BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Tesis desain ini bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang publik di kota Jakarta, juga sekaligus dapat mendekatkan ruang publik dengan masyarakat dengan mengintegrasikannya dengan stasiun komuter. Integrasi ruang publik dengan noda transportasi dapat mendekatkan ruang publik ke kehidupan masyarakat dikarenakan kemudahakan akses publik. Dengan kemudahan akses, ruang publik ini dirancang untuk dapat diakses sepanjang waktu, dapat menyediakan sebuah ruang hijau yang dapat menetralkan kepadatan suasana stasiun, kawasan perniagaan Sudirman, dan kota Jakarta. Dengan menggunakan metode Generate and Test (Heath, 1984), dilakukan tiga tahap perancangan: Analysis, Synthesis, dan Evaluation. Didasari dengan analisa isu permasalahan, batasan eksternal, dan goal perancangan, konsep rancangan disintesis untuk memecahkan segala aspek permasalahan tersebut. Evaluasi dilakukan di tahap akhir rancangan untuk memastikan tercapainya semua aspek yang ada di tahap Identify. Metode diatas pada dasarnya adalah problemsolving yang diharapkan dapat memecahkan masalah yang ada pada konteks. Hasil rancangan tesis desain Perancangan Ruang Publik Terintegrasi Stasiun Komuter Jabodetabek merupakan penyelesaian permasalahan yang terjadi akibat 2 isu utama yang ada pada konteks. Isu pertama adalah Integrasi Stasiun dengan Ruang Publik, dan isu kedua adalah Rancangan Ruang Publik berdasarkan Kebutuhan Manusia. Untuk mengintegrasi ruang publik dan stasiun komuter dapat ditarik kesimpulan bahwa: -
Rancangan integrasi stasiun dan ruang publik tidak dibuat menyatu, namun diletakkan berdampingan dan saling berhubungan secara linear. Hal ini membuat kedua zona melebur, walaupun ada batasan akses. Strategi ini juga dilakukan untuk memudahkan masyarakat umum mengakses ruang publik dengan tetap menjaga ketertiban sistem stasiun.
121
-
Alur sirkulasi penumpang dan pengunjung dibuat jelas dengan membedakan alur sirkulasi peron (semi publik dengan tiket) dan nonperon (publik tanpa tiket)
-
Kemudahan akses harus diutamakan baik bagi penumpang maupun pengunjung. Dengan kemudahan ini ruang publik yang diletakkan terhubung dengan noda keramaian (stasiun) akan lebih dekat dengan masyarakat.
Berikut adalah kesimpulan berupa konsep yang diawarkan dalam rancangan dari tesis desain ini: 6.1. Kesimpulan Rancangan Integrasi Stasiun dengan Ruang Publik Stasiun dan ruang publik memiliki karakteristik yang berbeda. Menurut teori, stasiun merupakan jenis bangunan semi-publik; diperuntukkan bagi publik namun dibatasi aksesnya oleh sistem stasiun. Sedangkan ruang publik merupakan area terbuka yang dapat diakses sebebas-sebasnya oleh seluruh masyarakat sepanjang waktu. Dari penelitian dapat disimpulkan beberapa solusi untuk mengintegrasikan ruang publik dengan Stasiun Sudirman. Beberapa konsep untuk memecahkan permasalahan dan batasan rancangan dalam mengintegrasikan stasiun dengan ruang publik, diantaranya: 1. Konsep in-between space atau ruang antara merupakan strategi optimal dalam mengintegrasikan ruang dengan zona yang berbeda. Konsep ini memungkinkan pengunjung/penumpang seakan berada pada stasiun dan ruang publik sekaligus walaupun terpisah oleh batasan akses. Strategi ini diraih dengan dengan memasukkan elemen ruang ke satu sama lain sehingga batas kedua ruang seakan melebur. Aplikasi pada rancangan yaitu dengan menarik masuk jalur sirkulasi ruang publik ke arah peron sehingga terjadi hubungan tarik menarik antar kedua zona. 2. Konsep transparansi untuk pengalaman ruang yang lebih kaya di kedua ruang. Transparansi ini diaplikasikan pada material stasiun yang memungkinkan akses visual dari dan ke ruang publik dengan leluasa. Hal ini
membutuhkan
strategi
transparansi
yang
khusus,
dengan
memungkinkan akses visual, namun tidak memungkinkan akses fisik langsung antar peron dan ruang publik. 122
6.2. Kesimpulan Rancangan Ruang Publik Berdasarkan Kebutuhan Keberhasilan desain ruang publik ditentukan oleh kemampuan desain bertemu dengan kebutuhan manusia. Menurut Stepher Carr (1992), kebutuhan manusia dalam ruang publik terbagi dalam 5 aspek, yaitu: comfort, relaxation, passive engagement, active engagement, dan discovery. Kelima aspek tersebut harus dipenuhi keberadaannya pada rancangan ruang publik tesis desain ini. Namun jika disesuaikan dengan konteks objek dimana ruang publik ini terintegrasi dengan stasiun, maka ditarik dua aspek utama yang harus dioptimalkan, yaitu aspek kenyamanan (comfort) dan relaksasi (relaxation). Hal ini dengan pertimbangan ruang publik ini dapat menenangkan dan menetralkan hiruk pikuknya suasana stasiun. Ketiga aspek lainnya berupa keterlibatan pasif (passive engagement), keterlibatan aktif (active engagement), dan penemuan baru (discovery) dapat digunakan sebagai aspek rancangan komplementer/pelengkap. Beberapa strategi untuk merancang stasiun berdasarkan pemenuhan kebutuhan manusia pada ruang publik ini, yaitu: 1. Konsep Kenyamanan (comfort): Kenyamanan dalam rancangan dibagi dalam 4 aspek: naungan, seating, sirkulasi, dan keamanan. -
Naungan permanen disediakan untuk perlindungan dari segala macam iklim sepanjang waktu. Naungan ini berupa struktur yang menyatu dan terintegrasi dengan struktur Stasiun Sudirman. Pohon-pohon peneduh diletakkan di area seating untuk memberikan naungan pembayangan dari matahari bagi pengunjung.
