231
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual (IQ), status gizi (IMT/U), dan kecerdasan emosi. a) Analisis deskriptif terhadap kecerdasan intelektual menunjukkan hasil bahwa sekolah negeri cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah swasta. Keadaan ini tidak lepas dari citra sekolah negeri dibandingkan dengan sekolah swasta dimana sekolah negeri masih menjadi favorit siswa. Kecerdasan intelektual tersebut berkaitan dengan pencapaian nilai ebtanas sekolah dasar (NEM-SD) siswa menunjukkan bahwa sebagian besar pendaftar di sekolah negeri memiliki NEM yang berkategori baik. Dengan demikian para siswa yang mendaftarkan diri di sekolah negeri cenderung mempunyai kemampuan akademis yang baik. Secara umum kemampuan kecerdasan intelektual siswa pada kategori cukup (57%), cukup tinggi (30%, dan tinggi (10%), selain itu berkategori rendah (0.3%) dan 2.7%. b) Analisis deskriptif status gizi remaja berdasarkan jenis kelamin menunjukkan perbedaan dimana status gizi remaja berdasarkan umur dan jenis kelamin menunjukkan jumlah perempuan kategori normal (80%) lebih banyak remaja
dibandingkan laki-laki (55.5%).
berkategori
tidak
normal
lebih
Sedangkan status gizi
besar
laki-laki
(44.5%)
dibandingkan dengan perempuan (20%). Status gizi tidak normal perempuan dibagi dalam kategori gemuk (5.5%) dan kurus (14.5%). Kemudian status gizi tidak normal laki-laki dibagi dalam kategori gemuk (5.8%) dan
kategori kurus (38.7%). Secara umum status gizi remaja
berkategori normal (67.3%) hanya 30.7% yang berkategori tidak normal. c) Analisis deskriptif kecerdasan emosi sekolah negeri dibandingkan dengan sekolah swasta menunjukkan adanya perbedaan nyata dimana sekolah negeri cenderung lebih baik. Perbedaan kecerdasan emosi remaja tersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata pada kemampuan untuk mengenali emosi diri dan kemampuan melakukan empati. Secara umum kecerdasan emosi siswa berada pada kategori sedang (54%) dan baik (46%). Hal ini
232
menunjukkan bahwa kecerdasan emosi siswa secara umum adalah diatas sedang. d) Indeks kualitas Remaja merupakan penggabungan indeks status gizi, indeks kecerdasan intelektual, dan indeks kecerdasan emosi. Kualitas remaja menunjukkan indeks 86.23 sebagai indeks tertinggi dan indeks 23.42 sebagai indeks terendah. Hasil uji beda indeks kualitas remaja antara sekolah negeri dan swasta menunjukkan bahwa sekolah negeri cenderung lebih baik dibandingkan dengan sekolah swasta. 2. Uji beda pengeluaran keluarga untuk investasi pendidikan tidak menunjukkan perbedaan nyata antara sekolah negeri dan swasta. Artinya baik keluarga yang mempunyai anak bersekolah negeri maupun swasta mempunyai pengeluaran pendidikan tidak jauh berbeda. Analisis regresi terhadap pengeluaran keluarga untuk pendidikan menujukkan bahwa pengeluaran pendidikan keluarga untuk anak tersebut dipengaruhi oleh faktor lama pendidikan ibu dan pendapatan keluarga. Pendidikan ibu mempunyai kontribusi dalam memprioritaskan arti penting pendidikan untuk masa depan anak. Selain itu prioritas pendidikan untuk anak didukung dengan adanya kemampuan keuangan keluarga untuk membiayai pendidikan. Kedua faktor ini merupakan faktor penentu keterlibatan anak dalam pendidikan formal. 3. Uji beda lama pendidikan ayah dan ibu menunjukkan perbedaan nyata dimana ayah siswa sekolah negeri menunjukkan
diatas 12 tahun masa studi,
sedangkan lama pendidikan ayah siswa sekolah swasta kurang dari 12 tahun atau setara pendidikan SMA. Analisa regresi terhadap pendampingan anak belajar
oleh
orang
tua
dipengaruhi
oleh
faktor
pendidikan
ayah.
