PROFIL KESEHATAN KOTA BATAM TAHUN 2013
BAB I PENDAHULUAN
CAPTER I INTRODUCTION
1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UUD 1945. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan bangsa, dan setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat yang merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.
1.1. BACKGROUND R.I. Law Number 36 Year 2009 regarding on Health states that health is a human right and one of the elements of well-being to be realized in accordance with the ideals of the nation of Indonesia as referred to in the Pancasila and the 1945 Constitution. Every thing that causes health problems in people of Indonesia will causing huge economic losses for the country, and every effort to improve community health status also means investment for development of the nation, and every effort must be based on insight development of health in the sense of national development should pay attention to public health is the responsibility of all parties, both government and society.
Dalam menjalankan amanat UUD 1945 diperlukan upaya yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Upaya tersebut dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan yang merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia, baik pemerintah maupun swasta. Peningkatan pembangunan kesehatan yang terintegrasi meliputi berbagai upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, penyediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan serta manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat merupakan pokok-pokok pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara realistis dan terarah yang
In carrying out the mandate of the 1945 Constitution required the efforts aimed to increase awareness, willingness and ability of healthy life for every person in order to improve the health of the people of the highest high. Efforts are made in an integrated and sustainable which is the responsibility of all citizens of Indonesia, both public and private. Improved integrated health development includes a variety of health, health financing, health human resources, the provision of pharmaceutical, medical devices and food as well as information management and health and community empowerment are the main points of health development realistically implemented and directed that based on humanity,
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
1
berazaskan pada perikemanusiaan, pemberdayaan, kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, seperti ibu, anak, manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Melalui tahapan pembangunan sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), maka pelaksanaan pembangunan kesehatan dilakukan secara berkesinambungan dan bertahap melalui rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pertanggung-jawaban yang transparan dan akuntabel, diharapkan mampu menjawab tantangan dinamika perubahan lingkungan baik regional, nasional maupun internasional serta memanfaatkan peluang-peluang yang mendukung terwujudnya pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna bagi setiap orang. Rencana pembangunan disusun sebagai strategi untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang menuntut komitmen semua pihak, kerja sama lintas program dan lintas sektor, masyarakat maupun unsur swasta melalui kemitraan dan senantiasa proaktif untuk mampu dan siap dalam menjawab tantangan yang ada.
empowerment, independence, fair and equitable, as well as preferential treatment and benefits with particular attention to vulnerable populations, such as mothers, children, the elderly and poor families. Through stages of development as outlined by the government in Law No. 17 of 2007 on the Long Term Development Plan (RPJP), then the implementation of health development is done continuously and gradually through a series of planning, implementation and monitoring and accountability that is transparent and accountable, is expected to answer the challenges of the changing dynamics of the environment both regionally, nationally and international as well as take advantage of opportunities that support the realization of the development of efficient and effective for everyone. Development plan has been prepared as a strategy to achieve the goal of health development which requires the commitment of all parties, cooperation across programs and sectors, civil society and the private sector through partnerships and always proactive to be able and prepared to meet the challenge.
Profil kesehatan merupakan wujud hasil kemitraan berbagai pihak dalam upaya meningkatkan manajemen dan informasi kesehatan sebagai salah satu media monitoring dan evaluasi gerak pembangunan dengan berbagai indikator program kesehatan serta menjadi pertimbangan strategis dalam penyusunan rencana pembangunan pada masa berikutnya.
Health profile is a result of the partnership form of various parties in an effort to improve the management and health information as one of media monitoring and evaluation of development of motion with various indicators of health programs and strategic consideration in the preparation of development plans in the next period.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
2
Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kota Batam merupakan salah satu sarana yang memuat berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan tingkat pencapaian Pembangunan Kesehatan di kota Batam dan penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum bidang kesehatan secara lengkap. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kota Batam ini juga dapat digunakan sebagai sarana komunikasi kepada masyarakat untuk menginformasikan derajat kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ketersediaan data dan informasi yang lengkap akan sangat bermanfaat terutama dalam menentukan kebijakan dan perencanaan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kota Batam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. 1.2. TUJUAN
1.2. PURPOSE
1.2.1. Tujuan Umum Melalui
1.2.1. General Purpose penyusunan
Profil
Kesehatan kota Batam Tahun 2013 adalah
diperolehnya gambaran
derajat kesehatan masyarakat kota Batam dari
Health Profile Batam city Health Department is one tool that contains a variety of data and information relating to the level of achievement of health development in the city of Batam and implementation of health care efforts in accordance with the Minimum Service Standards in full health. Health Profile Batam city Health Department can also be used as a means of communication to the public to inform the community health status and the factors that influence it. Availability of data and complete information will be especially useful in determining the policy and planning in an effort to improve the health of the community in particular and society in Batam Indonesia in general.
yang merupakan keluaran pelaksanaan
pembangunan
kesehatan di kota Batam
Through the preparation of Batam city Health Profile 2013 is obtaining an overview of public health degree in Batam which is the output of the implementation of health development in Batam city until 2013.
sampai
tahun 2013. 1.2.2. Tujuan Khusus a. Diperolehnya informasi tentang gambaran umum Kota Batam yang meliputi data demografi, pendidikan, geografi dan sosial ekonomi dan faktor yang mempengaruhi (determinant factor) derajat kesehatan masyarakat Kota Batam tahun 2013.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
1.2.2. Special Purpose a. Obtaining information about the general picture of Batam which includes demographic data, education, geography and economic and social factors that influence the (determinant factor) community health status of Batam in 2013.
3
b. Diperolehnya informasi tentang situasi derajat kesehatan baik angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi masyarakat Kota Batam tahun 2013.
b. Obtaining information about the situation of the health of both the death rate (mortality), morbidity (morbidity) and nutritional status of the people of Batam in 2013.
c. Diperolehnya informasi tentang upaya kesehatan baik pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang termasuk indikator kinerja yang terkait Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan dan program kesehatan lainnya yang diselenggarakan di Kota Batam Tahun 2013. d. Diperolehnya informasi tentang situasi sumber daya kesehatan termasuk sarana kesehatan, sumber daya manusia kesehatan dan pembiayaan kesehatan Kota Batam Tahun 2013.
c. Obtaining information about the efforts of good health primary health care, health care referrals and support, including performance indicators related to minimum service standards in health and other health programs are held in the city of Batam in 2013. d. Obtaining information about the situation of health resources including health facilities, health human resources and health financing Batam in 2013.
1.3 MANFAAT
1.3 BENEFITS
1.3.1. Bagi Dinas Kesehatan Profil kesehatan merupakan gambaran hasil kinerja Dinas Kesehatan dan jajarannya serta seluruh masyarakat Kota Batam yang dapat dijadikan evaluasi dan dasar penyusunan perencanaan dalam rangka peningkatan, perbaikan dan pengembangan pembangunan di bidang kesehatan dalam wilayah Kota Batam dimasa depan. 1.3.2. Bagi Pemerintah Kota Batam Profil kesehatan dapat dijadikan informasi/bahan pertimbangan bagi stake holder untuk membuat kebijakan dalam pengambilan keputusan serta menetapkan strategi dan konsep pembangunan dibidang kesehatan. 1.3.3. Bagi Masyarakat Masyarakat sebagai sasaran dalam pembangunan kesehatan yangdapat merasakan langsung upaya
1.3.1. For the Health Department's health profile is a picture of the results and the performance of the Department of Health officials and the entire community of Batam which can be used as the basis of planning and evaluation in order to improve, repair and development of health development in the area of Batam in the future. 1.3.2. For Batam City Government health profile can be used as information / consideration for stakeholders to make policy decisions and set the strategy and concept development in the field of health.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
4
1.3.3. for the Community Society as a target in the development of health that are able to feel the direct health development
pembangunan kesehatan, sehingga profil kesehatan dapat dijadikan salah satu informasi atas penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan.
efforts, so that the health profile can be used as one of the health information on the implementation of development that have been implemented.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
1.4 STRUCTURE OF WRITING
Penyusunan profil kesehatan Kota Batam Tahun 2013, mengacu kepada petunjuk teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun 2013, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
The preparation of the health profile of Batam in 2013, refers to the preparation of technical guidelines Profile Health Ministry of Health in 2013, with the systematic writing as follows:
1.4.1 BAB I
1.4.1 Chapter I
Berisikan pendahuluan yang menyajikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat serta sistimatika penulisan profil kesehatan Kota Batam tahun 2013.
Contains an introduction that presents the background, objectives, benefits and systematic writing of the health profile of Batam in 2013.
1.4.2 BAB II
1.4.2 Chapter II
Memuat tentang gambaran umum Kota Batam yang meliputi letak geografis, administratif pemerintahan, demografi, dan serta faktor-faktor lainnya yang berpengaruh (determinant factor) terhadap kesehatan masyarakat baik yang bersifat kekuatan maupun kelemahan yang ada di Kota Batam meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan lingkungan.
Contains general description of Batam which includes geography, government administrative, demographic, and as well as other factors that affect (determinant factor) to public health both strengths and weaknesses that exist in Batam include demographic, economic, educational, social culture, behavior, and environment.
1.4.3 BAB III
1.4.3 Chapter III
Bagian ini menguraikan situasi derajat kesehatan di Kota Batam yang disajikan berdasarkan indikator status kesehatan masyarakat Kota Batam berupa angka kesakitan, angka kematian dan status gizi masyarakat kota Batam.
This section describes the situation in the health status of Batam which is served by community health status indicators such as the city of Batam morbidity, mortality and nutritional status of the people of the city of Batam.
1.4.4 BAB IV
1.4.4 Chapter IV
Bab ini menggambarkan upaya kesehatan yang telah dilakukan dalam bentuk program kesehatan yang terkait dengan pelayanan kesehatan dasar,
This chapter describes the health efforts that have been made in the form of health programs related to primary health care,
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
5
pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi masyarakat dan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM). Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indicator kinerja Standar Pelayanan Kesehatan (SPM) bidang kesehatan serta pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan di Kota Batam.
health care referrals and support, eradication of infectious diseases, environmental health coaching, nutrition improvement and community-based public health efforts (UKBM). Health care efforts described in this chapter also accommodate performance indicators Health Service Standards (MSS) in health and other health services are organized in Batam.
1.4.5 BAB V
1.4.5 Chapter V
Bab V menyajikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan yang ada di Kota Batam hingga tahun 2013. 1.4.6 BAB VI Bab ini merupakan kesimpulan tentang halhal penting yang perlu perhatian dan mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang untuk ditelaah dan menjadi penekanan dalam rangka perbaikan dan peningkatan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dimasa datang dan keberhasilan yang telah dicapai selama tahun 2013 untuk dapat dipedomani.
Chapter V presents the health facilities, health workers, health financing and health resources available in Batam city until 2013.
1.4.6 CHAPTER VI This chapter is a conclusion about the important things that need attention and suggests things that are considered still to be explored and be less emphasis in order to repair and health increase future development and success that has been achieved during the year 2013 to be guided.
1.4.7 LAMPIRAN
1.4.7 APPENDIX
Lampiran terdiri dari 82 tabel yang merupakan pencapaian upaya kesehatan berdasarkan indikator sesuai dengan program kesehatan terkait dengan responsif gender.
Appendix consists of 82 tables that are based on achievement of health improvement indicators in accordance with the health programs related to gender responsive.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
6
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
CHAPTER II OVERVIEW AND POPULATION BEHAVIOR
2.1. KEADAAN GEOGRAFIS Kota Batam terletak antara 0025’29” - 1015’00” Lintang Utara dan 103 034’ 35”- 1040 26’ 04” Bujur Timur, berada pada posisi strategis dalam jalur pelayaran internasional. Berdasarkan potensi geostrategis tersebut, maka dalam perencanaan pembangunan kota Batam harus mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004 – 2014. Luas wilayah Kota Batam secara keseluruhan adalah 3.990 Km2yang terdiri dari luas wilayah daratan 1.380,85 Km2 dan luas wilayah laut 2.950 Km2. Berdasarkan wilayah daratan Kota Batam mempunyai lebih dari 400 pulau, termasuk pulau – pulau yang berada pada perifer dalam batasan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia. secara geografis kota Batam berbatasan dengan :
2.1. STATE GEOGRAPHIC Batam city lies between 0025'29 "1015'00" North Latitude and 103 034 '35 "1040 26' 04" East Longitude, are padaposisi strategic international shipping route. Based on the geo-strategic potential, then in Batam city development planning should refer to the Regional Regulation No. 2 of 2004 on Spatial Planning Batam Year 20042014.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
7
The total area of Batam as a whole is comprised of 3,990 Km2yang land area of 1380.85 km2 and a sea area of 2,950 km2. Based in Batam has a land area of more than 400 islands, including the islands islands that are at the peripheral limits of the Republic of Indonesia which borders with neighboring countries such as Singapore and Malaysia. Geographically, Batam city is bordered by:
Sebelah Utara Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
: Selat Singapura
North
: Singapore strait
: Wilayah Kecamatan Senayang Kebupaten lingga : Wilayah Kecamatan Moro Kabupaten Karimun : Wilayah Kecamatan Kabupeten Bintan
South
: Regional district
West
East
Senayang lingga : Regional district Moro Karimun : Regional district Bintan
Seperti daerah lainnya dalam wilayah paparan kontinental provinsi Kepulauan Riau, keadaan geologi wilayah Kota Batam yang terdiri pulau-pulau yang tersebar merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan pra tersier pada bagian Utara yang membentang dari semenanjung Malaysia dan pulau Singapura, pulau-pulau Moro dan Kundur serta Karimun di bagian Selatan. Kota Tanjung Pinang yang merupakan pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan terletak disebelah timur dan memiliki keterkaitan secara emosional dan kultural dengan Kota Batam. Permukaan tanah Kota Batam pada umumnya dapat digolongkan datar divariasi sungai-sungai kecil dengan aliran pelan dan dikelilingi hutan-hutan, hutan bakau yang lebat dan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian maksimum 160 meter diatas permukaan laut.
As with other areas within the continental exposure Riau Islands province, state geological region consisting Batam islands are scattered remnants of erosion or shrinkage of pre-Tertiary land in the northern part of the peninsula that stretches from Malaysia and Singapore island, islands Moro Karimun and Kundur and in the South. Tanjung Pinang city is the administrative center of the province of Riau and Bintan islands located to the east, and have emotional and cultural linkages with Batam. Surface soil Batam in general can be classified flat varied small rivers flow slowly and surrounded by forests, mangrove forests are lush and hilly region with a maximum altitude of 160 meters above sea level.
2.2. PEMERINTAHAN Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2002, Kota Batam dan Kabupaten/Kota seperti Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Bintan, Kota Tanjung Pinang dan lainnya merupakan satu kesatuan dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah Daerah Kota Batam sebagai institusi eksekutif yang melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan menjadi harapan untuk dapat menjawabsetiap permasalahan maupun tantangan yang muncul sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi, budaya, politik dan lainnya dalam masyarakat.
2.2. GOVERNMENT
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
In accordance with the Law No. 25 Year 2002, Batam City and County / City as Karimun, Natuna Regency, Regency of Bintan, Tanjung Pinang and the other is a unity in the province of Riau Islands. Batam City Government as an executive institution carrying out the wheels of government and community development, is promising to be menjawabsetiap problems and challenges that arise in accordance with the socioeconomic development, culture, politics, and others in the community.
8
Kota Batam terdiri 12 kecamatan dengan 64 kelurahan dalam struktur pemerintahan Kota Batam yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pemekaran, perubahan dan pembentukan Kecamatan dan Kelurahan di Kota Batam yang berlaku sejak tanggal 1 Juni 2006. Konsep struktur pemerintahan dalam wilayah kerja menjadi dasar dalam mengatur strategi secara geografis dan accesibility untuk penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sehingga pelayanan kesehatan lebih dekat dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Kota Batam dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan.
Batam City comprises 12 districts with 64 villages in Batam city government structure that the local regulation of Batam No. 2 of 2005 on Expansion, change and formation of sub-district and village in Batam with effect from June 1, 2006 The concept of governance structures in the working area becomes the basis for strategizing geographically and accesibility to the provision of health care facilities and infrastructure so that health services closer and affordable by all levels of society to ensure equal distribution of Batam health services.
2.3. KEPENDUDUKAN/DEMOGRAFI Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2013 ini, kami menggunakan data kependudukan pertanggal 01 Januari 2013 yang berjumlah 1.235.651 jiwa. Angka ini menjadi pedoman dalam menentukan target/sasaran indikator program kesehatan pada tahun 2014. Kajian demografi menjadi tantangan tersendiri dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kota Batam, berikutsetiap permasalahan maupun tantangan yang muncul sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi, budaya, politik dan lainnya dalam masyarakat. Kota Batam terdiri 12 kecamatan dengan 64 kelurahan dalam struktur pemerintahan Kota Batam yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pemekaran, perubahan dan pembentukan Kecamatan dan Kelurahan di Kota Batam yang berlaku sejak tanggal 1 Juni 2006. Konsep struktur pemerintahan dalam wilayah kerja menjadi dasar dalam mengatur strategi secara geografis dan accesibility untuk penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sehingga pelayanan kesehatan lebih dekat dan t erjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Kota Batam dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan.
In preparing the 2013 health profile, we use population data pertanggal January 1, 2013, amounting to 1,235,651 people. This figure is a guideline in determining the target / target indicators of the health program in 2014 demographic study is a challenge in the implementation of health development in Batam, berikutsetiap problems and challenges that arise in accordance with the socioeconomic development, culture, politics, and others in the community.
2.3. POPULATION / DEMOGRAPHICS
Batam City comprises 12 districts with 64 villages in Batam city government structure that the local regulation of Batam No. 2 of 2005 on Expansion, change and formation of sub-district and village in Batam with effect from June 1, 2006 The concept of governance structures in the working area becomes the basis for strategizing geographically and accesibility to the provision of health care facilities and infrastructure so that health services closer and affordable by all levels of society to ensure equal distribution of Batam health services.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
9
2.3.1. Ratio penduduk berdasarkan jenis 2.3.1. Ratio of population by sex kelamin Sex differences tend to have Perbedaan jenis kelamin cenderung different problems in all aspects of life mempunyai permasalahan yang berbeda including health problems, so it needs dalam segala aspek kehidupan termasuk specific handling of gender issues in the masalah kesehatan, sehingga perlu face. penangganan yang spesifik dalam Batam population ratio by gender menghadapi permasalahan gender. showed that the population of men more Rasio penduduk Kota Batam than the population of women with a ratio berdasarkan gender menunjukkan bahwa of 1.07: 1. jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan dengan ratio 1,07: 1. Gambar 2.1. PROPORSI PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2013
Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam, Tahun 2014 2.3.2. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Beberapa permasalahan kesehatan dapat dilihat berdasarkan karakteristik individu seperti umur, tempat tinggal, jenis pekerjaan dan berbagai variabel lainnya. Pertambahan penduduk di kota Batam disebabkan karena pertumbuhan vertikal dari angka kelahiran maupun horizontal karena migrasi. Untuk dapat melihat permasalahan kesehatan berdasarkan kelompok umur maka perlu diketahui komposisi penduduk menurut kelompok umur, terutama kelompok umur yang rentan terhadap masalah kesehatan seperti umur < 1 tahun (bayi), balita, wanita usia subur, kelompok usia produktif, usia lanjut dan lain sebagainya. Pemilahan ini sangat penting agar penyusunan strategi
2.3.2. Composition of Population by Age Group Some health problems can be seen based on individual characteristics such as age, residence, occupation and various other variables. Population growth in Batam city due to the vertical growth of the birth rate due to migration or horizontally. To be able to see the health problems by age group it is necessary to note the composition of the population by age group, especially the age group prone to health problems such as age <1 year (infants), infants, women of childbearing age, the productive age group, the elderly and others. This sorting is very important
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
10
pembangunan kesehatan berhasil guna dan
for the formulation of health strategy was
tepat guna dapat dicapai.
effective and efficient can be achieved.
Distribusi kelompok umur dengan
The distribution of age groups 25-
usia 25-34 tahun sangat dominan baik laki-
34 years of age with a very dominant both
laki maupun perempuan. Kelompok ini
men and women. This group is a group of
merupakan
subur
childbearing age (reproductive) will have an
(reproductive) akan berdampak pada laju
impact on the rate of population growth
pertumbuhan penduduk dengan segala
with all its problems, especially health
permasalahannya
problems. It is a challenge for the
kelompok
usia
terutama
masalah
kesehatan. Hal ini menjadi tantangan bagi
Government
Pemerintah
control.
Kota
Batam
dalam
of
Batam
in
population
pengendalian jumlah penduduk.
Tabel 2.1. DISTRIBUSI PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DI KOTA BATAM TAHUN 2013
Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam, Tahun 2014
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
11
Struktur penduduk kota Batam banyak pada usia produktif yang secara sosial ekonomi adalah penduduk dengan kelompok 15 – 64 tahun. Jika dilihat dari rasio beban tanggungan berdasarkan komposisi penduduk, Kota Batam memiliki rasio beban tanggungan sebesar 25 orang, angka ini menyimpulkan bahwa setiap 100 orang dengan usia produktif (usia 15-64 tahun) menanggung 25 orang usia tidak produktif (usia kurang 15 tahun dan usia lebih 64 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok usia produktif lebih tinggi dibanding usia tidak produktif dan ini merupakan suatu kekuatan bagi Kota Batam.
The structure of many residents of the city of Batam in the productive age who are residents of the socioeconomic group 15-64 years. If seen from the ratio of the load borne by the composition of the population, Batam has a dependency ratio of 25, this figure concludes that every 100 people in productive age (age 15-64 years) took 25 people productive age (younger than 15 years and age over 64 years). This suggests that the productive age group is higher than the productive age and this is a strength for the city of Batam.
2.3.3. Population density 2.3.3. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk merupakan aspek yang sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan penyelenggaraan pembangunan kesehatan, mengingat kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan suatu wilayah, terutama dalam pengendalian penyakit-penyakit tertentu, seperti penyakit menular, baik menular langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian diharapkan penyusunan perencanaan, pembangunan dan pengembangan sarana kesehatan serta pendistirbusian tenaga kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat sehingga keterjangkauan/accesibilty dan pemerataan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi.
JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT WILAYAH PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013. 131.834
17.468
6.030 2.062 3.189
9.670 5.673 3.183
102.685 85.632
58.189
50
9.982
56.121 38.203 27.947 12.687
9.031 861 3.131 3.344 271 80
25.184
126.697127.744 117.326 114.093
1.190
101.035 92.806
364
140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 -
BEL.PADANG BATU AMPAR SEKUPANG TIBAN BARU SAMBAU KABIL BULANG LUBUK BAJA SEI BEDUK GALANG BENGKONG BL.PERMAI BOTANIA SEI.LEKOP SEI.LANGKAI BATU AJI
JUMLAH PENDUDUK
Gambar 2.2.
The population density is a very important aspect to be considered in making health policy development implementation, given the population density affects the health status of a region, especially in the control of certain diseases, such as infectious disease, either directly or indirectly transmitted. It is hoped that the preparation of the planning, construction and development of health facilities and health personnel as needed pendistirbusian society so affordability / accesibilty and equitable distribution of health services can be met.
Sumber :Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
12
Luas wilayah daratan Kota Batam 1.038,84 Km2 dan jumlah penduduk tahun 2013 berjumlah 1.235.651 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.118 orang/Km2. Penyebaran penduduk tidak merata dalam wilayah kecamatan di daratan utama (mainland) dan wilayah kecamatan kepulauan pesisir (hinterland), seperti terlihat pada gambar diatas.Wilayah Puskesmas Lubuk Baja yang berada dalam wilayah kecamatan Lubuk Baja merupakan daerah terpadat dengan 9.982 orang/Km, wilayah ini merupakan wilayah perdagangan yang hampir disetiap sudut kecamatan Lubuk Baja yang dikenal dengan “Nagoya”dipenuhi ruko (rumah toko) dan mall khususnya di kelurahan lubuk baja, dan kepadatan penduduk terendah di daerah hinterland yaitu Kecamatan Galang dengan angka 50/km2. Kepadatan penduduk dapat dilihat unit terkecil dalam masyarakat, yakni jumlah anggota per rumah tangga. Ratarata rumah tangga di Kota Batam terdiri dari 3 jiwa . Daerah hinterland memiliki jum lah anggota rumah tangga diatas rata-rata rumah tangga di wilayah mainland, seperti di Kecamatan Galang, Kecamatan Bulang dan Belakang Padang rata-rata mempunyai 5 jiwa per rumah tangga, sedangkan daerah mainland rata-rata mempunyai 3 jiwa per rumah tangga. Berikut gambaran jumlah rata-rata jiwa per rumah tangga berdasarkan wilayah kecamatan.
Land area of Batam 1038.84 km2 and a population in 2013 numbered 1,235,651 inhabitants with an average population density of 1,118 people / km2. Uneven distribution of the population in the districts in the mainland territories (mainland) islands and coastal district area (hinterland), as shown in Figure diatas.Wilayah PHC Lubuk Baja located in districts Lubuk Baja region is a densely populated area with 9,982 people / km, this region a trade area that almost every corner Lubuk Baja districts known as "Nagoya" filled shop (store house) and malls, especially in the steel bottom of the village, and the lowest population density in the hinterland area of the District Galang with number 50 / km2.
Population density can be seen in the smallest unit of society, the number of members per household. Average household in Batam consists of 3 people. Jum hinterland areas have household members was above the average household in the region of the mainland, such as in Sub Galang, District Bulang and Rear Padang average have 5 people per household, while the average mainland areas have 3 people per household. The following description of the average number of people per household by region districts.
0
4
2
1
5
2.942
4.505
9.670 1.190
3
3
6
50
5
80
2000
364
4000
577
6000
1.185
9.031
8000
9.982
10000
3
2
3.189
Gambar 2.3. RATA-RATA JUMLAH ANGGOTA RUMAH TANGGA MENURUT KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2013
1
3
JUMLAH ANGGOTA RMH TANGGA KEPADATAN PENDUDUK
Sumber :Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota Batam tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
13
2.3.4. Laju Pertumbuhan Penduduk
2.3.4. Population Growth
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk tahun 2013 didapatkan dengan melihat peningkatan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jumlah penduduk Kota Batam tahun 2012 sebanyak 1.137.894 jiwa sedangkan pada tahun 2013 jumlah penduduk meningkat menjadi 1.235.651 jiwa dengan demikian laju pertumbuhan penduduk sebesar 8,59 % sedikit lebih tinggi dibanding tahun lalu yakni 7.68%. Tingginya Laju pertumbuhan penduduk di Kota Batam sangat dipengaruhi karena proporsi kelompok usia subur (reproductive) lebih tinggi dibanding usia lainnya . Berdasarkan data kelahiran tahun 2013diketahui bahwa rata-rata bayi lahir hidup dikota Batam berkisar 123 orang perhari, laju pertumbuhan penduduk tidak hanya vertikal karena kelahiran juga di pengaruhi oleh faktor migrasi terutama pada kelumpuk usia produktif sebagai salah satu dampak Kota Batam sebagai daerah industri perdagangan dan pariwisata yang mendorong kelompok usia produktif bekerja di kota Batam.
Average population growth rate in 2013 is obtained by looking at the increase in population from the previous year. The population of the city of Batam in 2012 as many as 1,137,894 people in 2013, while the population increased to 1,235,651 souls thus population growth rate of 8.59%, slightly higher than last year at 7.68%. The high population growth rate in Batam greatly influenced because the proportion of fertile age group (reproductive) higher than any other age. Based on data from birth years 2013diketahui that the average baby born alive in the city of Batam range 123 people per day, the rate of population growth is not only vertical because birth is also influenced by factors of migration, especially in the productive age kelumpuk as one of the effects of Batam as a regional trading and tourism industry that encourages productive working age group in the city of Batam.
2.4. SOSIAL – EKONOMI 2.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan mengukur antara lain dari pendapatan perkapita, penerimaan pajak bumi atau bangunan (PBB), pendapatan asli daerah (PAD) serta gambaran kualitas tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan serta tingkat kesejahteraan masyarakat yang akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Batam lebih tinggi dari ratarata nasional dimana pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi sebesar 7,77% , tahun 2011 sebesar 7,20% dan tahun
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
2.4. SOCIO - ECONOMIC 2.4.1. Gross Regional Domestic Product (GRDP) The rate of economic growth of a region can be seen from the Gross Regional Domestic Product (GDP) to measure, among others, of the income per capita, tax revenues earth or building (UN), revenue (PAD) and the picture quality on the state of food, clothing and housing as well as the level of public welfare that would affect the health of the community itself. The rate of economic growth Batam higher than the national average in 2010 where economic growth of 7.77%, in 2011 was 7.20% and in
14
2012 sebesar 6,78 % dengan tingkat inflasi lebih rendah dari tahun – tahun sebelumnya yakni 2,02 (BPS kota Batam, 2013). Pendapatan terbesar berasal dari sektor industri, perdagangan, perhotelan, sektor keuangan jasa dan lainnya.
2012 amounted to 6.78% with an inflation rate lower than a year - the year before the 2.02 (BPS Batam city, 2013). The biggest revenue comes from the industrial sector, trade, hospitality, financial services and other sectors.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Kota Batam, sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah barat dengan letak geografi yang sangat strategis dilengkapi fasilitas yang cukup mendukung , menyebabkan Batam paling diminati oleh investor baik dari dalam negeri maupun manca negara . Data dalam PDRB menunjang kondisi tersebut dimana besaran PMTB (Pembentukan Modal tetap Bruto) pada periode tahun 2008-2012 selalu mengalami peningkatan.Pada tahun 2008 nilai PMTB mencapai 14,6 Trilyun rupiah, kemudian tahun 2009 naik menjadi 16,36 trilyun rupiah dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan cukup besar hingga mencapai 24,55 trilyun rupiah. Statistik ekonomi kota Batam memperlihatkan bahwa produk yang dihasilkan kota Batam lebih banyak diekspor ke Luar Negeri . Dengan meningkatnya nilai ekspor menunjukkan bahwa iklim Investasi di kota Batam cukup baik yang tentunya memberi peluang untuk menyerap tenaga kerja yang ada di Kota Batam.
Based on BPS data Batam, as the center of economic growth in the western region with a very strategic geographical location equipped with adequate support, Batam cause most preferred by investors both domestic and foreign. GDP data in support of the condition in which the amount of GFCF (Gross Fixed Capital Formation) in the period 2008-2012 has always had peningkatan.Pada GFCF value in 2008 reached 14.6 trillion dollars, then in 2009 rose to 16.36 trillion rupiah and in 2012 has a large enough increase to reach 24.55 trillion. Batam city economic statistics show that the resulting products are mostly exported Batam city Abroad. With the increasing value of exports shows that the investment climate in Batam city quite well which of course gives the opportunity for employment in the city of Batam.
2.4.2. Penduduk Miskin Salah satu indikator pembangunan yang tidak pernah lepas dari perhatian pemerintah adalah Kemiskinan. Penduduk yang termasuk dalam kategori miskin apabila pengeluaran perbulannya berada dibawah garis kemiskinan . Badan Pusat Statistik kota Batam mencatat bahwa garis kemiskinan untuk kota Batam selalu mengalami kenaikan seiring dengan perubahan harga komuditas barang dan jasa . Pada tahun 2012 garis kemiskinan kota Batam sebesar Rp.488.727 perkapita perbulan.
2.4.2. Poor
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
One of the indicators of development that never escape the attention of the government is poverty. Residents were included in the category of poor if monthly expenditure below the poverty line. Central Bureau of Statistics the city of Batam noted that the poverty line for the city of Batam always increase along with changes in commodity prices of goods and services. In 2012 the poverty line for Rp.488.727 Batam city per capita per month.
