.Kepegawaian ini terdiri dari Pegawai Negeri Sipil yang
berasal
dari
Kementerian
Komunikasi
dan
Informastik dan Pegawai Non Pegawai Negeri (Pegawai Non PNS). Bentuk perbaikan manajemen dalam tata kelola kelembagaan di Komisi Informasi Pusat dilakukan dengan cara evaluasi perbaikan kinerja terhadap seluruh pegawai, baik PNS dan Pegawai Non PNS, juga dilakukan rekrutmen terhadap Pegawai Non PNS.
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
9
Komisi Informasi Pusat
a) Evaluasi
Perbaikan
Kinerja
Pegawai
Komisi
Informasi Pusat i.
Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Komisi Informasi Pusat Evaluasi ini dilakukan dengan mengajukan permintaan
ke
Kementerian
KOMINFO
Pengawasan
Keuangan
(BPKP) untuk peraturan
Inspektorat dan dan
Jenderal ke
Badan
Pembangunan
dilakukan Audit Kinerja sesuai
perundang-undangan
terhadap
Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Komisi Informasi Pusat. Evaluasi ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan kinerja yang dilakukan pada awal tahun 2014. ii.
Evaluasi Pegawai Non PNS Komisi Informasi Pusat Evaluasi
Pegawai
Non
PNS
KI
Pusat
ini
dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan cara melakukan penilaian secara individual berdasarkan metode sasaran kerja pegawai dan perilaku
kerja.
Metode
penilaian
dengan
sasaran kerja pegawai itu meliputi kualitas, kuantitas, dan waktu dan metode penilaian berbasis
perilaku
kerja
meliputi
orientasi
pelayanan, integritas, komitmen, disiplin dan kerjasama.
10
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
b) Rekruitmen Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil Komisi Informasi Pusat Manajemen Pegawai Non Pegawai (Pegawai Non PNS) KI Pusat tidak mengenal jenjang karir. Persoalan ini menjadi perhatian Komisioner Komisi Informasi Pusat Periode 2013 – 2017 karena jenjang karir dipandang perlu untuk meningkatkan mutu dan kinerja pegawai di lingkungan Komisi Informasi Pusat. Tentunya dengan mengharapkan sumber daya manusia di Komisi Informasi dapat bekerja secara profesional dan maksimal. Untuk itu, Komisioner Komisi Informasi Pusat memandang perlu untuk melakukan dan membuat jenjang karir bagi Pegawai Non PNS KI Pusat dengan
menggunakan
careerpath
bagi
Pegawai
strategi KI
penerapan
Non
PNS
dan
rekrutmen secara terbuka untuk mengisi formasi Administrasi Umum, Asisten Ahli dan Tenaga Ahli KI Pusat. Penerapan career path dimulai dengan evaluasi terhadap seluruh Pegawai Non PNS KI Pusat dengan menggunakan metode pendekatan perilaku kerja
dan
sasaran
kerja.
Sementara,
untuk
penerapan career path dilaksanakan untuk posisi tertentu
yaitu
pada
posisi
Tenaga
Ahli
dan
pelaksanaan ini telah dimulai pada bulan Januari 2014
melalui
pengumuman
resmi
yang
diumumkan kepada seluruh Pegawai Non PNS KI
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
11
Komisi Informasi Pusat
Pusat untuk mengisi satu posisi tenaga ahli bidang hukum dan satu posisi untuk tenaga ahli bidang komunikasi
dengan
syarat-syarat
yang
telah
ditentukan. KI Pusat juga membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat umum melalui open recruitment untuk mengisi posisi Administrasi Umum, Asisten Ahli dan Tenaga Ahli Komisi Informasi Pusat. Open recruitment
tersebut
telah
dilaksanakan
oleh
Komisi Informasi Pusat dibawah kendali Gugus Tugas
2
dengan
uraian
pelaksanaan
sebagai
berikut: i.
Pelaksanaan Career path Career path dilaksanakan pada bulan Januari 2014 melalui pengumuman resmi yang hanya ditujukan kepada pegawai Non PNS KI Pusat. Career path ini diperuntukkan untuk mengisi posisi sebagai Tenaga Ahli Komisi Informasi Bidang Hukum dan Komunikasi dengan syarat salah satunya adalah sebagai Asisten Ahli Komisi
Informasi
Pusat.
Dari
hasil
pengumuman tersebut, sebanyak dua orang Asisten Ahli residen mendaftarkan diri sebagai Tenaga Ahli Komisi Informasi Bidang Hukum dan Komunikasi. Rangkaian seleksi dilaksanakan dengan cukup ketat, yang terdiri dari: peserta wajib mengikuti tes tulis yang dilaksanakan pada tanggal 2
12
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
Januari 2014, test psikologi dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2014 dan untuk wawancara dilaksanakan pada tanggal 6 Januari 2014. Dari
rangkaian
pelaksanaan
tes
tersebut,
hasilnya diumumkan pada tanggal 7 Januari 2014. Dari dua peserta yang mengikuti career path dinyatakan lulus dan mulai mengisi posisi Tenaga Ahli sejak ditetapkan. ii. Open Recruitment Open
recruitment
untuk
mengisi
posisi
administrasi umum, asisten ahli dan tenaga ahli dibuka mulai tanggal 8 hingga 20 Januari 2014. Penerimaan Pegawai Non PNS KI Pusat ini diumumkan melalui website resmi KI Pusat di
dengan
www.komiinformasi.go.id
tahapan
yang
wajib
diikuti
oleh
rincian peserta
meliputi tes tulis, psikotes, wawancara. Sebanyak 16 pelamar mendaftar untuk posisi administrasi umum, 58 pelamar mendaftar sebagai asisten ahli dan 12 pelamar mendaftar untuk
posisi
tenaga
ahli
sehingga
total
keseluruhan pelamar sebanyak 86. Dari total pelamar tersebut kemudian dilakukan seleksi administrasi dan sebanyak 2 pelamar untuk masing-masing posisi asisten ahli dan tenaga ahli
tidak
memenuhi
ditentukan
sehingga
administrasi
total
kualifikasi
dari
pelamar
hasil
yang seleksi
sebelumnya
86
menjadi 84 pelamar. Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
13
Komisi Informasi Pusat
Suasana Tes Tertulis Open Recruitment
Tes tulis dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2014. Untuk 16 pelamar yang memilih posisi administrasi umum dalam tes tulis ini yang mengikuti hanya 12 pelamar, sementara untuk posisi asisten ahli dari 57 yang dinyatakan lolos dan yang hadir yaitu 43 pelamar serta posisi
tenaga
mengikuti
tes
ahli
dari
tulis
12
pelamar
sebanyak
9
yang orang.
Berdasarkan penilaian dari Tim Seleksi Tes Penerimaan Calon Pegawai Non PNS Komisi Informasi Pusat, terdapat 55 peserta yang tidak memenuhi score minimal atau passing grade dan sebanyak 30 peserta dinyatakan lulus tes tulis dan diumumkan pada tanggal 5 Februari 2014
melalui
website
www.komisiinformasi.go.id. Peserta yang telah dinyatakan lulus testulis kemudian 14
harus
mengikuti
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
tahapan
tes
Komisi Informasi Pusat
selanjutnya yaitu psikotes yang dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2014 dan mengikuti wawancara pertama pada tanggal 19 Februari dan yang lulus wawancara pertama kemudian mengikuti
wawancara
kedua
yang
dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2014. Hasil test wawancara kedua total keseluruhan 11 peserta
dari
posisi
administrasi
umum
berjumlah 1 orang, asisten ahli 8 orang dan tenaga ahli sebanyak 2 orang.
Melalui rapat pleno pada tanggal 4 Maret 2014, ditentukan dari 11 peserta yang mengikuti wawancara
kedua
dinyatakan
lulus
dan
diterima sebagai Pegawai Non PNS sebanyak 1 orang
untuk
mengisi
posisi
administrasi
umum, 6 orang mengisi posisi asisten ahli dan 2
orang
sebagai
diumumkan
tenaga
ahli
yang
melalui
telah
website
www.komisiinformasi.go.id.
Suasana Tes Psikologi Open Recruitment Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
15
Komisi Informasi Pusat
Bagi peserta yang telah dinyatakan lulus, khususnya dalam formasi Tenaga Ahli dan Asisten Ahli, kemudian ditugaskan dalam tiga bidang tugas sebagaimana tercantum dalam Surat
Keputusan
Ketua
KI
Pusat
No.
07/KEP/KIP/VIII/2014. Penugasan ditetapkan melalui pembidangan dengan melaksanakan tugas tertentu sebagaimana disebutkan dalam Keputusan
Ketua
KI
Pusat
No.
08/KEP/KIP/IX/2014 tentang Bidang Tugas Tenaga
Ahli
Penugasan
dan
Asisten
tersebut
Ahli
KI
dilakukan
Pusat. dengan
penempatan Tenaga Ahli dan Asisten Ahli KI Pusat sesuai bakat dan minat serta latar belakang pendidikan, sehingga dapat lebih meningkatkan kinerja secara terstruktur.
3. Penyusunan Regulasi Bidang Tugas Kelembagaan Komisi Informasi
Penyusunan kelembagaan
regulasi
yang
merupakan
terkait pijakan
bidang utama
tugas dalam
pembenahan kelembagaan di Komisi Informasi, baik Komisi Informasi Pusat maupun dijadikan sebagai pedoman oleh Komisi Informasi Provinsi, Kabupaten/ Kota
di
Indonesia.
