i
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
i
KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, akhirnya penyusunan Buku “ Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013 “ ini dapat kami selesaikan. Dan kami menyambut gembira dengan terbitnya buku profil ini untuk merespon tingginya kebutuhan akan data dan informasi, ditengah banyaknya tantangan yang dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi sebagai landasan pengambilan keputusan yang evidence-based. Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu media yang dapat berperan dalam pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang juga merupakan penyajian yang relative komprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan. Penyediaan data daninformasi dilaksanakan melalui serangkaian proses panjang mulai dari hulu sampai hilir. Proses pengelolaan data ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit yang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan Pusat Statistik, Bapermas & KB, Polrestabes Semarang, dan lain-lain. Penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan indikator dampak dapat diikuti secara cermat. Fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang. Profil Kesehatan Kota Semarang ini disajikan dalam bentuk cetakan, dan softcopy serta juga dapat diunduh di website www.dinkes-kotasemarang.go.id sehingga memudahkan para pengguna (masyarakat) untuk mendapatkan publikasi ini. Kami menyadari bukan hal yang mudah untuk dapat menyajikan data yang berkualitas, sesuai kebutuhan dan tepat waktu. Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Semarang, kami mengucapkan terima kasih. Semarang,
Mei 2014
Kepala Dinas Kesehatan ttd dr. Widoyono, M.PH NIP. 19630809 198801 1 001
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
ii
DAFTAR ISI Keterangan
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................... DAFTAR TABEL BAB
BAB
BAB
BAB
I
II
III
IV
i ii iv
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................... B. Dasar .................................................................. C. Visi dan Misi ....................................................... D. Tujuan ................................................................ E. Sistematika Penulisan ................................................
1 1 3 7 8
GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG A. Keadaan Geografis ................................................... B. Kependudukan ................................................... C. Sarana dan Prasarana Kesehatan .........................
9 10 14
SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH A. Mortalitas / Kematian ................................................. B. Status Gizi Bayi & Balita ............................................ C. Morbiditas ......................................................... 1. Pola 10 besar penyakit RS .............................. 2. Pola 10 besar penyakit Puskesmas ................. 3. Penyakit menular ............................................ 4. Penyakit PD3I ................................................ 5. Penyakit bersumber binatang .......................... 6. Penyakit tidak menular ....................................
16 20 21 22 22 23 41 47 63
SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar ................................. 1. Pelayanan KIA ................................................... 2. Pelayanan KB ................................................... 3. Pelayanan Imunisasi ....................................... B. Pelayanan Kesehatan Rujuan ............................... 1. Kunjungan pelayanan kesehatan ..................... 2. Indikator pelayanan kesehatan di RS ............... 3. Pelayanan kesehatan gigi & mulut ................... C. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat ........... D. Perbaikan Gizi Masyarakat .................................. E. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut ......................... F. Pelayanan Kesehatan Pekerja .............................. G. Pelayanan Kesehatan khusus .............................. H. Keadaan Kesehatan Lingkungan ..........................
67 67 71 72 74 74 75 76 77 81 83 83 84 85
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
iii
I.
1. Sarana air bersih & air minum ........................... 2. Sarana & akses terhadap sanitasi dasar ........... Keadaan Perilaku Masyarakat ..............................
85 86 90
BAB
V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan ................................................... B. Tenaga Kesehatan ................................................... C. Perbekalan Kesehatan ................................................. D. Pembiayaan Kesehatan ...............................................
92 92 93 96 97
BAB
VI
KESIMPULAN ...............................................................
99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
iv
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
Tabel 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Tabel Luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah & kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan rasio beban tanggungan Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan kelompok umur Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Jumlah kematian bayi & balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan dan puskesmas Jumlah kasus AFP dan AFP Rate menurut kecamatan dan puskesmas Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian akibat TB menurut jenis kelamin, kecamatan Jumlah kasus dan angka penemuan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan IMS lain menurut jenis kelamin, kecamatan & Puskemas Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah kasus dan angka prevalensi kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : difteri, pertusis, tetanus Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : campak, polio, hepatitis B Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas Kesakitan dan kematian malaria menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, pelayanan ibu nifas Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan & puskesmas Jumlah ibu hamil yang dapat tablet Fe 1 dan Fe 3 menurut kecamatan & puskemas Jumlah & persentase ibu hamil dan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas menurut kecamatan Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, per kecamatan & puskesmas Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi per kecamatan & puskesmas Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan & puskesmas Cakupan kunjungan neonatus (KN) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan & puskesmas Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut kecamatan & puskesmas Cakupan imunisasi BCG, Polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
v 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 57a 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79a 79b 80 81
Pemberian makanan pendamping (MP) ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat level 1 Jumlah penderita & kematian pada KLB menurut jenis KLB Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani <24 jam menurut kecamatan & puskesmas Pelayanan kesehatan gigi mulut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Pelayanan kesehatan gigi mulut pada anak SD/setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan Jumlah Kunjungan Pelayanan kesehatan masyarakat miskin menurut jenis & rumah sakit Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap & kunjungan gangguan jiwa di sarana kesehatan Jumlah Tempat Tidur & Angka kematian pasien di rumah sakit Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Persentase rumah tangga ber PHBS menurut kecamatan & puskesmas Persentase rumah sehat menurut kecamatan & puskesmas Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menurut kecamatan & puskesmas Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih per kecamatan & puskesmas Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan per kecamatan & puskesmas Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan & puskesmas Persentase tempat umum & pengelolaan makanan (TUPM) sehat per kecamatan & puskesmas Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menururt kecamatan & puskesmas Ketersediaan obat menurut jenis obat Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes & memiliki 4 spesialis dasar Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan & puskesmas Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan & puskesmas Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan : dokter spesialis, dr. umum, dr. gigi Jumlah tenaga keperawatan & kebidanan di sarana kesehatan Jumlah tenaga kefarmasian disarana kesehatan Jumlah tenaga kesehatan masyarakat & sanitasi di sarana kesehatan Jumlah tenaga gizi di sarana kesehatan Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan Jumlah tenaga kesehatan lainnya di sarana kesehatan Jumlah non kesehatan di sarana kesehatan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
vi 82 83 84 85
Anggaran kesehatan Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas & rasio korban luka serta meninggal Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium baik menurut kecamatan & puskesmas Kasus penyakit tidak menular (PTM) di Puskesmas & Rumah Sakit
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
1
PENDAHULUAN
BAB I
A. Latar Belakang Kesehatan
merupakan
salah
satu
komponen
utama
dalam
Index
Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat. Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota Semarang adalah “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat”
B. Dasar Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan: 1. Perikemanusiaan Setiap
kegiatan
proyek,
program
kesehatan
harus
berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pemberdayaan dan Kemandirian Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
2 lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri. Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau bahu membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.
3. Adil dan Merata Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu, tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial individu, keluarga dan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompokkelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
3
4. Pengutamaan dan Manfaat Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi
dan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
serta
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah.
C. Visi dan Misi 1. Visi Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan maka Dinas Kesehatan Kota memiliki Visi “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat” Visi
tersebut
mengandung
filosofi
pokok
yang
akan
dilaksanakan
perwujudannya, yaitu kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu semua lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
4 2. Misi Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi pemerintahan, yaitu : 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, 2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup sehat
3. Tujuan a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang efektif dan efisien. (Misi 1) b. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam mendukung proses pelayanan kesehatan. (Misi 1) c. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1) d. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1) e. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat untuk memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi 2)
4. Sasaran a. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit.. b. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya. c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
5 d. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan gizi. e. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan. f. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal. g. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas umum dan rumah tangga. h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan i. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien. j. Mengembangkan
system
informasi
kesehatan
yang
komprehensif,
berhasilguna dan berdaya guna k. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan l. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga yang memnuhi syarat kesehatan m. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan bersumberdata masyarakat.
5. Strategi Kebijakan Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang ditetapkan, antara lain 1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar 2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada 3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran aktif masyarakat
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
6 4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan 5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program 6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi informasi 7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi khususnya pada kelompok beresiko 8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersarna masyarakat miskin dan rentan. 9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan 10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua pelayanan 11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang akuntable, transparan dan berkinerja tinggi. 12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.
Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang Tahun 2013 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013. Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang Sehat. Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program – program kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana pelayanan kesehatan, juga lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, PT.ASKES, PT. JAMSOSTEK, Bapermas & KB, POLRESTABES Semarang, dll).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
7 D. Tujuan 1. Umum Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013 adalah tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat.
2. Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah : a. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi; b. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat; c. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan. d. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program kesehatan; e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program kesehatan; f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya; g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
8 E. Sistematika Penulisan Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2013, maka diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB
I
PENDAHULUAN
BAB
II
GAMBARAN
UMUM
&
PERILAKU
SEMARANG BAB
III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH
BAB
IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
BAB
V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
BAB
VI
KESIMPULAN
LAMPIRAN
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
PENDUDUK
KOTA
9
GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK KOTA SEMARANG
BAB II
A. Keadaan Geografis 1. Letak Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis 109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai. 2. Luas Wilayah Kota Semarang Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2, dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana sebagian
besar wilayahnya
berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan
kecamatan
dengan
luas
terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
10 B. Kependudukan 1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Buku Estimasi Penduduk Menurut Umur Tunggal yang dikeluarkan oleh Pusat Data & Informasi Kemenkes RI sampai dengan akhir Desember tahun 2013 sebesar : 1.575.068 jiwa, terdiri dari 773.764 jiwa penduduk laki-laki dan 801.304 jiwa penduduk perempuan. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. Tabel 2.1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2013 Tahun
Jumlah Penduduk
Tingkat pertumbuhan Setahun ( % )
2004
1.399.133
1,52
2005
1.419.478
1,45
2006
1.434.132
1,02
2007
1.454.594
1,43
2008
1.481.640
1,86
2009
1.506.924
1,53
2010
1.527.433
1,41
2011
1.544.358
1,11
2012
1.559.198
0,96
2013
1.575.068 *
Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang – Semarang Dalam Angka *)Sumber: Pusat Data & Informasi Kementerian Kesehatan RI
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
11 b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan. Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum terlalu padat. Pada tahun 2012 kepadatan penduduknya sebesar 4.358 jiwa per km2. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk paling kecil adalah Kecamatan Ngaliyan sebesar 806 jiwa per km2, diikuti dengan Kecamatan Mijen 1.056 jiwa per km2 dan Kecamatan Gunungpati 1.776 jiwa per km2. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya
masih
banyak
terdapat
areal
persawahan dan perkebunan, Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Gayamsari 12.144 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Semarang Selatan 11.883 jiwa/km2 , dan Kecamatan Candisari 11.724 jiwa/km2. Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat) anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang ada .
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
12 c. Komposisi Penduduk Untuk dapat menggambarkan tentang tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Dari 1.575.068 penduduk Kota Semarang pada tahun 2013 terdiri dari 773.764 jiwa penduduk laki laki-laki dan 801.304 jiwa penduduk perempuan.. Indikator dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara penduduk laki-laki laki dan perempuan. Gambar. 2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 Komposisi Penduduk Kota Semarang menurut jenis kelamin 2013
49%
51%
Laki-Laki
Perempuan
Sumber data : BPS Kota Semarang
Gambar. 2.2 Piramida Pi Penduduk Kota Semarang Tahun 2013 3 LAKI LAKI-LAKI
perempuan
70 - 74 60 - 64 50 - 54 40 - 44 30 - 34 20 - 24 10 - 14 0-4 100000
50000
0
Sumber data : BPS Kota Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
50000
100000
13 d. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat. Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR periode 2004 – 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2006 – 2013 Tahun Jml Penduduk CBR CDR (/1000 pddk) (/1000 pddk) 2006 1.434.025 15,10 6,35 2007
1.454.594
16,06
7,04
2008
1.481.640
16,60
6,79
2009
1.506.924
17,01
6,98
2010
1.527.433
14,98
6,77
2011
1.544.358
16,09
6,76
2012
1.559.198
15,23
6,45
2013
1.575.068
17,6
6,5
Sumber data : BPS Kota Semarang – Profil Kependudukan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
14 Umur Harapan Hidup Kota Semarang Semar Tahun 2013 ini mencapai 72,3 mengalami peningkatan dari tahun t 2012 yaitu 72,24 dan tahun 2011 yaitu 72,18. Gambar. 2.3 2. Perkembangan UHH Kota Semarang
C. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN KESEHATA Tabel 2.3 Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang A.
SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 1.
2011
2012
2013
a. Rumah Sakit Swasta
10
10
10
b. Rumah Sakit Umum Daerah
2
2
2
c. Rumah h Sakit Umum Pusat
1
1
1
d. Rumah Sakit TNI / POLRI
3
3
3
e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :
9
9
9
Rumah Sakit Umum :
-
RS Jiwa
1
1
1
-
RS Bedah Plastik
1
1
1
-
Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )
3
3
3
-
Rumah Sakit Bersalin ( RSB )
3
3
2
2.
Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA
6
6
6
3.
Puskesmas , terdiri dari :
37
37
37
a. Puskesmas Perawatan
13
12
12
b. Puskesmas Non Perawatan
24
25
25
35
35
35
4.
Puskesmas Pembantu
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
15 5.
Puskesmas Keliling
37
37
37
6.
Posyandu yang ada
1.533
1.556
1.559
7.
Posyandu Aktif
1.055
1.150
1.202
8.
Apotik
381
403
406
9.
Laboratorium Kesehatan Swasta
30
30
32
10.
Klinik Spesialis / Klinik Utama
14
31
36
11.
Optik
95
12.
Klinik 24 Jam
13
9
7
13.
Toko Obat
20
12
23
14.
BP Umum
139
72
80
15.
BP Gigi
24
25
25
16.
PBDS
23
4
17.
Dokter Umum Praktek Perorangan
1.327
1.512
1.640
18.
Dokter Spesialis Praktek
681
691
730
19.
Dokter gigi praktek
328
358
393
20.