Pendampingan anak belajar adalah wujud investasi yang diberikan kepada anak dengan memanfaatkan waktu dan kemampuan yang ada untuk membimbing dan membantu anak belajar. Pendidikan orang tua (ayah) menjadi faktor yang mempermudah pendampingan belajar anak karena pendidikan menjadi sumber kemampuan dalam pendampingan tersebut. 4. Uji beda antara lingkungan keluarga siswa SMP negeri dan swasta menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata. Analisis regresi terhadap lingkungan keluarga menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dipengaruhi
233
oleh faktor keluarga luas / inti dan lama pendidikan ibu. Aggota keluarga dalam keluarga luas merupakan bagian penting dalam jaringan anak-anak muda. Interaksi sosial antara anggota keluarga muda dan tua menciptakan adanya ikatan sosial dalam keluarga tersebut. Ikatan sosial tersebut merupakan modal sosial untuk membangun ikatan keluarga yang lebih erat. Lingkungan keluarga dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Lama pendidikan memberikan wawasan maju berkaitan dengan pentingnya keluarga sebagai pendorong, menyediakan fasilitas, serta mempunyai harapan pendidikan setinggi mungkin untuk anak-anak. 5. Analisis regresi terhadap kecerdasan emosi menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosi dipengaruhi oleh faktor status sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lama pendidikan ibu. Status sekolah negeri dan lingkungan sekolah yang baik merupakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosi secara baik. Uji beda lingkungan sekolah menunjukkan adanya perbedaan nyata dimana sekolah negeri mempunyai lingkungan yang relatif baik dibandingkan dengan sekolah swasta. 6. Analisis regresi terhadap kecerdasan intelektual dipengaruhi oleh faktor keluarga luas / inti, lingkungan sekolah, dan lama pendidikan ibu. 7. Analisis analisa regresi logistik terhadap status gizi remaja menunjukkan hasil bahwa status gizi remaja dipengaruhi oleh jenis kelamin dan status kerja ibu. Kategori status gizi perempuan cenderung lebih normal dibandingkan dengan laki-laki. Status ibu tidak bekerja berpengaruh terhadap status gizi remaja. Ibu tidak bekerja mempunyai waktu relatif lebih banyak untuk dapat merawat anak dibandingkan dengan ibu bekerja. Namun penelitian menunjukkan bahwa ibu bekerjapun tidak dapat lepas dalam mengurus rumah tangga termasuk merawat anak. Ini dikaitkan dengan norma sosial mengenai peran gender dan spesialisasi pekerjaan rumah tangga. 8. Prestasi akademik siswa diukur dengan 6 mata pelajaran, yaitu: matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan PPKN. Nilai kelima mata pelajaran menunjukkan adanya kecenderungan siswa sekolah negeri lebih baik dibandingkan sekolah swasta. Nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan adanya kesamaan prestasi antara sekolah negeri dan swasta.
234
Analisis deskriptif terhadap prestasi akademik siswa negeri dan swasta menunjukkan hasil adanya perbedaan dimana sekolah negeri cenderung mempunyai nilai rata-rata lebih baik dibandingkan dengan sekolah swasta. Prestasi siswa sekolah negeri ini didukung dengan nilai ebtanas murni di tingkat sekolah dasar dimana sekolah negeri mempunyai NEM lebih baik dibandingkan dengan swasta. Selain itu didukung juga oleh faktor IQ antara sekolah negeri dan swasta dimana IQ siswa sekolah negeri cenderung lebih tinggi. 9. Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas remaja adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan investasi pendidikan untuk remaja.
Kualitas remaja merupakan penggabungan status gizi,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan intelektual. Kualitas remaja menyebar pada kategori sedang (71.3%) dan 7.7% berkategori tinggi, sedangkan sisanya berkategori rendah (20.7%) serta sangat rendah (0.3%) 10. Analisis regresi terhadap prestasi akademik remaja menunjukkan hasil bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh kualitas remaja, pemanfaatan waktu, iklim belajar, kondisi sekolah, aktivitas siswa, dan investasi pendidikan. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual dan emosi serta status gizi remaja. Faktor kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi menunjukkan pengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Kecerdasan emosi merupakan prediktor signifikan terhadap prestasi belajar. Namun pengaruh pengawasan orang tua terhadap prestasi belajar siswa bersifat negatif. Artinya semakin diawasi maka semakin berprestasi rendah. Di sisi lain dapat dijelaskan bahwa para siswa sudah dewasa dan bertanggung jawab terhadap kepentingan sekolah mereka sehingga tanpa harus diawasi sudah mampu memprioritaskan kepentingan sekolah diantara kegiatan yang lain. Kondisi sekolah juga berpengaruh terhadap prestasi akademis siswa. Aktivitas siswa berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Selain itu pengeluaran pendidikan berpengaruh terhadap pendidikan. Investasi pendidikan tidak lepas dari keuangan keluarga dimana kondisi keuangan terebut memberikan kemudahan untuk mendukung proses pendidikan anak.