15
Penduduk miskin merupakan kelompok penduduk yang rentan terhadap masalah kesehatan, karena dengan status ekonomi yang rendah dikhawatirkan tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang dan pangan sehingga berdampak pada status kesehatannya. Program nasional di bidang kesehatan terhadap penduduk miskin telah dilakukan sejak tahun 1998 yang dikenal dengan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS - BK), selama 16 tahun perjalanan program kesehatan untuk keluarga tidak mampu selama itu pula mengalami perubahan-perubahan manajemen pengelolaannya hingga tahun 2013 sebagai tahun terahir program Jaminan Kesehatan Masyarakat untuk keluarga Miskin (Jamkeskin) sebelum pemberlakuan UndangUndang RI Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dari hasil pendataan BPS tahun 2008 diketahui bahwa penduduk kota Batam yang terjaring dalam Jamkeskin sebanyak 127.732 jiwa dengan 33.000 rumah tangga.
The poor are a group of people who are vulnerable to health problems, due to the low economic status who feared not being able to meet the needs of food and clothing that have an impact on health status. National health programs on the poor has been done since 1998, known as the Social Safety Net Health Sector (JPS BK), a 16-year journey for the health program for the poor families also experience changes in its management until 2013 as the year terahir Community Health Insurance program for poor families (Jamkeskin) prior to the enactment of Law Decree No. 24 of 2011 on the Social Security Agency. From the results of the 2008 BPS data collection is known that the population of the city of Batam in Jamkeskin that netted as much as 127 732 people with 33,000 households.
GAMBAR 2.4. JUMLAH PENDUDUK DENGAN JAMKESKIN BERDASARKAN WILAYAH KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2013 JAMKESDA/LAINNYA 3661.567
JAMSOSTEK
TIBAN BARU SEKUPANG
577
BELK.PADANG
421 -
SEI.PANCUR
2.320 14.698 11.334
97 1.315 350 465
LUBUK BAJA TJ.SENGKUANG GALANG
201
SEI.LEKOP
JAMKES
3.156
71
BULANG
ASKES
3.967 9.552 3.445
809 2.267 1.332
BALOI PERMAI
SEI.PANAS
521
BOTANIA SEI.LANGKAI
-
BATU AJI
331
KABIL
261 600
SAMBAU
-
18.809
2.089
3.353 17.082 5.479 4.341
5.000
10.000
15.000
20.000
Sumber :UPT JPKM s Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
16
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa distribusi masyarakat yang memiliki JAMKESMAS terdapat diwilayah puskesmas yang memang memiliki penduduk padat seperti ; Puskesmas Batu Aji, Puskesmas Sei.Panas kecamatan Bengkong dan Puskesmas Sei.Pancur kecamatan Sei Beduk. Dan pada wilayah hinterland karena kondisi geografis dan ekonomi penduduk yang lebih rendah maka sesuai data BPS peserta Jamkesmas di wilayah tersebut juga tinggi. Untuk meningkatkan pemerataan dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang tidak terjaring dalam program Jamkesmas, Pemerintah Kota Batam bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau mengembangkan program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan sumber dana APBD I dan APBD II. Bagi masyarakat yang memilki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan dari tingkat RT (Rukun Tetangga) hingga Kecamatan dapat menggunakan layanan ini, sehingga penduduk miskin pada kasus tertentu yang membutuhkan pelayanan kesehatan berupa jasa pelayanan pasien rujukan ke rumah sakit baik didalam dan diluar wilayah Provinsi Kepulauan Riau di fasilitasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rujukan pada sarana kesehatan rumah sakit yang telah melakukan kerjasama baik didaerah maupunddipusat.
Based on the picture above shows that the distribution of JAMKESMAS there are people who have health centers in the region that does have such dense population; Batu Aji health center, health center and health center Sei.Panas districts Bengkong Sei.Pancur districts Sei drum. And in the hinterland because of geographical and economic conditions of the population are lower then according to the BPS participants JAMKESNAS in the region is also high. To improve equity and coverage of health services for the poor are not netted in the program Jamkesnas, Batam City Government in cooperation with the Government of Riau Province developed the Regional Health Insurance program (Jamkesda) with a source of budget funds I and II budgets. For people who have the Certificate of Disadvantaged (SKTM) were excluded from the RT (Neighborhood) to the District can use this service, so poor in some cases requiring health care services such as patient referrals to hospitals both within and outside the region Riau Islands Province in facilitating referrals to health services at health facilities hospitals that have good cooperation even in central area.
2.5. Pendidikan
2.5. Education In addition to Health Education is one of the pillars that determine the level of human welfare or human Developtmen Index. Level of education affects one's mindset to absorb the information so that knowledge can influence attitudes and behavior. Knowing the level of public education is expected to be a portrait of insight and ability of communities to absorb the message and adopt healthy hygiene
Selain Kesehatan Pendidikan merupakan salah satu pilar yang menentukan tingkat kesejahteraan manusia atau Human Developtmen Index. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam menyerap suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan perilaku. Diketahuinya tingkat pendidikan masyarakat diharapkan dapat mengambarkan wawasan dan kemampuan masyarakat dalam menyerap pesan serta mengadopsi perilaku hidup bersih dan Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
17
sehat dengan penuh kesadaran yang tinggi, sehingga mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan kesehatan baik untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungannya.
practices with full awareness that high, so as to have a positive effect on the maintenance of good health for themselves, families, communities and the environment. Based on the data obtained from the Office of Civil Registration, note that the average level of public education is the Batam city high school graduate (SMA, MA, SMK) that as many as 487 651 people, or 47.2%, while as many as 9% of the population is not educated, this found in the group of senior citizens, especially in the hinterland which is when the last decades of educational facilities in the region is still very limited.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, diketahui bahwa rata-rata tingkat pendidikan masyarakat kota Batam adalah tamat SLTA (SMA,MA,SMK) yakni sebanyak 487.651 orang atau 47,2 % sedangkan sebanyak 9 % penduduk tidak mengenyam pendidikan, ini ditemukan pada kelompok penduduk lansia khususnya di wilayah hinterland yang memang ketika puluhan tahun lalu sarana pendidikan di wilayah ini masih sangat terbatas.
Gambar 2.5. PROPORSI TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK USIA >10 TAHUN DIKOTA BATAM TAHUN 2013 0,5
2,0
0,2 3,5
9,0
TIDAK SEKOLAH
8,3
SD/MI
9,6
SMP/ MTs
SMA/ MA DIPLOMA II
47,2
DIPLOMA III UNIVERSITAS PASCASARJANA
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam Tahun 2014 2.6. LINGKUNGAN
2.6. ENVIRONMENT
Kesehatan merupakan hak azazi oleh karena itu setiap orang, rumah tangga, kelompok masyarakat, pemerintah maupun swasta perlu melakukan upaya mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan sulit dicapai bila tingkat kesehatan masyarakat masih rendah. Keberhasilan pembangunan tidak hanya ditentukan oleh kinerja sektor kesehatan, akan tetapi sangat
Health is therefore the rights of each person, household, community, government and private sector need to make an effort to support a clean and healthy living behavior. High economic growth will be difficult to achieve when the public health level is still low. Development success is not only determined by the performance of the health sector, but
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
18
very positively
sangat dipengaruhi kinerja dan kontribusi positif sektor lainnya. Lingkungan yang buruk, sanitasi yang kurang baik, limbah industri dan rumah tangga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan. Masalah kesehatan lingkungan merupakan aspek yang komplek dan melibatkan banyak sektor, untuk itu azas pokok program pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk masyarakat. Pembangunan yang tidak berwawasan kesehatan akan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, untuk itu penataan ruang dan wilayah diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mampu menjaga keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat. Walaupun data Statistik Daerah Kota Batam tahun 2012 memperlihatkan bahwa 83,24 % rumah tangga mempunyai akses terhadap sanitasi layak , namun karakteristik kota Batam sebagai kota industri, perdagangan dan pariwisata dengan beberapa masalah sosial seperti “illegal housing” dan mengingat kota Batam juga memiliki wilayah hinterlandmaka pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Batam juga memperhatikan aspek kesehatan masyarakat agar keseimbangan ekosistim tetap terjaga.Sebagai daerah industri tentunya kota Batam tak lepas dari ancaman limbah industri yang jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah kesehatan lingkungan. yang tidak sesuai dengan pembangunan tata ruang dan wilayah Kota Batam. Parameter Kondisi lingkungan Kota Batam dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti persentase rumah sehat, rumah tangga dengan akses air bersih, sanitasi dasar (saluran Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
influenced the performance and contribution of other sectors. Poor environment, poor sanitation, industrial and household waste has a very big influence on health. Environmental health issues are complex and involve aspects of many sectors, subject to the principle of national development programs sound health is the responsibility of all parties, including the public. Health oriented development will not adversely affect the public health, to the arrangement of space and territory is expected to create an environment that is capable of maintaining a dynamic ecological balance between humans and the environment to support the achievement of the quality of human life that is healthy.
Although the data Batam City Statistical Areas in 2012 showed that 83.24% of households have access to adequate sanitation, but the characteristics of the city as the city of Batam industry, trade and tourism with some social problems such as "illegal housing" and recall the city of Batam also has an area hinterland infrastructure development by the government of the city of Batam is also the aspect of public health in order to keep the ecosystem balance. As like industrial area in Batam certainly not free from the threat of industrial waste which if not managed properly will cause environmental health problems. Which is not in accordance with the spatial development and the area of Batam. Environmental conditions Batam parameters can be seen from several indicators, such as the percentage of healthy homes, households with access to clean water, basic sanitation (sewerage,
19
pembuangan air limbah, pembuangan sampah) dan rumah bebas jentik dengan beberapa kriteria, seperti penilaian rumah sehat dengan komponen fisik seperti ventilasi, luas bangunan, kepemilikan sanitasi yang meliputi sanitasi dasar serta komponen perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mengetahui kondisi lingkungan perlu dilakukan pemeriksaan/survei terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Namun terbatasnya tenaga, biaya kesehatan serta dinamika penduduk kota Batam yang berkembang sangat pesat maka kegiatan ini belum dapat dilakukan secara optimal.Dengan keterbatasan tersebut, dalam tahun 2013 Puskesmas hanya mampu membina 54.750 rumah atau 16 % dari 343.531 rumah yang ada dan dari 54.750 rumah yang dibina sebanyal 85% atau 46.375 rumah telah memenuhi syarat kesehatan.
waste disposal) and the free larva with several criteria, such as home health assessment with physical components such as ventilation, building area, which includes ownership of sanitation and basic sanitation component of clean and healthy living behavior. To determine the environmental conditions necessary inspection / survey of some aspects related to environmental health. But the lack of energy, the cost of health and population dynamics Batam city which is growing very rapidly, this activity can not be done optimal.Dengan these limitations, in 2013 the health center is only able to build 54 750 houses or 16% of the existing homes and 343 531 from 54 750 homes fostered sebanyal 85% or 46 375 houses have been qualified health.
Gambar 2.6. JUMLAH RUMAH DIBINA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 350.000 300.000 250.000 200.000
343.53 1
150.000 100.000
54.750
50.000
46.375
-
Sasaran
Rumah Dibina
Memenuhi Syarat
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2014
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
20
Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat. Oleh karena itu program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan indikator penting untuk melihat kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan diwilayah Puskesmas. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Every individual and community has access to basic sanitation facilities so as to realize the community free of waste water in any place. Therefore, Community-Led Total Sanitation program (STBM) is an important indicator to see the public awareness of environmental health in the region in maintaining the health center. Community-Led Total Sanitation (STBM) is an approach to hygiene and sanitation behavior change through community empowerment by triggering method.
Housing Batam city on the mainland region generally shaped clusters or residential complexes built by the developer, so that means latrines, clean water is generally good. The most important targets of the program STBM is troubled region "hosing illegal 'and its hinterland because most people do defecation hinterland to the sea. This behavior is difficult to change, through intensive and continuous STBM program is expected to further increase.
Perumahan diwilayah mainland kota Batam pada umumnya berbentuk cluster atau kompleks perumahan yang dibangun oleh developer, sehingga sarana jamban, air bersih pada umumnya baik. Yang menjadi target terpenting dari program STBM adalah kawasan bermasalah “illegal hosing’ dan wilayah hinterland karena kebanyakan masyarakat hinterland melakukan Buang Air Besar ke laut. Perilaku ini memang susah untuk dirubah, melalui kegiatan yang intensif dan berkesinambungan diharapkan program STBM dapat semakin meningkat.
Gambar 2.7 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MENURUT KECAMATAN TAHUN 2013 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8
7 6
6
6
6
5 4
4
4 1
0
0
0
1
4
1
4 1
1 0
0
1
1
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2014
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
21
Sejak di sosialisasikannya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat hanya 7 kecamatan yang telah melaksanakan dan masing masing kecamatan tersebut hanya 1 Kelurahan, diharapkan ditahun mendatang program ini dapat terus dikembangkan.
Since in sosialisasikannya Community-Led Total Sanitation program only 7 districts that have implemented each sub-district and the only one village, is expected next year this program can be developed.
Dalam melindungi masyarakat dari penyakit-penyakit berbasis kesehatan lingkungan maka pemantauan terhadap kwalitas air minum sangatlah penting, sebagai kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia terutama untuk minum, maka pemeriksaan sumber air minum yang digunakan keluarga perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Dan pada kebanyakan keluarga di kota Batam khususnya di mainland menggunakan air minum isi ulang sebagai sumber air minum sehari-hari , oleh karena itu pengawasan rutin pada sumber air minum yang digunakan masyarakat harus dilakukan secara berkesinambungan.
In protecting the public from diseases based on the environmental health monitoring of drinking water quality is very important, as a very basic need for humans, especially for a drink, then the examination of drinking water sources used family needs to be done continuously and sustainably. And in most families in Batam city, especially in mainland using refill drinking water as a source of drinking water daily, therefore routine monitoring of drinking water sources used by society to be done on an ongoing basis.
Gambar 2.8.
DISTRIBUSI PENYELENGGARA AIR MINUM BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN KWALITAS AIR DI KOTA BATAM TAHUN 2013
MEMENUHI SYARAT
8
SAMPEL DIPERIKSA
8
PENYELENGGARA AIR MINUM
10 0
2
4
6
8
10
12
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2014 Penyediaan Air Minum di kota Batam dikelola oleh PT. Adya Tirta Batam Perusahaan Swasta yang sudah cukup lama bekerjasama dengan pemerintah kota Batam dan Badan Pengusahaan kawasan Selain itu pemerintah kota Batam juga mengembangkan penyediaan air minum di beberapa kawasan hinterland.
Water Supply in Batam city is managed by PT. Adya Tirta Batam Private Companies, which have long collaborated with the city government of Batam and Exploitation Agency region. In addition, Batam city government is also developing a drinking water supply in some hinterland areas.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
22
Dari 8 titik sumber air yang diperiksa sebagaimana terlihat pada gambar 2 diatas, diketahui 100 % sumber air minum yang diperiksa dalam tahun 2013 memenuhi syarat sanitasi yang berarti aman untuk dikonsumsi masyarakat kota Batam. Indikator kesehatan lingkungan lainnya juga dapat dilihat dari lingkungan rumah bebas jentik karena keberadaan jentik nyamuk sangat mempengaruhi penyebaran penyakit DBD. Pemantauan adanya jentik nyamuk bertujuan untuk mengendalikan nyamuk aedes aqyptysebagai vektor dalam penyebaran penyakit demam berdarah. Upaya memutus rantai penularan penyakit DBD dengan mengendalikan vektor dapat menurunkan penyebaran penyakit DBD, mengingat penyakit DBD hanya ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aqypty. Pemantauan jentik yang dilakukan pada 40.046 rumah didapatkan 28% rumah masih terdapat jentik nyamuk dengan demikian Angka Bebas Jentik (ABJ) Kota Batam tahun 2012 adalah 72%.
Of 8 point sources of water are examined as shown in Figure 2 above, note 100% drinking water sources are examined in the year 2013 which means qualified sanitary safe for public consumption Batam city. Other environmental health indicators can also be seen from the home environment free of larvae due to the presence of mosquito larvae greatly affect the spread of dengue disease. Monitoring the presence of mosquito larvae is to control the mosquito vector Aedes aqyptysebagai in the spread of dengue fever. Efforts to break the chain of transmission of dengue disease by controlling the vector can reduce the spread of dengue disease, given the dengue disease is transmitted only through the bite of aedes mosquito aqypty. Monitoring is carried out at 40 046 larvae obtained 28% of the houses are still there so figure wiggler Free Larva (ABJ) Batam in 2012 was 72%.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
23
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
24
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
CHAPTER III SITUATION HEALTH STATUS
Kesehatan merupakan salah satu sektor penting yang menentukan kwalitas pembangunan manusia di suatu negara, Indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan suatu bangsa tersebut dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi masyarakat. Indikator ini menggambarkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, bebas dari penyakit, dan dapat menjalani hidup lebih lama dengan mandiri secara optimal. Situasi derajat kesehatan masyarakat Kota Batam tahun 2013 merupakan hasil pelaksanaan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan oleh Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat Kota Batam termasuk pihak swasta, berikut gambaran derajat kesehatan masyarakat Kota Batam tahun 2013
Health is one of the important sectors that determines the quality of human development in a country, the indicator can affect the soundness of a nation can be seen from the number of deaths (mortality), morbidity (morbidity) and nutritional status of the community. This indicator illustrates the ability of people to live healthy, free of disease, and can live independently longer optimal.
3.1. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
3.1. MORTALITY (MORTALITY)
Kematian menunjukkan ketidak mampuan seseorang bertahan hidup yang disebabkan karena berbagai kondisi seperti gangguan kesehatan, keselamatan dan lainnya. Statistik Kesehatan berperan penting untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu bangsadengan melihat beberapa indikator sepertiAngka Kematian(Mortality Rate) pada kelompok umur dan kondisi fisiologis tertentu yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti ibu hamil , ibu dimasa nifas, bayi dan anak Balita.Angka kematian berhubungan dengan jumlah kematian yang terjadi pada kurun waktu dan dalam wilayah tertentu. Indonesia merupakan salah satu negara bersama 188 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa lainnya yang ikut mendeklarasikan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2000.Komitmen yang akan dicapai adalah menurunkan beberapa indikator mortalitas, seperti angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian oleh penyakit lainnya. Berkenaan dengan angka kematian atau
Death shows the inability of a person to survive due to various conditions such as impaired health, safety and others. Health Statistics play an important role to measure the level of welfare of a country see some indicators like number of Death (Mortality Rate) in the age group and certain physiological conditions that are prone to health problems such as pregnant women, mothers days of childbirth, infant and child mortality. associated with the number of deaths during the period of time and in a particular area. Indonesia is one country with 188 member countries of the United Nations other participating Millenium Development declare Goals (MDGs) in 2000.Komitmen to be achieved is to lower some indicators of mortality, such as maternal mortality, infant mortality and death rates by other diseases. With regard to mortality or
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
25
The situation of public health degree in Batam in 2013 is the result of the implementation of sustainable health development by the Government and all elements of society, including the private sector Batam city, the following picture of the health of society in Batam in 2013
mortality ratemaka dari beberapa kegiatan program kesehatan dan informasi yang diterima dari seluruh unit pelayanankesehatan didapatkan data sebagai berikut :
mortality ratemaka of some health program activities and information received from the entire health care unit obtained the following data: 3.1.1. BORN DEAD FIGURES
3.1.1. ANGKA LAHIR MATI Lahir mati adalah keluarnya hasil konsepsi usia> 20 minggu yang tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Angka lahir mati didapatkan dari jumlah lahir mati dalam 1000 kelahiran (hidup + mati). Angka ini menggambarkan ketidak mampuan janin yang ada dalam kandungan seorang ibu hamil untuk bertahan hidup sampai waktunya dilahirkan Hal ini sangat dipengaruhi kondisi ibu hamil terutama ibu dengan risiko tinggi dan faktor lainnya dari janin itu sendiri. Selama Tahun 2013 di Kota Batam jumlah bayi lahir mati adalah 102bayi dari 37.553 jumlah kelahiran dengan angka lahir mati 3/1000 kelahiran, angka ini sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 (1.8/1000 kelahiran).
Stillbirth is a discharge of the products of conception age> 20 weeks showed no signs of life. Figures obtained from the number of stillborn stillborn in 1000 births (live + dead). This figure illustrates the inability of the fetus in the womb of a pregnant woman to survive until the time is born It is highly influenced by the condition of pregnant women, especially mothers with high-risk and other factors of the fetus itself. During the year 2013 in the city of Batam number of stillbirths is 102bayi of 37 553 births with a stillbirth rate 3/1000 births, the rate is slightly increased compared to 2012 (1.8 / 1,000 live births).
Gambar 3.1. PROPORSI LAHIR MATI VERSUS LAHIR HIDUP BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2013
57 (laki2)
37.451 102 45 (Peremp)
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
26
3.1.2. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) Angka Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi sebelum anak mencapai tepat umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Sesuai dengan rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 ditargetkan adanya penurunan angka kematian bayi menjadi 24/1000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Mendukung pemerintah pusat, maka Pemerintah Daerah Kota Batam dengan leading sektor Dinas Kesehatan bersama instansi terkait lainnya serta dukungan seluruh elemen masyarakat Kota Batam terus berupaya untuk menurunkan angka kematian bayi seoptimal mungkin dengan hasil yang cukup menggembirakan, di mana pada tahun 2012 angka kematian bayi turun hingga mencapai 3.2/1000 kelahiran hidup,namun pada tahun 2013 meningkat menjadi 7,3 per 1000 Kelahiran hidup.
3.1.2. INFANT MORTALITY RATE (IMR) Infant mortality is the death that occurred before the child reaches the appropriate age of 1 year per 1,000 live births. In accordance with the strategic plan of the Ministry of Health in 2010-2014 targeted to a decrease in the infant mortality rate be 24/1000 live births in 2014 supports the central government, the regional government of Batam with leading sector of the Department of Health and other relevant agencies as well as the support of all elements of society City Batam continues its efforts to reduce infant mortality as optimal as possible with encouraging results, where in 2012 the infant mortality rate decreased to reach 3.2 / 1,000 live births, but in 2013 increased to 7.3 per 1,000 live births.
Gambar 3.2. ANGKA KEMATIAN BAYI DI KOTA BATAM SELAMA TAHUN 2009 S/D TAHUN 2013
2011; 3,8
2013; 7,3
2010; 6,3 2012; 3,2
2009 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber :Bidang Kesga dan promkes Dinkes kota Batam tahun 2014 Peningkatan AKB dibanding tahun sebelumnya disebabkan karena semakin baiknya kesadaran pengelola sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin untuk melaporkan kasus kematian bayi. Walaupun AKB di kota Batam tahun 2013 meningkat dibanding tahun 2012 lalu namun tidak melebihi target Rencana strategis Dinas Kesehatan kota Batam (13/1.000 KH) serta jauh dibawah target MDG’s 2015 (32/1.000 KH).
The increase in IMR over the previous year due to improvements in the awareness of managers of health care facilities such as hospitals, maternity hospital for reported cases of infant mortality. Although the IMR in the city of Batam in 2013 increased compared to the year 2012 and yet do not exceed the target of a strategic plan Batam city health department (13/1000 KH) and well below the MDG target of 2015 (32/1000 KH).
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
27
Data yang diperoleh dari beberapa sarana pelayanan kesehatan juga memperlihatkan bahwa kematian di usia neonatal (0 s/d 28 hari) jauh lebih tinggi dibandilng pada usia 2 bulan s/d 12 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan dan status gizi ibu hamil, pertolongan persalinan yang berkwalitas adalah sangat penting
Data obtained from several health care facilities also showed that deaths in the neonatal age (0 s / d 28 days) was significantly higher than at 2 months s / d 12 months. This suggests that the health condition and nutritional status of pregnant women, deliveries which is a very important quality.
Neonatal
Bayi
. Gambar 3.3. JUMLAH KEMATIAN BAYI & NEONATAL/1.000 KH DI KOTA BATAM MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2013.
Pr
5,9
lk2
8,7
Pr
4,9
lk2
7,4 -
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Sumber :Bidang Kesga dan promkes Dinkes kota Batam tahun 2014 3.1.3. ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA (AKABA)
3.1.3. Under-five mortality (UMR)
Gambaran kesejahteraan anak dapat dicerminkan dengan melihat status kesehatannya. Indikator Kematian Anak Balita merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui derajat kesehatan anak balita. Kematian anak Balita adalah jumlah kematian anak usia 1 - < 5 tahun per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan yang diterima dari Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya diketahui bahwa kematian anak balita pada tahun 2013 berjumlah 36 Anak dengan demikian didapatkan angka kematian anak balita (AKABA) sebesar 0.96 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian anak balita pada tiga tahun terakhir masih dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup ini menggambarkan
Overview of child well-being can be reflected by the status of his health. Indicators of Early Childhood Mortality is one of the important indicators to determine the health status of children under five. Toddler's death is the death rate for children aged 1 - <5 years per 1 000 live births. Based on the reports received from hospitals and other medical facilities known that the mortality of children under five in 2013 accounted for 36 Children thus obtained mortality rate of children under five (UMR) of 0.96 per 1,000 live births. The mortality rate of children under five in the last three years was less than 1 per 1,000 live births, this illustrates
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
28
usaha dan kerja keras berbagai pihak, sarana pelayanan kesehatan dan instansi terkait serta masyarakat kota Batam dalam meningkatkan derajat kesehatan anak balita.
the efforts and hard work of the various parties, health care facilities and agencies as well as the city of Batam in the community to improve the health of children under five.
Gambar 3.4. ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA DI KOTA BATAM TAHUN 2010 s/d 2013
1,2
0,96
1 0,8
0,68
0,6
0,41
0,4
0,21
0,2 0 2010
2011
2012
2013
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 3.1.4. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKBA)
3.1.4. CHILDREN UNDERFICE
MORTALITY
RATE
Angka Kematian Balita (AKBA) adalah jumlah kematian anak sebelum mencapai tepat umur 5 tahun (termasuk kematian bayi) per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah balita meninggal di Kota Batam pada tahun 2012 lalu adalah 120 dengan angka kematian balita sebesar 3,41/1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2013 angka kematian balita yang dilaporkan ke Dinas Keseahatan meningkat menjadi 308 atau 8,2/1.000 kelahiran hidup . Seperti halnya kematian bayi bahwa peningkatan angka kematian balita dibanding tahun sebelumnya disebabkan kerena kesadaran sarana pelayanan kesehatan semakin baik untuk melaporkan kasus kematian bayi maupun balita ke Dinas Kesehatan kota
Infant Mortality Rate (CMR) is the number of child deaths before it reaches the right age of 5 years (including infant deaths) per 1,000 live births. The number of children under five died in the city of Batam in 2012 and is a 120 with a mortality rate of 3.41 / 1,000 live births, and in 2013 the mortality
rate
is
reported
to
the
Department Keseahatan increased to 308 or 8.2 / 1,000 live births. As with infant mortality that increased mortality rate compared to the previous year caused because the awareness is getting better health care facilities to report deaths to infants and toddlers Batam city Health Department.
Batam . Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
29
Kementerian Kesehatan mentargetkan bahwa pada tahun 2015 kematian balita tidak lebih dari 32 per 1000 kelahiran hidup. Untuk itu kematian balita di kota Batam masih cukup baik karena jauh dibawah target nasional. Dan seperti halnya dengan daerah lainnya di Indonesia Kematian Bayi khususnya kematian neonatal mempunyai proposi yang cukup besar sebagai penyebab masih tingginya Angka Kematian Balita. Diharapkan di tahun – tahun mendatang seluruh sarana kesehatan maupun masyarakat melaporkan kematian bayi dan balita sesuai jenjang administrasi serta melakukan upaya peningkatan kwalitas pelayanan kesehatan balita sehingga diharapkan angka kematian balita tersebut dapat semakin turun .
The Ministry of Health expects that by 2015 the death of a toddler no more than 32 per 1,000 live births. For the death of a toddler in Batam city is still pretty good as far below national targets. And as is the case with other regions in Indonesia, especially infant mortality neonatal mortality has a sizable proportion as the cause of the high Infant Mortality Rate It is expected that in the year - throughout the coming year as well as public health facilities to report deaths of infants and toddlers appropriate administrative levels and make efforts to improve the quality of health care toddler so expect the mortality rate can be further down.
Gambar 3.5. ANGKA KEMATIAN BALITA DI KOTA BATAM TAHUN 2010 s/d 2013 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8,2 6,98 4,24 3,41
2010
2011
2012
2013
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 3.1.5. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
3.1.5. MATERNAL MORTALITY (AKI)
Kematian Ibu adalah kematian pada ibu akibat proses kehamilan, persalinan dan nifas serta penanganannya dan bukan karena kecelakaan. Angka Kematian Ibu didapatkan dari perhitungan jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit serta melalui kegiatan audit maternal perinatal (AMP)
Maternal Mortality is the death of the mother due to pregnancy, delivery and post-partum as well as treatment and not because of an accident. Maternal Mortality is obtained from the calculation of the number of maternal deaths in 100,000 live births. Based on the report, especially health care facilities Hospitals through auditing maternal and perinatal (AMP)
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
30
diketahui pada tahun 2013 terdapat 20 orang ibu meninggal dengan angka kematian sebesar 53/100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dari tahun 2012 lalu yaitu 66.46/100.000 kelahiran hidup dan telah mencapai target yang ditetapkan 118/ 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Namun demikian perlu terus dilakukan upaya yang terus menerus agar kematian ibu yang merupakan indikator penting pencapaian derajat kesehatan dan MDG’s dapat dicegah dengan lebih optimal melalui prrogram dan kegiatan terkait kesehatan ibu dan anak dan peningkatan kerjasama lintas sektor dan lintas program.
is known in the year 2013 there were 20 mothers died with a mortality rate of 53/100 000 live births. This figure is lower than in 2012 and then the 66.46 / 100,000 live births and has reached the target 118 / 100,000 live births in 2014, however the effort needs to be done continuously so that maternal mortality is an important indicator of health status and the achievement of the MDG's can be prevented with a more optimal prrogram and related activities through maternal and child health and increased collaboration across sectors and programs.
Gambar 3.6. ANGKA KEMATIAN IBU DI KOTA BATAM TAHUN 2010 s/d 2013 120 100
113,8
78,6
80
66,46
60
53,4
40 20 0 2010
2011
2012
2013
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 3.1.6. CASE FATALITY RATE (CFR) Case Fatality Rate merupakan proporsi kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu, angka ini menunjukkan tingkat keganasan suatu penyakit yang dapat menyebabkan kematian dan menggambarkan kualitas pelayanan kesehatan dalam menangani masalah kesehatan secara klinis serta dapat mencerminkan gambaran pengetahuan , sikap dan perilaku masyarakat tentang penyakit tersebut sehingga terlambat dalam mendapat pertolongan yang dapat berakibat fatal.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
3.1.6. CASE FATALITY RATE (CFR) Case Fatality Rate is the proportion of deaths caused by certain diseases, this figure shows the degree of malignancy of a disease that can cause death and describe the quality of health services in tackling health problems and may reflect the clinical picture of the knowledge, attitudes and behavior of the public about the disease so late in the get help which can be fatal.
31
Beberapa penyakit menular maupun masalah kesehatan perlu dilakukan pengamatan yang bersifat terus menerus (on going) atau melalui kegiatan surveilens . Hal ini sangat penting sebagai upaya pemantauan dan pengendalian penyakit terutama penyakit menular, dengan harapan dapat meningkatkan kewaspadaan dini. Berdasarkan laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan, beberapa penyakit yang dilakukan surveilens antara lain; diare, pneumonia, malaria dan lainnya tidak sampai menimbulkan kematian, namun masih ada penyakit menular yang menelan korban jiwa seperti diuraikan sebagai berikut.
Some infectious diseases and health problems need to be carried out observations that are continuous (on-going) or through surveillance activities. This is very important as an effort to monitor and control diseases, especially infectious diseases, with the hope of improving early warning. Based on reports to the Department of Health, which carried some disease surveillance, among others; diarrhea, pneumonia, malaria and other not to cause death, but there is still an infectious disease that claimed the lives of as outlined below.