Bidan praktek swasta
-
-
-
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
16
SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA SEMARANG
BAB III
Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indicator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa penyakit serta Status Gizi pada balita dan dewasa.
A. MORTALITAS / KEMATIAN Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu masyarakat dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan.
1. Kematian Bayi dan Balita Seperti diketahui bahwa angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Pada tahun 2013, berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 251 dari 26.547 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,5 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan target MDGs dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per 1.000 KH, maka AKB Kota Semarang telah dibawah target.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
17 Angka Kematian Balita (AKBa) (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angkaa per 1.000 kelahiran hidup. AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data kasus kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 299 anak dari 26.547 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) ( ) Kota Semarang sebesar 11,3 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan bahwa AKBa tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AKBa AK Kota Semarang tel telah dibawah target. Gambar 3.1 Grafik Perkembangan AKB & AKBa Kota Semarang 20 16.8 15
14.9 12.1
10
12.3 10.7
11.3 9.5
5
3.5
2.7
1.6
1.8
2012
2013
AK Bayi AK Anak Balita AK Balita
0 2010
2011
Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga Berbagai faktor dapat menyebabkan menyebabkan adanya penurunan AKB & AK AKBa, di antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu disebabkan disebabkan AKB & AKBa sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit.
2. Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
18 penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 29 kasus dari 26.547 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 109,2 per 100.000 KH menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 29 kasus dari 27.448 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 77,5 per 100.000 Gambar 3.2 Grafik Tren Angka Kematian Ibu Maternal & Jumlah kematian ibu maternal Kota Semarang Tahun 2010 – 2013
119.9 109.2 77.5 73.8
19
2010
31
2011
Angka kematian ibu maternal
Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
22
2012
29
2013
Jumlah kematian ibu maternal
19 Gambar 3.3 Peta Sebaran Kasus Kematian Ibu Th 2013
Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas, kemudian pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 5 kasus kasus. Gambar 3. 3.4 Grafik Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal Bersalin 0% Hamil 17%
Nifas 83%
Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga
Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
20 standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya. Gambar 3.5 Grafik Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Penyebab Kematian Kota Semarang Tahun 2013
Sumber: Seksi Ibu & Lansia Bidang Kesga
B. STATUS GIZI BAYI & BALITA Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan puskesmas pada tahun 2013 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak 26.547 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 108.570 anak. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2013 yaitu sebanyak 288 bayi (1,1%) yang terdiri dari 127 bayi laki-laki dan 161 bayi perempuan. Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 86.515 balita (79,7%) dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 69.080 anak (79,8%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 1.502 anak (1,7%), data selengkapnya pada tabel 44. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
21 Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian penyakit. Status Gizi Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Gizi Buruk
Jumlah Balita 1.806 (2,09%) 83.814 (96,8%) 801 (0,9%) 32 (0,04%)
Dari tabel diatas tahun 2013 kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 32 kasus, mengalami penurunan dari tahun lalu yang berjumlah 39 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan
danaa
program
Asuransi
Kesehatan
Masyarakat
Miskin
(Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II
C. MORBIDITAS Morbiditas orbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi insidensi maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap erhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
22 1. Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
2. Pola 10 Besar Penyakit Puskesmas uskesmas JENIS PENYAKIT DI PUSKESMAS Demam Tifoid dan Paratifoid (A01)
8085
Diare & Gastroenteritis Akut (A09)
9433
Sindrom Nyeri Kepala lainnya (G44)
10193
Penyakit Pulpa & Peripikal (K02)
13414
Diabetes Melitus tdk tergantung insulin (E11)
13913
Gastritis & Duodenitis (K29)
14220
Gangguan Otot yang Lain (M62)
15466
Faringitis Akut (J02) Jantung Hipertensi (I11) Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
30259 34566 85125
23 3. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru Kasus Penderita Di tahun 2013 penemuan kasus TB-Paru BTA (+) di Kota Semarang baru mencapai 69,5% (1.120 kasus dari 1.612 kasus BTA (+) yang ditargetkan) dari target penemuan 70 %. Angka kesembuhan tahun 2013 sebesar 55,7 % dari 85 % angka kesembuhan yang ditargetkan. Hal ini masih jauh dari target nasional. Sedangkan penemuan kasus TB Anak di tahun 2013 sejumlah 167 kasus, jumlah tersebut menurun lebih dari 50 % dibandingkan dengan penemuan kasus di tahun 2012. Gambar 3.6 Grafik Penemuan kasus TB Paru Kota Semarang th 2009 s.d 2013 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
2009
2010
2011
2012
2013
Suspect
8003
11047
15001
11724
12464
Tgt BTA (+)
1557
1612
1612
1612
1612
BTA (+)
793
879
989
1132
1120
BTA (-)
892
1051
1240
1034
1434
15570
16120
16120
16120
16120
Tgt Suspect
Gambar 3.7 Grafik Penemuan kasus TB Paru Anak & TB Paru Ekstra Th 2009 - 2013 1000 800 600 400
TB-EP
200 0
TB-Anak 2009
2010
2011
2012
2013
TB-EP
67
146
186
225
333
TB-Anak
771
371
356
359
167
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
24 Gambar 3.8 Grafik Penemuan P Suspek TB Paru Tahun 2009 - 2013 100 80 60 40 20 0
93.1 72.7
68.5
77.3
51.4 2009
2010
2011
2012
2013
Suspect(x 1000)
8.003
11.047
15.001
11.724
12.464
Persen (%)
51.4
68.5
93.1
72.7
77.3
15.567
16.12
16.12
16.12
16.12
Target Suspect(x 1000)
Gambar 3.9 Grafik Penemuan Penderita TB Paru Kota Semarang 2009 - 2013 80 60
50 %
53%
2009
2010
70%
69,5%
2012
2013
61%
40 20 0 2011
Prosentase penemuan penderita baru BTA BTA Positif tahun 2012 mencapai 6,50% 0% mengalami peningkatan 0,5% bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 70%. Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan yang lebih baik.
Gambar 3.10 Grafik Kasus TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin & Kelompok Usia Tahun 2013
625, 5 6% 495, 4 4%
Pria
Wanita
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
25 Penderita TB BTA (+) tahun 2013, persentase TB-Paru pada laki-laki (56 %) lebih besar dari pada perempuan (44 %), meskipun kejadian TB-Paru pada jenis kelamin perempuan mengalami kenaikan sebesar 2 %. Hai ini disebabkan karena (fakta kwalitatif) pada laki-laki lebih intens kontak dengan faktor risiko dan kurang peduli terhadap aspek pemeliharaan kesehatan individu dibandingkan dengan wanita. Sedangkan menurut golongan umur Penderita TB terbanyak pada golongan umur 25-34 th sebanyak 241 kasus ( 23%), namun juga menunjukkan bahwa penularan TB masih berlangsung disegala usia.
Gambar 3.11 Grafik 10 besar CDR Puskesmas Tahun 2013 150.0 100.0 50.0 0.0
118.2
100.0 93.3
91.9
62.9
58.1
58.1
55.0
55.0
54.2 CDR KASUS
Sumber: Seksi P2ML bidang P2P
Berdasarkan 70 % penemuan kasus (case detection rate = CDR) TB BTA Positif dicapai oleh 4 (empat) puskesmas. Tertinggi di capai oleh Puskesmas Mangkang yaitu 118,2 % (13 kasus dari target 11 kasus TB BTA Positif), ke dua disusul oleh Puskesmas Karangdoro yaitu 100 % (22 kasus dari 22 kasus BTA (+) yang ditargetkan) ke tiga oleh Puskesmas Genuk sebesar 93,3 % (28 kasus dari 30 kasus BTA (+) yang ditargetkan. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.
TB Paru MDR (Multiple Drug Resistant) Sampai saat ini di Kota Semarang telah tercatat 12 (dua belas) kasus TB-Paru MDR, 6 (enam) kasus diantaranya aktif mendapatkan pengobatan lanjutan di puskesmas-
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
26 puskesmas, 1 (satu) kasus putus obat atas permintaan sendiri setelah + 2 (dua) bulan pegobatan, 1 (satu) kasus menolak pengobatan sejak awal dan 4 kasus diantaranya belum mendapatkan penanganan dan pengobatan dari RSUP dr. Kariadi Semarang sebagai rumah sakit rujukan. Terdapat pula 12 suspek yang tersebar di wilayah kerja puskesmas Kota Semarang.
Angka Konversi Angka konversi di tahun 2013 sampai tribulan 4 sebesar 56.7 % (635 dari 1120 BTA (+)) mengalami penurunan sebesar 15.3 % dibandingkan pada tahun 2012 (72 %),
hal ini dikarenakan penderita yang diobati teratur minum obat dan
pemeriksaan follow up bulan ke dua belum dilaksanakan secara teratur.
Gambar 3.12 Grafik Angka konversi TB BTA (+) tahun 2009 - 2013 100 80 60 40 20 0
2009
2010
2011
2012
2013
Konversi
70
86
75
72
56.7
Target Konversi
80
80
80
80
80
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Angka kesembuhan (Cure Rate) Angka kesembuhan tahun 2012 sebesar 55,7 % ( 631 kasus dinyatakan sembuh dari total kasus 1.132 yang diobati), ini berarti telah terjadi penurunan 7,3 % dibandingkan angka kesembuhan di tahun 2011 (63 %), namun belum mencapai target nasional yang 85%, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB yang diobati di Rumah sakit.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
27 Gambar 3.13 Grafik Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Tahun 2013 100 80 60 40 20 0
2008
2009
2010
2011
2012
Kesembuhan
63
66
66
63
55.7
Target Kesembuhan
85
85
85
85
85
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
b. HIV / AIDS Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Gambar 3.14 Grafik Tren Kasus HIV Kota Semarang 1995 - 2013
Jumlah penemuan kasus pada pada tahun 2013 yaitu sebesar 430 kasus (17,3%). Data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
28 laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahun tahun 2013 untuk Kota Semarang saja sebanyak 174 orang, dengan kondisi 75 orang sudah pada stadium AIDS. Gambar 3.15 Grafik Kasus HIV Kota Semarang Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2013* * (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin
Kasus HIV Tahun 2013 (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin
47%
55%
45% %
53%
Laki-laki Laki Perempuan
Laki Laki-laki Perempuan
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun 1995 – 2012 kasu kasus HIV lebih banyak diderita oleh la laki-laki yaitu sebesar 55% dibandingkan ingkan dengan perempuan. Namun demikian antara laki-laki laki dan perempuan yang terinfeksi HIV perbandingannya adalah 55% dan 45%. Artinya bahwa kasus HIV juga sudah banyak menyerang kaum perempuan, puan, terutama ibu-ibu ibu ibu rumah tangga sehingga perlu perhatian khusus karena ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada anaknya.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
29 Gambar 3.1 3.16 Grafik Kasus HIV Berdasar Kelompok Umur
Kasus HIV Tahun 2010-2013 (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur 1200 1000 800 600 400 200 0
<4
5-14
15-19
20-24
25-49
≥50
2010
12
3
6
27
141
12
2011
26
6
3
64
280
19
2012
15
4
10
43
410
34
2013
14
5
13
51
291
34
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik diatas dapat dapat diketahui selama tahun 2010 – 2013 kelompok umur 25-49 49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 1.122 kasus dan yang terendah adalah kelompok umur 5 – 14 tahun. Gambar 3.17 Peta Penemuan Kasus HIV Per Kecamatan 2011 -2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
30 Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV selama tahun 2011-2013 di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan, berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan Semarang Utara yaitu sebanyak 46 kasus, asus, sedangkan kasus terendah di Kecamatan Tugu yaitu sebanyak 7 kasus. Gambar 3.18 Kumulatif Kasus AIDS Kota Semarang 1998 - 2013
Kumulatif Kasus AIDS Tahun 1998 - Desember 2013* di Kota Semarang 450 400
414
339
350 300
235
250 176
200 150
81
100 50 0
1
1
2
3
4
5
12
23
96
115
48
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total
Kasus AIDS
1
0
1
1
1
1
7
11
25
33
15
19
61
59
104
75
414
Kematian
0
0
0
0
0
1
1
3
9
5
4
2
5
10
12
7
59
Kumulatif
1
1
2
3
4
5
12
23
48
81
96
115 176 235 339 414
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS di Kota Semarangg yaitu sebanyak 75 kasus, meningkat dibandingkan bandingkan tahun 201 2012 sebesar 104 kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah kematian tian akibat AIDS pada tahun 2013 201 mengalami penurunan yaitu 7 orang, dibanding tahun 2012.. Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 414 kasus.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
31 Gambar 3.19 Peta Kasus Penderita AIDS Per Kecamatan Tahun 2013
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun 2013 hampir mencapai capai seluruh kecamatan di Kota Semarang. Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus AIDS baru di Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gunungpati, Kecamatan yang mempunyai kasus rendah (1 – 5) yaitu; Kec. Tugu, Kec. Ngaliyan, Kec. Mijen, Kec. Banyumanik, Kec. Tembalang, Tembalang, Kec. Pedurungan, Kec. Gajahmungkur, Kec. Semarang Selatan, Kec. Semarang Tengah. . Sedangkan kecamatan yang memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Semarang Utara,Kec. Genuk, Kec Gayamsari, Kec. Semarang Barat, Kec. Semarang Timur. Berbagai upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA jumlah kumulatif ODHA yang memenuhi syarat ARV Tahun 2013 sebesar 2.095 orang. Sedangkan kumulatif ODHA yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sampai sampai tahun 2013 sebanyak 1.873 orang. Persentase ODHA yang mendapatkan layanan CST sebesar 90,97%. Selanjutnya jutnya pada bulan September 201 2013,, Dinas Kesehatan Kota Semarang mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
32 disingkat dengan engan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya yang meliputi upaya promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
33 c. Pneumonia
Gambar 3.20 Grafik Kasus Pneumoni & Pneumoni Berat th 2006 - 2013
KASUS PNEUMONI DAN PNEUMONI BERAT TAHUN 2006 - 2013 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Pneumonia < 1 Th
2006 609
2007 1011
2008 1147
2009 1268
2010 1448
2011 1600
2012 1075
2013 1367
Pneumonia 1 - 4 Th
1664
2206
2712
3446
3132
2960
3147
3215
Pneumonia berat < 1Th
3
5
56
45
17
15
18
61
Pneumonia berat 1 - 4 Th
10
8
8
8
11
12
36
95
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2013 ini mengalami peningkatan 292 kasus dari 1075
menjadi 1367, penderita pneumonia 11-4 th
meningkat 68 kasus dan Pne Pneumonia Berat < 1 dan 1-44 tahun masing masing-masing meningkat 43 dan 59 kasus. Gambar 3.21 Grafik Kasus Pneumonia Menurut Kelompok Umur Kasus Pneumonia Kota Semarang Tahun 2013 Menurut Kelompok Umur >5 1,148 20% 1-4 2,719 47%
<1 1,863 33%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
Kasus Pneumonia Balita Kota Semarang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
P 1805 39%
L 2777 61%
34 Pada tahun 2013 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok umur 1 – 4 tahun, yaitu sejumlah 2719 kasus ( 47 %) meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok umur < 1 tahun
sejumlah 1.863 kasus ( 33 %).
