KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INTEGRITY
PROFESSIONALISM
SYNERGY
SERVICE
PERFECTION
KEBIJAKAN PENGELOLAAN TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA DAN OPTIMALISASI ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA DAERAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN BIMBINGAN TEKNIS EKSEKUTIF PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SURABAYA, 10 MEI 2017
OUTLINE
1 2 3
4
5
KEBIJAKAN FISKAL
INSTRUMEN DESENTRALISASI FISKAL & PEMBANGUNAN NASIONAL
TANTANGAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
APBN DAN APBD
SEBAGAI INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL
ARAH KEBIJAKAN FISKAL
DAN TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD
2
FUNGSI POKOK KEBIJAKAN FISKAL
ALOKASI Instrumen meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktivitas penggunaan dan alokasi sumber daya antar bidang/program/kegiatan dan sektor
DISTRIBUSI Alat pemerataan dan mencapai keadilan antarkelompok penghasilan masyarakat dan antarwilayah
STABILISASI • •
Alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian Instrumen meredam krisis, menstabilkan fluktuasi perekonomian dan menjaga stabilitas harga
KEMENTERIAN KEUANGAN
KEBIJAKAN FISKAL SEBAGAI INSTRUMEN PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Pengurangan pengangguran Pengentasan kemiskinan Pengurangan kesenjangan antar kelompok penghasilan masyarakat dan antar wilayah
Implementasi Nawacita ketiga: “Membangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka NKRI” Penguatan Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal
Peningkatan kualitas layanan publik Peningkatan kesejahteraan masyarakat
TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL:
MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG INKLUSIF
Mengentaskan Kemiskinan
Mengurangi Ketimpangan
Meningkatkan Produktivitas
Meningkatkan Daya Saing
Tata kelola yang baik
Institusi yang bersih & efektif
• Perekonomian Indonesia tumbuh cukup kuat dalam 10 tahun dengan rerata pertumbuhan 5,64% • Kemiskinan menurun, namun penurunannya melambat Pertumbuhan ekonomi ↑1%: 2011-2012: Kemiskinan ↓0,106% 2013-2015: Kemiskinan ↓0,033% • Kesenjangan meningkat pada periode 2008-2012 setelah itu cenderung stagnan di kisaran 0,4 • Pertumbuhan ekonomi dinikmati oleh seluruh kelompok tercermin dari peningkatan konsumsi di semua kelompok masyrakat. • Namun, pertumbuhan di kelompok kaya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok menengah dan miskin KEMENTERIAN KEUANGAN
ISU STRATEGIS KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN • Akses yang terbatas dan belum merata, yaitu layanan dasar (pendidikan, kesehatan, infrastuktur), permodalan, skill, dan pekerjaan • Program pengentasan kemiskinan dan kesenjangan belum efektif: Sasaran penerima program kurang tepat dan mekanisme penyaluran belum efektif Disain program belum sempurna dan implementasinya belum optimal Pemanfaatan DTU untuk belanja produktif dan peningkatan kualitas pemanfaatan DAK Fisik dan Dana Desa di daerah belum optimal Program pemberdayaan sosial belum optimal. • Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah belum optimal dalam penetapan target sasaran, harmonisasi antar program, dan pelaksanaan program.
4
SINERGI ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL
EKONOMI
PDB
KEMENTERIAN KEUANGAN
APBN, APBD Insentif Fiskal
YANG INKLUSIF
a.l. suku bunga, makro dan mikroprudensial
a.l. neraca pembayaran, ekspor - impor, arus modal
5
ARAH KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHUN 2018 TARGET PEMBANGUNAN 2018
• • •
Target tingkat kemiskinan: 9-10% Target tingkat pengangguran terbuka: 5,3-5,5% Target rasio gini: 0,38
Jumlah penduduk berdasarkan proyeksi = 265,02 juta jiwa
Juta
Jumlah penduduk berdasarkan SUPAS 2015 = 255,18 juta jiwa
300 250 200 150 100 50
0 2015
2016
2017
2018
2019
Bukan Angkatan Kerja
Penganggur
Pekerja
Penduduk Bukan Usia Produktif (0-14)
Dibutuhkan penambahan kesempatan kerja > 2 juta dalam setahun 6
ARAH DAN STRATEGI KEBIJAKAN FISKAL 2018 TEMA RKP 2018 Memacu investasi dan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan
TEMA KEBIJAKAN FISKAL 2018
Memantapkan pengelolaan fiskal untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan Strategi : stimulus fiskal secara terukur dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal Pendapatan Perpajakan (Tax ratio: 11,3-11,7% terhdp PDB) • Optimalisasi Penggalian potensi. • Peningkatan sustainable compliance. • Insentif perpajakan yang efektif. • Penyelesaian RUU perpajakan (KUP, PPh, PPN). • Reformasi administrasi perpajakan. PNBP (meningkat 1,8-2,0% terhdp PDB) • Optimalisasi PNBP melalui penerapan sistem baru (a.l. gross split), perbaikan tata kelola, peningkatan pelayanan BLU dan pemanfaatan BMN. • Pengawasan dan pengelolaan SDA kehutanan, kelautan & pertambangan.
