UNIVERSITAS INDONESIA
KINERJA DAN OPTIMALISASI PORTOFOLIO INVESTASI PADA PT IHT
LAPORAN MAGANG
LAYDRA UTAMA DWI SEPTIAN 0906522470
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN DEPOK JUNI 2013
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
KINERJA DAN OPTIMALISASI PORTOFOLIO INVESTASI PADA PT IHT
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
LAYDRA UTAMA DWI SEPTIAN 0906522470
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN DEPOK JUNI 2013
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
-------------------------
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Laydra Utama Dwi Septian
NPM
: 0906522470
Tanggal
: 14 Juni 2013
Tanda tangan
11
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan Magang ini diajukan oleh Nama
: Laydra Utama Dwi Septian
NPM
: 0906522470
Program Studi
: Manajemen
Judul Laporan Magang
: Kinerja dan Optimalisasi Portofolio Investasi pada PT IHT
Telah berhasil dipertahankan sebagai bagian Sarjana
persyaratan
di hadapan
Dewan Penguji dan diterima
yang diperlukan
Ekonomi pada Program
untuk
memperoleh
Studi Manajemen,
Fakultas
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing
: Rofikoh Rokhim Ph.D
(
Penguji
: Muthia Pramesti S.E., M.M
(
Penguji
: Dr. Dewi Hanggraeni S.E.,M.BA
(
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 14 Juni 2013
III
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
geJar
Ekonomi,
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat – Nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan magang ini bertujuan agar saya dapat memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan laporan magang ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Lai Chin Chu (Alm) dan Sri Utami, karena merekalah saya hadir di dunia. Terima kasih atas didikan dan bimbingannya dari mulai bayi hingga saat ini. 2. Ibu Rofikoh Rokhim selaku dosen pembimbing yang dengan senang hati telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya saya dalam penyusunan laporan magang ini. 3. Pihak dari PT IHT yang telah mengizinkan saya untuk melakukan proses magang dan memperoleh data yang saya perlukan. 4. Orang – orang rumah, keponakan – keponakanku, Sabrina dan Prabu . 5. Seluruh dosen yang telah mengajar saya selama masa perkuliahan. 6. Bapak Sadjijo beserta keluarga di Pondok Gede. 7. Keluarga besar Ngadenan di Madiun serta seluruh penjuru Indonesia. 8. Temen – temen seperjuangan penyusunan tugas akhir, Aan, Adiguna, Adri, Agung, Aji, Ayunda, Brilya, Deni, Dida, Enggar, Febi, Irma, Mita, Oni, Paijo, Silvia, Titi, Wahyu, Windu, Zeky. 9. Finance club yang beranggotakan Oni, Aji, Bryan. 10. Tim Futsal Sabana FC yang tidak pernah menjuarai kompetisi apapun. 11. Tim Futsal Manajemen 09. 12. Rekan – rekan di PT IHT yang selalu menanti bonus gaji. 13. Tim Futsal PT IHT yang selalu semangat latihan rutin di hari jumat. 14. Mas Andi dan mas Aji Depma yang selalu saya repotkan dengan urusan administrasi kampus. 15. Om Aa, Ibu Ratna, Iyang, Alif, Njul di Cibubur.
iv Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
16. Lingua Franca Indonesia, Zapatart. 17. Arnita Setiawati, S. Hum. yang selalu memberikan saya semangat untuk sesegera mungkin menyelesaikan laporan magang ini dan cepat lulus sehingga menjadi Sarjana Ekonomi. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan untuk membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dan pengembangan kesejahteraan.
Depok, 14 Juni 2013
v Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN TUGAS AKIDR UNTUK KEPENTINGAN
PUBLlKASI AKADEMIS
Sebagai sivitas akademis Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Laydra Utama Dwi Septian
NPM
: 0906522470
Program Studi
: Manajemen
Departemen
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi
Jenis karya
: Laporan Magang
demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty - Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Kinerja dan Optimalisasi Portofolio Investasi pada PT IHT
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, rnengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di
: Depok
Pada tanggal
: 14 Juni 2013
Utama Dwi Septian)
VI
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Laydra Utama Dwi Septian : Manajemen : Kinerja dan Optimalisasi Portofolio Investasi pada PT IHT
Laporan magang ini membahas proses investasi yang dilakukan oleh PT IHT, sebuah perusahaan asuransi jiwa yang berperan sebagai investor institusi. Alokasi dana pada proses investasi ditempatkan pada berbagai instrumen seperti saham, deposito, obligasi, dan reksadana. Proses investasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh return yang tinggi untuk menambah pendapatan perusahaan. Dengan demikian perlu dilakukan pembentukkan portofolio untuk memaksimalkan return serta meminimalisir risiko. Pada laporan magang ini peneliti membandingkan kinerja portofolio investasi PT IHT dengan berbagai indeks yang ada di Indonesia. Peneliti juga melakukan uji coba untuk memperoleh portofolio yang memberikan kinerja yang lebih baik dari PT IHT. Kata kunci: Portofolio, return, risiko, asuransi, investasi, saham reksadana, deposito, obligasi.
vii Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Laydra Utama Dwi Septian : Management : PT IHT Investment Portfolio Performance and Optimization
This internship report discusses the investment process which had made by PT IHT, the life insurance company as institutional investors. The allocation of funds in the investment process placed on various instruments such as stock, bonds, deposits, and mutual funds. The aims of investment process is to earn high return for increasing the company's revenue. The company must make best portfolio to maximize return and minimize risk. In this internship report, the researcher compared performance of PT IHT investment portfolio with various investment indices in Indonesia. The researcher conduct trials to obtain a optimum portfolio that gives better performance from PT IHT. Keyword: Portfolio, risk, insurance, investment, stock, mutual fund, time deposit, bonds.
viii Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR PERSAMAAN.................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Tempat dan Pelaksanaan Magang ..................................................................... 1 1.2 Latar Belakang Topik Laporan Akhir Magang ................................................. 1 1.3 Perumusan Masalah .......................................................................................... 4 1.4 Tujuan Laporan Magang ................................................................................... 5 1.5 Batasan Laporan Magang .................................................................................. 5 1.6 Manfaat Laporan Magang ................................................................................. 5 1.7 Sistematika Penelitian ....................................................................................... 6 BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 7 2.1 Pengertian Asuransi .......................................................................................... 7 2.1.1 Prinsip – Prinsip Asuransi ......................................................................... 8 2.1.2 Kegiatan Operasional Perusahaan Asuransi ............................................ 10 2.1.3 Jenis – Jenis Usaha Perasuransian ........................................................... 11 2.2 Pengertian Investasi ........................................................................................ 13 2.2.1 Return dan Risiko Investasi ..................................................................... 14 2.2.2 Pelaku Investasi ....................................................................................... 14 2.2.3 Pasar Modal ............................................................................................. 15 2.2.4 Ekuitas ..................................................................................................... 15 2.2.4.1 Jenis – jenis saham ............................................................................. 16 2.2.4.2 Analisis .............................................................................................. 16 2.2.5 Obligasi ................................................................................................... 23 2.2.5.1 Klasifikasi Obligasi ............................................................................ 23 ix Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
2.2.5.2 Penilaian Obligasi .............................................................................. 24 2.2.5.3 Peringkat Obligasi .............................................................................. 24 2.2.5.4 Jangka Waktu Obligasi ...................................................................... 26 2.2.5.5 Metode Pencatatan Obligasi .............................................................. 27 2.2.6 Reksadana ................................................................................................ 28 2.2.6.1 Keuntungan berinvestasi di reksadana ............................................... 29 2.2.6.2 NAB Reksadana ................................................................................. 30 2.2.6.3 Jenis – Jenis Reksadana ..................................................................... 30 2.2.6.4 Metode Evaluasi Kinerja Reksadana ................................................. 30 2.2.6.5 Proses Transaksi Reksadana .............................................................. 32 2.2.7 Return dan Risiko Portofolio ................................................................... 33 2.3 Investasi pada Perusahaan Asuransi .............................................................. 34 2.3.1 Sumber Dana Investasi Perusahaan Asuransi ......................................... 35 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 36 3.1 Profil Perusahaan ............................................................................................ 36 3.2 Visi Perusahaan ............................................................................................... 37 3.3 Misi Perusahaan .............................................................................................. 37 3.4 Budaya Perusahaan ......................................................................................... 37 3.5 Struktur Organisasi Perusahaan ...................................................................... 39 3.6 Produk ............................................................................................................. 40 3.6.1 Managed Care (Diamond, Platinum, Gold, dan Silver).......................... 40 3.6.2 Indemity ................................................................................................... 40 3.6.3 Group Term Life (GTL) .......................................................................... 41 3.6.4 Personal Accident.................................................................................... 41 3.6.5 Endowment .............................................................................................. 41 BAB 4 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 42 4.1 Penentuan Periode Observasi .......................................................................... 42 4.2 Penentuan Instrumen Investasi ........................................................................ 42 4.3 Data ................................................................................................................. 42 4.3.1 Data Penelitian ........................................................................................ 42 4.3.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 43 4.4 Metodologi Penelitian ..................................................................................... 44 4.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 44 4.6 Hipotesis.......................................................................................................... 45
x Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 47 5.1 Kebijakan Investasi PT IHT ............................................................................ 47 5.1.1 Komposisi Investasi yang Diperkenankan .............................................. 47 5.1.2 Kriteria Penempatan Investasi ................................................................. 48 5.2 Proses Transaksi Investasi............................................................................... 50 5.3 Komposisi Portofolio Investasi PT IHT .......................................................... 51 5.4 Perbandingan Hasil Investasi dengan Total Dana Kelolaan ........................... 53 5.5 Analisis Hasil Investasi ................................................................................... 54 5.6 Analisis Kondisi Pasar .................................................................................... 55 5.7 Hasil Uji Anova .............................................................................................. 57 5.8Analisis Portofolio Investasi ............................................................................ 58 5.8.1 Analisis Portofolio Saham ....................................................................... 59 5.8.1.1 Proporsi Saham per Sektor dalam Portofolio Investasi PT IHT ...... 59 5.8.1.2 Proporsi Emiten Saham dalam Portofolio Investasi PT IHT ........... 59 5.8.1.3 Efficent Set Portofolio Saham ......................................................... 61 5.8.1.4 Percobaan Optimasi Portofolio Saham ............................................ 62 5.8.2 Analisa Portofolio Obligasi ..................................................................... 65 5.8.3 Analisa Portofolio Deposito .................................................................... 66 5.8.4 Analisa Portofolio Reksadana ................................................................. 66 5.8.5 Analisa Portofolio Keseluruhan .............................................................. 67 5.8.5.1 Percobaan Optimalisasi Portofolio Keseluruhan ............................. 68 5.8.5.2 Analisa Hasil Percobaan Optimalisasi ............................................. 69 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 71 6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 71 6.2 Saran ................................................................................................................ 72 6.2.1 Bagi Perusahaan ...................................................................................... 72 6.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya..................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
xi Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
DAFTAR PERSAMAAN Persamaan 2.1 Valuasi Discounted Cash Flow..................................................... 21 Persamaan 2.2 Valuasi Dividend Discount Model ................................................ 21 Persamaan 2.3 Valuasi Dividend Discount Model Perpetuity .............................. 21 Persamaan 2.4 Growth Dividend Discount Model ............................................... 21 Persamaan 2.5 Valuasi Free Cash Flow to Equity................................................ 22 Persamaan 2.6 Free Cash Flow to Equity ............................................................. 22 Persamaan 2.7 Valuasi Free Cash Flow to Firm .................................................. 22 Persamaan 2.8 Free Cash Flow to Firm ............................................................... 22 Persamaan 2.9 Growth Free Cash Flow to Firm .................................................. 22 Persamaan 2.10 Return on investment capital ...................................................... 22 Persamaan 2.11 Valuasi Obligasi .......................................................................... 23 Persamaan 2.12 Macaulay’s Duration .................................................................. 26 Persamaan 2.13 Macaulay’s Duration dalam Satu Periode .................................. 26 Persamaan 2.14 Modified Duration ...................................................................... 27 Persamaan 2.15 Perubahaan Harga Obligasi ........................................................ 27 Persamaan 2.16 NAB Reksadana .......................................................................... 30 Persamaan 2.17 Sharpe Ratio ............................................................................... 31 Persamaan 2.18 Treynor Ratio .............................................................................. 31 Persamaan 2.19 Alpha Jensen Tipe 1 .................................................................... 31 Persamaan 2.20 Alpha Jensen Tipe 2 .................................................................... 31 Persamaan 2.21 Alpha Jensen Tipe 3 .................................................................... 31 Persamaan 2.22 Expected Return Portofolio......................................................... 33 Persamaan 2.23 Standar Deviasi Portofolio .......................................................... 33 Persamaan 4.1 Risk Free Rate Bulanan ................................................................ 43 Persamaan 4.2 Risk Free Rate Harian ................................................................... 43
xii Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tren Teori Dow ................................................................................. 18 Gambar 2.2 Garis Support dan Resistance ............................................................ 19 Gambar 2.3 Garis Moving Averages .................................................................... 20 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT IHT ........................................... 39 Gambar 5.1 Pergerakan Harga Harian IHSG Periode Januari – Maret 2013........ 55 Gambar 5.3 Pergerakan Return Harian IHSG Periode Januari – Maret 2013 ...... 56 Gambar 5.4 Grafik Efficient Set PortofolioSaham PT IHT................................... 61 Gambar 5.5 Grafik Efficient Set Portofolio Saham PT IHT dan Hasil Uji Coba 1 dan 2 ...................................................................................................................... 64
xiii Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Premi Bruto dan PDB Periode 2007 - 2011 ..................... 1 Tabel 5.1 Komposisi Investasi PT IHT ................................................................. 52 Tabel 5.2 Presentasi Komposisi Portofolio PT IHT.............................................. 52 Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Kinerja Investasi dengan Total Dana Kelolaan Investasi................................................................................................................. 53 Tabel 5.4 Kontribusi Masing – Masing Instrumen terhadap Total Return Investasi PT IHT .................................................................................................................. 54 Tabel 5.5 Return Dibagi Dana Kelolaan untuk Masing – Masing Instrumen ....... 54 Tabel 5.6 Return Bulanan dan Indeks Sharpe Pasar periode Januari – Maret 2013 berikut SBI ............................................................................................................ 56 Tabel 5.7 Hasil Anova Return Saham, Reksadana dan Obligasi pada periode Januari – Maret 2013 ............................................................................................ 57 Tabel 5.8 Perbandingan Return dan Indeks Sharpe PT IHT dengan IHSG Periode Januari – Maret 2013 ............................................................................................. 58 Tabel 5.9 Proporsi Saham per Sektor dalam Portofolio Investasi PT IHT Bulan Maret 2013 ........................................................................................................... 59 Tabel 5.10 Rata – Rata Proporsi Emiten dalam PortofolioSaham PT IHT ........... 60 Tabel 5.11 Hasil Uji Coba 1 Pembentukan Proporsi Portofolio Saham ............... 62 Tabel 5.12 Hasil Uji Coba 2 Pembentukan Proporsi Portofolio Saham ............... 63 Tabel 5.13 Perbandingan Kinerja Portofolio Saham antara PT IHT, Uji Coba 1, Uji Coba 2 dan Berbagai Indeks ........................................................................... 65 Tabel 5.14 Perhitungan Return Portofolio ............................................................ 67 Tabel 5.15 Hasil Uji Coba 1 Pembentukan Portofolio .......................................... 68 Tabel 5.16 Hasil Uji Coba 2 Pembentukan Portofolio .......................................... 69 Tabel 5.17 Perbandingan Kinerja Portofolio PT IHT, Uji Coba 1 dan Uji Coba 2 ............................................................................................................................... 70
xiv Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Portolio Obligasi ................................................................................ 77 Lampiran 2 Portofolio Deposito ........................................................................... 78 Lampiran 3 Portofolio Reksadana ......................................................................... 79 Lampiran 4 Portofolio Saham .............................................................................. 80 Lampiran 5 Komposisi Portofolio Saham PT IHT ............................................... 84 Lampiran 6 Komposisi Portofolio Saham Uji Coba 1 .......................................... 85 Lampiran 7 Komposisi Portofolio Saham Uji Coba 2 .......................................... 86 Lampiran 8 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio Portofolio Investasi PT IHT .................................................................................. 87 Lampiran 9 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio Portofolio Investasi Uji Coba 1 ............................................................................. 88 Lampiran 10 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio Portofolio Investasi Uji Coba 2 ............................................................................. 89
xv Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Tempat dan Pelaksanaan Magang Peneliti melakukan aktivitas magang dimulai pada tanggal 25 Januari 2013 sampai dengan 26 April 2013 di PT IHT, sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yang juga merupakan anak perusahaan BUMN PT AKS. Peneliti ditempatkan pada Divisi Investasi, yakni divisi yang bertugas mengelola dana perusahaan untuk diinvestasikan di pasar modal melalui instrumen saham, obligasi, reksadana, dan deposito. Peneliti ditugaskan untuk menganalisis kegiatan investasi yang tengah berjalan di PT IHT.
1.2 Latar Belakang Topik Laporan Akhir Magang Di Indonesia, perusahaan asuransi dibagi menjadi tiga, yaitu asuransi jiwa, asuransi umum, dan reasuransi. Berdasarkan Direktori Asuransi Indonesia yang diterbitkan oleh BAPEPAM – LK, pada tahun 2011 terdapat 46 Perusahaan asuransi jiwa, 87 Perusahaan asuransi umum, dan 138 perusahaan reasuransi yang beroperasi di Indonesia. Menurut BAPEPAM (2011), persaingan di industri asuransi semakin ketat karena para pelaku industri asuransi mulai menyadari bahwa bisnis ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan.
