KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Perbedaan tekstur tanah dan elevasi, tidak menyebabkan perbedaan morfologi tanah. Perbedaan morfologi tanah (terutama pada kedalaman 0
-
60 cm dari permukaan
tanah) disebabkan terutama oleh penggunaan lahan (sawah dan lahan kering) serta intensitas penanaman padi (lamanya sawah digenangi) dalarn setahun. Susunan horison tanah sawah yang relatif iembab sepanjang tahun (ditanami 3 kdi padi setahun), berturut-turut dari atas adalah: lapisan olah, tapak bajak, dan lapisan tanah bawah, sedangkan sawah yang ditanami 1 dan 2 kali padi dalam setahun adalah: lapisan olah, padas besilmangan dan lapisan tanah bawah.
Padas
besumangan bukan fragipan, tetapi mempakan tapak bajak yang mengalami sementasi besi dan/atau mangan. 2.
Pada semua kelornpok tekstur yang diamati, semakin lama periode kering (1 x padi) semakin dangkal dan semakin tebal padas besilmangan (Bsdm). Pada sawah 1 x padi, semakin halus tekstur tanah, semakin dangkal dan semakin tebal, kecuali pada YG-10 (karena padas tersebut berada Iangsung di atas duripan), sedangkan pada sawah 2 x padi, semakin halus tekstur tanah semakin dalam dan semakin tebal padas besilmangan. Duripan (Bqm) hanya terbentuk pada tempat-tempat tertentu (lahan kering maupun lahan sawah), yang memungkinkan terjadinya pengendapan s3ka, tanpa dipengaruhi penyawahan, sehingga tidak dipengaruhi oleh intensitas genangan dalam setahun.
3.
Faktor utama yang menyebabkan perbedaan sifat fisika tanah sawah bukan tekstur tanah, melainkan intensitas penanaman padi dalam setahun yang menyebabkan morfologi tanah berbeda. Pada semua tekstur tanah yang diamati, bobot isi tanah horison Ad/Bd dan Bsdm lebih tinggi dari horison tanah di atas dan di bawahnya (kecuali jika di bawahnya terdapat duripan); sebaliknya dengan penneabilitas tanah.
Kandungan liat lapisan olah tanah sawah lebih tinggi daripada lapisan di bawahnya karena tejadi pelapukan lebih intensif di lapisan oIah akibat kondisi redoks yang bergantian, disertai pengolahan tanah dalam keadaan basah secara intensif. Kandungan liat di lapisan olah maupun padas besilmangan dan tapak bajak. menunjukkan pola sbb: sawah 2x padi > 3 x pad1 > I kali padi. 4.
Tekstur tanah dan intensitas penggenangan berpengaruh pada beberapa sifat kimia tanah sawah.
Kandungan C-organik lapisan olah semakin tinggi dengan semakin
halus tekstur tanah dan semakin tinggi intensitas penanaman padi dalam setahun. Kapasitas tukar kation (KTK) tanah sawah yang ditanami 3 x padi dalam setahun, umumnya lebih tinggi dengan semakin halusnya tekstur tanah, sedangkan pada sawah yang ditanami 1 dan 2 x padi dalam setahun tidak teratur, tergantung kandungan bahan organik dan jenis mineral liat yang ada. 5.
Kandungan Fe (Feo dan Fed) pada pedon lahan kering cenderung menurun secara teratur dengan kedalaman, sedangkan pada lahan sawah, kadar Fe lebih rendah pada lapisan olah (kecuali pada sawah 3 x padi), tertinggi pada horison Bsdm, kemudian menurun dengan kedalaman.
Kandungan Fe pada horison Bsdm dan 3 d pada
pedon-pedon dari tiga kelompok tekstur tanah yang diamati umurnnya adalah sawah 2 x pad1 > 1 x padi > 3 x padi.
Ferihidrit merupakan mineral besi amorf yang dominan dalarn tanah-tanah di daerah penelitian. Alofan di daerah penelitian tidak dijumpai karena Nsbah atom M S i < 1 (0.17 - 0.86). Hasil iN juga didukung oleh analisis DTA. 6.
Perbedaan tekstur tanah dan penggunaan lahim serta intensitas genangan dalam setahun, menyebabkan perbedaan dalam susunan mineral fiaksi pasir yang dominan dalam tiap horison, sedangkan jeNs mineralnya sama. Mineral fiaksi pasir terdiri atas plagioklas intermedier (andesin dan labradorit), augit, amiibol, magnetit, hiperstin dan kuarsa.
Fragmen batuan umumnya merupakan komponen yang
tertinggi. Kandungan gelas volkan pada semua contoh tanah di daerah penelitian berkisar antara 0 dan 3%. Nisbah MHL/MML lapisan olah tanah sawah, umumnya adalah sawah yang ditanami 2 x padi > 3 x padi > 1 x padi.
Mineral fiaksi liat tanah, didominasi oleh mineral-mineral primer, terutama plagioklas (andesin dan labradorit), kristobalit, augit dan hiperstin. dijumpai adalah haloisit, kaolinit dan smektit.
Mineral sekunder yang
Smektit hanya dijumpai pada tanah
sawah tekstur lempung berpasir, pada elevasi (250 m dpl.
7.
Perbedaan tekstur tanah tidak menyebabkan perbedaan dalam sifat rnikromorfologi tanah sawah. Pada horison Bsdm tanah sawah yang ditanami 1 dan 2 x padl dalam setahun, terdapat selaput liat dan selaput debu halus yang terimpregnasi oleh oksida/hidroksida besi pada hampir semua pori, berupa coating, hypocoating dan irrfillitlg, menyebabkan t erjadinya pengerasan pada horison ini. Pada duripan, bahan
silika amorf (opal) merupakan penyemen utama, berupa selaput silika (silan) yang mengisi pori-pori antara partikel dan juga meresap dalam massa dasar. Selain itu oksida dan hidroksida besi dan mangan, juga berperan sebagai bahan penyemen sehingga duripan bewarna kemerahan. 8.