Terdapat
beberapa
draft/
rancangan regulasi terkait ruang lingkup bidang tugas Kelembagaan yang telah disusun, yaitu:
16
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
a) Rancangan Peraturan KI tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi
Rancangan regulasi ini
dimaksudkan
sebagai bagi
pedoman Pemerintah
Pusat
maupun
Provinsi
dan
kabupaten/kota dalam pembentukan Komisi
Informasi
baik
Komisi
Draft Peraturan Pedoman Seleksi Komisi Informasi
Informasi Pusat maupun Komisi Informasi Provinsi, dan/atau Kabupaten/Kota. Penyusunan ini perlu dilakukan
untuk
menyempurnakan
mengevaluasi
Keputusan
dan
Ketua
Komisi
Informasi Pusat No. 01/KEP/KIP/III/2010 tentang Perubahan atas Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 02/KEP/KIP/X/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi
Provinsi
Kabupaten/Kota
yang
dan
Komisi
hingga
saat
Informasi ini
masih
berlaku, serta untuk mengisi kekosongan hukum atas
hal-hal
yang belum diatur dalam surat
keputusan tersebut yang berkenaan dengan seleksi anggota Komisi Informasi.
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
17
Komisi Informasi Pusat
b) Rancangan Pedoman Pengujian Konsekuensi Pengujian Konsekuensi merupakan suatu tahapan yang
terkait
dengan
penyelesaian
sengketa
informasi publik. Oleh karena itu, diperlukan suatu regulasi atau panduan yang dapat dijadikan acuan oleh
Badan
Publik
dalam
melakukan
uji
konsekuensi atas informasi yang dikecualikan. Selain
itu,
pengujian
konsekuensi secara tidak langsung
berkenaan
dengan
kelembagaan
Komisi Informasi sebagai Badan Publik yang juga melakukan
pengujian
konsekuensi
atas
informasi
yang
dikecualikan
dalam
layanan informasi publik. ngan Peraturan Komisi Informasi tentang c) Rancangan Tata Naskah Dinas Regulasi mengenai tata t naskah dinas yang berlaku secara internal di Komisi Informasi perlu dibentuk karena
menunjukkan
an kelembagaan Walaupun
Komisi berlak berlaku
identitas Informasi
internal,
dokumentasi dengan
tidak
rigid.
menutup
kemungkinan bahwa regulasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Komisi Informasi provinsi maupun kabupaten/kota, agar terjadi
18
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
keseragaman
tata
naskah
dinas
secara
menyeluruh. d) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Kode Etik dan Perilaku Anggota Komisi Informasi Penyusunan
regulasi
tentang
Kode
etik
dan
Perilaku merupakan amanat UU KIP yang diberikan kepada
Komisi
Informasi
Pusat.
Rancangan
Peraturan KI tentag Kode etik ini merupakan penyempurnaan atas regulasi tentang kode etik sebagaimana
diatur
dalam
Peraturan
Komisi
Informasi Nomor 2 Tahun 2013 tentang Kode Etik Komisi Informasi yang saat ini masih berlaku sebagai pedoman berperilaku bagi anggota Komisi Informasi. 4. Policy Paper Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Komisi Informasi Policy
tentang
paper
pemberhentian
Anggota
pengangkatan Komisi
Informasi
dan yang
disusun oleh Komisi Informasi Pusat pada bulan Juli 2014 merupakan tanggapan usulan Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara tentang draft Keputusan KI Pusat tentang Pedoman Pengangkatan dan Penetapan Kembali
Anggota
Komisi
Informasi
Provinsi
dan
Komisi Informasi Kabupaten/Kota.
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
19
Komisi Informasi Pusat
Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Komisi Informasi diatur pada Bagian Kedelapan Undangundang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pada bagian tersebut memuat 5 (lima)
pasal
yang
dalam
implementasinya
menimbulkan multi tafsir. Dalam Policy Paper ini dijabarkan
analisis
pengaturan
deskriptif
Pengangkatan
normatif
dan
terhadap
Pemberhentian
anggota Komisi Informasi dimaksud dan sekaligus untuk memberikan tanggapan draft Keputusan KI Pusat yang diusulkan oleh KI Prov. Sumatera Utara perihal
yang
peraturan
sama
dengan
mengharmonisasikan
perundang-undangan
yang
berlaku.
Analisis komprehensif dilakukan dari aspek formil dan materiil. Dalam latar belakang dan permasalah kebijakan (policy problem and policy question) dijabarkan bahwa berjalannya implementasi UU KIP selama 4 (empat) tahun memasuki 1 (satu) periode keanggotaan Komisi Informasi. Beberapa Komisi Informasi Provinsi telah memasuki
periode
pemilihan
keanggotaan
Komisionernya termasuk Komisi Informasi Pusat, sedangkan Komisi Informasi Provinsi lainnya sedang menunggu berakhirnya masa jabatan. Komisi Informasi Provinsi menafsirkan isi dari Pasal 33 UU KIP sebagai sebuah pintu untuk pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota tanpa melalui 20
mekanisme
seleksi
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
terlebih
dahulu.
Komisi Informasi Pusat
Penafsiran ini muncul karena Pasal 33 UU KIP menyebutkan
bahwa
Anggota
Komisi
Infomasi
diangkat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat
diangkat
kembali
untuk
satu
periode
berikutnya. Melalui Rapat Koordinasi Nasional Komisi Informasi se-Indonesia Tahun 2013 yang merupakan acara tahunan dimana seluruh Komisi Informasi berkumpul untuk menginventarisir permasalahan atau kendala yang dihadapi dan mencari penyelesaiannya secara bersama, dan diperolehlah suatu gagasan untuk menyikapi
perpanjangan
masa
jabatan
tanpa
mekanisme seleksi dengan penafsiran terhadap Pasal 33 UU KIP. Pada
Rapat
Kerja
Teknis
Komisi
Informasi
se-
Indonesia Tahun 2014 diusulkan sebuah draft oleh Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara mengenai pedoman anggota
pengangkatan Komisi
dan
Informasi
penetapan
Provinsi
dan
kembali Komisi
Informasi Kabupaten/Kota. Hal-hal yang perlu dicermati dalam draft usulan pedoman anggota
pengangkatan Komisi
dan
Informasi
penetapan
Provinsi
dan
kembali Komisi
Informasi Kabupaten/Kota sebagaimana diusulkan adalah sebagai berikut :
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
21
Komisi Informasi Pusat
No
Substansi
dalam
Syarat- Syarat 1
Legal Analysis
Draft Usulan
Pengangkatan dan Penetapan
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 30 UU KIP, Pasal 43 ayat (2) dan (3) UU tentang HAM Bertentangan dengan
2
Mekanisme
ketentuan pada Pasal 31
Pengangkatan dan
dan 32 UU KIP, serta UU
Penetapan
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3
Tatacara
Bertentangan dengan
Pengangkatan dan
ketentuan pada Pasal 30,
Penetapan
Pasal 31 dan 32 UU KIP Bertentangan dengan
4
Ketentuan Khusus
ketentuan pada Pasal 30, Pasal 31 dan 32 UU KIP Bertentangan dengan
5
Ketentuan Penutup
ketentuan pada Pasal 43 ayat (2) dan (3) UU tentang HAM
Latar belakang tersebut kemudian dilakukan analisis secara bentuk/kaidah dokumen (formil review) dan materi
muatan
(materiil
review)
berikut ini: 22
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
yang
dijelaskan
Komisi Informasi Pusat
Bentuk/Kaidah Dokumen (Formil Review) Membaca dan mencermati isi usulan draft Keputusan tentang
Pedoman
Kembali
Anggota
Komisi
Pengangkatan Komisi
Informasi
dan
Informasi
Kabupaten/Kota,
Penetapan
Provinsi
dan
bahwa
draft
tersebut berisi pedoman yang memuat pengaturan (regeling)
bahkan
juga
menyinggung
beberapa
instansi/lembaga lain di luar Komisi Informasi seperti gubernur dan bupati/walikota. Dengan demikian, dari segi
substansi,
draft
ini
berisi
pengaturan
(regelenrechts) serta berlaku dan mengikat umum. Dalam usulannya, pada draft tersebut pengaturan mengenai pedoman pengangkatan dituangkan dalam bentuk Keputusan (Keputusan Ketua KI Pusat). Sesuai
dengan
prinsip
umum
hukum
(general
principle of law) yang telah diterima secara universal, ditegaskan bahwa pada prinsipnya kaidah/norma hukum dapat dibedakan menjadi ke dalam dua bentuk, yakni keputusan (beschikking) dan peraturan (regeling). Keputusan adalah instrumen hukum yang berisi ketetapan/keputusan yang bersifat individual, konkrit, dan berlaku khusus (terbatas). Sedangkan peraturan adalah instrumen hukum yang berisi norma
yang
bersifat
umum
(abstrak),
berisi
pengaturan, dan berlaku serta mengikat umum. Sebagaimana dikatakan oleh Jimly Asshiddiqie bahwa pengaturan yang menghasilkan norma yang bersifat mengatur
(regelingsdaad)
seharusnya
tidak
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
23
Komisi Informasi Pusat
dituangkan dan disebut dengan istilah lain kecuali “peraturan.” Di Indonesia, pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan kaidah-kaidah peraturan perundang-undangan diatur dalam UU No. 12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3). Menurut UU tersebut, Peraturan Perundangundangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
yang
berwenang
melalui
prosedur
yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Pasal 100 (Ketentuan Penutup) UU P3 bahkan dengan tegas
menyebutkan
Presiden,
bahwa
Keputusan
Menteri,
semua
Keputusan
dan
keputusan-
keputusan pejabat lainnya yang bersifat mengatur, harus dimaknai sebagai peraturan. Dengan demikian politik hukum perundang-undangan di Indonesia menghendaki adanya purifikasi antara peraturan dan keputusan, karena memang terdapat perbedaan yang sangat
prinsipal
diantara
keduanya.
Perbedaan
tersebut setidak-tidaknya meliputi tiga hal: 1) Perbedaan isi dan sifat: Peraturan berisi aturan-aturan yang berlaku dan mengikat umum (regeling). Keputusan berisi suatu penetapan
atau
keputusan
(beschicking)
sifatnya individual, final, dan konkret.