TABEL 1.1 Pertumbuhan Premi Bruto dan PDB Periode 2007 - 2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Premi Bruto Jumlah Perumbuhan (%) (a) 77.831,6 40,0 90.311,7 16,0 106.445,9 17,9 125.116,4 17,5 153.125,6 22,4
Premi Domestik Bruto Ratio Jumlah Perumbuhan (%) a/b (b) (%) 3.339,2 18,3 1,97 3.950,9 25,3 1,82 4.951,4 13,4 1,90 5.613,4 14,4 1,95 6.436,3 15,4 2,06
Sumber: BAPEPAM-LK (2011: 3)
1
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
2
Pada Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa industri asuransi telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari tumbuhnya rata-rata premi bruto sekitar 23% dalam rentang waktu 2007 sampai 2011. Pesatnya pertumbuhan ini disebabkan membaiknya kondisi makroekonomi akhir-akhir ini, serta semakin sadarnya masyarakat atas perlindungan diri dari risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam kehidupannya. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa kontribusi asuransi dalam Produk Domestik Bruto Indonesia masih kecil yakni 2,06%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar asuransi masih memiliki potensi yang besar untuk dapat berkembang di masa mendatang, dilihat dari jumlah kesuluruhan penduduk Indonesia yang sangat banyak tetapi baru sebagian kecil yang telah menjadi nasabah asuransi. Hasil investasi merupakan hal penting bagi perusahaan asuransi karena selain dari premi, keuntungan perusahaan asuransi juga berasal dari investasi yang dilakukan perusahaan dengan menggunakan dana yang terkumpul dari polis yang telah dikeluarkan. Menurut Riley (2007:5), investasi adalah komitmen untuk menunda konsumsi di masa sekarang dengan kompensasi mendapat return yang lebih di masa yang akan datang. Menurut Bodie (2004:4), proses investasi dimulai dengan memerhatikan hal-hal berikut: 1. Penetapan tujuan investasi. 2. Mengidentifikasi batasan, penetuan kualifikasi, dan hasil yang diharapkan (expected return). 3. Tujuan dan batasan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu kebijakan investasi. Pada umumnya, perusahaan asuransi memperoleh pendapatan pokok dari pendapatan premi yang didapat dari para nasabahnya. Sebagai perusahaan yang mempunyai kewajiban untuk menanggung risiko para nasabahnya, perusahaan asuransi harus dapat mengelola keuangannya dengan baik, yakni dengan cara menginvestasikannya kembali. Jika dilakukan dengan tepat, proses investasi tersebut akan menghasilkan return yang optimal. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan asuransi dalam melakukan investasi, baik melalui pasar uang maupun pasar modal, investasi pada
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
3
aset fisik seperti tanah dan properti juga dapat dilakukan. Praktik investasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi sepintas mirip dengan investasi yang dilakukan perusahaan reksadana, yakni menghimpun dana masyarakat kemudian diinvestasikan di suatu tempat yang menguntungkan. Secara umum, sebagian besar portofolio perusahaan asuransi terdiri dari berbagai instrumen investasi yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Investasi di pasar uang dalam bentuk deposito bank akan rentan terhadap perubahan suku bunga deposito. Investasi dalam bentuk saham seringkali berfluktuasi dengan tajam dan sensitif terhadap perubahan pasar dan ekonomi secara umum. Investasi dalam bentuk obligasi yang berpendapatan tetap memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan saham, tetapi tentu saja dengan expected return yang lebih kecil pula. Berdasarkan berbagai pertimbangan risk and return tersebut, seorang manajer investasi diharapkan dapat menentukan instrumen yang tepat untuk dimasukkan ke dalam portofolio. Untuk itu, diperlukan analisis mendalam yang meliputi penilaian terhadap sekuritas yang masuk ke dalam portofolio (Miskhin,2012:517). Ketentuan dalam melakukan
investasi oleh perusahaan asuransi telah
tercantun dalam PMK no. 53/PMK/ 2012, yakni sebagai berikut: a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, termasuk Deposit On Call (DOC) dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 bulan, dinilai berdasarkan nilai nominal atau nilai tunainya. Dengan batasan, tidak melebihi 15% dari jumlah investasi pada setiap bank. b. Saham yang tercatat di bursa efek dinilai berdasarkan harga pasar. Saham yang dimaksud adalah emiten yang berbadan hukum Indonesia. Untuk setiap emiten tidak melebihi dari 10% dari jumlah investasi, dan seluruhnya paling tinggi 40% dari jumlah investasi c. Obligasi dan Medium Term Notes (MTN) dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan, dinilai berdasarkan harga pasar, tidak lebih dari 15% dari jumlah investasi untuk setiap penerbit obligasi dan MTN berbadan hukum Indonesia, dan seluruhnya paling tinggi 50% dari jumlah investasi.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
4
d. Surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah atau Bank Indonesia, dinilai berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal nilai pasar tidak tersedia. e. Unit penyertaan reksadana, dinilai berdasarkan Nilai Aktiva Bersih (NAB), tidak boleh lebih melebihi 15% dari jumlah nilai investasi untuk setiap Manajer Investasi dan seluruhnya 50% dari jumlah investasi f. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat dalam bursa efek), dinilai berdasarkan nilai ekuitas. Dengan batasan tidak melebihi 10% dari jumlah nilai investasi. g. Bangunan dengan hak strata (strata litle) atau tanah dengan bangunan untuk investasi, dinilai berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal ini tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai. Tidak melebihi 10% dari jumlah nilai investasi. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam laporan magang ini dapat dirumuskan menjadi: 1. Apa saja instrumen investasi yang digunakan oleh perusahaan asuransi untuk meningkatkan pendapatan? 2. Bagaimana pembentukan portofolio dan kebijakan investasi di dalam perusahaan asuransi? 3. Bila ditinjau dari risk and return, apakah hasil kinerja kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan asuransi tersebut sudah optimal?
1.4 Tujuan Laporan Magang Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan laporan magang ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis instrumen investasi yang digunakan oleh perusahaan asuransi.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
5
2. Mengetahui pembentukan portofolio dan kebijakan investasi dalam perusahaan asuransi. 3. Mengetahui apakah hasil kinerja kegiatan investasi yang sudah berjalan dalam perusahaan tersebut sudah optimal. 1.5 Batasan Laporan Magang 1. Divisi investasi yang dibentuk oleh PT IHT baru beroperasi dalam waktu kurang dari satu tahun sehingga peneliti tidak dapat memperoleh data tahunan. 2. Keterbatasan periode pelaksanaan magang menyebabkan data investasi yang didapat dari perusahaan hanya mencakup periode yang sangat singkat. 1.6 Manfaat Laporan Magang Bagi perusahaan asuransi: 1. Perusahaan asuransi dapat mengetahui seberapa efektif dan efisien kegiatan investasi yang dijalankan oleh divisi investasi. 2. Memberikan masukan dan saran bagi perusahaan untuk meningkatkan performa dari investasi agar memberikan return yang optimal. Bagi Akademisi: 1. Mengetahui bagaimana sebuah perusahaan asuransi mengelola portofolio investasinya. 2. Memberikan gambaran tentang proses kerja di suatu perusahaan asuransi sehingga para akademisi dapat melihat pengetahuan dan keterampilan apa saja yang akan diterapkan di dalam dunia kerja. 1.7 Sistematika Penelitian Penelitian laporan dalam penelitian ini akan menggunakan kerangka sistematika penelitian sebagai berikut: Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
6
Bab I Pendahuluan Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian berdasarkan penelitian. Bab II Teori Penunjang Teori-teori yang digunakan dan literatur yang dikutip dari berbagai sumber untuk mendukung penelitian dibahas dalam bab teori penunjang. Bab III Gambaran Umum Perusahaan dan Pelaksanaan Magang Bab ini berisi gambaran umum perusahaan tempat pelaksanakan program magang terkait laporan penelitian. Bab IV Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan jenis, sumber, dan tahapan pengolahan data yang dilakukan peneliti dalam penyusunan laporan magang ini. Bab V Analisis dan Pembahasan Hasil yang didapat dari pelaksanaan proses magang dibahas pada bab ini, kemudian hasil dari pengolahan data akan dianalisis agar memperoleh jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Bab VI Kesimpulan dan Saran Pada bab ini akan dirangkum kesimpulan-kesimpulan dari analisis penelitian. Selain itu, pada bab ini juga akan dijabarkan diskusi – pembahasan dari kesimpulan serta saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Asuransi Fungsi utama perusahaan asuransi adalah untuk melindungi para pemegang polis asuransi dari kejadian-kejadian yang merugikan. Dengan menerima premi, perusahaan asuransi menjanjikan para pesertanya untuk memberikan penggantian jika suatu hal tertentu terjadi. Polis asuransi tersebut menjadi kewajiban finansial bagi perusahaan asuransi. Saunders membagi industri asuransi menjadi dua kelompok besar, yakni asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Asuransi jiwa memberikan perlindungan kesehatan, penjaminan masa pensiun, dan penggantian kerugian yang disebabkan oleh kematian. Asuransi kerugian memberikan perlindungan terkait dengan kecelakaan, pencurian, dan kebakaran atas suatu harta benda (Saunders,2008:66). Undang – Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, menyebutkan bahwa asuransi atau pergantian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih. Pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Kitab Undang–Undang Hukum Dagang Pasal 246, menyebutkan bahwa, Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian antara penanggung dan tertanggung. Seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerugian kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tentu (Siamat,2005:655).
7
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
8
2.1.1 Prinsip – Prinsip Asuransi Ada lima prinsip – prinsip asuransi menurut Siamat (2005:661) yang menjadi dasar atau landasan setiap ada permasalahan yang timbul dalam kontrak asuransi. 1. Insurable Interest Insurable Interest pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan. Masalah insurable interest merupakan faktor yang sangat penting dalam kontrak asuransi dan juga merupakan prinsip yang paling fundamental karena menyangkut bentuk atau rupa pertanggunggan yang dijamin dalan suatu kontrak asuransi. Sesuatu yang dipertangungkan tersebut dapat berupa benda, harta, atau suatu kejadian yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban keuangan secara umum. Dalam prinsip ini, yang perlu diperhatikan pada dasarnya adalah sesuatu yang dipertanggungkan itu semata – mata menyangkut kepentingan yang menimbulkan kerugian
keuangan tertanggung atas sesuatu
yang
dipertanggungkan tersebut. 2. Utmost Good Faith Dalam melakukan suatu kontrak atau persetujuan, harus dilakukan dengan itikad baik. Tertanggung dan penanggung tidak diperbolehkan menyembunyikan suatu fakta yang dapat menyebabkan kerugian bagi pihak lain. 3. Indemnity Indemnity berarti mengembalikan posisi finansial tertanggung setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian tersebut. Dengan demikian, indemnity merupakan prinsip ganti rugi oleh penanggung terhadap tertanggung. Prinsip ini tidak berlaku bagi kontrak asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan karena prinsip indemnity ini berkaitan
dengan
tertanggung.
penggantian
Menurut
prinsip
kerugian ini,
finansial
tertanggung
yang
tidak
dialami
dibenarkan
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
9
memperoleh pembayaran ganti rugi melebihi kepentingan tertanggung terhadap objek yang dipertanggungkan tersebut. 4. Proximate Cause Proximate cause
adalah suatu sebab aktif, efisien
yang
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai tanpa intervensi suatu kekuatan lain yang diawali
dan bekerja secara aktif dari suatu
sumber dan independen. Kontrak asuransi yang dinyatakan dalam polis umumnya menyebutkan beberapa persyaratan pengecualian mengenai risiko yang tidak ditanggung. Dalam kaitan itulah perusahaan asuransi harus memahami hubungan antara risiko yang merupakan bagian yang dijamin oleh polis dengan prinsip proximate cause ini. Untuk dapat menentukan proximate cause terhadap suatu rentetan peristiwa adalah dengan cara memperhatikan peristiwa pertama, kemudian secara logika memperhatikan kejadian apa yang mungkin terjadi pada peristiwa berikutnya. Apabila jawabannya mengarah pada peristiwa kedua dan proses ini terjadi beberapa kali sampai berakhir pada suatu akibat, maka kejadian yang pertama merupakan penyebabnya. 5. Subrogation and Contribution Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung, yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung, untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami kerugian. Dengan adanya prinsip subrogasi ini tertanggung tidak dimungkinkan memperoleh ganti rugi yang lebih besar daripada kerugian yang benar – benar dideritanya. Sedangkan prinsip contribution pada dasarnya adalah suatu prinsip di mana penanggung berhak mengajak penanggung – penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut serta membayar ganti rugi kepada tertanggung meskipun jumlah tanggungan yang dibayarkan oleh masing – masing penanggung belum tentu sama besar. Hal tersebut bisa saja terjadi apabila tertanggung, dalam kurun waktu yang bersamaan mempertanggungkan
suatu
risiko
yang
sama
kepada
beberapa
penanggung. Dalam kondisi tersebut, apabila terjadi klaim, maka masing –
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
10
masing penanggung harus membayar ganti rugi secara proporsional dengan jumlah yang ditanggungnya.
2.1.2 Kegiatan Operasional Perusahaan Asuransi Saunders (2008:75), kegiatan operasional sehari – hari yang dijalankan oleh sebuah perusahaan asuransi adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan dan pengelompokkan risiko (underwriting) Fungsi utama underwriting adalah memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi risiko yang diperkirakan akan
mendatangkan
laba. Kegiatan underwriting berupa penyelesaian dan pengelompokan risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan, dimaksudkan untuk memastikan tidak ada risiko yang dapat menyulitkan perusahaan di kemudian hari. Underwriter bertugas menjaga agar risiko tidak terkonsentrasi dalam satu tempat yang dapat menyebabkan catastrophe. Fungsi underwriting berkaitan erat dengan penentuan tarif / premi asuransi, serta kebijakan pertanggungan asuransi. 2. Penetapan tarif asuransi Penetapan tarif asuransi dibatasi oleh peraturan pemerintah melalui suatu undang – undang yang menghendaki agar tarif tersebut terjangkau, tidak terlalu tinggi, dan tidak bersifat diskriminatif. Metode penetapan tarif pada masing – masing jenis perusahaan asuransi berbeda, misalnya berdasarkan kelompok (kelas) peserta, berdasarkan karakteristik bentuk penanggungan, berdasarkan pengalaman, dan lain – lain. 3. Penetapan klaim Penetapan klaim ditujukan untuk mengukur seberapa besar nilai pertanggungan atau benefit yang akan ditujukan pada peserta asuransi, yang tercantum dalam polis dalam bagian claim representative atau benefit representative. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan membayar klaimnya secara wajar, cepat, serta memuaskan.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
11
4. Investasi Tambahan hasil investasi dari pengumpulan dana yang besar dari pesertanya merupakan variabel penting dalam penetapan tarif atau premi asuransi. Perusahaan asuransi pada umumnya memasukkan tingkat minimum dari hasil investasi ke dalam perhitungan premi. Di sisi lain, fungsi investasi dapat meningkatkan laba perusahaan asuransi. 2.1.3 Jenis – Jenis Usaha Perasuransian Menurut Undang – Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, jenis usaha perasuransian meliputi: 1. Asuransi Kerugian Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Dalam praktiknya di Indonesia, asuransi kerugian/umum dapat dibagi sebagai berikut. a. Asuransi kebakaran b. Asuransi pengangkutan c. Asuransi aneka, jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. 2. Asuransi Jiwa Asuransi jiwa adalah usaha asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Ada beberapa jenis polis asuransi jiwa: a. Asuransi Berjangka (Term Life) Asuransi berjangka mewajibkan penanggung untuk membayar jumlah nominal polis apabila tertanggung meninggal dalam suatu periode tertentu. Jika tertanggung tetap hidup sampai jangka waktu yang ditetapkan dalam polis, maka kontrak akan berakhir dengan tanpa nilai.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
12
b. Asuransi Dwiguna (Endowment) Asuransi dwiguna mewajibkan penanggung untuk membayar pihak tertanggung atau keluarga tertanggung sejumlah tertentu kepada pemegang polis apabila tertanggung tetap hidup selama periode pertanggungan. Oleh sebab itu, harga premi polis asuransi jenis ini lebih tinggi dibandingkan dengan asuransi berjangka. Asuransi dwiguna ini dapat juga dianggap sebagai program tabungan berjangka. c. Asuransi Seumur Hidup (Whole Life) Asuransi ini menawarkan perlindungan selama masa hidup tertanggung. Polis asuransi ini dapat dipandang sebagai suatu asuransi dwiguna untuk umur 100 tahun. Penentuan tingkat kematian tersebut dilakukan melihat suatu daftar yang disebut dengan Tabel Mortalita. Tabel Mortalita merupakan alat untuk menghitung dan menentukan tarif asuransi jiwa. Tabel tersebut mengasumsikan bahwa semua orang akan meninggal sebelum umurnya mencapai 100 tahun. Bagi mereka yang mencapai umur 100 tahun akan dibayar sebesar nilai polis karena mereka dapat hidup sampai dengan batasan umur maksimum yang telah ditetapkan oleh aktuaris. Oleh karena itu, asuransi ini dapat dipandang sebagai suatu asuransi dwiguna yang jatuh temponya pada saat umur mencapai 100 tahun. d. Asuransi Jiwa Universal (Universal Life) Pada dasarnya, pembayaran premi pada asuransi ini dirancang sebagai polis non – participating, yang fleksibel, menawarkan proteksi kematian di bawah suatu kontrak, membagi proteksi kematian dan akumulasi nilai tunai ke dalam suatu komponen yang berbeda atau terpisah. Pembagian tersebut membedakan asuransi jenis ini dari asuransi tradisional, yang kontraknya yang tidak terpisah dengan proteksi kematian akumulasi nilai tunai. Dengan asuransi ini, persaingan tingkat keuntungan dapat terjamin dari tahun ke tahun terhadap akumulasi nilai tunai, dan fleksibilitasnya menjadi lebih besar diperoleh dengan cara menyesuaikan jumlah tabungan, proteksi, dan premi terhadap kebutuhan pemilik polis.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
13
e. Kontrak Anuitas Anuitas menyediakan suatu pemasukan secara periodik dan teratur bagi tertanggung untuk suatu periode tertentu. Anuitas yang menyediakan pendapatan selama hidup disebut dengan life annuity. Anuitas merupakan instrumen yang penting dalam perencanaan untuk jaminan finansial selama menjalankan masa pensiun. 3. Reasuransi Reasuransi merupakan usaha asuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa. 4. Usaha Penunjang Asuransi Usaha – usaha penunjang asuransi terdiri dari: a. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa perantara dalam penutupan transaksi asuransi dan pelayanan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. b. Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa perantara dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. c. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan. d. Usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria. e. Usaha agen asuransi yang memberikan jasa perantara dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
2.2 Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen untuk menunda konsumsi di masa sekarang dengan kompensasi mendapat return yang lebih di masa yang akan datang (Riley,2007:5). Menurut Bodie (2004:4) proses investasi dimulai dengan memerhatikan hal-hal berikut: 1. Penetapan tujuan investasi. 2. Mengidentifikasi batasan, penentuan kualifikasi, dan hasil yang diharapkan (expected return).
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
14
3. Tujuan dan batasan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu kebijakan investasi. Investasi dapat dilakukan dengan membeli aset – aset riil, maupun aset – aset finansial di dalam pasar modal. Investasi dalam aset riil, yakni berupa pembelian aset fisik seperti tanah, bangunan, emas, dan lain – lain. Sedangkan investasi pada pasar modal, berupa aset – aset finansial seperti saham, obligasi, reksadana, deposito, dan lain – lain.
2.2.1 Return dan Risiko Investasi Bodie (2004:9) juga menyebutkan bahwa investasi yang dilakukan para investor bertujuan untuk memperoleh return yang diharapkan di masa mendatang. Namun, sangat sulit memprediksi return yang akan diperoleh secara tepat sehingga hal itulah yang akan menjadi risiko dalam investasi.
2.2.2 Pelaku Investasi Lebih lanjut, Bodie (2004:11) menyebutkan bahwa ada tiga pelaku investasi, yakni: 1. Perusahaan selaku net borrowers. Perusahaan memperoleh pendanaan untuk membiayai proses investasi perusahaan tersebut, seperti pembangunan pabrik. Pendapatan yang diperoleh dari aset riil tersebut akan menjadi return yang akan diberikan kepada investor yang membeli instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. 2. Para investor selaku net savers. Mereka membeli instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Ada yang merupakan investor individu, maupun investor institusi. 3. Pemerintah, dapat menjadi borrower ataupun lender. Pemerintah dapat meminjam dana masyarakat untuk mengatasi defisit anggaran, yakni mengeluarkan obligasi pemerintah.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
15
2.2.3 Pasar Modal Menurut Miskhin (2012:16), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen aset finansial jangka panjang yang bisa diperjual – belikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Hal ini terlihat dari beberapa fungsi pasar modal, yakni: a.
Fungsi ekonomi. Pasar
modal
menyediakan
fasilitas
atau
wahana
yang
mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak investor dan pihak yang memerlukan dana. b.