Belanja Peningkatan kualitas Belinda: • Peningkatan belanja Modal • Refocusing anggaran prioritas (Infrastruktur, Pendidikan, dan Kesehatan) • Sinergi antara program yang relevan. • Efisiensi belanja non prioritas (belanja barang & subsidi tepat sasaran); • Memperkuat Desentralisasi Fiskal.
Pembiayaan Keberlanjutan & Efisiensi Pembiayaan
• Pengendalian defisit pada kisaran 1,9-2,3% terhadap PDB • Pengendalian Rasio utang terhadap PDB dan diupayakan menurun dalam jangka menengah; • Pengendalian defisit agar keseimbangan primer menuju positif; • Pengembangan creative financing.
7
ARAH KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA TAHUN 2018 KEBIJAKAN UMUM Total TKDD 513,3 573,7 Belanja K/L 582,9
623,1 732,1
577,2
710,9 764,9 677,6 763,6
900
1
Penganggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dialokasikan untuk mendukung implementasi Nawacita ketiga, serta memperkuat pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
2
Pengalokasian TKDD dilakukan sesuai dengan prinsip money follows functions dan money follows program, dengan memerhatikan pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan.
3
Peningkatan efektivitas Penganggaran alokasi penggunaan TKDD untuk mengatasi kemiskinan kesenjangan antardaerah dan antarwilayah.
800
700 600 500
20,8
0
0
46,7
400 300 200
513,3
573,7
602,3
664,2
60
704,9
100
dan dan
0
2013 LKPP
2014 LKPP
2015 LKPP Dana Desa
2016 Realisasi
2017 APBN
4
Penganggaran, pengalokasian, dan penyaluran TKDD berdasarkan kinerja penyerapan anggaran & capaian output.
8
FUNGSI DARI SETIAP KOMPONEN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
DAU
DBH
DTK
Untuk mengatasi ketimpangan fiskal antardaerah
Untuk mengatasi ketimpangan fiskal vertikal antara Pusat & Daerah
Untuk mengatasi ketimpangan infrastruktur & layanan publik antar Daerah
Dana Otsus & Dais
DID
Dana Desa
Untuk mendukung pelaksanaan Otsus dan Keistimewaan DIY
Untuk memberikan reward kepada daerah berkinerja baik
Untuk membangun dan memberdayakan masyarakat desa 9
ARAH KEBIJAKAN DANA TRANSFER UMUM (1) DANA BAGI HASIL Formula alokasi: berdasarkan persentase tertentu dari penerimaan Pajak dan PNBP (SDA). by origin: daerah penghasil menerima alokasi yang lebih besar sesuai dengan potensinya, daerah lain menerima alokasi dalam rangka pemerataan. Penyaluran dana berbasis realisasi penerimaan. Dalam praktek berdasarkan pada estimasi realisasi dengan menerapkan mekanisme kurang dan lebih bayar setelah dilakukan verifikasi dan audit oleh BPK.
Eksisting Perluasan diskresi penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau dan DBH Dana Reboisasi UU APBN 2017: • alokasi DBH Dana Reboisasi telah dialihkan ke Provinsi; • perluasan penggunaannya untuk Provinsi belum diatur. Masih adanya Kurang Bayar DBH. Penggunaan 25% untuk Infrastruktur
Reformulasi Memerkuat perluasan diskresi penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau dan DBH Dana Reboisasi, untuk ditujukan pada pengentasan kemiskinan & pengurangan kesenjangan Memperluas penggunaan DBH Dana Reboisasi bagi provinsi. Percepatan penyelesaian Kurang Bayar DBH sesuai kemampuan keuangan negara. Penggunaan 25% untuk Infrastruktur
10
ARAH KEBIJAKAN DANA TRANSFER UMUM (2) DAU: Mengatasi Ketimpangan Fiskal antardaerah. Eksisting Pagu DAU Nasional bersifat dinamis.
