165
IX.
KESIMPULAN DAN SARAN
9. 1.
Ringkasan Hasil
1.
Indonesia telah mengalami perubahan struktur ekonomi, namun perubahan struktur output (produk domestik bruto) yang terjadi belum sepenuhnya diikuti oleh perubahan struktur ketenagakerjaan. Keadaan ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara struktur ekonomi dengan struktur ketenagakerjaan.
2.
Produk domestik bruto dan investasi masing-masing sub sektor pertanian berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja masing-masing sub sektor pertanian, luas areal perkebunan berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja sub sektor perkebunan dan populasi ternak berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja sub sektor peternakan, sedangkan upah masingmasing sub sektor pertanian berpengaruh negatif. Dalam jangka panjang kesempatan kerja sub sektor perkebunan responsif terhadap luas areal sub sektor perkebunan, kesempatan kerja sub sektor peternakan responsif terhadap kesempatan kerja sektor non pertanian dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sedangkan kesempatan kerja sub sektor perikanan responsif dalam jangka panjang terhadap kesempatan kerja sektor non pertanian.
3.
Produk domestik bruto dan investasi masing-masing sub-sub sektor non pertanian berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja masing -masing subsub sektor non pertanian (kesempatan kerja sub-sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau, pemintalan dan tekstil, kayu, pulp dan kertas, sub sektor non agroindustri dan sektor jasa), sedangkan upah masing-masing
166 sub-sub sektor non pertanian berpengaruh negatif. Kesempatan kerja sub -sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau responsif terhadap PDB industri makanan, minuman dan tembakau dan kesempatan kerja sub sektor kehutanan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, kesempatan kerja sub-sub sektor industri pemintalan dan tekstil responsif terhadap PDB industri pemintalan dan tekstil dan kesempatan kerja sektor pertanian dalam jangka panjang. Kesempatan kerja sub sektor non agroindustri responsif terhadap PDB sub sektor non agroindustri dalam jangka pendek maupun jangka panjang sedangkan terhadap kesempatan kerja sub sektor agroindustri hanya responsif dalam jangka panjang. 4.
Kesempatan kerja dan besarnya investasi pada sektor pertanian memberikan pengaruh positif terhadap produk domestik bruto sektor pertanian, namun tidak responsif terhadap produk domestik bruto sektor pertanian.
5.
Kesempatan kerja sektor pertanian berpengaruh positif terhadap transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, sebaliknya kesempatan kerja sektor industri dan sektor jasa berpengaruh negatif terhadap transformasi tenaga kerja. Transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian responsif terhadap perubahan kesempatan kerja sektor pertanian, tetapi tidak responsif terhadap perubahan kesempatan kerja sektor industri dan sektor jasa.
6.
Produk domestik bruto dan investasi sektor pertanian berpengaruh positif terhadap kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian, namun tidak responsif terhadap kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian.
7.
Peningkatan upah sub sektor pertanian dan sub sektor non pertanian secara bersama-sama pada periode sebelum krisis ekonomi akan meningkatkan
167 kesempatan kerja sektor pertanian dan kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian, sebaliknya sektor non pertanian dan produk domestik bruto sektor pertanian mengalami penurunan. Peningkatan kesempatan kerja di sektor pertanian menyebabkan terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor non pertanian ke sektor pertanian, dimana tenaga kerja sektor non pertanian yang paling banyak melakukan transformasi adalah tenaga kerja yang berasal dari sektor jasa. Pola yang sama juga terjadi pada periode krisis ekonomi, hanya besar persentasenya saja lebih kecil. 8.
Peningkatan investasi sektor pertanian dan non pertanian pada periode sebelum krisis ekonomi akan meningkatkan kesempatan kerja di sektor pertanian, produk domestik bruto sektor pertanian dan kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian. Sebaliknya kesempatan kerja sektor non pertanian mengalami penurunan. Akibat meningkatnya kesempatan kerja di sektor pertanian menyebabkan terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor non pertanian ke sektor pertanian. Tenaga kerja sektor non pertanian yang melakukan transformasi sebagian besar berasal dari sektor jasa. Pola yang sama terjadi pada periode krisis ekonomi.
