KESIMPULAN DAN SARAN
.
V.1 KESIMPULAN Lipase Rhizomucor miehei, Candida antartica, Chromobacterium viscosum dan Pseudomonas sp. memiliki kemampuan menginkorporasi asam lemak EPA dan DHA pada minyak ikan tuna, namun lipase C. antartica merupakan enzim yang lebih potensial digunakan untuk memproduksi TAG kaya asam lemak EPA dan DHA dengan teknik asidolisis enzimatik. Disamping menghasilkan tingkat inkorporasi asam lemak EPA, DHA dan total asam lemak n-3 yang tinggi, lipase C. antartica juga menghasilkan produk dengan kandungan TAG yang tertinggi. Perbedaan sifat aktifitas dan spesifisitas lipase serta interaksinya dengan faktor ekstrinsik seperti kadar air, menyebabkan perbedaan kecepatan reaksi masing-masing jenis lipase untuk mencapai tingkat inkorporasi asam lemak EPA dan DHA maksimum dan perbedaan komposisi gliserida dalam produk. Peningkatan jumlah lipase C. antartica (Novozym-435) dari 5% menjadi 15% (blb substrat) tidak meningkatkan inkorporasi asam lemak EPA dan DHA pada minyak ikan tuna, tetapi inkorporasi EPA dan terutama DHA pada waktu reaksi 3 jam lebih tinggi pada penggunaan jumlah enzim lipase yang lebih besar. Peningkatan rasio konsentrat asam lemak n-3 dan minyak ikan dapat meningkatkan inkorporasi asam lemak EPA dan DHA pada minyak
ikan tuna, dimana peningkatan rasio dari 0.5:l menjadi 2:1 dapat meningkatkan konsentrasi EPA dari 4.16% menjadi 4.72%, konsentrasi DHA dari 20.87% menjadi 31.20% dan total asam lemak n-3 dari 26.61% menjadi 38.00%. Tetapi peningkatan rasio konsentrat asam lemak n-3 dan minyak ikan tuna cenderung menurunkan kandungan TAG dalam produk. Dengan menggunakan lipase R. miehei, kontrol kadar air pada reaksi asidolisis mempengaruhi tingkat inkorporasi asam lemak EPA dan DHA pada minyak ikan tuna, tetapi kontrol kadar air tidak berpengaruh terhadap tingkat inkorporasi asam lemak EPA dan DHA pada minyak ikan tuna jika menggunakan lipase C. antartica. Lipase C. antartica membutuhkan lebih sedikit air untuk aktifitas katalitik optimumnya dibandingkan lipase R.miehei. Dengan reaksi asidolisis 2 tahap, yakni dengan penambahan kadar air sebesar
2% (blb enzim) pada awal reaksi dan menguranginya setelah 4 jam reaksi dengan molecular sieves 4A, maka kandungan TAG dalam produk asidolisis dapat ditingkatkan. Penggunaan lipase C. antartica sebesar 5%, rasio konsentrat asam lemak n-3 dan minyak ikan tuna 1:l serta reaksi asidolisis 2 tahap menghasilkan tingkat inkorporasi EPA, DHA dan total asam lemak n-3 pada minyak ikan tuna masing-masing sebesar 76% dibandingkan dengan tingkat konsentrasi awal pada minyak ikan tuna serta kandungan TAG 88%. I
183
Minyak kelapa sawit kasar (CPQ) juga merupakan alternatif sumber TAG yang potensial untuk memproduksi TAG kaya asam lemak EPA dan DHA dengan teknik asidolisis enzimatik. Semakin tinggi rasio konsentrat asam lemak n-3 dan CPO yang digunakan maka semakin tinggi tingkat inkorporasi asam lemak EPA dan DHA pada CPO. Sebaliknya semakin tinggi rasio konsentrat asam lemak n-3 dan CPO yang digunakan maka semakin rendah kandungan TAGnya. Lipase R. miehei lebih baik digunakan sebagai biokatalisator dalam inkorporasi asam lemak EPA dan DHA pada CPO dengan rasio konsentrat asam lemak n-3 dan CPO 2:1 dibandingkan dengan lipase C. antarfica. Tingkat inkorporasi asam lemak n-3 yang dihasilkan adalah yang tertinggi serta produk CPO termodifikasi memiliki konsentrasi EPA, DHA dan total asam lemak n-3 masing-masing sebesar 5.5%, 27.9% dan 35.2% (bib). Enzim lipase diduga memiliki spesifisitas terhadap jenis molekul gliserida. Disamping spesifisitas posisional snl,3-nya, diduga lipase R. miehei tidak memiliki kemampuan untuk menambahkan molekul DHA pada molekul gliserida yang telah ada DHAnya. Dengan sifat spesifisitas lipase R. miehei ini maka peningkatan konsentrasi DHA pada produk minyak termodifikasi lebih sulit terjadi setelah semua molekul gliserida memiliki molekul DHA. Pada proses asidolisis antara minyak ikan tuna atau CPO dengan konsentrat asam lemak n-3, lipase C. antarfica tampak memiliki spesifisitas
184
posisional sn1,3-, walaupun sifat ini tidak sebesar yang dimiliki lipase R. miehei. Lipase C. viscosum dan Pseudomonas sp. tidak memiliki spesifisitas posisional sn1,3- namun mampu menambahkan molekul DHA pada molekul gliserida yang telah memiliki DHA. Lipase C. antartica juga tampak memiliki kemampuan menambahkan molekul DHA pada molekul gliserida yang telah memiliki DHA, walaupun sifat ini relatif lebih kecil dibandingkan lipase C. viscosum dan Pseudomonas sp..
Dengan peningkatan rasio konsentrat
asam lemak n-3 dan minyak ikan tuna maupun CPO menjadi lebih besar dari 1: 1 maka lipase C. antartica dapat menambahkan molekul DHA pada molekul gliserida yang telah memiliki molekul DHA.
V.2. SARAN Dengan optimasi kondisi proses asidolisis tampaknya sifat spesifisitas masing-masing lipase yang digunakan dalam penelitian ini dapat dieksploitasi sedemikian rupa untuk mecghasilkan produk TAG kaya asam lemak
EPA dan DHA. Produk TAG kaya asam lemak EPA dan DHA yang patut dikembangkan hendaknya juga lebih spesifik yakni produk TAG kaya EPA atau produk TAG kaya DMA, sesuai dengan jenis konsumen yang dituju. Karenanya, penelitian lebih lanjut tentang pengaruh faktor-faktor proses asidojisis lain, seperti kadar air dalam campuran reaksi (A,),
perlu
dilakukan untuk pemanfaatan optimal lipase-lipase tersebut. Pemanfaatan
185
minyak nabati lain seperti minyak kelapa dapat digunakan sebagai alternatif sumber molekul TAG, misalnya untuk sintesis TAG yang mengandung asam lemak berantai medium dan asam lemak n-3. Disamping itu sifat spesifisitas masing-masing lipase, terutama spesifisitas terhadap jenis molekul gliserida, perlu diteliti lebih lanjut. Banyak fenomena menarik yang ditemukan dari penelitian ini dan dugaan-dugaan yang telah dikemukakan perlu diperkuat dengan penelitian lain menggunakan jenis substrat yang tidak sekompleks minyak ikan tuna atau dengan menggunakan pseudo fish oil.