BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Mengacu dari hasil analisis, maka didapatkan bahwa besaran pergerakan penumpang menurut hasil proyeksi dengan metode ekonometrik berdasarkan variabel yang mempengaruhi adalah jumlah penduduk di wilayah Provinsi Kaltara, serta rerata tingkat PDRB per kapita di wilayah Provinsi Kaltara pada tahun 2014 adalah sebesar 1.051.757,98 penumpang. Dari jumlah penumpang tersebut yang kemudian dipilah menurut hasil survei bahwa calon
demand
angkutan pemadu moda adalah 37,81 % dari jumlah penumpang pesawat udara yang melakukan perjalanan melalui Bandar Udara Juwata Tarakan, yaitu sebesar 1.098,58 tiap hari atau sebesar 397.695,99 dalam satu tahun. Bahwa rute yang paling optimal sebagai akses hubung antara Bandar Udara Juwata dan Pelabuhan Tengkayu I adalah melalui jalan Mulawarman dan jalan Yos Sudarso. Waktu pelayanan yang dapat mencakup kedua pola pergerakan yaitu pesawat udara di Bandar Udara Juwata dan speedboat di Pelabuhan Tengkayu I adalah pukul 05:00 wita sampai dengan kedatangan pesawat terakhir di Bandar Udara Juwata Tarakan atau setara pukul 19:30 wita. Pada perencanaan pola operasi, dengan faktor pertimbangan meliputi waktu tunggu, ketersediaan kapasitas, kecepatan pelayanan, tarif maksimal terendah, serta selisih antara potensi pendapatan dengan biaya operasional kendaraan ditambah 10 % sebagai keuntungan operator, maka pola operasi pada alternatif III dianggap dapat memenuhi semua kriteria tersebut.
Adapun karakteristik atau layanan yang tersaji pada pola operasi pada alternatif III yaitu: 1. Waktu antara atau jarak antar armada angkutan pemadu moda adalah 20 menit, kecuali untuk operasional mulai jam 18.30, jadwal keberangkatan dari Bandar Udara Juwata mengikuti kedatangan pesawat, dan armada tidak masuk ke lokasi pelabuhan, melainkan hanya menyisir rute yang telah di tetapkan sehubungan tidak ada lagi pergerakan speedboat lebih dari pukul 18.15 wita. Jadwal pola operasional pelayanan terdapat pada lembar lampiran. 2. Waktu siklus sebesar 80 menit, kecuali operasional di atas pukul 18.30 wita karena armada tidak masuk serta tidak menunggu penumpang di Pelabuhan Tengkayu I. 3. Jenis armada adalah bus sedang dengan kapasitas 18 tempat duduk lengkap dengan tempat bagasi serta harus memenuhi standar pelayanan fasilitas sebagai angkutan pemadu moda. 4. Jumlah armada sebanyak 5 unit, terdiri 4 kendaraan operasi dan 1 kendaraan stand by dalam setiap hari operasi, sedangkan jumlah pergerakan dalam satu hari operasi adalah 88 pergerakan yang terbagi dalam 2 lokasi pemberangkatan yaitu 44 kali keberangkatn dari Bandar Udara Juwata serta 44 kali melewati Pelabuhan Tengkayu I. 5. Dari hasil analisis diketahui bahwa biaya langsung operasional selama satu tahun operasi untuk setiap armada adalah Rp 374.307.868,03 dengan mengoperasikan sejumlah 5 unit armada maka biaya langsung yang harus
dikeluarkan sebesar Rp 1.871.539.340,14 sedangkan biaya tidak langsung sebesar Rp 146.300.000,- sehingga biaya operasional keseluruhan adalah sebesar Rp 2.017.839.340,16 6. Untuk mengakomodir agar biaya operasional bisa mencakup keuntungan operator maka biaya operasional perlu ditambah sebesar 10 % dari biaya operasional pokok, sehingga biaya operasional pokok ditambah 10 % adalah sebesar Rp 2.219.623.274,16 7. Jika diasumsikan bahwa 70 % dari calon demand akan menggunakan angkutan pemadu moda maka tarif menurut BEP adalah Rp 7.973,15 8. Dengan tarif pembulatan sebesar Rp 10.000,- maka akan ada selisih pendapatan sebesar Rp 564.248.654,25 yang bisa digunakan sebagai dana cadangan ataupun dana pengembangan.
B.Saran Pengembangan lebih lanjut tentang pokok bahasan ini sangat dimungkinkan dan diharapkan, yaitu pengoperasian angkutan pemadu moda yang melayani seluruh kawasan Kota Tarakan, sehingga pelayanan aangkutan pemadu moda bisa dirasakan oleh keseluruhan pengguna jasa transportasi di Kota Tarakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang penelitian ini dan saran untuk penelitian selanjutnya dengan topik bahasan yang sama adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan sampel data yang dilakukan dengan taraf kepercayaan yang lebih tinggi.
2. Karakteristik penelitian yang berbeda (misalnya evaluasi pengoperasian angkutan pemadu moda untuk keseluruhan wilayah dengan cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas) dengan lokasi penelitian yang sama ataupun berbeda. Apabila hasil kajian ini digunakan untuk perencanaan setelah tahun 2014, maka perlu mempertimbangkan faktor inflasi serta kenaikan harga komponen pendukung.
C.Rekomendasi 1. Bandar Udara Juwata Tarakan Mengingat pertumbuhan penumpang yang cukup signifikan di Bandar Udara Juwata Tarakan, sehingga menuntut penyiapan infrastruktur yang layak untuk melayani pengguna jasa bandar udara. Berdasarkan isu pemanasan global sebagai dampak dari peningkatan emisi gas buang, sementara transportasi sebagai penyumbang terbesar, untuk memenuhi tuntutan publik akan transportasi yang lebih ramah lingkungan dan lebih mengarah pada transportasi masal. Atas dasar hal tersebut, maka diharapkan pada penyiapan infrastruktur lebih mengarah pada penyiapan fasilitas untuk transportasi masal. 2. Dinas Perhubungan Kota Tarakan Meskipun hasil dari penelitian ini lebih fokus pada pelayanan penumpang yang menuju wilayah di luar Kota Tarakan melalui Pelabuhan Tengkayu I, namun mengacu pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( bagian ke dua pasal 139 ayat 3 ) yang
menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota. Maka dinas perhubungan selaku kepanjangan tangan pemerintah dalam bidang trasportasi agar menyiapkan regulasi yang mengarah pada penyiapan transportasi masal, seperti halnya angkutan pemadu moda Bandar Udara Juwata dan Pelabuhan Tengakayu I di kota Tarakan. 3. Perusda Kota Tarakan Selaku pihak yang mengelola Pelabuhan Tengkayu diharapkan bersedia membuka peluang investasi seluas-luasnya demi pelayanan yang lebih baik pada pengguna jasa transportasi yang melakukan perjalanan melalui Pelabuhan Tengkayu I.