Fungsi keuangan. Pasar
modal
memberikan
kemungkinan
dan
kesempatan
memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
2.2.4 Ekuitas Instrumen yang akan menambah ekuitas pemilik modal, yaitu saham. Memiliki instrumen jenis ini berarti investor menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar modal yang ditanamkan. Instrumen yang paling dikenal dari pasar jenis ini adalah saham. Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Menurut Reily (2007:83), saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungan dan kerugian yang dialami perusahaan akan dibagi sesuai dengan proporsi saham yang dimiliki. Megginson (2009:196) menyebutkan bahwa
perusahaan menerbitkan
saham dengan ketetentuan yang tidak disebutkan secara spesifik seberapa banyak return yang akan diterima para investor. Keuntungan dan kerugian yang dialami para investor bergantung dari seberapa baik kinerja perusahaan tersebut.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
16
Kepemilikan saham dalam jumlah besar akan memberikan hak untuk menentukan langkah strategis yang akan dijalankan oleh perusahaan, seperti memilih jajaran direksi, ataupun melakukan restrukturisasi perusahaan melalui merger dan akuisisi. Ketika para investor tidak puas dengan return yang diperoleh dari saham yang dimilikinya, mereka dapat melakukan tindakan – tindakan strategis tersebut untuk meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat memberikan return yang sesuai dengan harapan investor. 2.2.4.1 Jenis – jenis saham Bodie (2008:37) menyebutkan dua jenis saham berdasarkan karakteristiknya, yaitu: 1. Saham Biasa (Common Stock) Di antara surat – surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, common stock adalah yang paling dikenal oleh masyarakat. Common stock juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menghimpun data dari masyarakat. 2. Saham Preferen (Prefered Stock) Prefered stock merupakan gabungan antara obligasi dan common stock. Di samping memiliki karakteristik seperti obligasi, juga memiliki karakteristik saham biasa. Biasanya preferred stock memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividend. Ada pembeli preferred stock yang menghendaki penerimaan dividend yang besarnya tetap setiap tahun, adapula yang menghendaki didahulukan dalam pembagian dividend, dan lain sebagainya. Memiliki karakteristik saham biasa, sebab tidak selamanya preferred stock bisa memberikan penghasilan seperti yang dikehendaki pemegangnya. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian, maka pemegang preferred stock bisa tidak menerima pembayaran dividend yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi jelasnya, preferred stock adalah saham yang memberikan prioritas pilihan (preferen) kepada pemegangnya.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
17
2.2.4.2 Analisis 1. Analisis Teknikal Analisis teknikal pada dasarnya mencari pola pergerakan harga saham yang terulang dan dapat diprediksi. Meskipun para analis teknikal paham akan pentingnya informasi fundamental terkait prospek perusahaan emiten, mereka yakin bahwa informasi – informasi tersebut tidak terlalu diperlukan dalam strategi trading yang sukses (Bodie, 2008:266). Para analis teknikal sering disebut chartists, karena mempelajari catatan atau grafik (chart) pergerakan harga saham periode terdahulu, dengan mengharapkan dapat menemukan pola tertentu yang dapat dieksplotasi untuk memperoleh keuntungan. Menurut Reily (2007:629) hambatan dalam melakukan analisis teknikal adalah pola pergerakan harga di masa lampau atau hubungan antara variabel pasar tertentu dengan harga saham tidak selalu berulang. Kritik lainnya ialah seringkali analis menentukan sendiri pola pergerakan harga suatu saham dan berbeda dengan analis lainnya. Dalam mengamati tren pergerakan harga saham terdapat beberapa pendekatan yang digunakan (Bodie,2008:274), antara lain:
A. Teori Dow Teori yang dikembangkan oleh Charles Dow berusaha melihat perbedaan antara tren jangka panjang dan tren jangka pendek pergerakan harga saham di pasar. Teori Dow mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi harga saham: a. Primary trend, adalah pergerakan harga saham dalam jangka panjang, yang dilihat dari beberapa bulan atau beberapa tahun terakhir. b. Secondary atau intermediate trends, melihat penyimpangan harga saham dalam jangka pendek pada garis tren secara keseluruhan. c. Tertiary atau minor trends adalah fluktuasi harian yang terjadi.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
18
Gambar 2.1 Tren Teori Dow Sumber : Bodie (2008:274)
B. Volume transaksi Volume merupakan salah satu hal yang penting dalam analisis teknikal. Dalam hal ini, volume adalah jumlah transaksi dalam suatu periode waktu perdagangan. Volume dapat juga menunjukkan total transaksi lot yang diperdagangkan. Volume menggambarkan
kekuatan
tekanan antara
permintaan dan penawaran pada saat terjadi pergerakan harga. Volume tidak digunakan untuk memprediksi arah tren, tetapi digunakan untuk mengonfirmasi pergerakan harga. Kesimpulan awalnya adalah volume dapat digunakan untuk mengonfirmasi arah tren atau dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa tren yang terjadi akan berlanjut atau berakhir. Volume mengikuti arah dari tren yang terjadi. Ketika terjadi kondisi tren bullish seharusnya diikuti oleh volume yang terus meningkat. Pada saat terjadi koreksi/reversal biasanya ditandai oleh penurunan volume. Jika pada kondisi tren bullish yang ekstrem terjadi penurunan volume, maka secara tidak langsung mengindikasikan bahwa akan terjadi koreksi atau reversal tren. Secara teknikal, kondisi ini biasa disebut dengan convergence atau divergence. Convergence terjadi ketika pada kondisi tren bullish, volume juga meningkat, demikian sebaliknya. Di sisi lain,
divergence terjadi jika pada kondisi tren bullish, volume justru
mengalami penurunan. C. Support – Resistance Level Support level adalah kisaran harga ketika para analis mengekspetasikan kenaikan permintaan yang besar. Secara umum, support akan terbentuk setelah saham telah mengalami kenaikan harga dan terjadi profit taking.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
19
Para analis teknikal beralasan bahwa pada saat harga berada di bawah harga tertingginya, investor lain yang belum membeli ketika harga naik akan menunggu ketika tren harga saham tersebut berubah arah. Ketika harga telah menyentuh titik support, permintaan saham akan meningkat sehingga harga dan volume saham juga akan naik kembali Resistance
level
adalah
kisaran
harga
ketika
para
analis
mengekspektasikan kenaikan penawaran saham dan adanya pembalikan harga. Resistance terbentuk setelah harga terus menurun dari harga tertingginya. Penurunan harga ini memicu investor untuk mencari kesempatan untuk menjual sahamnya sebelum mendekati breakeven points.
Gambar 2.2 Garis Support dan Resistance Sumber :Reily (2007:639)
D. Moving Averages Moving averages adalah rata-rata tingkat harga saham dalam rentang periode tertentu. Misalnya pada moving average 52 weeks, memberi gambaran rata – rata pergerakan harga saham dalam 52 minggu terakhir. Setiap minggunya, nilai moving average tersebut akan dihitung ulang dengan mengeluarkan data observasi yang lama dan menambahkan data observasi terbaru. Ketika harga menembus garis moving average dari bawah seperti yang ditunjukkan titik A pada gambar di bawah, hal ini menunjukkan sinyal
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
20
harga saham tersebut akan dalam tren meningkat (bullish), dan merupakan saat yang pas untuk membeli saham tersebut. Sebaliknya ketika harga menembus turun menembus moving average seperti yang ditunjukkan pada titik B, ini merupakan sinyal untuk menjual saham tersebut karena tren saham akan menurun (bearish).
Gambar 2.3 Garis Moving Averages Sumber : Bodie (2008:278)
2.
Analisis Fundamental Analisis fundamental ialah menggunakan earnings dan prospek dividend suatu perusahaan, ekspetasi tingkat suku bunga di masa mendatang, dan evaluasi risiko perusahan untuk menentukan harga saham perusahaan (emiten) tersebut. Sehingga analisis fundamental bertujuan untuk menentukan present value untuk setiap alur kas yang diterima investor untuk tiap lembar sahamnya. Jika nilai present value tersebut melebihi harga saham yang berlaku di pasar, maka para analis fundamental akan merekomendasikan untuk membeli saham tersebut. Menurut Reily (2007:545), analisis fundamental biasanya dimulai dengan mempelajari laporan-laporan keuangan perusahaan selama beberapa periode. Para analis mengaitkan analisis ini dengan analisis ekonomi yang detil, yang umumnya terdiri dari evaluasi kinerja manajemen perusahaan emiten, industri tempat perusahaan tersebut bernaung, dan prospek industri tersebut secara keseluruhan. Dengan analisis ini para analis berharap mendapat gambaran mengenai kinerja perusahaan di masa depan yang belum disadari oleh pelaku pasar lainnya.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
21
Dalam analisis fundamental, terdapat dua kelompok besar, yaitu Discounted Cash Flow dan Relative Valuation.
A. Discounted Cash Flow Metode ini melakukan perhitungan present value dari cash flow yang dihasilkan oleh perusahaan, baik berupa dividend, FCFE, atau FCFF (Reily,2007:549). Secara umum, rumus perrhitungan melalui discounted cash flow adalah sebagai berikut: ................................................................................... (2.1) Di mana: V0
= harga saham
Cash flow
= Arus kas (dividend, FCFE, FCFF)
k
= cost of equity
a) Dividend Discount Model (DDM) Harga saham merupakan hasil present value dari semua ekspetasi dividend yang akan diterima di kemudian hari (Reily, 2007: 553). Rumus dasar untuk menghitung harga saham dengan metode DDM adalah sebagai berikut: ............................ (2.2) Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi constant growth DDM, dengan mengasumsikan besaran pertumbuhan dividend tetap dari waktu ke waktu: .......................................................................... (2.3) Besarnya pertumbuhan dividend tersebut dapat didapat dari rumus berikut: ................................................................................... (2.4) Di mana: D
= Dividend
g
= pertumbuhan dividend
ROE
= Return on Equity
b
= Plowback ratio
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
22
b) Free Cash Flow to Equity (FCFE) Metode ini melakukan perhitungan present value dari pendapatan dengan mengeluarkan unsur – unsur capital expenditure dan perubahan net working capital (Reily,2007:554). Rumus dasar untuk menghitung harga saham dengan metode FCFE adalah sebagai berikut: ............. (2.5)
............................................................................. (2.6) NI
= Net Income
Capex
= Capital expenditure
NWC
= Net Working Capital
c) Free Cash Flow to Firm (FCFF) Cash Flow ini dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan dan didistribusikan ke semua pihak, ekuitas, dan utang. Oleh karena itu, proses diskonto menggunakan Weighted Average Cost of Capital (Reily,2007: 556). ........ (2.7)
................................................................................. (2.8) Pertumbuhan FCFF dihitung dengan: ................................................................................... (2.9) ....................................................................... (2.10) EBIT
= Earnings before interest and tax
ROIC
= Return on investment capital
B. Relative Valuation Pada analisis relative valuation, yang digunakan adalah berbagai rasio untuk mengukur apakah harga suatu saham lebih murah atau lebih mahal dari
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
23
harga wajarnya (Reily,2007:549). Rasio – rasio tersebut yakni Price to Earning (P/E), Price to Book Value (P/BV), Price to Cash Flow (P/CF) dan Price to Sales (P/S).
2.2.5 Obligasi Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan perusahaan yang akan diberi pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi (Bodie,2008:291). Selain akan membayar uang sejumlah pokok pinjaman yang dipinjamkan investor, perusahaan juga harus membayar bunga pinjaman atau kupon bunga secara berkala. Oleh karena investor akan menerima pembayaran bunga setiap periode dalam jumlah tetap, maka semua efek utang yang diterbitkan perusahaan disebut efek berpendapatan tetap (Ross,2008:193). Obligasi yang beredar di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua: 1. Government bonds (sovereign bonds), obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah 2. Corporate bonds, obligasi yang dkeluarkan oleh perusahaan.
2.2.5.1 Klasifikasi Obligasi Klasifikasi obligasi berdasarkan jenis kupon (Bodie,2008:291) adalah sebagai berikut: 1. Fixed – coupon bonds, suku bunga kupon dibayar bersifat tetap sampai obligasi tersebut jatuh tempo sesuai perjanjian. Annual coupon bonds berarti kupon dibayarkan setiap setahun sekali. Sedangkan semi annual coupon berarti kupon dibayar setiap enam bulan sekali. Nilai pokok obligasi (par value) dibayar saat obligasi tepat jatuh tempo. 2. Zero – coupon bonds, pada obligasi ini tidak terdapat pembayaran kupon. Obligasi dijual dengan diskon sesuai dengan tingkat suku bunga. Hasil investasi dapat diperoleh dari capital gain selisih antara harga beli dan harga jual obligasi tersebut.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
24
3. Convertible bonds, obligasi ini memberikan opsi kepada pemiliknya untuk menukarkan obligasi dengan sejumlah saham tertentu yang diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan. 4. Floating rate bonds, pembayaran kupon dilakukan secara floating sesuai dengan referensi tingkat suku bunga yang berlaku.
2.2.5.2 Penilaian Obligasi Nilai harga suatu obligasi dihitung dari jumlah arus kas yang diterima, yaitu pembayaran kupon dan pembayaran prinsipal (pokok) obligasi pada saat jatuh tempo yang didiskonto pada tingkat suku bunga tertentu. Bodie (2008:298) memberikan rumusan perhitungan nilai pasar obligasi sebagai berikut:
∑
..................................................... (2.11)
Dimana: T
= jangka waktu maturity dari obligasi.
YTM
= yield to maturity dari obligasi.
P
= harga obligasi
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun, dan sebaliknya bila suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.
2.2.5.3 Peringkat Obligasi Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga khusus yang bertugas untuk memberikan peringkat kepada semua obligasi yang telah diterbitkan. Pada obligasi di Indonesia, terdapat beberapa lembaga pemeringkat obligasi, diantaranya adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Moody’s Investor Service, dan lainnya. Tujuan dilakukannya pemeringkatan obligasi adalah agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang akan dihadapi bila membeli suatu obligasi sehingga investor dapat mempertimbangkan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan alat investasi atau tidak. Informasi yang
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
25
ditunjukkan oleh peringkat suatu obligasi mencerminkan kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan penerbit obligasi (Bodie,2008:312). Kategori dan definisi dalam peringkat obligasi menurut Pefindo adalah sebagai berikut: 1. AAA adalah obligasi yang mempunyai risiko investasi terendah dan memiliki kemampuan yang paling baik dalam membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 2. AA
adalah obligasi yang mempunyai risiko investasi sangat rendah dan
berkemampuan sangat baik dalam membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang dapat menyebabkan kerugian. 3. A
adalah obligasi yang mempunyai risiko investasi rendah dan
berkemampuan baik dalam
membayar bunga dan pokok utang dari
seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, serta hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang dapat menyebabkan kerugian. 4. BBB adalah obligasi yang mempunyai risiko investasi cukup rendah dan berkemampuan cukup baik dalam membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, meskipun cukup peka terhadap perubahan keadaan yang dapat menyebabkan kerugian. 5. BB
adalah obligasi yang masih mampu untuk membayar bunga dan
pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, namun risiko investasinnya cukup tinggi, serta sangat peka terhadap perubahan keadaan yang dapat menyebabkan kerugian. 6. B
adalah obligasi yang memiliki risiko investasi sangat tinggi dan
kemampuannya sangat terbatas untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
26
7. CCC adalah obligasi yang tidak memiliki kemampuan lagi untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. 8. D
adalah obligasi yang pembayaran kewajiban finansialnya macet
atau usaha yang dilakukan perusahaan penerbit obligasi sudah berhenti.
2.2.5.4 Jangka Waktu Obligasi Jangka waktu obligasi merupakan rentang waktu berlakunya obligasi dari saat obligasi diterbitkan sampai dengan obligasi tersebut jatuh tempo. Jika dikaitkan dengan harga pasar obligasi, perubahan jangka waktu obligasi dapat mempengaruhi harga obligasi yang akan cenderung mendekati nilai pokoknya (Bodie,2008:336). Terkait dengan jangka waktu, terdapat metode yang memperhitungkan jangka waktu rata – rata dari cash flow yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi, metode ini disebut Macaulay’s Duration. Ada tiga alasan yang membuat duration menjadi konsep inti dalam manajemen portofolio obligasi: 1. Secara sederhana metode tersebut dapat menghitung seberapa efektif rata – rata maturity obligasi. 2. Duration merupakan tools yang penting dalam immunizing portofolio. 3. Duration dapat mengukur sensitivitas suku bunga terhadap harga obligasi. Rumusan Macaulay’s Duration menurut Reily (2008:336)adalah sebagai berikut : ∑
.................................................................................. (2.12) ⁄
............................................................................... (2.13)
Di mana: D
= duration
t
= waktu
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
27
Para praktisi juga melakukan modifikasi dalam perhitungan duration, manjadi modified duration dengan menambahkan unsur present value untuk melihat sensitivitas suku bunga suatu saham. ..................................................................................... (2.14) Untuk melihat pengaruh perubahan suku bunga terhadap perubahan harga, maka dibentuklah rumus berikut: ............................................................................. (2.15)
2.2.5.5 Metode Pencatatan Obligasi Menurut Subramayam (2009:266), metode pencatatan untuk utang atau obligasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu 1. Metode Hold to Maturity (HTM) HTM adalah metode akuntansi yang digunakan oleh investor yang sejak membeli obligasi sudah memutuskan untuk memegangnya hingga jatuh tempo. Karena obligasi umumnya memiliki jangka waktu jatuh tempo yang panjang (di atas satu tahun), maka investor sudah memiliki perencanaan untuk investasi jangka panjang. Perencanaan investasi jangka panjang menyebabkan investor tidak lagi memperhatikan fluktuasi harga yang terjadi di pasar. Oleh karena itu, dalam pembukuan, obligasi tidak dicatat pada harga pasar melainkan menggunakan harga amortisasi. Secara sederhana, konsep harga amortisasi mirip dengan konsep penyusutan. Ketika suatu obligasi dibeli pada harga 110, maka setiap tahun akan disusutkan sejumlah nilai tertentu hingga menjadi 100 pada saat jatuh temponya. Sebaliknya ketika obligasi dibeli pada harga 90, maka setiap tahun akan dinaikkan sejumlah nilai tertentu hingga menjadi 100 pada saat jatuh temponya.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
28
2. Metode Trading Metode trading mencatat obligasi pada harga pasar. Dengan mencatat obligasi pada harga pasar, maka nilai kekayaan investor bisa naik atau turun mengikuti perubahan harga yang berlaku. Keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi (misalnya beli di harga 110 sekarang harganya 105), selisih harga tersebut langsung dibukukan pada laporan rugi laba karena diasumsikan obligasi akan dijual dalam jangka waktu dekat. Jadi sejak awal perencanaan investor ketika membeli obligasi adalah untuk trading jangka pendek. 3. Metode Available For Sale (AFS) Metode AFS mirip dengan metode trading yaitu mencatat obligasi pada harga pasar sehingga fluktuasi harga pasar langsung mempengaruhi nilai aset yang dimiliki investor. Perbedaan dengan trading adalah adanya kebebasan untuk obligasi ingin dipegang hingga jatuh tempo atau dijual-belikan. Karena belum ada keputusan itulah ketika ada keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi, maka selisihnya tidak dicatat pada laporan rugi laba, melainkan pada modal (equity). Selanjutnya mengikuti perkembangan harga, investor bisa memutuskan apakah nantinya obligasi yang bersangkutan mau ditransaksikan atau dipegang hingga jatuh tempo. Pada umumnya, institusi yang menggunakan ketiga metode di atas adalah asuransi dan perusahaan umum. Sementara dana pensiun hanya bisa menggunakan Trading dan HTM karena tidak memiliki equity dalam struktur laporan keuangannya. 2.2.6 Reksadana Ditinjau dari asal kata, reksadana berasal dari kosakata reksa yang artinya 'jaga' atau 'pelihara' dan dana yang berarti 'uang' atau 'kumpulan uang'. Jadi, reksadana bisa diartikan sebagai 'kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk suatu kepentingan (Siamat,2005:492). Mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995, reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
29
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Membeli reksadana merupakan alternatif dalam pembelian aset finansial di pasar modal. Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksadana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri.