Menurut jenis kelamin kasus Pneumonia Balita di Kota Semarang tahun 2013 pada perempuan lebih sedikit dibanding dengan kasus pneumonia balita pada laki – laki IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2013 sebesar 258 per 10.000 balita meningkat dibandingkan
tahun 2012 (246/10.000 balita Peningkatan IR
pneumonia berarti jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin meningkat, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di masyarakat. Angka kematian (CFR) akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota Semarang tahun 2013 sebanyak 9 orang sebesar 0.15% (9/5715),dari RS 7 orang sedangkan di Puskesmas ada 2 kasus pnemonia maupun pneumonia berat yang meninggal. Cakupan penemuan penderita pneumonia dan pneumonia berat yang berobat ke Puskesmas di tahun 2013 sebesar 26% mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan kualitas tata laksana penderita pneumonia dan pneumonia berat adalah 100% dan tidak ada masalah dalam tata laksananya.
d. Kusta
Capaian kusta di Kota Semarang tahun 2013 sebagai daerah low endemik : Prevalensi
: 0,30 ( target nasional : < 1 / 10.000 penduduk)
CDR
: 1,60 ( target nasional : < 5 / 100.000 penduduk)
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
35 Gambar 3.22 Grafik Penemuan Kusta Kota Semarang th 2001 - 2012 GRAFIK PENEMUAN KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN 2001 – 2013 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 PB MB Juml
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 0 1 0 4 2 7 3 3 1 6 3 5 6 11 10 8 16 12 27 17 24 16 35 41 25 7 11 11 8 20 14 34 20 27 17 41 44 30
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik di atas penemuan kusta di Kota Semarang tahun 2013 berjumlah 30 - menurun dibandingkan dengan tahun 2012 - yang terdiri dari kusta tipe PB 5 kasus ( 16,66 %), dan kusta tipe MB 25 kasus ( 83,3 %). Prosentase kasus MB lebih besar dari kasus PB sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah. Gambar 3.23 Grafik CDR Kasus Kusta Kota Semarang th 2008 - 2013 GRAFIK CDR KASUS KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2013 2,19
2,5
1,8
2 1,5
2,34 1,6
1,35 0,86
1 0,5 0 2008
2009
2010
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
2011
2012
2013
36 Gambar 3.24 Grafik Kasus Kusta Berdasar Jenis Kelamin Th 2013 GRAFIK KASUS KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013
PEREMPUAN 30% LAKI-LAKI 70%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan jenis kelamin, kusta terdiri atas laki-laki ( 70 % ) dan perempuan ( 30 %). Gambar 3.25 Grafik Kasus Kusta Berdasarkan Kelompok Umur Th 2013 KASUS KUSTA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR KOTA SEMARANG TAHUN 2013 1 - 15 TH 3% > 50 TH 30%
16 - 49 TH 67%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan kelompok umur kasus kusta di Kota Semarang tahun 2013 sebagai berikut : tertinggi adalah kategori umur 16 – 49 tahun ( 67 % ), > 50 tahun ( 30 % ), 1 – 15 tahun ( 3 % ). Prosentase tertinggi terdapat pada usia
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
37 produktif, hal ini dikarenakan pada kelompok umur tersebut mobilitas tinggi, sehingga kemungkinan tertular kuman Baccilus leprae juga tinggi.
Gambar 3. 26 Grafik Peta Kelurahan Dengan Kasus Kusta Th 2013 PETA KELURAHAN DENGAN KASUS KUSTA DI KOTA SEMARANG TAHUN 2013
Ba ndarharjo Tambakharjo
Banjardowo
Panggung Kidul
Bu lu Lor Purwodinatan Ka ra ng ayu Samb irejo Miroto Tlogosari Kulon KembangarumBo ngsari
Jangli
Ngesrep Sron dol Kulon
Padangsari
Karangmala ng
Rowosari
Kasus per Kelurahan Tidak ada kasus Jml kasus : 1 - 2 Jml kasus : 3 - 4
Plalangan
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan kelurahan kasus kusta tahun 2013 , kasus terbanyak terdapat di Kelurahan Panggung Kidul (4 kasus), Ngesrep (3 kasus), Bululor (2 kasus), Karangmalang (2 kasus), Sambirejo (2 kasus), selebihnya kelurahan Bandarharjo, Banjardowo, Bongsari, Jangli, Karangayu, Kauman, Kembangarum, Kuningan, Miroto, Padangsari, Plalangan, Purwodinatan, Rowosari, Srondol Kulon, Tambakharjo, Tlogosari Kulon masing-masing 1 kasus.
Sebagaimana grafik dibawah, RFT Rate MB Kusta semenjak tahun 2003 hingga tahun 2012, mengalami fluktuatif. Tahun 2012 : 62 %, sedangkan tahun 2013 pengobatan masih berjalan.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
38 Gambar 3.27 Grafik Prosentase RFT Rate MB Kusta Th 2003 - 2013 PROSENTASE RFT RATE MB KUSTA KOTA SEMARANG TH 2003 - 2013
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Prosentase
2003 2004 100 92
2005 2006 2007 100 91 81
2008 2009 88 92
2010 2011 2012 2013 87 53 19.51 0
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
RFT Rate Kusta tipe PB tahun 2013 sebesar 60 %, menurun dibanding tahun 2012 : 67 %. Karena pasien tahun 2013 berobat pada triwulan keempat, sehingga masih dalam pengobatan saat laporan disusun. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik. Sebagaimana tujuan utama terapi medik yaitu pengobatan dengan menggunakan MDT sesuai tipe.Terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi. Kecacatan pada penderita kusta di Kota Semarang pada tahun 2013 sebagaimana dapat dilihat pada grafik di atas adalah berikut : Cacat Tk. I : 7 %, cacat Tk. II : 7 % , semua dari pasien kusta tipe MB. Cacat kusta tingkat 2 tahun 2013 di Kota Semarang sebanyak : 2 kasus ( 6,67 % ). Indikator nasional untuk kecacatan kusta < 5 % dari kasus yang ditemukan. Dengan demikian kecacatan kusta tingkat 2 di Kota Semarang lebih besar dari indikator nasional.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
39 e. Diare Gambar 3.28 Grafik Pender Penderita Diare Menurut Kelompok Umur GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2008 - 2013 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
< 1 th
3776
3446
4402
6915
4870
4462
1 - 4 th
8625
7996
10194
12550
11215
9827
> 5 th
19947
18991
19895
28586
26264
23712
Total
32338
30133
34491
48051
42349
38001
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Penderita Diare dari tahun 2008 200 – 2013 terus meningkat namun pada tahun 2013 mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang sudah di canangkan
sud sudah diterapkan dalam kegiatan sehari hari.
Tahun 2013 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golo golongan umur >5 tahun sebanyak 23.712 3.712 kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 4.462 kasus (11.5 % ). ) Grafik 3.29 Grafik fik Kasus Diare Kota Semarang Menurut Jenis Kelamin KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2013 MENURUT JENIS KELAMIN
P 20,204 53%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
L 17,797 47%
40 Berdasarkan grafik di atas, kasus Diare di Kota Semarang tahun 2013
pada
perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki - laki. Cakupan pelayanan penderita diare diketahui diketahui dengan menghitung jumlah penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 201 2013 IR (Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit diare yang berobat ber di Rumah Sakit sebesar 0,06 % (12 / 1.762.942 x 10.000)) dan berdasarkan data yang masuk dapa dapatt diketahui dari tahun 2005 2005–2013 tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puskesmas Puskesmas di Kota Semarang tahun 2013. Dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR n nya ya sesuai dan melebihi target (target IR 22/1000 penduduk) ada 12 puskesmas yaitu puskesmas Bugangan 40.2), Mangkang (39.1), halmahera (38.8), Ngalian (35.3), Ngesrep (30.7), Gunungpati (27.7), Banget ayu (27.6), Ngemplak simongan
(27.2), Lamper tgh (25.5) (25.5).
Gambar 3.30 Grafik Cakupan, Kualitas & Tata Laksana Diare Th 2013 Cakupan ,Kualitas dan Tatalaksana Diare Tahun 2013 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 Cakupan Pelayanan (%)
2,008 6.1
2,009 5.4
2,010 5.6
2,011 31
2,012 55
2,013 42.0
Kualitas Tatalaksana (%)
100
100
100
100
100
100
Masalah Tatalaksana (%)
1
1
2
2
2
2
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
41 Cakupan pelayanan penderita diare adalah jumlah penderita diare yang berobat ke tempat pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah sasaran. Cakupan pelayanan penderita diare tahun 2013 sebesar 42% . Hal ini bisa diartikan kinerja petugas Puskesmas lebih baik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan puskesmas meningkat jumlah penderita diare yang berobat ke Puskesmas menjadi semakin banyak jumlahnya. Kualitas tata laksana penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi oralit dibagi dengan jumlah penderita. Kualitas tata laksana penderita diare pada tahun 2013 sudah 100%, berarti kinerja petugas diare Puskesmas bisa dikatakan baik karena kualitas tata laksana dalam hal ini adalah pelayanan pengobatan terhadap penderita diare ke Puskesmas terlayani dengan baik dan mendapatkan pengobatan yang sesuai. Masalah tata laksana penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi infus dibagi jumlah penderita. Masalah tata laksana penderita diare di Puskesmas tahun 2013 adalah 2 %,
sama
dengan tahun
sebelumnya. Hal ini berarti
penanganan penderita diare yang berobat ke Puskesmas ada yang sudah terjadi dehidrasi sehingga tetap memerlukan cairan infus.
4. Penyakit PD3I a. Tetanus Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di kota Semarang pada tahun 2013 tidak ditemukan.
Meskipun Cakupan persalinan nakes dan Cakupan TT Bumil sudah
melebihi target, tetapi cakupan TT Bumil tahun 2012 mengalami penurunan yaitu cakupan TT sebanyak 85%, sedangkan tahun 2011 sebanyak 92,3 %.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
42 Gambar 3.31 Grafik Cakupan Imunisasi Bumil & Persalinan Nakes Grafik Cakupan Imunisasi Bumil dan Persalinan Nakes Tahun 2006-2012 120 100 80
Jumlah
60 40 20 0
Persalinan Nakes
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
95.27
90.17
92.15
96.7
93.19
96.08
98.2
Target Nas
85
85
90
90
95
93
90
Cak. TT Bumil
92
85
79
71.3
77.4
92.3
85
Target Nas. TT
80
80
80
80
85
85
85
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
b. Difteri Tahun 2013 kasus difteri Kota Semarang sebanyak 2 kasus, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012 dan tidak ditemukan penderita meninggal dunia.
Gambar 3.32 Kasus Difteri Kota Semarang Th 2007 - 2013 KASUS DIFTERI DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007 - 2013
35 30
Jumlah
25 20 15 10 5 0 Difteri
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
26
10
21
6
5
5
2
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
43 Berdasarkan jenis kelamin, maka kasus ditemukan lebih banyak pada laki-laki, yaitu sebanyak 1 penderita ( 50 %,) dan perempuan sebanyak 1 penderita ( 50 % ). Berdasarkan golongan umur kasus terbanyak ditemukan pada umur antara 5-14 tahun yaitu sebanyak 50 %, hal ini berbeda dengan tahun 2011 dimana penderita terbanyak adalah umur < 1 tahun yaitu sebanyak 65 %. Penderita difteri menurut tempat wilayah kerja Pukesmas yaitu Puskesmas Tlogosari Wetan, dan Puskesmas Pandanaran.