Pengalokasian DAU masih memperhitungkan Alokasi Dasar dengan memerhatikan belanja gaji PNSD. Peningkatan bobot luas wilayah laut untuk memberikan afirmasi bagi daerah kepulauan.
Alokasi memperhitungkan beban pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan. Penggunaan 25% untuk infrastruktur.
REFORMULASI Memerkuat penerapan kebijakan Pagu DAU nasional tidak bersifat final, mengikuti dinamika perubahan PDN neto. Porsi gaji PNSD dalam penghitungan DAU semakin menurun secara gradual, sehingga lebih mencerminkan celah fiskal & pemerataan. Meningkatkan bobot luas wilayah laut 100% Memerhitungkan beban pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan porsi Provinsi naik, porsi Kabupaten/Kota turun (maks. 15%:85%). Memerkuat penggunaan DAU utk infrastruktur.
11
ARAH KEBIJAKAN DANA TRANSFER UMUM (3) Tujuan: penggunaan basis perhitungan yang lebih real untuk menjaga kredibilitas APBN Besaran (pagu) dan realisasi penyaluran DAU per daerah akan mengikuti dinamisasi perkembangan PDN Neto. • Implikasi: Penyesuaian alokasi DAU pd APBN-P dan APBD-P
Penyaluran DAU
Solusi
A Jika PDN Neto naik, Pagu DAU Nasional naik, daerah perlu: Identifikasi program dan/atau kegiatan urgent, mendesak, & dapat diselesaikan dalam sisa waktu s.d. akhir tahun. Jika tidak ada program dan/atau kegiatan urgent dan mendesak, maka tambahan DAU digunakan untuk membentuk Dana Cadangan atau Dana Darurat.
B Jika PDN Neto turun, Pagu DAU nasional turun, daerah perlu: Membuka ruang fleksibilitas penyesuaian belanja APBDP dg identifikasi & efisiensi pos-pos belanja kurang prioritas dan tdk produktif (misal: biaya perjalanan dinas, rapat dinas, konsinyering, honorarium).
Membuka ruang fleksibilitas kontrak proyek dengan klausul yang relatif fleksibel. Memperkuat perencanaan kas (cash flow management)
C Untuk jangka panjang, daerah perlu: Menata kembali jumlah PNSD Mengoptimalkan pajak daerah dan retribusi daerah Memperkuat penggunaan sumber pembiayaan lainnya dan kerjasama dengan badan usaha.
12
ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK (1) DAK FISIK: Mengatasi Ketimpangan Penyediaan Layanan Dasar Publik. Eksisting PENGALOKASIAN Pengalokasian DAK berbasis usulan dan kebutuhan daerah sesuai target output. Kegiatan yang diusulkan sesuai dengan kewenangan provinsi/kab./kota. Sinkronisasi DAK Fisik: antarbidang, antardaerah, dan antarsumber pendanaan. Pemberian afirmasi kepada daerah dengan karakteristik tertentu: perbatasan, tertinggal dan kepulauan
REFORMULASI PENGALOKASIAN Memerkuat pengalokasian DAK berbasis usulan dan kebutuhan daerah sesuai target output. Memerkuat sinkronisasi DAK Fisik: antarbidang, antardaerah, dan antarsumber pendanaan, dengan memperkuat peran Provinsi rekomendasi Provinsi untuk usulan kegiatan DAK Kab/Kota Meningkatkan pemberian afirmasi kepada daerah dengan karakteristik tertentu: perbatasan, tertinggal dan kepulauan
13
ARAH KEBIJAKAN DAK FISIK (2): KLUSTERISASI BIDANG DAK FISIK BERDASARKAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Bidang
Pendidikan
Sub Bidang a. SDLB/SMPLB/SMLB/SLB
Kabupaten/Kota
b. SKB
Kabupaten/Kota
c. SD
Kabupaten/Kota
d. SMP
Kabupaten/Kota
e. SMA
Provinsi
f. SMK
Provinsi
a. Pelayanan Kesehatan Dasar Kabupaten/Kota
Kesehatan
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
c. Pelayanan Kesehatan Kefarmasian
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
d. Keluarga Berencana
Kabupaten/Kota
Pertanian
-
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
Industri Kecil dan Menengah
-
Kabupaten/Kota
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Bidang
Kewenangan
a. Lingkungan Hidup
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
b. Kehutanan
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
Sub Bidang
Kewenangan
Jalan
-
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
Irigasi
-
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