24
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
yang
Komisi Informasi Pusat
2) Perbedaan cara melawannya: Upaya
hukum
untuk
melawan/menggugat
peraturan dilakukan melalui mekanisme pengujian peraturan perundang-undangan (judicial review). Untuk undang-undang melalui MK sedang untuk peraturan perundang-undangan dibawah undangundang
melalui
MA.Upaya
hukum
untuk
melawan/membatalkan keputusan (keputusan tata usaha negara) dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
3) Perbedaan kekuatan berlaku dan mengikatnya: Dengan diundangkannya suatu peraturan di dalam Lembaran
Negara
atau
Berita
Negara,
maka
peraturan tersebut memiliki daya berlaku dan mengikat
umum
(binding
force)
sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 87 UU P3 “Peraturan Perundang-undangan
mulai
mempunyai
mengikat
kekuatan
berlaku pada
dan tanggal
diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan
Perundang-undangan
yang
bersangkutan. ”Hal tersebut dimaksudkan agar semua orang mengetahui adanya peraturan yang dimaksud sehingga dengan demikian berlakulah asas fiksi hukum “Iedereen wordht geacht de wet te kennen.” Suatu
keputusan/ketetapan
(beschikking)
tidak
dipersyaratkan untuk diundangkan dalam Lembaran Negara
atau
Berita
Negara
karena
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
25
Komisi Informasi Pusat
keputusan/ketetapan
tidak
dimaksudkan
untuk
berlaku dan mengikat umum. Dari penjelasan-penjelasan diatas jelaslah bahwa harus dibedakan antara peraturan dan keputusan. Karena keduanya memiliki perbedaan yang prinsip, baik dari segi isi, penggunaan, serta kekuatan berlaku dan mengikatnya. Dalam draft yang diajukan oleh KI Provinsi Sumuatera Utara ini, jika dicermati substansi dan ruang lingkupnya jelas-jelas berisi materi muatan yang bersifat pengaturan, berlaku dan mengikat umum. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan diatas maka disimpulkan
bahwa
draft
yang
dimaksud
mengandung kesalahan formil karena menuangkan norma hukum yang bersifat pengaturan ke dalam sebuah
Keputusan
Ketua
KI
Pusat.
Kesalahan/kekeliruan ini tentu akan berimplikasi pada
keabsahan
ditetapkan
nanti.
draft
yang
dimaksud
Kesalahan/kekeliruan
ketika
prosedur
pembentukan kaidah hukum akan berimplikasi pada keabsahan
kaidah
yang
dimaksud.
Sebagaimana
dijelaskan oleh Pasal 31A UU No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung (Perubahan Kedua), bahwa kesalahan/kekeliruan peraturan/kaidah dibatalkannya
formil
hukum
kaidah
yang
dari
dapat
suatu
menyebabkan
dimaksud
melalui
pengujian formil (formil review) di Mahkamah Agung.
26
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
Materi Muatan (Materiil Review) 1. Hubungan antar Pusat dan Daerah Draft yang diajukan berisi materi muatan yang bersifat pengaturan (regelenrechts) serta berlaku dan mengikat umum karena tidak hanya mengatur antara Komisi Informasi Pusat dengan Komisi Informasi Provinsi dan/atau Komisi Informasi Kabupaten/Kota tetapi juga pemangku kekuasaan legislatif dan eksekutif tingkat yang bersangkutan. Dalam
Undang-Undang
tentang
Pemerintahan
No.
32
Tahun
Daerah
(UU
2004
Pemda)
dijelaskan bahwa pemerintahan daerah mengatur dan
mengurus
sendiri
urusan
pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Urusan
pemerintahan
yang
menjadi
urusan
Pemerintah (Pusat) berdasarkan Pasal 10 ayat (3) UU Pemda adalah politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan
agama.
Diluar
sebagaimana Pemerintah sebagian
yang
pemerintahan
dimaksud
dapat
urusan
urusan
diatas,
menyelenggarakan pemerintahan,
maka sendiri
melimpahkan
sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku
wakil
Pemerintah,
atau
menugaskan
sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa berasarkan asas tugas pembantuan. Sehingga hal-hal diluar itu merupakan bersangkutan.
hak Pasal
otonomi 25
UU
daerah Pemda
yang juga
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
27
Komisi Informasi Pusat
menegaskan tugas dan wewenang serta kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah baik yang pokok
maupun
hal
lainnya
sesuai
dengan
peraturan perundang-undangan. Seiring dengan perkembangan konsep trias politica yang menghendaki pemisahan murni tiga fungsi kekuasaan yaitu eksekutif, legistatif, dan yudikatif saat
ini
mulai
bergeser
ke
arah
penciptaan
struktur organisasi negara yang lebih responsif, efektif,
dan
pelayanan
efisien publik
penyelenggaraan menimbulkan negara
dan
menyelenggarakan mencapai
Pemerintahan.
perubahan
termasuk
kelembagaan
dalam
struktur
bentuk-bentuk
baru.
tujuan
Hal
ini
organisasi dan
Lembaga-lembaga
fungsi baru
tersebut biasa disebut sebagai state auxiliary organs atau auxiliary institution, yang merupakan lembaga negara yang bersifat penunjang. Komisi Informasi
termasuk
dalam
lembaga
negara
penunjang yang fungsinya sebagai pengatur dan fungsi penghukuman secara bersamaan (mixfunction). Dalam menjalankan tugas fungsinya sebagai lembaga negara penunjang, antara Komisi Informasi Pusat dengan Komisi Informasi Provinsi maupun Komisi Informasi Kabupaten/Kota tidak memiliki hubungan subordinatif melainkan hanya hubungan koordinatif. Hal ini telah ditegaskan pada Bab VII Bagian Kedua UU KIP.
28
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
Ciri-ciri hubungan pemerintahan yang bersifat vertikal atau subordinasi antara lain adanya hak banding administratif dan keuangan yaitu dalam hal pemasukan terikat pada dana dari pemerintah pusat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan subordinatif antara Komisi Informasi Pusat dengan Komisi Informasi Provinsi maupun Komisi Informasi Kabupaten/ Kota. Dalam praktiknya, setiap putusan Komisi Informasi memiliki kekuatan mengikat yang sama dan pengajuan bandingnya atau keberatan adalah ke Pengadilan yang berwenang (Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tata Usaha Negara) , bukan ke Komisi
Informasi
diatasnya
(misal
Komisi
Informasi Kabupaten/Kota ke Komisi Informasi Provinsi atau Komisi Informasi Provinsi ke Komisi Informasi Pusat). Begitu juga dalam hal keuangan dan pertanggungjawabannya. Dengan demikian usulan draft Keputusan KI Pusat yang mengatur pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota
akan
penyalahgunaan
wewenang
menimbulkan Komisi
Informasi
Pusat. Penyalahgunaan
wewenang
tersebut
karena
sumber dan cara memperoleh wewenang organ pemerintahan
berkenaan
pertanggungjawaban
yuridis
dari
dengan penggunaan
wewenang tersebut. Wewenang yang diperoleh
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
29
Komisi Informasi Pusat
Komisi Informasi adalah secara atribusi yang berasal dari peraturan perundang-undangan (Bij attributie gaat het om het toekennen van een nieuwe
bevoegdheid).
Dalam
praktik,
mal-
administrasi dapat mencakup melakukan atau tidak
melakukan
didasarkan
tindakan
administrasi
yang
atau
dipengaruhi
oleh
pada
pertimbangan atau perilaku yang tidak wajar. Pertimbangan
yang
tidak
wajar
meliputi
kesewenang-wenangan, sedangkan perilaku yang tidak wajar adalah salah melihat aturan atau prosedur yang relevan dan keliru mengambil pertimbangan yang relevan. Kesimpulannya
adalah
tidak
ada
hubungan
subordinasi antara Komisi Informasi Pusat dengan Komisi
Informasi
Provinsi
maupun
Komisi
Informasi Kabupaten/Kota, melainkan hubungan koordinatif dalam penerapan peraturan-peraturan turunan UU KIP, sehingga Komisi Informasi Pusat tidak dapat memerintahkan lembaga pemangku kekuasaan legislatif dan eksekutif tingkat yang bersangkutan
karena
akan
menimbulkan
penyalahgunaan wewenang (mal-administrasi) dan hal ini juga bertentangan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Penafsiran Pasal 33 UU KIP Pasal 33 UU KIP “Anggota Komisi Informasi diangkat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat 30
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
diangkat
kembali
untuk
satu
periode
berikutnya.” Adanya pembatasan kekuasaan yang tertuang dalam Pasal 33 UU KIP adalah 4 (empat) tahun merupakan
penerapan
asas
demokrasi
yaitu
pembatasan pemerintah secara konstitusional.Eric Nrendt
dalam
buku
An
Introduction
to
Constitution Law mengatakan konstitusionalisme merupakan suatu paham yang membatasi tugas pemerintah
melalui
suatu
konstitusi.
Ahli
konstitusi Jepang, Naoki Kaboyasi mengatakan konstitusi atau Undang-Undang Dasar memiliki tujuan merumuskan cara untuk membatasi dan mengendalikan kekuasaan politik untuk menjamin hak-hak rakyat. UUD 1945 Pasal 28 F merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia dan dasar dikeluarkannya UU KIP karena pasal tersebut menerangkan bahwa setiap orang
berhak
memperoleh
untuk
informasi
berkomunikasi untuk
dan
mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari,
menyimpan, informasi
memperoleh,
mengolah,
dengan
dan
menggunakan
memiliki,
menyampaikan segala
jenis
saluran yang tersedia. Jaminan hak asasi dalam UUD merupakan mandat kepada Pemerintah dan DPR untuk menjabarkannya lebih lanjut dalam berbagai perundang-undangan pelaksanaan agar menjadi operatif. Hal ini juga ditujukan agar Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
31
Komisi Informasi Pusat
rumusan konstitusi dalam Pasal 28 F UUD 1945 tidak menjadi sekedar moral rights dan possession of a right, tetapi juga sebagai positive rights dan exercise of right (Muhammad Yasin, 2007:142143). Selain hak atas informasi, dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) setiap orang juga memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan. Pasal 43 ayat (2) dan (3) UU HAM menyebutkan bahwa: “(2) Setiap warga negara berhak turut serta dalam
pemerintahan
dengan
langsung
dipilihnya dengan bebas, menurut cara yang ditentukan
dalam
peraturan
perundang-
undangan. (3) Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap jabatan pemerintahan.” Pemahaman
dari
pasal
diatas
dikorelasikan
dengan pengangkatan dan penghentian anggota Komisi Informasi adalah bahwa ketika anggota Komisi Informasi yang hendak diangkat kembali, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 UU KIP yang bersangkutan harus juga mengikuti tata cara pengangkatan sesuai dengan ketentuan yang ada sebagaimana calon lainnya dan hal ini sudah sangat mengakomodir 32
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
amanat yang tertuang dalam UUD 1945 serta UU HAM.