3.1.6.1. CFR DEMAM BERDARAH DENGUE
3.1.6.1. DENGUE FEVER DENGUE CFR
Selama tahun 2013 Case Fatallity Rate (CFR) penyakit DBD (Demam Berdarah) meningkat cukup tajam, bahkan melebihi target yang diharapkan (<1%). Berdasarkan laporan surveilens jumlah kematian akibat DBD sebanyak 19 orang dari 1.007 kasus, dengan demikian CFR penyakit DBD adalah 1.9 %. Untuk itu komitmen dan dukungan aktif semua pihak baik pemerintah, swasta dan seluruh masyarakat Kota Batam sangat diperlukan agar kewaspadaan terhadap penyakit DBD lebih meningkat , karena ketelambatan dalam penanganan penyakit DBD dapat berakibat fatal.
During the year 2013 Fatality Case Rate (CFR) of DHF (Dengue Fever) increased quite sharply, even exceeding the expected target (<1%). Based on the reported number of deaths due to dengue surveillance as many as 19 people of 1,007 cases, thus CFR DHF was 1.9%. For the commitment and active support of all parties including government, private sector and the entire community of Batam is necessary for vigilance against dengue disease is increased, because lately in the treatment of dengue disease can be fatal.
Gambar 3.7. CASE FATALITY RATE DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BATAM TAHUN 2010 – 2013 2,00%
1,90%
1,80% 1,60% 1,40% 1,20%
1,34%
1,32%
1,00% 0,80% 0,60% 0,40%
0,31%
0,20% 0,00%
2010
2011
2012
2013
Sumber :Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
32
3.1.6.2. KEMATIAN HIV/AIDS
3.1.6.2. DEATH HIV / AIDS
AIDS merupakan penyakit yang disebabkan virus yang menyerang sistem pertahanan tubuh sebagai kelanjutan dari HIV. Pada kondisi seseorang dinyatakan menderita AIDS, dimana sistem pertahanan tubuh sangat lemah dan lebih mudah diserang penyakit infeksi lainnya yang ditandai dengan jumlah CD 4 < 500 dan atau penderita HIV yang disertai penyakit infeksi sekunder yang berujung pada kematian. Selama tahun 2013 diketahui jumlah kematian akibat HIV/AIDS berjumlah 54 orang sedikit menurun dibanding tahun 2012 yakni sebesar 59 orang. dengan Case Fatality Rate sebesar 7,0 %.
AIDS is a disease caused by a virus that attacks the immune system as a continuation of HIV. On the condition of a person was diagnosed with AIDS, where the immune system is very weak and more vulnerable to attack other infectious diseases are characterized by the number of CD 4 <500 and or patients with HIV disease secondary infections resulting in death. During the year 2013 an unknown number of deaths due to HIV / AIDS around 54 people a slight decline in 2012 which amounted to 59 people. with a Case Fatality Rate of 7.0%.
Gambar 3.8 DISTRIBUSI KOMULATIF KASUS AIDS DIKOTA BATAM SELAMA TAHUN 1997 s/d 2013
1342 1144 733
575
1
5
8
9
14 22 42 64
123 177
287
364
441
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 3.1.6.3. CFR TB. PARU Kematian
3.1.6.3. CFR TB. LUNG akibat
TB.
Paru
Deaths from TB. Lungs were 3
berjumlah 3 orang (0.62%) dari 474
people (0.62%) of 474 patients and all were
penderita dan seluruhnya adalah laki-laki .
male. Although the number of cases of
Walaupun jumlah kasus penderita TB Paru
pulmonary TB patients but decreased in
menurun namun dibanding tahun 2012 CFR
2012 compared to the CFR of tuberculosis is
TB-Paru tidak terjadi perubahan yakni
not a change that is 0.63%.
0,63% .
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
33
Gambar 3.9. CASE FATALITY RATE TB. PARU DI KOTA BATAM TAHUN 2013 0,63
99,37
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
3.2. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
3.2. Morbidity (Morbidity)
Angka kesakitan atau morbiditas menggambarkan tingkat kerentanan masyarakat terhadap penyakit. Angka kesakitan dapat digambarkan dengan jumlah kunjungan masyarakat yang berobat ke sarana kesehatan baik pemerintah maupun swasta, pada tingkat pelayanan dasar maupun lanjutan. Berikut uraian angka kesakitan di Kota Batam tahun 2013.
Morbidity or morbidity describe the level of societal vulnerability to disease. Morbidity can be described by the number of people who went to visit health facilities both public and private, at the level of basic and advanced services. The following description morbidity in Batam in 2013.
3.2.1. Sepuluh Penyakit Terbesar
3.2.1. Ten Largest Disease
Sepuluh penyakit terbesar dari kunjungan pasien yang mendapat pengobatan/ perawatan dapat dilihat pola penyakit yang ada disuatu wilayah, Dengan mengetahui pola penyakit dapat menjadi acuan dalam perencanaan kesehatan, seperti penyediaan sarana dan prasarana, penyediaan obat-obatan, tenaga kesehatan , kebijakan dan strategi program kesehatan serta langkah-langkah teknis lainnya. Berdasarkan laporan SP2TP dari Puskesmas se-Kota Batam selama tahun 2013, diperoleh gambaran 10 penyakit terbesar yang mencerminkan pola penyakit yang banyak dialami masyarakat Kota Batam seperti sebagai berikut :
Ten biggest disease of visits patients receiving treatment / care can be seen in disease patterns that exist in a region, By knowing the pattern of the disease can be a reference in the health plan, such as the provision of infrastructure, provision of medicines, medical personnel, policies and strategies for health programs as well as other technical measures. Based on reports from health centers SP2TP as the city of Batam during the year 2013, obtained a description that reflects the 10 largest disease patterns of disease experienced by many people of Batam such as the following:
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
34
Gambar 3.10. SEPULUH PENYAKIT TERBESAR KUNJUNGAN PASIEN DI PUSKESMAS SE-KOTA BATAM TAHUN 2013. Sistem pernafasan
8.602 5.850 4.256 2.465 2.235 841 606 771 548
Sistem Pencernaan Kulit & jaringan sub kutan Esofagus, lambungm duodenum Infeksi Parasit tertentu Sistem muskulosletal & Jaringan Mata &adneksia Telinga & prosesus Endokrin gizi & metabolik Sistem kemih & kelamin 0
5000
10000
15000
22.683
20000
25000
Sumber : Bidang Yankesfarmamin Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Gambaran diatas menunjukkan bahwa seperti pada tahun-tahun sebelumnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menjadi penyakit yang paling banyak menyerang penduduk Kota Batam.
The above description shows that as in previous years Acute Respiratory Infection (ARI) be the most disease attacked the city of Batam.
3.2.2. Acute Flacyd Paralysis Rate (AFP Rate)
3.2.2. Rate Flacyd Acute Paralysis (AFP Rate)
Acute Flacyd Paralysis merupakan penyakit yang menyerang anak usia <15 tahun secara mendadak (acute) masih menjadi sasaran dalam surveilens pengendalian dan pemberantasan penyakit menular. Secara nasional jumlah kasus diperkirakan 2 per 100.000 anak usia< 15 tahun. Dari 291.893 anak usia < 15 tahun yang ada dikota Batam diperkirakan terdapat 5 kasus AFP Non Folio selama tahun 2013 . Data surveilens menunjukkan AFP rate sebesar 1,7/100.000 anak usia<15 tahun dan terjadi penurunan dibanding tahun 2012 lalu yakni 2.74/100.000 anak usia<15 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa program pencegahan polio cukup baik karena telah mencapai target nasional ( tidak lebih dari 2/100.000 anak usia <15 tahun).
Flacyd Acute Paralysis is a disease that attacks children aged <15 years suddenly (acute) was being subjected to the surveillance and control of communicable disease control. Nationally, the number of cases estimated to be 2 per 100,000 children aged <15 years. Of the 291 893 children aged <15 years in the city of Batam estimated there are 5 cases of Non Folio AFP during 2013. AFP surveillance data shows the rate of 1.7 / 100,000 children aged <15 years and there is a decrease compared to the year 2012 and the 2.74 / 100,000 children aged <15 years. This condition indicates that the polio prevention program is quite good because it has reached the national target (no more than 2 / 100,000 children aged <15 years).
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
35
Gambar 3.11. CAKUPAN ACUTE FLACYD PARALYSIS (AFP) RATE DI KOTA BATAM TAHUN 2008-2013 7 6
6,2
5 4
3
3
2,7
2,7
2
1,9
1,7
1 0 2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 3.2.3. Angka Kesakitan TB. Paru Kegiatan pengendalian penyakit TB.Paru diawali dengan penemuan kasus baru TB. Paru BTA (+) yang bertujuan menjaring penderita TB. Paru BTA (+) agar mendapat pengobatan dan pengawasan sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan mencegah penularan ke orang lain. Untuk lebih meningkatkan akses pelayanan kesehatan serta agar dapat menjaring penderita TB-Paru khususnya bagi para pekerja formal di kawasan industri , maka dinas kesehatan kota Batam telah bekerja sama dengan klinik swasta dan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Kerjasama tersebut dilakukan dalam pengembangan sistem informasi, penyediaan obat TB dan rujukan.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
3.2.3. TB morbidity figures. lung TB.Paru disease control activities begins with the discovery of new cases of TB. BTA (+) which aims to capture people with TB. BTA (+) in order to receive treatment and supervision so as to reduce morbidity and prevent transmission to others. To further improve access to health services and to be able to recruit people with tuberculosis, especially for formal workers in the industrial area, the Batam city health department has been working with private clinics and hospitals both public and private. The cooperation is carried out in the development of information systems, and referral of TB drug supply.
36
Gambar 3.12.PENEMUAN PENDERITA SUSPEK, TB. PARU BTA (+) DAN CDR DI KOTA BATAM TAHUN 2010 s/d 2013 6000
5448
5000 4000
3484
3000 2000
2216
1000 0 Suspect BTA (+)
625 2010 2216 325
2011 3484 405
2012 5448 625
2013 625 301
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
3.2.4. Angka Kesakitan Pneumonia pada Balita
3.2.4. Morbidity figures Pneumonia in Toddlers
Pneumonia pada balita masih menjadi salah satu pusat perhatian pengendalian penyakit menular, karena bila tidak ditangani dengan baik maka besar kemungkinan penyakit ini akan menjadi faktor pendorong bertambahnya angka kematian pada balita. Kegiatan pengendalian penyakit ini mulai dari deteksi dini hingga pengobatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia pada balita. Tingkat penyebaran pneumonia diperkirakan 10% dari jumlah balita. Pada tahun 2013 jumlah kasus pneumonia yang ditangani berjumlah 1.013 kasus (6,9%) dari 14.588 kasus yang diperkirakan.
Pneumonia in infants still become one of the communicable disease control center of attention, because if not handled properly it is possible that this disease will be a factor driving the increase in mortality in children under five. The disease control activities ranging from early detection to treatment which aims to reduce morbidity and mortality due to pneumonia in infants. Pneumonia prevalence is estimated at 10% of the infants. In 2013 the number of cases of pneumonia were handled amounted to 1,013 cases (6.9%) of the estimated 14 588 cases.
Gambar 3.13. CAKUPAN PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA BERDASARKAN PUSKESMAS DIKOTA BATAM TAHUN 2013 6,90%
93%
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
37
3.2.5. HIV/AIDS Upaya pencegahan dan penurunan angka kesakitan dan kematian karena Penyakit HIV/AIDS merupakan prioritas utama dalam program pengendalian penyakit menular yang juga merupakan salah satu komitmen MDGs. Perkembangan penyakit ini cukup pesat dan membutuhkan perhatian serta kerjasama semua pihak dalam melakukan upaya pengendalian penyakit yang cukup serius ini. Dibanding tahun 2012 maka pada tahun 2013 penderita penyakit AIDS menurun menjadi 198 Kasus namun jumlah penderita HIV meningkat dari 535 kasus pada tahun 2012 menjadi 577 Kasus.
3.2.5. HIV / AIDS Efforts to prevent and decrease morbidity and mortality due to HIV / AIDS is a major priority in communicable disease control program is also one of the MDG commitments. The development of this disease is quite rapid and requires the attention and cooperation of all parties in an effort to control this serious illness. Compared to the year 2012 then in 2013 patients with AIDS dropped to 198 but the number of HIV cases increased from 535 cases in 2012 to 577 cases.
Gambar 3.14 JUMLAH PENDERITA HIV & AIDS DI KOTA BATAM SELAMA TAHUN 2012 / 2013
535
1000 500
577
411 198
0
HIV
AIDS HIV
AIDS 2012
2013
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Berbeda dengan tahun 2012 lalu, dari data yang disampaikan sarana pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit memperlihatkan bahwa kasus AIDS di tahun 2013 banyak pada perempuan sedangkan infeksi HIV banyak pada laki-laki
In contrast to the year 2012 and, from the data presented, especially health care facilities Hospital showed that in 2013 AIDS cases in women with HIV infection whereas many men
3.2.6. INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) 3.2.6. Sexually Transmitted Infections (STIs) Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit infeksi yang menyerang organ reproduksi baik laki-laki maupun perempuan, biasanya penyakit ini disebabkan karena pola perilaku seksual yang tidak sehat dan personal hygiene yang kurang baik khususnya hygiene pada organ kelamin.
Sexually Transmitted Infections (STI) is an infectious disease that attacks the reproductive organs of both men and women, the disease is usually caused by a pattern of sexual behavior that is unhealthy and poor personal hygiene, especially hygiene in the genital organs.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
38
Due to changes in recording and Disebabkan karena adanya reporting system, the data distribution of perubahan dalam sistem pencatatan dan the disease by gender was not obtained. pelaporan , maka data distribusi penyakit And based health centers report venereal berdasarkan gender tidak diperoleh. Dan diseases which are prevalent in Batam city berdasarkan laporan Puskesmas penyakit is as much as 151 Syphilis Cases. kelamin yang banyak terjadi di kota Batam adalah Syphilis sebanyak 151 Kasus. Gambar 3.16 JUMLAH PENDERITA HIV, AIDS DAN SYPHILIS DI KOTA BATAM TAHUN 2013
577
600 400
198
200
151
0
HIV
AIDS
SYPHILIS
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
3.2.7. ANGKA KESAKITAN DIARE 3.2.7. Diarrheal morbidity Diare merupakan penyakit menular yang sangat terkait dengan masalah kesehatan lingkungan, berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa higiene dan sanitasi ingkungan yang buruk berkorelasi dengan meningkatnya kasus diare di suatu wilayah, oleh karena itu adanya perubahan lingkungan akibat industrialisasi maupun dinamika pertumbuhan penduduk dan masih banyaknya masyarakat bertempat tinggal pada kawasan pemukiman yang tidak layak huni menyebabkan diare masih tergolong penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif masih tinggi. Oleh karena itu hingga saat ini upaya pencegahan penyakit diare masih menjadi salah satu pusat perhatian program pengendalian penyakit menular di Indonesia, karena akibat yang timbul dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera terutama pada balita dapat menyebabkan gizi buruk dan kematian. Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
Diarrhea is an infectious disease that is strongly associated with environmental health issues, many scientific studies show that hygiene and sanitation are poor environment correlated with increased cases of diarrhea in a region, therefore the change in the environment due to industrialization and the dynamics of population growth and the number of people still live the residential area uninhabitable cause diarrhea still quite infectious diseases relatively high number of cases. Therefore to this day the prevention of diarrheal disease remains one of the limelights infectious disease control programs in Indonesia, as a result of which arise can be fatal if not treated promptly, especially in infants can lead to malnutrition and death.
39
Diperkirakan selama tahun 2013 terdapat 50.785 kasus diare di kota Batam atau 41,1 per 1000 penduduk. Namun jumlah kasus yang datang / ditemukan dan ditangani oleh petugas kesehatan sebanyak 10.767 kasus atau 20 % dari perkiraan kasus diare. Seluruh kasus diare tersebut atau 100% kasus dapat ditangani dengan baik.
It is estimated that during the year 2013 there were 50 785 cases of diarrhea in the city of Batam or 41.1 per 1000 population. But the number of cases that come / found and dealt with by health officials as many as 10 767 cases or 20% of the estimated cases of diarrhea. All cases of diarrhea or 100% of the cases can be handled well.
Gambar 3.17. PROPORSI PERKIRAAN KASUS DAN DIARE DITANGANI DI KOTA BATAM TAHUN 2013
10.767 ; 17%
50.785 ; 83%
PERKIRAAN KASUS KASUS DIARE DITANGANI
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
3.2.8. ANGKA KESAKITAN KUSTA
3.2.8. Morbidity LEPROSY
Penyakit Kusta merupakan penyakit menahun yang disebabkan oleh mikro bakterium Kusta. Penyakit kusta ini menyerang susunan syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Hasil pendataan penderita kusta yang ada bukan berasal dari penduduk tetap Kota Batam, akan tetapi merupakan penduduk yang bermigrasi dari daerah lain dan bila ditinjau dari target, dimana prevalensinya sudah jauh dari target nasional <1 per 10.000 penduduk, sejak tahun 2009 tidak ada penambahan kasus baru dan jumlah penderita kusta tercatat dalam tahun 2013 ini sebanyak 26 orang dan masih menjalani pengobatan di RSUD Embung Fatimah Kota Batam dan RS. Badan Pengusahaan Kawasan Batam, adapun gambaran kasus kusta di kota Batam terlihat pada gambar berikut ini.
Leprosy is a chronic disease caused by the bacterium micro Leprosy. Leprosy attacks the nervous system and other body tissues edge. The results of the existing data collection leper is not from permanent residents of Batam, but a resident who migrated from other areas and when viewed from the target, where the prevalence is far from the national target of <1 per 10,000 population, since 2009 there is no addition of new cases and number of lepers recorded in the year 2013 as many as 26 people and is still undergoing treatment in hospitals Embung Fatimah Batam and RS. Exploitation Agency Regions Batam, while the picture of leprosy cases in the city of Batam seen in the picture below.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
40
Gambar 3.18. PROPORSI PENDERITA KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2013
PEREMPUAN
6
LAKI-LAKI
20
0
5
10
15
20
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 3.2.9. PENYAKIT CAMPAK 3.2.9. MEASLES DISEASE Measles is an infectious disease caused by a virus, which attacks children aged <15 years. This disease begins with an increase in body temperature and then cause red spots. This disease is one disease that is observed continuously (surveillance) is done because it is very easily transmitted. In 2013 this, an increase in cases of measles so that the Chief Medical Officer set the Batam city outbreaks of measles. The number of measles cases during 2013 totaled 326 cases an increase of 41% of the 232 cases in 2012.
Penyakit campak merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, yang menyerang anak-anak usia< 15 tahun. Penyakit ini di awali dengan peningkatan suhu badan dan kemudian menimbulkan bercak merah. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang diamati terus menerus (surveilens) dilakukan karena sangat mudah menular. Pada tahun 2013 ini, terjadi peningkatan kasus campak sehingga Kepala Dinas Kesehatan kota Batam menetapkan terjadinya kejadian luar biasa campak . Jumlah kasus campak selama tahun 2013 ini berjumlah 326 kasus terjadi peningkatan sebesar 41 % dari tahun 2012 yakni 232 kasus. Gambar 3.19. DISTRIBUSI KASUS CAMPAK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DALAM WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM THN 2013 Laki 2 60 50 40 30 20 10 0
Perempuan
31 17 5
1
13
6
10 7 17 13 00 00
15
8
7
12
21
13 74 16 19 83 3 4
14
28 23 33
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
41
Berdasarkan gambar 3.1.8 diatas terlihat bahwa kasus campak tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Sei.Langkai yang terdiri dari 31 anak perempuan dan 28 anak laki-laki , selanjutnya wilayah Puskesmas Botania sebanyak 40 kasus dan wilayah Puskesmas Tanjung Sengkuang dan Bulang selama tahun 2013 tidak ditemukan kasus Campak .
3.1.8 Based on the picture above shows that the highest measles cases occurred in the region Sei.Langkai health center consisting of 31 girls and 28 boys, then the region as many as 40 cases Botania health center and health center Cape region and Bulang Sengkuang during 2013 was not found Measles case.
3.2.10. ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH (DBD)
3.2.10. Morbidity dengue fever (DHF)
Demam Berdarah Dengeu yang dikenal dengan DBD merupakan penyakit endemis yang hampir ditemukan diseluruh wilayah Indonesia termasuk Kota Batam. Angka kesakitan Demam Berdarah Dengeu atau Incident Rate DBD adalah jumlah penderita DBD dengan level kasus konfirmasi (hasil pemeriksaan laoratorium) per 100.000 penduduk dalam kurun waktu 1 tahun. Dibanding pada dua tahun sebelumnya Incident Rate DBD terjadi sedikit peningkatan angka kesakitan DBD, hal ini kemungkinan karena anomali cuaca pada semester 1 tahun 2013 dan belum optimalnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan program 3M Plus, disamping terbatasnya kemampuan petugas kesehatan.
Dengue Fever Dengue dengeu known as an endemic disease that is found almost all over Indonesia, including the city of Batam. Dengeu morbidity Dengue or dengue Incident Rate is the number of DHF patients with confirmed cases of the level (the results of laoratorium) per 100,000 population in the period of 1 year. Compared to the previous two years Incident Rate DHF occurred a slight increase in number of DHF cases, this is likely due to weather anomalies in the 1st half of 2013 and not optimal in implementing public awareness programs 3M Plus, in addition to the limited ability of health care workers.
Gambar 3.20 ANGKA KESAKITAN/INCIDENT RATE DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BATAM TAHUN 2009-2013 140 120
122,99
100 80
81,5
76,78 60,19
60
65,74
40 20 0
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
42
3.2.11. ANGKA KESAKITAN MALARIA
3.2.11. Malaria morbidity Rate
Angka kesakitan malaria adalah Malaria morbidity is the number of jumlah kasus malaria dengan level kasus malaria cases with a confirmed case based konfirmasi berdasarkan hasil pemeriksaan on the level of peripheral blood darah tepi di laboratorium per 1000 examination in the laboratory per 1000 penduduk pada periode tertentu atau yang population in a given period, or the sodisebut dengan Annual Paracite Incident called Annual Paracite Incident (API). In (API). Pada tahun 2012 API Kota Batam 2012 API Batam is 0.8 per 1000 population adalah 0.8 per 1000 penduduk dan pada and in 2013 this decreased to 0.6 per 1000 tahun 2013 ini terjadi penurunan menjadi population. This indicates that the API in 0,6 per 1000 penduduk. Hal ini the city of Batam in the past two years is menunjukkan bahwa API dikota Batam below the national target of no more than 1 pada dua tahun terahir berada dibawah per 1000 population. It is expected that by target nasional yakni tidak lebih dari 1 per the end of 2013, the city of Batam has been 1000 penduduk. Diharapkan pada akhir free from malaria. tahun 2013 ini kota Batam telah bebas dari Malaria. Gambar 3.21. ANNUAL PARACITE INCIDENT (API) DIKOTA BATAM TAHUN 2008 s/d 2013
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 3.2.12. ANGKA KESAKITAN FILARIASIS Penyakit filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk sebagai vektor yang menyerang saluran kelenjar getah bening dengan manifestasi pembengkakan pada tangan, kaki, glandulla mammae, serta scrotum sehingga menimbulkan cacat permanen bagi penderitanya. Perkembangan upaya pencegahan filariasis dikota Batam diawali sejak ditemukannya kasus di Kecamatan Galang pada tahun 2002 kemudian ditindak lanjuti dengan pengobatan massal yang dilaksanakan pada tahun 2004 di seluruh wilayah Kecamatan Galang dengan program pengobatan lima tahun yang berakhir pada 2008. Tahun 2008 ditemukan 1 kasus baru
3.2.12. Morbidity FILARIASIS Rate Filariasis is caused by filarial worms are transmitted by mosquitoes as vectors that attacks the lymph nodes channel with manifestations swelling of the hands, feet, glandulla breast, and scrotum causing permanent disability for the sufferer.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
43
The development of prevention of filariasis in the city of Batam initiated since the discovery of cases in District Galang in 2002 and then followed up with mass treatment conducted in 2004 in all regions of the District Galang with treatment programs five years ending in 2008 Year 2008 found one new case
di Kecamatan Bulang dan dilakukan pengobatan massal pada tahun tersebut sebagai upaya pengendalian penyakit filarisis yang akan berakhir pada tahun 2012. Belum optimalnya cakupan minum obat anti filariasis maka untuk mencegah penyakit Filariasis secara komprehensif pada tahun 2013 kegiatan kampanye dan minum obat massal terus dilanjutkan. Hingga saat ini tidak ditemui kasus baru filariasis, namun surveilens terhadap penyakit filariasis tetap dilakukan sebagai upaya pengendalian.
in the District headdress and carried out mass treatment in an effort to control the disease filarisis which will end in 2012 is not yet optimal coverage anti-filariasis drug taking it to prevent disease comprehensively filariasis campaign in 2013 and have continued bulk drugs. Until now found new cases of filariasis, but surveillance of the disease filariasis control efforts remain to be done.
3.3. STATUS GIZI Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat yang terkait dengan sistem pangan dan gizi. Tiga indikator penentu Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index tidak akan meningkat bila status gizi penduduk tidak optimal. Bagaimana mungkin kwalitas pendidikan anak sekolah akan lebih baik bila anak usia sekolah mengalami kurang gizi, atau bagaimana mungkin Kematian Bayi, Kematian Balita maupun Kematian Ibu akan menurun bila Ibu Hamil mengalami Kurang Energi Kronis dan Balita banyak mengalami gangguan Gizi Buruk dan Gizi Kurang. Tingkat pendapatan perkapita penduduk akan sulit meningkat bila anggota keluarga mengalami kurang gizi dan sering sakit. Oleh karena itu program gizi yang merupakan salah satu program dasar puskesmas yang tetap menjadi program dasar yang diarahkan kepada kelompok penduduk rawan gizi seperti Ibu hamil, balita, ibu menyusui , remaja dan Usia lanjut. Gizi Buruk dan gizi kurang sering ditafsirkan sebagai akibat dari faktor kemiskinan dan ketidak berdayaan masyarakat untuk mendapatkan akses pangan, Namun peningkatan ekonomi keluarga tidak secara otomatis meningkatkan taraf gizi penduduk. karena masalah gizi merupakan masalah yang kompleks tidak hanya ketidak mampuan atau ketidak berdayaan ekonomi namun juga menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku. Beberapa kegiatan program gizi yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Nutritional status is one indicator of public health related to food and nutrition system. Three determinants of the Human Development Index or the Human Development Index will not increase when the nutritional status of the population is not optimal. How could the quality of education of school children would be better if the school-age children are malnourished, or how likely Infant Mortality, Child Mortality and Maternal Mortality will decrease when pregnant women experiencing Chronic Energy Deficiency and Toddler distractions Malnutrition and Nutrition Less. The level of per capita income will be difficult to increase when family members are malnourished and often sick. Therefore nutrition program is one of the basic program remains a primary care clinics basic program directed at vulnerable population groups such as pregnant women nutrition, infants, nursing mothers, adolescents and elderly people. Malnutrition and undernourishment are often interpreted as a result of poverty and lack of empowerment of society to gain access to food, but the family economic improvement does not automatically improve the nutritional standards of the population. because of nutritional problems is a complex problem that not only the inability or lack of economic empowerment but also about the knowledge, attitudes and behavior.Some nutrition program activities that have been carried out
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
44
3.3. NUTRITIONAL STATUS
kota Batam antara lain pendidikan gizi kepada masyarakat melalui pelatihan dan penyuluhan gizi, program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) serta berbagai kegiatan lintas program dan lintas sektor lainnya. Untuk mengetahui gambaran status gizi masyarakat khususnya Balita, maka setiap tahun Dinas Kesehatan kota Batam melakukan Penilaian Status Gizi. Pada tahun 2013 dari 74.019 Balita yang ditimbang berat badannya diketahui 312 Balita atau 0,42 % Balita mempunyai Status Gizi sangat Kurus. Dan balita yang memiliki status gizi normal sebanyak 70.966 Balita atau 95,8 %.
by the Department of Health, among others, Batam city nutrition education to the community through training and nutrition counseling, programs PMT (Feeding) as well as a variety of activities across programs and other sectors. To describe the nutritional status of the people particularly the toddler, then every year Batam city Health Department did Nutritional Status Assessment. In 2013 of 74,019 Toddler who weighed 312 known or 0.42% Toddler Toddler has very Skinny Nutritional Status. And toddlers who have normal nutritional status as many as 70,966 Toddler or 95.8%.
Gambar 3.22. PREVALENSI BALITA SANGAT KURUS & KURUS MENURUT KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2013 6 5 4 3 2 1 0
5,6 4,4 1,7 1,7 0,6 0,10,40,5 0,1
0
4,0 2,5 0,4 1,1 1,7 1,0 0,6 0,4 0,4 0,4 0,1 00,8 0,1
SANGAT KURUS
KURUS
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Dari gambar diatas terlihat bahwa Balita Kurus banyak terjadi di kecamatan Nongsa (5,6 %) sedangkan terendah di kecamatan Lubuk Baja, hal ini dimungkinkan karena tingkat pendidikan dan rata-rata pendapatan keluarga lebih rendah dibanding masyarakat di kecamatan Lubuk Baja dan Batam Kota.
From the picture above shows that Skinny Toddler Nongsa much happening in the district (5.6%) while the lowest in the district Lubuk Baja, this is possible because of the level of education and average family income is lower than the people in the district Lubuk Baja and Batam City.
Gambar 3.23. PERSENTASE KASUS BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KOTA BATAM TAHUN 2013 LAKI LAKI, 154, (1%) DITIMBANG, 20,089, (99%)
PEREM PUAN; 106 (0%)
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
45
Berdasarkan gambar 3.23 terlihat bahwa dari 20.089 bayi yang ditimbang terdapat 260 bayi mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Status Gizi Bayi Baru Lahir dapat mencerminkan kwalitas gizi ibu dimasa kehamilan. Banyak faktor penyebab yang memungkinkan terjadinya BBLR , antara lain kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi ibu hamil, faktor ekonomi menyangkut daya beli sehingga ibu hamil tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan dan kemungkinan adanya penyakit yang menyertai ibu ketika hamil yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
3:23 visible image based on that of the 20 089 infants who weighed 260 babies are having LBW (low birth weight). Nutritional Status of Newborn can reflect the quality of future pregnancy maternal nutrition. Many factors cause that allows the LBW, among others, the lack of knowledge of pregnant mothers about nutrition, economic factors regarding the purchasing power so that pregnant women can not meet the nutritional needs during pregnancy and the possibility of diseases that accompany the mother during pregnancy that may interfere with the growth and development fetus in the womb.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
46
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Merujuk pada RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) bidang kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau yang disinkronisasikan dengan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2010 –2014 dan didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010, bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan Umur Harapan Hidup (tahun), menurunnya angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, menurunnya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup dan menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita (renstra dinkes propinsi). maka untuk mewujudkan pembangunan kesehatan tersebut, perlu dilaksanakan beberapa upaya seperti peningkatan: 1) Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5) Manajemen dan informasi kesehatan, 6) Pemberdayaan masyarakat Penyelenggaraan pembangunan kesehatan Kota Batam adalah untuk mewujudkan masyarakat Kota Batam hidup sehat dan mandiri serta berkeadilan, untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan diselenggarakan secara berkesinambungan dan bertahap serta mampu menjawab tantangan. Untuk mewujudkan hal tersebut diatas dilakukan upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan dan meningkatkan ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan dalam pelayanan prima. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan Kota Batam, Dinas Kesehatan Kota Batam dan jajarannya sebagai koordinator dan penanggung jawab teknis sesuai tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Batam No. 12 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Tatalaksana Dinas Kesehatan Kota Batam, yang Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
CHAPTER IV SITUATION HEALTH EFFORT Referring to RPJMD (Medium Term Development Plan) health sector in the province of Riau Islands is synchronized with RPJMN (National Medium Term Development Plan) in 2010 -2014 and is based on Presidential Regulation No. 5 of 2010, that health development is directed to improving life expectancy (years), the decline in maternal mortality per 100,000 live births, infant mortality per 1,000 live births and the decline in the prevalence of malnutrition (malnutrition and malnutrition) among children under five (DHO provincial strategic plan). then to realize the health development, such efforts need to be implemented some improvement: 1) Efforts to health, 2) health financing, 3) health human resources, 4) preparation of pharmaceutical, medical devices, and food, 5) management and health information, 6) community empowerment. The implementation of health development is to realize Batam Batam community live healthy and independent and fair, to achieve the goal of health development on an ongoing basis and gradually organized and able to answer the challenge. To realize the above made an effort to encourage people to live healthy independence, improve health efforts are complete, uniform, and fair quality and increase the availability and equitable distribution of health resources in service excellence.