Proses pedogenesis tanah sawah tidak terlepas dari proses pedogenesis yang berlangsung sebelum tanah disawahkan. tanah sawah adalah reduksi dan oksidasi
Proses yang penting daIam lapisan olah yang tejadi secara bergantian.
Proses
pedogenesis yang paling dominan adalah proses eluviasi dalam keadaan tereduksi. Proses yang lain adalah pencucian, lessivage, dekomposisi, sintesis, melanisasi dan gleisasi serta pengkayaan (penambahan lumpur) dari air irigasi rnenyebabkan kandungan liat lapisan olah lebih tinggi. Proses gleisasi tidak begitu nyata karena tanah bertekstur pasir dan berdrainase baik. Di lapisan tap& bajak tejadi iluviasi bahan-bahan yang berasal dari lapisan olah, menyebabkan tejadiiya pemadatan. Selain itu juga tejadi pencucian besi dan mangan ke lapisan bawah. Besi fero yang tertinggal di lapisan ini teroksidasi mernbentuk karatan. Lapisan padas besilmangan mengalami proses pedogenesis yang serupa dengan lapisan tapak bajak tetapi disertai sementasi oleh besi dan mangan sehingga horison ini lebih padat dan lebih keras. 8.
Regim suhu tanah di daerah penelitian termasuk isohipertennik, sedangkrtn regim lengas tanah termasuk ustik, udik dan akuik (antrakuik). Tidak semua lahan sawah
rnemenuhi syarat akuik. Tidak satupun pedon di daerah penelitian yang memenuhi sifat tanah andik, karena kandungan gelas volkan < 5%. Klasifikasi tanah pada tingkat ordo untuk semua tanah sawah pada tekstur, elevasi dan intensitas penanaman padi yang berbeda adalah sama yaitu InceptisoI, sedangkan untuk lahan kering adalah MoHisol. Pada semua tanah sawah bertekstur mod~f?er pasir berkerikil dan pasir untuk semua intensitas penanaman padi dan elevasi yang diamati, termasuk great group Epiaquept, sedangkan untuk tekstur pasir, hanya sawah yang ditanarni 3 x padi dalam setahun yang termasuk dalam great group tersebut. Semua tanah sawah yang ditanami 3 x padi dalam setahun termasuk dalam subgrup Typic Epiaquept, kecuali pada tekstur rnodiJier pasir berkerikil yang termasuk Aeric Epiaquept. Tidak semua pedon yang rnemiliki padas besifmangan tergolong dalam subgrup yang sama (Fragic Epiaquept), yaitu hanya yang memiliki tebal 15 cm atau lebih. Klasifikasi
tanah
penyempurnaan.
sawah
dalam
Taksonomi
Tanah
masih
dalam
proses
Namun demikian, klasifikasi tanah sawah menurut Keys to Soil
7kcorromy edisi ke-8 (Soil Survey Staff,
1998) untuk daerah tropis lebih
mencerminkan sifat tanah sawah dibandingkan dengan edisi-edisi sebelurnnya. 9.
Pengaruh jenis, ketebalan
dan kedalaman padas terhadap klasifikasi dan potensi
tanah adalah sbb:
-
Tapak bajak, tidak berpengaruh terhadap Masifikasi tanah
-
Padas besumangan berpengaruh pada kategori sub-grup jika tebalnya > 15 cm.
-
Duripan sangat berpengaruh pada kategori great-group jika terdapat pada kedalaman <100 cm dari permukaaan tanah.
Saran 1.
Dalam rnengklasifikasikan tanah di daerah volkan, terutama yang berkembang dari bahan lahar, baik lahan sawah maupun lahan kering, perlu pengamatan yang hati-hati karena ordo tanah berada di antara Andisol, Mollisol dan Inceptisol. Duripan mirip bahan litik, sedangkan pada tanah sawah, padas besi/mangan memiliki ciri yang
hampir serupa dengan fragipan. Selain analisis sifat tanah yang lain, analisis mineral fraksi pasir terutama untuk penentuan jumlah gelas volkan dan analisis sifat mikromorfologi tanah terutama untuk penentuan duripan, sangat diperlukan. 2
Dalam Taksonomi Tanah, seharusnya padas besdrnangan (Bsdm) dijadikan horison penciri tersendiri yang setara dengan fragipan atau horison lainnya. Dibandingkan dengan horison plasik yang hanya setebal 1 - 2 mm, maka lapisan padas besilrnangan
ini jauh lebih berpengamh terhadap kondisi dalam profil tanah yang selanjutnya akan berpengaruh pada perturnbuhan tanarnan, karena memiliki sifat yang sangat keras dan tebal 5
-
20 cm.
Selain itu beberapa great group dalam Taksonomi Tanah
misalnya Durustept, dalam edisi mendatang perlu dibedakan atas beberapa subgrup agar dapat mencerrninkan tanah-tanah yang disawahkan. 3.
Dalam menerapkan Taksonomi Tanah, rnempertimbangkan sifat-sifat tanah.
penentuan regim lengas tanah perlu
Penggunaan program Nen~halI Simulation
Model perlu dilakukan secara hatai-hati, karena program tersebut hanya didasarkan pada data iklim atrnosfir (curah hujan dan suhu), tanpa memperhatilcan sifat-sifat tanah.