9.
Peningkatan produk domestik bruto sub sektor pertanian dan sub sektor non pertanian secara bersama-sama memberikan dampak positif terhadap kesempatan kerja sektor pertanian maupun non pertanian, PDB sektor pertanian dan kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian. Sedangkan transformasi tenaga kerja terjadi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak terjadi pada sektor jasa.
10.
Peningkatan upah dan investasi sub sektor non pertanian secara bersamasama pada periode krisis ekonomi, akan meningkatkan kesempatan kerja
168 sektor pertanian maupun sektor non pertanian, produk domestik bruto sektor pertanian dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian walaupun sangat kecil. Transformasi tenaga kerja terjadi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian khususnya pada sektor jasa. 11.
Dampak terbaik bagi kesempatan kerja di Indonesia pada periode krisis ekonomi adalah peningkatan upah dan investasi sub sektor non pertanian secara bersama-sama. Peningkatan upah dan investasi ini menyebabkan kesempatan kerja sektor pertanian dan sektor non pertanian mengalami peningkatan. Peningkatan kesempatan kerja sektor non pertanian lebih besar terjadi pada sektor jasa. Disamping itu, terjadi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian khusunya pada sektor jasa. Pada saat bersamaan produk domestik bruto sektor pertanian dan kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian mengalami peningkatan.
9. 2.
Kesimpulan
1.
Indonesia telah mengalami perubahan struktur ekonomi, namun perubahan struktur output (produk domestik bruto) yang terjadi belum sepenuhnya diikuti oleh perubahan struktur ketenagakerjaan
2.
PDB dan investasi sektoral berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja kesempatan kerja sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan luas areal perkebunan berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja sub sektor perkebunan dan populasi ternak berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja sub sektor peternakan sedangkan upah sektoral berpengaruh negatif.
169 3.
Produk domestik bruto dan investasi sektoral sub sektor non pertanian berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja sub sektor non pertanian, sedangkan upah berpengaruh negatif.
4.
Kesempatan kerja dan investasi sektor pertanian memberikan pengaruh positif terhadap produk domestik bruto sektor pertanian.
5.
PDB dan investasi sektor pertanian memberikan pengaruh yang positif tetapi sangat kecil terhadap kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian.
6.
Kesempatan kerja sektor pertanian berpengaruh positif terhadap transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, sebaliknya kesempatan kerja sektor non pertanian berpengaruh negatif.
7.
Peningkatan upah dan investasi sektor non pertanian secara bersama-sama pada periode krisis ekonomi menyebabkan kesempatan kerja sektor pertanian dan sektor non pertanian mengalami peningkatan. Peningkatan kesempatan kerja sektor non pertanian lebih besar terjadi pada sektor jasa dan terjadi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian khusunya sektor jasa. Secara bersamaan produk domestik bruto sektor pertanian dan kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian juga mengalami peningkatan.
9. 3.
Saran.
9. 3.1. Saran Kebijakan 1.
Agar dapat meningkatkan kesempatan kerja di sektor pertanian dan sektor non pertanian maka diperlukan kebijakan yang memiliki implikasi pada peningkatan investasi dan produk domestik bruto dengan memperhatikan kaitan antar sektoral baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
170 khususnya sektor pertanian dan non pertanian yaitu den gan memberikan pinjaman modal dengan bunga lunak dan mempermudah birokrasi. 2.
Dalam perekonomian yang semakin maju proses transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke non pertanian tidak dapat dihindari, sehingga perlu menggeser
struktur
ketenagakerjaan
kearah
struktur
ekonomi
yang
berimbang dengan jalan meningkatkaan investasi padat karya, sehingga dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja yang berasal dari sektor pertanian dan meningkatkan laju penyerapan tenaga kerja di sektor non pertanian. 3.
Untuk dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian,
pemerintah
sebaiknya
meningkatkan
investasi
di
bidang
pendidikan formal bagi penyuluh pertanian.