In the implementation of health development of Batam, Batam City Health Department and his staff as coordinator and technical managers appropriate duties and functions as set out in the Regional Regulation No. Batam 12 of 2007 on the Organizational Structure Management Batam City Health Department, 47
Pembagian tugas pokok dan fungsi terbagi beberapa bidang sebagai koordinator yang membawahi beberapa seksi agar pelaksanaan program pembangunan kesehatan terselenggara dengan baik dan seksama. Berikut hasil upaya pembangunan dalam program-program kesehatan yang telah dilaksanakan
the division of duties and functions divided into several areas as a coordinator in charge of several sections so that the implementation of health development program held properly and carefully. Here are the results of development efforts in the health programs that have been implemented
4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 4.1. BASIC HEALTH CARE Pelayanan kesehatan dasar merupakan urusan wajib bagi Pemerintah Daerah dalam memenuhi hak setiap warga negara di bidang kesehatan. Adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui peningkatan sarana dan prasarana kesehatan baik kualitas mupun kuantitas seperti sarana pelayanan Puskesmas dan jaringannya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berbasis wilayah kerja merupakan sarana pelayanan publik yang mendasar, terdepan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan dengan berbagai program kesehatan. 4.1.1 Program Kesehatan Keluarga Program kesehatan keluarga merupakan salah satu program yang terkait dengan upaya peningkatan kesehatan Ibu , Anak, Keluarga Berencana serta perbaikan Gizi adalah program prioritas dalam rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2010-2014, dan menjadi program utama dalam percepatan pembangunan menuju Millenium Development Goals (MDGs) dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup dan menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup.
Primary health care is an obligatory function for Local Government in fulfilling the right of every citizen in the field of health. It is the responsibility of the regional government in improving basic health services to the community through the improvement of health infrastructure such as the quantity of good quality mupun health center facilities and network services as a Technical Implementation Unit (UPT) which is based on the work area is a means of basic public services, leading expected to meet the needs of the community in health with a variety of health programs.
4.1.1 Family Health Program Family health program is one program that is linked with efforts to improve the health of Mother, Child, Family Planning and Nutrition improvement is a priority program in the health ministry's strategic plan for 2010-2014, and became a major program for accelerated development towards the Millennium Development Goals (MDGs) by goal to reduce maternal mortality from 228 to 118 per 100,000 live births, infant mortality from 34 to 24 per 1,000 live births and neonatal mortality declining from 19 to 15 per 1,000 live births.
4.1.1.1 Program Kesehatan Ibu Masih tingginya Angka Kematian Ibu dan mengingat masih banyaknya keluarga dengan pendapatan rendah serta masih adanya nilai-nilai budaya yang
4.1.1.1 Maternal Health Program The high maternal mortality rate and given the number of low-income families as well as the persistence of cultural values
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
48
menempatkan ibu memiliki status sosial dalam rumah tangga lebih rendah dari suami menyebabkan sebagian ibu di Indonesia memiliki beban majemuk pada satu sisi ibu memiliki beban dalam melahirkan dan membesarkan si buah hati pada sisi lain banyak ibu bekerja bahkan menjadi tulang punggung keluarga . Oleh karena itu Program kesehatan ibu merupakan program yang sangat penting bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu. Pada saat sekarang masalah kesehatan ibu semakin komplek mengingat semakin banyak faktor yang berkontribusi dalam kematian ibu baik kematian langsung maupun tidak langsung. Untuk itu upaya meningkatkan kesehatan ibu dilakukan secara komprehensif, terintegratif dan berkesinambungan meliputi kegiatan kegiatan yang bersifat promotif, preventif maupun kuratif dan rehabilitatif serta diselenggarakan dengan meningkatkan akses pelayanan kesehatan agar ibu mendapat pelayanan sesuai standar termasuk deteksi dini hingga layanan rujukan. Untuk mengetahui kinerja pelayanan kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari beberapa indikator program kesehatan ibu dan anak antara lain :
that place the mother has a social status in the household is lower than the husband causes some mothers in Indonesia has compounded the burden on the mother's side has the burden of childbirth and raising the baby on the other hand many mothers work even become the backbone of the family. Therefore maternal health program is a very important program that aims to reduce maternal mortality. At the present time the mother's health problems more complex given the many factors that contribute to maternal mortality deaths either directly or indirectly. For that effort to improve the health of mothers to be comprehensive, and continuous terintegratif activities include activities that are promotive, preventive and curative and rehabilitative and organized by improving access to maternal health services receive appropriate services standards including early detection to referral services. To determine the performance of health services for mothers and children can be seen from some of the indicators of maternal and child health programs, among others:
4.1.1.1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil Setiap ibu hamil diharapkan dapat mejalani kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat. Namun tidak semua ibu hamil akan melalui proses kehamilan dan persalinan dengan lancar, sehat dan selamat. Permasalahan yang terjadi disebabkan karena beberapa faktor yang memperberat keadaaan kehamilannya seperti 4T, yakni terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kehamilan) sehingga kehamilan seorang ibu menjadi kehamilan berisiko tinggi. Kondisi ini akan semakin parah bila terjadi 3T,yaitu; terlambat mengenali bahaya, terlambat mengambil keputusan dan terlambat mencapai fasilitas kesehatan sehingga terlambat mendapat penangganan kegawat daruratan yang dapat berakibat fatal bagi ibu. Pada prinsipnya masalah ini tidak perlu
4.1.1.1.1 Visit Maternity Coverage
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
Every pregnant woman is expected to through healthy pregnancy, safe delivery and a healthy baby. However, not all pregnant women will go through the process of pregnancy and childbirth with a smooth, healthy and safe. The problems that occur due to several factors that aggravate the circumstances of her pregnancy as 4T, ie too (too young, too old, too often breeds and too closely spaced pregnancies) so that the pregnancy a mother becomes a high-risk pregnancy. This condition will get worse if there is 3T, namely; recognize the danger too late, too late to take decisions and delayed reaching health facilities so that the delay in handling of emergencies that can be fatal for the mother.
49
terjadi jika 4T (terlalu) bisa dihindari dan tidak ada kata terlambat jika ibu hamil terakses pelayanan kesehatan pada masa kehamilan atau yang dikenal dengan ante natal care (ANC) melalui kunjungan ibu hamil ke sarana pelayanan kesehatan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan yaitu satu kali pada trimester I (K1) usia kehamilan 1 sampai 12 minggu ; satu kali pada trimester II usia kehamilan 13 sampai 24 minggu dan 2 kali kali pada trimester III usia kehamilan > 24 minggu untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar dengan melakukan pengkajian data yang meliputi : -
Identitas/biodata
-
Riwayat kehamilan
-
Riwayat kebidanan
-
Riwayat kesehatan
-
Pemeriksaan kehamilan
-
Pelayanan kesehatan
- Penyuluhan dan konsultasi Serta mendapatkan pelayanan standar yang terdiri dari : 1. Timbang berat badan dan ukur berat badan 2. Ukur Tekanan Darah 3. Skrinning status imunisasi tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus toxoid (TT) bila di perlukan . 4. Ukur tinggi fundus uteri 5. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan 6. Test laboratorium (rutin dan khusus) 7. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. 8. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas) 9. Tentukan presentasi janin dan denyut janin (DJJ) 10. Tata laksana kasus 11. Perawatan payudara (tekan pijat payudara) 12. Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil) 13. Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok)
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
In principle, this problem should not occur if the 4T (too) can be avoided and it's never too late if pregnant women accessed health services during pregnancy, known as antenatal care (ANC) visits by pregnant women to health care facilities at least 4 times during pregnancy is one time in the first trimester (K1) aged 1 to 12 weeks gestation; one time in the second trimester of gestation 13 to 24 weeks and 2 times in the third trimester of gestation> 24 weeks to get service in accordance with the standard of conduct assessment data include: - Identity / bio - History of pregnancy - History of midwifery - History of health - Examination of pregnancy - Health services - Extension and consultancy As well as getting a standard service which consists of: 1 Weigh weight and weight measurement 2 Measure Blood Pressure 3. screening of tetanus immunization status and give Tetanus toxoid immunization (TT) when in need. 4 Measure the height of the fundus uteri 5. Providing iron supplementation during pregnancy at least 90 tablets 6 Test Laboratory (regular and special) 7 Meeting of speech (counseling) including delivery planning and prevention of complications (P4K) and postpartum family planning. 8 Value of Nutritional Status (measure the circumference of the upper arm) 9 Determine fetal presentation and fetal rate (FHR) 10 The management of cases 11. Treatment of breast (breast massage press) 12. Maintenance fitness level (pregnancy exercise) 13. Therapy iodine capsules (specifically endemic goiter area)
50
14. Terapi obat malaria.
14. malaria drug therapy.
Indikator K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas/tenaga kesehatan yang kompeten untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar pada Trimester pertama kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali. K1 dapat menggambarkan akses pelayanan kesehatan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat pelayanan yang diuraikan diatas. Pelayanan kesehatan pada kunjungan K 4 meliputi : (1) Anamnesa (keluhan/masalah), (2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan Risiko Tinggi/Resti), (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan). Dalam manajemen program KIA
Indicator K1 contacts of pregnant women Pregnancy is the first time with the clerk / qualified healthcare professional to obtain standard health care in the first trimester of pregnancy,in which the gestational age from 1 to 12 weeks with the number of visits at least once. K1 can describe access to maternal health services. Visit K-4 pregnant women are pregnant women who received antenatal care at least according to the standard four times, with the provision of distribution services at least once in the first quarter, one time in the second quarter and twice in the third trimester of gestation and received services described above . Health care visits K 4 include: (1) Diagnose (complaints / problems), (2) Examination of pregnancy and health services, (3) psychological examination, (4) Laboratory tests when indicated / required, (5) The final diagnosis (normal pregnancy, there are complications, complications, or classified as High Risk pregnancy / Resti), (6) attitude and action plan (preparation for childbirth and referral).
(Kesehatan Ibu dan Anak) disepakati bahwa
(Maternal and Child Health) agreed that the
cakupan
cakupan
coverage is the coverage of pregnant
kunjungan ibu hamil yang ke empat (K4),
women pregnant women visits to four (K4),
yang dipakai sebagai indikator tingkat
which is used as an indicator of the level of
perlindungan ibu hamil. Cakupan K4 di Kota
protection of pregnant women. Coverage
Batam tahun 2013 sebanyak 40.095 atau
K4 in Batam in 2013 as many as 40,095 or
telah
93.0%
ibu
hamil
mencapai
adalah
93,0%.
Peningkatan
The program management of MCH
had
been
reached.
Increased
cakupan K4 yang cukup baik ini disebabkan
coverage is pretty good K4 is due to the
karena dukungan dan peran aktif sarana
support and the active role of private health
pelayanan
care
kesehatan
swasta termasuk
Bidan Praktek Mandiri.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
facilities,
including
Independent
Practice Midwife.
51
GAMBAR 4.1. PERSENTASE CAKUPAN DAN TARGET K4 IBU HAMIL DI KOTA TAHUN 2010-2013 100 80
95
93 75,96
83,12
73,6
60 40 20 0 2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Agar capaian kunjungan K4 tetap terus meningkat dan berkesinambungan maka kemitraan yang optimal antara pemerintah dalam hal ini Puskesmas dengan sarana pelayanan kesehatan swasta harus terus dibangun melalui deseminasi informasi baik teknis maupun administrasi seperti optimalisasi Sistem Pencatatan Pelaporan agar semua ibu mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang lebih baik. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari Puskesmas dan bidang terkait, diketahui bahwa dalam upaya meningkatkan kunjungan K4 telah dilakukan beberapa kegiatan, antara lain menjalin kemitraan antara bidan dan dukun bayi khususnya di wilayah hinterland. Melakukan pertemuan secara periodik antara Puskesmas dan Rumah Bersalin serta Bidan Praktek Mandiri, meningkatkan penggunaan Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) , melaksanakan Kelas Ibu Hamil dan berbagai kegiatan strategis ainnya. Gambaran pelayanan kesehatan ibu dan anak menurut wilayah kerja Puskesmas terlihat dari cakupan K1 dan K4 sebagaimana gambar berikut :
In order to remain K4 achievements visits continues to increase and the optimal sustainable partnerships between the government in this case the health center with private health care facilities should continue to be built through deseminasi both technical and administrative information such as the optimization of Recording Reporting System so that all women have access to better health care. Based on the data and information obtained from health and related fields, it is known that in an effort to increase traffic K4 has done some activities, such as establishing a partnership between midwives and traditional birth attendants, especially in the hinterland. Conduct periodic meetings between the health center and maternity hospital as well as Independent Practice Midwife, increasing the use of book MCH (Maternal and Child Health), implementing Pregnancy Class and strategic other activities. Picture of mother and child health services according to the Puskesmas visible from the scope of the K1 and K4, as shown below:
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
52
GAMBAR 4.2. PERSENTASE CAKUPAN K1 DAN K4 IBU HAMIL BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 120,0 100,0 80,0
99,6 85,1
73,2
99,2
99,7 98,9 97,3 96,2 98,6 94,0 98,9 96,2 91,4 98,3 93,9 91,7 94,4 93,0 74,2 65,6 66,1 63,5
99,5
95,2
99,6
98,8
91,2 93,7
91,3
93,4
60,0
K1
40,0
K4
20,0 0,0
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Grafik di atas menggambarkan bahwa tingkat perlindungan ibu hamil diseluruh wilayah kerja Puskesmas di Kota Batam relatif lebih baik dibanding tahun 2012 lalu terutama pada kunjungan K4 yang merupakan salah satu indikator standar pelayanan minimal (SPM) Kesehatan. Cakupan K4 terendah terdapat diwilayah Puskesmas Bulang sebesar 63,5% dan Puskesmas Galang 66,1%. Sedangkan cakupan K4 tertinggi berada di wilayah Puskesmas Kabil sebesar 98,3% Secara umum cakupan indikator K4 diseluruh wilayah Puskesmas cukup baik.
The graph above illustrates that the level of protection of pregnant women throughout the Puskesmas in Batam relatively better than in 2012 and especially the visit K4 which is one indicator of the minimum service standards (SPM) Health. K4 scope lowest for the region amounted to 63.5% Bulang PHC and PHC Galang 66.1%. While the coverage of K4 highest in the region of 98.3% PHC Kabil Generally K4 throughout the coverage area of the health center indicator is quite good
4.1.1.1.2 Cakupan Komplikasi Obstetri Yang Ditangani.
4.1.1.1.2 The Obstetric Treated Coverage.
Cakupan komplikasi obstetrik adalah salah satu indikator pelayanan kesehatan ibu dan anak yang merupakan cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang berkompeten pada tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Penanganan definitif dimaksud adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
Coverage of obstetric complications is one of the indicators of maternal and child health services which is scope mother with obstetric complications in a work area at a certain time is handled in accordance with the definitive standard by competent medical personnel at the level of primary health care and referral. Handling of the definitive question is the handling / administration of the last action to resolve the problems of each cases of obstetric complications.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
53
Complications
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu hamil bersalin dan nifas yang bermasalah atau dengan komplikasi. Komplikasi obstetri adalah masalah/gangguan yang terjadi pada ibu dimasa kehamilan, persalinan dan nifas, hal ini bisa saja terjadi pada setiap ibu hamil terutama pada ibu hamil dengan resiko tinggi dengan perkiraan kasus sebesar 20%. Apabila komplikasi obstetri tidak ditangani dengan tepat dapat berakibat pada kematian ibu dan janinnya. Untuk itu semua tenaga kesehatan yang berkompeten khususnya bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu di daerah yang jauh dari sarana kesehatan rujukan harus mampu mengenal dan menangani komplikasi obstetrik ini secara dini, jika tidak ditangani dengan baik akan meningkatkan angka kematian ibu.
This indicator measures the MCH program management capabilities for health service delivery in a professional manner to pregnant women and postpartum maternity problematic or with complications. Obstetric complications are problems / disorders that occur in the mother future pregnancy, childbirth and post-partum, it could happen to any pregnant women, especially in pregnant women with a high risk with an estimated 20% of cases. If obstetric complications are not handled properly can result in death of the mother and fetus. For that all competent health workers, especially midwives as the spearhead of maternal health services in areas far from the referral health facilities must be able to recognize and deal with these obstetric complications early, if not handled properly will increase maternal mortality.
Gambar 4.3. TARGET DAN CAKUPAN KOMPLIKASI OBSTETRI YANG DITANGANI DI KOTA BATAM TAHUN 2013 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0
89,4
80,0 60,0
59,8
39,8
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Komitmen bersama negara-negara anggota PBB yang dituangkan dalam MDG’s tahun 2015 telah menetapkan bahwa untuk menurunkan Angka Kematian Ibu maka komplikasi obstetrik ditangani sesuai standar ditargetkan 80%. Dinas Kesehatan Kota Batam telah melakukan berbagai kebijakan dan upaya untuk mencapai target secara bertahap, tahun 2012 ditargetkan sebesar 61.7% namun pencapaian hanya sebesar 39.8% dan pada tahun 2013 capaian komplikasi obstetrik ditangani sesuai standar sebesar 60 %. Belum optimalnya capaian indikator ini dimungkinkan karena beberapa hal seperti
Joint commitment of the UN member states as outlined in the 2015 MDG has determined that to reduce the maternal mortality rate of obstetric complications be handled according to the standard targeted 80%. Batam City Health Department has conducted a wide range of policies and efforts to reach the target gradually, the year 2012 is targeted at 61.7% but the achievement was only 39.8% and in 2013 the achievements of obstetric complications be handled according to the standard of 60%. Not optimal indicators of achievement is possible for several reasons such as lack of
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
54
belum adanya kesamaan persepsi petugas tentang definisi operasional yang terkait penanganan definitif / standar dimaksud. Disamping itu dari beberapa kasus yang ditemui pada saat pembinaan di lapangan, didapatkan komplikasi namun pada tingkat pelayanan dasar / puskesmas dan jaringannya hanya diberikan tindakan sederhana tidak didokumentasikan dengan baik sehingga tidak dilaporkan.
a common perception of the officer handling the associated operational definitions definitive / standards intended. Besides, in some cases encountered during development in the field, but the complications found in the basic service level / health center, given only simple actions are not well documented so it is not reported.
Gambar 4.4. KASUS DAN PERKIRAAN KOMPLIKASI OBSTETRI YANG DITANGANI MENURUT PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 641
BATU AJI SEI.LANGKAI SEI.LEKOP BOTANIA BL.PERMAI SEI.PANAS GALANG SEI.PANCUR LUBUK BAJA BULANG KABIL SAMBAU SEKUPANG TJ. SENGK BELK.PADANG
485
921 768
461 464 37
1057
685
536
310
790 897
89
327 706 593
43 59 97 149 163 171
379 297
89 84
KOMPLIKASI DITANGANI
938
749 764
PERKIRAAN KOMPLIKASI
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Sebagian komplikasi kebidanan dirujuk ke rumah sakit pada umumnya dapat ditangani secara definitif namun tidak terlaporkan dengan baik ke Puskesmas maupun Dinas Kesehatan . Oleh karena itu optimalisasi kerjasama lintas sektor dan membangun kemitraan yang lebih baik dengan pihak terkait dan sustainable sangat diperlukan agar sistem manajemen dan informasi kesehatan yang valid dan reliable dapat diwujudkan.
Most of obstetric complications referred to the hospital in general can be addressed definitively, but never reported properly to the Health Center and the Department of Health. Therefore, optimization of crosssector cooperation and build better partnerships with stakeholders and is necessary for sustainable management and health information systems are valid and reliable can be realized.
Gambar 4.5. CAKUPAN (%) KOMPLIKASI OBSTETRI YANG DITANGANI MENURUT PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 99
95
94 39
51
65 73 63
68 46 42 35
63
74
61
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
55
Dari gambar 4.5 diatas terlihat bahwa Cakupan Komplikasi Obstetri Puskesmas Belakang Padang, Sambau dan Botania telah mencapai target 80% ini dimungkinkan karena Puskesmas Belakang Padang merupakan Puskesmas PONED, Sedangkan Puskesmas Sambau relatif jauh dari Rumah Sakit dibanding Puskesmas lainnya dikawasan mainland sehingga ibu hamil mengalami komplikasi harus dapat dilakukan pertolongan sementara di Puskesmas.
From Figure 4.5 above shows that the scope of Obstetric Complications Health Center Rear Padang, Sambau and Botania has reached the target of 80% is possible because of the health center is a Health Center BEONC Rear Padang, while PHC Sambau relatively far from Hospital mainland region compared to other health centers so that pregnant women experiencing complications should temporary relief can be done at the health center.
4.1.1.1.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan.
4.1.1.1.3
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlangsung sekitar 18-24 jam dengan letak janin belakang kepala. (Varneys, 2003). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan merupakan salah satu indikator SPM bidang kesehatan. Indikator ini memberikan gambaran secara tidak langsung terhadap upaya menurunkan angka kematian ibu, karena salah satu proses penting dalam program safe motherhood (perlindungan terhadap ibu) adalah memperhatikan seberapa banyak persalinan yang dapat ditangani oleh tenaga kesehatan.
Normal delivery is the process of spending the products of conception (the fetus) that can live in the uterus through the vagina to the outside world spontaneously without the aid of tools and not to hurt the mother and fetus which lasts about 18-24 hours with the location of the fetal back of the head. (The Hill, 2003). Aid deliveries by skilled health personnel is safe delivery services performed by a qualified healthcare professional who has the ability to match the standard of clinical obstetrics. Coverage of deliveries by skilled health personnel are receiving maternity coverage of births assisted by health personnel who are competent midwifery work in a region within a certain time. Delivery by health workers who have midwifery competence is one indicator of health sector. This indicator gives an idea indirectly to efforts to reduce maternal mortality, as one of the important processes in the safe motherhood program (protection of the mother) is to notice how much labor that can be handled by health workers.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
56
Coverage Births By Health Workers Who Owns Midwifery Competence.
Gambar 4.6. CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI KOMPETENSI KEBIDANAN DI KOTA BATAM TAHUN 2013 94 90 90 95
100 80
72
91 63
95 94 92 92 89
91
91
64
60 40 20 0
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Walaupun menunjukkan kenaikan yang signifikan, namun persalinan oleh tenaga kesehatan pada beberapa wilayah di Kota Batam terutama daerah hinterland masih didapatkan persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan hal ini dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya kematian ibu. Menyadari akan pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan maka dalam tahun 2013 ini pemerintah kota Batam melalui Dinas Kesehatan mentargetkan Pn (Persalinan oleh tenaga kesehatan) sebesar 80.9%, dan berdasarkan laporan Puskesmas, Rumah Sakit serta pelayanan kesehatan lainnya diketahui bahwa Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013 sebesar 91% atau 37.475 ibu dengan demikian indikator Persalinan oleh Tenaga Kesehatan telah tercapai. Semakin majunya informasi dan teknologi kedokteran dan kesehatan, tidak secara otomatis persalinan ditolong oleh Dukun Bayi atau tenaga lain yang tidak kompeten sudah tidak ada, ini terlihat dari masih adanya persalinan dilakukan oleh dukun bayi khususnya di wilayah hinterland (Belakang Padang, Bulang dan Galang) hal ini dimungkinkan karena kondisi geografis pulau- pulau kecil yang sulit transportasi dan belum tersedia tenaga maupun sarana kesehatan disamping masih adanya ibu hamil yang kurang kesadaran dan pengetahuan tentang persalinan yang bersih dan aman .
Although it showed a significant increase, but delivery by health personnel in some areas in Batam especially hinterland areas still obtain non-deliveries assisted by a health this may be one of the triggers of maternal mortality. Recognizing the importance of childbirth assisted by the health personnel in the year 2013, Batam city government through the Department of Health target Pn (delivery by health workers) was 80.9%, and the reported health centers, hospitals and other health services in mind that delivery assisted by health personnel on in 2013 amounted to 91% or 37 475 mothers thus indicators Childbirth by health personnel has been reached.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
57
The rapid advancement of information and medical technology and health, do not automatically deliveries assisted by Shaman Babies or other personnel who are not competent is not there, is manifested in the presence of deliveries conducted by traditional birth attendants, especially in the hinterland (Rear Padang, Bulang and Galang) case this is possible due to the geographical conditions of small islands that are difficult yet available transportation and energy and health facilities in addition to the persistence of the pregnant women who lack awareness and knowledge of the delivery of clean and safe.
Jika dilihat pada gambar 4.6 diatas, hampir seluruh Puskesmas telah mendekati cakupan pertolongan persalinan 100%, dan hanya 3 wilayah kerja Puskesmas yang pencapaian persalinan oleh tenaga kesehatan kurang dari 80%, namun demikian secara umum cakupan persalinan dengan tenaga kesehatan di Kota Batam telah mencapai target yang diharapkan.
If seen in Figure 4.6 above, almost all health centers have approached 100% coverage of aid delivery, and only 3 Puskesmas are achieving delivery by health personnel less than 80%, however, the general scope of delivery by health workers in Batam has reached the target expected.
4.1.1.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas.
4.1.1.1.4 Service Coverage Ruling.
Pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai standar sangat diperlukan mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan. Asuhan masa nifas diperlukan selama periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya terhadap masalah kesehatan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi pada masa nifas dan 50%nya kematian ibu pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama. Pelayanan nifas atau lebih dikenal dengan KF adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu setelah bersalin hingga 42 hari setelah melahirkan minimal 3 kali pelayanan dengan ketentuan 1 kali pelayanan 6 jam setelah persalinan (KF 1), 1 kali hari ke 3 sampai minggu kedua (KF 2) sampai dengan setelah minggu kedua hingga 42 hari pasca persalinan (KF 3). Pelayanan nifas bertujuan untuk mendeteksi dini komplikasi yang mungkin saja terjadi dan menangani masalah masa nifas serta meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dalam masa menyusui dan konseling program keluarga berencana termasuk pemberian vitamin A dosis tinggi. Cakupan pelayanan nifas pada tahun 2013 sebesar 78% , lebih baik dibanding tahun 2012 yang hanya sebesar 59,61%. Pencapaian yang lebih baik dibanding tahun 2012 lalu tentunya karena peran aktif semua pihak, puskesmas dan jaringannya serta peran aktif seluruh pelayanan kesehatan yang ada di kota Batam.
Puerperal care and health services by health workers according to the standard is indispensable starting 6 hours to 42 days postpartum. Postnatal care is needed during this period as a critical time both mother and baby to health problems. It is estimated that 60% of maternal deaths occur during childbirth and its 50% of maternal deaths during childbirth occur in the first 24 hours. Childbirth services or better known as KF is a service provided to the mother after birth up to 42 days after delivery of service with a minimum of 3 times 1 time service provision 6 hours after delivery (KF 1), 1 to 3 times a day until the second week (KF 2) until after the second week and 42 days postpartum (KF 3). Childbirth services aimed at early detection of complications that may occur and deal with problems during childbirth and to improve maternal health care in lactation counseling and family planning programs, including highdose vitamin A supplementation. Puerperal care coverage in 2013 was 78%, better than the 2012 which only amounted to 59.61%.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
58
Achievement is better than it was in 2012 and certainly since the active role of all parties, health center, the active role of all health services in the city of Batam.
Gambar 4.7. CAKUPAN PELAYANAN NIFAS DI KOTA BATAM TAHUN 2010 – 2013 100
90
78
80
66
60
60
56
40 20 0 2008
2010
2012
2014
2016
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Adapun cakupan kunjungan nifas diatas merupakan rata rata capaian dari Puskesmas yang ada di Kota Batam, gambaran lengkap cakupan kunjungan ibu nifas dalam wilayah kerja Puskesmas sebagai berikut.
The coverage postpartum visits above the average achievement of the health centers in the city of Batam, a complete picture of the scope of puerperal women visit the Puskesmas as follows.
Gambar 4.8. CAKUPAN PELAYANAN NIFAS BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 78
BATAM BATU AJI
54
SEI.LANGKAI
63 71
SEI.LEKOP BOTANIA
75
91
BL.PERMAI SEI.PANAS
62
GALANG
84 83
SEI.PANCUR LUBUK BAJA
52
BULANG KABIL SAMBAU
73
SEKUPANG TJ. SENGK
72
BEL.PADANG
0
20
40
60
95
80
86
93 93
100
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 4.1.1.2 Program Kesehatan Anak
4.1.1.2 Child Health Program
Dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak ditegaskan bahwa anak dibawah usia 18 tahun termasuk anak dalam kandungan memiliki ciri khas yakni selalu tumbuh dan berkembang jadi sangat berbeda dengan orang Dewasa sehingga pemerintah,
In Law 23 of 2002 on the Protection of children confirmed that children under the age of 18 years, including the unborn child has a characteristic that is always growing and evolving so very different from those of adults, so the government,
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
59
orang tua dan masyarakat perlu memahami bahwa anak mempunyai hak untuk dilindungi , hak untuk kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh kembang optimal dan hak untuk mengemukakan pendapat. Usia Balita adalah masa yang rawan terhadap masalah gizi dan kesehatan . Untuk itu sasaran program kesehatan anak lebih banyak diarahkan ketika anak dalam kandungan hingga usia lima tahun yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita pada umumnya. Program kesehatan anak telah dilakukan melalui berbagai upaya promotif dan preventif seperti pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, imunisasi serta penyuluhan kesehatan pada ibu yang mempunyai balita. Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus (0-28 hari). Dalam pelayanan kesehatan neonatus, petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga memberikan konseling perawatan bayi kepada ibu. Program kesehatan anak mempunyai beberapa indikator yaitu cakupan kunjungan neonatus, cakupan komplikasi neonatus yang ditangani, cakupan kunjungan bayi dan cakupan kunjungan balita.
parents and the community need to understand that children have the right to be protected, the right to survival life, the right to optimal growth and development and the right to express opinions. Toddler age is a period that is prone to problems of nutrition and health. For that targets child health programs more geared when the child in the womb until the age of five years that aims to reduce mortality of infants and toddlers in general. Child health program has been carried out through a variety of promotional and preventive efforts such as monitoring the growth and development of children, immunization and health education to mothers with toddlers. Infants up to the age of less than one month is the most vulnerable age group or have the highest risk of health problems. Health efforts are being made to reduce these risks, among others, to conduct births attended by health personnel and services to neonatal (0-28 days). In neonatal health care, officials in addition to baby health checks also provide counseling to the mother infant care. Child health program has several indicators of coverage visit neonates, neonatal complications are dealt coverage, scope and coverage visit baby toddler visit.
4.1.1.2.1 Cakupan Kunjungan Neonatus Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada bayi neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Tujuan pelayanan neonatus adalah untuk meningkatkan akses bayi neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar agar kelainan/masalah kesehatan pada neonatus dapat diketahui sedini mungkin . Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
4.1.1.2.1 Coverage visit Neonates Neonatal health services is a standard health care provided by health professionals who are competent to neonatal infants at least 3 times, during the period 0 to 28 days after birth both in health facilities and through home visits. The aim is to improve neonatal care neonatal infants access to basic health services to disorders / neonatal health problems can be seen as early as possible. The greatest risk of neonatal deaths occur in the first 24 hours of life, first week and first month of life.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
60
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat. Kwalitas pelayanan kesehatan neonatus terlihat dari indikator kunjungan neonatus lengkap (KN3) yang pada tahun 2013 pencapaian neonatus di Kota Batam sebesar 33.534 bayi atau 89.3%. Kerjasama yang b aik antara seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta telah dapat mewujudkan pencapaian target kunjungan balita sebesar 90%.