235
Saran: Penelitian ini mengkaji kualitas remaja dan dampaknya terhadap prestasi belajar remaja. Penelitian ini mempunyai lingkup pada lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sekolah, lingkungan keluarga dan sekolah, serta investasi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas remaja. Prestasi akademis remaja dipengaruhi oleh kualitas remaja, pemanfaatan waktu, kondisi sekolah, aktivitas siswa, investasi pendidikan, lama pendidikan ibu, dan harapan siswa terhadap guru. Namun, uji beda menunjukkan adanya perbedaan antara sekolah negeri dan swasta. Perbedaan ini mencakup nilai ebtanas murni (NEM) SD, kecerdasan intelektual(IQ), kecerdasan emosi (EI), lingkungan sekolah, kondisi sekolah, aktivitas siswa, harapan siswa terhadap guru, lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu, pendapatan, kualitas remaja, prestasi akademis remaja. Untuk meningkatkan kualitas remaja diperlukan peningkatan dari sisi lingkungan keluarga maupun sekolah. Pelibatan orang tua murid dalam proses belajar mengajar secara langsung dapat merangsang keadaan lingkungan keluarga untuk memberikan perhatian kepada anak mencakup memberikan dorongan, menyediakan fasilitas belajar, memperhatikan aspirasi pendidikan dan pekerjaan, dan memberikan perhatian dalam suasana kebersamaan. Selain itu, keluarga juga perlu mengalokasikan biaya pendidikan lebih banyak agar dapat meningkatkan kualitas remaja, begitu juga terhadap prestasinya. Masalah investasi pendidikan tidak lepas dari masalah pendapatan. Analisis regresi menunjukkan adanya hubungan positif antara pendapatan dengan investasi pendidikan. Artinya, semakin tinggi pendapatan maka dimungkinkan akan semakin banyak uang dapat diinvestasikan untuk pendidikan. Hal ini mengisyratkan bahwa alokasi biaya untuk investasi pendidikan membutuhkan pendapatan yang kuat. Hanya keluarga berpendapatan kuat yang dapat menikmati pendidikan berkualitas. Sistem pendidikan saat ini secara tidak disadari menciptakan struktur sosial baru. Keluarga miskin tidak mampu membeli pendidikan berkualitas karena memerlukan baiya yang besar. Mereka akhirnya mengisi strtuktur sosial yang semakin di bawah. Apabila ini dibiarkan saja maka akan semakin tercipta
236
kesenjangan orang miskin tidak berpendidikan dan orang kaya berpendidikan. Oleh karena itu perlu dipikirkan pendidikan yang dapat menyerap siswa dari keluarga miskin. Perhatian terhadap keluarga miskin dapat dilakukan melalui upaya swadaya maupun pemerintah. Upaya swadaya dapat ditempuh dengan cara solidaritas orang tua siswa, atau melalui upaya kelembagaan seperti komite sekolah. Karena pendanan melalui BOS ditujukan untuk semua siswa, maka perlu bantuan yang secara khusus untuk kelompok siswa dari keluarga miskin. Upayaupaya tersebut diharapkan dapat memberikan kesempatan siswa miskin memperoleh pendidikan yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitasnya terlebih prestasi akademiknya. Dengan demikian diharapkan akan dapat mengurangi kesenjangan sosial yang ada. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan dukungan terhadap sekolah swasta guna meningkatkan kualitas sekolah swasta. Perbedaan lingkungan sekolah diatasi dengan peningkatan kemampuan para guru sesuai kompetensi keilmuan masing-masing, peningkatan aktivitas siswa melalui peran guru yang kreatif, peningkatan iklim belajar melalui kinerja guru di kelas yang dapat meningkatkan konsentrasi belajar, dan peningkatan kondisi sekolah menjadi lebih baik. Begitu juga dengan kondisi sekolah, pemerintah perlu memberi perhatian yang seimbang terhadap sekolah swasta dan negeri berkaitan dengan pembiayaan peningkatan kualitas kondisi sekolah. Peningkatan kualitas kondisi sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan prestasi belajar remaja. Upaya-upaya tersebut alhasil akan dapat mengurangi kesenjangan antara sekolah negeri dan swasta. Hendaknya peningkatan kemampuan guru dalam keilmuannya menjadi fakus utama pemerintah. Peningkatan penguasaan keilmuan diwajibkan sesuai kompetensi masing-masing. Hal ini ekaligus merupakan peningkatan sumberdaya manusia, yaitu guru. Pemerintah perlu mengawasi dan mengevaluasi kesesuaian pendidikan guru dengan keilmuan yang diajarkan, agar dapat meningkatkan penguasaan keilmuan sesuai bidangnya. Bahkan kesesuaian keilmuan ketika guru melanjutkan studi di jenjang lebih tinggi. Guru bermutu akan menghasilkan siswa berkualitas.