Kesimpulan dan Saran
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, mengenai Studi Tentang Analisis Keuangan untuk Menilai Kelayakan Pemberian Kredit pada Nasabah PT. Bank Jabar Kantor Cabang Utama diperlukan ketelitian dalam melaksanakannya untuk mencegah terjadinya kredit macet. Prosedur pemberian kredit merupakan langkah yang harus ditempuh oleh bank kepada calon debiturnya untuk menerima permohonan kredit. Langkah– langkah tersebut adalah tahap–tahap yang harus ditempuh dan dilalui oleh permohonan kredit mulai dari permohonan kredit diajukan sampai dengan disetujuinya dan pada akhirnya dapat dipergunakan oleh calon debitur untuk kepentingan konsumtif atau investasi tergantung pada kredit yang diajukan Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa calon debitur benar-benar dapat dipercaya maka bank terlebih dahulu mengadakan analisa kredit. Pemberian
kredit tanpa dianalisa terlebih dahulu
akan
sangat
membahayakan bank karena calon debitur dengan mudah memberikan data-data fikif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak diberikan. Pemberian kredit yang dilaksanakan oleh PT. Bank Jabar Kantor Cabang Utama Bandung terdiri dari beberapa tahap, yaitu : Tahap Pendahuluan Calon Debitur yang mengajukan kredit ke Bank Jabar harus diwawancarai oleh Pejabat yang berwenang. Dalam wawancara ini wajib diberikan penjelasan kepada calon debitur, mengenai : a. Sektor–sektor kredit yang dapat dilayani oleh Bank Jabar. b. Syarat–syarat Perkreditan. c. Prosedur Pemberian Kredit. d. lain–lain yang dianggap perlu (jenis kredit, suku bunga, provisi kredit, jangka waktu kredit, cara penarikan / pengembalian kredit dsb).
Kesimpulan dan Saran
48
Pengajuan Permohonan Kredit Pengajuan permohoan kredit harus dilakukan secara tertulis oleh calon debitur baik melalui surat atau dengan cara mengisi formulir.
Pengajuan Dokumen Dokumen yang harus dilampirkan pada Surat Permohonan Kredit adalah : a. Identitas calon debitur / sponsor Perorangan •
Foto copy KTP calon debitur dan suami / istri yang masih berlaku.
•
Foto copy surat nikah dan kartu keluarga.
•
Pas foto debitur dan suami / istri (bila perlu).
•
Foto copy Surat Kewarganegaraan RI untuk WNI keturunan.
•
Foto copy NPWP untuk permohonan diatas Rp. 50 juta.
BadanUsaha •
Foto copy akta pendirian berikut seluruh akta perubahannya yang didukung surat pernyataan bahwa akta tersebut akta terakhir.
•
Foto copy KTP seluruh pengurus yang masih berlaku.
•
Pas foto seluruh pengurus (bila perlu).
Pemilik Agunan •
Foto copyKTP pemilik agunan dan suami / istri yang masih berlaku.
•
Foto copy surat nikah dan kartu keluarga.
b. Foto copy Legalitas •
Perusahaan Sesuai dengan ketentuan.
•
Proyek SPK / Kontrak / SPP untuk pengajuan kredit sektor Pengadaan dan Konstruksi (KMKK).
c. Bukti Pemilikan Agunan Kredit dan Kelengkapan lainnya •
Foto copy Sertifikat Hak Milik (SHM), sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), Sertifikat Hak Guna Usaha (SHGU), Bukti
Kesimpulan dan Saran
49
Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Bukti Kepemilikan Lainnya. •
Foto copy Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
•
Untuk wilayah tertentu yang pemberlakuan IMB belum dapat diterapkan, dapat menggunakan Surat Keterangan dari Desa dan Kecamatan setempat.
•
Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang dan tanda lunas pembayaran PBB tahun terakhir atas tanah dan bangunan yang akan dijadikan agunan kredit.
•
Foto copy faktur / invoice / kwitansi pembelian mesin dan barang bergerak lainnya yang akan dijadikan agunan kredit.
d. Dokumen Lainnya Sesuai ketentuan yang berlaku.
Jaminan Kredit Jaminan Kredit (Collateral) dalam perkreditan karena berbagai sebab tetap menduduki posisinya yang penting terutama dalam fungsinya untuk pengamanan apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami kegagalan.
Dalam Undang–undang RI No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 23 berbunyi “Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah.
Pemberi kredit ditutut kejelian dan ketelitian dalam penilaian barang– barang yang akan diagunkan kepada bank. Dalam penilaian agunan terdapat 2 (dua) sasaran pokok yaitu : 1. Untuk menilai nilai ekonomis dari agunan yang bersangkutan, diantaranya yaitu : -
Dapat diperjual–belikan secara umum dan secara bebas.
-
Nilai agunan harus lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan.
