53
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Faktor-faktor risiko hipertensi pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: 1.1.
Konsumsi minuman alkohol jenis
tradisional berisiko 9.0 kali
lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis dan status gizi obes) dibanding yang tidak pernah minum alkohol. 1.2.
Umur > 45 tahun berisiko 7.8 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan diagnosis dan status gizi obes) dibanding umur < 45 tahun. 1.3.
Umur > 45 tahun berisiko 5.2 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan diagnosis dan status gizi tidak obes) dibanding umur < 45 tahun. 1.4.
Umur > 45 tahun berisiko 3.3 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding umur < 45 tahun. 1.5.
Umur > 45 tahun berisiko 2.6 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding umur < 45 tahun. 1.6.
Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi terkena
hipertensi (berdasarkan diagnosis dan status gizi tidak obes) dibanding yang tidak mengalami gangguan emosional. 1.7.
Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi terkena
hipertensi (berdasarkan diagnosis dan status gizi obes) dibanding yang tidak mengalami gangguan emosional. 1.8.
Status gizi kurus berisiko 1.9 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding yang status gizinya normal.
54
1.9.
Merokok setiap hari berisiko 1.7 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding yang tidak pernah merokok. 1.10. Status gizi gemuk berisiko 1.5 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding yang status gizinya normal. 1.11. Konsumsi buah dan sayur > 3 hari/minggu berisiko terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding yang konsumsinya < 3 hari/minggu. Hal ini kemungkinan karena gaya hidup yang lebih buruk pada pria obes yang mengkonsumsi buah dan sayur > 3 hari/minggu dibandingkan dengan yang konsumsi buah dan sayurnya < 3 hari/minggu, atau mungkin juga porsi konsumsinya yang terlalu rendah. 1.12. Merokok > 15 batang/hari berisiko terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding yang tidak pernah merokok. 1.13. Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari berisiko 30% lebih kecil terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding yang konsumsinya < 3 porsi/hari. 1.14. Merokok kadang-kadang berisiko 40% lebih kecil terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding yang tidak pernah merokok. Hal ini karena gaya hidup pria bukan perokok yang lebih buruk disbanding pria yang merokok kadangkadang. 1.15. Minuman alkohol jenis anggur/wine memberikan efek protektif/risiko lebih rendah 50% terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol. 1.16. Rokok putih dan rokok filter berisiko lebih rendah 50% terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding rokok non putih dan non filter.
55
1.17. Rokok putih dan rokok filter berisiko lebih rendah 60% terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding rokok non putih dan non filter.
2.
Faktor-faktor risiko hipertensi pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: 2.1. Umur > 45 tahun
berisiko 5.6 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding umur < 45 tahun. 2.2. Gangguan mental emosional berisiko 5.4 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. 2.3. Umur > 45 tahun
berisiko 4.8 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan diagnosis dan status gizi obes) dibanding umur < 45 tahun. 2.4. Umur > 45 tahun
berisiko 4.7 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan diagnosis dan status gizi tidak obes) dibanding umur < 45 tahun. 2.5. Umur > 45 tahun
berisiko 3.6 kali lebih tinggi terkena hipertensi
(berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding umur < 45 tahun. 2.6. Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis dan status gizi tidak obes) dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. 2.7. Merokok di masa lalu berisiko 2.1 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis dan status gizi obes) dibanding yang tidak pernah merokok. 2.8. Gangguan mental emosional berisiko 2.1 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis dan status gizi tidak obes) dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional.
56
2.9. Merokok di masa lalu berisiko 1.8 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis dan status gizi tidak obes) dibanding yang tidak pernah merokok. 2.10. Status gizi gemuk berisiko 1.6 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding yang status gizinya normal. 2.11. Status gizi kurus berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding yang status gizinya normal. 2.12. Status sosial ekonomi rendah berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding yang status sosial ekonominya tinggi. 2.13. Gangguan mental emosional berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi obes) dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. 2.14. Status sosial ekonomi rendah berisiko 1.2 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis dan status gizi obes) dibanding yang status sosial ekonominya tinggi. 2.15. Merokok kadang-kadang berisiko lebih kecil 60% terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah dan status gizi tidak obes) dibanding yang tidak pernah merokok. Hal ini kemungkinan karena gaya hidup wanita bukan perokok yang lebih buruk dibanding wanita perokok kadang-kadang.
3. Faktor-faktor risiko diabetes melitus pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: 3.1.
Umur > 45 tahun
berisiko 12.7 kali lebih tinggi terkena diabetes
melitus (status gizi obes) dibanding umur < 45 tahun. 3.2.
Umur > 45 tahun berisiko 4.4 kali lebih tinggi terkena diabetes melitus (status gizi tidak obes) dibanding umur < 45 tahun.
57
3.3.
Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 2 kali lebih tinggi terkena diabetes melitus (status gizi tidak obes) dibanding umur mulai merokok > 17 tahun.
3.4.
Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari memberikan efek protektif/risiko lebih kecil terkena diabetes melitus (status gizi obes) dibanding konsumsi < 3 porsi/hari.