Hal
tersebut
pasal-pasal
menunjukkan
mengenai
keterkaitan
pengangkatan
dan
pemberhentian anggota Komisi Informasi karena untuk dapat diangkat kembali harus merujuk pada persyaratan pengangkatan sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 30 UU KIP. Berikut
ini
merupakan
tafsiran
implementatif
terhadap Pasal 30 UU KIP Pasal
30
ayat
(1)
UU
KIP
syarat-syarat
pengangkatan anggota Komisi Informasi: Huruf
a
b
Bunyi warga
Tafsir Implementatif
negara antara lain dapat dibuktikan
Indonesia
dengan kartu tanda penduduk
memiliki integritas dan tidak tercela
tidak
antara lain dapat dibuktikan dengan
surat
keterangan
catatan kepolisian
pernah
dipidana
c
karena antara lain dapat dibuktikan melakukan tindak dengan surat keterangan pidana yang catatan kepolisian diancam pidana
dengan 5
(lima)
tahun atau lebih d
memiliki
upaya
yang
terukur
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
dan
33
Komisi Informasi Pusat
pengetahuan dan obyektif untuk mengetahui pemahaman
di pengetahuan
dan
bidang
pemahaman calon Anggota
keterbukaan
Komisi Informasi di bidang
Informasi Publik keterbukaan sebagai dari
Informasi
bagian Publik yaitu
hak
dengan
cara
asasi melakukan uji kemampuan
manusia
dan (tes potensi) secara tertulis
kebijakan publik
dengan
substansi
keterbukaan
informasi
publik.
e
memiliki
antara lain dapat dibuktikan
pengalaman
dengan
dalam
SK
aktivitas Anggaran
Badan Publik
keanggotaan,
Dasar
Rumah
Tangga Badan Publik
bersedia melepaskan keanggotaan f
dan
jabatannya dalam Badan
Publik
apabila
diangkat
menjadi
anggota
dapat
dibuktikan
dengan
surat pernyataan yang dbuat sendiri oleh calonnya
Komisi Informasi
3. Uji Kepatutan dan Kelayakan Terkait dengan pasal lain yang merupakan bagian dari pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Informasi dapat dijabarkan sebagai berikut: 34
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
Pasal 31 ayat (2) UU KIP “Dewan
Perwakilan
Rakyat
Republik
Indonesia memilih anggota Komisi Informasi Pusat melalui uji kepatutan dan kelayakan. Pasal 32 ayat (2) UU KIP “Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan/atau kabupaten/kota memilih anggota Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi
kabupaten/kota
melalui
uji
kepatutan dan kelayakan.”
Pada Pasal 31 dan 32 UU KIP dijelaskan tentang tahap fit and proper test (uji kepatutan dan kelayakan).
Secara
terminologi
kata
“fit”
dan
“proper” dalam bahasa inggris adalah kata sifat yang memiliki arti sama, yaitu pantas, patut, atau layak. Sehingga secara sederhana banyak yang mengartikan Fit and Proper Test sebagai tes kepantasan,
kepatutan
dan
kelayakan,
yang
dipadatkan dalam kalimat tes kemampuan dan kepatutan. Secara praktikal, Fit and Proper Test adalah rangkaian proses yang berupaya memastikan calon pemimpin
memiliki
kompetensi
yang
dipersyaratkan. Untuk melengkapinya sebaiknya juga ada tes potensi selain tes kompetensi. Tes potensi dimaksudkan untuk melihat karakter atau bakat apa yang terdapat dalam diri seseorang, sementara tes kompetensi menggambarkan apa Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
35
Komisi Informasi Pusat
yang sudah ada dalam diri mereka dan mucul sebagai perilaku. Dari
penjabaran
kepatutan
dan
pengertian
mengenai
kelayakan
diatas
Uji yang
sesungguhnya merupakan rangkaian dari beberapa tes, maka sudah tepat dalam UU KIP telah mengatur
tentang
pengangkatan
dan
pemberhentian anggota Komisi Informasi dalam beberapa pasal yang antara satu dengan lainnya merupakan satu rangkaian. Dengan kata lain, bahwa pasal 30 UU KIP yang mengatur tentang syarat pengangkatan anggota Komisi Informasi dapat ditafsirkan sebagai tes potensi, sedangkan pasal 31 dan pasal 32 dapat ditafsirkan sebagai tes kompetensi. Peran DPR atau DPRD sebagai pelaksana dalam uji kepatutan dan kelayakan anggota Komisi Informasi sesuai dengan UU KIP, tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
demokrasi
dan
menimbulkan
berbagai bentuk perubahan yang lebih memperluas kebebasan masyarakat dan mempersempit ruang lingkup penguasa, sehingga Dewan Perwakilan Rakyat dapat ikut campur dalam hak prerogatif Presiden
untuk
menentukan
seorang
pejabat
publik. Namun demikian, dalam pelaksanaannya terkait dengan pengertian bahwa uji kepatutan dan kelayakan adalah suatu rangkaian tes bagi calon pejabat,
maka
untuk
pengujian
tes
potensi
diserahkan kepada para pakar di bidangnya yang 36
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
lazim
disebut
sebagai
Panitia
Seleksi.Dengan
demikian, dalam uji kepatutan dan kelayakan merupakan momen untuk mengkonfirmasi dan membuktikan hasil tes potensi. Sehingga proses demokrasi benar-benar telah dilaksanakan karena para
penguji
baik
tes
potensi
maupun
tes
kompetensi dilakukan oleh pihak yang berbeda. Di
sisi
lain
dengan
menerapkan
prinsip
pemerintahan yang baik (Good Governance) dan secara filosofis bahwa UU KIP lahir sebagai wujud dari negara yang menganut demokrasi, maka penerapan
aturan
pengangkatan
dan
pemberhentian anggota Komisi Informasi sesuai dengan
aturan
yang
ada
adalah
untuk
menghilangkan persepsi pemerintahan yang penuh dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam UU KIP sudah sangat jelas diatur bahwa untuk
pengangkatan
calon
anggota
Komisi
Informasi harus melalui tahapan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30, 31, dan 32 UU KIP. Hal ini sesuai dengan makna sesungguhnya dari fit and proper test yang seharusnya dilakukan secara periodik atau waktu-waktu tertentu. Dalam konteks ini pula, Carl von Savigny mencetuskan mengenai
Mahzab
Sejarah
(historical
jurisprudence) yaitu aliran hukum yang konsepnya bahwa hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang
bersama-sama
dengan
masyarakat.Pengetahuan dan pemahaman calon Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
37
Komisi Informasi Pusat
anggota Komisi Informasi terhadap hukum yang terus hidup dan berkembang (living law) tetap harus dilakukan penilaian.Jadi, penting untuk tetap dilakukannya tes atas pengetahuan dan sekaligus uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test). Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan analisis Formil Review diperoleh hasil bahwa draft yang dimaksud mengandung kesalahan formil karena menuangkan norma hukum yang bersifat pengaturan ke dalam sebuah Keputusan Ketua KI Pusat. Kesalahan/kekeliruan ini tentu akan berimplikasi pada keabsahan draft yang dimaksud ketika ditetapkan nanti. Kesalahan/kekeliruan prosedur pembentukan kaidah hukum akan berimplikasi pada keabsahan kaidah yang dimaksud. Sebagaimana dijelaskan oleh Pasal 31A UU No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung (Perubahan Kedua), bahwa kesalahan/kekeliruan formil dari suatu peraturan/kaidah hukum dapat menyebabkan dibatalkannya kaidah yang dimaksud melalui pengujian formil (formil review) di Mahkamah Agung. Berdasarkan analisis Materiil Review diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan subordinasi antara Komisi Informasi Pusat dengan Komisi Informasi Provinsi maupun Komisi Informasi Kabupaten/Kota, melainkan hubungan koordinatif dalam penerapan peraturan-peraturan turunan UU KIP, sehingga Komisi Informasi Pusat tidak dapat memerintahkan lembaga pemangku kekuasaan legislatif dan eksekutif tingkat yang bersangkutan karena akan menimbulkan penyalahgunaan wewenang (mal-adminitrasi) dan bertentangan dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Penafsiran Pasal 33 UU KIP harus dikaitkan dengan Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 UU KIP, dan juga mengharmonisasikan dengan UUD 1945 Pasal 28 F dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM Pasal 43 ayat (2) dan (3). Melalui analisis Formil Review dan Materiil Review Komisi Informasi Pusat tidak dapat menindaklanjuti draft usulan yang diajukan oleh Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara karena tidak sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan.