Gambar 3.33 Peta KLB Kota Semarang Th 2013 PETA KASUS DIFTERI TH 2012
99
Mangkang
N
Genuk Bandarharjo Bulu Lor Karangdoro Krobokan Bugangan Lebdosari Poncol Bangetayu Gayamsari Karangayu Miroto Halmahera Tlogosari Kulon Pandanaran Ngemplak Simg Manyaran Lamper Tengah Purwoyoso Tlogosari Wetan PegandanKagok Candi Lama
Karanganyar Tambakaji Ngaliyan
Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati
Srondol
Rowosari
Padangsari Karangmalang Pudak Payung
Sum2.shp Tdk ada kasus Ada kasus
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
44 c. Campak Gambaran secara umum untuk kasus campak dari tahun 2007–2013 dari hasil laporan mingguan (W2) puskesmas maupun rumah sakit mengalami fluktuatif. Pada tahun 2013 kasus Campak berjumlah 137 kasus mengalami penurunan dibanding tahun 2012. Kasus Campak yang ditemukan merupakan kasus Campak klinis (belum dengan pemeriksaan laboratorium). Sedangkan cakupan imunisasi juga mengalami fluktuatif walaupun dari tahun ke tahun cakupan selalu diatas target nasional (90%), seperti terlihat pada grafik dibawah ini : Gambar 3.34 Grafik Kasus Campak & Cakupan Imunisasi
Axis Title
Kasus Campak & Cakupan Imunisasi Campak th 2009 - 2013 500 400 300 200 100 0
2009
2010
2011
2012
2013
Cak. Imun
107
105.5
101.1
114
121.9
Campak
305
426
422
201
137
Sumber: Seksi PP Bidang P2P Adapun lokasi kasus Campak terbanyak tahun 2013 di kecamatan Ngaliyan berbeda dengan tahun 2012 kasus Campak terbanyak di kecamatan Gajahmungkur. Kasus Campak Klinis berdasarkan Kecamatan tahun 2013 25 20 15 10
23 22
20 12 11 11
5 0
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
8
7
6
5
4
2
2
2
1
1
45 Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang
diilaksanakan
berbasis laboratorium dengan kegiatan CBMS CB (Case Case Base Measles Surveilans) Surveilans). Pada tahun 2013 telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Dari total 42 sampel serum Campak yang dikirim ke BLK Yogyakarta , semuanya negative campak. Cakupan Imunisasi asi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan / efektivitas program. Tahun 2013 cakupan imunisasi campak naik 7,7 % jika dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat semakin tinggi dalam hal melaksankan Imunisasi Imunis untuk bayinya.
Gambar 3.35 Grafik Cakupan Campak
130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 CAKUPAN
95
GRAFIK CAKUPAN CAMPAK
2009
2010
2011
2012
2013
91.6
107.6
104
114.2
121.9
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
d. Polio Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2007 sampai tahun 201 2013 selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah berjalan cukup up baik .Kasus AFP di tahun 2013 201 sebanyak 8 kasus.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
46 Gambar 3.36 Grafik Kasus AFP Di Kota Semarang th 2007 - 2013 KASUS AFP DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007- 2013
16 14 12 Jumlah
10 8 6 4 2 0 AFP
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
11
14
9
12
13
8
8
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2013 berada di wilayah kerja Puskesmas Rowosari, Manyaran, Krobokan, dan Karanganyar. Gambar 3.37 Peta Kasus AFP Tahun 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
47 Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2013 201 sebanyak 8 kasus, yang terdiri dari laki-laki laki sebanyak 4 orang (50 %) dan perempuan 4 orang ((50 %).Hal ini tidak berbeda jikaa dibandingkan dengan tahun 2012 201 dimana laki-laki laki lebih banyak daripada perempuan. Dan yang terbanyak pada golongan umur 1-5 1 5 tahun sebanyak 4 orang (50 %).
5. Penyakit enyakit Bersumber Binatang a. Malaria Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat masyarakat di kota Semarang, angka kesakitan malaria di Semarang dalam kurun wakt waktu u tiga tahun terakhir (2010-2013)) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan penanganan yang memadai. Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2010 – 2013 relatif cenderung naik, tahun 2010 sebanyak 7 kasus, tahun 2011 sebanyak 14 kasus, kasus tahun 2011 sebanyak 20 kasus sedangkan pada tahun 2013 201 sebanyak 17 kasus, dan jika tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 terdapat penurunan sebesar 15% %, dengan kesembuhan 100%. Gambar 3.38 Grafik Kasus Malaria Kota Semarang
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
48 Penemuan penderita Malaria diwilayah kecamatan kota Semarang menggunakan indicator Annual Paracite IIncidence ncidence (API) atau angka parasite Malaria per 1.000 penduduk. pada tahun 2013 API kota Semarang sebesar 0,0091 atau turun 0,0019 bila dibandingkan dengan API tahun 2012 bagaimana dapat dilihat pada grafik berikut Gambar 3.39 Grafik Annual Paracite Inciden Incidence ce (API) Kota Semarang
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Selama empat tahun terakhir (2010-2013) (2010 ) kasus malaria kota Semarang sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tinggal/bekerja tinggal/bekerja di daerah endemis malaria (Kalimantan, Flores, Papua Papua, Sumbawa dan Kep. Riau). Gambar 3.40 Grafik Kasus & Kematian Malaria Kota Semarang
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
49 Dari grafik diatas kasus asus Malaria meninggal empat tahun terakhir (20 (2010-2013) sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan tahun 2012 tidak ada kasus meninggal serta tahun 2013 tidak ada kasus meninggal. Sedangkan rata-rata rata kasus Malaria selama tahun 2010-2013 2010 2013 sebanyak 15 kasus pertahun. Jumlah umlah API menurut wilayah kecamatan dikota Semarang tahun 2013, tertinggi adalah kecamatan Tembalang yaitu sebesar 0,003 dan semua kelurahan di Kota Semarang 100% API ≤ 1 sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini: Gambar 3.41 Peta API Kota Semarang tahun 2013
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Dari 17 kasus Malaria import kota Semarang tahun 2013 menurut jenis plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah yaitu falsifarum 8 (47.05%) vivaks 6 (35,3%) mixed (11,7%) lainnya 1 (5,88%).
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
50 b. Demam Berdarah Tahun 2013 jumlah kasus DBD sejumlah 2.364 kasus atau naik 89,11% dari 1.250 kasus pada Tahun 2012. Jumlah Kematian pada Tahun 2013 27 kasus atau naik 22,73% dari Tahun 2012 yang berjumlah 22 kasus, tetapi CFR turun dari 1,80 % pada Tahun 2012 turun menjadi 1,14 pada Tahun 2013 karena jumlah penderita pada Tahun 2013 meningkat. Gambar 3.42 Grafik Perkembangan IR-CFR DBD Th 1994 - 2013 PERKEMBANGAN IR-CFR DBD 1994 - 2013 6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1994.
1995.
1996.
1997.
1998.
1999.
2000.
2001.
2002.
2003.
2004.
2005.
2006.
2007.
2008.
2009.
2010.
2011.
2012.
Penderita
1278
2015
2369
964
2294
1400
1428
986
607
1128
1621
2297
1845
2924
5,249
3883
5,556
1,303
1,250
2,364
IR
107.5
165.7
190.8
76.4
180.0
74.0
110.0
74.7
45.0
81.8
116.0
164.5
126.3
196.4
361
262.1
368.7
73.87
70.9
134.09
Kematian CFR %
2013.
3
31
21
2
12
3
8
10
3
10
7
38
42
32
18
42
47
10.0
22
27
0.23
1.54
0.89
0.21
0.52
0.21
0.56
1.01
0.49
0.89
0.43
1.65
2.28
1.09
0.30
1.08
0.85
0.77
1.80
1.14
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Pola perhitungan Dinas Kesehatan Kota Semarang menggunakan data jumlah penduduk riil. Yang dimaksud penduduk riil adalah orang yang tinggal di Kota Semarang dengan tidak memperhatikan apakah dia beridentitas Kota Semarang maupun tidak. Termasuk anak kost, kontrak atau orang yang tinggal di Kota Semarang dalam waktu yang cukup lama. Incidence Rate (IR) DBD Kota Semarang dari Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2013 selalu jauh lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan IR DBD Nasional. Tahun 2013 IR DBD Kota Semarang dua kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
51 Namun demikian Incidence Rate DBD Kota Semarang menduduki peringkat Ketiga IR DBD Jawa Tengah setelah Kabupaten Jepara dan Kota Magelang.
Gambar 3.43 IR & CFR DBD Kota Semarang IR DAN CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN INDONESIA
400 350 300 250 200 150 100 50 0
TH. 2006
TH. 2007
TH. 2008
TH. 2009
TH. 2010
TH. 2011
TH. 2012
TH. 2013
KOTA SEMARANG 129.4
197.7
361
262.1
368.7
73.87
70.9
134.09
19.29
45.52
JAWA TENGAH
33.7
62
61
61.4
61.4
13.7
INDONESIA
52.5
71.7
59
55
55
25.7
Rangking IR DBD Kota Semarang di Jawa Tengah tahun 2009 - 2013 tahun 2009 2010 2011 2012 2013
rangking DBD 1 1 1 2 3
Jumlah Penderita DBD Laki-laki Tahun 2013 adalah 1.167 kasus atau 49,37%, sisanya atau 1.197 (50,63%) adalah Perempuan. Proporsi menurut jenis kelamin pada penderita DBD tidak terlalu signifikan.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
52 Gambar 3.44 Grafik Penderita P DBD Menurut Jenis Kelamin PENDERITA DBD KOTA SEMARANG TAHUN 2013 MENURUT JENIS KELAMIN P 1,167 49.37%
L 1,197 50.63%
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 5–9 tahun yaitu sebanyak 686 kasus atau 29% 2 % dan terendah pada golongan umur > 60 th, sebanyak 7 kasus atau 0,3 0,3%. Jika dilihat ihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan usia balita dan usia sekolah paling dominan.
Gambar 3.45 Grafik Penderita DBD Menurut Kelompok Umur
GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL. UMUR KASUS DBD TH. 2013 35-39 th 61 3% 30-34 34 th 78 25-29 th 3% 75 3%
50-54 th 24 40-44 th 1% 58 2% 45-49 th 26 1%
> 60 th 55-59th 7 0% 43 2%
< 1 TH 108 5%
1 - 4th 384 16%
20-24 th 136 6%
15-19 th 209 9%
10-14th 475 20%
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
5-9 th 686 29%
53 Gambar 3.46 Grafik Bulanan Penderita DBD 600.0
GRAFIK BULANAN DBD TAHUN 2013 500.0
400.0
300.0
200.0
100.0
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGUST
SEPT
OKT
NOP
DES
P 2013
488
380
261
269
203
131
190
106
63
81
82
110
M 2013
2
4
3
4
2
3
4
2
-
-
2
1
P 2012
85
128
113
155
137
136
109
51
64
58
88
126
M 2012
0
3
3
6
2
0
1
2
1
0
1
3
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Dari grafik di atas terlihat bahwa Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2013 sebanyak 1.364 kasus. Jumlah tersebut naik 89,11% dari Tahun 2012. Dari grafik di atas terlihat bahwa hamper seluruh kasus DBD bulanan di atas jumlah kasus DBD Tahun 2012, hanya bulan Juni, September, Nopember dan Desember jumlah kasus DBD Tahun 2013 yang dibawah jumlah Tahun 2012, selebihnya jauh lebih tinggi kasus DBD bulanan Tahun 2013. Kejadian kasus DBD tertinggi Tahun 2013 terjadi di Bulan Januari dengan 488 kasus dan kasus terendah terjadi Bulan September 2013. Jumlah kematian per bulan tertinggi pada Tahun 2013 yaitu 4 orang terjadi di Bulan Februari, April, dan Juli. Sementara Bulan September dan Oktober tidak terjadi kasus Kematian DBD. Sedangkan berdasarkan tempat kejadian, Incidence Rate DBD Kecamatan Tembalang dengan 218,20 per 100.000 penduduk kembali menduduki peringkat IR DBD Kecamatan Tertinggi Kota Semarang setelah pada Tahun 2012 berada di peringkat ketiga. Pada urutan kedua Kecamatan Ngaliyan dengan IR
217 dan
Kecamatan Genuk diurutan ketiga dengan IR DBD 195,52. Kecamatan Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
54 Utara dengan IR 72,91 menjadi Kecamatan dengan IR DBD terendah untuk kedua kalinya secara beruntun pada Tahun 2012 dan 2013. Gambar 3.47 Peta Capaian IR DBD Th 2013
Tahun 2012 hanya 5 kelurahan atau 2,8 % dari kelurahan di Kota yang tidak ada kejadian DBD. Kelurahan tersebut adalah Pesantren, Polaman, Jatirejo dan Karangmalang di Kecamatan Mijen dan Kelurahan Kalisegoro di Kecmaan Gunungpati. Lebih jelas dapat dilihat pada peta di bawah ini. Gambar 3.48 Peta Capaian IR DBD Th 2013
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
55 Angka Kematian Gambar 3.49 Grafik Kematian Akibat DBD Menurut Kelompok Umur
10-14th 4 15%
15--19 th 1 4%
25-29 th 1 4%
5-9 th 9 33%
< 1 TH 2 7%
1 - 4th 10 37%
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Kematian akibat penyakit DBD Kota Semarang berdasarkan berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 1 s.d. 4 tahun dengan 10 Kematian atau 37%. Jumlah kematian terendah pada kelompok umur 15 15–19 tahun dan 25–29 29 tahun masing masing 1 kasus atau 4%. Kelompok usia anak sekolah masih merupakan kelompok usia dominan inan dalam hal kematian DBD Kelurahan DBD pada Tahun 2013, Sebanyak 153 kelurahan atau 76,3% dari 177 kelurahan di Kota Semarang pernah mengalami KLB. Jumlah kejadian KLB DBD Kelurahan 477 kejadian. Jumlah kejadian KLB terbanyak ada di Bulan Januari dengan 124 Kejadian dan terendah ada di bulan Agustus dengan 13 Kejadian.
c. Chikungunya Gambar 3.50 Grafik Kasus Chikungunya Kota Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
56 Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Incidence Rate (IR) kasus Chikungunya di Kota Semarang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 cenderung mengalami penurunan walaupun pada tahun 2013 mengalami kenaikan. Rata–rata IR kasus Chikungunya dalam 5 tahun terakhir (tahun 2009–2013) adalah 8,6 per 100.000 penduduk. Kasus tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan IR 22,9 per 100.000 penduduk (345 kasus). Sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan IR yang cukup sigifikan dari tahun 2012 yaitu sebesar 90,3% dengan IR 6,7 per 100.000 penduduk (119 kasus). Dari tahun 2011–2013, kasus Chikungunya lebih banyak menyerang perempuan, hal ini kemungkinan disebabkan karena perempuan lebih banyak tinggal di rumah dibandingkan dengan laki-laki. Disamping itu kasus ini banyak menyerang golongan usia produktif, yaitu usia 16 – 55 tahun.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
57
Distribusi kasus Chikungunya pada tahun 2013 terjadi di 7 kecamatan. IR tertinggi terjadi di Kecamatan Gunungpati (IR = 38,85 per 100.000 penduduk) dan yang terendah di Kecamatan Banyumanik (IR = 1,24 per 100.000 penduduk).