Air Minum
-
Kabupaten/Kota
Sanitasi
-
Kabupaten/Kota
Perumahan
-
Kabupaten/Kota
Pasar
-
Kabupaten/Kota
Kelautan Perikanan
-
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
Pariwisata
-
a. Provinsi b. Kabupaten/Kota
Energi Skala Kecil Menengah
-
Provinsi
Transportasi
-
Kabupaten/Kota
19
ARAH KEBIJAKAN DAK FISIK (3): PRINSIP-PRINSIP PENGALOKASIAN DAK FISIK
Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Prinsip Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Daerah
Prinsip Sinkronisasi Pendanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Pengalokasian DAK Berbasis Kinerja pelaksanaan
Usulan kegiatan harus: 1. Menjadi kewenangan daerah; 2. Bagian dari RPJMD dan RKPD yang telah disinkronisasi dengan prioritas nasional; dan 3. Kegiatannya harus menghasilkan output/ outcome yang bermanfaat langsung bagi masyarakat
Prioritas alokasi DAK: Mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah yang terkait dengan: 1. pelayanan dasar untuk pemenuhan SPM; 2. pengembangan industri, perdagangan, pariwisata, sektor perekonomian lainnya Sinkronisasi usulan kegiatan antara: 1. Bidang yang satu dengan bidang lainnya; 2. Daerah yang satu dengan daerah lainnya, termasuk antara kabupaten/kota dengan provinsi; dan 3. Kegiatan DAK dengan kegiatan yang didanai dari non DAK Alokasi DAK memperhitungkan tingkat penyerapan anggaran dan capaian output/outcome tahun sebelumnya, dengan tujuan agar: 1. Daerah punya komitmen untuk melaksanakan apa yang telah diusulkan; 2. Daerah melaksanakan DAK sesuai dengan target output dan lokasi kegiatan serta batas waktu yang ditetapkan. 15
ARAH KEBIJAKAN DAK NONFISIK Tujuan: mendukung operasional penyelenggaraan layanan publik dalam rangka mengurangi beban ekonomi dan langsung dinikmati masyarakat
Formula Alokasi Unit Cost Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
•
Bantuan Operasional • Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
•
Jumlah
Contoh: TPG PNSD
Frekuensi
untuk pencapaian program wajib belajar 12 Tahun.
untuk meringankan beban masyarakat dalam memperoleh akses PAUD. untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan, khususnya pelayanan promotif dan preventif, serta Jampersal.
Gaji Pokok Guru bersetifikasi Pendidik x jumlah guru x 12 bulan
•
Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) Tunjangan Profesi Guru PNSD Tambahan Penghasilan Guru PNSD Tunjangan Khusus Guru di Daerah Sangat Tertinggal
Peningkatan Kapasitas Koperasi dan UKM (PK2UKM) Administrasi Kependudukan
•
•
untuk mendukung program KB.
untuk meningkatkan kapasitas SDM koperasi dan UKM melalui pelatihan dan pendampingan.
untuk keberlanjutan dan keamanan sistem administrasi kependudukan
16
ARAH KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH DIALOKASIKAN KEPADA PROVINSI KRITERIA UTAMA • Opini BPK • Penetapan Perda APBD tepat waktu.
KABUPATEN BERDASARKAN
KOTA KRITERIA KINERJA • Kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah • Pelayanan dasar publik; dan • Ekonomi dan kesejahteraan.
2018 Memberikan rewards kepada daerah berkinerja baik dalam: • tata kelola keuangan daerah, a.l. e-planning, ebudgeting, dan eprocurement. • pelayanan publik, a.l. penurunan gizi buruk. • kesejahteraan, pengurangan kemiskinan & pengangguran. 17
ARAH KEBIJAKAN DANA DESA Dana Desa dialokasikan kepada setiap desa secara merata dan berkeadilan berdasarkan: jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa. EXISTING CARA PENGHITUNGAN
Proporsi dan bobot formula: 90% Alokasi Dasar (Pemerataan), 10% Berdasarkan variabel: - jumlah penduduk desa (25%), - angka kemiskinan desa (35%), - luas wilayah desa (10%), dan - tingkat kesulitan geografis desa (30%)
PERTIMBANGAN memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan rasio penerima Dana Desa terkecil dan terbesar adalah paling rendah, yakni 1:4 standar deviasi yang paling rendah.