9. 3.2. Saran Penelitian Lanjutan 1.
Menganalisis kesempatan kerja sektor pertanian dan non pertanian dari dua sisi yaitu sisi permintaan dan penawaran, serta mendisagregasi berdasarkan tingkat umur, jenis kelamin, status pekerjaan, jenis pengusahaan, dan pewilayahan desa maupun kota.
2.
Menganalisis kualitas sumberdaya manusia penyuluh pertanian berdasarkan tingkat pendidikan formal dan non formal.
3.
Mengalisis produk domestik bruto dengan mendisagregasi untuk masingmasing sektor (sub sektor) pertanian dan sektor (sub sektor) non pertanian.
DAFTAR PUSTAKA Ananta, A. 1990. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Adriani, D. 2000. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Keragaan Pasar Kerja dan Migrasi pada Periode Krisis Ekonomi di Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Agribisnis. 2000. Arah Kebij.aksanaan Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Badan Agribisnis, Departemen Pertanian, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 1993. Sensus Pertanian 1993. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. ______________________. Survey Angkatan Statistik, Jakarta.
Kerja
Nasional. Badan Pusat
Budiharsono, S. 1996. Transformasi Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Daerah di Indonesia 1969 - 1987. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Baharsyah, S. 1987. Pola Usaha Pertanian yang Menunjang Pengembangan Agroindustri. Prosidin g Simposium Nasional Agroindustri. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bali Post. 2005. Kompleknya Persoalan Sumberdaya Manusia. Tajuk Rencana. Bali Post, 17Juni2005 : 7. Chenery, H. B. 1960. Pattern of Industrial Growth. American Economic Riview, 50(9): 624-654. Chenery, H. B. dan M. Syrquin. 1975. Patterns of Development 1950 – 1970. Oxford University Press, London. Clark, C. 1951. The Condition of Economic Progress. Mcmillan Press Ltd, London. Dasril, 1993. Pertumbuhan dan Pembahan Struktur Produksi Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia 1971 -1990. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Departemen Pertanian. 1996. Statistik Perikanan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.
Erwidodo, 1995. Transformasi Struktural dan Industrialisasi Pertanian di Indonesia. Dalam Prosiding Agribisnis: Peluang dan Tantangan Agribisnis Perkebunan, Petemakan dan Perikanan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Fahmi, Z.A. 1995. Perubahan Struktur Ketenagakerjaan Menurut Sektor Produksi dan Mobilitas Pekerjaan di Indonesia. Miní Economica, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta, 23(3) : 21 - 31. Fisher, H.B. 1975. Perencanaan Regional dalam Konteks Pembangunan Nasional Indonesia, Prisma, Jakarta. Hardono, G.S. 2003. Simulasi Dampak Pembahan Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pertanian. Jumal Agro Ekonomi, 21(1) : 2. Hayami, Y. dan V.W. Ruttan. 1971. Agricultural Development: An Intemational Perspective. The Johns Hopkins University Press, Baltimore. Hill, H. 1996. The Indonesian Economy Since 1966. South Asia's Emerging Giant. Cambridge University Press, Canbridge. Intriligator, M.D. 1978. Econometric Models, Techniques and Applications. Prentice-Hall Intemational, New Delhi. Iskandar, I. 1993. Transformasi Perekonomian Sumatera Barat: Suatu Analisis Struktural (1969 - 1990). Tesis Magister Sains. Pendidikan Pascasarjana KPK IPB-UNAND, Universitas Andalas Padang, Padang. Kagami, H. 2000. Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja serta Transformasi Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian ke Sektor non Pertanian di Propinsi Sumatera Selatan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kountsoyianis, A. 1977. Theory of Econometrics : An Introductory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. Macmillan Press Ltd, London. Kuznets, S. 1966. Modem Economic Growth: Rate, Structure and Spread Yale University Press, New Haven. Manning, C. 1995. Approaching the Tuming Point: Labor Market Change Under Indonesia's New Order. The Developing Economies, Institute of Developing Economies, Tokyo. Nurmanaf, A. R. dan Susilowati. 2000. Struktur Kesempatan Kerja dan Kaitannya dengan Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Pedesaan. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dalam Era Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sbsial Ekonomi Pertanian, Bogor. Pindyck, R.S. dan D. L. Rubienfeld. 1991. Econometric Models and Economic Forecasts Third Edition. Mc Graw-Hill International Editions, Singapore.