2.2.6.1 Keuntungan berinvestasi di reksadana Ada
beberapa
keuntungan
dalam
berinvestasi
di
reksadana
(Miskhin,2012:490), yaitu: 1.Pengelolaan dilakukan secara profesional. Reksadana dikelola oleh para profesional pasar modal yang memiliki akses pada informasi dan pedagangan efek, sehingga selalu dapat meneliti berbagai peluang investasi terbaik bagi para nasabahnya. 2.Minimalisasi risiko Untuk meminimalisasi risiko, manajer investasi melakukan diversifikasi, yakni dana investasi ditempatkan pada beberapa macam instrumen investasi di pasar modal. Dengan demikian risiko kerugian investasi secara keseluruhan akan lebih kecil. 3.Mudah dicairkan Investasi reksadana mudah untuk diuangkan kembali serta efisien karena dapat dijual kembali kepada pengelola investasi. 4.Kemudahan investasi Berinvestasi di reksadana relatif mudah karena selain prosesnya mudah, terdapat beberapa pilihan investasi, dengan strategi yang sesuai dengan risiko dan keuntungan yang diharapkan. 5.Keleluasaan investasi Dalam investasi reksadana, investor lebih leluasa untuk memilih suatu jenis investasi dan leluasa pula untuk pindah ke jenis lainnya sesuai dengan tujuan investasi. 6.Keringanan biaya Investasi melalui reksadana relatif lebih ringan biayanya dibandingkan bila investor berinvestasi secara aktif. Hal ini disebabkan karena perusahaan
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
30
manajer investasi menghimpun dana dalam skala besar,
sehingga dapat
mengalokasikannya secara ekonomis. 2.2.6.2 NAB Reksadana Menurut Bodie (2008:91) Nilai Aset Bersih (NAB), merupakan nilai keseluruhan aset yang terkumpul dalam suatu portofolio reksadana per lembar yang beredar. Dalam perhitungan NAB, biaya yang terkait dalam reksadana, seperti management fee telah dikeluarkan. Dengan demikian, NAB mencerminkan harga bersih suatu reksadana. Perhitungan NAB reksadana adalah sebagai berikut:
................................. (2.16) Di mana: Net Asset Value
= Nilai Aset Bersih
Market value on assets
= Nilai pasar suatu aset
Liabilities
= Kewajiban/biaya(management fee)
Shares outstanding
= Jumlah unit yang beredar
2.2.6.3 Jenis – Jenis Reksadana Berdasarkan komposisi aset dalam pembentukan portofolionya, reksadana terbagi dalam beberapa jenis (Hariyni,2010:245), yaitu 1. Reksadana Saham Reksadana ini dibentuk dengan komposisi minimal 80% dana yang dikelola berbentuk efek ekuitas (saham). 2. Reksadana Pendapatan Tetap Reksadana ini dibentuk dengan komposisi minimal 80% dana yang dikelola berbentuk efek utang (obligasi). 3. Reksadana Campuran Reksadana yang mempunyai perbandingan target aset alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
31
2.2.6.4 Metode Evaluasi Kinerja Reksadana Evaluasi terhadap kinerja suatu reksadana merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam memilih jenis reksadana yang akan menjadi tujuan investasi. Sehingga investor memiliki referensi sebelum melakukan transaksi. Metode evaluasi kinerja reksadana secara khusus hanya mengukur risk dan return dari reksadana yang bersangkutan. Beberapa metode yang menurut Bodie (2008:590) sering digunakan adalah sebagai berikut:
Sharpe Ratio ................................................................................. (2.17) Di mana: Sr
= Sharpe Ratio
Rrd
= Return Reksadana
σrd
= Standar Deviasi Reksadana
RFR
= Risk Free Rate
Treynor Ratio ................................................................................. (2.18) Di mana: Tr
= Treynor Ratio
Rrd
= Return Reksadana
βrd
= Beta
RFR
= Risk Free Rate
Alpha Jensen
Di mana: .............................................................................. (2.19) ................................ (2.20) ..................................... (2.21)
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
32
Dalam
melakukan
evaluasi
terhadap
kinerja
reksadana,
seluruh
perhitungan dilakukan dengan cara membandingkan antara kinerja reksadana yang satu dengan reksadana yang lain. Dengan kata lain, investor harus memilih satu rasio yang ingin dipergunakan sebagai dasar pemilihan kinerja, selanjutnya dihitung rasio tersebut untuk sekelompok reksadana dengan menggunakan data yang sama panjang. Selanjutnya rasio tersebut diperingkat, reksadana dengan rasio yang paling tinggi berarti reksadana tersebut merupakan reksadana yang paling baik kinerjanya. Beberapa hal yang harus diperhatikan investor adalah bahwa pengukuran kinerja tersebut hanya melihat dari sisi risk and return. Kewajaran isi portofolio, faktor besar kecilnya jumlah dana kelolaan, layanan dan transparansi informasi merupakan indikator yang tidak kalah penting dan tidak tercermin secara langsung dari pergerakan harga reksadana. 2.2.6.5 Proses Transaksi Reksadana Menurut Hariyni (2010:245), kegiatan membeli suatu reksadana disebut subcription atau pada prospektus reksadana tertulis “penjualan”. Sedangkan kegiatan menjual reksadana yang telah dimiliki disebut redemption atau pada prospektus reksadana tertulis “penjualan kembali”. Penamaan ini mengambil sudut pandang prospektus reksadana. Prosedur umum yang dilakukan oleh investor ketika hendak bertransaksi reksadana adalah sebagai berikut: 1. Mendatangi perusahaan manajemen aset. 2. Mengisi formulir pembukaan rekening. 3. Mengisi kuesioner profil risiko. Setelah seluruh dokumen telah diverifikasi oleh pihak perusahaan manajemen aset dan tidak ditemukan masalah, maka investor dinyatakan resmi berinvestasi di reksadana. Langkah selanjutnya adalah melakukan transfer sejumlah uang yang akan diinvestasikan, dalam reksadana terdapat istilah “in good fund” dan “in complete application.” In good fund artinya ialah dana harus ditransfer ke rekening atas nama reksadana di bank kustodian sebelum cut off time (sekitar pukul 13.00 WIB). In
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
33
complete application artinya ialah formulir subscription telah diterima oleh bank kustodian sebelum cut off time. Jika in good fund dan in complete application dilakukan sebelum cut off time, maka investor akan mendapatkan harga reksadana pada hari itu juga yang baru akan diumumkan keesokan harinya di media. Tetapi jika dilakukan setelah melewati batas cut off time, maka harga reksadana yang diperoleh oleh investor adalah harga besok yang akan diumumkan dua hari kemudian. Pada transaksi redemption (penjualan kembali), hanya terdapat in complete application. Proses redemption secara umum adalah sebagai berikut: 1. Permohonan penjualan
kembali unit penyertaan harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam prospektus dengan menggunakan formulir penjualan kembali unit penyertaan. 2. Formulir penjualan kembali unit penyertaan dilengkapi dengan menyatakan jumlah unit yang akan dijual kembali. 3. Tanda tangan pada formulir penjualan kembali unit penyertaan harus sama dengan tanda tangan pada formulir pemesanan penjualan unit penyertaan. 4. Formulir penjualan kembali unit penyertaan disertai dengan fotokopi identitas diri yang sesuai dengan identitas diri pada saat pembelian unit penyertaan.
2.2.7 Return dan Risiko Portofolio Return yang diharapkan dalam satu portofolio, menurut Reily (2007:210) secara sedarhana merupakan bobot rata – rata dari return aset individual. Bobot merupakan proporsi terhadap total nilai kesuluruhan investasi. Perhitungan expected return portofolio dapat dijabarkan sebagai berikut: (
)
∑
....................................................................... (2.22)
Di mana: E(Rport)
= Expected retrun portofolio
Wi
= Bobot aset individual
Ri
= Return aset individual
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
34
Untuk mengetahui risiko dari suatu portofolio, Harry Markowitz menurunkan formula untuk menghitung standar deviasi dari portofolio tersebut,yakni sebagai berikut: √∑
∑
∑
....................................... (2.23)
Di mana: σport
= standar deviasi portofolio
wi
= bobot untuk aset i
σi
= standar deviasi pada aset i
wj
= bobot untuk aset j
σj
= standar deviasi pada aset j
covij
= kovarians antara aset i dan aset j
2.2.8 Investasi Aktif vs Pasif Menurut Bodie (2008:693), seluruh investor memiliki pilihan untuk mengelola investasinya secara aktif atau pasif. Pengelolaan secara pasif didasarkan pada keyakinan bahwa harga suatu aset akan mendekati harga wajarnya. Daripada membuang waktu dan tenaga untuk "mengalahkan pasar” yakni dengan mencari selisih harga dari aktivitas trading aktif, investor secara sederhana mengasumsikan bahwa pemilihan saham yang dilakukannya telah sesuai dengan batas toleransi risiko yang dimilikinya. Gaya pengelolaan secara pasif dapat diaplikasikan pada keputusan pemilihan saham ataupun alokasi aset. Berlawanan dengan gaya pengelolaan aset secara pasif, pengelolaan secara aktif mengasumsikan bahwa investor tersebut lebih pintar daripada investor lainnya dalam memilih aset yang akan menunjukkan kinerja yang baik. Tipe investor ini seringkali melakukan trading secara aktif agar dapat menumpuk return yang didapat setiap harinya.
2.3 Investasi pada Perusahaan Asuransi Menurut Miskhin (2012:526), perusahaan asuransi seperti halnya lembaga keuangan lainnya, melakukan transformasi aset dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Perusahaan asuransi menggunakan premi yang didapatkan dari peserta
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
35
asuransi untuk diinvestasikan ke berbagai macam aset seperti obligasi, saham, dan instrumen investasi lainnya. Jika perusahaan asuransi dapat melakukan proses transformasi aset secara efisien, memberikan pelayanan kepada nasabahnya dengan biaya rendah, serta memperoleh return yang tinggi dari hasil investasinya, tentu saja akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Reily (2007:65), menyebutkan bahwa perusahaan asuransi selaku investor institusi pada dasarnya mencari selisih antara rate of return pada investasi dengan actuarial rate. Bila selisihnya positif, maka cadangan aset akan bertambah (surplus). Peningkatan
surrplus ini akan menjadi alat yang kompetitif bagi
perusahaan asuransi dalam bersaing dengan perusahaan asuransi lainnya. Dengan hasil kinerja investasi yang baik, perusahaan akan dapat menutup selisih diskon yang diberikan kepada para pemegang polis, sehingga dapat mendukung sisi pemasaran agar dapat melakukan penawaran produk dengan harga yang lebih kompetitif kepada para calon peserta. Selain itu, dengan menginvestasikan pendapatan premi yang telah diperoleh, perusahaan asuransi juga dapat menjaga likuiditas keuangannya. Klaim yang timbul akibat peristiwa yang dapat terjadi secara tiba – tiba seperti halnya kecelakaan, kebakaran, dan lain – lain, akan membutuhkan dana yang siap tersedia untuk melakukan pertanggungan atas peristiwa tersebut. Sehingga seringkali investasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi dialokasikan ke aset finansial yang likuiditasnya lebih tinggi dibandingkan aset riil.
2.3.1 Sumber Dana Investasi Perusahaan Asuransi Sumber utama dana investasi perusahaan asuransi pada umumnya berasal dari dana cadangan teknis. Pada neraca perusahaan asuransi terdapat akun cadangan teknis, terdiri atas cadangan premi dan cadangan klaim (Siamat,2005: 669). 1. Cadangan premi, merupakan pendapatan premi yang belum diakui dalam neraca keuangan perusahaan asuransi. 2. Cadangan klaim, merupakan langkah untuk mengantisipasi terjadi klaim di luar perhitungan sebelumnya.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Profil Perusahaan Berikut ini merupakan profil perusahaan PT IHT
yang dihimpun dari
website resmi PT IHT, serta hasil wawancara terhadap beberapa karyawan PT IHT. PT IHT merupakan anak perusahaan PT AKS, sebuah perusahaan BUMN yang telah berpengalaman lebih dari 40 tahun salam bidang perasuransian. Pada tahun
2005,
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1241/Menkes/XI/2004 PT AKS ditunjuk sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM). PT AKS mendapat penugasan untuk mengelola kepesertaan serta pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Pada tahun 2008 Pemerintah mengubah nama Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) menjadi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). PT AKS berdasarkan Surat Menteri Kesehatan RI Nomor
112/Menkes/II/2008
mendapat
penugasan
untuk
melaksanakan
Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas yang meliputi tata laksana kepesertaan, tata laksana pelayanan dan tata laksana organisasi dan manajemen. Sebagai tindak lanjut atas diberlakukannya Undang-undang Nomor 40/2004 tentang SJSN PT AKS pada 6 Oktober 2008 PT AKS mendirikan anak perusahan yang akan mengelola Kepesertaan Komersial. Berdasarkan Akta Notaris Nomor 2 Tahun 2008 berdiri anak perusahaan PT AKS dengan nama PT IHT. Pada tahun 2009, pada tanggal 20 Maret 2009 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-38/KM.10/2009 PT IHT selaku anak perusahaan dari PT AKS telah memperoleh ijin operasionalnya. Dengan dikeluarkannya ijin operasional ini maka PT IHT dapat mulai menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi masyarakat. PT IHT menjalankan kegiatan usahanya di bidang asuransi jiwa dengan produk unggulan asuransi kesehatan, yaitu Managed Care dan Indemnity.Di tahun 2010, PT IHT berhasil membukukan premi lebih dari Rp800 miliar, melalui 1.706 36
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
37
total Badan Usaha Pemegang Polis yang memiliki lebih dari satu juta peserta dengan Rasio Pencapaian Tingkat Solvabilitas (Risk Based Capital) sebesar 550,52%, jauh melebihi ketentuan pemerintah sebesar 120%. 3.2 Visi Perusahaan Menjadi pilihan utama dalam industri asuransi kesehatan di Indonesia. 3.3 Misi Perusahaan 1. Menyelenggarakan bisnis asuransi kesehatan secara profesional dengan prinsip Good Corporate Governance untuk memberikan nilai yang optimal bagi pemegang saham. 2. Memberikan layanan yang memuaskan bagi pelanggan. 3. Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, produktif, dan sejahtera. 4. Meningkatkan jumlah masyarakat yang dicakup dalam sistem asuransi kesehatan. 3.4 Budaya Perusahaan Dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perusahaan menetapkan budaya perusahaan yang dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari tercermin sebagai perilaku segenap jajaran perusahaan mulai dari direksi hingga pegawai terendah yang menanamkan nilai inti dari perusahaan yang terdiri atas: 1. Integrity: Setiap individu yang bekerja harus menjadi pribadi yang jujur dan berkarakter kuat. 2. High Motivation: Motivasi untuk menjadi pribadi yang terbaik dan unggul dibandingkan dengan yang lain harus tertanam dan ditanamkan dalam setiap individu pegawai. 3. Excellence Services: Selalu ingin memberikan layanan sebagaimana yang diharapkan pelanggan atau bahkan melampaui harapan pelangggan. 4. Accountable: Setiap pegawai harus menjadi individu yang dapat dipercaya, taat kepada komitmen, dapat menjaga kerahasiaan, dan memenuhi setiap ketentuan. Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
38
5. Learning and Professional: Terus belajar untuk menjadi professional excellence harus tertanam dalam diri setiap pegawai. 6. Teamwork: Setiap pekerjaan dilaksanakan dalam tim kerja yang saling melengkapi untuk memberikan hasil yang maksimal bagi perusahaan. 7. High Concern of Quality: Fokus pada kualitas dan disertai dengan dampak pencapaian (achievement impact) yang besar.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
39
3.5 Struktur Organisasi Perusahaan RUPS
DEWAN KOMISARIS
DIREKTUR UTAMA
PERENCANAAN STRATEGIK & PENGEMBANGAN BISNIS
AUDIT INTERNAL
SEKRETARIS PERUSAHAAN
DIREKTORAT PEMASARAN & PELAYANAN PELANGGAN
DIREKTORAT TEKNIK DAN OPERASIONAL
DIREKTORAT KEUANGAN DAN UMUM
DIVISI PEMASARAN & PENJUALAN
DIVISI UNDERWRITING
DIVISI KEUANGAN
DIVISI PELAYANAN PELANGGAN
DIVISI KLAIM & PROVIDER
DIVISI AKUNTANSI & ANGGARAN
DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI
DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA & UMUM
DIVISI PELAYANAN OBAT
DIVISI INVESTASI
DIVISI AKTUARIA
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT IHT Sumber: Website PT IHT (telah diolah kembali)
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
40
3.6 Produk 3.6.1 Managed Care (Diamond, Platinum, Gold, dan Silver) Klasifikasi 1. Produk ini merupakan produk asuransi kesehatan yang diselenggarakan dengan menggunakan sistem managed care yang penyelenggaraannya lebih mengutamakan pengendalian utilisasi dan biaya pelayanan kesehatan dengan tujuan menghasilkan asuransi kesehatan yang lebih efisien. 2. Jenis jaminan adalah jaminan pemeliharaan kesehatan (health care services) dengan cakupan pelayanan kesehatan menyeluruh dengan tingkat premi tertentu. 3. Cakupan atau ruang lingkup jaminan kesehatan dapat disesuaikan dengan level jabatan atau golongan karyawan atau dapat juga disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. 4. Pilihan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan jaringan yang ditunjuk oleh Inhealth Indonesia. Jika peserta menggunakan fasilitas diluar jaringan maka biaya yang terjadi tidak menjadi tanggungan perusahaan, kecuali untuk rawat jalan Diamond dan Platinum. 5. Peserta diharuskan untuk memilih dokter umum yang sudah ditunjuk sebagai dokter keluarganya karena dalam sistem ini dokter umum berfungsi sebagai gate keeper atau pengendali pelayanan kesehatan terutama pengendali rujukan ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
3.6.2 Indemity Produk ini merupakan produk asuransi kesehatan. Jenis jaminan adalah medical expense yang memberikan seluruh aspek layanan kesehatan (rawat inap, rawat jalan dan lain-lain) yang telah disesuaikan dengan kebutuhannya. Besarnya jaminan kesehatan dapat disesuaikan dengan level jabatan atau golongan karyawan atau dapat juga disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Sistem pelayanan kesehatan melalui paket bebas memilih (dapat reimbursement maupun provider). Lamanya masa pertanggungan adalah satu tahun dan dapat diperbarui. Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
41
3.6.3 Group Term Life (GTL) Produk asuransi jiwa kumpulan yang memberikan uang santunan apabila peserta meninggal dunia karena sakit atau kecelakaan (masa pertanggungan selama satu tahun dan dapat diperpanjang).
3.6.4 Personal Accident Produk asuransi kecelakaan diri kumpulan yang memberikan santunan apabila meninggal dunia dan kehilangan anggota tubuh karena kecelakaan (masa pertanggungan selama satu tahun dan dapat diperpanjang).
3.6.5 Endowment Produk Endowment adalah produk asuransi jiwa kumpulan yang memberikan: 1. Uang kepada pemegang polis, apabila tertanggung masih hidup sampai masa berakhirnya asuransi. 2. Uang pertanggungan kepada ahli waris yang sah, apabila tertanggung meninggal dunia karena sakit atau kecelakaan selama masa aktif polis.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
BAB 4 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Penentuan Periode Observasi Periode penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu Februari sampai April 2013. Hal ini disesuaikan dengan rentang periode peneliti dalam melaksanakan proses magang di PT IHT.
4.2 Penentuan Instrumen Investasi Penentuan instrumen investasi yang akan diteliti berdasarkan pada instrumen investasi yang digunakan oleh PT IHT, yang berupa deposito, saham, obligasi dan reksadana. Peneliti tidak mengevalusasi kinerja instrumen obligasi karena kebijakan perusahaan memberlakukan obligasi dicatat sebagai hold to maturity. Dengan demikian return yang didapat murni dari yield kupon yang diterima dan tidak diperdagangkan pada pasar sekunder.