REFORMULASI • Menyempurnakan kebijakan pengalokasian, untuk: Mempercepat pengentasan kemiskinan Mengatasi kesenjangan penyediaan sarana & prasarana pelayanan publik antardesa. Memberikan afirmasi pada desa tertinggal dan sangat tertinggal, serta desa di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan. • Penyempurnaan formula alokasi dilakukan melalui: Penyesuaian bobot variabel dengan penekanan pada variabel jumlah penduduk miskin. Perubahan formulasi proporsi Alokasi dasar (AD) untuk pemerataan, dan Alokasi Formula (AF) untuk distribusi yang lebih berkeadilan. Kebijakan afirmasi dalam perhitungan Dana Desa kepada daerah sangat tertinggal dan tertinggal, serta memerhatikan aspek kewilayahan untuk mempercepat pembangunan desa di daerah terluar, terdepan, perbatasan, dan kepulauan.
18
TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (1): SIKLUS DAN POSTUR APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah
Jan-Juli Perencanaan & Penganggaran Okt-Nov Pemeriksaan & Pertanggungjawaban
Pembahasan
Pelaporan & Pencatatan
1
Pendapatan
2
Belanja
+
Penetapan
Surplus/ Defisit
Des
3
Pelaksanaan
KEMENTERIAN KEUANGAN
Jan-Des
Pembiayaan 19
TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (2): Tantangan Perencanaan dan Penyusunan APBD PERMASALAHAN PROSES PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN APBD
Penetapan anggaran belanja cenderung lebih tinggi dari anggaran pendapatan
1
Kurangnya keterpaduan, konsistensi dan sinkronisasi perencanaan dengan penganggaran.
4
2
Kurangnya keterpaduan, konsistensi dan sinkronisasi perencanaan antar SKPD KEMENTERIAN KEUANGAN
Waktu penyusunan panjang dan lambat
5 3
Spesifikasi indikator kinerja dan target kinerja masih relatif lemah.
6
Intervensi hak budget DPRD terlalu kuat
20
TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (3): Strategi Perencanaan dan Penyusunan APBD Penyusunan anggaran mengacu pada RPJMD dan RKPD, serta memerkuat sinergi antara DPKAD/BPKAD dengan Bappeda dibawah koordinasi Sekretaris Daerah.
Pemberian sanksi atas keterlambatan penetapan APBD dilaksanakan secara tegas
Penguatan kapasitas dan komitmen, baik bagi kalangan Pemda maupun DPRD.
4
2
6
1
3
5
Optimalisasi PAD, Refocusing anggaran belanja, dan pengendalian defisit
Penguatan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi program/kegiatan antara SKPD, DPKAD/BPKAD, dan Bappeda dibawah koordinasi Sekretaris Daerah
Penerapan penganggaran berbasis kinerja
KEMENTERIAN KEUANGAN
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (4): STRATEGI OPTIMALISASI PAJAK DAERAH Peranan APBD sebagai instrumen fiskal di daerah belum optimal, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan APBD terutama pajak daerah sebagai komponen terbesar dari PAD. Peningkatan Basis Data Perpajakan • Mendata ulang WP & objek pajak • Meningkatkan koordinasi internal pemda, antara lain dengan bagian penerbitan izin • Memanfaatkan data pihak ketiga (BPN utk PBB)
Sumber Pendapatan APBD 22%
54%
Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak
• Dibidang penilaian dan penagihan dapat dikerjasamakan dengan DJP dan DJKN. • Dibidang pemeriksaan dapat berkoordinasi dengan Polri, Kejaksaan, BPK & BPKP KEMENTERIAN KEUANGAN
3% 5%
69%
• Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pengelolaan basis data. • Penggunaan Teknologi Informasi dalam pelayanan perpajakan, misalnya e-SKPD dan e-payment.
Lain-Lain Pendapatan Daerah
• Membangun organisasi perpajakan daerah berdasarkan fungsi: pengelola data, pelayanan, penagihan, pemeriksaan, dan pengawasan.
Pendapatan Asli Daerah 23%
Modernisasi
Dana Perimbangan
STRATEGI OPTIMALISASI PAJAK DAERAH
Melakukan penilaian ulang atas dasar pengenaan disesuaikan dengan potensi dan kemampuan pembayar pajak
Penilaian, Penagihan, dan Pemeriksaan
24%
Pendapatan Asli Daerah
• Menyusun SOP setiap pelayanan.
Peningkatan SDM • Menambah jumlah diklat utk ahli penilaian, penagihan, dan pemeriksaan.
Pajak Daerah
• Menambah jumlah diklat terkait dengan praktik pemungutan perpajakan yang baik.
