74
9 KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan model sistem dinamis untuk mengambil keputusan kompleks bagi pengembangan agroindustri gula tebu. Dengan model ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks bagi pengembangan agroindustri gula tebu merupakan model yang dibangun dengan mempertimbangkan elemen mikro pada tingkat korporasi/perusahaan dan lingkungan makro sehingga model ini dapat memberikan kegunaan pengambilan keputusan yang lebih akomodatif. Sebagai model yang fleksibel, model hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengambil keputusan strategis bagi rancangan investasi pabrik/ agroindustri gula baru (green field project) maupun restrukturisasi agroindustri gula yang sudah ada.
2. Model ini terdiri dari beberapa sub-model yaitu model sub-sistem petani tebu, pabrik gula, distribusi dan pemasaran, dan sub-model kebijakan pemerintah, serta model integratif keseluruhan yang dapat digunakan untuk memutuskan strategi pada level perusahaan maupun level makro nasional melalui proses simulasi model. Model dari hasil penelitian ini secara bertahap dibuat dengan menggunakan software sistem dinamis Stella versi terakhir 9.1.4 yang dikeluarkan oleh Iseesistems. Software Stella dipergunakan sebagai alat untuk menggambarkan model utama yang merupakan representasi dari kenyataan sesungguhnya di lapangan.
Model sistem dinamis
digunakan sebagai alat simulasi utama dalam penelitian ini. Selanjutnya penelitian ini menggunakan software Interpretive Structural Modelling yang diterbitkan oleh Sorach, Inc. Software ISM dipergunakan untuk membangkitkan visi bersama para pemangku kepentingan dan digunakan untuk menyatukan ide yang muncul pada saat Focused Group Discussion yang memunculkan 11 idea utama terkait cara peningkatan agroindustri gula tebu sehingga dapat tersusun menurut struktur yang logis. Hasil dari pengolahan ISM menunjukan bahwa Peningkatan Produktifitas hasil panen tebu merupakan ide yang paling utama harus dilakukan mengawali semua ideide pengembangan lainya.
75
Setelah itu penelitian ini menggunakan software Analytical Network Process berbasis Benefit Opportunity Cost Risk (BOCR) terbitan Superdecisions.
Software ANP
dipergunakan untuk menangkap semua fenomena yang mempengaruhi tiga alternatif kebijakan utama: Kebijakan Fiskal berupa Penetepatan Tarif Bea Masuk, Dikungan Kebijakan Moneter, dan Kebijakan Pengembangan Produk Alternatif.
Dalam
pengolahan ANP telah diperhitungkan faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, lingkungan hidup, perdagangan internasional, perkembangan pasar tenaga kerja, perkembanan teknologi, dan kriteria operasional tingkat pabrik. Sebagai penyempurna alat bantu pengambilan keputusan, penelitian ini disempurnakan dengan model probabilitas untuk mengetahui sejauh mana keyakinan akan tercapainya atau gagalnya suatu tujuan. Penelitian ini menggunakan software Bayesian Belief Network yang diterbitkan oleh Netica dan secara khusus diaplikasikan sebagai Jejaring Keyakinan Bayesian pada ide utama hasil pemeringkatan ISM, yaitu Peningkatan Produktifitas Tebu. 3. Model sistem dinamis beserta pemrograman pendukung yang dilakukan dengan alat bantu software telah diverifikasi dan divalidasi dengan cara secara cermat dilakukan pemeriksaan secara terus menerus untuk meyakinkan semua persamaan algoritma telah dilakukan dengan benar, semua persamaan telah sesuai dengan kaedah teori, semua hubungan keterkaitan telah memenuhi logika yang umum dan tidak bertentangan dengan praktek dilapangan setelah diperiksa silang dengan nara sumber serta pakar gula. Proses validasi dilakukan dengan melakukan uji coba olah data dengan berbagai input data yang berbeda dan dilakukan secara terus menerus hingga tidak ditemukan kejanggalan. Dalam prakteknya, ke-empat software yang digunakan memiliki fungsi peringatan dini bila terjadi penyimpangan sehingga proses validasi pada dasarnya dilakukan secara mandiri dan otomatis pada masing-masing software. 4. Hasil simulasi model sistem dinamis menunjukan target pada tahun 2014 yang telah dicanangkan sebagai tahun swa sembada gula, sebagai berikut: diprakirakan terjadi kenaikan luas lahan tanam mencapai 8%, naik dari 286,580 ha pada tahun 2010 menjadi 308,789 ha pada tahun 2014. Hasil panen tebu per hektar naik sebesar 16% sejalan dengan program kerja yang berupaya meningkatkan produktifitas dari tahun 2010 total sebesar 22,864,500 menjadi 26,506,222 pada tahun 2014. Kapasitas giling meningkat 28% hingga mencapai 163,004 ton cane per day pada tahun 2014.