So if a baby is born in a health facility is recommended to remain in the health facility during the first 24 hours. Neonatal Health Services conducted a comprehensive basis by screening and newborn care and examination approach Integrated Management of Young Infants (MTBM) to make sure the baby is healthy. Quality of neonatal health care indicators visible from visit complete neonates (KN3) that in 2013 the achievement of neonates in Batam for 33 534 infants, or 89.3%. Good cooperation between all means of public or private health care has been able to realize the achievement of a toddler visits by 90%.
Gambar 4.9. CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS LENGKAP DI KOTA BATAM TAHUN 2010 – 2013 100,0 80,0
89,3
64,6
80,0
60,0 40,0 20,0 2008
49,4 2010
59,1
2012
2014
2016
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Kinerja Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya baik pemerintah maupun swasta dalam upaya meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan Neonatus di Kota Batam, terlihat pada gambar 4.10 berikut .
Performance of health centers and other medical facilities, both government and private sectors in an effort to improve access to services Neonates baby in Batam, shown in Figure 4.10.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
61
Gambar 4.10. CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS LENGKAP BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013
BATU AJI
62
SEI.LEKOP
98 74
BL.PERMAI
90 90
GALANG LUBUK BAJA
86
KABIL SEKUPANG BEL.PADANG
0
20
40
60
80
98 96 92 94 95 93 95 99 99 100
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Gambar di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh puskesmas atau 80% puskesmas telah mencapai target cakupan neonatal lengkap hanya beberapa Puskesmas saja yang belum mencapai target . Masalah yang memungkinkan terjadinya hal tersebut adalah karena perbedaan peserpsi tentang standar yang dimaksud dalam definisi operasional kunjungan neonatus . Untuk mengatasi masalah diperlukan deseminasi informasi , kerjasama lintas program dan lintas sektor terutama di tingkat pelayanan dasar serta perlunya meningkatkan kwalitas pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui upaya promotif dan preventif.
The picture above shows that almost all health centers or health centers have achieved 80% coverage target of complete neonatal health centers are just a few that have not reached the target. Problems which allow the occurrence of this is due to the difference perception standards referred to in the operational definition of neonatal visits. To solve the problem required deseminasi information, cooperation across programs and sectors, especially at the level of basic services and the need to improve the qualityof
4.1.1.2.2 Cakupan Komplikasi Neonatus Yang Ditangani
4.1.1.2.2 The scope Complications Treated Neonates Complications in neonates are diseases and disorders that can cause pain, disability and death such as: asphyxia, jaundice, hypothermia, tetanus neonaturum, infection / sepsis. Traumatic birth, low birth weight, respiratory distress syndrome and congenital abnormalities that occur in children aged 0-28 days. Neonatal complications are estimated at 15% of the number of newborns. Coverage of neonatal complications are handled in Batam city in 2013 was 35.8% of the estimated target (Newborns 5,105),
Komplikasi pada neonatus adalah penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian seperti : asfiksia, ikterus, hipotermi, tetanus neonaturum, infeksi/sepsis. Trauma jalan lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital yang terjadi pada anak usia 0-28 hari. Komplikasi neonatus diperkirakan sebanyak 15% dari jumlah bayi baru lahir. Cakupan komplikasi neonatus yang ditangani di kota Batam pada tahun 2013 adalah 35,8 % dari sasaran yang diperkirakan(5.105 Bayi baru lahir), Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
maternal and child health services through promotion and prevention efforts.
62
Angka ini masih jauh dari yang diharapkan (target nasional 80%) namun dibanding tahun 2012 lalu terjadi peningkatan sebesar 24,4%. Lebih lanjut agar ditahun- tahun mendatang terjadi peningkatan pelayanan komplikasi neonatus sesuai standar maka diperlukan peningkatan kemampuan petugas kesehatan di sarana pelayanan dasar dan jajarannya dan meningkatkan jumlah Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) serta perlunya peran serta aktif sarana kesehatan swasta terutama RS untuk dapat menangani komplikasi neonatus secara optimal sehingga kematian neonatus dapat ditekan semaksimal mungkin. Pencatatan pelaporan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam manejemen kesehatan sehingga pendokumentasian setiap kasus serta tindakan yang dilakukan perlu dilaporkan ke Dinas Kesehatan agar didapat gambaran masalah yang sesuai dengan kenyataan. Cakupan komplikasi neonatus dari tahun 2010 s/d tahun 2013 terlihat pada tabel berikut.
this figure is still far from the expected (national target 80%), but compared to the year 2012 and an increase of 24, 4%. Furthermore, in order in- years neonatal complications increased according to the standard of service it is necessary to increase the ability of health workers in basic care facilities and staff and increase the number of health centers PONED (Neonatal Emergency Obstetric Care Basic) as well as the need for active participation of the private health facilities, especially hospitals to be handle so that the optimal neonatal complications of neonatal deaths can be reduced as much as possible. Recording reporting is no less important in the management of health so that documenting each case and the action taken should be reported to the Health Department to obtain a picture of the problem in accordance with reality. Coverage of neonatal complications in 2010 s / d in 2013 shown in the following table.
Gambar 4.11. CAKUPAN KOMPLIKASI NEONATUS YANG DITANGANI DI KOTA BATAM TAHUN 2010 – 2013 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 -
32,9
2010
32,9
2011
80,0 11,4
2012
35,8
2013
2014
TARGET 2015
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Berdasarkan data dari Bidang Kesehatan Keluarga dan promosi kesehatan Dinas Kesehatan kota Batam dikatahui bahwa Cakupan tertinggi komplikasi neonatus yang ditangani sesuai standar terdapat di Puskesmas Sei.Langkai yakni sebesar 99,0% sedangkan terendah terdapat di Puskesmas Sei.Panas hanya sebesar 5 %. Adapun distribusi capaian Komplikasi Neonatus yang ditangani sesuai standar terlihat pada gambar berikut .
Based on data from the Family Health Division of the Department of Health and health promotion Batam city know that the highest coverage of neonatal complications are handled according to standards contained in the Health Center Sei.Langkai which amounted to 99.0% while the lowest was in the health center Sei.Panas only 5%.The Neonatal Complications achievement distribution are handled according to the standard shown in the following figure.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
63
Gambar 4.12. CAKUPAN KOMPLIKASI NEONATUS YANG DITANGANI BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 120 100 80 60 40 20 0
99 69 15
34 7
23
33
46 56
27
5
19
41
91 36
13
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Dari tabel diatas terlihat bahwa Puskesmas Sei.Langkai dan Batu Aji adalah Puskesmas yang cakupan komplikasi neonatus yang ditangani sesuai standar paling tinggi sedangkan Puskesmas Sei.Panas dan Sekupang memiliki cakupan sangat rendah ( < 10 %).
From the table above shows that the health center and Batu Aji Sei.Langkai is a health center coverage of neonatal complications were handled according to the highest standards while health centers and Sekupang Sei.Panas have very low coverage (<10%).
4.1.1.2.3 Kunjungan Bayi
4.1.1.2.3 Visit Baby Visit baby is one of the composite indicator, where babies get standard health care that includes basic immunization, Growth Stimulation Detection Intervention (SDIDTK) by health workers who have clinical competence and health education, at least 4 times a day at age 29 - <1 year at least once every 3 months with the provisions of the number of visits at least 8 times a year. Visit baby is one indicator of the health sector indicators in the evaluation process and accelerated development towards the MDGs by the target since 2011 is 90%.
Kunjungan bayi merupakan salah satu indikator komposit, dimana bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar yang meliputi imunisasi dasar, Stimulasi Deteksi Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis dan penyuluhan kesehatan, minimal 4 kali pada usia 29 hari – <1 tahun minimal satu kali setiap 3 bulan dengan ketentuan jumlah kunjungan minimal 8 kali dalam setahun. Kunjungan bayi merupakan salah satu indikator SPM bidang kesehatan yang menjadi indikator proses dan evaluasi dalam percepatan pembangunan menuju MDGs dengan target yang telah ditetapkan sejak tahun 2011 adalah 90%.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
64
Gambar 4.13. CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI KOTA BATAM TAHUN 2010-2013 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 -
% KUNJ.BAYI
71,3
59,1
51,5
90,0
13,6 2010
2011
2012
2013
51,5
71,3
59,1
13,6
2014
TARGE T 2015 90,0
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2013 sangat rendah yakni 13,6% hal ini terjadi kerena komitmen Puskesmas dan Dinas kesehatan kota Batam bahwa kunjungan bayi adalah indikator komposit sehingga bila sub indikator tidak lengkap sebagai contoh bila bayi tidak dilakukan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak maka tidak akan masuk cakupan indikator kunjungan bayi. Puskesmas yang memperoleh cakupan tinggi seperti Puskesmas Belakang Padang, Sei.Pancur dan Kabil bahkan mencapai lebih dari 100% dapat disebabkan karena hanya menggunakan indikator kunjungan bayi ditimbang setiap bulan. Oleh karena itu pemahaman terhadap standar pelayanan minimal khususnya kunjungan bayi dan anak Balita harus benar-benar dikuasai oleh seluruh tenaga kesehatan di puskesmas dan jaringannya, Sehingga di tahun tahun mendatang persepsi yang sama terhadap indikator standar pelayanan minimal bidang kesehatan sudah tidak terjadi perbedaan. Dengan demikian data yang disajikan menjadi benar-benar valid, akurat dan reliable. . Adapun gambaran kinerja Puskesmas dalam meningkatkan akses pelayanan kesehatan Bayi terlihat pada gambar berikut:
Coverage baby visits in 2013 was low at 13.6%, this happens because they committed health centers and health authorities in Batam that baby visit is a composite indicator that when the subindicators is incomplete, for example if the baby is not done Stimulation Early Detection and Intervention Growth then it will not enter the coverage indicator visit baby. PHC that received high coverage such as health centers Rear Padang, Sei.Pancur and Kabil even reach more than 100% can be caused by only using indicators visits baby weighed every month. Therefore, an understanding of the minimum service standards, especially infants and children visit must Toddler completely overpowered by all health workers in health centers and networks, so that in coming years the same perception of the minimum service standard I of health have no differences. Thus the data presented be completely valid, accurate and reliable.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
65
The picture of the performance of PHC in improving access to health care Infants seen in the image below:
Gambar 4.14. CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 1,2 1,2 7,0 8,8 8,8 9,9 12,7 13,6 17,6 25,3 31,2
SEI.LEKOP LUBUK BAJA TIBAN BR. SEKUPANG BATU AJI BATAM SAMBAU KABIL BEL.PADANG
-
50,0
54,8
69,9
133,6 100,0
150,0
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 4.1.1.2.4 Cakupan Kunjungan Anak Balita Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan dua proses penting yang terjadi secara simultan pada seorang anak, dan harus dilalui sesuai tahapannya. Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal diperlukan pemantauan secara periodik. Pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan yang diberikan pada anak usia 12–59 bulan sesuai standar ini bertujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal dengan melakukan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan serta memberikan intervensi pada anak balita yang terdeteksi menghadapi masalah kesehatan yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Diharapkan dengan program ini akan melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas. Pelayanan anak balita meliputi pemberian vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun, pemantauan pertumbuhan 8 kali, pemantauan perkembangan (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sesuai komptensinya.
4.1.1.2.4 Coverage Visits Childhood Growth and development are two important processes that occur simultaneously in a child, and must pass the appropriate stages. To be able to grow and develop optimally be monitored periodically. Growth monitoring services given to children aged 12-59 months according to the standard is intended that the child can grow and develop optimally by stimulating growth and development and provide interventions in children under five were detected face health problems that may interfere with growth and development.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
66
It is expected that this program will give birth to the next generation of healthy and quality. Children under five years of service include high-dose vitamin A 2 times a year, monitoring the growth of 8 times, monitoring progress (SDIDTK) at least 2 times a year conducted by health personnel in accordance competition
Gambar 4.15. CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA DI KOTA BATAM TAHUN 2010 s/d 2013 100,0 80,0
60,0
43,2
90,0
54,2
51,2
40,0 20,0
7,0
2010
2011
2012
2013
2014
TARGET 2015
Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2014. Cakupan kunjungan anak balita tahun 2013 adalah 7,0 % dari 117.634 anak balita. Angka ini sangat jauh berada dibawah target nasional (90%), dan semakin menurun dibanding tahun 2012 lalu. Seperti halnya dengan kunjungan bayi bahwa salah satu penyebab rendahnya kunjungan anak Balita adalah belum optimalnya kegiatan SDIDTK (Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak) . Karena kunjungan balita merupakan indikator komposit maka dengan rendahnya cakupan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak, menyebabkan capaian indikator kunjungan balita menjadi rendah. Permasalahan umum yang dapat menjadi penyebab rendahnya cakupan indikator ini adalah :
Coverage of children under five visits in 2013 was 7.0% of the 117 634 children under five. This figure is very much below the national target (90%), and decreased in 2012 compared to last. As is the case with baby visit that one of the causes of low Toddler visit is not optimal SDIDTK activity (stimulation Growth Detection and Early Intervention Child Development). Since the visit, the toddler is a composite indicator with low coverage Detection and Early Intervention Stimulation of Growth, causing performance indicators toddler visit to be low. Common problems that can be the cause of low coverage of this indicator are:
-
Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas khususnya di wilayah mainland.
-
Limited number of health workers in health centers, especially in the mainland region.
-
Terbatasnya Kemampuan petugas dalam melaksanakan SDIDTK di Posyandu dan PAUD / TK.
-
Limited ability to implement SDIDTK officer at IHC and early childhood / kindergarten.
-
Pertumbuhan jumlah Balita di kota Batam cukup tinggi.
-
Growth in the number of Toddler Batam city is quite high.
-
Kondisi geografis ; kepulauan dan banyaknya daerah kumuh “ illegal housing”, dll.
-
The geographical conditions
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
67
Gambar 4.16. CAKUPAN (%) PELAYANAN ANAK BALITA BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 80,0 70,0 34 60,0 50,0 33 30 40,0 30,0 20,0 39,4 1 0 13 31,9 13 0 33,4 10,0 1,2 0,2 4 5 11,6 0,0 11,0 6,7 4,7 0,0 S.P TB SA L.B B.P T.S SK KA BU AN GL N. MB AJ DG KG PG BIL LG CU G BR AU A R PEREM 34 5 1 0 13 33 13 0 30 4 LAKI 39, 4,7 1,2 0,2 11, 31, 11, 0,0 33, 6,7
6
3 5,7 3,3 B.P S.P ER AN MA AS I 6 3 5,7 3,3
3 1 2,3 0,0 0,9
0 0,3 0 BO TA NI A 0 0,3
S.L S.L BT. EK AN AJI P GK 0 1 3 0,0 0,9 2,3
Sumber: Bidang Kesga & promkes Dinkes kota Batam 2014 Pada gambar 4.16 diatas terlihat bahwa wilayah puskesmas Belakang Padang, Puskesmas Kabil dan Sei.Pancur memiliki cakupan yang lebih baik dibanding Puskesmas lainnya. Kemungkinan ini terjadi karena pada wilayah ini belum sepenuhnya menggunakan indikator komposit kunjungan anak Balita. Dengan peningkatan kompetensi petugas kesehatan dan kader Posyandu maupun guru TK/PAUD, diharapkan ditahun tahun mendatang cakupan kunjungan balita dapat meningkat dengan kwalitas pelayanan yang lebih baik.
At 4:16 the picture above shows that the region of Padang Rear health centers, health centers and Sei.Pancur Kabil has better coverage than the other health centers. This possibility occurs because the region is not yet fully using the composite indicator Toddler visit. With increased competence and cadres of health workers, teachers, kindergarten / early childhood, is expected next year coverage visit toddler years can be increased with better service quality.
4.1.2. PROGRAM KELUARGA BERENCANA
4.1.2. FAMILY PLANNING PROGRAM
Meningkatnya kesejahteraan ibu dan anak dengan mewujudkan NKKBS (norma keluarga kecil Bahagia dan Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera merupakan tujuan gerakan keluarga berencana dengan jumlah dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah 2 (dua) atau motto KB “ dua anak cukup”. Tingkat pemanfaatan kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan gambaran perilaku positif di bidang kesehatan yang dapat dilihat dari cakupan peserta KB aktif.
Increased well-being of mothers and children to realize NKKBS (small family norm Happy and Prosperous), which became the basis of the realization of a prosperous society is the goal of the family planning movement in an amount that is considered to be the ideal family is two (2) or KB motto "two children are enough". The level of contraceptive use by spouses of fertile age (EFA) is a picture of positive health behaviors that can be seen from the range of participants in the active KB.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
68
Gambar 4.17. CAKUPAN (%) PESERTA KB AKTIF BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0
118,1 89,7 87,6 81,5 81,0 81,0 80,3 78,6 73,7 72,9 72,4 71,6 67,7
54,6 51,6 47,0
Rata-rata cakupan peserta KB Aktif di kota Batam sebesar 78,6 % atau 165.444 PUS (Pasangan Usia Subur), cakupan tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sei.Panas kecamatan Bengkong sedangkan terendah di wilayah Puskesmas Belakang Padang sebesar 47%. Gambar 4.16 diatas memperlihatkan bahwa hanya 4 (empat) wilayah Puskesmas yakni Sei.Langkai, Bulang, Sekupang dan Belakang Padang yang memiliki cajupan kurang dari 70%. Pencapaian akseptor KB aktif yang cukup baik tersebut mencerminkan kesadaran masyarakat khususnya PUS akan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mewujudkan keluarga yang terencana. Pada tahun 2013 terdapat 1.742 akseptor KB Baru atau 1,05 % dari keseluruhan peserta KB Aktif. Diharapkan seiring dengan kemajuan industri di kota Batam peserta KB Aktif juga semakin meningkat. Dengan kondisi demografis kota Batam dimana struktur penduduk usia produktif cukup tinggi, maka banyak pilihan masyarakat / Pasangan Usia Subur dalam memilih alat kontrasepsi. Dari data yang terhimpun di Dinas Kesehatan Kota Batam selama tahun 2013 diketahui bahwa penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebanyak 102 PUS (5.9%) dengan rincian terlihat pada gambar dibawah ini dan non MKJP dengan metode suntik 849 (48.7%), pil sebanyak 540 (31,0%) dan penggunaan kondom sebanyak 252 (14,5%).
Average coverage planning participants active in Batam city was 78.6% or 165 444 of EFA (spouses of fertile age), the highest coverage contained in Puskesmas Sei.Panas Bengkong while the lowest in the sub-district health centers Rear Padang region of 47%. Figure 4.16 above shows that only 4 (four) regions namely Sei.Langkai Health Center, Bulang, Sekupang and Rear Padang include that have less than 70%.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
69
Achievement of active acceptors reflects quite well the public awareness of the importance of EFA in particular the use of contraceptives for family realize planned. In the year 2013 there were 1,742 new family planning acceptors, or 1.05% of the total participants KB Active. It is expected that along with the progress of industry in the city of Batam KB Active participants also increased. With the demographics of the city of Batam in which the structure of the productive population is quite high, so many people's choice / spouses of fertile age in choosing a contraception . From data base in Health Department Batam City during 2013 its know about Contraception Long Method (CLM) is 102 PUS (5.9%) with detail look like the picture below and non CLM with injection method 849 (487%) , tablet 540 (31.0%) and using condom 252 (14.5%)
Gambar 4.18. PERSENTASE PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA BATAM TAHUN 2012
14,5
5,8 48,7
SUNTIK PIL
31
KONDOM MKJP
Sumber : Bidang Kesga & Prokes Dinas Kesehatan kota Batam 2014
4.2. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN
4.2. POOR HEALTH SERVICES
Sesuai dengan Visi Pembangunan Kesehatan maka dalam rangka pemerataaan pelayanan kesehatan terutama untuk masyarakat miskin, telah dilaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan guna memenuhi hak semua orang sebagai upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan secara finansial. Oleh karena itu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan masyarakat miskin menjadi bagian dari standar pelayanan minimal bidang kesehatan dalam percepatan pembangunan di bidang kesehatan guna mencapai komitmen bangsa Indonesia dalam MDGs.
In accordance with the Health Development Vision in order balancing health services especially for the poor, has implemented health care program in order to fulfill the rights of all people as an effort to improve financial access to health services. Therefore, basic health care and referral of the poor to be part of a minimum standard of health care in the acceleration of development in the health sector in order to achieve the commitment of the Indonesian nation in the MDGs.
4.2.1. Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
4.2.1. Primary health care of the poor
Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh sarana kesehatan dasar kepada masyarakat miskin. Sejak tahun 2007, Pemerintah Kota Batam telah memberikan pelayanan kesehatan di sarana kesehatan dasar secara gratis bagi masyarakat Kota Batam. Hal ini merupakan upaya pemerintah Kota Batam untuk memenuhi hak semua orang termasuk masyarakat miskin. Tahun 2013 di Kota Batam, dari 127.732 jiwa yang ditetapkan pemerintah pusat dalam program Jamkesmas hampir 80% telah mendapat pelayanan kesehatan dasar.
Poor basic health services are health services provided by basic health facilities to the poor. Since 2007, the Government of Batam has been providing health services in primary health facilities free of charge for the people of Batam. This is the government's efforts to fulfill the rights of Batam everyone, including the poor. In 2013 in Batam, from 127 732 people by the central government in JAMKESNAS program has received nearly 80% of primary health care.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
70
4.2.2. Pelayanan Masyarakat Miskin
Kesehatan
Rujukan
4.2.2. Referral Health Care of the Poor
Pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat miskin pada tingkat pelayanan kesehatan strata I (pertama). Pelayanan kesehatan strata I seperti rumah sakit yang merupakan pelayanan kesehatan rujukan terhadap kasus-kasus tertentu yang memerlukan penanganan lebih lanjut dan tidak bisa ditangani pada pelayanan kesehatan dasar karena keterbatasan sarana dan prasarana. Indikator ini merupakan proporsi masyarakat miskin yang memerlukan pelayanan kesehatan rujukan dan menggambarkan besarnya masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok masyarakat miskin sehingga memerlukan pelayanan kesehatan rujukan dan keterjangkauan masyarakat miskin terhadap sarana pelayanan kesehatan rujukan. Tahun 2013 sebanyak 18.313 jiwa (11,2%) dari total masyarakat miskin telah mendapat pelayanan kesehatan rujukan, Rendahnya capaian tidak berarti bahwa kemampuan Puskesmas rendah, hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat miskin lebih baik dari apa yang di perkirakan dalam target. Dalam hal pemberian pelayanan kesehatan dasar selama tahun 2013 telah terlayani 77.494 masyarakat miskin atau 46,2 % dari sasaran keluarga miskin.
Referral health care is poor health care provided to the poor at the level of health care strata I (first). Health services such as hospitals strata I which is a health care referral to specific cases that require further treatment and can not be dealt with in primary health care because of limited facilities and infrastructure.
4.2.3. Indikator Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit . Indikator kwalitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tergambar dari tingkat efisiensi pelayanan yang secara kwantitaif dapat dilihat dari pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupation Rate/BOR), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI ), Rata- rata lama hari di rawat (Long of Stay) dan Bed Turn Over Dalam sajian profil kesehatan ini, tidak seluruh Rumah Sakit menyampaikan data dengan lengkap sehingga gambaran
4.2.3. Indicators of Health Services Hospitals. Indicator of the quality of health care in hospitals drawn from the level of service that is quantitative interval (Turn of Interval / TOI), Mean old days in care (of Long Stay) and Bed Turn Over.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
71
This indicator is the proportion of poor people who need health care referral and illustrates the magnitude of the health problems that occur in poor communities that require referral and affordability of health care for the poor to referral health care facilities.
In 2013 as many as 18 313 people (11.2%) of the total poor have got health care referral, low achievement does not mean that the ability of health centers is low, it indicates that the health status of the poor better than what was estimated in the target. In terms of the provision of basic health services during 2013 has served 77,494 poor people or 46.2% of the target poor families.
In serving this health profile, not all of Hospitals submit data to complete so the real picture of the performance of the Hospital in the
nyata kinerja Rumah Sakit di kota Batam belum optimal. Namun dari data yang ada sedikit memberikan informasi tentang kinerja Rumah Sakit secara umum.
city of Batam is not optimal. However, from the data that there is little information about the hospital's performance in general.
Gambar 4.19. CAKUPAN BOR, LOS DAN TOI RUMAH SAKIT SE-KOTA BATAM TAHUN 2013
LOS
4 hari
TOI
4 49 hari
BTO
53 %
BOR 0
10
20
30
40
50
60
Sumber : Laporan Rumah Sakit se kota Batam,2014 Bed Occupancy Rate (BOR) adalah Bed Occupancy Rate (BOR) is the rata-rata persentase dari tempat tidur yang average percentage of available beds are tersedia yang dihuni atau dipakai oleh occupied or used by a patient over a period penderita selama satu periode waktu atau of time or day. From the data obtained perhari. Dari laporan Rumah Sakit Hospitals report that the performance of didapatkan data bahwa kinerja rumah sakit hospitals in the city of Batam based BOR is di kota Batam berdasarkan BOR masih still low at 53%. Furthermore, the average rendah yakni 53%. Lebih lanjut rata-rata duration (expressed in days) of each patient lamanya (dinyatakan dalam hari) dari hospitalized for a period of time or a certain masing-masing penderita dirawat di rumah period or Long Of Stay (LOS) based on sakit selama jangka waktu atau periode hospital reports Batam is a 4-day derby. tertentu atau Long Of Stay (LOS) Likewise with the indicator Turn Over Bed is berdasarkan laporan Rumah Sakit sekota 49 days, which means that on average 1Batam adalah 4 hari. Demikian halnya bed hospital in the city of Batam in use for dengan indikator Bed Turn Over sebesar 49 49 days. hari yang berarti bahwa rata-rata 1 tempat tidur rumah sakit dikota Batam digunakan selama 49 hari. Gambar 4.20 CAKUPAN GDR DAN NDR RUMAH SAKIT SE-KOTA BATAM TAHUN 2013
NDR 52, 34% GDR; 102; 66% Sumber : Laporan Rumah Sakit se kota Batam,2014 Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
72
Gross Death Rate (GDR) merupakan proporsi pasien keluar yang meninggal di rumah sakit dan Net Death Rate (NDR) adalah proporsi pasien keluar yang meninggal > 48 jam perawatan. Angka ini merupakan gambaran beratnya masalah kesehatan dan kemampuan penanganan yang mencerminkan kualitas pelayanan rumah sakit. Tahun 2013 GDR dari rumah sakit yang ada di Kota Batam adalah 1.4 yang berarti tidak berbeda dengan kondisi tahun 2012 lalu , sedangkan NDR mencapai 0.7, terjadi kenaikan sebesar 0,1 % dibanding tahun lalu.
Gross Death Rate (GDR) is the proportion of patients who died out in the hospital and Net Death Rate (NDR) is the proportion of patients who died out> 48 hours of treatment. This figure is a picture of the severity of health problems and handling capabilities that reflect the quality of hospital services. In 2013 the GDR of the existing hospital in Batam is 1.4 which means no different from the situation in 2012 and, while the NDR of 0.7, an increase of 0.1% compared to last year.
4.3. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
4.3. PREVENTION DISEASE
Program Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit (P2P), merupakan upaya untuk menanggulangi dan mengendalikan penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular yang dapat menurunkan derajat kesehatan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Adapun program yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Disease Prevention and Control Program (P2P), an effort to prevent and control diseases both infectious diseases and non-communicable diseases that can lower health status and a public health problem. The programs implemented are as follows:
4.3.1.1. Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Malaria Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Industrialisasi, dinamika serta pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem . Tanpa adanya manajemen pengelolaan lingkungan yang arif dan bijak maka lingkungan menjadi tidak tertata yang dalam konsep berwawasan kesehatan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kejadian beberapa penyakit menular. Malaria adalah salah satu penyakit menular yang sangat dipengaruhi lingkungan . Kondisi geografis kota Batam sebagai daerah kepulauan di dikelilingi perairan dengan rawa bakau serta diperparah dengan masih adanya tempat galian pasir liar, semakin mendukung berkembang biaknya nyamuk anopheles
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
AND
CONTROL
OF
4.3.1.1. Malaria Prevention and Control Malaria is one of the environmentally based disease. Industrialization, as well as the dynamics of a very high population growth leads to changes in the ecosystem. Without the environmental management wise and sensible then the environment becomes disordered in health oriented concepts into a very influential factor on the incidence of some infectious diseases. Malaria is one of the infectious diseases that greatly influenced the environment. Geographical conditions as the city of Batam island in waters surrounded by mangrove swamps and exacerbated by the presence of wild sand quarries, the more support the breeding of Anopheles mosquitoes
73
sebagai vektor dan dengan semakin banyaknya populasi nyamuk maka semakin banya pula vektor yang akan mengantarkan parasit malaria kedalam tubuh manusia sehingga jumlah kasus malaria akan bertambah. Beberapa wilayah di kota Batam yang menjadi daerah endemis Malaria diantaranya Kecamatan Belakang Padang, Galang dan Nongsa namun dengan konsistensi dan kesinambungan dalam program pencegahan malaria maka kasus malaria semakin menurun. Kasus malaria pada tahun 2013 terjadi penurunan dibanding tahun 2012 dan 2011, dimana kasus konfirmasi (berdasarkan hasil pemeriksaan sediian darah) menurun dari 904 pada tahun 2012 menjadi 687 kasus pada tahun 2013 ini. Dengan angka kesakitan Annual Parasite Insidence (API) dari 0.8/1.000 pddk menjadi 0,56/1.000 pddk . Adapun penyebaran penyakit malaria berdasarkan wilayah kerja Puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
as vectors and with the increasing number of population of the mosquito vector of of the danger also will deliver the malaria parasite into the human body so that the number of malaria cases will increase. Some areas of the city of Batam malaria endemic areas including the District Rear Padang, Galang and Nongsa but with consistency and continuity in the malaria prevention program of malaria cases decreased. Malaria cases decreased in 2013 compared to 2012 and 2011, in which case confirmation (based on the results of blood sediian) decreased from 904 in 2012 to 687 cases in 2013. Annual Parasite morbidity Insidence (API) of 0.8 / 1,000 pddk to 0.56 / 1,000 pddk. The spread of malaria based Puskesmas can be seen in the picture below.
GAMBAR 4.21. JUMLAH KASUS MALARIA POSITIF BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 400 350 300 250 200 150 100 50 0
374 244
1 0 0 12 20 0 0 0
23 4 0 0 9 0
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan kota Batam 2014 Pada gambar di atas terlihat bahwa di Kecamatan Belakang Padang didapatkan kasus terbanyak dibanding kecamatan lainnya yaitu sebanyak 374 kasus dan Kecamatan Galang 244 kasus serta kecamatan Nongsa khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kabil sebanyak 20 kasus, dan wilayah kerja Puskesmas lainnya berkisar 1- 9 kasus
In the picture above shows that in the district of Padang Rear obtained most cases compared to other districts as many as 374 cases and 244 cases as well as the District Galang Nongsa sub-district health centers, especially in the region of Cain by 20 cases, and other Puskesmas ranged 1- 9 cases
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
74
4.3.2. Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
4.3.2. Prevention and Control of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
Demam Berdarah atau yang dikenal dengan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes agypty dan Aedes albopoictus sebagai vektor yang biasanya menggigit di siang hari. Nyamuk ini berkembang biak dengan ketinggian <1000 meter diatas permukaan laut dan kejadian sangat dipengaruhi oleh musim. Pada prinsipnya upaya pencegahan merupakan upaya yang paling efektif dengan menjaga lingkungan agar bebas dari sarang nyamuk Aedes agypty dan Aedes albopoictus dengan melakukan 3M plus yaitu menguras, mengubur, menutup dan ditambah dengan kegiatan lainnya untuk mencegah gigitan nyamuk dengan berbagai cara seperti tidur menggunakan kelambu disiang hari menggunakan refelan serta pemantauan perindukan nyamuk yang di koordinasi oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan Petugas Kesehatan. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DHF) di kota Batam pada tahun 2013 sebanyak 1.007 kasus terjadi peningkatan dibanding tahun 2012 lalu yang hanya 748 kasus dengan peningkatan incident rate dari 64.74 per 100.000 penduduk menjadi 81,5 per 100.000 penduduk serta menyebabkan resiko kematian yang juga semakin meningkat atau Case Fatality Rate dari 1.34% menjadi 1,9 %.