Retribusi Daerah
• Kerjasama kemitraan dengan pemda lain yang dinilai sukses dalam pemungutan perpajakan.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-Lain PAD yang Sah
22
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (5): OPTIMALISASI BERBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN Strategi Pembiayaan Daerah Regional Infrastructure Development Fund (RIDF)
OPTIMALISASI SUMBER PINJAMAN
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah Lain;
Lembaga Keuangan Bank;
Lembaga Keuangan Bukan Bank;
Masyarakat, dalam bentuk Obligasi Daerah
• menyediakan pinjaman mulai dari jumlah kecil hingga besar; • meningkatkan kapasitas Pemda dalam mengelola pinjaman dengan pembentukan debt; • mengatasi keterbatasan Pemda dalam penyiapan proyek yang baik; • meningkatkan kapasitas Pemda dalam melaksanakan pembangunan proyek infrastruktur yang berkelanjutan.
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Tahap Perencanaan KPBU: a. penyusunan rencana anggaran KPBU; b. identifikasi dan penetapan KPBU; c. penganggaran dana tahap perencanaan; d. pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana KPBU; e. penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan f. pengkategorian KPBU.
Tahap Penyiapan KPBU: a. penyiapan Prastudi Kelayakan termasuk kajian pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana; b. pengajuan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah; dan c. pengajuan penetapan lokasi KPBU.
Tahap Transaksi KPBU: a. penjajakan minat pasar (market sounding); b. penetapan lokasi KPBU; c. pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang mencakup persiapan dan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana; d. penandatanganan perjanjian KPBU; dan e. pemenuhan pembiayaan (financial close).
23
TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (6): REFOCUSING PRIORITAS ARAHAN PRESIDEN RI: FOKUS 2 PRIORITAS NASIONAL
Musrenbangnas, 26 April 2017: “Agar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lebih berfokus pada pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan infrastruktur dan investasi.” “Perencanaan yang lebih terfokus dapat memberikan hasil yang lebih baik.”
KEMENTERIAN KEUANGAN
24
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (7): PENINGKATAN KUALITAS BELANJA DAERAH 248,82
NASIONAL
915,51
PROVINSI
617,75 519,05
121,50 105,89
73,91 108,99 105,94
715,63
130,36 120,57
163,05 144,44
230,21
260,94
286,64
2011
2012
2013
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan jasa
179,31
184,82 139,92 180,93 165,37
208,65 192,86
109,73 132,23
2014
329,19
2015
Belanja Modal
41,96 29,91
36,45
36,85
45,15
41,25
48,03
47,37
50,52
33,54
30,37
33,85
36,44
38,32
43,42
2011
Belanja Lainnya
82,06
96,71
74,31 26,37
312,68
219,26 202,98
798,90
Belanja Pegawai
2012
2013
Belanja Barang dan jasa
2014
Belanja Modal
2015
Belanja Lainnya
666,70 579,64
Kab/Kota
512,65 438,44
386,81 31,95 82,62 72,40 199,84
2011
Belanja Pegawai
31,58 100,45 79,32 227,10
2012
39,44
43,20 144,08
126,60 96,41 250,20
2013
Belanja Barang dan jasa
KEMENTERIAN KEUANGAN
75,09 163,50
118,00
142,34
274,36
285,77
2014
Belanja Modal
2015
Belanja Lainnya
Belanja pegawai masih merupakan porsi terbesar dalam belanja APBD khususnya di kab/kota. Perlu melakukan refocusing anggaran: Mengurangi anggaran untuk belanja yang tidak produktif dan fokus terhadap belanja yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik. 25
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (8): PENYUSUNAN APBD BERBASIS KINERJA Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pemerintahan dibutuhkan integrasi Proses bisnis instansi ke dalam Sistem Informasi yang menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan.
E-Planning
Penerapan e-planning dalam tahapan penyusunan rancangan RPJMD
E-Budgeting
Penerapan e-budgeting dalam tahapan penyusunan RKA OPD yang menggunakan sumber data dari e-planning
E-Procurement
Penerapan e-procurement dalam tahapan pelaksanaan proyek dan kegiatan belanja daerah, khususnya dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Implementasi e-Government di pemerintah daerah juga merupakan salah satu upaya untuk menciptakan transparansi dan peningkatan layanan publik untuk menjawab kebutuhan birokrasi dan administrasi di Pemerintah Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN
26
PENYUSUNAN APBD BERBASIS KINERJA (1) E-Planning Definisi merupakan sebuah tool untuk membantu proses perencanaan (dalam hal pengusulan dan review kegiatan) yang akan dilaksanakan untuk tahun anggaran berikutnya.