76
Rendemen rata-rata meningkat dari 6.33 pada tahun 2010 menjadi 7.7 pada tahun 2014 sehingga meningkatkan produktifitas gula kristal putih 53% dari 1,356,076 ton pada tahun 2014 menjadi 2,075,084 ton pada tahun 2014. 5. Hasil simulasi ANP secara total menunjukan bahwa model sistem dinamis bagi pengembangan agroindustri gula tebu akan meraih titik optimasi bila Pemerintah dan para pemangku kebijakan memutuskan untuk mengambil kebijakanPengembangan Produk Alternatif sebagai kebijakan utama (peringkat ke-1 total nilai 0.5984). Nomor dua adalah apabila pihak pemangku penentu kebijakan menentukan kebijakan berupa Dukungan Kebijakan Moneter (peringkat ke-2 total nilai 0.4939), dan terkahir apabila pemangku penentu kebijakan mengambil keputusan Penerapan Tarif Bea Masuk sebagai kebijakan terakhir (peringkat ke-3 total nilai 0.3295). Hasil penelitan ini menggambarkan bahwa pelaku usaha agroindustri gula tebu mendambakan pengembangan produk alternatif sebagai upaya meningkatkan kinerja agroindustri gula tebu di masa depan dan sebagai upaya meningkatkan daya saing baik di tingkat domestik maupun internasional. Para pelaku usaha mampu bersaing dengan pelaku usaha internasional.
Hal ini
terungkap dari hasil olah ANP yang meletakan kebijakan protektif pengetatan Tarif Bea Masuk menjadi kebijakan terakhir, asalkan pihak pemerintah memberikan Dukungan Kebijakan Moneter seperti tersedianya pendanaan dengan tingkat bunga wajar dan murah, tingkat perbedaan nilai tukar yang stabil dan relatif kompetitif, dan tingkat inflasi yang terkendali. 6. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Benefit atau Strenght, menunjukan bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu dapat tercapai secara optimal apabila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan Pengembangan Produk Alternatif sebagai kebijakan utama (nilai 0.9760), diikuti kebijakan Penerapan Tarif Bea Masuk (nilai 0.6852) dan terakhir keputusan kebijakan Dukungan Kebijakan Moneter (nilai 0.3952). Hasil ini adalah rasional mengingat faktor benefit atau strenght yang selama ini dinikmati oleh para pemangku kepentingan dalam sistem ini mendambakan strategi agresif untuk berkembang dan strategi bertahan untuk melindungi keunggulan yang ada. 7. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Cost atau Weakness, menunjukan bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu akan mencapai titik optimal bila
77
pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan protektif untuk melindungi kekurangan pada agroindustri gula tebu dengan kebijakan Penerapan Tarif Bea Masuk (nilai mutlak 1.0), diikuti oleh keputusan yang mendorong terlaksananya kebijakan Pengembangan Produk Alternatif(nilai 0.6108) dan terakhir bila para penentu kebijakan melakukan keputusan Dukungan Kebijakan Moneter (nilai 0.4313). Hasil ini rasional dan logis sesuai dengan kaedah protektif bagi menjaga kelemahan yang ada dan bahwa para pelaku usaha dalam sistem agroindustri gula tebu siap melakukan kegiatan produk alternatif melebihi urgensi kebijakan Dukungan Kebijakan Moneter. 8. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Opportunity sama dengan Opportunity menunjukan bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu akan mencapai titik optimal bila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan protektif berupa Penerapan Tarif Bea Masuk untuk menghadang pengganggu yang akan menyaingi pencapaian peluang usaha.