Gambar 3.51 Peta Kasus Chikungunya Kota Semarang Th 2013
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
kasus Chikungunya ditemukan di kecamatan yang letaknya saling berdekatan. Hanya terdapat 2 kecamatan yang IR Chikungunya di bawah rata–rata IR Kota Semarang 5 tahun terakhir yaitu Kecamatan Pedurungan dan Banyumanik.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
58 Sedangkan 5 kecamatan lainnya memiliki IR Chikungunya di atass rata–rata rata rata IR Kota Semarang.
Penanganan Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus Chikungunya. Pada tahun 2013, dari 119 kasus Chikungunya yang ditemukan, semuanya telah elah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (100%). Selama tahun 2013 telah dilakukan Fogging Focus di 1 wilayah Puskesmas, yaitu Puskesmas Rowosari yaitu di Kel Kelurahan Rowosari dimana kejadian di Puskesmas tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya. Chiku
d. Rabies Dalam periode tahun 2009-2013 angka Gigitan Hewan Penular Rabies ((GHPR) Kota ota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus, tahun 2010 sebanyak 19 kasu kasus, tahun 2011 sebanyak 38 kasus, tahun 2012 sebanyak 36 kasus dan tahun 2013 sebanyak 44 kasus kasus. Jika ika dibandingkan GHPR tahun 201 2013 dan tahun 2012 terdapat peningkatan kasus sebanyak 8 (18.2%) %) sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Gambar 3.52. Grafik GHPR Kota Semarang Th 2010 - 2013
Sumber: Seksi eksi P2B2 Bidang P2P Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
59 Kasus GHPR Kota Semarang tahun 2013 201 menurut jenis kelamin sebagaimana pada grafik dibawah, laki-laki laki sebanyak 2 24 (54,5%), %), sedang perempuan sebanyak 20 (45,5%). %). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 201 2013 menurut golongan umur, tertinggi kasus berumur 16-34 34 tahun sebanyak 114 kasus (32%), %), sedang terendah kasus GHPR G berumur 0-5 tahun sebanyak 4 kasus (9 9%). Gambar 3.53. Grafik GHPR Menurut Jenis Kelamin & Kelompok umur
GPHR menurut Jenis Kelamin
GPHR menurutt Kelompok Umur
Kasus GHPR Kota Semarang perkecamatan tahun 2013 berasal dari 12 Kecamatan, tertinggi kasus adalah kecamatan Banyumanik, Semarang Selatan dan Kecamatan Gajahmungkur masing masing-masing masing sebanyak 6 kasus, sedangkan terendah yaitu kecamatan Gunungpati ti dan Genuk masing masing-masing 1 kasus. Menurut pemetaan distribusi kasus GHPR di Kota Semarang tahun 2012 dan 2013
terdapat
pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah tersebut merupakan tempat hunian padat dan banyak yang memelihara memelihara hewan penular rabies (Anjing, kera dan kucing). Gambar 3.54. Peta Kejadian GHPR Kota Semarang N
Peta GHPR tahun 2012 2 W
E S
Mangunharjo Karanganyar
Tanjungmas Kemijen
Randugarut Tambakharjo Tugurejo Tawangmas Jerakah Krobokan Wonosari
Trimulyo Genuksari Kudu
Muktiharrjo Kidul
Tlogos sari Kulon Tambak Aji Bongsari Gondoriyo Tlogomulyo Purwoyoso Tegalsari Podorejo Kaliicari Candi Wates Ngaliyan Kalipancur Tandan ng Sukorejo Pesantren Jangli Wonoplumbon 3 Sadeng ndangmulyo Ngesrep Sen Sekaran Kandri Wonolopo Bulus san Patemon Mijen M Meteseh Ngijo Jatisari Cepoko Kramas s Rowosari Tambangan Plalangan Jabungan n Cangkiran Gunungpati Pudak Payung Bubakan Keterangan Sumurrejo
Tdk ada kasus Ada Kasus
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
60 Dari total kasus GHPR Kota Semarang tahun 2013, GPHR digigit oleh anjing, sbanyak 39 kasus (88,6%), kasus GHPR oleh kucing sebanyak 3 kasus (6,8%), dan 2 kasus (4,5%) GPHR diakibatkan gigitan kera.
e. Leptospirosis Kasus Leptospirosis di Kota Semarang pada Tahun 2013 sebanyak 71 kasus, mengalami penurunan sebesar 12,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang jumlah kasusnya sebanyak 81 kasus. Sedangkan untuk angka kematian masih sama seperti tahun lalu yaitu sebesar 17 %. Gambar 3.55 Grafik Kasus Leptopsirosis Kota Semarang Th 2007 - 2013 GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2013 250 200 150 100 50 0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
P
8
178
235
71
70
81
71
M
1
8
9
6
25
14
12
CFR
13
4
5
8
36
17
17
Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Kasus leptospirosis di kota Semarang menyebar di 23 Puskesmas dari 37 Puskesmas yang ada (62,1 %). Berdasarkan IR atau angka kesakitan Leptospirosis tahun 2013, ada 19 Puskesmas dengan IR 0,1-10 /100.000 penduduk yaitu Puskesmas Gayamsari, Genuk, Halmahera, Gunungpati, Kedungmundu, Lebdosari, Mijen , Miroto, Ngemplak Simongan, Ngaliyan, Pandanaran, Pegandan, Rowosari, Sekaran, Bulu Lor, Lamper Tengah, Ngesrep, Togosari Kulon, dan Tlogosari Wetan, sedangkan 4 Puskesmas dengan IR > 10/100.000 pendududk, yaitu Puskesmas Bangetayu, Candilama, Karang Ayu dan Banfarharjo. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
61 Gambar 3.56 Peta IR Leptopsirosis Kota Semarang Th 2013
GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS KOTA SEMARANG BERDASARKAN GOL.UMUR TAHUN 2013 11-20 0-10 7 1 10% 1%
> 50 29 41%
31%
21-30 15 21%
69% 41-50 6 9%
31-40 13 18%
Kasus leptospirosis berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2013 lebih banyak laki-laki yaitu sebanyak 49 kasus (69 %) dibandingkan perempuan 22 kasus (31 %). Pada tahun 2013 kasus tertinggi pada kelompok umur > 50 th, yaitu sebanyak 29 kasus (41 %), sedangkan terendah pada kelompok umur 0 - 10 tahun yaitu sebanyak 1 kasus (1 %). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit Leptospirosis dapat menyerang segala umur bahkan balita, seperti terlihat pada grafik di atas.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
62 f. Flu Burung Tahun 2013 di Kota Semarang tidak ditemukan adanya konfirm ko firm flu burung burung, tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang yang dicurigaii suspek flu burung 1 orang. Suspec flu burung di Kota Semarang selama sel tahun 2011-201 2013 terjadi penurunan, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek dan tahun 2013 tidak ditemukan suspek flu burung,, seperti tampak pada grafik berikut: Gambar 3.57 Grafik Kasus Flu Burung Kota Semarang
Suspek flu burung tahun 2011-2013 2011 2013 sebanyak 2 suspek, sedangkan distribusi suspek tahun 2011 berasal dari kecamatan Genuk 1 suspek, tahun 2012 kecamatan Semarang Tengah 1 suspek, sedangkan tahun 2013 201 tidak ada suspek. Gambar 3.58 Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011 2011-2012 Tahun 2011 Tahun 2012 N W
E S
Pindrikan Kidul
ke eterangan.shp tdk ada suspek ada suspek
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
63 6. Penyakit Tidak Menular Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang dikenal sebagai transisi epidemiologi. epidemiologi Penyakit tidak menular yang utama adalah penyakit jantung termasuk kardiovaskul kardiovaskuler, paru-paru paru terutama yang kronis, stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat, pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun 2010 sebesar 907 kasus, Tahun 2011 sebesar 1 1.077 kasus, tahun 2012 sebesar 2.084 kasus,, dan tahun 2013 meningkat menjadi 2.725 kasus. kasus Gambar 3.59 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Angin IMA Deko Hipert Hipert stroke a m ensi ensi hem pekto kordis ess lain ris 2009 5630 2033 6315 99738 13799 2767
Stroke non hem
DM TGT INS
DM NON INS
8235 13632 40295
2010 3672
1847
4349 89412 18427 2026
2011 6736
2130
9944 10697 21617 2507 12183 14326 45551
2012 2577
1182
1347 34202 2973
987
3092
976
2013 2275
1161
1130 33440 1455
828
2864
1095 13112
7116
9504 37759
14648
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2009 S/D 2013 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Ca hati
Ca bronk
Ca PPOM Asma servic
237
Ca mam mae 3249
2009
299
2010
222
2011
3505
4903
17271
9423
Psikos Osteo is porosi s 21476
268
2349
2782
2846
14568
8753
24388
332
451
4946
5155
4249
17670
8785
39935
2012
292
186
998
482
1342
5674
3659
1023
1559
2013
270
152
832
529
820
5040
2440
1449
182
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
KLL
64 Selama tahun 2009 – 2013 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di atas. Pola beraturan eraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun tersebut terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus
Gambar 3.60 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
Sumber: Seksi PP Bidang dang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
65 Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi pada penderita golongan umur 45 – 64 tahun, hal ini dimungkinkan karena pada umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh pola hidup sehat. Sedangkan dangkan untuk usia muda ( < 5 tahun ) lebih didominasi oleh penyakit pernapasan seperti Asma bronkial dan PPOM. PPOM Kasus usia muda dengan penyakit jantung dan pembuluh darah (Hipertensi, Stroke, Angina, ngina, Dekompensasio Cordis, Diabetes Mellitus) ellitus) kemungkinan disebabkan disebabkan karena kasus bawaan lahir atau diturunkan oleh orang tuanya. Gambar 3.61 Grafik Distribusi Kematian PTM Kota Semarang GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008-2013 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 2008
1 20
2 74
3 72
4 48
5 14
6 197
7 160
8 18
9 67
2009
12
77
33
111
15
183
163
26
56
2010
28
80
32
53
13
199
147
60
25
2011
28
80
32
140
15
199
162
53
37
2012
54
193
128
275
162
298
234
106
180
2013
82
203
193
445
132
336
457
188
237
GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008-2013 120 100 80 60 40 20 0 2008
1 18
2 16
3 61
4 36
5 29
6 11
7 88
8 1
2009
26
20
60
38
36
38
97
2
2010
19
28
41
50
36
15
78
3
2011
18
48
58
48
46
27
86
0
2012
31
32
94
72
66
38
52
12
57
2013
32
43
105
78
81
28
79
1
5
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
9
66 Berdasar grafik kematian tahun 2013, urutan kematian karena penyakit tidak menular ar adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus
( 258 ),
kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta psikosis ( 1 ). Gambar 3.61 Grafik CFR Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
Berdasarkan an grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan paru.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
67
SITUASI UPAYA KESEHATAN KOTA SEMARANG
BAB IV
Secara umum upaya kesehatan terdiri dari atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat adiktfi dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir, pada tahun 2013. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan KIA a. Pelayanan Kesehatan Antenatal Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
68 standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi, pemberian imunisasi TT dan konsultasi. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 27.910 (97,2%) meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 adalah 27.889 bumil (94,4%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan ANC oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari rentang antara yang terendah adalah Puskesmas Ngemplak S (77,1%) dan yang tertinggi adalah Puskesmas Sekaran (177,4%), data selengkapnya di tabel 28.
b.
Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Pertolongan Persalinan Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Ibu Maternal, salah
satunya melalui persalinan yang sehat dan aman, yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan) maupun dengan dukun terlatih yang didampingi oleh tenaga kesehatan. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 26.949 (98,3%) dari 27.406 ibu bersalin. Hal ini berarti meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 sejumlah 26.618 (98,2%) dari 27.108 total persalinan. Pencapaian ini didukung dengan tersedianya Bidan di seluruh Puskesmas dengan perbandingan Puskesmas dan Bidan yaitu 1 : 4. Disamping itu jumlah Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Kota Semarang yang telah mencukupi.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
69 c.
Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan di tahun
2013 adalah 22.829 (83,3%) dari 27.406 ibu nifas, mengalami peningkatan daripada tahun 2012 yaitu 21.398 orang atau 78,9% dari total ibu nifas yang berjumlah 27.108 orang.
d.
Pelayanan Komplikasi Maternal Yang dimaksud dengan risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil
yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas, interval dan tinggi badan. Prosentase sasaran ibu hamil risiko tinggi adalah 20% dari
ibu hamil yang ada di masyarakat.
Pada
tahun 2013
jumlah
Kebidanan/komplikasi yang ditangani sebesar 2.497 kasus atau 100% dari total 2.497 komplikasi kebidanan. Adapun jumlah ibu hamil adalah 28.712 orang.
e.
Pelayanan Neonatal Komplikasi Pada tahun 2013 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.980 kasus
atau 74,8 % dari total perkiraan 3.982 neonatal risti, meningkat dari tahun 2012 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.785 (67,5%) dari total perkiraan 4.128 neonatal komplikasi.
f.
Kunjungan Neonatal Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2013
adalah 26.285 atau (99%) dari 26.547 bayi lahir hidup, mengalami kenaikan jika dibanding tahun 2011 sebesar 27.035 (98,5%). Sedangkang KN3 tahun 2012 adalah 24.884 (93,7%) sedikit mengalami penurunan jika dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 25.533 (93%) dan tahun 2011 sebanyak 23.317 anak (90,2%). Kondisi ini harus terus digalakkan dalam upaya untuk selalu meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak (neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
70 yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas serta sistem pencatatan dan pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel lampiran 37.
g.
Pelayanan Kesehatan Bayi Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (0 – 11 bulan) yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 25.767 atau 97,1 % dari 26.547 bayi yang ada. Hal ini menunjukkan sedikit penurunan jika dibanding dengan tahun 2012 adalah 25.680 atau 99,3% dari 25.852 bayi yang ada.
h.