Dengue Fever, known as dengue is a disease caused by the dengue virus which is transmitted by Aedes mosquitoes and Aedes agypty albopoictus as vectors usually bite during the day. Mosquitoes breed with a height <1000 meters above sea level and is strongly influenced by the events of the season. In principle, prevention is the most effective efforts to keep the environment free of Aedes mosquito breeding Aedes agypty and albopoictus by 3M plus the drain, buried, close and coupled with other activities to prevent mosquito bites by various means such as using mosquito nets to sleep during the day using refelan and monitoring mosquito breeding in coordination by Larva monitoring Savior (Jumantik) and the Health Officer.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
75
The number of cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the city of Batam in 2013 as many as 1,007 cases there is an increase compared to the year 2012 and that only 748 cases with an increased incident rate of 64.74 per 100,000 population to 81.5 per 100,000 population and causes of death were also more risk increased or Case Fatality Rate from 1:34% to 1.9%.
Gambar 4.22. DISTRIBUSI KASUS DEMAM BERDARAH MENURUT PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 58
BATU AJI SEI.LANGKAI SEI.LEKOP BOTANIA BL.PERMAI SEI.PANAS GALANG SEI.PANCUR LBK.BAJA BULANG KABIL SAMBAU TIBAN BARU SEKUPANG TJ. SENGK BELK. PADANG
20 15
31
61
42 12
11 13
68
79
26
16 20 19 25 26
4 8 0
68
53
27
21
01
80
47 48 46
20 PEREMP
33
38
40
60
80
LAKI2
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan kota Batam 2014
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa kasus Demam Berdarah hampir merata terjadi diseluruh wilayah kota Batam dan kasus terbanyak terdapat di wilayah Puskesmas Batu Aji, Sei.Pancur dan Baloi Permai . Wilayah ini merupakan wilayah padat penduduk yang rentan tertular penyakit Demam Berdarah., Pengendalian penyakit DBD melalui aksi promotif dan preventif dengan berbagai kegiatan seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui 3M Plus, peningkatan kwantitas maupun kapasitas Jumantik adalah lebih aman, efisien dan efektif dibanding dengan penyemprotan pestisida . Global Warming juga menimbulkan efek terjadinya anomali cuaca, musim penghujan maupun kemarau sulit untuk dipedomani sehingga inisidence Demam Berdarah dapat terjadi di hampir sepanjang bulan.
Based on the picture above shows that cases of Dengue Fever occurs almost uniformly throughout the territory of the city of Batam and most cases are in the area of PHC Batu Aji, Sei.Pancur and Baloi Permai. This region is a densely populated area that is susceptible of contracting Dengue disease., Control of dengue disease through preventive and promotive action with a variety of activities such as mosquito nest eradication through 3M Plus, the increase in quantity and capacity Jumantik is more secure, efficient and effective than spraying pesticides. Global Warming also lead to the occurrence of anomalous weather effects, rainy and dry season is hard to be guided so inisidence Dengue Fever can occur in almost the entire month.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
76
Komitmen instansi terkait dan seluruh elemen masyarakat untuk menjaga lingkungan yang bebas dari perindukan nyamuk serta pelaksanaan manajemen surveilens dan pengendalian penyakit menular melalui pembiayaan dan penempatan tenaga kesehatan kompeten sangat diperlukan agar kegiatan dalam rangka menurunkan penyakit DBD dapat ditingkatkan secara efisien dan efektif .
Commitments related agencies and all elements of society to maintain an environment free of mosquito breeding and the implementation of management and control of infectious disease surveillance through financing and placement of qualified health workers is necessary for the activities in order toreduce dengue disease can be improved efficiently and effectively.
4.3.3. Pencegahan dan Pengendalian TB. Paru
4.3.3. Prevention and Control of TB. lung
Penyakit TB. Paru masih menjadi prioritas pemberantasan dan pengendalian penyakit menular bahkan menjadi salah satu indikator dalam percepatan pembangunan menuju Millineum Development Goals (MDGs) 2015. Di Indonesia TB. Paru menelan korban sekitar 100.000 jiwa setiap tahunnya Pada kawasan pulau Sumatera termasuk Kota Batam diperkirakan prevalensi TB. Paru berkisar 160 per 100.000 penduduk. Riwayat alamiah Penyakit TB. Paru mempunyai tingkat penularan yang cukup tinggi karena dapat menular secara langsung dari orang ke orang melalui percikan air ludah (droplet) yang infeksius. Pada waktu penderita TB. Paru batuk dapat mengeluarkan + 3.000 droplet dan saat bersin mengeluarkan sekitar 1 juta droplet. Droplet tersebut cepat mengering dan menjadi partikel yang sangat halus di udara (+ 1.5 mikron). Pada umumnya droplet yang infeksius ini dapat bertahan dalam beberapa jam dan bahkan sampai beberapa hari pada keadaan gelap dan lembab. Droplet jika kena sinar matahari langsung (sinar ultra violet) akan cepat mati. Upaya pencegahan penyakit TB.Paru, sudah dimulai sejak awal dengan upaya preventif berupa promosi kesehatan tentang Penyakit TB dan upaya pengendalian penyakit dilakukan dengan penemuan kasus TB. Paru dengan BTA (+) dengan penatalaksanaan yang direkomendasikan WHO sejak tahun 1995 yakni program DOTs (Directly Observed Treatment Short) yang mempunyai 5 komponen kunci, yaitu 1). Komitmen politis; Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
TB disease. Lung remains a priority the eradication and control of infectious diseases even be one of the indicators for accelerated development towards Millineum Development Goals (MDGs) by 2015 in Indonesia TB. Lung claimed about 100,000 lives each year, including the region of Sumatra island of Batam estimated prevalence of TB. Lung ranges 160 per 100,000 population.
The natural history of TB disease. Pulmonary infections have a high enough level because it can be transmitted directly from person to person through saliva splashes (droplet) is infectious. At the time of TB patients. Lung cough may issue + 3,000 droplets when sneezing and spend about 1 million droplets. The droplet dries quickly and become very fine particles in the air (+ 1.5 microns). In general, these infectious droplets that can last a few hours and even up to several days in the dark and damp. Droplet in contact with direct sunlight (ultraviolet light) will quickly die. TB.Paru disease prevention, has started since the beginning of the preventive measures in the form of TB disease health promotion and disease control measures carried out by the discovery of a case of TB. Pulmonary smear (+) with recommended management since 1995 the WHO DOTS (Directly Observed Treatment Short) who has 5 key components, namely 1). Political commitment;
77
2). Pemeriksaan dahak/sputum mikroskopis yang terjamin mutunya; 3). Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan penatalaksanaan kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4). Jaminan ketersediaan OAT (Obat Anti TBC) yang bernutu; 5). Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja progam secara keseluruhan.
2). Sputum examination / microscopic sputum-assured; 3). Standard short-term treatment for all cases of TB under proper case management, including direct supervision of treatment; 4). Guarantee the availability of OAT (Anti TB) which bernutu; 5). Recording and reporting system that is able to provide an assessment of the patient treatment outcomes and overall program performance.
Gambar 4.23. CAKUPAN PENEMUAN TB. PARU (+) BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2013 35 30 25 20 15 10 5 0
10 13 4 5 2 15 6 8 12
2 4
13 12 16 11 24 7 2 12 8 9
LAKI2
5 12
13
8 25 15 19 9
PEREMPUAN
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan kota Batam 2014
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pada umumnya penyebaran penyakit TB Paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan laki-laki lebih banyak 1.5 kali dibanding perempuan . Dan dengan membandingkan distribusinya antar wilayah terlihat bahwa kasus TB Paru (+) banyak ditemukan di wilayah Puskesmas Sei.Panas,Sekupang, Batu Aji dan Sei.lekop hal dimungknkan karena wilayah tersebut padat penduduk dan adanya kerjasama dengan sarana kesehatan pemerintah maupun swasta dalam menjalankan program pemberantasan dan pengendalian penyakit TB. Paru melaui penjaringan TB (+) baru di wilayah di Kota Batam.
From the picture above it can be seen that in general the spread of TB disease is more common in males than females with a ratio of men 1.5 times more than women. And by comparing the interregional distribution of pulmonary TB cases seen that the (+) are found in the region Sei.Panas Health Center, Sekupang, Batu Aji and Sei.lekop dimungknkan thing because the area is densely populated and the cooperation with public and private health facilities in implementing the program eradication and control of TB disease. Crawl through the pulmonary TB (+) new in the area in Batam.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
78
Keberhasilan peran seluruh sarana kesehatan , menjadikan keterlibatan sarana kesehatan Pemerintah maupun swasta sebagai strategi penting dalam pengendalian penyakit TB. Paru di Kota Batam melalui perluasan jakses/ jejaring untuk penemuan dan pengobatan penderita TB. Paru. Dibanding dengan tahun 2012 dan tahun-tahun sebelumnya maka data yang diperoleh dari bidang terkait menunjukkan bahwa CNR pada tahun 2013 sebesar 38,4. Terjadi penurunan yang cukup tajam, hal ini dimungkinkan karena kerjasama yang baik dengan sarana kesehatan yang ada memberikan keberhasilan dalam menurunkan kasus baru. Kemungkinan lain karena adanya perubahan dalam sistem pencatatan dan pelaporan. Dengan bertambahnya sarana pelayanan yang menerapkan strategi DOTs dalam penatalaksanaan kasus TB. Paru, maka CNR (Case Notification Rate) juga meningkat. CNR yang merupakan gambaran penyebaran/prevalensi TB. Paru dalam 100.000 penduduk semakin menurun.
The success of the role of all health facilities, making the involvement of government and private health facilities as an important strategy in the control of TB disease. Lung expansion in Batam through jakses / networks for detection and treatment of TB patients. Lung. Compared with the year 2012 and previous years, the data obtained from the related field indicates that the CNR in 2013 amounted to 38.4. Sharp decline occurs, it is possible for a good cooperation with existing health facilities provide success in reducing new cases. Another possibility for a change in the recording and reporting system. With the increase in service facilities that implement the DOTS strategy in the management of TB cases. Lung, the CNR (Case Notification Rate) also increased. CNR is a picture of the spread / TB prevalence. 100,000 population in the lung decreases.
Gambar 4.24. CASE NOTIFICATION RATE (CNR) TB. PARU (+) DI KOTA BATAM TAHUN 2010 s/d TAHUN 2013
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan kota Batam 2014
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
79
Indikator keberhasilan program pemberantasan dan pengendalian TB.Paru dapat dilihat dari angka kesembuhan pengobatan penyakit TB. Paru. Pada tahun 2013 angka kesembuhan TB.Paru sebesar 63 % yang berarti terjadi peningkatan dari tahun 2012 lalu hanya sebesar 46%, Keberhasilan pemberantasan TB Paru dari tahun 2010 s/d 2013 terlihat pada gambar dibawah ini.
Indicator of the success of eradication and control programs TB.Paru can be seen from the cure rate of TB disease treatment. Lung. In 2013 TB.Paru cure rate of 63% which means an increase from the year 2012 and then only by 46%, the successful eradication of TB from 2010 s / d 2013 shown in the picture below.
Gambar 4.25. ANGKA KESEMBUHAN (%) PROGRAM DOTs TB. PARU DI KOTA BATAM TAHUN 2010 s/d 2013. 70
63
60
50 40
42
30 20 10
46
14
0
Tahun 2010
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan kota Batam 2014
Angka kesembuhan penyakit TB sangat dipengaruhi oleh komitmen Tim DOTs TB di fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta disamping kesadaran dan disiplin penderita TB. Paru yang mengikuti program DOTs dalam minum obat, Disamping itu, keluarga, kader atau tenaga kesehatan juga sangat berperan penting dalam melakukan pengawasan menelan obat (PMO). Dari 4.28 terlihat bahwa, kerjasama semua pihak sangatlah penting dalam pemberantasan TB-Paru di kota Batam. Gambar 4.28 menunjukkan keberhasilan pemerintah dan masyarakat kota Batam dalam mengendalikan kasus TB . Diharapkan komitmen dan kerja keras semua pihak dalam pencegahan TB dapat semakin baik dan sustainable.
TB cure rate is strongly influenced by the team's commitment TB DOTS in health care facilities, both government and private sector awareness and discipline in addition to TB patients. Lung DOTS program in taking medication, Additionally, the family, or a cadre of health workers is also very important role in the monitoring of drug ingestion (PMO). Of 4:28 is seen that, the cooperation of all parties is crucial in combating tuberculosis in the city of Batam. Figure 4.28 shows the success of the government and people of the city of Batam in controlling TB cases. It is expected that the commitment and hard work of all parties in the prevention of TB can get better and sustainable.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
80
4.3.4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV/AIDS Penyakit HIV/AIDS disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus, virus ini memiliki Ribo Nucleic Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh, dengan mengadakan replikasi (memperbanyak) diri dengan mengubah RNA menjadi Deoxyribonucleic Acid (DNA) didalam tubuh manusia. Masa inkubasinya cukup lama (masa laten klinis) yang pada akhirnya menimbulkan tanda dan gejala AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndroma). AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat berkurangnya pertahan tubuh karena virus HIV dengan manifestasi munculnya berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya. Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) akan menjadi infeksius sepanjang sisa hidupnya dan dapat menularkan HIV melalui cairan tubuh selama penderita tidak mendapat terapi ARV (Anti Retro Virus). Transmisi HIV sebagian besar terjadi pada kelompok risiko tinggi seperti Pengguna Napza suntik (penasun), hetero dan homoseksual (WPS, waria). Tahun 2011 di Indonesia tercatat sebanyak 21.031 kasus HIV dan 4162 kasus AIDS. Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia berada pada tingkat II yaitu masih terkonsentrasi pada kelompok berisiko (concentrade level of epidemic), kecuali daerah Papua yang termasuk epidemi HIV meluas. Meskipun data ini merupakan data resmi dari pemerintah, namun data sesungguhnya tidak ada yang tahu berapa persisnya, karena penyakit ini masih terdiskriminasi dimasyarakat sehingga penyakit HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, yang terlihat hanyalah puncak yang muncul di permukaan tanpa diketahui seberapa dalam dan besar kasus yang sebenarnya terjadi. Pandemi HIV/AIDS menjadi tantangan global dan menduduki prioritas utama dalam enam penyakit menular berbahaya sebagaimana ditekankan dalam komitmen MDGs. Sebagai daerah terdepan dan berbatasan langsung dengan negeri Jiran Singapura dan Malaysia
4.3.4. Disease Prevention and Control of HIV / AIDS HIV / AIDS is caused by a virus Human Immunodeficiency Virus, the virus has Ribo Nucleic Acid (RNA) which specifically attacks the immune system, by providing replication (reproduce) itself by converting RNA into Deoxyribonucleic Acid (DNA) in the human body. A long incubation period (clinical latency period) that ultimately lead to signs and symptoms of AIDS (Acquired Immune Deficiency syndroma). AIDS is a collection of symptoms caused by the body'sdefense reduced due to the emergence of the HIV virus with various manifestations of opportunistic infections, malignancies, and other metabolic disorders. People living with HIV / AIDS (PLWHA) will be infectious for the rest of his life and can transmit HIV through body fluids during patient did not receive antiretroviral therapy (Anti Retro Virus). HIV transmission occurs largely in high-risk groups such as injecting drug users (IDU), heterosexual and homosexual (WPS, transvestites). In 2011 in Indonesia, there were 21 031 cases of HIV and AIDS cases 4162. The spread of HIV / AIDS in Indonesia is at the second level is still concentrated in risk groups (concentrade level of the epidemic), except for the Papua region including HIV epidemic. Although this data is the official data from the government, but the data actually no one knows exactly how many, because the disease is still discriminated against in the community so that the disease of HIV / AIDS as an iceberg phenomenon, which looks just the tip of which appear on the surface without being noticed how deep and large case actually happened.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
81
Pandemic of HIV / AIDS become a global challenge and occupy top priority in the six major communicable diseases as highlighted in the MDG commitments. As the leading and directly adjacent to the neighbors like Malaysia and Singapore.
maka mangatasi masalah HIV/AIDS di kota Batam harus dapat dilakukan oleh semua pihak karena HIV/AIDS sangat berkaitan dengan perilaku dan aspek sosial budaya dan saat ini HIV/AIDS di kota Batam sudah mulai menunjukkan kecendrungan penularan ke populasi umum. Berdasarkan laporan dari salah satu rumah sakit di kota Batam yang telah melaksanakan prosedur tetap pelayanan ibu hamil, dimana setiap ibu hamil yang berkunjung untuk pertama kali dilakukan konseling terhadap HIV/AIDS. Hasil yang didapatkan sepanjang tahun 2013 dari 7.830 ibu hamil yang diberikan konseling, 35 diantaranya positif HIV/AIDS dan juga ditemukan bayi yang positif HIV sebanyak 10 bayi.
and then mitigate the problem of HIV / AIDS in the city of Batam should be done by all parties because HIV / AIDS is associated with behavioral and social aspects of the current culture and HIV / AIDS in Batam city has begun showed a tendency transmission to the general population. Based on a report from one of the hospitals in the city of Batam which has been carrying out the procedure remains antenatal care, where any pregnant women who visited for the first time carried out counseling to HIV / AIDS. The results obtained during the year 2013 from 7,830 pregnant women were given counseling, 35 of them positive for HIV / AIDS as well as HIV positive infants found as many as 10 babies.
Gambar 4.26. DISTRIBUSI KOMULATIF PENDERITA HIV/AIDS DI KOTA BATAM TAHUN 1996 s/d TAHUN 2013 HIV
AIDS
3500 3178
3000
2601
2500
2066
2000 1500 1000 500
0 1995
1656 1342 1339 1144 1066 835 733 594 575 441 401 253 177 287364 174 125 99 39 56 9 14 22 42 64 123 8 70 134 5 2000
2005
2010
2015
Penyakit HIV/AIDS dapat terjadi pada semua orang tanpa memandang jenis kelamin, sehingga kasus dapat menimpa bayi maupun orang dewasa pria atau wanita. Jumlah kasus baru HIV tahun 2013 di Kota Batam sebanyak 577 kasus dan sejak tahun 1996 sudah tercatat sebanyak 3178 kasus HIV. Sementara kasus AIDS tahun 2013 bertambah 198 kasus dengan kumulatif sejak tahun 1997 hingga tahun 2013 menjadi 1.342 kasus.
HIV / AIDS can happen to all people regardless of gender, so that the case can happen to a baby or an adult man or woman. The number of new cases of HIV in 2013 in the city of Batam as many as 577 cases and since 1996 has been recorded as many as 3178 cases of HIV. While AIDS cases in 2013 increased by a cumulative 198 cases from 1997 to the year 2013, to 1,342 cases.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
82
Penangganan kasus hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkannya, yang dapat dilakukan pada penderita adalah menghambat perkembangan virus dalam tubuh penderita dengan pemberian anti retro virus (ARV). Pada stadium lanjut (full blown AIDS) jika penderita tidak mendapatkan ART (antiretroviral therapy) biasanya penderita meninggal dalam waktu kurang 2 tahun. Kematian akibat penyakit AIDS tahun 2013 berjumlah 54 orang yang terdiri dari 29 lakilaki dan 25 orang perempuan. Bila tidak dilakukan tindakan yang konsisten dan komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif serta rehbilitatif maka para ahli Epidemiologi memperkirakan bahwa pada pada tahun 2015 penderita HIV/AIDS di Indoneisa menjadi 1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang. Sedangkan penularan dari ibu ke anak akan mencapai 38.500 kasus. Upaya pemberantasan dan pengendalian HIV/AIDS harus optimal, berkesinambungan dan menuntut komitmen berbagai pihak, untuk itu Dinas Kesehatan Kota Batam beserta jajarannya dan KPAD Kota Batam serta LSM peduli HIV/AIDS terus proaktif, mulai dari upaya pencegahan primer, pemantauan ke lokasi yang berisiko tinggi terhadap penularan. memberikan layanan konseling maupun layanan kuratif di sarana pelayanan kesehatan. Kota Batam telah memiliki dua klinik IMS yang terdapat di Puskesmas Lubuk Baja dan Pustu Teluk Pandan yang merupakan akses untuk meningkatkan penjaringan/skrining terhadap kasus HIV/AIDS bagi kelompok risiko tinggi, Klinik VCT di RSUD Kota Batam, rumah sakit St. Elizabeth dan VCT plus PMTCT di RS. Budi Kemuliaan Batam dengan layanan konseling, pemberian Anti Retro Virus (ARV) bagi penderita HIV/AIDS, program pencegahan sedini mungkin penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV terhadap bayinya. Upaya pencegahan primer dalam pengendalian penyakit HIV/AIDS yang sangat penting adalah upaya promotif melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) baik secara individu (konseling) Handling of the case to date has not found a drug that can cure it, which can be
performed on patients is to inhibit the development of virus in the patient's body with the provision of anti-retro viral (ARV). At an advanced stage (full blown AIDS) if the patient does not get ART (antiretroviral therapy) patients usually die within less than 2 years. Deaths due to AIDS in 2013 amounted to 54 people, including 29 men and 25 women.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
83
If no action is taken consistently and comprehensively through promotive, preventive, curative and rehabilitatif the epidemiology experts estimate that in 2015 people with HIV / AIDS in Indonesia be 1,000,000 people with the death of 350,000 people. While the mother-to-child transmission will reach 38,500 cases. Eradication and control of HIV / AIDS should be optimal, sustainable and requires a commitment of various parties, to the City Health Department and its staff and KPAD Batam City and NGOs concerned with HIV / AIDS continues to be proactive, ranging from primary prevention, monitoring for high-risk sites against infection. provide counseling services or curative services in health care facilities.
Batam city has had two STI clinics located in health centers and sub Lubuk Baja Teluk Pandan which is to increase networking access / screening against HIV / AIDS cases for the high risk group, VCT Clinic in Batam City Hospital, Hospital of St. VCT and PMTCT plus Elizabeth Hospital. Budi Glory Batam with counseling services, provision of Anti Retro Virus (ARV) for people with HIV / AIDS, prevention programs as early as possible transmission of HIV from pregnant women with HIV to her baby. Primary prevention efforts in the control of HIV / AIDS is a very important promotive through Information, Education and Communication (IEC) either individually (counseling)
maupun diberbagai komunitas yang ada di masyarakat berupa penyuluhan langsung atau penyebaran informasi melalui media
cetak, elektronik dan lainnnya. Sajian HIV/AIDS dalam profil ini, semoga mampu memotivasi kita semua untuk ikut proaktif membantu dalam memerangi HIV/AIDS dengan menciptakan lingkungan yang kondusif mulai dari diri sendiri, orang-orang terdekat dan masyarakat Kota Batam pada umumnya sehingga penyakit HIV/AIDS dapat dikendalikan dengan maksimal. 4.3.5. Pencegahan dan Pengendalian Pneumonia Pada Balita Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang bila terlambat dilakukan penanganan dapat menyebabkan kematian namun sesungguhnya upaya mendeteksi pneumonia pada Balita sangat mudah untuk dilakukan . Oleh karena itu penyakit pneumonia pada balita merupakan salah satu indicator standar pelayanan minimal bidang kesehatan sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian balita. Program pengendalian pneumonia pada Balita dilakukan dengan dengan penemuan dan penanganan kasus pneumonia melalui kegiatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Diperkirakan 10% balita di Indonesia yang menjadi sasaran program dengan target 100% pneumonia balita dapat ditangani sesuai standar. Klasifikasi Pneumonia didasarkan adanya batuk dan atau sukar bernafas yang disertai nafas cepat. Kriteria nafas cepat pada anak usia 2 - <1 tahun adalah 50 kali permenit dan pada anak usia 1 - 5 tahun adalah 40 kali permenit. Hasil upaya pemberantasan dan pengendalian pneumonia pada balita di Kota Batam tahun 2013 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
and the various communities that exist in the community in the form of direct extension or dissemination of information through print, electronic and other woods. Serving HIV / AIDS in these profiles, may be able to motivate us all to participate proactively assist in the fight against HIV / AIDS by creating a conducive environment ranging from yourself, and those closest to the people of Batam in general so that the disease of HIV / AIDS can be controlled with maximum. 4.3.5. Prevention and Control of Pneumonia In Toddlers Pneumonia is a disease which, if done late treatment can cause death but actually attempt to detect pneumonia in Toddlers are very easy to do. Therefore pneumonia in infants is one indicator of a minimum standard of health care in an effort to reduce child mortality. Pneumonia control programs in Toddlers done with the discovery and handling of cases of pneumonia through IMCI (Integrated Management of Childhood Illness).An estimated 10% of children under five in Indonesia, which was subjected to a program with a target of 100% toddler pneumonia can be treated according to the standard. Pneumonia is based classification or the presence of cough and difficult breathing accompanied by rapid breathing. Criteria rapid breathing in children aged 2 <1 year was 50 beats per minute and in children aged 1-5 years is 40 times per minute. The results of the eradication and control of pneumonia in young children in the city of Batam in 2013 can be seen in the picture below.
84
GAMBAR 4.27. CAKUPAN PENEMUAN PENANGGANAN BALITA PNEUMONIA BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 300
252 234
250 200 150 100 50 0 -50
7 2
0
1 1
74 36
40 10 13 36 10 7
LAKI2
29 25
35 12
23 20 31
19
5
2
15
0
16 17
23 18
PEREMPUAN
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Perhitungan epidemiologis memperkirakan bahwa jumlah kasus Pneumonia di kota Batam pada tahun 2013 sebesar 14.588. Namun dari laporan yang disampaikan ke Dinas kesehatan kota Batam tercatat bahwa kasus Pneumonia pada tahun 2013 sebanyak 1.013 atau 6,9 % dari perkiraan kasus yang terdiri 564 lakilaki dan 449 perempuan dan dari seluruh kasus yang ditemukan telah ditangani dengan baik sesuai standar operasional prosedur. Dari perkiraan kasus maka cakupan ini sangat rendah, karena kasus pneumonia pada balita yang ditangani di rumah sakit tidak terlaporkan dan belum optimalnya pelaksanaan MTBS di Puskesmas. Harapan kedepan perlu optimalisasi sistem pencatan dan pelaporan dari sarana kesehatan baik pemerintah maupun swasta serta peningkatan kwalitas dan kwantitas program MTBS di Puskesmas dan jaringannya..
Epidemiological calculations estimate that the number of cases of pneumonia in Batam city in 2013 amounted to 14 588. But from the reports submitted to the Office of Batam city health noted that cases of pneumonia in 2013 as many as 1,013 or 6.9% of estimated cases comprising 564 men and 449 women and of all cases found to have been handled properly according to the standard operating procedures. From estimates of cases, the coverage is very low, because of cases of pneumonia in young children treated in hospitals underreported and not optimal IMCI implementation in PHC. Hope in the future need to paint of system optimization and reporting of health facilities both public and private as well as increased quality and quantity of the IMCI program at the health center and its network . .
4.3.6. Pencegahan dan Pengendalian Diare
4.3.6. Prevention and Control of Diarrhea
Penyakit diare hingga kini masih menjadi dilema dalam kesehatan masyarakat karena jika kasus tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan dehidrasi terutama pada balita yang berakibat pada kematian.
Diarrheal disease is still a public health dilemma because if the case is not dealt with promptly can lead to dehydration, especially in infants that result in death.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
85
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare dimasyarakat, dan yang paling berperan adalah lingkungan yang tidak sehat dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Berikut gambaran kejadian penyakit diare di Kota Batam Tahun 2013.
Many factors can affect the incidence of diarrhea in the community, and the most responsible is an unhealthy environment and a lack of public awareness for clean and healthy living behavior. The following description of diarrheal disease incidence in Batam in 2013.
GAMBAR 4.28. PERKIRAAN & JUMLAH KASUS DITANGANI MENURUT PUSKESMAS SEKOTA BATAM TAHUN 2013 5.418 5.207 5.250 4.822 6.000 4.689 4.220 4.153 3.814 5.000 3.519 4.000 2.392 2.307 3.000 1.035 1.742 718 1.595 1.5701.149 521 968 436 718 2.000 547 385 399 408 595 568 633 477 417 382 241 1.000 0
PERKIRAAN KASUS
KASUS DITANGANI
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Sepanjang tahun 2013 ditemukan 10.767 kasus dan seluruhnya telah ditangani dengan baik, kasus yang ditemukan tersebut hanya 21% dari 50.785 kasus yang diperkirakan. Seperti pada tahuhn 2012 lalu , kejadian diare terbanyak ditahun 2013 ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Sei Lekop sebanyak 1.742 dan Puskesmas Sekupang 1.595 sedangkan kasus terendah terdapat di wilayah kerja Puskesmas Tiban Baru (241 kasus), Cakupan penemuan diare merupakan proporsi kasus diare ditangani dari kasus yang diperkirakan. Untuk cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi terdapat di Puskesmas Galang yakni 79% dari perkiraan kasus. Tingginya penemuan kasus diare di wilayah kerja puskesmas perlu dikaji lebih mendalam agar faktor yang memungkinkan untuk dapat dilakukan upaya pencegahan penularan dapat dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga dapat menekan morbiditas akibat diare.
Throughout the year 2013 found 10 767 cases and has been fully addressed, the case that found only 21% of the estimated 50 785 cases.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
86
As in 2012 and then, in 2013 the highest incidence of diarrhea was found in Sei Lekop Puskesmas and Puskesmas Sekupang as much as 1,742 to 1,595 while the lowest was the case in New Tiban Puskesmas (241 cases), diarrhea discovery Coverage is the proportion of diarrhea cases are handled on a case that estimated. For coverage of the discovery and treatment of diarrhea was highest in Galang Health Center estimates that 79% of the cases. The high discovery of cases of diarrhea in health centers working area needs to be studied more in depth to allow for factors that can be undertaken to prevent the transmission can be done efficiently and effectively so as to reduce morbidity due to diarrhea.
Tingginya cakupan di wilayah galang dan Bulang di mungkinkan karena jumlah penduduk yang tidak banyak dan lebih statis serta distribusi tenaga kesehatan seperti tersedianya dokter keluarga di beberapa wilayah pulau-pulau di kecamatan galang. Adapun rendahnya cakupan penemuan dan penanganan diare disebabkan karenan kasus diare yang ditangani di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya tidak terlaporkan dengan baik sehingga angka ini belum menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Strategi pengendalian penyakit diare selain ditingkatkannya kegiatan promosi kesehatan tentang diare juga dilakukan upaya penemuan dan penanganan diare dengan melibatkan kader kesehatan. Pengetahuan dan keterampilan khususnya mengenai pencegahan dan penanggulangan penyakit diare yang dimilki kader serta ketersediaan oralit maka sangat petugas kesehatan dalam penanganan kasus diare dimasyarakat sehingga kasus cepat ditangani dan kematian akibat diare dapat dicegah.
The high coverage in the region girder and Bulang possible because the number of people who are not much more static and distribution of health workers as well as the availability of family doctors in some areas of the islands in the district girder. The low coverage of the discovery and treatment of diarrhea caused diarrhea cases treated in hospitals or other health facilities unreported properly so the numbers may not accurately reflect the real situation. Diarrheal disease control strategy in addition to increased health promotion activities of diarrhea was also done the effort of finding and treating diarrhea involves health cadres. Knowledge and skills, especially regarding the prevention and control of diarrheal diseases and the availability of ORS owned cadre of health workers it is in the handling of cases of diarrhea in the community so quickly handled cases and deaths due to diarrhea can be prevented.
4.3.6. Pemberantasan dan Pengendalian Kusta
4.3.6. Eradication and Control of Leprosy
Penyakit Kusta atau patek merupakan penyakit yang sudah muncul sejak berabad-abad yang lalu. Penyakit ini mempunyai masa inkubasi yang cukup lama dan untuk menegakkan diagnosa dibutuhkan tenaga khusus dan terlatih. Pengobatan secara dini sangat menentukan perkembangan penyakit ini. Hal yang ditakutkan dari penyakit kusta adalah menimbulkan kecacatan seumur hidup bagi penderita. Untuk itu pemerintah memberikan bantuan obat gratis yang didistibusikan dari Kementerian Kesehatan ke masyarakat melalui Dinas Kesehatan Propinsi. Program pemberantasan dan pengendalian penyakit kusta di Kota Batam saat ini selain terus memantau terhadap adanya kasus baru ataupun migrasi dari daerah lain juga dilakukan monitoring evaluasi program pengobatan terhadap penderita yang ada dan dilaporkan secara berkala.