4.3 Data 4.3.1 Data Penelitian Data dalam penelitian ini mencakup beberapa produk instrumen investasi seperti saham, obligasi, dan reksadana yang digunakan oleh PT IHT pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Maret 2013. 1. Data – data harian jumlah investasi saham, obligasi dan reksadana yang dilakukan PT IHT dalam periode 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Maret 2013. 2. Data – data harian pergerakan harga saham yang diinvestasikan oleh PT IHT. 3. Data – data bulanan pergerakan Nilai Aset Bersih (NAB) per unit reksadana yang diinvestasikan oleh PT IHT. 4. Data – data jadwal pembayaran kupon obligasi yang diterima oleh PT IHT.
42
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
43
5. Return dari pasar saham berupa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode 1 Januari 2013 – 31 Maret 2013. 6. Return dari pasar reksadana berupa total NAB seluruh reksadana selama periode 1 Januari 2013 – 31 Maret 2013. 7. Data BI rate yang diperoleh dari data laporan bulanan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Data – data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yakni: 1. Laporan Investasi PT IHT 2. Datastream 3. Website Infovesta (www.infovesta.com) 4. Website Bank Indonesia (www.bi.go.id)
4.3.2 Variabel Penelitian Dalam melakukan penelitian, diperlukan variabel – variabel berikut dalam menyimpulkan analisis. 1. Return harian selama rentang Januari – Maret 2013 atas masing – masing instrumen investasi. 2. Return portofolio masing – masing instrumen investasi yang merupakan hasil pengembalian per bulan portofolio saham dan reksadana. 3. Standar deviasi merupakan risiko masing – masing instrumen investasi yang memberi gambaran mengenai besar kecilnya risiko fluktuasi perubahan harga suatu instrumen investasi dalam periode tertentu. 4. Risk free rate merupakan return yang diperoleh dari aset yang bebas risiko. Tingkat risk free rate diasumsikan sama dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tahunan. Risk free dihitung bulanan dan harian. ..............................................................(4.1) ................................................................(4.2) 5. Indeks Sharpe’s ratio, digunakan untuk mengukur sejauh mana diversifikasi portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan keuntungan dengan tingkat risiko tertentu. Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe’s ratio mengukur risk premium yang
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
44
dihasilkan per unit risiko yang diambil. Pengertiannya ialah investasi pada SBI tidak mengandung risiko dengan memberikan tingkat bunga sebesar Rf, sedangkan investasi pada instrumen lainnya seperti saham, reksadana, dan obligasi mengandung risiko sehingga diharapkan return yang dihasilkan lebih besar dari Rf. Semakin tinggi nilai Sharpe’s ratio, kinerja instrumen investasi tersebut makin baik.
4.4 Metodologi Penelitian Dalam penelitian laporan akhir magang ini, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dan menganalisis masalah yang telah dirumuskan berdasarkan fakta dan teori yang terkait. Penilitian ini berusaha mengungkapkan masalah sesuai dengan keadaan yang terjadi berdasarkan harga saham, NAB reksadana dan yield obligasi. Tahapan – tahapan ini dijabarkan secara spesifik menurut alur pencapaian kesimpulan yang dimulai dari data yang telah didapat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya risiko dan tingkat return pada investasi saham, reksadana, dan obligasi pada periode Januari – Maret 2013. Dengan demikian, dapat diketahui kinerja instrumen investasi yang lebih baik selama periode tersebut. Selain itu peneliti juga melakukan uji coba untuk mendapatkan hasil optimal yang menghasilkan return
portofolio yang lebih tinggi dan standar
deviasi yang lebih rendah dari yang telah dihasilkan oleh PT IHT selama periode Januari 2013 sampai dengan Maret 2013.
4.5 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis uji different mean dengan membandingkan return masing – masing insturmen
investasi yang
didapat PT IHT sehingga dapat diketahui signifikansi perbedaan masing – masing dari rata – rata return. Uji different mean yang digunakan adalah Analysis of Varians (ANOVA).
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
45
Menurut Lind (2008:407), ANOVA adalah kumpulan model statistik yang digunakan untuk menganalisa perbedaan antara rata – rata di setiap kelompok data dan juga mengukur varians pada variabel yang ditentukan. ANOVA digunakan untuk membandingkan signifikansi perbedaan rata – rata return investasi dalam instrumen saham, reksadana,obligasi dan deposito yang dimiliki oleh PT IHT. Perbandingan dilakukan per bulan Januari 2013, Februari 2013 dan Maret 2013, serta sepanjang periode Januari 2013 sampai dengan Maret 2013. Perhitungan ini dibantu dengan menggunakan tools “Data Analysis” fungsi “Anova: Single Factor” pada software Microsoft Excel 2010. Level of significance (α) yang digunakan adalah sebesar 5%.
4.6 Hipotesis Menurut Reily (2007:43) pilihan dalam alokasi dana pada penempatan investasi disesuaikan dengan return dan risikonya. Bila antar instrumen investasi memberikan hasil yang sama besar, maka tidak ada keuntungan melakukan diversifikasi. Pendekatan hipotesis yang dilakukan adalah hipotesis terhadap populasi, di mana semua sampel yang termasuk dalam katagori instrumen investasi PT IHT dan pasar pada Januari 2013 sampai dengan Maret 2013 menjadi data dalam penelitian ini. Hipotesis ini perlu dilakukan untuk menguji apakah hasil penelitian ini berdasarkan sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang ada. Kecenderungan pengujian statistik didekatkan pada alternatif hasil sebagai berikut: Strategi investasi dengan menggunakan instrumen saham, reksadana, obligasi, dan deposito yang dilakukan sekaligus oleh PT IHT bertujuan untuk diversifikasi risiko. Namun semua instrumen tetap mendapatkan return yang lebih baik dari return
pasar. Dengan demikian hipotesisnya adalah besaran
return seluruh instrumen adalah sama. H0
: Rp Saham = Rp Reksadana = Rp Obligasi = Rp Deposito
H1
: Rp Saham ≠ Rp Reksadana ≠ Rp Obligasi ≠ Rp Deposito
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
46
Dalam uji ANOVA,
level of significance (α) yang digunakan adalah
sebesar 5%, degree of freedom numerator adalah 2 (hasil dari 3 kelompok jenis instrumen investasi – 1) dan degree of denumerator adalah 8 (hasil dari 3 data x 4 kelompok – 4 kelompok). Dengan demikian berdasarkan tabel F (Lind,2008:788), critical value (Ftabel) adalah sebesar 4,06. Jika Fhitung < 4,06 dan P value < 5% (level of significance), maka H0 tidak ditolak. Dengan kata lain rata – rata return di antara ketiga instrumen investasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Sebaliknya jika Fhitung > 4,06 dan P value < 5% (level of significance), maka H0 ditolak. Dengan kata lain rata – rata return di antara ketiga instrumen investasi memiliki perbedaan yang signifikan.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kebijakan Investasi PT IHT
Dewan Direksi PT IHT menetapkan Keputusan Direksi PT IHT Nomor 0.2/KEP/ 013 Tentang Kebijakan Investasi sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas investasi. Keputusan Direksi tersebut telah disesuaikan dengan undang – undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut : 1. Undang – undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. 2. Undang – undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : KEP – 38 /KMK.10/2009 tentang Pemberian Izin Usaha di Bidang Asuransi Jiwa. 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK/010/2012 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Persasuransian. 6. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 55; Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (Revisi 2006).
5.1.1 Komposisi Investasi yang Diperkenankan Komposisi dan proporsi penempatan investasi
maksimal yang
diperkenankan diatur dalam Keputusan Direksi PT IHT Nomor 0.2/KEP/013Pasal 11, yang isinya sebagai berikut: 1. Investasi dalam bentuk instrumen deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap bank, tidak melebihi 15% dari jumlah investasi. 2. Investasi dalam bentuk instrumen saham yang emitennya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing – masing tidak melebihi 10% dari jumlah investasi.
47
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
48
3. Investasi dalam bentuk instrumen obligasi BUMN/Korporasi dan Medium Term Notes yang penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbitnya tidak melebihi 15% dari jumlah investasi. 4. Investasi dalam instrumen reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi 15% dari jumlah investasi. 5. Investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat pada bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10% dari jumlah investasi. 6. Investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 5% dari jumlah investasi. Ketentuan Tambahan: 1. Khusus untuk deposito pada bank swasta, selain batasan maksimal yang disebutkan di atas, penempatan dana juga dibatas sebesar maksimal 20% dari aset bank yang bersangkutan. 2. Khusus untuk obligasi pada korporasi swasta, selain batasan maksimal yang disebutkan di atas, penempatan dana juga dibatasi sebesar maksimal 20% dari nilai emisi obligasi. 3. Khusus untuk saham
pada korporasi swasta, selain batasan maksimal
yang disebutkan di atas, penempatan dana juga dibatasi sebesar maksimal 20% dari nilai emisi saham. 4. Khusus untuk reksadana saham dan campuran, selain batasan maksimal 30% dari Asset Under Management yang dikelola perusahaan sekuritas atau perusahaan asset management.
5.1.2 Kriteria Penempatan Investasi Kriteria penempatan investasi yang diperkenankan diaturdalam Keputusan Direksi PT IHT Nomor 0.2/KEP/013 Pasal 10, yang isinya sebagai berikut: 1. Penempatan deposito dilakukan pada bank-bank BUMN, BUMD, dan bank swasta yang memiliki kinerja laporan keuangan dan termasuk dalam kategori “bank sehat” sesuai ketentuan Bank Indonesia. Untuk bank – bank swasta minimal telah beroperasi selama sepuluh tahun, selain itu memiliki aset minimal sebesar satu triliun rupiah, serta kepemilikan saham
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
49
mayoritas atas nama badan usaha bukan pribadi/ perorangan. Penempatan dana pada bank BUMD dan swasta diperbolehkan apabila bank tersebut memberikan tingkat suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang diberikan bank BUMN atau di atas suku bunga acuan (BI Rate). 2. Penempatan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat dilakukan melalui pasar perdana ataupun pasar sekunder dengan ketentuan tingkat diskonto yang diperoleh minimal sama dengan tingkat bunga yang diberikan oleh bank BUMN. Penempatan pada SBI dilakukan dalam rentang 1 sampai dengan 3 bulan. 3. Penempatan dana pada instrumen obligasi dapat dilakukan melalui pasar perdana dan ditujukan untuk dimiliki hingga jatuh tempo (hold to maturity). Penempatan pada obligasi korporasi minimal memiliki rating A(single A minus) dari lembaga pemeringkat. 4. Penempatan dana dalam instrumen saham, baik untuk Trading Securities atau Available For Sale, dapat dilakukan melalui pembelian di pasar perdana ataupun sekunder. Ketentuannya ialah saham – saham tersebut bersifat likuid dan memiliki faktor fundamental yang baik. Serta saham – saham tersebut harus masuk dalam katagori LQ 45 ataupun KOMPAS 100. 5. Penempatan dana pada instrumen reksadana haruslah pada reksadana yang telah memiliki izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta memiliki jumlah Asset Under Management (AUM) yang sesuai dengan ketentuan OJK. Reksadana juga harus dikelola oleh manajer investasi yang memiliki pengalaman minimal lima tahun pada industri pasar modal, memiliki lisensi sebagai manajer investasi dari OJK dan tidak pernah mendapatkan peringatan atau sanksi dari OJK. Serta memiliki track record kinerja yang baik, seperti menghasilkan return yang melebihi return indikatornya.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
50
5.2
Proses Transaksi Investasi
5.2.1 Proses Transaksi Investasi Saham 1.
Melakukan morning meeting untuk membahas rencana transaksi saham harian dengan menyediakan data-data pendukung. Morning meeting minimal dihadiri oleh kepala divisi, kepala departemen, dan trader yang berwenang.
2.
Hasil morning meeting diarsipkan dan ditandatangani oleh seluruh peserta. Hasil tersebut menjadi acuan dasar atas transaksi saham pada hari yang bersangkutan.
3.
Menghubungi broker untuk melakukan transaksi pembelian atau penjualan.
4.
Saham-saham yang dibeli atau dijual dicatat dalam buku trading yang memuat tanggal transaksi, nama saham yang dipesan, jumlah lot, harga, dan broker yang berperan dalam transaksi.
5.
Penjualan akan dilakukan apabila saham tersebut memiliki harga pasar yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga pembelian atau ada pertimbangan khusus.
6.
Melakukan monitoring dan verifikasi atas konfirmasi tertulis yang dikirimkan oleh broker, maksimal satu hari setelah proses transaksi dilakukan.
7.
Menyiapkan dokumen pembayaran serta melakukan pencatatan dalam buku bank.
5.2.2 Proses Transaksi Investasi Reksadana 1.
Melakukan morning meeting untuk membahas rencana transaksi reksadana dengan menyediakan data – data pendukung. Morning meeting minimal dihadiri oleh kepala divisi, kepala departemen, dan trader yang berwenang.
2.
Melakukan analisis terhadap kinerja reksadana dan kompetensi manajer investasi.
3.
Menghubungi bank kustodian untuk melakukan proses pembelian atau penjualan unit reksadana.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
51
4.
Melakukan
monitoring
dan
penilaian
secara
berkala
berdasarkan
perkembangan NAB sehingga dapat menetapkan saat yang tepat untuk membeli atau menjual reksadana. 5.
Penjualan akan dilakukan apabila reksadana tersebut pada hari yang bersangkutan memiliki NAB yang lebih tinggi dibandingkan NAB pada saat pembelian, atau ada pertimbangan khusus.
6.
Penjualan dan pembelian reksadana dilakukan dengan persetujuan direksi.
5.2.3 Proses Transaksi Investasi Obligasi 1.
Pembelian obligasi pada pasar perdana dilakukan apabila cash outlay minimal memiliki nilai yang sama dengan present value dari face value dan kupon obligasi dengan menggunakan discount factor berupa tingkat suku bunga deposito bank BUMN tertinggi dalam tempo satu tahun.
2.
Penjualan obligasi dilakukan apabila hasil yang diperoleh lebih besar daripada kupon obligasi yang diterima atau dengan mempertimbangkan oppotunity return yang lebih baik bagi perusahaan dengan pendekatan net present value.
3.
Penyerahan obligasi dilakukan melalui bank kustodian.
4.
Melakukan monitoring atas konfirmasi pembelian obligasi, penerimaan fisik obligasi, serta pembayaran sampai proses pembelian selesai.
5.
Melakukan monitoring atas penerimaan kupon obligasi.
6.
Penjualan dan pembelian obligasi dilakukan dengan persetujuan direksi.
5.3 Komposisi Portofolio Investasi PT IHT Portofolio aset investasi yang dimiliki oleh PT IHT terdiri atas deposito, obligasi, reksadana, dan saham. Berikut adalah komposisi portofolio investasi PT IHT pada akhir Maret 2013.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
52
Tabel 5.1 Komposisi Investasi PT IHT (dalam miliar rupiah) PORTOFOLIO Awal Jan-13 Jan-13 Feb-13 Mar-13 RKAP 2013 653,57 622,90 658,09 707,95 330,75 Deposito 502,00 502,00 502,00 509,00 787,50 Obligasi 189,90 207,95 206,34 200,34 299,25 Reksadana 48,36 68,01 44,72 35,37 157,50 Saham Total 1.393,83 1.400,86 1.411,15 1.452,65 1.575,00 Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Tabel 5.2 Persentase Komposisi Portofolio PT IHT %PORTOFOLIO
Awal Jan-13
Jan-13
Feb-13
Mar-13
RKAP 2013
Deposito
46,89%
44,47%
46,63%
48,73%
21,00%
Obligasi
36,02%
35,84%
35,57%
35,04%
50,00%
13,62% 14,84% 14,62% 13,79% 19,00% Reksadana 3,47% 4,85% 3,17% 2,43% 10,00% Saham Total 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Berdasarkan kedua tabel di atas, sampai dengan bulan Maret 2013, terlihat instrumen deposito mendominasi komposisi portofolio aset yang dimiliki PT IHT sebesar 48,73%, disusul dengan obligasi sebesar 35,04%, reksadana sebesar 13,79%, dan porsi terkecil dimiliki oleh saham sebesar 2,43%. Jika dilihat secara nominal, instrumen deposito dan obligasi terlihat meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan reksadana dan saham mengalami penurunan. Namun, jika dilihat dari persentase terhadap jumlah dana yang diinvestasikan, hanya deposito yang mengalami peningkatan, sedangkan instrumen lainnya mengalami penurunan. Dengan komposisi tersebut, PT IHT belum melakukan penempatan sesuai dengan komposisi yang dibentuk pada Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah ditetapkan pada awal tahun. Komposisi tersebut juga sudah memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.53/PMK.01/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
53
Dengan menempatkan porsi terbesar pada instrumen deposito dan obligasi, aktivitas investasi yang dilakukan oleh PT IHT cenderung risk averse. PT IHT menghindari risiko dalam instrumen yang memiliki volatilitas yang tinggi seperti saham.
5.4 Perbandingan Hasil Investasi dengan Total Dana Kelolaan Untuk mengetahui kinerja dari portofolio investasi yang dimiliki oleh PT IHT, perlu dilakukan perbandingan antara hasil investasi dengan total dana kelolaan investasi sehingga didapat hasil yield on investment.
Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Kinerja Investasi dengan Total Dana Kelolaan Investasi PT IHT (dalam miliar rupiah) Bulan
Total Dana Kelolaan
Return
YOI (%)
1.400,86 12,09 0,85% Januari 2013 1.411,15 13,73 0,97% Februari 2013 1.452,65 8,92 0,63% Maret 2013 Rata -rata 1.422,00 Total 2,44% Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat
bahwa rasio YOI mengalami
peningkatan pada bulan Februari 2013 dibandingkan bulan Januari 2013, namun mengalami penurunan kembali pada bulan Maret 2013. Didapat hasil akumulasi YOI sampai dengan akhir Maret 2013 sebesar 2,45%. Untuk mencapai target yang ditetapkan pada RKAP, yakni YOI tahunan sebesar 10%, maka kinerja investasi pada PT IHT harus ditingkatkan. Bila diasumsikan selama tiga periode triwulan yang masih tersisa, return yang didapat konstan sesuai dengan triwulan pertama, maka YOI tahunan yang dihasilkan ialah sekitar 9,8%. Dengan kata lain, dengan hanya mempertahankan kinerja yang telah dihasilkan pada triwulan pertama tanpa adanya peningkatan yang berarti, target YOI tahunan sebesar 10% sulit untuk dicapai.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
54
5.5 Analisis Hasil Investasi Untuk mengetahui kinerja dari masing – masing instrumen, maka dilakukan analisis hasil investasi yang ditinjau dari perolehan return tiap instrumen. Tabel 5.4 Kontribusi Masing – Masing Instrumen terhadap Total Return Investasi PT IHT %Return (Net)
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Akumulasi s/d akhir Maret 2013
26,65% 18,06% 37,28% 25,98% Deposito 29,23% 25,72% 39,84% 30,57% Obligasi 27,49% 29,72% 12,20% 24,45% Reksadana 16,63% 26,49% 10,67% 19,00% Saham Total 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Secara nominal, return yang telah diakui dapat dilihat pada bulan Januari dan Maret, instrumen obligasi memberikan kontribusi terbesar dibanding instrumen lainnya. Sedangkan pada bulan Februari, kontribusi pendapatan terbesar diberikan oleh instrumen reksadana. Secara akumulasi dari bulan Januari hingga Maret 2013, instrumen obligasi berada di peringkat pertama dalam kontribusi terbesar, terbesar kedua adalah deposito, yang ketiga adalah reksadana, dan yang terakhir adalah saham. Hal ini hampir sebanding dengan porsi komposisi penempatan dana investasi yang dilakukan yang dijelaskan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.5 Return Dibagi Dana Kelolaan untuk Masing – Masing Instrumen %Return
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Rata -rata
Deposito
0,49%
0,38%
0,50%
0,46%
Obligasi
0,70%
0,70%
0,71%
0,70%
Reksadana
1,65%
2,03%
0,54%
1,41%
4,09% 7,41% 1,94% 4,48% Saham Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Jika dilihat dari return yang telah dibagi dengan dana kelolaan untuk setiap instrumen, return dari saham merupakan yang terbesar apabila dibandingkan dengan instrumen lainnya.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
55
5.6 Analisis Kondisi Pasar Dalam tiga bulan pertama di tahun 2013, terlihat kinerja pasar modal Indonesia yang dicerminkan dari pergerakan IHSG menunjukkan tren meningkat yang kuat. Berkali – kali nilai IHSG menembus rekor baru pada periode ini.