Pelayanan Kesehatan Balita Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah adalah
anak umur 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan DDTK anak balita dan prasekolah
meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak
menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosialisasi dan kemandirian), penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan prasekolah, pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu. Hasil pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun 2013 adalah 69.869 atau (66,9 %). Sedangkan hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 86.515 (79,7%) bayi ditimbang dari 108.570 total balita yang ada. Adapun jumlah balita yang ditimbang bulan ini dikurangi dengan balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak datang pada bulan sebelumnya (D’) adalah 77.496. Dari angka tersebut sebanyak 69.080 (79,8%) balita dengan BB naik.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
71 Sedangkan yang mengalami BGM adalah 1.502 (1,7%). Data secara terperinci dapat dilihat pada tabel 43 dan 44.
i.
Pelayanan Kesehatan pada siswa SD Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puske puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.964 murid SD atau 97,3 % dari 26.693 murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 sudah optimal.
2. Pelayanan Keluarga Berencana erencana (KB) Sebagai upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran atau pembatasan kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB). a.
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Pada tahun 2013,, jumlah jumlah PUS yang berhasil didata oleh Puskesmas sebanyak
163.862,, angka ini mengalami peningkatan jika jika dibandingkan dengan tahun 201 2012, yaitu sebanyak 259.120.. Yang menjadi peserta KB baru sebanyak 35.125 orang (13,3%) %) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina ssebesar 201.732 orang (76,5%). b.
Peserta KB Baru Dari 35.125 peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan
adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Grafik Penggunaan Kontrasepsi Th 2013
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
72 c. Peserta KB Aktif Hasil pembinaan peserta KB A Aktif selama tahun 2012 sebesar 201.732 dengan mix kontrasepsi sebagai berikut : Gambar 4.2 4 Grafik Penggunaan Kontrasepsi Th 2013
Dari data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2013, 201 , pemakaian kontrasepsi suntik merupakan yang tertinggi karena si sifatnya fatnya yang praktis dan juga cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data tahun 2012,, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas, sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu kondom dan MOP. OP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai upaya pengaturan kelahiran.
3. Pelayanan Imunisasi Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta an anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit penyakit penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak 80%.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
73 Dengan sasaran bayi sejumlah 26.100 anak, ccakupan bayii yang diimunisasi DPT3 + HB3 pada tahun 2013 sebesar 30.077 (115,2%) sedikit berkurang jika dibanding tahun 2012 yang sebesar 29.663 (211,8%), (211,8%) Cakupan imunisasi campak sebesar 30.402 (116,5%) sedikit menurun dari tahun 2012 yaitu 29.473 (210,5%). Adapun D DO Ratee yang didapat selama tahun 201 2013 adalah -0,2 dari batasan -55 > 0 > 5, hal ini berarti masih baik. Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada. Program imunisasi dapat apat berjalan secara efektif dan memberikan dampak penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan co cool chain. Strategi operasional pencapaian cakupa cakupan n tinggi dan merata dapat dilihat dari pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 201 2013 jumlah desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan Campak 80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelurahan kelurahan yang ada, jumlah ini sama dari Tahun 2012 dan tahun 2011 201 yaitu 177 kelurahan (100%). Hasil imunisasi TT 1 ibu hamil pada tahun 2013 201 sebesar 16.015 (55,8 %) dengan target 85 %, TT 2 sebesar 13.244 (46,1 %),, TT3 sebesar 4.083 (14,2%), TT4 sebesar 1.387 7 (4,8%) dan TT5 sebesar 1.387 (4,8%) Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008 sudah mencapai target minimal yaitu 95%. Dibandingkan dengan tahun 201 2012, cakupan imunisasi kontak lengkap tahun 201 2013 meningkat. Gambar 4.3 Grafik Pencapaian Hasil Imunisasi Th 2013 GRAFIK PENCAPAIAN HASIL IMUNIUSASI 140 120 100 80 60 40 20 0
95
BCG
DPT-HB 1
DPT-HB 3
POLIO 1
POLIO 4
CAMPAK
2012
118.4
113.9
114.9
118.9
115.8
114.2
2013
117.5
119.8
121.3
120
120
121.9
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
74 Gambar 4.4 Peta Cakupan imunisasi Th 2013 PETA DPT-HB 3 TH 2013 PETA CAKUPAN BCG TH 2013
N
N Genuk Bandarharjo Bulu Lor Karangdoro Krobokan Karanganyar Bugangan Lebdosari Poncol Gayamsari Bangetayu Karangayu Miroto Tambakaji Halmahera Tlogosari Kulon Pandanaran Ngemplak Simg Manyaran Ngaliyan Lamper Tengah Purwoyoso Tlogosari Wetan PegandanKagok Candi Lama
Mangkang
Mangkang
Genuk
Bandarharjo Karangdoro
Bulu Lor Krobokan
Karanganyar
Lebdosari Tambakaji
Ngaliyan
Bugangan
Poncol
Gayamsari
Bangetayu
Karangayu Miroto Halmahera Tlogosari Kulon Pandanaran Ngemplak Simg Manyaran Lamper Tengah Purwoyoso Tlogosari Wetan Pegandan Kagok Candi Lama
Kedungmundu
Kedungmundu
Ngesrep
Ngesrep
Sekaran Mijen Gunung Pati
Sekaran Mijen
Rowosari
Srondol
Gunung Pati
Rowosari
Srondol Padangsari
Padangsari Karangmalang
Karangmalang
Sum2.shp 0 - 89 90 - 94 95 - 150
Pudak Payung
PETA CAKUPAN CAMPAK TH 2013
Pudak Payung
Sum2.shp 0 - 89 90 - 94 95 - 150
PETA CAKUPAN POLIO 4 TH 2013 N N
Mangkang
Bandarharjo Karangdoro
Bulu Lor Krobokan
Karanganyar
Mangkang
Genuk
Lebdosari
Tambakaji
Ngaliyan
Genuk Bandarharjo Bulu Lor Karangdoro Krobokan Bugangan Lebdosari Poncol Gayamsari Bangetayu Karangayu Miroto Halmahera Pandanaran Tlogosari Kulon Ngemplak Simg Manyaran Lamper T engah Purwoyoso Tlogosari W etan PegandanKagok Candi Lama
Karanganyar
Bugangan
Poncol Bangetayu Gayamsari Karangayu Miroto Halmahera Tlogosari Kulon Pandanaran Ngemplak Simg Manyaran Lamper Tengah Purwoyoso Tlogosari Wetan Pegandan Kagok
Tambakaji Ngaliyan
Candi Lama Kedungmundu
Kedungmundu
Ngesrep
Ngesrep
Sekaran Mijen
Sekaran Rowosari
Srondol Gunung Pati
Karangmalang
Mijen Gunung Pati
Padangsari
Pudak Payung
Sum2.shp 0 - 89 90 - 94 95 - 150
Srondol
Rowosari
Padangsari Karangmalang Pudak Payung
Sum2.shp 0 - 89 90 - 94 95 - 150
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 1.
Kunjungan Pelayanan Kesehatan Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh
dari data kunjungan di sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit) baik kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2013 total kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap di saryankes mencapai 5.258.010 kunjungan. Untuk kunjungan rawat jalan sendiri mencapai 4.851.060, mengalami peningkatan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
75 jika dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 2.845.274 kunjungan, tahun 2011 yaitu 1.398.308 kunjungan dan 2010 yaitu sebesar 1.439.924. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2013 sebesar 406.950 kunjungan. Namun demikian kunjungan pasien di pelayanan kesehatan ini belum bisa menunjukkan kunjungan khusus warga Kota Semarang karena berbagai macam faktor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran tabel 58.
2.
Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dilihat dari angka BOR,
LOS, TOI, GDR, dan NDR.
Adapun data pemanfaatan Rumah Sakit di Kota
Semarang dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja sebagai berikut: a. Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah Sakit adalah antara 70% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR ) adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan prosentase BOR yang digunakan oleh penderita Rawat Inap di Rumah Sakit se- Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 70,7 %, sedangkan tahun 2012 mencapai 73,7 %, dan tahun 2011 sebesar 62,6%. Adapun jumlah tempat tidur yang tersedia di tahun 2013 sebanyak sebesar sebanyak 3.869 buah. Capaian angka ini belum dapat mencapai standar yang ideal untuk Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur pada Rumah Sakit di Kota Semarang belum dimanfaatkan secara optimal dan ada Rumah Sakit yang belum bisa mengirimkan datanya sampai dengan tanggal yang telah ditentukan.
b. Length Of Stay ( LOS) adalah rata-rata dalam 1 (satu) tempat tidur dihuni oleh 1 (satu) penderita rawat inap yang dihitung dalam hari dengan standar ideal antara 6 – 9 hari. Manfaat LOS adalah untuk mengukur efisiensi pelayanan Rumah Sakit, dan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan pencapaian LOS RS tahun 2013 adalah 6,3 hari, mengalami kenaikan dari pada tahun 2012 yang sebesar 5,6 hari, dan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
76 tahun 2011 adalah 4,8 hari. Cakupan pencapaian tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan tempat tidur di RS di Kota Semarang sudah memenuhi standar ideal. c.
Turn of Interval (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati
dengan standar ideal antara 1 – 3 hari. TOI untuk Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 2,6 hari, untuk tahun 2012 sebesar 2,0 hari, dan tahun 2011 sebesar 2,9 hari. Angka ini dapat diartikan bahwa pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit sudah optimal.
d.
Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate) untuk mengetahui mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa untuk menilai mutu pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam rendah. Berdasarkan data yang dilaporkan GDR Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 4,1 % mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebesar 3,5 % dan tahun 2011 sebesar 3,07 %.
e.
Neath Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu
pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah Sakit, berarti bahwa mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik. NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar. Pencapaian NDR di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 3,3 % sedikit mengalami peningkatan jika dibanding dengan tahun 2012 sebesar 2,1 % dan tahun 2011 yang sebesar 1,66 %. Namun demikian secara keseluruhan pelayanan rumah sakit di Kota Semarang masih tergolong baik.
3.
Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di sarana
pelayanan kesehatan pada tahun 2013 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap sejumlah 6.511 kasus, pencabutan gigi tetap 8.401 kasus, dengan rasio untuk Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
77 tumpatan/pencabutan dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,8 sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 0,7. Berdasarkan data yang ada, upaya pelayanan UKGS di sekolah dasar, telah dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi terhadap 16.447 siswa (45,9%), dari total 35.866 anak SD/MI. Dari jumlah tersebut terdapat 3.813 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 2.344 siswa (61,5%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi massal, diperoleh hasil sejumlah 207 SD/MI (79%) telah melakukan kegiatan tersebut dari total 262 SD/MI yang dilaporkan. Namun demikian sudah 100 % SD/MI mendapat pelayanan kesehatan gigi. Berdasarkan data yang ada kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum terlaksana
dengan
baik
sehingga
sering
terjadi
keterlambatan
dalam
pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif, peningkatan
kemampuan
tenaga
kesehatan
serta
peningkatan
kualitas
pencatatan dan pelaporan yang ada.
C. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) merupakan upaya pemeliharaan kesehatan secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya dimana pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya yang bertujuan tidak hanya
sekedar menyembuhkan penyakit tetapi juga dituntut aktif untuk
berusaha meningkatkan derajad kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh sakit. Program Jamkesmas diselenggarakan untuk memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong peningkatan pelayanan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
78 kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya, dan terseleng terselenggaranya pengelolaan keuangan negara egara yang transparan dan akuntabel. Program Jamkesmas dikembangkan dengan memberikan Jaminan Persalinan bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki Jaminan Persalinan). Jaminan Persalinan yang memberikan pelayanan kkepada epada seluruh ibu hamil yang melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta. Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 201 2013 (kuota) yang ditanggung pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat adalah sebanyak sebanyak 270.096 jiwa turun 11,94% jika dibandingkan dengan kuota Jamkesmas tahun 2008-2012 2008 2012 sebesar 306.700 jiwa. Cakupan kunjungan Jamkesmas di pelayana pelayanan n dasar Kota Semarang tahun 201 2013 untuk rawat at jalan mengalami penurunan dibanding di 2012,, sebagaimana gra grafik berikut: Gambar 4.5 Grafik Cakupan Kunjungan Jamkesmas Kota Semarang
Pelayanan persalinan tingkat pertama pada program Jampersal meliputi Ante Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali, deteksi dini faktor risiko, komplikasi ikasi kebidanan dan bayi baru lahir, Pertolongan persalinan normal, Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED, Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
79 bayi baru lahir sesuai standar pelayanan pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali dan Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. Cakupan pelayanan Jampersal di pelayanan dasar tergambar pada grafik dibawah ini. Gambar 4.6 .6 Grafik Cakupan Kunjungan Jampersal Kota Semarang
Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota (Jamkesmaskot) merupakan Pengembangan program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dalam upaya menuju pencapaian kepesertaan semesta (universal universal coverage) coverage) sebagaimana amanat Undang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sis Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN). Dalam
rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang sudah tercakup dalam program Jamkesmas (Nasional). Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Jawa Tengah yang telah mengembangkan mengembangkan sistem jaminan sosial bagi masyarakatnya. Sistem jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota Semarang (Jamkesmaskot). Dari total penduduk kota Semarang, dapat diketahui penduduk Kota Semarang yang telah masuk kedalam sistem Jaminan Kesehatan sebesar 1.038.027 jiwa (57%), sedangkan sisanya sekitar 786.001 jiwa (43%) belum mempunyai jaminan kesehatan. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar g dibawah ini. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
80
Gambar 4.7 Grafik Keperse Kepersertaan Jaminan Kesehatan Tahun 2013
786,001 , 43%
270.096 ; 14,8%
JAMKESMAS
178.302 ; 13,2%
JAMKESMASK OT ASKES
378,793 , 21%
175,164 , 9%
JAMSOSTEK HATIMAS SETIA ASABRI
33,131 , 2% 2,541 , 0%
Jumlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2013 (kuota) yang ditanggung pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat turun dari 306.700 jiwa menjadi 270.096, sedangkan warga miskin Kota Semarang berdasarkan hasil validasi data tahun 2011 adalah 448.398 jiwa sehingga ada 178.302 jiwa yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota dalam pelayanan kesehatan.