Mekanisme • •
Menghitung perkiraan kemampuan keuangan daerah tahun rencana (pendapatan dan pembiayaan) Menghitung perkiraan kemampuan belanja langsung untuk membiayai seluruh program dan kegiatan tahun rencana Menyusun referensi perencanaan (prioritas, sasaran, program dan indikatornya) Menentukan pagu indikatif di setiap SKPD & Kab/Kota Menyusun kegiatan di setiap SKPD sesuai dengan pagu indikatif serta prioritas, sasaran dan program yang sudah “given”
• • •
Manfaat • • • •
Mensinergikan perencanaan program dan kegiatan antar SKPD Meningkatkan transparansi perencanaan, Menyajikan analisa yang informatif bagi pemangku kepentingan , Meningkatkan efisiensi anggaran melalui ketepatan perencanaan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
27
PENYUSUNAN APBD BERBASIS KINERJA (2) E-Budgeting Definisi adalah sistem yang dikembangkan untuk merencanakan anggaran daerah. Dengan tujuan memberikan panduan dalam proses penyusunan APBD dan juga Perubahannya.
Mekanisme • • • • •
Pengajuan rencana program, kegiatan dan anggaran kegiatan Verifikasi dokumen dan kebutuhan anggaran Validasi dokumen sesuai dengan perencaanaan dan target output dan outcome Penyampaian surat usulan ke unit yang berwenang Penetapan anggaran.
Manfaat • • •
Pengendalian rancangan dan realisasi anggaran akan lebih mudah dilakukan, Pengendalian pelaksanaan pemanfaatan anggaran dapat dilakukan sejak tahap perencanaan, Meningkatkan transparansi anggaran.
KEMENTERIAN KEUANGAN
28
PENYUSUNAN APBD BERBASIS KINERJA (3) E-Procurement Definisi merupakan integrasi dan manajemen elektronik terhadap semua aktivitas pengadaan termasuk permintaan pembelian, pemberian hak pemesanan, pengiriman dan pembayaran antara pembeli dan pemasok.
Mekanisme • • •
E-Procurement dilakukan secara elektronik dengan cara e-tendering atau e-purchasing E-Purchasing menggunakan e-catalog E-tendering melalui e-lelang dan e-seleksi
Manfaat 1. Menekan biaya. 2. Pemotongan waktu siklus pengadaan barang/jasa. 3. Kontrol manajemen yang lebih besar. 4. Sesuai kebutuhan. 5. Pengurangan tingkat kesalahan pemesanan. KEMENTERIAN KEUANGAN
29
TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (9): Tantangan Pelaksanaan APBD PERMASALAHAN PROSES PELAKSANAAN APBD Pelaksanaan lelang yang lambat
1
Penyerapan belanja yang menumpuk di akhir tahun
3
2
Kekhawatiran kriminalisasi
4
Rendahnya kompetensi Pengelola Keuangan Daerah.
5 KEMENTERIAN KEUANGAN
Permasalahan lahan dan pelaksanaan di lapangan 30
TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (10): Strategi Perencanaan dan Penyusunan APBD 1
2
3
Proses pelaksanaan tender pengadaan barang/jasa segera dilakukan sebelum awal tahun anggaran dan menetapkan kontrak diawal tahun setelah penetapan DPA-SKPD.
Optimalisasi pemanfaatan dana APBD, antara lain melalui efisiensi belanja operasional, mempertajam prioritas belanja modal dengan tetap menjaga prioritas pembangunan daerah.
4
5
6
Optimaliasasi pelaksanaan kas (cash management) untuk menjaga likuiditas pendanaan dan menghindari penumpukan penyerapan belanja di daerah pada akhir tahun.
Peningkatan peran Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, penyusunan SOP yang jelas, dan sinergi dengan aparat penegak hukum.
Pelaksanaan bimbingan teknis dan pendidikan/pelatihan bagi pengelola keuangan daerah.
KEMENTERIAN KEUANGAN
Optimalisasi penyerapan dan pemanfaatan dana transfer ke daerah dan dana desa.
31
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (11): PENYERAPAN APBD BELUM OPTIMAL Besarnya dana idle pemerintah daerah menghambat akselerasi pembangunan daerah Tren 2013-2015, posisi simpanan pemda di perbankan: January-Juni naik; Oktober-Desember menurun. Triwulan 1 dan 2: • Realisasi belanja operational besar; • Belanja modal belum terealisasi secara optimal. Implikasi: output dan outcome tidak dapat langsung memberikan dampak pada kesejahteraan masyarakat. Penumpukan belanja pada akhir tahun. SILPA menjadi lebih besar.