Gambar 5.1 Pergerakan Harga Harian IHSG Periode Januari – Maret 2013 Sumber: Datastream, diakses pada 9 April 2103 pukul 09.00 WIB (telah diolah kembali)
Namun, menjelang akhir Maret 2013 kondisi pasar terlihat bergejolak terkait dengan adanya permasalahan yang dialami negara Siprus yang menambah lagi deretan negara Eropa yang terkena krisis. Permasalahan yang terjadi di Eropa tersebut mempengaruhi perdagangan pasar modal di Indonesia yang memiliki tingkat kepemilikan investor asing cukup tinggi.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
56
Gambar 5.2 Pergerakan Return Harian IHSG Periode Januari – Maret 2013 Sumber: Data stream, diakses pada 9 April 2103 pukul 09.00 WIB (telah diolah kembali)
Jika dilihat dari pergerakan return harian yang ditampilkan dalam Gambar 5.2, terlihat volatilitas yang cukup besar antara return positif dan return negatif.
Tabel 5.6 Return Bulanan dan Indeks Sharpe Pasar pada Periode Januari – Maret 2013 berikut SBI Bulan
Return/ Bulan
Risk Free
Januari
Return
Saham 3,12%
Reksadana 1,98%
Obligasi 1,06%
Tahunan 5,75%
Bulanan 0,48%
Februari
Return
7,40%
5,24%
0,52%
5,75%
0,48%
Maret
Return
2,98%
2,77%
0,08%
5,75%
0,48%
Januari s/d Maret
Average
4,50%
3,33%
0,55%
Stdev
2,51%
1,70%
0,49%
5,75%
0,48%
1,60
1,67
0,15
Sharpe
Sumber : Datastream diakses pada 9 April 2013 pukul 09.00 WIB, Website Infovesta diakses pada 9 April 2013 pukul 13.00 WIB, Website BI diakses pada 9 April 2013 pukul 13.30 WIB (telah diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 5.6 di atas, return bulanan pasar tertinggi dihasilkan dari instrumen saham pada bulan Februari 2013 yakni sebesar 7,40%. Sepanjang
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
57
periode Januari – Maret 2013, instrumen saham mencatatkan rata – rata return bulanan tertinggi dibandingkan instrumen lainnya. Namun, besarnya rata – rata return bulanan saham pada periode tersebut juga menunjukkan standar deviasi yang tertinggi pula. Sedangkan untuk pasar obligasi, rata – rata return bulanannya menunjukkan hasil terkecil dibandingkan dua instrumen lainnya. Untuk pengukuran pasar obligasi tersebut juga mencakup obligasi yang dijual di pasar sekunder sehingga tetap menunjukkan volatilitas pergerakan return setiap harinya. Jika kinerja pasar dihitung berdasarkan Sharpe’s ratio, kinerja reksadana melebihi kinerja saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di antara instrumen – instrumen investasi yang tersedia, pada periode Januari – Maret 2013 instrumen yang menunjukkan kinerja terbaik adalah reksadana, disusul oleh instrumen saham di urutan kedua dan obligasi di peringkat terakhir.
5.7 Hasil Uji Anova Hasil yang didapat dari pengujian uji statistik Anova dapat disimpulkan di dalam tabel berikut
Tabel 5.7 Hasil Anova Return Saham, Reksadana dan Obligasi pada periode Januari – Maret 2013 Periode Januari - Maret 2013
Fhitung
Fcritical
Pvalue
5,05
4,06
0,02
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa selama periode Januari – Maret 2013, Fhitung yang dihasilkan sebesar 5,05, lebih besar dibandingkan dengan Ftabel sebesar 4,06 dan signifikan pada tingkat kepercayaan sebesar 95%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak, sehingga menerima H1 yang artinya bahwa salah satu atau lebih dari instrumen saham, reksadana dan obligasi selama rentang waktu Januari sampai dengan Maret 2013 memiliki perbedaan yang signifikan.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
58
5.8Analisis Portofolio Investasi Secara ringkas, perbandingan antara hasil kinerja investasi PT IHT dengan kinerja pasar secara keseluruhan terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 5.8 Perbandingan Return dan Indeks Sharpe PT IHT dengan IHSG Periode Januari – Maret 2013 Bulan
PT IHT
Indeks Pasar
Januari
Return
Saham 4,09%
Februari
Return
7,41%
2,03%
0,70%
7,40%
5,24%
0,52%
Maret
Return
1,94%
0,54%
0,71%
2,98%
2,77%
0,08%
Januari s/d Maret
Average
4,48%
1,41%
0,70%
4,50%
3,33%
0,55%
Stdev
2,75%
0,77%
0,00%
2,51%
1,70%
0,49%
1,45
1,20
86,82
1,60
1,67
0,15
Sharpe
Reksadana 1,65%
Obligasi 0,70%
Saham 3,12%
Reksadana 1,98%
Obligasi 1,06%
Sumber : Datastream diakses pada 9 April 2013 pukul 09.00 WIB, Website Infovesta diakses pada 9 April 2013 pukul 13.00 WIB, Website BI diakses pada 9 April 2013 pukul 13.30 WIB (telah diolah kembali)
Dari Tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa pada bulan Januari dan Februari, return saham PT IHT lebih baik dari yang dihasilkan pasar, namun di bulan Maret return pasar melebihi return PT IHT. Jika dilihat rata – rata return saham bulanan dari Januari sampai dengan Maret, return yang dihasilkan PT IHT lebih kecil dari yang dihasilkan pasar, di sisi lain nilai standar deviasi saham PT IHT lebih besar dari pada IHSG. Dengan demikian, nilai Sharpe’s ratio yang dihasilkan PT IHT lebih kecil dibandingkan pasar. Kinerja instrumen reksadana yang dikelola oleh PT IHT tidak lebih baik dari kinerja indeks pasar reksadana. Selama rentang Januari sampai dengan Maret, return yang dihasilkan PT IHT lebih kecil dari yang dihasilkan pasar. Nilai Sharpe’s ratio yang dihasilkan PT IHT juga lebih kecil dibandingkan pasar. Return obligasi yang dikelola oleh PT IHT cenderung konstan berkisar 0,7%. Hal ini disebabkan kebijakan investasi PT IHT yang menetapkan instrumen obligasi ditahan hingga jatuh tempo (hold to maturity). Secara rata – rata return yang dihasilkan oleh PT IHT lebih kecil dari yang dihasilkan indeks pasar
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
59
obligasi, namun volatiltas yang dihasilkan sangat kecil, sehingga indeks Sharpe’s ratio yang dihasilkan jauh melebihi pasar.
5.8.1 Analisis Portofolio Saham 5.8.1.1 Proporsi Saham per Sektor dalam Portofolio Investasi PT IHT Dari tabel berikut, dapat dilihat proporsi saham yang dimiliki oleh PT IHT berdasarkan sektor usaha. Tabel 5.9 Proporsi Saham per Sektor dalam Portofolio Investasi PT IHT Bulan Maret 2013 Sektor Saham
Penempatan
Return
Rp
%
Rp
- Infrastructure
2.814.250.000
7,96%
1.759.020.297
26,65%
- Finance
3.566.250.000
10,08%
1.695.732.736
25,69%
- Trade
3.378.700.000
9,55%
914.349.843
13,85%
- Misc.Industry
4.408.200.000
12,46%
710.431.876
10,76%
- Basic Industry
3.620.250.000
10,24%
628.488.590
9,52%
- Property
1.135.900.000
3,21%
614.443.951
9,31%
11.639.420.000
32,91%
583.690.107
8,84%
- Mining
3.115.450.000
8,81%
(52.972.590)
(0,80%)
- Agri
1.688.750.000
4,77%
(259.259.375)
(3,93%)
Total
35.367.170.000
100,00%
6.600.254.184
100,00%
- Consumer Goods
%
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Dari Tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa porsi terbesar dalam alokasi saham berada di sektor barang konsumsi, yang emitennya seperti UNVR, GGRM, INDF, AISA. Namun, porsi alokasi penempatan yang besar belum tentu menghasilkan return terbesar karena return terbesar justru dihasilkan oleh sektor infrastruktur dan keuangan. Sedangkan ada beberapa sektor yang kinerjanya tidak baik, yakni sektor pertambangan dan pertanian.
5.8.1.2 Proporsi Emiten Saham dalam Portofolio Investasi PT IHT Dalam tabel berikut dapat dilihat proporsi masing – masing emiten saham dalam portofolio investasi saham yang dilakukan oleh PT IHT.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
60
Tabel 5.10 Rata – Rata Proporsi Emiten dalam Portofolio Saham PT IHT Emiten
Rata -rata proporsi
Emiten
Rata -rata proporsi
% dari total portofolio saham
% dari total investasi
% dari total portofolio saham
% dari total investasi
AISA
0,45%
0,02%
ICBP
1,16%
0,04%
AKRA
3,78%
0,14%
IMAS
0,45%
0,02%
ANTM
0,58%
0,02%
INDF
0,59%
0,02%
APLN
0,02%
0,00%
ITMG
1,24%
0,05%
ASII
21,18%
0,80%
JSMR
4,53%
0,17%
ASRI
0,30%
0,01%
KIJA
0,05%
0,00%
BBCA
1,31%
0,05%
KLBF
1,21%
0,05%
BBNI
0,44%
0,02%
LPKR
0,06%
0,00%
BBRI
2,43%
0,09%
LSIP
3,38%
0,13%
BBTN
0,31%
0,01%
MAIN
0,64%
0,02%
BHIT
1,35%
0,05%
MAPI
0,82%
0,03%
BJBR
0,13%
0,01%
MNCN
3,43%
0,13%
BJTM
0,21%
0,01%
PGAS
5,90%
0,22%
BKSL
0,07%
0,00%
PNLF
0,08%
0,00%
BMRI
6,15%
0,23%
PTBA
2,89%
0,11%
BMTR
0,42%
0,02%
PTPP
0,07%
0,00%
BSDE
0,36%
0,01%
SMCB
0,20%
0,01%
CMNP
1,36%
0,05%
SMGR
5,65%
0,21%
CPIN
0,14%
0,01%
SMRA
0,22%
0,01%
CTRA
0,07%
0,00%
SSIA
0,14%
0,01%
CTRP
0,06%
0,00%
TLKM
7,44%
0,28%
ERAA
0,31%
0,01%
UNTR
0,36%
0,01%
GGRM
6,67%
0,25%
UNVR
9,63%
0,36%
GIAA
0,71%
0,03%
WIKA
1,05%
0,04%
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Dari Tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa penempatan dana yang dilakukan oleh PT IHT telah sesuai dengan peraturan PMK no 53, yakni penempatan setiap emiten tidak melebihi 10% dari total investasi. Dapat dilihat pula bahwa porsi terbesar ditempatkan dalam saham – saham yang masuk ke dalam kelompok LQ 45 seperti ASII, UNVR, TLKM, GGRM, BMRI, SMGR, dan lainnya. Dengan proporsi seperti ini, rata – rata harian return portofolio yang dihasilkan adalah sebesar 0,16% dengan standar deviasi portofolio sebesar 0,87% sehingga menghasilkan Sharpe’s ratio sebesar 0,17. Rata – rata return harian
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
61
yang didapat oleh PT IHT ternyata lebih rendah dari rata – rata return harian dari beberapa indeks yang digunakan sebagai pembanding. IHSG menghasilkan rata – rata return harian sebesar 0,23% dengan standar deviasi 0,74%, Sharpe’s ratio yang dihasilkan sebesar 0,28. Indeks Kompas 100 menghasilkan rata – rata return harian sebesar 0,22% dengan standar deviasi 0,86%, Sharpe’s ratio yang dihasilkan sebesar 0,24. Indeks LQ 45 menghasilkan rata – rata return harian sebesar 0,22% dengan standar deviasi 0,90%, Sharpe’s ratio yang dihasilkan sebesar 0,22. Indeks BISNIS – 27 menghasilkan rata – rata return harian sebesar 0,24% dengan standar deviasi 0,95%, Sharpe’s ratio yang dihasilkan sebesar 0,24. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja pengelolaan investasi dalam instrumen saham yang dilakukan oleh PT IHT belum lebih baik daripada pasar.
5.8.1.3 Efficent Set Portofolio Saham
Gambar 5.4 Grafik Efficient Set Portofolio Saham PT IHT Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Dengan menggunakan teknik mean – variance yang dikembangkan oleh Markowitz, maka dapat dibentuklah grafik efficient set seperti yang tertera pada Gambar 5.4 di atas. Dapat dilihat dengan komposisi proporsi yang dimiliki oleh PT IHT yang tertera pada subbab 5.8.1.1 portofolio saham PT IHT belum efisien karena masih jauh dari garis efficient set.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
62
5.8.1.4 Percobaan Optimasi Portofolio Saham Peneliti mencoba melakukan simulasi dengan bantuan tools solver pada aplikasi Ms. Excell untuk membentuk komposisi proporsi portofolio saham yang paling optimal. Peneliti membuat dua uji coba, yakni membentuk portofolio saham dengan tingkat return yang sama seperti sebelumnya namun dengan standar deviasi yang lebih kecil, dan portofolio dengan standar deviasi yang sama namun memberikan return yang lebih tinggi. 1. Uji Coba 1 Pada uji coba yang pertama, peneliti mencoba untuk membentuk portofolio saham dengan return > 0,16% dan standar deviasi = 0,87%. Dengan menggunakan tools solver, maka terbentuklah komposisi proporsi portofolio saham sebagai berikut: Tabel 5.11 Hasil Uji Coba 1 Pembentukan Proporsi Portofolio Saham Emiten AISA AKRA ANTM APLN ASII ASRI BBCA BBNI BBRI BBTN BHIT BJBR BJTM BKSL BMRI BMTR BSDE CMNP CPIN CTRA CTRP ERAA GGRM GIAA
%Proporsi Emiten %Proporsi 2,67% ICBP 0,01% 0,00% IMAS 0,00% 0,00% INDF 12,24% 0,01% ITMG 0,00% 0,17% JSMR 0,01% 0,59% KIJA 0,02% 0,34% KLBF 0,00% 0,00% LPKR 0,01% 0,01% LSIP 0,00% 6,09% MAIN 0,00% 0,00% MAPI 11,86% 0,42% MNCN 0,04% 3,25% PGAS 1,93% 7,03% PNLF 10,33% 0,00% PTBA 0,01% 0,00% PTPP 0,04% 19,17% SMCB 0,05% 0,01% SMGR 0,01% 8,74% SMRA 6,35% 1,29% SSIA 0,02% 0,02% TLKM 6,03% 0,00% UNTR 0,00% 0,00% UNVR 0,03% 0,00% WIKA 1,20% Sumber: Olahan peneliti
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
63
Berdasarkan Tabel 5.11 di atas, terlihat adanya perubahan komposisi saham yang dipilih. Saham – saham yang memiliki potensi pertumbuhan yang besar seperti AISA, ASRI, BSDE, CPIN, INDF, MAPI, PNLF, SMRA, dan sebagainya, ditambah bobotnya. Namun, saham – saham yang cenderung tidak bergerak seperti GIAA, IMAS, LSIP, dan sebagainya tidak diberi bobot sama sekali. Dengan komposisi portofolio saham di atas, maka didapat return portofolio sebesar 0,63% dan standar deviasi sebesar 0,87%.
2. Uji Coba 2 Pada uji coba yang kedua, peneliti mencoba membentuk portofolio saham dengan return = 0,16% dan standar deviasi < 0,87%. Dengan menggunakan tools solver, maka terbentuklah komposisi proporsi portofolio saham sebagai berikut:
Tabel 5.12 Hasil Uji Coba 2 Pembentukan Proporsi Portofolio Saham Emiten %Proporsi 0,31% AISA 0,00% AKRA 0,00% ANTM 0,01% APLN 0,18% ASII 0,10% ASRI 0,33% BBCA 0,00% BBNI 0,01% BBRI 9,70% BBTN 23,22% BHIT 0,16% BJBR 0,29% BJTM 0,00% BKSL 0,00% BMRI 7,39% BMTR 12,48% BSDE 0,01% CMNP 1,55% CPIN
Emiten %Proporsi 0,01% ICBP 0,74% IMAS 3,02% INDF 0,62% ITMG 0,08% JSMR 0,02% KIJA 0,00% KLBF 0,01% LPKR 14,83% LSIP 1,18% MAIN 7,05% MAPI 0,00% MNCN 0,36% PGAS 0,00% PNLF 0,01% PTBA 0,03% PTPP 0,05% SMCB 0,01% SMGR 1,05% SMRA
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
64
Tabel 5.12 (lanjutan) Emiten %Proporsi Emiten %Proporsi 0,31% SSIA 0,01% CTRA 0,02% TLKM 1,20% CTRP 0,00% UNTR 0,00% ERAA 0,03% UNVR 0,07% GGRM 5,21% WIKA 8,33% GIAA Sumber: Olahan Peneliti
Berdasarkan Tabel 5.12 di atas, saham – saham yang cenderung bergerak stabil seperti BHIT, GIAA, LSIP, WIKA, dan sebagainya, ditambahkan bobotnya. Sedangkan saham – saham yang mengahasilkan volatilitas yang cukup besar seperti AKRA, BBNI, BMRI, MNCN, PNLF, dan sebagainya, dihilangkan bobotnya. Dengan komposisi portofolio saham di atas, maka didapat return portofolio sebesar 0,16% dan standar deviasi sebesar 0,65%.
Gambar 5.5 Grafik Efficient Set Portofolio Saham PT IHT dan Hasil Uji Coba 1 dan 2 Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Dapat dilihat pada Gambar 5.5 di atas bahwa kedua hasil uji coba yang dilakukan semakin mendekati garis efficient set sehingga dapat disimpulkan bahwa komposisi portofolio saham pada uji coba 1 dan 2 lebih efisien apabila dibandingkan dengan komposisi portofolio saham PT IHT.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
65
Tabel 5.13 Perbandingan Kinerja Portofolio Saham antara PT IHT, Uji Coba 1, Uji Coba 2, dan Berbagai Indeks PT IHT Return Stdev
0,16% 0,87%
Uji Coba 1 0,63% 0,87%
Uji Coba 2 0,16% 0,65%
IHSG 0,23% 0,74%
KOMPAS 100 0,22% 0,86%
LQ 45
BISNIS– 27
0,22% 0,90%
0,17 0,71 0,22 0,28 0,24 0,22 Sharpe Sumber : Datastream diakses pada 9 April 2013 pukul 09.00 WIB, Website Infovesta diakses pada 9 April 2013 pukul 13.00 WIB, Website BI diakses pada 9 April 2013 pukul 13.30 WIB (telah diolah kembali)
0,24% 0,95% 0,24
Jika dibandingkan dengan indeks IHSG, KOMPAS 100, LQ 45 dan BISNIS – 27, rata – rata return harian yang dihasilkan oleh PT IHT selalu lebih rendah, begitu pula dengan hasil perhitungan Sharpe’s ratio. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja pengelolaan saham yang dilakukan oleh PT IHT belum mampu mengalahkan pasar. Namun, hasil kedua uji coba yang telah dilakukan mampu memberikan hasil yang lebih baik daripada PT IHT, sebagaimana dapat dilihat dari indeks Sharpe’ ratio pada tabel 5.13 di atas. Jika dibandingkan dengan seluruh indeks yang digunakan, hasil yang didapat oleh uji coba 1 mampu mengalahkan keseluruhan indeks.