-
Lokasi tempat duduk tersebar merata di seluruh area di ruang publik. Hal ini memungkinkan pengunjung dapat memilih lokasi tempat duduk berdasarkan view yang ingin dinikmati.
-
Sirkulasi dibuat saling silang agar jalur perjalanan pengunjung lebih dinamis pada lahan yang memanjang. Sirkulasi dapat mengakses stasiun dengan jelas baik ke arah peron maupun ke arah komersial area sehingga memperkuat sistem wayfinding ke arah stasiun.
123
-
ruang publik yang berbentuk cekung dengan seating di kedua ujungnya memungkinkan view yang terbuka kearah ruang publik, yang meningkatkan kontrol visual dan keamanan di ruang terbuka publik.
2. Konsep Relaksasi (relaxation) Relaksasi merupakan hal utama yang umumnya ingin didapatkan seseorang saat berada di ruang publik. Relaksasi di ruang publik dapat diraih dengan menghadirkan atmosfer kontras dengan padatnya kehidupan perkotaan. -
Memisahkan ruang publik dari jalan raya. Dalam rancangan, ruang publik diletakkan menurun satu level dibawah jalan raya Sudirman, dimana perbedaan ketinggian level ini menurunkan tingkat polusi baik dari polusi suara dan polusi udara.
-
Penghadiran elemen alam dengan air mancur dan sungai untuk efek menenangkan
3. Konsep Keterlibatan Pasif (passive engagement) Hubungan pasif yang paling disukai yaitu berupa ketertarikan atau kesenangan yang didapatkan seseorang dari melihat orang lain berlalu lalang dan beraktifitas. -
Di ruang publik ini dirancang sebuah plaza terbuka dengan area seating yang mengelilinginya. Pada plaza yang berada di tengah, pengunjung dapat menyaksikan bermacam aktifitas, seperti olah raga, anak kecil bermain, serta pertunjukan seni.
-
Keterlibatan pasif juga dilakukan dengan strategi rancangan stasiun yang transparan. Transparansi ini memungkinkan pengunjung ruang publik melihat aktifitas penumpang yang terjadi di stasiun.
4. Konsep Keterlibatan Aktif (active engagement) Hubungan langsung melibatkan komunikasi atau kontak langsung baik dengan teman, saudara, maupun dengan orang asing. Ruang publik memegang peran penting sebagai tempat untuk sosialisasi dengan orang lain. -
Untuk meningkatkan keterlibatan aktif antar orang di ruang publik ini dirancang sebuah promenade yang memanjang di atas platform. Promenade ini menyediakan ruang untuk saling bersosialisasi,
124
berkumpul, makan siang, makan malam dengan pemandangan yang menarik ke arah ruang publik, kota, dan sungai. 5. Konsep Penemuan Baru (discovery) -
menghadirkan karya seni atau sculpture yang unik pada area scenic pada area entrance, yang dapat menstimulasi rasa keingintahuan pengunjung.
6.3.
Saran
- Perbedaan level menurun dari jalan Sudirman akan menyulitkan akses pengunjung
khususnya
pengunjung
dengan
disabilitas.
Maka
perlu
dipertimbangan untuk dibuat ramp yang dapat memudahkan akses pengunjung dari jalan Sudirman. - Perbedaan level dengan jalan utama juga membatasi visibilitas dari jalan Sudirman ke arah ruang publik. Perlu dibuat penanda yang cukup tinggi yang terlihat dari jalan Sudirman yang menunjukkan lokasi dan fungsi lahan, seperti pohon atau objek permainan dengan ukuran yang tinggi. - Perlu dibangun kesadaran masyarakat/pengunjung untuk tetap menjaga kebersihan sungai agar tidak menimbukan bau dan banjir.
125
Halaman ini sengaja dikosongkan
126