Leprosy or yaws is a disease that has emerged since centuries ago. This disease has a long incubation period and for a specific diagnosis is required and trained personnel. Early treatment is crucial in the development of this disease. The fear of leprosy is cause lifelong disability for the patient. For that the government provides free medicine assistance of the Ministry of Health which is distributed to the public through the Provincial Health Office. Eradication and control programs leprosy in Batam now than continue to monitor for the presence of new cases or migration from other areas are also conducted monitoring and evaluation of treatment programs to existing patients and reported regularly.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
87
Hasil pertemuan aktifis program pemberantasan dan pengendalian penyakit kusta di Kota Batam baik pemerintah maupun swasta, menghasilkan kesepakatan dan kerjasama lintas program karena petugas di Puskesmas belum memilki tenaga yang kompeten dan terlatih baik dari tenaga medis maupun tenaga laboratorium dalam menegakkan diagnosa. Untuk itu penegakkan diagnosa sementara dilakukan di rumah sakit sedangkan untuk pemantauan dan pengobatan dilakukan melalui Puskesmas dalam wilayah kerjanya. Dalam tahun 2013 kasus baru kusta tidak ditemukan , sedangkan jumlah kasus lama yang masih menjalani pengobatan berjumlah 26 orang dengan jenis kusta dan klasifikasi gender terlihat pada gambar dibawah ini.
The results of the meeting activists and disease control programs to eradicate leprosy in Batam, both government and private, to produce an agreement and cooperation across programs because the officer at the health center have the power yet competent and well-trained medical personnel or personnel of the laboratory in diagnosis. For the enforcement of the diagnosis being made at the hospital for monitoring and treatment is done through health centers within their jurisdictions. In the year 2013 new cases of leprosy was not found, while the number of old cases are still undergoing treatment, totaling 26 people with leprosy type and gender classification shown in the picture below.
GAMBAR 4.29. JUMLAH PENDERITA KUSTA DENGAN KLASIFIKASI PENYAKIT BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2013
MB
20
PB 15
17 10
3
5 3
3
0
LAKI2
PEREMPUAN
Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2013
4.4. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Sasaran program perbaikan gizi masyarakat ditujukan pada kelompok umur yang rentan terhadap masalah kesehatan antara lain bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan masyarakat miskin
4.4. NUTRITIONAL IMPROVEMENT SOCIETY Target public nutrition improvement program aimed at the age group that is prone to health problems such as infants, toddlers, pregnant women, puerperal women, nursing mothers and the poor.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
88
Upaya perbaikan gizi dimulai secara bertahap dan berkesinambungan melalui upaya promotif dalam bentuk penyuluhan gizi, pembinaan dan pelatihan petugas maupun kader posyandu, upaya pencegahan upaya preventif dengan pemberian paket pertolongan gizi seperti pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, Pemantauan Pertumbuhan serta PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Pemulihan; Upaya Kuratif dan rehabilitatif dengan memberikan konseling gizi serta penatalaksanaan kasus gizi buruk di puskesmas perawatan dan Rumah Sakit. Capaian program perbaikan gizi selama tahun 2013 terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut :
Efforts to improve nutrition begins gradually and continuously through promotional efforts in the form of nutritional counseling, coaching and training of officers and cadres posyandu, prevention efforts by providing preventive nutritional aid package such as vitamin A supplementation of high doses, giving Fe tablets in pregnant women, Monitoring Growth and PMT (Feeding) Recovery; Curative and rehabilitative efforts to provide nutritional counseling and case management of severe malnutrition at health center and hospital care. Nutrition improvement program achievements during 2013 can be seen from some of the following indicators:
4.4.1. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Pasal 131 ayat 1, 2 Undang Undang No.36 tentang kesehatan menegaskan bahwa Upaya kesehatan bayi dan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang sehat, cerdas & berkualitas serta menurunkan AKA & AKABA. Untuk itu pemerintah berkewajiban mempersiapkan generasi penerus bangsa, balita yang merupakan aset yang paling berharga karena ditangan merekalah kelangsungan bangsa dan negara tercinta ini akan dipertaruhkan. Program gizi merupakan program yang paling mendasar karena gizi akan berdampak pada setiap kelangsungan hidup manusia didalam daur kehidupannya “nutrition in life cycle” Sejak dalam kandungan kebutuhan gizi manusia sudah harus terpenuhi, kekurangan gizi selama masa kehamilan akan berdampak terhadap ibu dan janin. Untuk itu program gizi menjadi salah satu program yang terkait dengan percepatan pembangunan terutama masyarakat kelompok rentan. Masa balita terutama pada 3 tahun awal kehidupan merupakan masa emas pertumbuhan dan perkembangan manusia atau sering disebut sebagai “Golden Periode” yang berlangsung pesat dan
4.4.1. Toddler Growth and Development Monitoring Article 131, paragraph 1, 2 Law 36 on health confirms that infant and child health efforts aimed to prepare the next generation of healthy, intelligent and quality and reduce AKA & UMR. Therefore, the government is obliged to prepare the next generation, a toddler who is the most valuable asset because they are the hands of the nation and the survival of this beloved country will be at stake. Nutrition program is the most fundamental program for nutrition will impact on every human survival in the life cycle of "nutrition in the life cycle" Since the content of human nutritional needs have to be met, malnutrition during pregnancy will affect the mother and fetus. For the nutrition program into one of the programs associated with the accelerated development of society, especially vulnerable groups. Infancy, especially in the early years of life 3 is a golden period of growth and human development, or often referred to as the "Golden Period" which took place very rapidly
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
89
sangat mendasar untuk menciptakan kualitas manusia pada masa berikutnya. Permasalahan gizi merupakan masalah yang sangat kompleks sehingga upaya perbaikan gizi dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat dan sektor terkait. Dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balita diperlukan dukungan masyarakat khususnya peran kader Posyandu, keterlibatan sektor terkait seperti perangkat kelurahan maupun kecamatan, BKKBN, Badan Pemberdayaan Perempuan, TP-PKK dll. Pemantauan Pertumbuhan Balita dilakukan dengan cara yang sederhana yakni dengan melakukan penimbangan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) sebagai alat pencatatan dan monitoring tumbuh kembang balita berdasarkan umur dan berat badan. Gambaran kinerja Posyandu dalam kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita dituangkan dalam balok SKDN sebagai berikut.
and fundamental to creating a human quality in the next period. Nutritional problems is a very complex issue that nutrition improvement efforts done by involving the public and related sectors. In monitoring the growth and development of infants needed community support, especially the role of cadres, the involvement of relevant sectors such as the village or district, BKKBN, Women Empowerment, TP-PKK etc.
Toddler Growth monitoring is done in a simple way to do that is with a child's weight using the Health Card (KMS) as a means of recording and monitoring the growth and development of infants by age and weight. Picture of the performance of IHC in the toddler's growth monitoring activities outlined in the following SKDN beam.
Gambar 4.30. CAKUPAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENIMBANGAN BALITA (D/S) MENURUT JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2013. 80 70 60 50 40 30 20 10 0
65 63 60 63 32 32
45 42
58 52
7475 52 45 49 50 45 43 48 41 40 43 35 2940 32 29 28
4041
LAKI2
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Jumlah Balita di Kota Batam selama tahun 2013 diperkirakan sebesar 146.054 jiwa dan 48 % atau 69.606 diantaranya telah berpartisipasi dengan melakukan kegiatan pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan Balita (D/S) secara teratur di Posyandu.
Number of Toddler in Batam during the year 2013 is estimated at 146 054 people and 48% or 69 606 of them have participated by performing growth monitoring activities through the weighing Toddler (D / S) regularly in IHC.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
90
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan Balita tertinggi terdapat di wilayah puskesmas Sei.langkai , Tanjung Sengkuang dan Sekupang. Sedangkan puskesmas Baloi Permai merupakan wilayah dengan tingkat partisipasi masyarakat yang paling rendah. Hal ini dimungkinkan karena wilayah kerja Puskesmas Baloi permai memiliki cluster perumahan untuk masyarakat dengan kemampuan ekonomi tinggi serta banyak terdapat perkantoran . Partisipasi Masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) merupakan indikator penting untuk melihat kinerja posyandu . Rendahnya D/S menunjukkan rendahnya kemampuan kader posyandu, petugas selaku pembina serta tokoh masyarakat untuk mengajak ibu balita datang ke Posyandu. 4.4.2. Cakupan Pemberian MP. ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin. Usia 6-24 bulan merupakan masa pertumbuhan yang penting dalam hidup seseorang. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya yang pesat maka pada masa ini kebutuhan asupan gizi meningkat serta terjadinya perubahan pola makan, yang apabila tidak diimbangi dengan makanan pendamping ASI dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak faktor baik langsung maupun tidak langsung seperti ekonomi keluarga dapat mempengaruhi status gizi balita. Rendahnya akses pangan seperti daya beli terhadap pangan dapat berdampak pada kurangnya asupan zat gizi pada balita sehingga dikhawatirkan tumbuh dan kembang balita tidak optimal. Untuk itu kebijakan pemerintah dengan program Pemberian MP. ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin merupakan upaya preventif yang bertujuan agar anak tetap mendapat asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Pada tahun 2013 telah didistribusikan makanan tambahan pemulihan dalam bentuk roti biscuit padat gizi kepada . Dari 6.349 usia 624 bulan dari keluarga miskin sebanyak 2.057 (32,4%) sudah terakses program pemberian MP. ASI. Permasalahan dalam
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
The level of public participation in the weighing Toddler highest in the region Sei.langkai health center, Cape Sengkuang and Sekupang. While health centers Baloi Permai is the region with the level of community participation is lowest. This is possible due to scenic Baloi Puskesmas have cluster housing for communities withhigh economic capability and there are many offices. Community participation in the child's weight (D / S) is an important indicator to see posyandu performance. Low D / S showed low ability posyandu cadres, officials and community leaders as coaches to bring the toddler's mother came to the IHC.
4.4.2.Coverage Provision MP. Breastfeeding in children aged 6-24 months of poor families. 6-24 months of age is an important growth period in someone's life. Along with the rapid growth and development in the future then it needs increased nutrient intake and dietary changes, which, if not balanced with complementary foods can affect the growth and development of children. Many factors either directly or indirectly as family economics can affect the nutritional status of children. Lack of access to food as the purchasing power of food can have an impact on the lack of nutrient intake in young children grow and develop so worried toddler was not optimal. To the government policy with MP Giving program. Breastfeeding in children aged 6-24 months from poor families are preventive measures that aim to keep the child gets intake of foods that fit their needs. In 2013 has distributed supplementary food in the form of bread biscuit recovery nutrients to solid. From 6349 the age of 6-24 months of poor families as much as 2,057 (32.4%) had accessed a program of MP. ASI. The problem in this program is the absence of a clear 91
program ini adalah belum adanya data dasar yang jelas untuk menetapkan sasaran yakni balita dari keluarga miskin. Berikut gambaran distribusi makanan pendamping ASI bagi anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin di Kota Batam Tahun 2013.
baseline data to set goals that toddlers from poor families. The following description of the distribution of complementary feeding for children 6-24 months of age from poor families in the city of Batam in 2013.
Gambar 4.31. CAKUPAN PEMBERIAN MP-ASI BALITA 6-24 BULAN KELUARGA MISKIN MENURUT PUSKESMAS TAHUN 2013. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
84 56
56
51
42
44 25
7
8
15
9
32
32,4
32 8
17
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 4.4.3. Malnutrition Toddler Care Coverage 4.4.3. Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk Lowering cases children malnutrition Menurunkan kasus balita gizi is an important activity that must be done buruk merupakan kegiatan penting yang considering the prevalence of malnutrition harus dilakukan mengingat prevalensi gizi is one of the indicators for accelerated buruk adalah salah satu indikator dalam development towards the MDGs year 2015 percepatan pembangunan menuju MDGs This program is part of a nutrition program ditahun 2015. Program ini merupakan that starts from preventive, curative and bagian dari program gizi yang dimulai dari rehabilitative care through malnutrition upaya preventif, kuratif dan rehabilitatif children, either impaired clinical or melalui perawatan balita gizi buruk, baik outpatient or toddlers who are yang mengalami gangguan klinis maupun experiencing problems in the area of rawat jalan atau balita yang mengalami monitoring the growth of health centers. As masalah pertumbuhan berada dalam described terahulu that this activity aims to wilayah pemantauan puskesmas. reduce as much as possible the impact of Sebagaimana telah diuraikan terahulu malnutrition in children under five, due to bahwa kegiatan ini bertujuan untuk malnutrition greatly affect the quality of menekan semaksimal mungkin dampak dari human resources in the future. gizi buruk pada balita, karena kasus gizi buruk sangat mempengaruhi kualitas Rating malnutrition children seen from a sumber daya manusia pada masa datang. comparison of weight and height (wasted) Penilaian balita gizi buruk dilihat with a score <-3 standard deviations of the dari perbandingan berat badan dan tinggi WHO standard of 2005 and or the presence badan (wasted) dengan score <-3 standar of clinical symptoms, such as a skinny kid, deviasi standar WHO 2005 dan atau adanya skin and bones, edema gejala klinis, seperti anak kurus, tulang berbalut kulit, oedema Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
92
pada punggung kaki dan punggung tangan bahkan oedema pada wajahnya, rambut merah seperti rambut jagung yang dapat dikategorikan dalam kasus marasmus dan kwashioskor atau gabungan keduanya. Sepanjang tahun 2013 didapatkan balita dengan status gizi buruk (sangat kurus) sebanyak 312 balita atau 0,42% dan gizi kurang (kurus) sebanyak 1.334 balita atau 1,8 %. Bila dibanding dengan tahun 2012 lalu prevalensi kasus gizi buruk pada balita di Kota Batam sedikit meningkat yakni dari 3,3 % menjadi 0,42% namun masih berada dibawah target MDG’s dan Renstra Dinkes kota Batam. Berdasarkan Penyelidikan Epidemiologi atau Pelacakan kasus gizi buruk, diketahui bahwa penyebab terjadinya gizi buruk tidak langsung karena intake zat gizi namun lebih banyak karena penyakit yang diderita oleh Balita seperti diare kronis, ISPA, bronchitis dll. Untuk itu upaya penanganan gizi buruk dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan.
in the legs and back of the hands back even edema on her face, red hair like corn silk which can be categorized in cases of marasmus and kwashioskor or a combination of both. Throughout the year 2013 obtained toddlers with poor nutritional status (very thin) of 312 infants, or 0.42% and malnutrition (underweight) as many as 1,334 infants or 1.8%. When compared with the year 2012 and the prevalence of malnutrition in children under five in the city of Batam slightly increased from 3.3% to 0.42%, but still below the target of MDG's and the Strategic Plan Batam city health office. Based Epidemiologic investigations or trackback cases of malnutrition, it is known that the causes of malnutrition are not directly due to the intake of nutrients but more because of illness suffered by the toddler as chronic diarrhea, respiratory infections, bronchitis etc.. For that efforts to address malnutrition conducted in a comprehensive and sustainable.
4.4.4 .Cakupan Pemberian ASI Ekslusif ASI ekslusif adalah pemberian Air Susu Ibu pada bayi usia 0-6 bulan tanpa ada makanan pendamping lainnya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita melalui pemberian ASI yang berkwalitas sedini mungkin. Pemberian ASI secara ekslusif mempunyai banyak manfaat selain mengandung zat gizi yang memenuhi kebutuhan bayi juga sesuai dengan kondisi fisiologis, anatomis pencernaan bayi. Disamping itu, ASI mempunyai manfaat ekonomis pemberiannya yang mudah dan murah serta menjalin erat kasih sayang ibu dengan anaknya. Cakupan ASI ekslusif di Kota Batam dalam tahun 2013 sebesar 29,1 % lebih baik dibanding tahun 2012 lalu yang hanya16.46 % namun masih sangat rendah bila dibanding dengan target nasional yang ingin dicapai (80%). Rendahnya cakupan ASI ekslusif, dimungkinkan karena masih disamping jumlah tenaga kerja wanita di Kota Batam yang cukup besar, sehingga mempunyai potensi pemberian makanan
4.4.4 .Coverage Exclusive Breastfeeding Exclusive breastfeeding is breastfeeding in infants aged 0-6 months without any other supplementary food. The program aims to improve the nutritional status of children through quality breastfeeding as early as possible. Exclusively breastfeeding has many benefits in addition to containing nutrients that meet the needs of the baby is also in accordance with the physiological, anatomical digestion baby. In addition, the economic benefits of breastfeeding have an easy and inexpensive gift to establish a close and affectionate mother with her child. Coverage of exclusive breastfeeding in Batam in 2013 amounted to 29.1% better than it was in 2012 and that hanya16.46% but still very low when compared with the national targets to be achieved (80%). Low coverage of exclusive breastfeeding, is possible because of the low knowledge of the importance of breastfeeding mothers breastfeeding, in addition to the number of female workers
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
93
pendamping ASI sebelum anak berusia 6 bulan karena ibu bekerja. Menyikapi hal ini upaya promosi kesehatan tentang manfaat pemberian ASI ekslusif perlu ditingkatkan, agar diperolehnya kesadaran ibu akan pentingnya ASI serta dapat merubah sikap dan perilaku ibu untuk memberikan ASI secara ekslusif.
in Batam are quite large, so as to have the potential complementary feeding before the child is 6 months old because the mother worked. In response to this health promotion efforts on the benefits of exclusive breastfeeding needs to be improved, so that the mother gained awareness of the importance of breast milk and can change the attitudes and behavior of mothers to breastfeed exclusively.
Gambar 4.32. CAKUPAN ASI EKSLUSIF BERDASARKAN JENIS KELAMIN DALAM WILAYAH KERJ A PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013.
92 72
50
56
64
39 22 59 64 56 17 48 14 34 24 16 15 BL TJ. K.P SE DG NG K PEREMP 50 17 LAKI 56 16
SK SB KB BL LB SEI PG U L G K.B .PC AJ R A 39 72 56 22 64 14 34 64 48 24 59 15
96
42 26 21 23 18 39 17 19 15 18 25 21
GL SEI BA BO S.L SEI BA G .PA L.P TA EK .LA TU. NS ER NI OP NG AJI A 92 23 18 42 17 26 21 96 19 15 39 18 25 21
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 4.4.5. Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi Pemberian vitamin A dosis tinggi merupakan program gizi yang tidak kalah pentingnya dengan program gizi lainnya, selain mencegah penyakit rabun senja yang dapat berakhir pada kebutaan juga banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vit A sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu sel tubuh ketika masa pertumbuhan . Pemberian Vitamin A dosis tinggi dilakukan 2 kali dalan setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus dengan sasaran utama adalah anak usia >6 bulan sampai anak usia 5 tahun dan ibu nifas. Kemasan vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 iu diberikan pada anak balita dan ibu nifas, sedang kemasan vitamin A warna biru dengan dosis 100.000 iu diberikan pada bayi usia > 6 bulan. Pentingnya program ini karena
4.4.5. Provision of High Dose Vitamin A Administration of high doses of vitamin A is a nutrition program that is not as important as other nutrition programs, in addition to preventing night blindness disease that may lead to blindness are also many studies showing that vitamin A is very important to enhance the immune system and help the body's cells when the growth period. Administration of high-dose vitamin A Dalan done 2 times a year, namely in February and August with the main target is children aged> 6 months to children aged 5 years and puerperal women. Vitamin A red packaging with a dose of 200,000 IU given to children under five and puerperal women, vitamin A is packaged in blue with a dose of 100,000 IU given to infants aged> 6 months. The importance of this program because
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
94
diperkirakan kebutuhan akan vitamin pada usia ini tidak terpenuhi hanya dari makanan yang dimakan, untuk itu perlu diberikan suplemen vitamin A secara berkala hingga anak usia 5 tahun.
it is expected the need for vitamin at this age is not fulfilled only of food eaten, for it should be given vitamin A supplements on a regular basis to children aged 5 years.
Gambar 4.33. CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI PADA ANAK BALITA BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013. BATAM BATU AJI SEI.LANGKAI SEI.LEKOP BOTANIA BL.PERMAI SEI.PANAS GALANG SEI.PANCUR LB.BAJA BULANG KABIL SAMBAU SEKUPANG TJ.SENGKG BLK.PDG
71,0 64,3 86,3 63,4 63,1 69,3 81,8 69,0 55,2 71,0 67,1 74,9 74,5 73,8 80,8 53,9
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Pemberian Vitamin A dosis tinggi
Administration of high doses of
tidak hanya diberikan kepada balita tetapi
Vitamin A is not only given to infants but
juga diberikan kepada ibu nifas dalam
also given to puerperal women in the form
bentuk kapsul vitamin 200.000 iu sebanyak
of 200,000 iu of vitamin capsules 2 times.
2 kali. Pemberian kapsul Vitamin A pertama
Vitamin A supplements given after the first
diberikan pasca melahirkan dan 24 jam
24 hours following birth and given vitamin A
berikutnya diberikan kapsul vitamin A
capsules both.
kedua.
Vitamin A is essential for post partum Vitamin A bagi ibu nifas sangat
mothers to help speed the healing process
penting untuk membantu mempercepat
after the copy, and support the need for
proses penyembuhan pasca salin, dan
infant vitamin A mother especially in the
mendukung kebutuhan Vitamin A bagi bayi
first 6 months.
ibu khususnya pada 6 bulan pertama.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
95
Gambar 4.34. CAKUPAN (%) PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI PADA IBU NIFAS DALAM WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM THN 2013. 100 80 60 40 20 0
88 85 79 73 72 70 65 64 62 61 60 56 56 38 36 32
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
4.4.6. Pemberian tablet Fe Tablet Fe atau tablet zat besi (ferum) diperlukan pada setiap orang terutama ibu hamil, karena proses kehamilan akan menyebabkan perubahan fisiologis maupun metabolisme tubuh, sehingga akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap zat besi (ferum). Untuk itu pemberian tablet Fe bertujuan mencegah kejadian anemia pada ibu hamil agar ibu dapat menjalani proses kehamilan persalinan dan nifas dengan baik dan melahirkan anak yang sehat. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dianjurkan minimal 90 tablet selama kehamilan yang menjadi salah satu indikator keberhasilan program pencegahan anemia gizi besi pada ibu hamil . Sasaran ibu hamil yang akan mendapatkan tablet Fe 3 (90 tablet) sebanyak 43.054 jiwa, dan hasil yang dicapai untuk Fe 1 (30 tablet) sebesar 97,2% serta Fe 3 (90 tablet) sebanyak 93,13%. Uraian pencapaian cakupan pemberian Fe terlihat pada gambar berikut.
4.4.6. Giving tablets Fe Tablet Fe or iron tablets (ferum) takes on everyone, especially pregnant women, because of the pregnancy will cause physiological and metabolic changes in the body, so it will lead to increased need for iron (ferum). For the provision of iron tablet aimed at preventing the incidence of anemia in pregnant women can lead to maternal pregnancy labor and childbirth process well and healthy childbearing. Giving Fe tablets in pregnant women is recommended at least 90 tablets during pregnancy which is one indicator of the success of prevention programs iron deficiency anemia in pregnant women. Target pregnant women will get Fe 3 tablets (90 tablets) of 43 054 inhabitants, and the results achieved for Fe 1 (30 tablets) of 97.2% and Fe 3 (90 tablets) as much as 93.13%. Description of achieving coverage of Fe shown in the following figure.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
96
Gambar 4.35. CAKUPAN (%) PEMBERIAN TABLET Fe I dan Fe II PADA IBU HAMIL DIKOTA BATAM TAHUN 2013 97
BATAM
93
100
BATU AJI
93
94
SEI.LANGKAI SEI.LEKOP
99
BOTANIA
100
BL.PERMAI
96
SEI.PANAS
99
91 91 95 94 99
74
GALANG
66
SEI.PANCUR
99
91
LUBUK BAJA
97
94
66
BULANG
64 100
KABIL
98
94
SAMBAU SEKUPANG
99
TJ.SENGKG
100
93 92 96
85
BELK.PADANG 0
73
50
100 Fe I
150
200
Fe 3
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Dari gambar diatas terlihat bahwa Puskesmas Sei.Panas, Kabil, Botania dan beberapa Puskesmas lainnya memiliki cakupan diatas rata-rata pencapaian kota Batam . Peran Klinik Bersalin, Bidan Praktek Swasta dan beberapa sarana kesehatan lainnya sangat penting untuk mendukung pemberian tablet Fe bagi ibu hamil. Jika dikaitkan dengan cakupan K4 ibu hamil maka capain Fe 3 ibu hamil telah sesuai dengan indikator cakupan K4 ibu hamil.
From the picture above shows that PHC Sei.Panas, Kabil, Botania and several other health centers have scope above average achievement Batam city. Role of Maternity Clinic, Private Practice Midwives and several other health facilities is very important to support the delivery of Fe tablets for pregnant women. If related to the coverage of pregnant women Capain K4 Fe 3 pregnant women in accordance with the indicators of maternal K4 scope.
4.5. PROGRAM IMUNISASI Imunisasi adalah kegiatan penting untuk melindungi masyarakat khususnya balita dari serangan beberapa penyakit infeksi. Hal ini disebabkan karena penyakitpenyakit seperti tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, hepatitis B dan campak adalah penyakit yang cukup serius namun dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), Imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap penyakit infeksi yang paling efektif dan effisien terutama
4.5. IMMUNIZATION PROGRAM Immunizations are important activities to protect the public, especially children under five from infectious diseases attack. This is caused due to diseases such as tuberculosis, diphtheria, pertussis, tetanus, polio, hepatitis B and measles is a disease that is serious but can be prevented by immunization (PD3I), Immunisation is a way of protection against infectious diseases the most effective and efficient especially
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
97
pada anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang tanpa ada gangguan. Sasaran program imunisasi adalah kelompok umur yang rentan terhadap penyakit infeksi antara lain seperti bayi, ibu hamil, dan anak usia sekolah. Indikator keberhasilan imunisasi dapat dilihat dari beberapa cakupan kegiatan imunisasi sebagai berikut :
at children, so that children can grow and thrive without any interruption. Immunization targets are the age groups that are vulnerable to infectious diseases such as such as infants, pregnant women, and children of school age. Indicator of the success of immunization can be seen from some of the coverage of immunization activities as follows:
4.5.1. Cakupan Imunisasi Dasar Imunisasi merupakan program pencegahan penyakit untuk melindungi balita dari gangguan penyakit. Perlindungan awal sangat penting diberikan pada anak terutama anak usia kurang 1 tahun (bayi), agar proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak mengalami gangguan penyakit yang dapat menimbulkan cacat bahkan kematian. Berikut gambaran pencapaian program imunisasi di Kota Batam tahun 2013.
4.5.1. Basic Immunization Coverage Immunization is a preventive program to protect infants from disease. Protection is very important early in children, especially children less than 1 year of age (infants), so that the process of growth and development of children are not impaired disease that can lead to disability and even death. The following description of the achievement of the immunization program in Batam in 2013.
Gambar 4.36. CAKUPAN (%) IMUNISASI DASAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2013.
CAMPAK
72,0 70,0
DPT3 +HB3
75,0 73,6
DPT 1+HN 1
76,0 74,0
POLIO 3
71,8
BCG
72,1 69,7
PEREMP LAKI2 81,0
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Berdasarkan gambar 4.36 terlihat bahwa rata-rata cakupan imunisasi dasar pada balita belum mencapai 80%, disamping itu data juga memperlihatkan bahwa cakupan imunisasi anak perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki . Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil kegiatan imunisasi antara lain aspek sosial budaya, ekonomi dan banyak faktor lain yang mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.
4:36 visible image based on average that basic immunization coverage in infants has not reached 80%, in addition to the data also showed that immunization of girls is higher than boys. Many factors affect the achievement of immunization activities such as socio-cultural, economic and many other factors that influence attitudes and behavior.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
98
Hal ini menuntut kerja keras semua pihak untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kesadaran akan pentingnya imunisasi. Selain peran aktif masyarakat melalui kader posyandu, kemitraan dengan sarana pelayanan kesehatan swasta sangat dibutuhkan untuk meningkatkan cakupan imunisasi dasar mengingat terbatasnya tenaga maupun sarana pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas di kota Batam.
This requires the hard work of all parties to create a clean and healthy living behavior with awareness of the importance of immunization. In addition to the active role of the community through a cadre of neighborhood health center, partnerships with the private health care facilities are needed to improve immunization coverage basis due to the limited energy and basic health care facilities such as health centers in the city of Batam.
4.5.2. CAKUPAN IMUNISASI TETANUS TOXOID Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid bertujuan untuk mencegah penyakit tetanus yang dapat menyerang semua orang, terutama ibu dalam proses persalinan dan nifas akibat terkontamisasi oleh kuman tetanus. Untuk pencegahan penyakit tetanus yang dapat membahayakan ibu dan anak, maka dalam pelayanan Antenatal Care (ANC) setiap ibu hamil berhak mendapatkan imunisasi TT (tetanus toxoid). Tidak hanya pada ibu hamil, pemberian TT juga diberikan pada Wanita Usia Subur (WUS). Kebijakan program imunisasi TT saat ini adalah dengan pemberian 5 kali. Sesuai prosedur pemberian dengan interval pemberian TT-2 diberikan 1 bulan setelah TT-1, diteruskan menjadi TT-3 setelah 6 bulan berikutnya TT4, TT-5 dengan interval masing-masing 1 tahun. Jika TT-5 sudah didapatkan maka seorang wanita akan mendapat kekebalan seumur hidupnya. Paradigma pemberian imunisasi TT selama tahun 2013 masih terfokus pada ibu hamil dengan frekuensi pemberian 2 kali, sementara pemberian TT pada WUS yang sesungguhnya lebih mendasar. Menghadapi masalah ini perlu ditingkatkan promosi kesehatan tentang pentingnya pemberian imunisasi TT dengan frekuensi 5 kali bagi wanita usia subur. Kerjasama dengan perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja wanita adalah sangat strategis dalam rangka sosialisasi program kesehatan ibu dan anak.
4.5.2. COVERAGE tetanus toxoid immunization Tetanus Toxoid Immunization Giving aims to prevent tetanus disease that can affect all people, especially the mother in labor and childbirth due terkontamisasi by tetanus germs. For the prevention of tetanus disease that can harm the mother and child, then in the service of Antenatal Care (ANC) every pregnant woman is entitled to TT (tetanus toxoid).
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
99
Not only in pregnant women, administration of TT is also given to the Women of fertile age (WUS). TT immunization policy at this time is by giving 5 times. In accordance with the procedure of TT-2 administration intervals are given 1 month after the TT-1, TT-3 continued into the next 6 months after TT-4, TT-5 with an interval of 1 year each. If the TT-5 has been established then a woman will have a lifetime immunity.
Paradigm TT immunization during 2013 was focused on pregnant women with a frequency of 2 times, while giving real TT on WUS more basic. Faced with this problem needs to be improved health promotion of the importance of TT immunization with a frequency of 5 times for women of childbearing age. Cooperation with companies employing female workers is very strategic in the socialization of maternal and child health programs
Data cakupan imunisasi bagi ibu hamil dan wanita usia subur selama tahun 2013, terlihat pada gambar 4.37 berikut .
Data immunization coverage for pregnant women and women of childbearing age during 2013, shown in the picture below 4:37.