5.8.2 Analisa Portofolio Obligasi Kebijakan pembelian obligasi ditetapkan untuk ditahan sampai dengan masa jatuh temponya (hold to maturity) sehingga perlakuannya berbeda dengan instrumen investasi yang lainnya seperti saham atau reksadana. Return yang diperoleh oleh PT IHT adalah murni dari kupon obligasi, serta tidak ada keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli. Hal ini menyebabkan return cenderung menjadi konstan dan hampir tidak memiliki standar deviasi (standar deviasi ± 0). Kinerja pengelolaan obligasi pada PT IHT juga sulit untuk dibandingkan dengan indeks obligasi pasar karena indeks obligasi tersebut juga berisikan
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
66
transaksi obligasi yang terjadi di pasar sekunder. Penempatan dana pada instrumen obligasi seluruhnya adalah corporate bonds, dengan rata – rata masa jatuh tempo selama lima tahun, rata – rata kupon sebesar 10% dan penerimaan kupon setiap triwulan. Sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, semua obligasi yang diinvestasikan memiliki peringkat yang lebih besar atau sama dengan A- (single A minus).
5.8.3 Analisa Portofolio Deposito Perlakuan terhadap instrumen deposito juga hampir serupa dengan obligasi. Besaran return terlihat dari tingkat suku bunga dan deposito ditahan hingga masa jatuh tempo yang telah disepakati. Pendapatan dari deposito juga cukup besar, mengingat besarnya porsi dana yang ditempatkan pada instrumen ini. Penempatan dana pada deposito merupakan porsi terbesar yakni dengan rata – rata 46,7%, dibandingkan instrumen investasi yang lainnya. Lamanya waktu penempatan juga bervariasi, dengan tingkatan satu bulan, tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, dan maksimal satu tahun. Ada juga yang memiliki jangka waktu harian dalam bentuk Deposit on Call (DOC).
5.8.4 Analisa Portofolio Reksadana Investasi reksadana yang dilakukan oleh PT IHT ditempatkan pada reksadana - reksadana yang memiliki nilai AUM di atas lima ratus miliar rupiah, serta memiliki rata – rata nilai Jensen’s alpha yang postif dalam tiga tahun terakhir. Portofolio reksadana masih didominasi oleh reksadana pendapatan tetap yang mencapai 95% dari penempatan reksadana dan sisanya pada reksadana penyertaan terbatas. Hai ini terjadi karena pada akhir Februari 2013 lalu, PT IHT telah melakukan redemption (penjualan kembali) atas seluruh reksadana saham dan reksadana campuran yang telah dimiliki sebelumnya. Itu pula yang merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan pendapatan reksadana pada bulan Maret 2013. Dasar PT IHT melakukan penjualan reksadana saham dan juga campuran adalah karena sampai akhir Maret 2013 PT IHT belum melakukan subcription
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
67
(pembelian kembali) atas reksadana tersebut adalah selain untuk merealisasikan keuntungan atas pertumbuhan nilai aktiva bersih (NAB) Reksadana, keputusan PT IHT lebih disebabkan oleh penilaian price to earning ratio (PER) LQ-45 telah berada pada posisi diatas 15x, sehingga secara valuasi terbilang mahal. Selain itu, akumulasi net buy asing pada pasar saham mulai mengalami penurunan pada Maret 2013, sehingga untuk reksadana yang sifatnya long term investment, kondisi tersebut sangat berisiko tinggi. PT IHT akan mulai melakukan subcription secara bertahap saat indeks mulai mengalami koreksi sampai pada level yang PT IHT nilai tingkat resikonya terbilang rendah. Dalam investasi reksadana, yang tersulit adalah menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian. Hal ini disebabkan peraturan mengenai waktu cut-off pembelian pada pukul 12 siang, dan harga NAB yang digunakan adalah harga NAB penutupan pada hari yang bersangkutan.
5.8.5 Analisa Portofolio Keseluruhan Dengan data proporsi penempatan dana dan return per tiap instrumen, kemudian dihitung return total portofolio dengan rincian pada tabel berikut:
Tabel 5.14 Perhitungan Return Portofolio Instrumen
E(r)
Deposito
0,46%
46,68%
0,21%
Obligasi
0,70%
35,62%
0,25%
Reksadana
1,41%
14,22%
0,20%
Saham
4,48%
3,48%
0,16%
100,00%
0,82%
Total
Wi
Wi . E(r)
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali).
Melalui Tabel 5.14 di atas, maka rata – rata bulanan return portofolio keseluruhan yang dihasilkan oleh Divisi Investasi PT IHT adalah sebesar 0,82% dengan standar deviasi sebesar 0,14%. Dengan demikian, hasil Sharpe’s ratio yang dihasilkan adalah sebesar 2,405.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
68
Perhitungan return portofolio yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan yang dilakukan oleh PT IHT. Dalam laporan investasi bulanan yang diterbitkan PT IHT, tidak mencamtumkan return keseluruhan instrumen investasi yang telah digabung menjadi satu bentuk portofolio dan dikalikan dengan bobot masing – masing instrumen. PT IHT hanya membuat laporan return masing – masing instrumen, yang kemudian total seluruh pendapatannya langsung dibagi dengan total dana kelolaan. Dengan demikian, dapat terjadi bias dalam perhitungan yield on investment.
5.8.5.1 Percobaan Optimalisasi Portofolio Keseluruhan Peneliti mencoba melakukan simulasi dengan bantuan tools solver pada aplikasi Ms. Excell untuk membentuk komposisi proporsi portofolio yang paling optimal. Peneliti membuat dua uji coba, yakni membentuk portofolio dengan tingkat return yang sama seperti sebelumnya, namun dengan standar deviasi yang lebih kecil, dan portofolio dengan standar deviasi yang sama namun memberikan return yang lebih tinggi. Uji coba ini mirip dengan uji coba yang dilakukan pada portofolio saham. Pada uji coba ini ditetapkan batas maksimal proporsi untuk obligasi adalah 50%, reksadana 50% dan saham 40% sesuai dengan peraturan PMK no. 53/PMK/ 2012. 1. Uji Coba 1 Pada uji coba yang pertama, peneliti mencoba untuk membentuk portofolio saham dengan return > 0,82% dan standar deviasi = 0,14%. Dengan menggunakan tools solver, maka terbentuklah komposisi proporsi portofolio saham sebagai berikut: Tabel 5.15 Hasil Uji Coba 1 Pembentukan Portofolio Instrumen
E(r)
Deposito
0,46%
42,71%
0,19%
Obligasi
0,70%
50,00%
0,35%
Reksadana
1,41%
0,00%
0,00%
Saham
4,48%
7,29%
0,33%
100,00%
0,87%
Total
Wi
Wi . E(r)
Sumber: Olahan peneliti
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
69
Dengan komposisi portofolio di atas, maka didapat return portofolio sebesar 0,87% dan standar deviasi sebesar 0,14%. Dengan demikian, Sharpe’s ratio yang dihasilkan sebesar 2,81. 2. Uji Coba 2 Pada uji coba yang kedua, peneliti mencoba membentuk portofolio saham dengan return = 0,82% dan standar deviasi < 0,14%. Dengan menggunakan tools solver, maka terbentuklah komposisi proporsi portofolio saham sebagai berikut: Tabel 5.16 Hasil Uji Coba 2 Pembentukan Portofolio Instrumen
E(r)
Wi
Wi . E(r)
Deposito
0,46%
44,02%
0,20%
Obligasi
0,70%
50,00%
0,35%
Reksadana
1,41%
0,00%
0,00%
Saham
4,48%
5,98%
0,27%
100,00%
0,82%
Total
Sumber: Olahan peneliti
Dengan komposisi portofolio di atas, maka didapat return portofolio sebesar 0,82% dan standar deviasi sebesar 0,11%. Hasil Sharpe’s ratio yang didapat sebesar 3,10.
5.8.5.2 Analisa Hasil Percobaan Optimalisasi Dari dua hasil uji coba di atas, ada beberapa kemiripan. Pada instrumen deposito, bobotnya diturunkan sedikit dari yang semula 46,48%, karena return dari instrumen ini sangat kecil, namun karena volatilitasnya kecil, maka porsi deposito tidak dihilangkan. Bobot obligasi dimaksimalkan menjadi 50%, karena return yang didapat melebihi return deposito, dan volatilitasnya juga kecil. Bobot pada reksadana dihilangkan, meskipun rata – rata return yang dihasilkan melebihi deposito dan obligasi, volatilitas reksadana sangat besar dari bulan ke bulan, sehingga menghilangkan bobot pada reksadana dapat dinilai sebagai pengurangan risiko. Pada instrumen saham terjadi penambahan bobot dalam porsi yang tidak terlalu besar dengan tujuan untuk memaksimalkan return, menjaga standar deviasinya agar tidak besar.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
70
Tabel 5.17 Perbandingan Kinerja Portofolio PT IHT, Uji Coba 1 dan Uji Coba 2 PT IHT
Uji Coba 1
Uji Coba 2
Return
0,82%
0,87%
0,82%
Stdev
0,14%
0,14%
0,11%
2,40
2,81
3,10
Sharpe
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali).
Dari Tabel 5.17 di atas dapat dilihat bahwa nilai indeks Sharpe’s ratio yang dihasilkan dari dua uji coba yang telah dilakukan, mampu lebih besar dari yang telah dilakukan oleh PT IHT. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja portofolio investasi PT IHT belum optimal. Namun, masih dapat ditingkatkan dengan melakukan penyesuaian bobot proporsi masing – masing instrumen investasi.
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan
hasil analisis terhadap perbandingan kinerja investasi PT IHT
dengan kinerja pasar, maka dapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik sesuai dengan tujuan dan pernyataan penelitian adalah: 1. Dalam melakukan investasi di pasar modal, PT IHT menggunakan beberapa instrumen investasi, yaitu saham, obligasi, reksadana dan deposito. Instrumen – instrumen tersebut digunakan untuk menambah pendapatan perusahaan dengan mengolah dana yang diperuntukkan untuk aktivitas investasi guna memperoleh return yang telah ditargetkan dalam Rapat Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). 2. Dalam pengelolaan investasinya, PT IHT mengeluarkan kebijakan yang telah disesuaikan dengan peraturan PMK no. 53/PMK/ 2012. Dalam kebijakan tersebut diatur mengenai batas maksimal penempatan dana pada masing – masing instrumen, yakni 40% pada saham, 50% pada obligasi dan 50% pada reksadana. Portofolio investasi yang dibentuk oleh PT IHT memiliki bobot rata – rata saham 3,48%, pada obligasi 35,62%, pada reksadana 14,22% dan pada deposito 46,68%. Dengan proporsi tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas instrumen yang digunakan adalah deposito, meskipun return yang dihasilkan oleh deposito tergolong rendah, volatilitasnya juga kecil. Penempatan deposito dilakukan pada bank yang termasuk kategori “bank sehat”. Proporsi terbesar kedua adalah obligasi yang memiliki rata – rata return yang lebih tinggi dari deposito dan hampir tidak memiliki volatilitas karena karena semua obligasi ditujukan untuk ditahan hingga jatuh tempo (hold to maturity), dan return yang didapat berasal dari kupon obligasi yang diterima setiap triwulanan. Penempatan hanya boleh dilakukan pada obligasi yang memiliki rating minimal A(single A minus). Instrumen reksadana memperoleh bobot terbesar. Oleh PT IHT, penempatan pada reksadana dinilai cukup aman karena dikelola oleh perusahaan manajemen aset yang telah diseleksi terlebih dahulu.
71
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
72
Penempatan juga hanya boleh dilakukan pada reksadana yang memiliki jumlah Asset Under Management (AUM) yang sesuai dengan ketentuan OJK. Bobot terkecil diberikan pada instrumen saham, karena memiliki karakteristik risiko yang lebih besar. Investasi pada saham hanya boleh dilakukan pada emiten – emiten yang masuk ke dalam kelompok Kompas 100, karena dinilai kinerja perusahaan dalam kelompok tersebut sehingga relatif aman bila berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. 3. Bila ditinjau dari risk and return, kinerja aktivitas investasi yang dilakukan oleh PT IHT belum sepenuhnya optimal. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata – rata return bulanan dan Sharpe’s ratio antara portofolio yang dikelola PT IHT dengan kinerja pasar. Dari tiga instrumen yang diperbandingkan yaitu saham, reksadana dan obligasi, hanya obligasi yang menunjukkan hasil Sharpe’s ratio yang lebih baik dari kinerja pasar obligasi, itupun dikarenakan kebijakan perusahaan yang mengharuskan obligasi ditujukan untuk ditahan hingga jatuh tempo (hold to maturity), sehingga hampir tidak memilki volatilitas. Proporsi portofolio yang dimiliki oleh PT IHT menghasilkam return portofolio sebesar 0,82%, standar deviasi 0,14% dan Sharpe’s ratio sebesar 2,40. Peneliti kemudian melakukan dua uji coba untuk mendapatkan komposisi proporsi portofolio yang dapat memberikan hasil yang lebih baik dari yang dihasilkan PT IHT. Kedua hasil percobaan tersebut menghilangkan bobot pada reksadana sebagai usaha minimalisir risiko, karena volatilitas reksadana sangat besar setiap bulannya. Hasil dua uji coba tersebut juga menghasilkan indeks Sharpe’s ratio yang lebih besar dibandingkan yang dihasilkan oleh PT IHT.
6.2 Saran 6.2.1 Bagi Perusahaan 1. Menambah bobot instrumen saham pada portofolio investasi, karena return yang dihasilkan oleh merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan instrumen lainnya. Namun, juga harus memperhitungkan risikonya, karena volatilitas saham cukup tinggi.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
73
2. Mengurangi sedikit bobot pada instrumen deposito karena bobot yang telah diberikan sangatlah besar, tetapi return yang didapat sangat kecil. 3. Mengurangi bobot pada instrumen reksadana, apabila kondisi yang terjadi di Indonesia dalam keadaan yang tidak stabil. Pengelolaan reksadana yang dilakukan oleh manajer investasi menyebabkan kita sulit memprediksi hasil return yang akan diterima sehingga volatilitas yang dihasilkan cukup besar. 4. Menambah bobot pada instrumen obligasi. Dengan kebijakan obligasi ditujukan untuk ditahan hingga jatuh tempo, dan hanya boleh diinvestasikan pada obligasi dengan mempunyai rating minimal A- (Single A minus), investasi pada obligasi cukup aman dilakukan dan juga memberikan return yang cukup tinggi. 5. PT IHT dapat mencoba komposisi proporsi portofolio hasil uji coba 2 pada bab pembahasan. Indeks Sharpe’s ratio yang dihasilkan pada hasil uji coba tersebut merupakan yang tertinggi bila dibandingkan dengan hasil uji coba 1 atau proporsi yang telah dibuat oleh PT IHT. 6. Hal lain yang perlu dilakukan ialah analisis mengenai risiko investasi. Risiko investasi tersebut dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan. Dengan demikian perusahaan perlu mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin terjadi, seperti risiko inflasi, risiko nilai tukar mata uang, dan risiko tingkat suku bunga
6.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya 1. Diharapkan dapat menambah periode waktu penelitian untuk bisa mengukur konsistensi hasil penelitian. 2. Mencari lebih dalam pendekatan untuk proses investasi, baik berupa mekasnisme, analisis, dan sebagainya. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel perusahaan yang dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja antar perusahaan.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
74
6.3.3 Bagi Pengambil Kebijakan 1. Perlunya penyempurnaan kebijakan terkait investasi agar tidak ada pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, investor memiliki panduan yang jelas dalam melakukan aktivitas investasi dan sesuai dengan kondisi pasar yang sedang berjalan. 2. Perlunya dibuat peraturan baru mengenai perusahaan dana pensiun dan asuransi, karena peraturan yang sudah ada tidak mampu lagi mencakup perkembangan dunia perasuransian dan dana pensiun yang telah terjadi.
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
75
Daftar Pustaka BAPEPAM-LK. 2011. Direktori Asuransi Indonesia. Jakarta: BAPEPAM-LK Bodie, Z., Kane, A., & Marcus,A.J. 2004. Essential of Investment Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Higher Education. Bodie, Z., Kane, A., & Marcus,A.J. 2008. Essential of Investment Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Higher Education. Hariyni, Iswi. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Visi Media Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia KMK no. 424/ KMK / 2003. Lind, D.A., Marchal W.G., & Wathen S.A, .2008. Statistical Techniques Business and Economics With Global Data Sets Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill Higher Education. Megginson, William L, et al. 2009. Introduction to Corporate Finance Second Edition. Kentucky: Cengage Learning Academic Resource Center. Miskhin, Frederic S. 2012. Financial Markets and Institutions Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia PMK no. 53/PMK/2012. Reily, Frank., & Brown, K. 2007. Investment Analysist and Portofolio Management Seventh Edition. New York: McGraw-Hill. Ross, S.A., Westerfield, Randolph,W., & Jordan, B.D. 2008. Fundamentals of Corporate Finance Eighth Edition. New York: McGraw-Hill. Saunders, Anthony 2008. Financial Institutions Management: A Risk Management Approach Sixth Edition. New York: McGraw-Hill. Subramayam, K. 2009. Financial Statement Analysis Tenth Edition. New York: McGrawHill Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta:
Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
76
Undang – undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.