Gambar 4.8 Grafik rafik Tren Kunjungan Pasien, Utility dan Anggaran Jamkesmas Jamkesmaskot 60000 50000
Axis Title
40000 30000 20000 10000 0
2010
2011
2012
2013
Kunjungan
14652
18666
23700
53693
Utility
6039
7693
6523
11042
Anggaran
16520
12358
23218
29719
Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
81 Cakupan kunjungan pelayanan jamkesmaskot bagi warga miskin Kota Semarang tahun 2012 sebanyak 23.700 kunjungan, yang terdiri dari kunjungan warga miskin yang masuk data base sebanyak 15.496 kunjungan (65,38 %) dan yang menggunakan SKTM sebanyak 8.204 kunjungan (34,62 %). Kunjungan pelayanan kesehatan ini bila dibandingkan jumlah warga miskin yang memanfaatkan (utility) maka rata – rata per orang memanfaatkan 3,6 kali kunjungan per tahun.
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil (Fe) Anemia Gizi adalah rendahnya kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Untuk penanggulangan masalah ini telah dilakukan intervensi dengan distribusi tablet Fe. Cakupan pemberian tablet Fe terkait erat dengan pelayanan antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar, hal ini mungkin disebabkan karena belum optimalnya koordinasi lintas program terkait atau pencatatan dan pelaporan cakupan Fe ibu hamil belum terlaporkan dengan baik. Pada tahun 2013 cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 27.666 atau 96,36 % dari 28.712 ibu hamil yang ada, ini berarti meningkat dari tahun 2012 dimana cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 27.221 bumil atau (95,85%). Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil sudah dapat dilaksanakan sesuai target. Dari data yang ada diperoleh bahwa cakupan pemberian Fe3 kepada ibu hamil tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Halmahera sejumlah 146,04% dan terendah pada puskesmas pegandan sebesar 78,89%.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
82 2. Pemberian Kapsul Vitamin A Tujuan pemberian kapsul Vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak. Dari data yang dilaporkan oleh puskesmas diperoleh bahwa cakupan pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 13.542 bayi atau sebesar 100,9% dari 13.445 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian vitamin A yang diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) sebesar 77.819 anak atau 88,4% dari 88.028 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata cakupan pemberian vitamin A sebesar 27.420 ibu nifas (100,05%) dari 27.405 ibu nifas. Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 32.
3. Pemberian ASI Ekslusif Pemberian ASI sangat perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI Ekslusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan tingkat pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh dari hasil wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2013, pemberian ASI Ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 7.986 bayi atau 61,2% dari 13.050 bayi. Hal ini menynjukkan peningkatan dari tahun 2012, dimana pemberian ASI Ekslusif sebesar 9.547 (64,0%) dari 14.915 bayi usia 0 – 6 bulan yang ada. Jika dibandingkan dengan
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
83 cakupan Indonesia tahun 2012 sebesar 64,0% maka cakupan di tahun 2012 ini sedikit mengalami penurunan. Namun demikian terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
E. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT (USILA) Pelayanan kesehatan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di Posyandu Kelompok Usia Lanjut (Poksila). Hasil kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2013 sejumlah 39.478 (64,76%) dari 60.965 usia yang ada, atau mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebesar 32.958 (64,37%) dari 51.200 jumlah usila yang ada. Namun demikian keaktifan petugas puskesmas dalam melakukan pembinaan dan pelayanan di dalam dan luar gedung terhadap kelompok usia lanjut sangat mendukung pencapaian indikator tersebut.
F. PELAYANAN KESEHATAN PEKERJA Dari laporan Puskesmas yang terdata cakupan pelayanan kesehatan pekerja baik sektor formal maupun informal yang dilayani di Kota Semarang pada Tahun 2013 cakupan pelayanan kesehatan kerja sebesar 75.583 menurun 0,85 % dibanding tahun 2012 dengan rincian kasus penyakit umum pada pekerja sebesar 58.303 (77%), Kasus diduga PAK pada pekerja 3.890 (5%), kasus Penyakit Akibat Kerja sebesar 804
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
84 (1%), Kasus Kecelakaan kerja 400 (1 %) dan kasus lainnya sebesar 12.186 (16%). Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 4.9 Grafik Cakupan Upaya Kesehatan Kerja Kota Semarang
Sumber: Seksi Pemberdayaan emberdayaan & Pembiayaan Kesehatan
G. PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS 1. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kes kesehatan (58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).
2. Pelayanan Kesehatan Jiwa Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa. Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2013 yang diwakili dengan jumlah kunjungan ganggu gangguan jiwa menunjukkan 37.747 kunjungan pasien. Namun mun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota Semarang.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
85 H.. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus husus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator -indikator indikator seperti: akses akses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan akses terhadap sanitasi layak. 1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas a. Ketersediaan Air Bersih Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air bersih Oleh karenaa itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 201 2013 jumlah KK yang diperiksa sumber air bersihnya adalah 3 320.571 KK atau 7 77,3% dari 414.725 KK yang ada. Adapun ccakupan akupan prosentase air bersih menurut jenis sarananya adalah sebagai berikut: Gambar 4.10 Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang berasal dari Ledeng 65%, %, diikuti oleh sumur Gali 20%. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ). Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sekt sektor or swasta penyedia air bersih yang meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
86 b. Akses Air Minum Tahun 2013 jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah 406.891 KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi sebesar 392.424 KK atau 96,4 4%. Gambar 4.11 Grafik Akses Air Minum Masyarakat Kota Semarang Mata air, 1.9 Lain, 11.0 PAH, 0.1
Kemasan, 0.0
SGL, 19.0 Ledeng, 63.2
SPT, 4.9
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan 204.118 KK ((50,2%). Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 65.
2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar a. Rumah Sehat Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt berawal dari rumah yang sehat. Rumah tida tidakk hanya sebatas tempat berteduh Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
87 semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat. di Kota Semarang pada tahun 2013, 201 , jumlah rumah yang diperiksa adalah 319.615 unit atau (89,4%), dari ari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah yang sehat adalah 284.445 unit atau 89 %. Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada tahun 2013, terdapat 137.656 (39,31%) unit yang diperiksa. Dari ri hasil pemeriksaan terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil 109.007 unit atau 79,19 19% adalah bangunan bebas jentik. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 201 2012 yang tercatat 82.42% % bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat diperlukan peningkat peningkatan partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis demam berdarah.
b. Keluarga dengan Jamban Sehat Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012 dari 320.184 KK (77,2%) yang diperiksa diketahui bahwa 288.996 KK (90, (90,3%) telah memiliki jamban keluarga dan sebanyak 278.565 KK (96,4%) %) telah memenuhi syarat jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 201 2013
88 c. Pengolahan Air Limbah Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal 10 meter Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat) Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor sampai meluap) Selama tahun 2013 jumlah pengelolaan air limbah di rumah tangga yang diperiksa adalah 321.404 (77,5%) KK dan yang memiliki sarana tersebut sejumlah 289.961 KK (90,2%) sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 279.246 KK (96,3 %).
d. Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TUPM) Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang vektor penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang disediakan oleh badan – badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
89 sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Jumlah TTU dan TPM di Kota Semarang tahun
2013
sejumlah 2.654 pengelolaan makanan (TUPM) di Kota
Semarang, dari jumlah tersebut TUPM yang diperiksa sebanyak 1.964 unit, dan yang dinyatakan sehat sejumlah 1.780 unit atau 90,63%. TUPM tersebut meliputi hotel, restoran/rumah makan dan pasar. Jumlah hotel : 100 unit, jumlah diperiksa 91 unit, jumlah sehat 91 unit
-
(100%) Jumlah pasar : 59 buah, jumlah diperiksa 53 unit, jumlah sehat 40 unit
-
(75%) Jumlah restoran/rumah makan: 856 unit, jumlah diperiksa 480 unit,
-
jumlah sehat 480 unit (95,20%) Jumlah TUPM lainnya : 1.639 unit, jumlah diperiksa 1.340 unit, jumlah
-
sehat 1.192 unit (88,95%)
e. Kesehatan Lingkungan Institusi Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2013 ini selain dilakukan pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada beberapa institusi/sarana seperti: -
sarana kesehatan sejumlah 807 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 785 tempat atau 97,3 %.
-
Instalasi Pengolahan Air Minum sejumlah 255 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 194 tempat atau 76,1 %.
-
sarana pendidikan sejumlah 1.505 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 1.452 tempat atau 96,5 %.
-
sarana ibadah sejumlah 1.680 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 1.540 tempat atau 91,7 %.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
90 -
perkantoran sejumlah 430 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 324 tempat atau 75,3 %.
-
Dan sarana lain sejumlah 730 tempat, dan yang telah dibina sebanyak 673 tempat atau 92,2%.
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel nomer 68.
I. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT 1. Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan anggota rumah tangga atas dasar kesadaran menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. PHBS dalam rumah tangga di Kota Semarang diterjemahkan dalam 16 indikator PHBS yang mengacu pada 16 indikator PHBS di Provinsi Jawa Tengah. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kota semarang dilakukan oleh Dinas Kesehatatan bermitra dengan Tim Penggerak PKK dan instansi terkait melalui kegiatan penyuluhan, pengkajian strata, bahkan Lomba Pelaksana PHBS. Dengan mengkaji PHBS melalui 16 indikator diharapkan masyarakat mampu mengetahui jumlah rumah tangga yang ber-PHBS dan yang belum, serta prioritas masalah perilaku yang berpotensi mempengarui derajad kesehatannya sehingga sesegera mungkin dilakukan upaya mengatasinya. Dari hasil pengkajian PHBS tahun 2013 yang dilakukan oleh Dinas kesehatan bersama PKK, secara total populasi rumah tangga (total covered ) diperoleh jumlah rumah tangga berPHBS (strata Utama dan paripurna) sebesar 88,87 % terdiri dari strata utama 69,16% dan strata paripurna 19,71 % sementara jumlah rumah tangga yang belum BerPHBS sebanyak 9,8 % terdiri dari strata pratama 1,62% dan madya 9,5%
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
91 2. Posyandu Purnama dan Mandiri Posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam sistem penyelenggaraan pelayanan kebutuhan dasar
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia secara dini serta merupakan lini terdepan dari deteksi dini di bidang kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Agar posyandu dapat melakukan fungsi dasarnya, dimana posyandu mempunyai daya ungkit yang sangat besar terhadap penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu, maka perlu adanya upaya untuk memantau dan mendorong tingkat perkembangan posyandu. Jumlah posyandu di Kota Semarang dari tahun ke tahun selalu meningkat, pada tahun 2012 jumlah posyandu tercatat 1.556 buah dengan posyandu aktif sejumlah 1.150 buah, sedangkan di tahun 2013 jumlah Posyandu adalah 1.559 buah, meningkat 3 posyandu. Tingkat Perkembangan Posyandu berdasarkan penghitungan strata posyandu di tahun 2013 diperoleh jumlah posyandu berstrata Purnama 628 buah (40,28%)
dan mandiri 574 buah (36,82%), sementara jumlah posyandu
berstrata pratama 39 (2,5%) dan madya 318 (20,4%). Jumlah posyandu aktif adalah 1.202 (77,10%). Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 72.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
92
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN KOTA SEMARANG
BAB V
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, perbekalan kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
A. SARANA KESEHATAN Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun 2013 terdiri dari :
No
Nama
2011
2012
2013
1
Rumah sakit umum pemerintah
5
5
5
2
Rumah sakit umum swasta
9
9
10
3
Rumah sakit jiwa
1
1
1
4
Rumah sakit ibu dan anak
4
3
3
5
Rumah sakit bersalin
3
3
2
6
Puskesmas
37
37
37
-
Puskesmas perawatan
13
12
12
-
Puskesmas non perawatan
24
24
25
-
Puskesmas pembantu
35
35
35
-
Puskesmas keliling
37
37
37
7
Rumah bersalin
6
6
6
8
Balai pengobatan umum
139
72
80
9
Balai pengobatan gigi
24
25
25
10
Klinik 24 Jam
9
9
7
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
93 11
Klinik utama
14
31
36
12
Apotek
381
403
406
13
Dokter umum praktek perorangan
1327
1512
1640
14
Dokter spesialis praktek
681
691
730
15
Dokter gigi praktek
328
358
393
Data secara lengkapnya dapat dilihat pada tabel 70.
Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan dan 4 spesialis dasar. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, telah terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi yang ada di Kota Semarang pada tahun 2013, diketahui bahwa sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15 buah (93,75%). Sarana kesehatan tersebut terdiri dari : 16 Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 spesialis dasar; 5 buah Rumah Sakit Khusus yang memiliki laboratorium kesehatan, 1 Rumah Sakit Jiwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang telah seluruhnya dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan sederhana Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kesehatan (58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%). Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki minimal sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 177 Kelurahan, artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah menjadi kelurahan siaga.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
94 Kondisi bangunan & sarana pendukung puskesmas Kota Semarang tahun 2013 Kondisi No
Sarana
Jumlah
Baik
Rusak
Rusak
Rusak
ringan
sedang
berat
1
Puskesmas
37
31
6
0
0
2
Puskesmas pembantu
33
16
10
9
0
3
Rumah dinas (dokter)
14
1
9
4
0
4
Pusling roda 4
37
5
17
5
10
B. TENAGA KESEHATAN Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dibidang kesehatan, yang diharapkan mampu bekerja secara profesional dan selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuan secara keilmuan dan ketrampilannya dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan pengadaan tenaga serta pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data ketenagaan yang mutakhir disebabkan antara lain karena sifat data ketenagaan yang selalu berubah terus-menerus sehingga sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat ditampilkan secara lengkap, akurat dan sistematis. Sebaran tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang sebagai berikut: Tabel 5.1 : Data Tenaga Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2013 N o
Jenis Tenaga Kesehatan
1 Dokter Spesialis 2 Dokter Umum 3 Dokter Gigi
DKK
Puskesmas
0 6 3
1 109 45
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
Unit Kerja RSU/RS RSB Khusus Lainnya 728 294 64
Institusi Sarana Diknake Kesh Lain s (IF & /Diktat Labkesda) 0 0 0
Jumlah
729 409 112
95
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dokter Gigi Spesialis 0 0 22 Perawat 2 150 3.195 Sarjana Keperawatan 3 12 605 Perawat Gigi 0 44 75 Bidan 3 142 191 Tenaga Farmasi 1 34 293 Sarjana Farmasi & Apoteker 2 12 76 Tenaga Sanitarian 3 38 12 Kesehatan Masy. 37 9 57 Tenaga Gizi 3 34 109 Tenaga Terapi Fisik 0 0 117 Tenaga Keteknisian Medik 0 43 667 Sumber : Sub Bag Umum Kepegawaian dan Bidang Yankes
0 0
22 3.347
0 0 0 1
620 119 336 328
3 0 0 0 0
90 53 103 146 117
0
710
Adapun Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (berdasarkan lokasi kerja di puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang tahun 2013 dapat diperoleh data sebagai berikut: a. jumlah Dokter Umum sebesar 19.7 per 100.000 penduduk (target IS: 40/100.000 penduduk) b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 38,7 per 100.000 penduduk (target IS: 6/100.000 penduduk) c. jumlah Dokter Gigi sebesar 6.8 per 100.000 penduduk (target IS: 11/100.000 penduduk) d. jumlah Perawat sebesar 82 per 100.000 penduduk (target IS: 117,5/100.000 penduduk) e. jumlah Bidan sebesar 35 per 100.000 penduduk (target IS: 100/100.000 penduduk) f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 10/100.000 penduduk) g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 7 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 22/100.000 penduduk)
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
96 h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 6,0 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk) i.
jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 3,1 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j.
jumlah tenaga teknisi medis sebesar 29 per 100.000 penduduk
Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 74 s.d tabel 77
C. PERBEKALAN KESEHATAN Ketersediaan Obat Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di Puskesmas tahun 2013 adalah 107%. Angka ini diperoleh dari jumlah persediaan obat dari seluruh sumber anggaran tahun 2013 yaitu Rp. 8.339.021.677 dibagi dengan jumlah pemakaian obat selama tahun 2013 sebesar Rp. 7.808.560.371. Perencanaan dan pengadaan obat di Kota Semarang tahun 2013 seluruh jenis obatnya adalah obat esensial dan generik sesuai dengan Pedoman Pengadaan Obat dari Kemenkes RI. No
Tahun
Pemakaian Pesediaan Ketersediaan obat Obat (Rp.) Obat (%) Puskesmas (Rp.) 1 2009 4.297.138.293 6.972.699.466 162 2 2010 4.937.400.129 7.124.472.650 144 3 2011 5.335.760.964 9.149.159.943 171 4 2012 6.086.186.497 9.633.264.965 158 5 2013 7.808.560.371 8.339.021.677 107 Sumber: Seksi Farmamin Bidang Yankes & Instalasi Farmasi
Sedangkan jumlah kunjungan resep seluruh Puskesmas adalah 1.243.054 lembar, dengan rata-rata tiap bulan adalah 103.588 lembar.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
97 Peralatan Kesehatan NO 1 2 3 4 5 6 7
NAMA ALKES DENTAL UNIT MINOR SET MINOR SURGERY SET NURSE KIT NEBULIZER UGD SET SANITARIAN KIT
2011 67 11 18 4 51 10 15
2012 67 11 18 4 59 10 15
2013 67 11 18 4 59 10 15
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN Tren alokasi anggaran Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukan angka yang fluktuatif dari tahun 2009 s/d 2013 sebagai berikut:
Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kota Semarang Dari Tahun 2009 s/d 2013 193,676,453,160 169,460,202,414 128,956,186,687 106,684,129,161 110,371,222,850
2009
2010
2011 2012 Alokasi Anggaran Kesehatan
2013
Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar Rp. 169.460.202.414,- hal ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 128.956.186.687,-. Alokasi dana ini terbagi atas: sumber APBD Kota Semarang sebesar Rp. 150.284.838.869,- (91,85%) dengan rincian belanja langsung Rp. 99.577.286.000,- dan belanja tidak langsung Rp. 56.549.138.000,- ; sumber APBD Propinsi Rp. 0,- (0%); sumber APBN sebesar Rp. 11.107.359.131,- (6,79%), pinjaman Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
98 luar negeri sebesar Rp. 1.053.520.283 (0,64%), dan sumber pemerintah lain sebesar Rp. 1.172.988.000,- (0,72%). Jika dibandingkan dengan total APBD Kota Semarang yang sebesar Rp. 3.184.087.019.000,- terhadap total APBD dinas Kesehatan adalah 4,90%. Namun jika dibandingkan antara belanja langsung Dinas Kesehatan terhadap APBD Kota Semarang hanya sebesar 3,12%. Data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 79.
Gambar 5.2 Grafik Rasio Anggaran Dinas Kesehatan Terhadap APBD Kota Semarang Tahun 2010 s/d 2013 rasio 6.65
4.9 4.29
2010
2011
4.3
2012
Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
2013
99
KESIMPULAN
BAB VI
Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan di semua wilayah kerja Puskesmas yang tersebar di 16 kecamatan di Kota Semarang selama periode 1 (satu) tahun tergambar dalam Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2013. Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun
masih ada beberapa
program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan maupun kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya pembangunan kesehatan di Kota Semarang selama tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1. Jumlah Kematian Bayi, berdasarkan hasil laporan berbagai sarana pelayan kesehatan yang terjadi di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 251 dari 26.547 kelahiran hidup,sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,5 per 1.000 KH. 2. Jumlah Kematian Balita di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 299 anak dari 26.547 kelahiran hidup sehingga Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang diperoleh sebesar 11,3 per 1.000 KH. 3. Jumlah kematian Ibu maternal, berdasarkan laporan Puskesmas dan Rumah Sakit pada tahun 2013 sebanyak 29 kasus dengan jumlah kelahiran hidup (KH) sebanyak 26.547 orang atau 109,2 per 100.000 KH. 4. Jumlah kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2013 sebesar 165 bayi (0,6%) 5. Jumlah Balita dengan status bawah garis merah (BGM) sebanyak 1.502 anak (1,7%) dari 86.515 balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu. 6. Jumlah kasus gizi buruk balita yang ditemukan tahun 2013 sejumlah 32 kasus.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
100 7. Jumlah penderita TB Paru yang ditemukan tahun 2013 dengan status supek sebesar 12.464 orang, penderita BTA (+) sebesar 1.120 orang (69,5%), kasus TB anak sejumlah 167 kasus (13%). Angka kesembuhan tahun 2012 sebesar 55,7%. 8. Jumlah kasus HIV yang ditemukan tahun 2013 sebesar 430 orang, sedangkan jumlah kasus AIDS pada tahun 2013 sebanyak 75 orang, dan yang meninggal adalah 59 orang. 9. Jumlah kasus pneumonia umur < 1 th tahun 2013 adalah 1.367 orang, umur 1 4 th sebanyak 3.215. Sedangkan untuk kasus pneumonia berat umur < 1 th sebesar 61 balita, dan umur 1-4 tahun sebanyak 95 anak. 10. Jumlah penderita kusta yang ditemukan tahun 2013 adalah 30 kasus, dengan tipe kusta PB ada 5 kasus (16,6%) dan tipe MB ada 25 kasus (83,3%). 11. Jumlah kasus diare, tahun 2013 untuk penderita umur <1 tahun sebesar 4.462 kasus, umur 1-4 tahun sebesar 9.827 kasus, umur > 5 tahun sebesar 23.712 kasus, dengan total kasus adalah 38.001 kasus. 12. Jumlah kasus tetanus neonatorum (TN), tidak ditemukan kasus pada tahun 2013. Dengan cakupan TT bumil tahun 2012 sebanyak 85%. 13. Jumlah kasus difteri tahun 2013 sebanyak 2 kasus, dan tidak ditemukan penderita yang meninggal. 14. Jumlah kasus campak yang ditemukan pada tahun 2013 sejumlah 137 kasus. 15. Jumlah kasus polio, dengan kasus AFP tahun 2013 sejumlah 8 kasus. 16. Jumlah kasus malaria, tahun 2013 sebesar 17 kasus, dengan API sebesar 0,0091. 17. Jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2013 sebanyak 2.364 kasus dengan jumlah meninggal 22 orang. IR DBD adalah 134,09 % dan CFR DBD adalah 1,1 %. 18. Jumlah kasus Chikungunya yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 119 kasus dengan IR 6,7 per 100.000 penduduk. 19. Jumlah kasus Rabies yang terjadi di tahun 2013 sebanyak 44 kasus, 95% diberikan vaksin anti rabies, 3% tidak diberikan VAR karena luka garukan atau lecet/luka kecil disekitar tangan dan kaki serta keadaan hewan pada waktu menggigit dalam kondisi sehat.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
101 20. Jumlah kasus leprospirosis yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 81 kasus dengan jumlah kematian 14 kasus, angka CFR adalah 17 per 100.000 penduduk. 21. Jumlah kasus flu burung yang terjadi pada tahun 2013 tidak temukan adanya konfirm kasus, namun terdapat 1 kasus suspek flu burung. 22. Jumlah Kasus Penyakit tidak menular , jumlah kematian tahun 2013 sebesar 2.725 kasus dengan, urutan berdasarkan jumlah kematian karena penyakit tidak menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 960 ), diabetes mellitus
( 258
), kanker ( 58 ), kecelakaan lalu lintas ( 56 ), PPOM (26), dan asma ( 15 ), serta psikosis ( 1 ). 23. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 27.910 (97,2%) meningkat jika dibanding dengan tahun 2012 27.889 bumil (94,4%). 24. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 26.949 (98,3%) dari 27.406 ibu bersalin. 25. Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan adalah pada tahun 2013 adalah 22.829 orang atau 83,3% dari total ibu nifas yang berjumlah 27.406 orang. 26. Jumlah pelayanan komplikasi maternal, pada tahun 2013 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.497 kasus atau 100% dari total 2.497 komplikasi kebidanan. 27. Pelayanan Neonatal komplikasi yang dilayani/ditangani pada tahun 2013 sebesar 2.980 kasus atau 74,8 % dari total perkiraan 3.982 neonatal. 28. Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2013 adalah 26.285 atau (99%) dari 26.547 bayi lahir hidup. 29. Cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah 25.767 atau 97,1% dari 26.547 bayi yang ada. 30. Pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun 2013 adalah 69.869 atau (66,9 %). 31. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 86.515 (79,7%) bayi ditimbang dari total balita yang ada berjumlah 108.570 anak.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
102 32. Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.964 murid SD atau 97,3 % dari 26.693 murid SD keseluruhan. 33. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang berhasil didata oleh Puskesmas sebanyak 163.862, dengan jumlah peserta KB baru sebesar 35.125 orang (13,3%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 201.732 orang (76,5%). 34. Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB3 pada tahun 2013 sebesar 30.077 (115,2%), dengan Cakupan imunisasi campak sebesar 30.402 (116,5%). Adapun DO Rate yang didapat selama tahun 2013 adalah -0,2 dari batasan -5 > 0 > 5, hal ini berarti masih baik. 35. Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan pada tahun 2013 total kunjungan tingkat Kota Semarang pada unit rawat jalan sebesar 4.851.060 kunjungan, sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2013 sebesar 406.950 kunjungan 36. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR (70,7%) ; LOS (6,3 hari) ;TOI (2,6 hari) ; GDR (4,1 %) ; NDR (3,3 %). 37. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada tahun 2013 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap sejumlah 6.511 kasus, pencabutan gigi tetap 8.401 kasus, dengan rasio untuk tumpatan/pencabutan dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,8. 38. Pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi terhadap 16.447 siswa (45,9%), dari total 35.866 anak SD/MI. Dari jumlah tersebut terdapat 3.813 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 2.344 siswa (61,5%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi massal, diperoleh hasil sejumlah 207 SD/MI (79%) telah melakukan kegiatan tersebut dari total 262 SD/MI yang dilaporkan. 39. Jumlah pelayanan kesehatan masyarakat miskin, melalui program Jamkesmas jumlah kunjungan rawat jalan 280.603 kunjungan, kunjungan rawat inap 5.015 kunjungan, kunjungan pelayanan jamkesmaskot 53.693 kunjungan, utility kunjungan sejumlah 11.042 atau 3,6 kali/th.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013
103 40. Cakupan pemberian Fe3 sebesar 27.666 (96,36%), dari 28.712 ibu hamil. 41. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 13.542 bayi atau sebesar 100,9% dari 13.445 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian vitamin A yang diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) 77.819 anak atau 88,4% dari 88.028 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata cakupan pemberian vitamin A sebesar sebesar 27.420 ibu nifas (100,05%) dari 27.405 ibu nifas. 42. Cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 7.986 bayi atau 61,2% dari 13.050 bayi. 43. Cakupan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2013 sejumlah 39.478 (64,76%) dari 60.965 usia yang ada. 44. Cakupan pelayanan kesehatan pekerja baik sektor formal maupun informal yang dilayani di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 75.583 orang. 45. Jumlah sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15 buah (93,75%). 46. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 37 sarana kesehatan (58,06%). 47. Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2013 sebanyak 177 Kelurahan. 48. Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di Puskesmas tahun 2013 adalah 107%. 49. Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar Rp. 169.460.202.414,- dengan rasio terhadap APBD Kota Semarang sebesar 4,90%.
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013