BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan implementasi standar MFK di rumah sakit mitra benchmark (best practice EBD) cukup baik, bisa menggambarkan apa yang disyaratkan dalam peraturan dan standar JCI. Walaupun untuk itu harus masih dilakukan koreksi terhadap pemenuhan menuju facility safety. Hasil pelaksanaan benchmark cukup memberi suatu gambaran tentang implementasi riil terhadap apa yang dipersyaratkan dalam peraturan maupun dalam standar JCI. 2. Terdapat perbedaan yang cukup banyak antara fasilitas yang telah dipersiapkan oleh RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo dengan hasil benchmark dan peraturan serta standart MFK. Perbedaan terdiri dari desain tata ruang IGD, konstruksi dan spesifikasi bangunan serta fasilitas pendukung keselamatan gedung. Namun mempunyai kelebihan pada desain IGD RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo yang di tengah-tengah gedung terdapat ruang taman terbuka, berfungsi sebagai nature view dan ventilasi serta pencahayaan alami (daylight) yang hal ini bermanfaat untuk proses penyembuhan pada pasien. 3. Cara menutup perbedaan tersebut saat ini rumah sakit membuat rincian perbaikan gedung IGD sesuai tahapan jangka pendek hingga panjang. Dari rincian usulan tersebut ada yang bisa segera dilaksanakan, ada yang membutuhkan kerja sama dengan dinas lain dan ada yang tidak bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. Sehingga pekerjaan redesain gedung IGD dibutuhkan tahap-tahap pelaksanaannya. Langkah-langkah aksi yang harus dilakukan yaitu: a. Membentuk tim kerja internal di rumah sakit yang bertugas untuk: 1) melakukan review desain existing gedung yang ada 2) menyusun dokumen usulan perubahan desain gedung sesuai hasil kajian MFK
120
3) menyingkronkan antara kebutuhan fisik gedung dengan fungsi dan prilaku staf rumah sakit dalam bekerja 4) memberikan masukan kepada pihak konsultan perencana perbaikan gedung. b. Mengajukan dokumen usulan perbaikan gedung ke Bupati melalui Dinas Pekerjaan Umum c. Melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, khususnya Dinas Pekerjaan Umum dalam menyusun pembuatan dokumen perencanaan perbaikan.
B. Saran
1. Dibutuhkan kerja sama dari semua unsur yang terbentuk dalam suatu kelompok kerja MFK untuk bisa menyusun secara lebih rinci aplikasi tekniknya dalam pemenuhan standart-standart dalam MFK baik dari dokumen kebijakan yang harus dibuat maupun aplikasi teknis dalam mewujudkan fasilitas yang aman dan nyaman. Tim tersebut harus dilakukan pelatihan dan asistensi untuk bisa menyelesaikan kegiatan sesuai elemen penilaian dalam standart MFK. Asistensi bisa dilakukan oleh tenaga ahli dibidang manajemen fasilitas maupun oleh tim dari KARS. Perlu dibuat skedul kerja dan monitoring pencapaian target kerja. 2. Rumah sakit agar membuat kebijakan untuk melaksanakan plan of action atas hasil penelitian tersebut. Kebijakan juga meliputi langkah-langkah dan tahapan waktu maupun skala kerja dalam usulan pelaksanaan kegiatan tersebut. Usulan perbaikan tersebut harus hospital contruction yang mendukung physical safety. Untuk bisa menuangkan dalam suatu rencana pekerjaan fisik perlu dilakukan asistensi oleh tenaga ahli yang menguasai dan berpengalaman pada bidang hospital contruction ini. Tenaga ahli/konsultan tersebut harus memahami tentang standart MFK, EBD dan juga peraturan sarana-prasaran rumah sakit yang berlaku. Tim rumah sakit juga perlu meningkatkan pengetahuan tentang hal tersebut agar bisa memberi masukan
121
agar desain fisik selaras dengan fungsi dan prilaku pelayanan . Selanjutnya usulan tersebut diajukan ke Dinas Pekerjaan Umum sebagai pihak yang mengelola pelaksanaan fisiknya. Usulan ini agar dituangkan dalam sebuah DED (Detail Engineering Design) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya) yang selanjutnya dilakukan proses lelang konstruksi fisik. 3.