Kesimpulan dan Saran
-
50
Nilai agunan konstan dan kemungkinan ada pertambahan nilai dikemudian hari.
2. Untuk menilai nilai yuridis dari agunan tersebut diantaranya yaitu : -
Milik calon debitur yang bersangkutan.
-
Ada dalam kekuasaan calon debitur sendiri.
-
Tidak berada dalam persengketaan dan keterikatan dengan pihak lain.
-
Memiliki bukti kepemilikan.
Tahap–tahap dalam melakukan analisa kredit pada PT. Bank Jabar Kantor Cabang Utama Bandung 1. Pengumpulan Data - Tujuan pengumpulan data Dalam analisis kredit pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dan harus dilakukan awal proses analisis kredit. Tujuan pengumpulan data adalah untuk mendapatkan informasi yang lengkap, akurat, dan up to date mengenai keadaan, gambaran, posisi calon debitur dan perusahaannya, maupun pihak ketiga yang ada kaitannya dengan usaha calon debitur. - Langkah–langkah pengumpulan Data Agar diperoleh pengumpulan data yang optimal sebaiknya diperhatikan hal– hal sebagai berikut : a. Dibuat rencana mengenai data yang diperlukan, sumber data dan cara / teknik mendapatkannya. b. Pelaksanaan pengumpulan data sebaiknya dilaksanakan secara aktif / langsung dari sumbernya dan harus dijaga kualitasnya (akurat, up to date, dan dapat dipercaya). c. Melaksanakan kofirmasi atas data yang diberikan nasabah / calon debitur kepada pihak yang kompeten dan independent. d. Sumber Data antara lain dari : • Nasabah / calon debitur. • Pihak ketiga.
Kesimpulan dan Saran
51
• Perpustakaan / penerbitan. • Intern (file berkas nasabah, bagi yang sudah menjadi nasabah). • Informasi dari perusahaan orang lain yang berkaitan dengan usaha nasabah (nasabah lain atau saingan usaha). • Informasi dari notaris, konsultan, team appraisal. • Informasi dari instansi, asosiasi dagang / industri yang berkaitan. 2. Verifikasi Data - Tujuan Verifikasi Data Pada dasarnya verifikasi data dimaksudkan untuk menentukan kewajaran, ketepatan dan kebenaran data / informasi yang sudah terkumpul. - Teknik Verifikasi Data • Pemeriksaan setempat (on the spot) terhadap semua data yang penting. • Konfirmasi melalui korespondensi atau telepon baik kepada nasabah maupun pihak ketiga yang berkaitan. 3. Analisis Data - Analisis Kualitatif Kondisi calon usaha debitur. - Analisis Kuantitatif Memahami, mengetahui kondisi, perkembangan. Dari tahap–tahap diatas, PT. Bank Jabar Kantor Cabang Utama Bandung diharapkan akan lebih teliti dan lebih cepat dalam melakukan analisa terhadap calon debitur untuk menghindari terjadinya kredit macet dan serta lebih yakin dalam memberikan kredit kepada debitur.
Prinsip Dasar Dalam Keputusan Pemberian Kredit Menurut PT. Bank Jabar Kantor Cabang Utama Bandung Untuk mengadakan penilaian / analisis terhadap data permohonan kredit dari calon peminjam dapat dipergunakan pendekatan, yaitu dengan menggunakan Prinsip 5C, yang diuraikan sebagai berikut :
Kesimpulan dan Saran
52
a. Character Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha – usaha yang sejenis. b. Capacity Penilaian yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan calon debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa debitur mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan. c. Capital Penilaian ini tidaklah semata–mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif. d. Collateral Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman (back up) atas risiko yang terjadi atas wanprestasinya debitur di kemudian hari. e. Condition of Economy Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha debitur perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.
Kesimpulan dan Saran
53
5.2. Saran Adapun saran–saran yang penulis berikan, antara lain : 1. Sebaiknya pihak bank menjalin hubungan baik dengan nasabah tidak hanya sebagai kreditur dan debitur saja tetapi juga dijadikan mitra kerja sehingga pihak bank dapat memberikan masukan–masukan untuk memperlancar jalannya pembiayaan. 2. Selama kredit masih berjalan nasabah wajib untuk : a. Menyampaikan laporan penjualan, pembelian, piutang dan persediaan barang. b. Mengijinkan Bank Jabar atau pihak–pihak yang ditunjuk melakukan pemeriksaan usaha dan aktivitas keuangan nasabah. 3. Untuk mendapatkan hasil analisa yang baik yang sesuai dengan standarisasi yang ada maka diperlukan pelatihan–pelatihan atau pendidikan
bagi
analisis
kredit
dalam
rangka
peningkatan
kemampuannya. Adanya pelatihan dan pendidikan diharapkan dapat dihasilkan suatu analisa kredit yang baik yang tidak menimbulkan kesalahan bagi pihak bank maupun pihak debitur.