KEMENTERIAN KEUANGAN
PENGENDALIAN APBD
32
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (12): PENGUATAN KOMPETENSI PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
Untuk memperkuat kapasitas pengelola keuangan daerah dalam meningkatkan kualitas perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah.
Kementerian Desa & PDTT
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Keuangan
Pengelola Keuangan Daerah
Universitas/Perguruan Tinggi
Menyusun APBD berbasis kinerja
Melakukan cash management dgn baik
Meningkatkan kualitas belanja
Menjaga disiplin fiskal daerah
Memproyeksi anggaran & realisasi APBD secara tepat
Melakukan pemungutan/pemotongan pajak sesuai ketentuan
Mengendalikan defisit APBD
Memperkuat Sistem Informasi Keuangan Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN
33
TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (13): Tantangan dan Strategi Pertanggungjawaban APBD
PERMASALAHAN Pertanggungjawaban kinerja kegiatan masih cenderung fokus pada pelaporan penggunaan dana
Laporan pertanggungjawaban terlalu banyak untuk tujuan yang sama
Masih terdapat LKPD yang belum mendapat opini WTP dan WDP
KEMENTERIAN KEUANGAN
STRATEGI
1
1
Laporan pertanggungjawaban perlu mempersyaratkan kinerja penyerapan anggaran dan capaian output
2
2
Simplifikasi dokumen dan mekanisme pelaporan
3
3
LKPD disusun berdasarkan prinsip-prinsip good governance dan berpedoman pada SAP
34
Terima Kasih
KEMENTERIAN KEUANGAN
35
APBN SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA PENGELOLAAN PEMBIAYAAN YANG PRUDEN
0.1% 14%
BELANJA NEGARA YANG PRODUKTIF DAN BERKUALITAS
1.750,3 T
37%
86%
2.080,5 T
63%
330,2 T pajak
PNBP
Hibah
Pembiayaan
APBN YANG KREDIBEL, EFISIEN DAN EFEKTIF, SERTA
Belanja Pem.Pusat Transf.ke Daerah & DanaDesa
BERKESINAMBUNGAN
STIMULUS YANG OPTIMAL BAGI PERTUMBUHAN EKONOMI 36
APBN DIOPTIMALKAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN NAMUN DISIPLIN DAN KESINAMBUNGAN FISKAL TETAP DIJAGA • Tingkat Belanja selalu lebih tinggi dibanding Pendapatan, untuk memberi dorongan bagi perekonomian dan penyediaan layanan publik. • Namun defisit selalu dijaga di bawah 3 persen untuk menjaga disiplin dan kesinambungan fiskal • Pendapatan Negara harus ditingkatkan untuk menciptakan ruang fiskal lebih besar dan memperkuat daya dukung APBN bagi pertumbuhan.
15
POSISI APBN (RP Triliun)
3,000
0.0%
-0.7% -1.1% -1.6%
-1.8% -2.3%
2,250
-2.3%
-2.6%
-2.5%
-2.4%
-2.0%
1,500
-4.0%
750
-6.0%
0
-8.0% 2009
2010
2011
Pendapatan
2012
2013
Belanja
2014
2015
2016
2017
Defisit Fiskal (RHS)
37
TANTANGAN PENGELOLAAN APBN
MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR • Membuat estimasi penerimaan yang akurat dan kredibel • Meningkatkan kapasitas dalam mengumpulkan penerimaan negara • Memperlebar ruang fiskal a.l. dgn meningkatkan rasio penerimaan perpajakan
Efisiensi-Efektivitas-Produktivitas Belanja K/L, Belanja Non K/L, TKDD • Membuat keputusan belanja yang strategis • Memprioritaskan belanja produktif dan mendukung pembangunan • Mengurangi kemiskinan, kesenjangan, dan pemerataan kesejahteraan • Memerangi inefisensi
OPTIMALISASI PENDAPATAN
STIMULUS FISKAL YANG TERUKUR
• Pengendalian defisit • Optimalisasi pembiayaan • Pengendalian rasio utang terhadap PDB • Reformasi sektor keuangan, e.g. Melalui pendalaman pasar keuangan • Mendukung keuangan inklusif • Diimbangi dengan stabilitas sistem keuangan
PENGENDALIAN PEMBIAYAAN
REFORMASI FISKAL YANG KOMPREHENSIF UNTUK OPTIMALISASI PENDAPATAN, BELANJA YANG BERKUALITAS, SERTA PEMBIAYAAN YANG SUSTAINABLE
FISCAL SUSTAINABILITY
38