38
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
5. Kajian Kelembagaan Sekretariat KI Hingga Juli 2015, Komisi Informasi Provinsi yang telah terbentuk adalah sejumlah 27. Komisi Informasi Kabupaten sejumlah 3, dan 1 Komisi Informasi Kota. Namun, dari ke-32 Komisi Informasi yang terbentuk tersebut tidak semuanya memiliki sekretariat dan walaupun sudah ada dukungan sekretariat tetapi jabatannya masih rangkap (ex officio). Kondisi jabatan yang rangkap atau masih melekat disebabkan oleh ketidakjelasan peraturan daerah yang mengaturnya, namun Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (Perki PPSIP) mengatur bahwa kepaniteraan yang bertugas dalam proses penyelesaian sengketa informasi
haruslah
sekretariat
Komisi
Informasi
tersebut. Hal ini yang menyebabkan terhambatnya Komisi Informasi dengan struktur kesekretarian ex officio untuk melaksanakan tugas dan fungsinya yang utama,
yaitu
penyelesaian
sengketa
informasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 23 UU KIP. Untuk
itu
KIPusat
kelembagaan
melakukan
sekretariatKomisi
kajian
mengenai
Informasi
se-
Indonesia untuk melihat bagaimana susunan organ, serta dukungan yang diberikan melalui metodologi wawancara dan pengisian kuesioner oleh Komisi Informasi
di
seluruh
Indonesia
sebagai
responden.Rangkaian kajian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yang terdiri dari kegiatan penyusunan instrumen pengumpulan data, dilanjutkan dengan Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
39
Komisi Informasi Pusat
pengumpulan data secara langsung di 2 (dua) lokasi Komisi Informasi Provinsi dan pengumpulan data secara tidak langsung kepada Komisi Informasi seIndonesia termasuk Komisi Informasi Pusat, setelah pengumpulan data dilakukan maka hasil tersebut akan dikaji melalui diskusi yang akan mendatangkan para
ahli
di
bidang
struktur
kesekretariatan,
kemudian dilanjutkan dengan konsinyasi hasil kajian, dan diakhiri dengan diskusi publik dalam rangka mensosialisasikan hasil kajian baik kepada Komisi Informasi di daerah maupun instansi terkait. Dengan disusunnya kajian kelembagaan sekretariat Komisi
Informasi,
tidak
hanya
bermanfaat
bagi
internal Komisi Informasi baik di pusat maupun di daerah tapi juga akan bermanfaat bagi eksternal antara lain instansi yang terkait dan juga masyarakat luas. Pengumpulan data kelembagaan Komisi Informasi seIndonesia guna mencari data dan dokumen yang dibutuhkan dalam kajian ini dilakukan dengan cara penyebaran
kuesioner
kepada
seluruh
Komisi
Informasi se-Indonesia dengan lingkup pertanyaan mengenai kesekretariatan. Selain itu juga dilakukan pengumpulan data langsung kepada Komisi Informasi Provinsi
Kepulauan
Riau
dan
Komisi
Informasi
Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan ini dilakukan karena Komisi Informasi Provinsi Kepulauan Riau sebagai salah
satu
locus
pengumpulan
data
karena
merupakan salah satu dari 8 Komisi Informasi 40
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
Provinsi tertua dilihat dari tahun pembentukannya dan telah melalui proses seleksi Anggota Komisi Informasi Provinsi untuk periode berikutnya serta mewakili Komisi Informasi Provinsi dari wilayah Barat.
Pemilihan
Komisi
Informasi
Provinsi
DKI
Jakarta sebagai salah satu locus penelitian karena merupakan Komisi Informasi yang berada di wilayah Ibu Kota Negara dan didukung oleh Pemerintah Provinsi yang sangat maju serta mewakili Komisi Informasi Provinsi dari wilayah Tengah. Selain pengumpulan data kelembagaan, kajian ini juga dilakukan kegiatan diskusi ahli ini bertujuan untuk
menambah
referensi
mengenai
struktur
kelembagaan yang ideal bagi Komisi Informasi dari sudut
pandang
Kementerian
Dalam
Negeri
dan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan membahas hasil pengumpulan data pada Komisi Informasi se-Indonesia yang telah dilakukan. Setelah dilakukan pengumpulan data dan diskusi dengan
ahli,
kegiatan
dilanjutkan
dengan
mengkolaborasikan data-data yang didapat dalam bentuk Kajian Kelembagaan Kesekretariatan Komisi Informas Se-Indonesia yang kemudian dilakukan diseminasi terhadap hasil Kajian tersebut. 6. Penyusunan
SOP
tata
kelola
KI
Pusat
bekerjasama dengan AIPD yang dilaksanakan oleh Pattiro
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
41
Komisi Informasi Pusat
Kegiatan
penyusunan
Standard
Operational
Procedures (SOP) tata kelola Komisi Informasi Pusat dilakukan di Bogor selama tiga hari, tanggal 20 – 22 Februari 2014 yang dilakukan bekerja sama dengan AIPD yang dilakasanakan oleh Patiro.Adapun tujuan dilakukannya penyusunan SOP ini adalah untuk menciptakan keteraturan kerja pada jajaran staff kesekretariatan
Komisi
Informasi
Pusat
dalam
mencapai tujuan lembaga secara efektif dan terarah. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan pejabat struktural dan staff di sekretariat Komisi Informasi sebagai pelaksana dari SOP tersebutyang terdiri dari Tenaga Ahli, Asisten Ahli dan staff administrasi sebagai
pelaksana dari
SOP
yang
disusun
dan
didampingi oleh Komisioner Bidang Kelembagaan Evy Trisulo Dianasari. Sebelum
memulai
dilakukan
penyusunan
penjabaran
mengenai
terlebih
dahulu
teori-teori
yang
berkenaan dengan cara penyusunan Setelah
itu,
SOP. dilakukan
inventaris pekerjaan dari masing-masing sesuai pokok
peserta
dengan dan
Daftar
tugas
fungsinya. inventaris
tersebut yang kemudian dibuatkan
alur Standard OperasionalProsedure Asisten Ahli
42
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
prosedurnya dalam bentuk SOP. Kegiatan ini menghasilkan 30 draft SOP untuk beberapa bagian yakni bagian Umum, Penyelesaian Sengketa
dan
Tenaga
Ahli
serta
Asisten
Ahli.
Meskipun jumlah draft tersebut masih belum dapat mencakup
seluruh
kegiatan,
namun
diharapkan
dapat tetap maksimal dilaksanakan sebagai acuan prosedur bekerja di sekretariat Komisi Informasi Pusat. 7. Penyusunan Renstra 2014 – 2019 bekerjasama dengan Indonesia Parlementary Centre (IPC) Penyusunan
Rencana
Strategis
(Renstra)
Komisi
Informasi Pusat dipandang perlu untuk dilaksanakan dengan segera karena terkait dengan penyusunan arah kebijakan Komisi Informasi Pusat pada masa kerja 2013 – 2017.
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
43
Komisi Informasi Pusat
Kegiatan penyusunan Renstra Komisi
Informasi
Pusat 2013 – 2017 dilakukan
oleh
7
(tujuh) Anggota Komisi Informasi yang difasilitasi oleh Indonesian
Parli Parliamentary
yang
Center
diselenggarakan pada tanggal 19-21 19 Maret 2014 bertempat di Serpong. Kegiatan
ini
didahului
dengan
pemetaan
dan
pemahaman akan kondisi Komisi Informasi yang aktual oleh seluruh Anggota Komisi Informasi. Hal ini dimaksudkan
agar didapat
pemahaman bersama
terhadap situasi, kondisi, dan posisi Komisi Informasi sehingga didapatkan kekuatan internal dan peluang eksternal yang dimiliki guna mengatasi tantangan yang ada serta dapat mewujudkan visi misi yang telah dirumuskan.
Visi
yang
telah
tersusun
tersebut
kemudian
dijabarkan dalam misi untuk lebih dapat merinci kekuatan untuk mewujudkan visi tersebut.Rumusan misi yang telah tersusun juga dijabarkan dengan 44
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
rumusan indikator capaian untuk masing-masing misi per tahunnya, yang dimulai dengan tahun 2014 hingga tahun 2017. Penjabaran capaian indikator per tahunnya nantinya dalam
pelaksanaanya
tertuang
dalam
bentuk
kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan yang dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat, terutama, lebih focus mengarah dalam mewujudkan visi misi. Oleh karenanya, pada hari terakhir kegiatan tersebut, diperkenalkanlah hasil-hasil kegiatan penyusunan renstra
kepada
segenap
jajaran
kesekretariatan
Komisi Informasi Pusat. 8. Forum Group Discussion Pengujian Konsekuensi Komisi Informasi sebagai lembaga yang berwenang dan bertugas untuk menetapkan Petunjuk Teknis Standar Layanan Informasi maka Komisi Informasi Pusat juga berkewajiban membuat regulasi mengenai pengujian
konsekuensi
karena
uji
konsekuensi
merupakan salah satu tahapan dalam proses layanan informasi publik yang dilakukan oleh setiap Badan Publik termasuk Komisi Informasi sendiri. Hal ini secara jelas tertuang dalam UU KIP dimana Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU KIP dengan seksama dan penuh ketelitian
sebelum
menyatakan
Informasi
Publik
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
45
Komisi Informasi Pusat
tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap Orang (Pasal 19 UU KIP). Pengujian
konsekuensi
memperhatikan
harus
asas-asas
dilakukan
dalam
UU
dengan
KIP
yaitu
bersifat ketat, terbatas dan pertimbangan tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta pertimbangan seksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya (Pasal 2 UU KIP). Mengingat pentingnya pengujian konsekuensi untuk mencegah
informasi-informasi
yang
dapat
membahayakan negara maka perlu diatur dalam suatu regulasi yang rigid dan seragam bagi seluruh Badan Publik di Indonesia, agar tidak ada perbedaan tafsir
maupun
pengecualiannya.
standar Atas
dalam
melakukan
permasalahan
diperlukan Focus Group
Discussion
tersebut
tentang Uji
Konsekuensi untuk melihat metode dan tahapan dalam
melakukan
uji
konsekuensi
pada
Badan
Publik. III.
Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi 1. Penganugerahan dan Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik tahun 2013 Komisi
Informasi
menyelenggarakan 46
Pusat
telah
Penilaian Mandiri
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
empat
kali
Keterbukaan
Komisi Informasi Pusat
Informasi Publik. Pada tahun 2011, 2012, dan 2013 kegiatan ini dinamakan Monitoring dan Evaluasi Keterbukaan Informasi Publik. Kemudian pada tahun 2014 dinamakan Pemeringkatan Badan Publik yang pelaksanaannya
oleh
Bidang
Tugas
Sosialisasi,
Edukasi dan Advokasi. Oleh karena itu, laporan ini hanya menjabarkan kegiatan penganugerahan dan penilaian mandiri keterbukaan informasi publik yang dilaksanakan pada tahun 2013 oleh Bidang Tugas Kelembagaan. Dengan
memperhatikan
beberapa evaluasi
pasca
kegiatan di tahun sebelumnya, Komisi Informasi Pusat
melakukan
perbaikan
instrumen penilaian
dengan menyeluruh pada kegiatan penilaian mandiri keterbukaan informasi publik tahun 2013. Selain itu, evaluasi juga mencakup kemudian
turut
peserta/responden yang
melibatkan
Badan
Usaha
Milik
Negara dan Partai Politik yang sebelumnya hanya terdiri dari unsur Pemerintahan, baik di tingkat Pusat maupun Provinsi. Penilaian
Mandiri
Keterbukaan
Informasi
Publik
tahun 2013 merupakan pertama kalinya penilaian yang dilakukan dengan menggunakan instrumen Penilaian
Kuesioner
Mandiri
(Self-Assessment
Questioner). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan Badan Publik penilaian sendiri berkenaan dengan pelaksanaan
keterbukaan
informasi
publik
pada
institusinya. Namun, penilaian sendiri yang dilakukan oleh Badan Publik juga akan dinilai oleh Tim Penilai Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
47
Komisi Informasi Pusat
dari
Komisi
persesuaian
Informasi
Puat
pelaksanaan
dengan
Keterbukaan
melihat Informasi
Publik yang sesuai dengan UU KIP dan Perki 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Informasi Publik. Proses
Penilaian
Mandiri
Keterbukaan
Informasi
Publik dimulai dengan menyebarluaskan kuesioner ke 323 Badan Publik dan yang mengambilkan sebanyak 123 Badan Publik (baca table di bawah) untuk diisi secara mandiri kuesioner yang telah disiapkan oleh Tim Penilai Mandiri.
Adapun
Kuesioner yang telah
dikirim ke Badan Publik terdiri atas 27 pertanyaan yang bersifat penilaian mandiri, dengan kluster bobot penilaian sebagai berikut: (i) Informasi Dasar, dengan bobot penilaian 10%, (ii) Kewajiban Badan Publik untuk
Menyediakan
Informasi,
dengan
bobot
penilaian 20%, (iii) Kewajiban Badan Publik untuk Mengumumkan Informasi, dengan bobot penilaian 30 %, dan
(iv)
Pelayanan
Informasi, dengan
bobot
penilaian 40%. No
KategoriBadan Publik
1
Pemerintahan
2
Provinsi
3
BUMN
4
Partai Politik Nasional
Jumlah
48
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Kirim
Kembali
140
51
34
12
137
59
12
1
323
123
Komisi Informasi Pusat
Setelah kuesioner dikembalikan sesuai jangka waktu yang ditentukan, Tim Penilai kemudian malakukan verifikasi
dokumen
pembuktian
pada
yang
website
dilampirkan Badan
Publik
dan untuk
menghasilkan 10 Badan Publik teratas per kategori untuk dilakukan visitasi. Hasil dari visitasi kepada Badan Publik per kategori, kemudian menghasilkan peringkat
1 sampai 10.
Adapun yang mendapat peringkat 1 sampai 3 per kategori
adalah
pemerintahan,
sebagai
peringkat
Keuangan dengan nilai
berikut: (1)
untuk
kategori
adalah
Kementerian
84,516, (2)
Kementerian
Pekerjaan Umum dengan nilai 80,291, dan (3) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dengan nilai
77,722; Untuk peringkat kategori
Provinsi, peringkat (1) diraih oleh Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai 56,832, (2) Provinsi Jawa Timur dengan nilai 52,442, dan (3) Provinsi Aceh dengan nilai 52,004; Untuk kategori BUMN peringkat (1) yaitu PT. Perusahan Listrik Negara dengan nilai 74,092 , peringkat (2) PT. Bio Farma dengan nilai 60,652, dan peringkat (3) PT. Taspen dengan nilai 57,696. Puncak Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik
adalah
penghargaan
atau
dengan
diselenggarakannya
penganugerahan
Keterbukaan
Informasi Publik yang digelar Komisi Informasi Pusat pada Kamis, 12 Desember 2013 di Kantor Istana Wakil Presiden dan pemberian anugerah kepada Badan Publik langsung diberikan oleh Wakil Presiden Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
49
Komisi Informasi Pusat
RI Boediono didampingi Ketua Komisi Informasi Pusat Abdulhamid Dipopramono dan Menteri Komunikasi dan Informatikan Tifatul Sembiring. Komisi Informasi Pusat dalam melakukan Penilaian Mendiri Keterbukaan Informasi Publik menggunakan Skala Nilai Keterbukaan Informasi dari 0 samapi 100. Dengan
demikian
semakin
besar
nilai
yang
didapatkan Badan Publik maka tingkat kepatuhan Badan Publik terhadap Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik semakin tinggi. Dari Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik tahun 2013, Komisi Informasi Pusat berdasarkan hasil penilaian self assessment dan verifikasi, nilai rata-rata keterbukaan informasi Badan Publik per kategori sebagai berikut: nilai rata-rata keterbukaan informasi Kategori BP Pemerintahan adalah 49,309; nilai rata-rata BP Provinsi adalah 42,722; dan nilai rata-rata Kategori BP BUMN adalah 38,070. Melihat
hasil
tersebut,
Komisi
Informasi
Pusat
berpendapat bahwa tingkat kepatuhan Badan Publik untuk mengimplementasikan UU KIP masih belum maksimal, dimana bahkan belum mencapai nilai setengah atau 50% dari Kewajiban Badan Publik sesuai dengan yang diamanatkan UU KIP. Oleh karena itu, Komisi Informasi Pusat mendorong Badan Publik agar terus memacu implementasi UU KIP.
50
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
2. Kerjasama antar lembaga (MoU) Di tahun 2014 telah dilakukan 3 (tiga) MoU antar kelembagaan yaitu MoU Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Komisi
Penandatanganan MoU KIP dengan Kementerian Pemuda & Olahraga, Jakarta, 25 Maret 2015
Penandatanganan MoU KIP dengan Ombudsman RI Jakarta, 5 Mei 2015
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
51
Komisi Informasi Pusat
Informasi
Pusat
(KIP)
Pelaksanaan Kampanye
tentang Pemilihan
Kepatuhan Umum
Melalui
Media Penyiaran yang ditanda tangani pada tanggal 28 Februari 2014. Tahun 2015 KIP telah melakukan 2 (dua) MoU, yaitu pada tanggal 25 Maret 2015 MoU Kementerian Pemuda
dan
Olahraga
dengan
KIP
tentang
keterbukaan informasi publik di bidang kepemudaan, keolahragaan, dan kepramukaan. Tujuan dari nota kesepahaman keterbukaan pembinaan
ini
adalah
informasi dan
untuk
publik
pengembangan
mewujudkan
dalam
rangka
kepemudaan,
keolahragaan dan kepramukaan yang partisipasif, meluas dan akuntabel.
Kunjungan Konsultasi DPR Papua Barat ke Komisi Infomasi Pusat Jakarta, 18 Juni 2015
MoU yang kedua yaitu antara Ombudsman RI dengan KI Pusat yang dilaksanakan pada 5 Mei 2015 tentang
52
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
peningkatan pengawasan pelayanan publik dalam rangka mewujudkan keterbukaan informasi publik. Maksud dari nota kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan kerjasama, koordinasi, dan sinergi antara Ombudsman RI dengan KIP, dengan tujuan untuk mewujudkan pelayanan publik yang prima secara efektif sesuai dengan kewenangan masingmasing. Bentuk
kerjasama
KIP
dengan
lembaga
Negara
lainnya tidak saja ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepakatan (Memorandum of Understanding) tetapi juga dilakukan dengan kegiatan audiensi dan konsultasi berkenaan dengan kelembagaan Komisi Informasi.(Tabel 1.) Selain penandatanganan yang telah disebutkan di atas, KI Pusat juga merintis MoU dengan Kepolisian RI. Markas Besar Kepolisian RI (Mabes Polri) dan Komisi Informasi Pusat telah memulai hubungan baik dan pembahasan draf kerjasama sejak tahun 2013. Secara umum, draf kerjasama akan membahas 16 pasal
dengan tiga poin penting kesepakatan yaitu
penandatanganan
sengketa
informasi
publik,
peningkatan sumber daya manusia, serta penelitian dan
pengkajian. Saat
ini, draf kerjasama telah
memasuki tahap finalisasi akhir yang telah disetujui kedua belah pihak. MoU akan segera ditandatangani setelah pergantian kepemimpinan di Mabes Polri rampung.
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
53
Komisi Informasi Pusat
3. Pengembangan Jaringan Kelembagaan dan Kerja Sama Organisasi Internasional Pengembagangan jaringan kelembagaan dan kerja sama
organisasi
internasional
merupakan
cara
berperan aktif Komisi Informasi secara dalam dunia sional. Salah satu kegiatan yang dilakukan internasional. adalah terlibat dalam satu kegiatan yang terkait dengan
keterbukaan
informasi
yang
bersifat
internasional. Komisi Informasi Pusat yang diwakili oleh Ketua Abdulhamid Dipopramono, Wakil Ketua John Fresly, ioner Kelembagaan Evy Trisulo mengikuti mengikut dan Komisioner International
Conference
of
Information
Commissioners (ICIC) IX di Santiago, Chile, pada 21 – 23 April 2015. Konferensi
tersebut
University
Extension
yang
bertempat
Center,
di
Catholic
Santiago,
Chile,
su kerja sama dan pertukaran ilmu, mengangkatisu mediasi,
54
komparasi
penerapan
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
kebijakan
Komisi Informasi Pusat
transparansi, dan komparasi jurisprudensi untuk perkara-perkara yang dibahas
mengenai
kompleks. Selain itu dampak
sosial
juga
transparansi
terhadap pemerintah, hak akses informasi untuk kemajuan pembangunan dan keadilan sosial, serta desain
lembaga,
jurisprudensi,
dan
kerja
sama
internasional. Dalam resolusi ICIC IX yang terdiri enam poin tersebut dimuat konklusi dari empat topik yang dibahas dalam empat komisi pada konferensi, final statement yang didasarkan dari konklusi empat komisi,
dan
konferensi
pernyataan
berikutnya.
tempat Final
penyelenggaraan
statement
resolusi
terdiri: 1. Pembentukan didahului
sekretariat
bersama
dengan
steering
kesekretariatan,
dengan
anggota
yang
akan
committe terdiri
dari
Kanada, Indonesia, Skotlandia, Chile, dan Meksiko.