4. Faktor-faktor risiko diabetes melitus pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: 4.1.
Umur > 45 tahun
berisiko 13.0 kali lebih tinggi terkena diabetes
melitus (status gizi obes) dibanding umur < 45 tahun. 4.2.
Umur > 45 tahun berisiko 9.3.kali lebih tinggi terkena diabetes melitus (status gizi tidak obes) dibanding umur < 45 tahun.
4.3.
Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena diabetes melitus (status gizi tidak obes) dibanding yang sering mengkonsumsinya.
4.4.
Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena diabetes melitus (status gizi obes) dibanding yang sering mengkonsumsinya.
5. Faktor-faktor risiko hipertensi sekaligus diabetes melitus pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: 5.1.
Umur > 45 tahun berisiko 38.3 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi obes dibanding umur < 45 tahun.
5.2.
Umur > 45 tahun berisiko 15.3 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi obes dibanding umur < 45 tahun.
5.3.
Umur > 45 tahun berisiko 12.6 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding umur < 45 tahun.
58
5.4.
Umur > 45 tahun berisiko 7.1 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasar pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding umur < 45 tahun.
5.5.
Gangguan mental emosional berisiko 3.4 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi obes dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional.
5.6. Gangguan mental emosional berisiko 3.2 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. 5.7. Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 3.3 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding umur mulai merokok > 17 tahun. 5.8. Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 5.0 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi obes dibanding umur mulai merokok > 17 tahun. 5.9. Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari memberikan efek protektif/risiko lebih kecil 80% terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus (status gizi obes) dibanding konsumsi < 3 porsi/hari.
6. Faktor-faktor risiko hipertensi sekaligus diabetes melitus pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: 6.1.
Umur > 45 tahun berisiko 16.9 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi obes dibanding umur < 45 tahun.
6.2.
Umur > 45 tahun berisiko 12.7 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding umur < 45 tahun.
59
6.3.
Umur > 45 tahun berisiko 11.7 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding umur < 45 tahun.
6.4.
Umur > 45 tahun berisiko 10.0 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasar diagnosis) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi obes dibanding umur < 45 tahun.
6.5. Gangguan mental emosional berisiko 2.3 kali lebih tinggi terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. 6.6. Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding yang sering mengkonsumsinya. 6.7. Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena hipertensi (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi obes dibanding yang sering mengkonsumsinya. 6.8. Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 70% lebih kecil terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis) sekaligus diabetes melitus
dengan
status
gizi
obes
dibanding
yang
sering
mengkonsumsinya. 6.9. Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 70% lebih kecil terkena hipertensi (berdasarkan diagnosis) sekaligus diabetes melitus dengan status gizi tidak obes dibanding yang sering mengkonsumsinya.
Saran 2.
Upaya-upaya pencegahan atas faktor-faktor risiko penyakit degeneratif (hipertensi dan diabetes melitus) terutama yang terkait gaya hidup dan status
60
gizi perlu dilakukan segenap komponen masyarakat. Berbagai cara bisa dilakukan diantaranya dengan melakukan kampanye di media massa dan sosialisasi ke sekolah-sekolah, kampus, puskesmas, rumah sakit, posyandu, klinik gizi dan ruang-ruang publik lainnya. Disarankan juga kepada masyarakat usia > 20 tahun untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah secara rutin setiap 2 tahun sebagaimana dilakukan di negaranegara maju. 3.
Dalam rangka penyempurnaan pengembangan instrumen pengukuran dalam Riskesdas yang akan datang, perlu dilakukan perbaikan instrumen pengukuran, terutama terkait kebiasaan konsumsi makanan berisiko dan aktivitas fisik. a. Kebiasaan konsumsi makanan berisiko responden sebaiknya diukur juga porsi yang dikonsumsi, tidak hanya frekuensi. Selain itu, perlu juga dikaji lebih lanjut tentang cut off point frekuensi konsumsi sering dan jarang agar lebih sesuai. b. Aktivitas fisik yang dilakukan responden sebaiknya tidak hanya menggunakan kartu peraga, tetapi dirinci jenis-jenis aktivitas fisik berikut kategori berat, sedang dan ringan.
Hal ini untuk
mengurangi salah persepsi reponden terhadap kategori aktivitas fisik yang dilakukannya. 4.
Berdasarkan hasil penelitian ini, khususnya terkait dengan standar kecukupan konsumsi buah dan sayur, ke depan bisa dilakukan penelitian khusus yang mengarah pada perancangan standar kecukupan konsumsi buah dan sayur bagi penduduk Indonesia, mengingat selama Indonesia masih merujuk kepada standar FAO. Perlu juga adanya penelitian lanjutan yang menganalisis kadar kolesterol dan gula darah dikaitkan dengan kejadian berbagai penyakit degeneratif, mengingat dalam penelitian ini kejadian hipertensi dan diabetes melitus serta komplikasinya sebatas didekati dengan diagnosis dan pengukuran fisik, tidak didukung dengan pengukuran aspek biomedis.