Dilanjutkan dengan kebijakan yang mendorong
Pengembangan Produk Alternatif dan terakhir bila dilakukan keputusan Dukungan Kebijakan Moneter. 9. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Risk sama dengan Threat menunjukan bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu akan mencapai titik optimal bila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan protektif berupa Penerapan Tarif Bea Masuk (nilai mutlak 1.0) dan bila diambil keputusan kebijakan Pengembangan Produk Alternatif (nilai 0.5797) dan bila diputuskan kebijakan Dukungan Kebijakan Moneter sebagai peringkat terakhir (nilai 0.4103) 10. Hasil olah software ISM menunjukan bahwa visi para pemangku kepentingan dalam sistem ini dapat dicapai dengan hasil optimal bila peningkatan produktifitas dapat dijadikan sebagai program prioritas utama dalam rangka upaya bersama meningkatkan kinerja agroindustri gula tebu untuk mencapai tingkat swa sembada gula di tahun 2014. Selanjutnya secara struktur terlihat bahwa ada tiga rencana aksi yang dapat memacu peningkatan kinerja yaitu: Penentuan Rendemen yang baik, Peremajaan Mesin Pabrik Gula, dan Penerapan Proses Produksi Gula yang Baik. Ketiganya dapat dilakukan secara serentak dan paralel. 11. Hasil olah software ISM menunjukan bahwa setelah empat langkah rencana aksi di atas dilaksanakan, maka menurut struktur pemeringkatan ISM menempatkan rencana aksi Pengembangan Produk berbasis gula tebu selain produk gula itu sendiri. Rencana aksi
78
strategis ini merupakan langkah strategis dalam rangka meningkatkan daya keberlangsungan usaha agroindustri gula tebu dan daya saing di masa depan. 12. Hasil olah software ISM secara struktur setelah pengambilan keputusan pengembangan poroduk alternatif, akan terlihat menjadi dua cabang yang secara paralel dapat dilaksanakan secara simultan, yaitu cabang pertama berupa rencana aksi strategis untuk memperoleh Dukungan Sosial dan Politis di daerah kepentingan kerja dan cabang kedua berisi dua rencana aksi strategis berupa upaya Perbaikan Irigasi dan Penyediaan Fasilitas Kredit Bank dengan Suku bunga pinjaman kompetitif. 13. Hasil akhir olah software ISM secara struktur menunjukan urutan rencana/ ide aksi strategis berupa tercapainya tata kelola yang menjamin terjadinya Kelancaran Praktek Perdagangan Gula Internasional (pengaturan importasi). Hal ini secara struktur berada di belakang cabang pertama yang berisi ide strategis untuk memperoleh Dukungan Sosial dan Politis di daerah. Sebagai rangkaian terakhir yang berisi dua ide/ rancangan aksi strategis berupa Pengaturan Jadwal Kuantitas Impor Gula Pasir Putih dan Gula Mentah dan berupa Penerapan Penetapan Tingkat Pajak Bea Masuk importasi gula. Kedua ide/ rancangan aksi strategis secara struktur berada tepat di belakang cabang kedua yang di dalamnya berisikan ide strategis berupa Perbaikan Irigasi dan Penyediaan Fasiltias Pendanaan. 14. Dari hasil laporan olah Jejaring Keyakinan Bayesian (Bayesian Belief Network) menunjukan bahwa produktifitas tebu akan dapat ditingkatkan secara baik di atas target dengan probilitas 34%, diikuti peningkatan produktifitas mencapai level normal dengan probabilitas 33% dan terakhir pencapaian yang relatif buruk akan terjadi dengan probabilitas 32%. 15. Kondisi hasil capaian di atas
akan berubah-ubah sesuai dengan elemen-elemen
alamiah lain yang saling mempengaruhi, antara lain: ketersediaan sarana produksi, konservasi lahan, perluasan lahan, perbaikan irigasi, ketersediaan SDM, kondisi alam/ cuaca, pemupukan, penanganan hama dan penyakit tanaman serta kualitas bibit.