Suasana Sidang ICIC IX di Santiago, Chile
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
55
Komisi Informasi Pusat
2. Menjadikan mediasi sebagai metode utama dalam upaya penyelesaian sengketa informasi. 3. Mendorong adanya model dan metode yang baku dalam
mengimplementasikan
akses
terhadap
untuk
membagi
putusan-putusan
sengketa
Informasi Publik. 4. Membangun informasi
suatu
tentang
jaringan
informasi yang diputuskan oleh masing-masing komisi informasi di berbagai jursidiksi. 5. Pada butir akhir dari resolusi, dengan subtitle Next Meeting, dinyatakan bahwa pertemuan ICIC X tahun 2017 akan dilaksanakan di Bali, Indonesia, dan mengamanatkan Komisi Informasi Indonesia untuk mengorganisasikannya. Kesepakatan yang menyatakan Indonesia menjadi tuan
rumah
penyelenggaraan
International
Conference of Information Commissioners (ICIC) yang ke sepuluh (X) pada tahun 2017 mendatang diperkuat secara legal formal dengan sirkuler “Resolution of the 9th
International
Conference
of
Information
Commissiones, ICIC 2015, Santiago de Chile”. Selain kegiatan diatas, dalam rangka penguatan jaringan kelembagaan dan kerjasama internasional, Komisi Informasi Pusat juga turut aktif berperan serta dalam
penyelenggaraan
dan
pembahasan
Open
Government Indonesia (OGI). OGI merupakan bentuk nasionalisasi Pemerintahan
dari
gerakan
Terbuka
inisiatif
dunia
Kemitraan
atau
Open
Governenment Partnership (OGP). Sebagai bentuk 56
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
peran aktif Komisi Informasi Pusat dalam mengusung keterbukaan informasi publik, KI Pusat bergabung dengan
Tim
Inti
OGI
yang
terdiri
dari
tujuh
Kementerian dan Lembaga Negara. Dalam tiga Rencana Aksi Open Government Indonesia tahun 2014, Komisi Informasi Pusat telah berhasil mencapai target keberhasilan dengan terbentuknya 24 Komisi Informasi Provinsi dan terlaksananya kajian revisi UU KIP. Sedangkan satu capaian yaitu diterbitkannya ketentuan/panduan Komisi Informasi Pusat yang mengatur kriteria pemohon informasi masih dalam tahap pembahasan draf. Di tahun 2015, ukuran keberhasilan Rencana Aksi OGI 2015 dari Komisi Informasi Pusat terdiri dari : Terbentuknya Komisi
Informasi
Daerah
di
33
Provinsi;
Terlaksananya ketentuan/panduan Komisi Informasi Pusat
mengatur
kriteria
pemohon
informasi
di
seluruh Komisi Informasi Provinsi; Diterbitkannya revisi UU KIP; diterbitkannya peraturan turunan atas Revisi UU KIP dan diterbitkannya peraturan tentang mekanisme
sidang
di
luar
kantor
KI
untuk
memudahkan Pemohon yang tempat tinggalnya jauh dari kantor KI. 4. Pendampingan Pembentukan Komisi Informasi Provinsi Komisi
Informasi
adalahlembaga
berfungsi
menjalankan
peraturan
pelaksanaannya
mandiri
yang
undang-undang
dan
menetapkan
petunjuk
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
57
Komisi Informasi Pusat
teknis
standar
layanan
Informasi
Publik
dan
menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi (Pasal 23 UU KIP). Komisi Informasi terdiri atas Komisi Informasi Pusat, Komisi Informasi Provinsi, dan jika dibutuhkan Komisi Informasi kabupaten/kota. Komisi Informasi Pusat berkedudukan di ibu kota Negara, Komisi Informasi provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi dan Komisi Informasi kabupaten/kota berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota. Berdasarkan database status kelembagaan Komisi Informasi di seluruh Indonesia yang dikompilasi oleh Bidang Tugas Kelembagaan, KI Provinsi yang telah terbentuk sampai dengan Juli 2015 adalah sejumlah 27 Komisi Informasi Provinsi, 3 KI Kabupaten dan 1 KI Kota.Sehingga jumlah total Komisi Informasi di seluruh Indonesia adalah 32. Bahkan pada periode 2013-2017, Khususnya tahun 2014-2015 merupakan masa bagi beberapa Komisi Informasi yang umumnya berdiri
pada
tahun
2010
hingga
2011
untuk
melakukan periodisasi anggota Komisi Informasi. Menurut data tersebut terdapat 8 KI Provinsi yang telah dan sedang dalam proses periodisasi (proses seleksi dan penetapan anggota KI periode ke-2) di tahun 2014 dan 4 KI Provinsi serta 1 KI Kabupaten di tahun 2015.
58
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
Keberadaan Komisi Informasi di daerah baik pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota juga perlu mendapat
dukungan dan
perhatian
dari
Komisi
Informasi Pusat. Dukungan dan perhatian tersebut merupakan
bagian
dari
upaya
KI
Pusat
untuk
mendorong terbentuknya Komisi Informasi Provinsi P di seluruh Indonesia sebagai bagian dari usulan B12 Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
59
Komisi Informasi Pusat
Rencana Aksi (Renaksi) Open Komisi
Informasi
Pusat
Government
2015
ditetapkan
oleh
yang
Bappenas. Selain itu, Komisi Informasi Pusat perlu memastikan
dan
masyarakat
terhadap
sebagaimana
memfasilitasi
yang
hak
pemenuhan informasi
tercantum
hak
publik
dalam
Rencana
Strategis Komisi Informasi Pusat 2013-2017, dan berkewajiban
untuk
memastikan
terlaksananya
proses seleksi Komisi Informasi di seluruh Indonesia sesuai aturan yang berlaku yaitu Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 01/KEP/KIP/III/2010 tentang Perubahan atas Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 02/KEP/KIP/X/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi
Informasi
Provinsi
dan
Komisi
Informasi
Kabupaten/Kota. Sehingga, penjelasan diatas yaitu target Renaksi tahun 2015, memastikan terlaksananya Keputusan Ketua
Komisi
Informasi
01/KEP/KIP/III/2010
dan
Pusat
No.
pemenuhan
hak
masyarakat terhadap hak informasi publik, maka dapat
disimpulkan
Kelembagaan
dua
dalam
fokus
upaya
Bidang
Tugas
pembentukan
Komisi
Informasi di seluruh Indonesia, yaitu: 1)
Mempercepat pembentukan Komisi Informasi baru; dan
2)
Memastikan pembentukan
60
terlaksananya Komisi
periodisasi
Informasi
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
yang
dan sesuai
Komisi Informasi Pusat
dengan
Pedoman
Pelaksanaan
Seleksi
dan
Penetapan Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota. Untuk melaksanakan fokus tersebut, secara umum Bidang Tugas Kelembagaan menjalin komunikasi aktif dengan pihak yang berperan dalam pembentukan dan periodisasi
Komisi
Informasi,
yaitu
Pemerintah
Daerah dan DPRD, dan melakukan kunjungan dan konsultasi ke pemerintah daerah. Komunikasi aktif tersebut dilaksanakan untuk meminimalisir adanya pelanggaran
prosedur
seleksi
anggota
KI
sesuai
pedoman seleksi yang berlaku. Khususnya ketentuan mengenai terdapatnya unsur Komisi Informasi yang diatur dalam Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 01/KEP/KIP/III/2010 dalam tim seleksi anggota KI. Untuk memenuhi ketentuan tersebut, anggota
KI
Pusat
Bidang
Tugas
Kelembagaan
melakukan penjaringan calon anggota tim seleksi untuk
menjadi
perwakilan
dalam
unsur
Komisi
Informasi. Setelah dilaksanakannya langkah-langkah tersebut dan ditetapkannya tim seleksi, anggota KI Pusat melalui anggota bidang tugas kelembagaan tetap melakukan komunikasi dan koordinasi efektif dengan Tim Seleksi sebelum dimulainya tahapan seleksi dan selama
pelaksanaan
proses
seleksi
hingga
berakhirnya masa kerja. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap tahapan seleksi yang akan dilaksanakan telah sesuai dan Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
61
Komisi Informasi Pusat
berdasarkan
pedoman
seleksi
sebagaimana
yang
diatur dalam Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 01/KEP/KIP/III/2010. Pembentukan Komisi Informasi Provinsi baru sesuai fokus kegiatan Bidang Tugas Kelembagaan telah dilakukan Komisi Informasi Pusat sejak tahun 2015 melalui
kegiatan
Inisiasi
Pembentukan
Komisi
Informasi Provinsi yang baru dilaksanakan di provinsi Maluku.
Namun,
pendampingan
dan
konsultasi
kepada Pemerintah Daerah maupun DPRD tentang periodiasasi maupun
anggota
KI
pembentukan
Provinsi/Kabupaten/Kota KI
Provinsi
baru
telah
dilaksanakan KI Pusat di setiap tahunnya dengan menerima kunjungan perwakilan Pemerintah daerah maupun DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota di kantor Komisi
Informasi
kunjungan Informasi
dalam daerah
Pusat.
Berikut
rangka
pembentukan
ke
Komisi
rekap
data Komisi
Informasi
Pusat
(Lampiran). Di tahun 2014 dan 2015, Komisi Informasi Pusat telah memberikan pendampingan, koordinasi dan konsultasi kepada Pemerintah Daerah dan DPRD untuk
melaksanakan
periodisasi
anggota
Komisi
Informasi di beberapa daerah, diantaranya KI Banten, KI Kabupaten Bangkalan, KI Papua, KI Sulawesi Selatan
dan
KI
Sumatera
Selatan.