Melakukan perubahan desain (redesain) tata letak ruang IGD sesuai fungsi ruang, alur atau prilaku pelayanan, cross infection dan persyaratan fisik setiap ruang. Redesain yang disarankan meliputi: a. Membebaskan arah pandang gedung IGD dari halangan yang bisa menutupi keberadaan IGD dari tapak jalan raya. Yang hal ini berarti harus dilakukan pembebasan tanah milik perorangan yang berada di depan IGD yang sejajar dengan jalan raya. Dibutuhkan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk mewujudkannya. b. Membuatkan jalan masuk tersendiri dari arah jalan raya menuju ke gedung IGD, yang jalan tersebut terpisah dari pintu masuk utama rumah sakit. c. Melakukan perubahan desain tata letak ruang IGD sesuai fungsi ruang, alur atau prilaku pelayanan, cross infection dan persyaratan fisik setiap ruang. Desain perubahan yang diusulkan diantaranya: 1)
Jalan paving sebagai area drop off pasien ketinggiannya disejajarkan dengan pintu masuk, sehingga tidak ada perbedaan ketinggian antara area drop off sampai dengan area pintu masuk utama IGD
2) Pintu utama dilebarkan sampai batas tiang yang memaksimalkan bisa dilalui oleh 2 brancart 3) Untuk ruang dekontaminasi maka satu buah kamar mandi bagian depan diperluas/diperpanjang dengan menghilangkan bak mandi dan kloset dan diganti dengan fasilitas shower beserta saluran drainage pembuangan yang lebih besar. 4) Di ruang lobby IGD agar dibuatkan ruang untuk depo obat 5) Ruang triage I berada di lobby tengah IGD
122
6) Pintu menuju ruang IGD PONEK agar diperlebar minimal sehingga 2 buah brancart 7) Pintu menuju ke IGD umum agar diperlebar sampai dengan batas tiang 8) Pintu menuju ke koridor ruang resusitasi agar dihilangkan atau bisa diperlebar sampai dengan batas dinding. 9) Antara ruang dokter dan ruang resusitasi dibuat sebagai ruang nurse station dengan membuatkan lobby dan fasilitas wastafel. Dinding ruang resusitasi diganti dengan kaca setinggi satu meter dari lantai. 10) Ruang spoelhock yang berada dekat ruang observasi diganti menjadi ruang nurse station dengan mengganti dinding ruang observasi dengan kaca setinggi satu meter dari lantai dan membuatkan fasilitas wastafel. 11) Salah satu kamar mandi di ruang tindakan bedah dibuat sebagai spoelhock. 12) Ruang nurse station di dalam ruang tindakan non bedah dihilangkan. Pintu yang menuju ke koridor luar/ruang tunggu agar diperlebar sampai dengan batas dinding. 13) Pintu koridor menuju ke ruang radiologi agar diperlebar sampai batas dinding sehingga 2 brancart bisa leluasa untuk bersimpangan. 14) Pintu yang menuju ke koridor luar agar diperlebar sampai batas dinding. 15) Seluruh pintu di ruang pelayanan PONEK di perlebar. 16) Ruang steril yang berada didepan ruang pulih agar dihilangkan dan diganti dengan lobby nurse station sehingga lebar koridor yang ada bisa lebih lebar. 17) Sebagian ruang pulih (ukuran 5.5 m x 6 m) dibuat untuk satu unit OK lagi. Di ruang OK ini dibuatkan ruang untuk scrubbing dan ruang persiapan tindakan. Pada koridor ruang tunggu ditutup dengan dibuatkan pintu diujung koridor. Koridor ini dipakai sebagai koridor OK. Pada dinding kamar OK agar dibuatkan jendela untuk mengeluarkan utilitas kotor bekas operasi.
123
18) Agar dibuatkan ruang isolasi untuk mencegah penularan penyakit ke pasien lain maupun proteksi terhadap pasien tersebut atas kondisi diluar ruang isolasi.Ruang isolasi ini agar berada di area depan dan luar IGD. Sirkulasi udara dibedakan dengan di dalam ruang IGD. Dibuatkan pintu double sebagai airlock area. 19) Menghilangkan bak mandi yang ada dikamar mandi sebagai upaya untuk menurunkan penularan waterbone disease. Selain itu juga untuk memperluas space ruang sehingga pasien dengan kursi roda bisa bermanuver untuk keluar masuk toilet dengan mudah. 20) Untuk menghindari pasien jatuh maka upaya keselamatannya adalah memasang handrail di sepanjang koridor dan juga kamar mandi. 21) Memperbaiki spesifikasi dan persyaratan komponen dan bahan bangunan gedung. Yang meliputi lantai, dinding, langit-langit (termasuk selasar) serta pintu dan jendela. 22) Melengkapi prasana bangunan yang mendukung factor keselamatan, yaitu pemasangan sistem proteksi petir, melengkapi dengan sistem proteksi kebakaran, sistem kelistikan yang terkontrol dan mampu memenuhi kebutuhan operasional pelayanan di IGD serta pemasangan sistem gas medik dan vakum medik yang penyimpanan dan pemakaiannya menjamin keselamatan penghuni IGD serta gedung sekitarnya. 23) Melengkapi prasarana gedung yang mendukung factor kesehatan lingkungan, yaitu meliputi sistem ventilasi. Sistem pencahayaan dan sistem sanitasi. 24) Melengkapi prasarana gedung yang mendukung factor kenyamanan yaitu sistem pengkondisian udara dengan memasang AC. Memasang alat yang mengurangi kebisingan dan getaran. 25) Merevisi prasarana gedung yang ada untuk bisa mendukung factor kemudahan bagi hubungan diantara ruang satu dengan yang lain mudah diakses yaitu dengan melebarkan koridor dan menghilangkan pintu-pintu pembatas koridor yang tidak terlalu banyak manfaatnya.
124
26) Sarana jalur evakuasi dan pendukungnya harus dibuat yaitu pintu keluar lebih dari satu jalur. Terpasang denah lokasi dan keberadaan penghuni serta marka-marka untuk evakuasi ke arah titik kumpul aman. 27) Menyediakan lahan evakuasi yang dekat dengan gedung IGD sebagai tempat titik kumpul aman. 4. Agar proses renovasi gedung bisa mewujudkan desain yang sesuai dengan persyaratan maka setiap tahap perkembangan renovasi harus dilakukan monitoring dan evaluasi secara priodik dengan melibatkan semua pihak, yaitu pengguna ruang, manajemen rumah sakit, dinas PU dan konsultan.
125