Referensi Internet www.inhealth.co.id diakses pada 19 Januari 2013 pukul 13:50 WIB. www.infovesta.com diakses pada 25 April 2013 pukul 14:35 WIB www.bi.go.id diakses pada 20 Maret 2013 pukul 09:24 WIB
Universitas Indonesia
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
77
Lampiran 1 Portolio Obligasi
Obligasi
Rating
Obligasi PLN X Seri A
idAAA
Obligasi BTN XIII Tahun 2009 Seri C
idAA
Obligasi Indofood Sukses Makmur V Tahun 2009
idAA+
Obligasi Pupuk Kaltim II Tahun 2009
idAA+
Obligasi Indosat VII Tahun 2009 seri A
idAA+
Obligasi Subordinasi Bank Mandiri I Tahun 2009
idAA+
Obligasi Subordinasi II BRI Tahun 2009
idAAA
Obligasi II Telkom Tahun 2010 seri A
idAAA
Obligasi Indonesia Eximbank I Tahun 2010 seri C
idAAA
Obligasi PLN XII Tahun 2010 seri A
idAAA
Obligasi Sarana Multigriya Finansial III Tahun 2010 seri B Obligasi Bank SULSELBAR I tahun 2011 seri B Obligasi Berkelanjutan I BTPN thn 2011 seri B Obligasi Berkelanjutan I Adira Dinamika MF Tahap I Thn 2011 Seri C Obligasi Berkelanjutan I Astra Sedaya Finance Thn 2012 Seri C Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Bukopin Tahap I Thn 2012 Obligasi Berkelanjutan I BCA Finance Tahap I Tahun 2012 Seri D
idAA idA AA-(idn) idAA+ idAA+ idA idAA+
Obligasi IV Mayora Indah Tahun 2012
idAA-
Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap I Tahun 2012
idAA-
Obligasi I PNM Tahun 2012
idA
Obligasi Berkelanjutan I Bank BII Tahap II Th 2012 Seri B Obligasi Surya Semesta Internusa I Th 2012 Seri B Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Panin Tahap I Tahun 2012 Obligasi I AKR Corporindo Tahun 2012 Seri B Obligasi Berkelanjutan I Adhi Karya Tahap II Tahun 2013 Seri B Total
idAAA idA idAAidAAidA
Nominal 40.000.000.000 4.000.000.000 9.000.000.000 40.000.000.000 25.000.000.000 10.000.000.000 30.000.000.000 19.000.000.000 20.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000 5.000.000.000 10.000.000.000 30.000.000.000 25.000.000.000 50.000.000.000 20.000.000.000 19.000.000.000 55.000.000.000 15.000.000.000 30.000.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 25.000.000.000 7.000.000.000
Tenor (tahun)
Kupon
5
14,75%
5
12,25%
5
13,00%
5
10,75%
5
11,25%
7
11,85%
5
10,95%
5
9,60%
5
9,60%
5
9,70%
3
9,75%
5
10,40%
5
9,90%
5
9,00%
5
8,60%
7
9,25%
4
7,70%
7
8,50%
7
8,90%
5
9,10%
5
8,00%
5
9,30%
7
9,40%
7
8,75%
7
8,50%
509.000.000.000
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
78
Lampiran 2 Portofolio Deposito
BANK
B N I 46
N OMI N A L
JUMLAH
DOC
1 BULAN
3 BULAN
6 BULAN
1 TAHUN
1.450.000.000
0
0
0
25.000.000.000
26.450.000.000
BANK MANDIRI
0
0
0
0
24.127.240.020
24.127.240.020
BANK JABAR BANTEN
0
0
0
0
0
0
BUKOPIN
0
0
27.800.000.000
121.700.000.000
0
149.500.000.000
BANK SULSEL
0
0
0
0
0
0
3.500.000.000
0
0
0
0
3.500.000.000
BTN
0
0
0
0
0
0
BTPN
0
71.210.000.000
0
5.800.000.000
0
77.010.000.000
BANK YUDHA BHAKTI
0
0
0
0
0
0
BANKKESEJAHTERAAN
0
34.440.000.000
0
7.000.000.000
0
41.440.000.000
BANK DANAMON
0
0
55.440.000.000
64.090.000.000
0
119.530.000.000
BANK MUAMALAT
0
35.320.000.000
69.460.000.000
0
0
104.780.000.000
BANK SAUDARA
0
67.190.000.000
18.000.000.000
0
0
85.190.000.000
BANK BII
0
0
0
0
0
0
BANK MAYAPADA
0
15.120.000.000
61.300.000.000
0
0
76.420.000.000
4.950.000.000
223.280.000.000
232.000.000.000
198.590.000.000
49.127.240.020
707.947.240.020
PERMATA
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
79
Lampiran 3 Portofolio Reksadana
Pendapatan Reksadana Danareksa BUMN Fund 2011 Microfinancing Danamas Stabil Mandiri Investa Dana Syariah Sinarmas Simas Satu BNP Paribas Ekuitas Syailendra Equity Opportunity Fund Syailendra Balanced Opportunity Fund BNP Paribas Solaris BNP Paribas STAR BNP Paribas Pesona Amanah TRAM Consumption Plus TRIM Kapital Plus Total
Jan
Feb
Mar
95.833.333
95.833.333
95.833.333
-
-
2.843.056.930
36.834.611
-
-
94.224.896
-
-
686.064.936
156.813.459
-
972.292.378
407.790.153
-
575.714.041
963.876.971
-
-
137.011.296
-
-
212.953.601
-
-
330.824.922
-
-
491.641.860
-
-
296.883.552
-
2.460.964.195
3.093.629.147
2.938.890.263
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
80
Lampiran 4 Portofolio Saham
Kode
AISA AKRA ANTM APLN ASII ASRI BBCA BBNI BBRI BBTN BHIT BJBR BJTM
Average Harga/lem bar
Lot
200 570 250 1.000 1.116 123 186 544 2.748 -
1.160 5.215 1.280 510 7.635 10.500 8.500 1.690 507 -
Market Price (28 Maret 2013)
Total Book Value
Total Market Value
Potensial gain (loss)
Realized gain (loss)
116.000.000
1.280
128.000.000
12.000.000
39.000.000
1.486.191.447
5.000
1.425.000.000
(61.191.447)
345.416.447
160.000.000
1.370
171.250.000
11.250.000
255.000.000
510
255.000.000
4.260.125.338
7.900
645.756.268
11.400
-
Dividend
Total Transactio n Cost
Total Gain (Loss) Bruto
Total Gain (Loss) Netto
51.000.000
3.148.000
47.852.000
289.325.000
25.875.590
263.449.411
89.525.000
100.775.000
4.233.338
96.541.662
-
-
-
637.500
(637.500)
4.408.200.000
148.074.662
596.875.338
744.950.000
66.185.624
678.764.376
-
-
97.650.000
97.650.000
5.556.075
92.093.925
701.100.000
55.343.732
105.506.267
160.849.999
10.530.001
150.319.999
-
-
86.250.000
86.250.000
2.217.187
84.032.813
5.100.000
790.513.062
8.750
813.750.000
23.236.938
558.738.062
581.975.000
25.855.501
556.119.499
459.680.000
1.700
462.400.000
2.720.000
11.000.000
13.720.000
1.695.200
12.024.800
696.769.638
500
687.000.000
(9.769.638)
22.889.638
13.120.000
4.189.700
8.930.300
-
-
-
67.500.000
67.500.000
3.018.750
64.481.250
-
-
-
25.000.000
25.000.000
752.500
24.247.500
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
81
Kode
BKSL BMRI BMTR BSDE CMNP CPIN CTRA CTRP ERAA GGRM GIAA ICBP IMAS INDF ITMG
Average Harga/lem bar
Lot
2.000 308 155 312 850 200 105 183 1.300 155 60
305 9.754 2.289 1.532 1.762 4.756 2.836 51.838 651 7.450 37.775
Market Price (28 Maret 2013)
Total Book Value
Total Market Value
Potensial gain (loss)
Realized gain (loss)
Dividend
Total Gain (Loss) Bruto
Total Transactio n Cost
Total Gain (Loss) Netto
305.000.000
310
310.000.000
5.000.000
-
5.000.000
762.500
4.237.500
1.502.084.248
10.000
1.540.000.000
37.915.752
815.284.248
853.200.000
81.980.500
771.219.500
177.392.176
2.325
180.187.500
2.795.324
27.767.176
30.562.500
3.974.062
26.588.438
239.001.993
1.750
273.000.000
33.998.007
127.241.993
161.240.000
5.115.399
156.124.601
749.000.000
1.830
777.750.000
28.750.000
-
28.750.000
1.137.500
27.612.500
475.625.000
5.050
505.000.000
29.375.000
-
29.375.000
1.189.063
28.185.937
-
-
-
25.000.000
25.000.000
1.497.500
23.502.500
-
-
-
10.000.000
10.000.000
1.265.000
8.735.000
148.909.091
3.400
178.500.000
29.590.909
27.284.091
56.875.000
2.544.314
54.330.686
4.743.175.000
48.950
4.478.925.000
(264.250.000)
-
(264.250.000)
11.154.187
(275.404.187)
423.000.000
650
422.500.000
(500.000)
-
(500.000)
562.500
(1.062.500)
-
-
-
142.375.000
142.375.000
14.446.066
127.928.934
-
-
-
35.000.000
35.000.000
3.332.500
31.667.500
577.375.000
7.450
577.375.000
-
39.250.000
39.250.000
3.730.315
35.519.685
1.133.250.000
35.500
1.065.000.000
(68.250.000)
-
(68.250.000)
1.275.000
(69.525.000)
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
82
Kode
JSMR KIJA KLBF LPKR LSIP MAIN MAPI MNCN PGAS PNLF PTBA PTPP SMCB SMGR SMRA
Average Harga/lem bar
Lot
80 1.126 1.750 217 121 200 400 261 309 314 50
5.381 1.211 2.271 3.132 2.669 5.227 172 15.331 970 17.360 2.199
Market Price (28 Maret 2013)
Total Book Value
215.235.772
5.950
681.544.725
1.240
-
Total Market Value
Potensial gain (loss)
Realized gain (loss)
Dividend
Total Gain (Loss) Bruto
Total Transactio n Cost
Total Gain (Loss) Netto
238.000.000
22.764.228
240.985.772
263.750.000
16.880.000
246.870.000
-
-
27.500.000
27.500.000
783.750
26.716.250
698.120.000
16.575.275
173.664.725
190.240.000
12.470.700
177.769.300
-
-
50.000.000
50.000.000
1.885.000
48.115.000
1.987.500.000
1.930
1.688.750.000
(298.750.000)
43.750.000
(255.000.000)
4.259.375
(259.259.375)
339.864.443
3.100
336.350.000
(3.514.443)
99.989.443
96.475.000
5.230.938
91.244.062
-
-
90.000.000
90.000.000
3.965.626
86.034.374
161.469.118
2.825
170.912.500
9.443.382
546.544.118
555.987.500
16.196.180
539.791.321
522.660.797
5.950
595.000.000
72.339.203
514.535.797
586.875.000
40.271.564
546.603.436
34.400.000
245
49.000.000
14.600.000
19.150.000
33.750.000
462.625
33.287.375
2.000.747.619
14.400
1.879.200.000
(121.547.619)
54.047.619
(67.500.000)
12.489.252
(79.989.252)
149.865.000
1.200
185.400.000
35.535.000
-
35.535.000
374.662
35.160.338
-
-
54.062.500
54.062.500
1.381.719
52.680.781
2.725.549.178
17.700
2.778.900.000
53.350.822
465.699.178
519.050.000
62.672.190
456.377.810
54.968.750
2.475
61.875.000
6.906.250
49.343.750
56.250.000
3.505.313
52.744.687
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
83
Kode
SSIA TLKM UNTR UNVR WIKA
Average Harga/lem bar
Lot
142 81 505 50
10.453 19.750 20.934 1.651
Market Price (28 Maret 2013)
Total Book Value
-
Total Market Value
Potensial gain (loss)
Realized gain (loss)
Dividend
Total Gain (Loss) Bruto
Total Transactio n Cost
Total Gain (Loss) Netto
-
-
54.600.000
54.600.000
4.139.100
50.460.900
742.131.328
11.000
781.000.000
38.868.672
972.856.328
1.011.725.000
72.728.140
938.996.861
799.875.000
18.200
737.100.000
(62.775.000)
-
(62.775.000)
1.999.687
(64.774.687)
5.285.750.000
22.800
5.757.000.000
471.250.000
-
471.250.000
1.225.625
470.024.375
41.285.714
2.025
50.625.000
9.339.286
116.785.714
126.125.000
8.934.250
117.190.750
35.367.170.000
280.474.297
6.868.068.203
7.153.642.499
559.717.066
6.593.925.434
Total 35.086.695.703
5.100.000
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
84
Lampiran 5 Komposisi Portofolio Saham PT IHT Saham
Proporsi
Rata-rata return
Return
Saham
Proporsi
Rata-rata return
Return
AISA
0,454%
0,339%
0,002%
ICBP
1,164%
0,334%
0,004%
AKRA
3,783%
0,354%
0,013%
IMAS
0,454%
0,073%
0,000%
ANTM
0,582%
0,071%
0,000%
INDF
0,594%
0,453%
0,003%
APLN
0,016%
0,538%
0,000%
ITMG
1,235%
-0,282%
-0,003%
ASII
21,180%
0,102%
0,022%
JSMR
4,527%
0,128%
0,006%
ASRI
0,295%
1,011%
0,003%
KIJA
0,047%
0,695%
0,000%
BBCA
1,314%
0,410%
0,005%
KLBF
1,208%
0,327%
0,004%
BBNI
0,442%
0,548%
0,002%
LPKR
0,063%
0,563%
0,000%
BBRI
2,433%
0,393%
0,010%
LSIP
3,377%
-0,429%
-0,014%
BBTN
0,309%
0,251%
0,001%
MAIN
0,637%
0,407%
0,003%
BHIT
1,345%
-0,120%
-0,002%
MAPI
0,823%
0,603%
0,005%
BJBR
0,133%
0,270%
0,000%
MNCN
3,428%
0,191%
0,007%
BJTM
0,209%
0,517%
0,001%
PGAS
5,903%
0,461%
0,027%
BKSL
0,067%
0,917%
0,001%
PNLF
0,076%
1,099%
0,001%
BMRI
6,148%
0,345%
0,021%
PTBA
2,888%
-0,219%
-0,006%
BMTR
0,422%
-0,036%
0,000%
PTPP
0,071%
0,722%
0,001%
BSDE
0,357%
0,768%
0,003%
SMCB
0,205%
0,507%
0,001%
CMNP
1,359%
0,077%
0,001%
SMGR
5,645%
0,197%
0,011%
CPIN
0,135%
0,612%
0,001%
SMRA
0,218%
0,527%
0,001%
CTRA
0,074%
0,557%
0,000%
SSIA
0,140%
0,794%
0,001%
CTRP
0,064%
0,812%
0,001%
TLKM
7,445%
0,372%
0,028%
ERAA
0,309%
0,363%
0,001%
UNTR
0,358%
-0,225%
-0,001%
GGRM
6,670%
-0,204%
-0,014%
UNVR
9,628%
0,083%
0,008%
GIAA
0,714%
0,044%
0,000%
WIKA
1,049%
0,510%
0,005%
Total Return
0,16%
Var
0,01%
Stdev
0,87%
Sharpe
0,17
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
85
Lampiran 6 Komposisi Portofolio Saham Uji Coba 1 Saham
Proporsi
Rata-rata return
AISA
2,67% 0,00% 0,00% 0,01% 0,17% 0,59% 0,34% 0,00% 0,01% 6,09% 0,00% 0,42% 3,25% 7,03% 0,00% 0,00% 19,17% 0,01% 8,74% 1,29% 0,02% 0,00% 0,00% 0,00%
0,34% 0,35% 0,07% 0,54% 0,10% 1,01% 0,41% 0,55% 0,39% 0,25% -0,12% 0,27% 0,52% 0,92% 0,35% -0,04% 0,77% 0,08% 0,61% 0,56% 0,81% 0,36% -0,20% 0,04%
AKRA ANTM APLN ASII ASRI BBCA BBNI BBRI BBTN BHIT BJBR BJTM BKSL BMRI BMTR BSDE CMNP CPIN CTRA CTRP ERAA GGRM GIAA
Return
0,01% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,01% 0,00% 0,00% 0,00% 0,02% 0,00% 0,00% 0,02% 0,06% 0,00% 0,00% 0,15% 0,00% 0,05% 0,01% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Total Return
0,63%
Var
0,01%
Stdev
0,87%
Sharpe
Saham
Proporsi
Rata-rata return
Return
ICBP
0,01% 0,00% 12,24% 0,00% 0,01% 0,02% 0,00% 0,01% 0,00% 0,00% 11,86% 0,04% 1,93% 10,33% 0,01% 0,04% 0,05% 0,01% 6,35% 0,02% 6,03% 0,00% 0,03% 1,20%
0,33% 0,07% 0,45% -0,28% 0,13% 0,70% 0,33% 0,56% -0,43% 0,41% 0,60% 0,19% 0,46% 1,10% -0,22% 0,72% 0,51% 0,20% 0,53% 0,79% 0,37% -0,22% 0,08% 0,51%
0,00% 0,00% 0,06% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,07% 0,00% 0,01% 0,11% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,03% 0,00% 0,02% 0,00% 0,00% 0,01%
IMAS INDF ITMG JSMR KIJA KLBF LPKR LSIP MAIN MAPI MNCN PGAS PNLF PTBA PTPP SMCB SMGR SMRA SSIA TLKM UNTR UNVR WIKA
0,71
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
86
Lampiran 7 Komposisi Portofolio Saham Uji Coba 2 Saham
Proporsi
Rata-rata return
Return
AISA
0,31%
0,34%
0,00%
AKRA
0,00%
0,35%
ANTM
0,00%
APLN
Proporsi
Rata-rata return
ICBP
0,01%
0,33%
0,00%
0,00%
IMAS
0,74%
0,07%
0,00%
0,07%
0,00%
INDF
3,02%
0,45%
0,01%
0,01%
0,54%
0,00%
ITMG
0,62%
-0,28%
0,00%
ASII
0,18%
0,10%
0,00%
JSMR
0,08%
0,13%
0,00%
ASRI
0,10%
1,01%
0,00%
KIJA
0,02%
0,70%
0,00%
BBCA
0,33%
0,41%
0,00%
KLBF
0,00%
0,33%
0,00%
BBNI
0,00%
0,55%
0,00%
LPKR
0,01%
0,56%
0,00%
BBRI
0,01%
0,39%
0,00%
LSIP
14,83%
-0,43%
-0,06%
BBTN
9,70%
0,25%
0,02%
MAIN
1,18%
0,41%
0,00%
BHIT
23,22%
-0,12%
-0,03%
MAPI
7,05%
0,60%
0,04%
BJBR
0,16%
0,27%
0,00%
MNCN
0,00%
0,19%
0,00%
BJTM
0,29%
0,52%
0,00%
PGAS
0,36%
0,46%
0,00%
BKSL
0,00%
0,92%
0,00%
PNLF
0,00%
1,10%
0,00%
BMRI
0,00%
0,35%
0,00%
PTBA
0,01%
-0,22%
0,00%
BMTR
7,39%
-0,04%
0,00%
PTPP
0,03%
0,72%
0,00%
BSDE
12,48%
0,77%
0,10%
SMCB
0,05%
0,51%
0,00%
CMNP
0,01%
0,08%
0,00%
SMGR
0,01%
0,20%
0,00%
CPIN
1,55%
0,61%
0,01%
SMRA
1,05%
0,53%
0,01%
CTRA
0,31%
0,56%
0,00%
SSIA
0,01%
0,79%
0,00%
CTRP
0,02%
0,81%
0,00%
TLKM
1,20%
0,37%
0,00%
ERAA
0,00%
0,36%
0,00%
UNTR
0,00%
-0,22%
0,00%
GGRM
0,03%
-0,20%
0,00%
UNVR
0,07%
0,08%
0,00%
GIAA
5,21%
0,04%
0,00%
WIKA
8,33%
0,51%
0,04%
Total Return
0,16%
Var
0,00%
Stdev
0,65%
Sharpe’s ratio
Saham
Return
0,22
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
87
Lampiran 8 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio Portofolio Investasi PT IHT Instrumen
E(r)
Wi
Wi . E(r)
Deposito
0,46%
46,68%
0,21%
Obligasi
0,70%
35,62%
0,25%
Reksadana
1,41%
14,22%
0,20%
Saham
4,48%
3,48%
0,16%
100,00%
0,82%
Total
Border Multiplied Covariance Matrix 46,68%
35,62%
14,22%
3,48%
46,68%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
35,62%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
14,22%
0,00%
0,00%
0,00%
0,01%
3,48%
0,00%
0,00%
0,01%
0,05%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Var
0,00%
stdev Sharpe’s ratio
0,14% 2,405
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
88
Lampiran 9 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio Portofolio Investasi Uji Coba 1
Instrumen
E(r)
Wi
Wi . E(r)
Deposito
0,46%
42,71%
0,19%
Obligasi
0,70%
50,00%
0,35%
Reksadana
1,41%
0,00%
0,00%
Saham
4,48%
7,29%
0,33%
100,00%
0,87%
Total
Border Multiplied Covariance Matrix 42,71%
50,00%
0,00%
7,29%
42,71%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,01%
7,29%
0,00%
0,00%
0,01%
0,05%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Var
0,00%
stdev Sharpe’s ratio
0,14% 2,811
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
89
Lampiran 10 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio Portofolio Investasi Uji Coba 2
Instrumen
E(r)
Wi
Wi . E(r)
Deposito
0,46%
44,02%
0,20%
Obligasi
0,70%
50,00%
0,35%
Reksadana
1,41%
0,00%
0,00%
Saham
4,48%
5,98%
0,27%
100,00%
0,82%
Total
Border Multiplied Covariance Matrix 44,02%
50,00%
0,00%
5,98%
44,02%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,01%
5,98%
0,00%
0,00%
0,01%
0,05%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Var
0,00%
stdev
0,11%
Sharpe's ratio
3,102
Universitas Indonesia Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013