9.2
Saran
1. Dalam rangka meningkatkan produktifitas hasil panen tebu, disarankan agar ada tindak lanjut berupa pembentukan gugus tugas yang melibatkan para pemangku kepentingan
79
untuk memantau penentuan tingkat rendemen sehingga para pihak dapat mencapai kesepakatan yang adil dan obyektif. 2. Sehubungan dengan upaya untuk memperoleh dukungan sosial kemasyarakatan di masing-masing daerah kepentingan, disarankan agar para pemangku kepentingan membangun kondisi keamanan, ketertiban yang kondusif termasuk pengamanan dan kelancaran transportasi bahan baku hingga produk akhir 3. Terkait dengan upaya pengembangan produk alternatif selain produk gula tebu, disarankan agar dibentuk gugus tugas untuk menyiapkan studi kelayakan pengembangan produk berbasis tebu seperti yang telah berhasil dilakukan secara sukses di negara Jamaica, Brazil dan lain-lain yang telah mengembangkan produk alternatif berbasis tebu menjadi sumber energi alternatif seperti ethanol 4. Sehubungan dengan peningkatan produktifitas dan kaitanya dengan ketersediaan kualitas benih, hasil penelitian ini menyarankan agar dibentuk lembaga gugus tugas dan bila lembaga tersebut sudah ada maka dijaga efektifitas lembaga tersebut dalam rangka pengelolaan keunggulan teknologi dan ketersediaan benih tebu unggul, informasi fasilitas peremajaan ratoon, informasi tata kelola pupuk yang menjamin ketersediaa dengan harga yang stabil dan wajar. Disarankan keberadaan lembaga ini sebagai hasil keputusan bersama para pemangku kepentingan dandapat memberikan layanan yang terjangkau. 5. Hasil penelitian menyarankan adanya upaya serius atas penanganan masalah ketersediaan dan perluasan lahan tanam baru sebagai upaya mengatasi laju penurunan alih fungsi lahan tanam tebu yang secara gencar telah terjadi di kawasan pulau Jawa. 6. Dari rangkuman hasil FGD disarankan bahwa terkait dengan penerapan tarif pajak dan bea masuk impor gula mentah, gula pasir putih, dan gula rafinasi harus dilakukan kriteria nomor harmoni komoditas dengan kriteria berbasis standar ICUMSA yang jelas dan tidak saling tumpang tindih. Hal ini mutlak penting dilakukan sehingga batasan legal atas persyaatan komoditas dapat dengan jelas ditentukan.
Hal serupa akan
menghindari peluang yang merusak sistem dengan cara praktek tidak terpuji seperti pemanfaatan disparitas harga melalui kegiatan penyelundupan maupun permainan persyaratan ICUMSA untuk tujuan importasi yang merusak sistem karena memperlemah daya saing produk dalam negeri.
80
7. Penelitian ini mengakomodir para pemangku kepentingan yang menyarankan agar dibuat gugus tugas yang membidangi usaha penerapan proses produksi gula yang baik, dalam bentuk standard operasional yang perlu diterapkan secara nasional berkenaan dengan upaya peningkatan produktifitas nasional. 8. Sejalan dengan target swa sembada gula tahun 2014, para pemangku kepentingan
menyarankan agar ada prioritas kemudahan pendanaan dari pihak tekait, kemudahan investasi berupa penundaan atau pembebasan bea masuk barang masuk peralatan permesinan.