Rahardjo, D. 1986. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan Kerja. Universitas Indonesia, Jakarta. Rahmat, M. 1992. Kesempatan Kerja dan Prospek Ketenagakerjaan Dalam Pengembangan Tebu di Jawa. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 9 (2) :30-39. Sagir, S. 1996. Kesiapan Agroindustri Menjelang Era Globalisasi Perdagangan Bebas, AFTA 2003 dan APEC 2002. Makalah Pembanding Forum Komunikasi Agribisnis Bidang Ekonomi Pada Seminar Tanggapan Pendidikan Tinggi Dalam Bidang Agroindustri Menghadapi Era Pasar Bebas, Cisarua Bogor, Desember 1996, Bogor. Sastrowiharjo, M. 1989. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi Propinsi Jambi: Suatu Studi Simulasi Sistem Ekonomi Regional. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bo gor. Sawit, M. H. 1986. Pembahan Kesempatan Kerja dan Tingkat Upah di Pedesaan Jawa. Implikasi untuk Sektor Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 5(2): 50 - 56 Sigit, H. 1989. Transformasi Tenaga Kerja. Dalam Prisma. Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Simanjuntak, P. J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Squire, L. 1986. Kebijaksanaan Kesempatan Kerja di Negara-Negara Berkembang. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Soedijanto. 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Pembangunan Agribisnis. Departemen Pertanian, Jakarta. Suhartini, S.H. 2001. Transformasi Struktur Kesempatan Kerja Sektor Pertanian ke Non Pertanian di Indonesia. Jumal Agro Ekonomi, 2(4) : 17-19. Sukirno, S. 1982. Pengantar Teori Mikroekonomi. Bima Grafíka, Jakarta. Sulistyaningsih, E. 1997. Dampak Pembahan Struktur Ekonomi terhadap Struktur Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia 1980-2019: Suatu Pendekatan InputOutput. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumaryanto. 1990. Penawaran Tenaga Kerja Pertanian dan Perubahannya di Beberapa Desa di Jawa Barat. Skipsi Sarjana. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Supranto, J. 1984. Ekonometrik. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Suroto, 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Suryana, A. 1989. Perspektif Mobilitas Kerja dan Kesempatan Kerja Pedesaan. Prosiding Patanas. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Sutrisno. 1985. Mobilitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Kasus Dua Desa Padi Sawah di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur). Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Swasono, Y dan Endang Sulystyaningsih, 1993. Pengembangan Sumberdaya Manusia : Konsepsi Makro Untuk Pelaksanaan di Indonesia. Izulfa Gempita, Jakarta. Swasono, Y. 1999. Kondisi Ketenagakerjaan Pada Masa Krisis Ekonomi dan Era Globalisasi. Jumal Studi Indonesia, 9(1) : 33. Syafa'at, N, Pantjar, S, Sudi Mardianto, Tri Pranadji, 2003. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Agribisnis Dalam Rangka Pemberdayaan Petani. Forum Agro Ekonomi, 21(1) : 28. Tambunan, T.H. 1996. Perekonomian Indonesia. P.T. Gahlian, Jakarta. V/idodo, S.T. 1997. Ekonomi Indonesia: Fakta dan Tantangan dalam Era Globalisasi. Edisi Kedua. Penerbit Kanisius, Jakarta. Yennetri, E. 1998. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja dan Transformasi Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian ke non Pertanian. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yusdja, Y. 1985. Latar Belakang dan Metodologi Penelitian Patanas di Jawa Barat, Sumbar, Sulsel dan Jatim. Fomm Penelitian Agro Ekonomi, 4(1): 14-17. Zulkamaen, D. 1995. Struktur Perekonomian dan Strategi Pembangunan Indonesia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.