Salah
satu
contohnya, KI Pusat berinisiatif melakukan koordinasi dan
62
komunikasi
dengan
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Pemerintah
Provinsi
Komisi Informasi Pusat
Lampung dalam rangka Seleksi Calon Anggota KI Prov. Lampung periode 2015 - 2019. Kegiatan
tersebut
akuntabilitas
KI
dimaksudkan Pusat
sebagai
terhadap
bentuk
pelaksanaan
Pedoman Seleksi Calon Anggota KI di daerah, serta menggali wacana yang dapat digunakan untuk bahan evaluasi dan perbaikan pedoman seleksi di masa mendatang.
Masalah
yang
ditemukan
dalam
kunjungan tersebut adalah Tim Seleksi meggunakan pedoman seleksi yang sudah tidak berlaku yaitu Keputusan
Ketua
KI
Pusat
Nomor
02/KEP/KIP/X/2009 yang sudah diubah melalui Keputusan
Ketua
01/KEP/KIP/III/2010 Keputusan
Ketua
KI
Pusat
tentang KI
Nomor
Perubahan Pusat
atas Nomor
02/KEP/KIP/X/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi Provinsi
dan
Komisi
Informasi
Kabupaten/Kota.
Melalui kunjungan tersebut, KI Pusat bertujuan untuk memastikan bahwa setiap tahapan seleksi yang akan dilaksanakan telah sesuai dan berdasarkan pedoman seleksi sebagaimana yang diatur dalam Keputusan
Ketua
Komisi
Informasi
Pusat
No.
01/KEP/KIP/III/2010. 5. Asistensi & Konsultasi Kelembagaan Komisi Informasi Provinsi Pada akhir 2014 hingga 2015, terdapat beberapa Komisi Informasi tingkat Provinsi yang baru terbentuk
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
63
Komisi Informasi Pusat
secara kelembagaan1 dan beberapa Komisi Informasi tingkat Provinsi yang telah memasuki periode ke-2.2 Komisi Informasi tingkat Provinsi yang baru terbentuk atau yang memasuki periode ke-2, memerlukan pendampingan dalam melaksanakan tugas dan fungsi KI,
khususnya
dalam
melakukan
penyelesaian
sengketa informasi yang sesuai dengan Perki No. 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, dan kegiatan kelembagaan KI di daerahsebagai salah satu perwujudan dan tindak lanjut fokus tugas Bidang Tugas Kelembagaan terkait dengan keberadaan KI daerah, yaitu target Renaksi tahun 2015dan pemenuhan hak masyarakat terhadap hak informasi publik berdasarkan Renstra 20132017. Sebagai contoh, apakah Komisi Informasi Provinsi dalam melakukan pemanggilan untuk menyelesaikan sengketa informasi sudah dilakukan sesuai dengan peraturan? Hal ini merupakan satu dari beberapa hal masalah kelembagaan yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan penyelesaian sengketa pada Komisi Informasi Provinsi yang menjadi titik berat maksud dan tujuan diperlukannya kegiatan ini. Dengan dilakukan di sekretariat Komisi Informasi Provinsi sebagai tempat menjalankan tugas dan fungsinya sehari-hari secara kelembagaan dan dalam 1
Komisi Informasi Provinsi yang baru terbentuk adalah Komisi Informasi Propinsi Papua, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat. (Data Mei 2015) 2 Komisi Informasi Provinsi yang telah memasuki periode ke-2 yaitu, Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Banten. (Data Mei 2015)
64
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
menyelesaikan Sengketa Informasi Publik, diharapkan segala
permasalahan
yang
terkait
dengan
kelembagaan dan penyelesaian sengketa informasi dapat dilakukan asistensi dan konsultasi secara langsung oleh Komisi Informasi Pusat. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 – 2 Juli 2015, Pukul 09.00 s.d 17.30 WIB, bertempat di Kantor Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat, Jl. Sawo No. 6, Purus 5, Kel. Purus, Kec. Padang Barat, Sumatera Barat. Selain
memberikan
konsultasi
kelembagaan
bagi
Komisi Informasi yang memerlukan pendampingan dalam melaksanakan tugas dan fungsi KI, Komisi Informasi Pusat juga memberikan masukan bagi permasalahan yang dihadapi Komisi Informasi di daerah. Salah satunya adalah permasalah mengenai dugaan pelanggaran kode etik di KI Sumatera Utara. Selain itu, KI Pusat juga turut berperan sebagai penengah dalam permasalahan internal KI Jambi yang menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi KI. Permasalahan yang dihadapi adalah mengenai kondisi hubungan antar Anggota KI dan antara Anggota KI dengan
Sekretariat
kepada
KI
Februari
Pusat
2015.
yang
disampaikan
dalam
kunjungan
Permasalahan
KI
Jambi
tanggal
tersebut
13
diakhiri
dengan disampaikannya dokumen Islah KI Jambi yang menjelaskan kronologis penyelesaian konflik internal yang telah disepakati anggota KI Jambi pada tanggal 23 Juni 2015.
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
65
Komisi Informasi Pusat
6. Audiensi Kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan Lembaga Negara lainnya Sebagai bentuk upaya memperkuat jalinan kerja sama
kelembagaan,
melakukan
Komisi
kunjungan
atau
Informasi audiensi
Pusat dengan
beberapa lembaga negara, yaitu Mahkamah Agung RI dan DPD RI. Kunjungan Komisi Informasi Pusat ke Mahkamah Agung RI yang dilaksanakan pada tahun 2013
bertujuan
untuk
menjalin
kerjasama
dan
hubungan baik antar kedua lembaga. Terlebih dengan telah disahkannya Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Pengadilan yang telah berjalan selama
sekitar
2
tahun
pada
saat
kunjungan
dilakukan. Atas telah berlakunya peraturan tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi atau kajian atas pelaksanaan Perma No. 2 Tahun 2011 yang menjadi tujuan dilakukannya audiensi tersebut.
66
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
LAMPIRAN I No. 1 2 3 4 5
6 7 8 9
10 11
Tanggal 2 Oktober 2014 3 November 2014 3 November 2014 5 November 2014 5 November 2014 5 November 2014 10 November 2014 10 November 2014 10 November 2014 10 November 2014 10 November 2014
Kegiatan Permohonan Audiensi kepada Presiden RI Permohonan Audiensi kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI Permohonan Audiensi kepada Menteri Komunikasi dan Informatika RI Permohonan Audiensi kepada Menteri Dalam Negeri RI Permohonan Audiensi kepada Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas RI Permohonan Audiensi kepada Menteri Sekretaris Negara RI Permohonan Audiensi kepada Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Permohonan Audiensi kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Permohonan Audiensi kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI Permohonan Audiensi kepada Menteri Bidang Perekonomian RI. Permohonan Audiensi kepada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaam RI Permohonan Audiensi kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI
12
10 November 2014
13
3 Maret 2015
Permohonan Audiensi dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
14
22 Juni 2015
Permohonan Audiensi dengan Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI
Tabel 1. Daftar Audiensi & Konsultasi
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
67
Komisi Informasi Pusat
LAMPIRAN II No. 1 2 3 4 5
68
Tanggal 10 April 2014 8 Januari 2015 15 Januari 2015 18 Februari 2015 25 Februari 2015
6
20 Februari 2015
7
6 Maret 2015
8
10 Maret 2015
9
10 Maret 2015
10
10 Maret 2015
11 12
17 Maret 2015 31 Maret 2015
13
29 April 2015
14
30 April 2015
15
4 Mei 2015
16
7 Mei 2015
17
13 Mei 2015
18
19 Mei 2015
Kegiatan Kunjungan Kerja Komisi Informasi Provinsi Kepulauan Riau Kunjungan kerja DPRD Provinsi Banten Kunjungan kerja DPRD Provinsi Banten Konsultasi Dishubkominfo Pemerintah Provinsi Banten Kunjungan kerja DPRD Kepulauan Bangka Belitung Rekomendasi anggota Tim Seleksi mewakili KIP – Pemerintah Provinsi Maluku Permohonan Konsultasi dari Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Sulawesi Barat Kunjungan Kerja Komisi D DPRD Sulawesi Selatan Kunjungan kerja DPRD Kota Tangerang Pengambilan sumpah/janji Anggota Komisioner KI Provinsi Kalimantan Barat Konsultasi dari DPRD Kota Cirebon Kunjungan koordinasi SK Perpanjangan masa jabatan Anggota KI Provinsi Lampung Rapat konsultasi KI Provinsi Kepulauan Riau Konsultasi dari Komisi Informasi dan Partisipasi Publik Kabupaten Bulukumba Pembentukan Panitia Pemilihan dan Pelantikan Anggota KI Provinsi Maluku Permohonan pertimbangan usul pembentukan Komisi Informasi Kabupaten Musi Banyuasin Kunjungan kerja Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur Pembentukan Tim Seleksi calon
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
Komisi Informasi Pusat
19
25 Mei 2015
20
28 Mei 2015
21
15 Juni 2015
22 23
19 Juni 2015 25 Juni 2015
24
26 Juni 2015
25
7 Juli 2015
Anggota KI DIY 2015-2019 Jadwal kegiatan rekrutmen calon anggota KI Provinsi Sumatera Selatan 2015 Permintaan psikotest dari Diskominfo Pemerintah Provinsi Maluku Konsultasi Komisi Informasi Provinsi Banten Kunjungan kerja DPRD Bengkulu Konsultasi dan koordinasi KI Provinsi Jambi Anggota Tim Seleksi KI Provinsi Bali 2015 – Pemerintah Provinsi Bali Konsultasi Pansus DPRD Kabupaten Klaten
Tabel 2. Data Kunjungan Dalam Rangka Pembentukan Komisi Informasi Daerah Ke Komisi Informasi Pusat
Laporan Kerja Bidang Kelembagaan |Agustus 2013 - Agustus 2015
69