Gambar 4.37. CAKUPAN IMUNISASI TETANUS TOXOID IBU HAMILL & WUS DI KOTA BATAM TAHUN 2013
120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 -
% CAK TT WUS
% CAK TT BUMIL
96,3
34,6 30,2 37,3 30,4
53,1
62,7 37,2
54,0 33,6 26,9
44,2 17,6 15,6
24,0 27,2
37,7
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Sebagaimana penjelasan diatas terlihat bahwa secara umum cakupan imunisasi bagi wanita usia subur masih sangat rendah (< 10%), dibanding dengan cakupan imunisasi untuk ibu hamil.Puskesmas Sei.Pancur merupakan puskesmas tertinggi dalam hal cakupan imunisasi TT untuk ibu hamil sedangkan yang terendah adalah Puskesmas Botania. Melalui sumber daya yang ada diharapkan ditahun tahun mendatang kerjasama lintas program dan lintas sektor dapat lebih baik sehigga kwalitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan Wanita Usia Subur dapat ditingkatkan.
As described above shows that the overall immunization coverage for women of childbearing age is still very low (<10%), compared with immunization coverage for maternal health centers hamil.Puskesmas Sei.Pancur is highest in the case of TT immunization coverage for pregnant women, while the lowest were health center Botania. Through existing resources in the coming year is expected cooperation across programs and sectors can better sehigga quality health care for pregnant women and women of childbearing age can be improved.
4.5.3. Cakupan Desa/Kelurahan UCI Indikator keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) yaitu desa/kelurahan yang pencapaian cakupan imunisasi dasar minimal 80% dari jumlah bayi yang ada di desa/kelurahan sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target cakupan desa/kelurahan UCI tahun 2013 adalah 95% dan sesuai dengan rencana strategi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia diharapkan tahun 2014 semua (100%) desa/kelurahan memiliki predikat desa/kelurahan UCI.
4.5.3. Coverage Village / Village UCI Indicator of the success of the immunization program can be seen from the coverage of the village / sub Universal Child Immunization (UCI) is the village / urban neighborhoods attainment of basic immunization coverage of at least 80% of the number of babies in the village / villages have got fully immunized. Target coverage of rural / village UCI in 2013 was 95% and in accordance with the strategic plan of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia is expected in 2014 all (100%) rural / village has a predicate village / village UCI.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
100
Pada Tahun 2013, sebanyak 34 kelurahan di Kota Batam atau 53% telah mencapai UCI namun dibanding tahun 2012 lalu terjadi penurunan . Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian UCI di kota Batam antara lain; mobilitas dan pertumbuhan bayi yang cukup tinggi dibanding beberapa kota lainnya di Indonesia, kurangnya pengetahuan keluarga akan pentingnya imunisasi, keterbatasan tenaga kesehatan , belum optimalnya sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas , dll. Penurunan ini perlu menjadi perhatian yang menuntut kerja keras semua pihak dan strategi baru agar cakupan kelurahan UCI dapat tercapai sesuai dengan target yang diharapkan.
In the year 2013, as many as 34 villages in Batam or 53% has been reached UCI but compared to the year 2012 and then a decline. Many factors affect the achievement of UCI in Batam city, among others; mobility and growth in infants is quite high compared to some other cities in Indonesia, the lack of knowledge of the importance of immunization families, limited medical personnel, not optimal recording and reporting system in the health center, etc.. This decrease should be noted that all the hard work and new strategies that coverage can be achieved UCI villages in accordance with the expected target.
Gambar 4.38. CAKUPAN KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PUSKESMAS SE KOTA BATAM TAHUN 2013 -
SEI.PANAS GALANG BATU AJI
13
20
25
50 53
BATAM BL.PADANG
67
83 83 86
SEKUPANG SEI.LANGKAI SAMBAU
-
20
40
60
80
100 100 100 100
100
120
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 From the picture above shows that Dari gambar diatas terlihat bahwa the entire village was in the area of seluruh kelurahan yang ada di wilayah Puskesmas Botania, Sei.Panas and Lubuk Puskesmas Botania, Sei.Panas dan Lubuk Steel has not reached the UCI. In the region Baja belum mencapai UCI. Pada wilayah there are many private health facilities tersebut banyak terdapat sarana kesehatan ranging from Hospitals, Clinics and Practices swasta mulai dari Rumah Sakit, Klinik dan Independent Midwives. With the health Bidan Praktek Mandiri . Dengan kedudukan center position as a center of health puskesmas sebagai pusat pembangunan development in the working area and kesehatan di wilayah kerja dan mengingat considering legislation next year that is peraturan perundang-undangan yang ada expected throughout the health care diharapkan ditahun mendatang seluruh facilities available in work area can support sarana pelayanan kesehatan yang ada di the health center immunization programs. wilayah kerja puskesmas dapat mendukung program imunisasi.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
101
Dan untuk Puskesmas Tanjung Sengkuang, Sei.Langkai, Kabil dan Puskesmas Sambau agar dapat mempertahankan pencapaian Universal Child Immunization ditahun tahun mendatang.
centers in order to maintain the achievement Sambau Universal Child Immunization year next year.
4.6. USAHA KESEHATAN SEKOLAH
School health is a health service that is done in schools with emphasis on health promotion and prevention efforts for the school community and environment both independently as well as activities that are cross-cutting activities. Some indicators of the activities that are part of the school health is the health of the child crawl 1st grade and level, this activity aims to recruit children who have health problems, good general health, personal hygiene and dental health through oral health examination and perform health promotion.
Usaha kesehatan sekolah adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan di sekolah dengan mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif untuk masyarakat sekolah dan lingkungannya baik kegiatan yang bersifat mandiri maupun kegiatan lintas sektor. Beberapa indikator kegiatan yang menjadi bagian dari usaha kesehatan sekolah adalah penjaringan kesehatan bagi anak kelas 1 SD dan setingkat, kegiatan ini bertujuan untuk menjaring anak-anak yang mempunyai masalah kesehatan, baik kesehatan secara umum, personal hygiene dan kesehatan gigi mulut melalui pemeriksaan kesehatan serta melakukan promosi kesehatan. Penjaringan kesehatan anak sekolah merupakan salah satu indikator standar Pelayanan Minimal Kesehatan dalam pelayanan kesehatan dasar dengan target 100% anak kelas 1 SD dan setingkat mendapat pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud. Pada tahun 2013 ini telah dilakukan penjaringan kesehatan bagi anak kelas 1 SD dan setingkat sebanyak 19.368 murid atau 98 % dari seluruh jumlah murid kelas I yang ada dalam wiayah kerja Puskesmas. Cakupan tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sekupang, Sei.Pancur, Galang dan Puskesmas Sei.Langkai telah menjaring 100 % seluruh murid kelas 1 SD . Pencapaian terendah terdapat di Puskesmas Belakang Padang sebesar 90 %. Sedangkan Puskesmas Sei.Panas tidak menyampaikan data kegiatan penjaringan anak sekolah. Dalam penjaringan kesehatan anak sekolah dilakukan pemeriksaan umum, observasi terhadap masalah kesehatan dan bila dari hasil pemeriksaan anak sekolah harus di rujuk maka dilakukan pelayanan rujukan. And for the health center Cape Sengkuang, Sei.Langkai, Kabil and health Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
4.6. HEALTH BUSINESS SCHOOL
Networking health of school children is one of the indicators of minimum service standards in primary health care Healthcare with a target of 100% of the children 1st grade and level of health services as intended.
In 2013 this has been done for the child's health netting 1st grade and level as much as 19 368 students or 98% of the total number of students in grade I in the entire region Puskesmas. Coverage was highest in Puskesmas Sekupang, Sei.Pancur, Galang and Sei.Langkai health center has netted 100% throughout the 1st grade students. Achievement of the lowest in Padang Rear health centers by 90%. While PHC Sei.Panas not submit data networking activity of school children. Health of school children in the crawl public examination, observation of health problems and if the results of the examination of school children should be in reconciliation is carried referral service.
102
Adapun cakupan pencapaian kegiatan penjaringan kesehatan anak sekolah menuru puskesmas terlihat pada gambar 4.39. berikut.
The scope of the achievement of the health of schoolchildren networking activities menuru health centers seen in Figure 4:39. following.
Gambar 4.39. PERSENTASE CAKUPAN PENJARINGAN SISWA SD & SETINGKAT MENURUT PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013. 100 80 60 40 20 -
100 100 100 100 100 99 98 98 97 97 96 95 94 91 90
-
Sumber : Bidang Kesga dan Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Selain penjaringan kesehatan kegiatan lain dalam rangka peningkatan kesehaan anak sekolah antara lain Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS) dengan sasaran seluruh siswa SD/MI. Kegiatan UKGS dapat berupa pemeriksaan gigi dengan demikian didapatkan berapa jumlah siswa yang perlu mendapatkan perawatan gigi dan ditindaklanjuti melalui perawatan intensif, pengobatan atau rujukan.
In addition to health crawl other activities in order to improve other examples of health among school children Dental School of Business Activity (UKGS) with the goal of all students of SD / MI. UKGS activity can be thus obtained dental check how many students who need to get dental care and followed up through intensive care, treatment or referral.
Gambar 4.40. JUMLAH MURID SD/MI YANG TERJARING DALAM KEGIATAN UKGS DI SD/MI DI KOTA BATAM TAHUN 2013. 3.095
DAPAT PERAWATAN
4.228
PERLU DIRAWAT
19.368
DIPERIKSA
19.819
JUMLAH MURID 0
5.000
10.000
15.000
20.000
Sumber : Bidang Yankesfar Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
103
4.7. UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT (UKBM) Kesehatan merupakan hak asasi manusia sehingga setiap orang berupaya untuk hidup sehat. Oleh karena itu upaya untuk hidup sehat tidak saja tanggung jawab pemerintah namun diperlukan keterlibatan seluruh masyarakat. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) merupakan upaya pembangunan kesehatan dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat baik sarana maupun sumber daya manusia mulai dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, seperti Posyandu. Posyandu adalah pos pelayanan terpadu yang merupakan perpanjangan pelaksanaan program kesehatan memiliki 5 (lima) program pokok dan pengembangan program kesehatan lainnya seperti dana sehat, bina keluarga balita, SDIDTK ,pelayanan kesehatan usila (pos windu) dan lain-lain. 4.7.1. Posyandu Posyandu merupakan sarana kesehatan milik masyarakat yang dikelola secara swadaya masyarakat. Posyandu berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Posyandu mempunyai 5 (lima) program pokok yaitu Kesehatan ibu dan anak, KB, Imunisasi, Program gizi dan Penanggulangan diare. Untuk memudahkan akses masyarakat terhadap program kesehatan melalui kegiatan Posyandu diperlukan ratio yang ideal antara Posyandu dengan jumlah balita yang dilayani, setiap 100 balita idealnya terdapat 1 (satu) Posyandu. Jumlah Posyandu yang distribusinya tersebar diseluruh pemukiman penduduk kota Batam serta kualitas pelayanannya yang senantiasa ditingkatkan sangat menunjang keberhasilan upaya kesehatan terutama yang menyangkut kesehatan ibu dan anak. Tahun 2013 jumlah Posyandu dikota Batam telah mencapai 400 posyandu yang tersebar diseluruh wilayah Kota Batam. Kecamatan Batu Aji adalah kecamatan yang memiliki Posyandu paling banyak yakni 45 buah posyandu sedangkan kecamatan Bulang hanya memiliki 11 Posyandu.
4.7. COMMUNITY-BASED HEALTH EFFORT (UKBM) Health is a human right that every person strives to live a healthy life. Therefore, the efforts for a healthy life is not only the responsibility of government, but required the involvement of the entire community. Community-Based Health Services (UKBM) is a health development efforts by utilizing the potential that exists in society, both the means and human resources from individuals, families, groups and communities, such as IHC. IHC is an integrated service post is an extension of the implementation of health programs have a five (5) main program and the development of other health programs such as health funds, family coaching toddlers, SDIDTK, elderly health care (post Tiger) and others.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
104
4.7.1. IHC IHC is a health facility owned and managed community NGOs. IHC is derived from the people, by the people and for the people. IHC has five (5) main programs namely maternal and child health, family planning, immunization, nutrition and Prevention Program diarrhea. To facilitate public access to health programs through activities necessary IHC IHC ideal ratio between the number of children under five who served, ideally every 100 toddlers there is 1 (one) IHC. The amount that its distribution IHC settlements scattered throughout the city of Batam as well as improved quality of service is always very supportive of the success of efforts related to health, especially maternal and child health.
In 2013 the city of Batam IHC number has reached 400 posyandu that are scattered throughout the city of Batam. Sub district Batu Aji is the one that has the most widely IHC ie 45 pieces posyandu Bulang districts while only having 11 IHC.
Jumlah Posyandu yang tersebar di wilayah kota Batam tersebut belum memenuhi ratio ideal terhadap jumlah balita yang ada namun dengan banyaknya klinik dan Bidan Praktek Mandiri maka sebagian masyarakat yang mayoritas bekerja pada sektor Industri dapat memanfaatkan klinik yang bekerjasama dengan perusahaan dimana mereka bekerja untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita .
The number of IHC are scattered in the city of Batam is not yet meet the ideal ratio of the number of infants available but with many clinics and Independent Practice Midwife then most of the people who worked on the majority of industry sectors can benefit from the clinic in collaboration with the company where they work to monitor growth and development toddlers.
Gambar 4.41. JUMLAH POSYANDU BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2013 46 37
34
BATU AJI
SEI.LANGKAI
17
SEI.LEKOP
BOTANIA
BL.PERMAI
22 24
SEI.PANAS
GALANG
SAMBAU
LBK.BAJA
TIBAN BARU
BULANG
14 14 11 16
KABIL
18
SEI.PANCUR
32 29
30
SEKUPANG
26
TJ.SENGKG
30
BLK.PADANG
50 40 30 20 10 0
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 Berdasarkan keaktifan kader, peran serta masyarakat, dukungan instansi terkait maka kemandirian Posyandu akan tercipta dan akan semakin mendorong peni ngkatan kwalitas posyandu tersebut. Aktifitas yang dilakukan kader Posyandu tidak hanya dilihat dari kwantitas seperti jumlah kader saja, tetapi juga mencakup kualitas pelayanan Posyandu dan pengembangan program lainnya yang diklasifikasikan dalam 4 (empat) strata. Klasifikasi strata Posyandu didasarkan beberapa kriteria antara lain frekwensi kegiatan, jumlah kader kesehatan yang aktif, jenis pelayanan yang diberikan dan program kesehatan tambahan seperti dana sehat. Posyandu strata mandiri adalah Posyandu yang melaksanakan kegiatan minimal 8 kali dalam setahun dengan jumlah kader lebih dari 5 orang, cakupan program pokok > 50%, adanya program tambahan berupa bina keluarga balita,
Based on active cadres, public participation, relevant agencies support the independence of the IHC will be created and will encourage an increase in the quality of the neighborhood health center. activities conducted cadres not only seen from the quantity as the number of cadres, but also includes service quality integrated health and other development programs are classified into four (4) strata. IHC strata
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
105
classification based on several criteria such as frequency of activity, the number of active health worker, the type of service provided and additional health programs such as health funds. IHC IHC strata are independently conducting at least 8 times a year by the number of cadres more than 5 people, the principal program coverage> 50%, the presence of additional programs such as family bina toddlers,
Lansia, P2.Malaria, P2. AIDS, P2. DBD dan lain-lain serta cakupan dana sehat > 50%. Sementara posyandu purnama sama seperti posyandu mandiri kecuali cakupan dana sehatnya < 50%. Posyandu madya memiliki kriteria cakupan dana sehat < 50%, cakupan program juga < 50% serta tidak mempunyai program tambahan. Untuk Posyandu strata Pratama pfrkewensi kegiatan Posyandu < 8 kali dalam setahun dengan jumlah kader < 5 orang cakupan program < 50% tidak ada program tambahan dan cakupan dana sehat < 50%. Berikut gambaran strata Posyandu yang ada di Kota Batam.
elderly, P2.Malaria, P2. AIDS, P2. Dengue and other health funds and coverage> 50%. While the full posyandu as independent posyandu except his common fund coverage <50%. Intermediate IHC has a healthy fund coverage criteria of <50%, the coverage of the program was also <50% and have no additional programs. For IHC IHC strata Primary pfrkewensi activities <8 times a year by the number of cadres <5 the coverage of <50% and no additional program funds health coverage <50%. Here's an overview of existing IHC strata in Batam.
Gambar 4.42. JUMLAH POSYANDU BERDASARKAN STRATA DI KOTA BATAM TAHUN 2013
229
250
200 150 100
95
40
50 36
0 PRATAMA
MADYA PURNAMA
MANDIRI
Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2014 4.7.2. Desa Siaga Aktif Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat. Untuk mengetahui apakah suatu desa sudah menjalankan kegiatan yang di kategorikan sebagai desa siaga secara terus menerus, maka kementerian kesehatan telah menetapkan indikator yang disebut desa siaga aktif dan telah dicanangkan sejak tahun 2006.
4.7.2. Active Alert Village The village is a village that has a standby power source readiness and ability to prevent and resolve problems on their own health in order to realize a healthy village. To determine whether a village has been running events categorized as rural continuous standby, the health ministry has set a village called standby indicator is active and has been proclaimed since 2006. Active standby Village is one of the indicators of health in the form UKBM MSS.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
106
Desa siaga aktif merupakan salah satu indikator SPM Kesehatan dalam bentuk UKBM. Desa siaga adalah desa/kelurahan yang selalu siaga terhadap masalah kesehatan baik secara fisik maupun sumber daya manusia yang berbasis masyarakat . Beberapa kriteria desa siaga aktif adalah : 1. Adanya Forum komunikasi Desa siaga. 2. Adanya Kader Desa Siaga/Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) 3. Pelayanan kesehatan dasar 4. Adanya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) 5. Adanya sumber dana operasioanal Desa siaga 6. Adanya keikutsertaan organisasi masyarakat dalam kegiatan Desa siaga 7. Adanya dukungan untuk hidup sehat dalam bentuk aturan tertulis dari lurah 8. Adanya Pembinaan rumah tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Standby village is the village/ village is always alert to health problems both physical and human resources community based. Some criteria for active standby villages are: 1 The existence of communication Village Forum standby. 2 The existence of Village Cadre Standby/ Cadres Community Empowerment (KPM) 3. basic health services 4 The existence of Community-Based Health Services (UKBM) 5. There operasioanal Village standby source of funds 6 The existence of the organization's participation in the activities of the village community alert 7 There is support for a healthy life in the form of written rules of groove 8 The existence of fostering domestic Air Clean and Healthy Behaviors (PHBs). Since the year 2011 the active standby village is divided into 4 strata, namely pratama, associate, full and independent. Under the category of idle village established, it is known that the Batam city does not yet have independent standby village, village category 1 fruit full alert, and as many as 54 villages Primary standby wards. As for the number of active standby village based strata seen in the picture below.
Sejak tahun 2011 desa siaga aktif dibagi menjadi 4 strata, yakni pratama, madya, purnama dan mandiri. Berdasarkan kategori desa siaga yang telah ditetapkan tersebut, diketahui bahwa kota Batam belum memiliki desa siaga mandiri, kategori desa siaga purnama 1 buah , dan desa siaga Pratama sebanyak 54 kelurahan. Adapun jumlah desa siaga aktif berdasarkan strata terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.43. JUMLAH DESA SIAGA AKTIF BERDASARKAN STRATA DI KOTA BATAM TAHUN 2013
9
1
54
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2014
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
107
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
108
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN KOTA BATAM
CHAPTER V SITUATION HEALTH RESOURCES CITY BATAM
Sebagaimana telah digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional bahwa Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya. Sistim Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai penyempurnaan dari SKN sebelumnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam rangka untuk meningkatkan tercapainya pembangunan kesehatan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan pemerintah dihadapkan pada berbagai dinamika perubahan seperti struktur demografi, sistem pemerintahan sosial budaya serta tantangan arus globalisasi yang menuntut strategi upaya kesehatan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Pengaturan strategi baik dalam bentuk program kesehatan, penataan dalam penyediaan sarana dan prasarana kesehatan sangat diperlukan mengingat karakteristik kota Batam sebagai daerah Industri di wilayah kepulauan, memiliki dinamika perkembangan demografi dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat memerlukan penataan wilayah serta infrastruktur guna pemenuhan kebutuhan masyarakat di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Menjawab tantangan perubahan yang terjadi, salah satu strategi di bidang kesehatan adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan baik kualitas maupun kuantitas dalam rangka mewujudkan visi
As outlined in the National Health System is a health development efforts that are implemented by all components of the nation that aims to increase awareness, willingness and ability of healthy life for every person to manifest the degree of public health as high. Within the framework of achieving these goals, health development implemented in a focused, sustainable and realistic according step
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
109
The National Health System (NHS) in 2009 as a refinement of the previous SKN is form and how the implementation of health development undertaken by the government with all elements of the nation in order to improve the achievement of health development in realizing health status as high. In the implementation of government health development are faced with a variety of dynamic changes such as demographic structure, socio-cultural system of government as well as the challenges of globalization that demands strategy health efforts to fit with the times. Setting a good strategy in the form of health programs, the arrangement in the provision of health infrastructure is needed considering the characteristics of the city of Batam Industrial area in the archipelago, has a dynamic demographic development with rapid population growth requires the arrangement of regions and infrastructure to meet the needs of the community in all fields including the health sector. Answering the challenges of change, one of the strategies in the health sector is to improve the health infrastructure of both quality and quantity in order to realize the vision
pembangunan kesehatan kota Batam yakni “Masyarakat Batam Yang Mandiri dalam Hidup Bersih dan Sehat serta Berkeadilan.” Kondisi geografis Kota Batam yang terdiri dari wilayah kepulauan menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan kesehatan terutama dalam pengadaan sarana dan prasarana kesehatan. Penyediaan sarana kesehatan harus bersinergi dengan pengadaan prasarana terutama sumber daya manusia kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Kesehatan selaku koordinator pembangunan bidang kesehatan menyusun rencana kebutuhan sumber daya manusia kesehatan dengan harapan tercapainya derajat kesehatan masyarakat Kota Batam yang setinggitingginya bagi selluruh masyarakat Kota Batam
of the development of Batam city health "Batam The Independent Communities in Clean and Healthy and Fair."Geographical conditions Batam which consists of an archipelago is a challenge in health development, especially in the provision of health infrastructure. Provision of health facilities should synergize with the provision of infrastructure, especially health human resources in accordance with the needs of the community. For the Batam City Government through the Department of Health as the coordinator of health development plan of health human resource needs in the hope of achieving public health degree Batam highest for all public Batam
5.1. SARANA KESEHATAN
5.1. HEALTH FACILITIES
Dalam upaya meningkatkan kwalitas pelayanan kesehatan masyarakat, maka penyediaan sarana kesehatan adalah komponen yang sangat penting. Distribusi sarana kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tersebar secara merata dan terjangkau secara geografis maupun secara finansial. Penyediaan sarana kesehatan oleh pemerintah haruslah didasari atas jumlah penduduk dalam suatu wilayah serta kondisi geografis wilayah. Bila ratio sarana kesehatan Puskesmas dibanding dengan Jumlah penduduk yang saat ini mencapai 1.235.651 jiwa maka kebutuhan Puskesmas di kota Batam idealnya sebanyak 40 buah, namun dengan dukungan serta peran swasta dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik Umum maupun Klinik Bersalin, praktek dokter mandiri serta bidan praktek mandiri maka kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar cukup terbantu.
In an effort to improve the quality of public health services, the provision of health facilities is a very important component. Distribution of health facilities must be in accordance with the needs of the community, spread evenly and affordable geographically and financially. Provision of health facilities by the government must be based on the number of people in an area and the geographic conditions of the region. When the ratio of PHC health facilities compared with the total population, currently at 1,235,651 people, the health center needs in the city of Batam ideally as many as 40 pieces, but with the support and the role of the private sector in the implementation of health services such as hospitals, clinics General and Maternity Clinic, doctor's office self-reliant and independent midwife the public demand for basic health services helped enough
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
110
5.1.1. Sarana Kesehatan Pemerintah
5.1.1. Government Health Facilities
Sarana kesehatan pemerintah merupakan sarana kesehatan yang dibangun oleh pemerintah dan merupakan aset pemerintah daerah. Beberapa sarana kesehatan pemerintah berupa rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Polindes, Puskesmas keliling laut dan darat, dengan distribusi dan perkembangannya dalam wilayah kecamatan tahun 2013, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Government health facilities are facilities that are constructed by the government and the local government assets. Some form of government health facilities hospitals, health centers, health centers, Clinics, health centers around the sea and land, with the distribution and development in the sub-district in 2013, can be seen in the table below.
Tabel 5.1 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2013 POLIDES
RUMAH SAKIT
PUSTU
PUSKESMAS NON PERAWATAN PRWT BATU AJI 4 1 4 SAGULUNG 2 5 BATAM KOTA 2 2 3 1 BENGKONG 2 1 2 GALANG 1 10 16 SEI BEDUK 1 1 2 1 LUBUK BAJA 4 1 1 1 BULANG 1 9 2 NONGSA 2 5 2 SEKUPANG 1 2 6 2 TJG. SENGKUANG 1 2 1 BELK. PADANG 1 6 KOTA BATAM 14 3 13 55 26 Sumber : Bidang Yankesfarmamin Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2014 KECAMATAN
POS KEDES
1
2 1 1 1 4 10
Pemerintah kota Batam telah berupaya untuk meningkatkan jumlah dan mutu sarana pelayanan kesehatan dasar antara lain puskesmas dan jejaringnya (Pustu, Polindes dan lainnya). Keberadaan sarana kesehatan ini sangat membantu masyarakat Kota Batam dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya mengingat ditahun 2014 seluruh wilayah Indonesia termasuk kota Batam harus dapat menyiapkan berbagai instrument meliputi sarana, prasarana dan tenaga kesehatan yang diperlukan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS. Dalam upaya menyediakan sarana kesehatan
Batam city government has sought to increase the number and quality of basic health care facilities such as health centers and their networks (sub, Polindes and others). The existence of health facilities is very helpful community of Batam in health services according to his needs considering the year 2014 all over Indonesia including Batam city should be able to prepare a variety of instruments including facilities, infrastructure and health workers are needed in the National Health Insurance program through BPJS. In an effort to provide
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
111
tersebut, pemerintah kota Batam dihadapkan pada masalah – masalah seperti sulitnya mendapatkan lahan ; tesedia lahan namun belum siap bangun (rawa, diatas bukit dan adanya illegal housing) serta banyak lagi permasalahan teknis dan sosial yang dihadapai. Untuk mengurangi beban pemerintah maka keberadaan rumah sakit dan klinik swasta menjadi opsi terbaik untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. 5.2. TENAGA KESEHATAN Dalam tahun 2010 s/d 2014 ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka pemenuhan, pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK). Dalam pembangunan kesehatan, SDM Kesehatan merupakan salah satu isu utama yang mendapat perhatian terutama yang terkait dengan jumlah, jenis dan distribusi . Kurangnya tenaga kesehatan baik jumlah, jenis dan distribusinya berkontribusi mengakibatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat menjadi tidak optimal. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan Sumber Daya Manusia Kesehatan adalah setiap orang yang bekerja secara aktif dibidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di Kota Batam baik pemerintah maupun swasta/mandiri berjumlah 3.673 orang . Berbeda dengan instansi pemerintah lainnya, dinas kesehatan mempunyai banyak jenis atau variasi tenaga kesehatan sehingga dalam mengembangkan sumber daya manusia kesehatan diperlukan manejemen pemberdayaan tenaga kesehatan yang tepat guna dan berhasil guna . Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
these facilities, Batam city government faced with problems - problems such as the difficulty of getting land; the available land but not yet ready to build (swamps, over hills and the presence of illegal housing) as well as many technical and social problems faced. To reduce the burden of government, the existence of private hospitals and clinics are the best option to improve public access to health services. 5.2. HEALTH In the 2010 s / d 2014 the government has made every effort in order fulfillment, development and empowerment of Health Human Resources (SDMK). In health development, health human resources is one of the main issues that received attention primarily related to the amount, type and distribution. Lack of health workers a good amount, type and distribution of health services contribute to the community resulted to be not optimal.
Health workers are all people who devote themselves in the areas of health and have the knowledge and / or skills through formal education in the health field for certain types require the authority to make health efforts. While the Health Human Resources is any person who is actively working in the field of health, both of which have a formal education to health or not that require a certain type of authority in health efforts.
The number of health workers in Batam city, both government and private / independent numbering 3,673 people. In contrast with other government agencies, health departments have many types or variations of health workers so that in developing human resources needed health management appropriate health empowering and effective.
112
Jenis tenaga kesehatan terbanyak adalah perawat yakni 1.589 orang, dimana tenaga perawat di kota Batam tersebar di beberapa puskesmas, rumah sakit dan klinik baik pemerintah maupun swasta. Tenaga kesehatan terbanyak selanjutnya adalah Bidan yakni 628 orang . Bidan merupakan tenaga yang strategis dalam upaya pemerintah menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Untuk dapat mengoptimalkan kinerja bidan di beberapa wilayah khususnya di hinterland diperlukan dukungan sarana, prasarana termasuk peran instansi terkait baik di tingkat kelurahan, kecamatan maupun tingkat kota Batam dalam rangka terciptanya keamanan dan kenyamanan petugas kesehatan dalam melayani masyarakat di tingkat desa/kelurahan. Pelayanan kesehatan yang bermutu tidak hanya menyangkut aspek kwantitas atau ketersedian jenis tenaga kesehatan yang disyaratkan dalam suatu institusi kesehatan , namun juga menyangkut kompetensi yang dimiliki. Dalam hal tersebut dinas kesehatan kota Batam juga telah meningkatkan kompetensi tenaga yang dimiliki melalui berbagai pelatihan seperti Asuhan Persalinan Normal, PONED (Pertolongan Obstetri Neonatologi Emergency Dasar), dll.
Most types of health workers is a nurse that is 1,589 people, where nurses in Batam city spread out in several health centers, hospitals and clinics, both public and private. The next most health workers are the Midwife 628 people. The midwife is a strategic power in the government's efforts to reduce maternal mortality and infant. In order to optimize the performance of midwives in some areas, especially in the hinterland necessary support facilities, including the role of infrastructure related institutions at the village, district or city level Batam in order for the security and comfort in serving the community health workers at the village / sub-district.
Quality health care not only about the aspects of quantity or availability of the required types of health workers in a health institution, but also about their competence. In the case of Batam city health department has also increased the power possessed competence through training such as Normal Delivery Care, BEONC (Neonatology Obstetrics Emergency Relief Association), etc
Tabel 5.1 JUMLAH DAN JENIS TENAGA KESEHATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2013 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
1.589
628
594 160
8
134
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
196
126 51 103 66 18
113
5.3. PEMBIAYAAN KESEHATAN
5.3. HEALTH FINANCING
Untuk melaksanakan amanah undang-undang dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan penyelenggaraan kegiatan pembangunan kesehatan yang tepat guna dan berdaya guna sebagaimana yang telah diarahkan dalam Renstra Pembangunan Kesehatan dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Daerah maupun Rencana Pembangunan Jangka Pendek. Pembiayaan di bidang kesehatan merupakan aspek yang cukup mendasar dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
To carry out the mandate of legislation in improving community health status will require the implementation of appropriate health development activities effectively and efficiently as it has directed the Health Development Strategic Plan and the National Long-Term Development Plan and Regional and Short-Term Development Plan. Financing in the health sector is a fairly fundamental aspect in the implementation of health development to realize the degree of public health as high.
tingginya. Pembiayaan kesehatan di Kota Batam tahun 2013 berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 120.459.864.896,- dibanding tahun 2012 lalu terjadi peningkatan sebesar Rp.20.973.518.755,77
Financing health in Batam in 2013 came from the local budget (budget) of Rp 120 459 864 896, - compared to the year 2012 and an increase of Rp.20.973.518.755,77
Anggaran Pendapat Belanja Negara yang merupakan bantuan dana dari pemerintah pusat. Bantuan dana ini mengiringi program yang dilaksanakan secara nasional seperti dana Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Jaminan persalinan (JAMPERSAL), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dengan total adalah Rp 13.673.458.513,-
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
Opinions Budget Expenditure which is funding from the central government. The accompanying financial assistance program implemented nationally as guarantee fund Public Health Service (JAMKESMAS), guarantee of delivery (Jampersal), Special Allocation Fund (DAK) and Operational Support Health (BOK) for a total of Rp 13,673,458,513, -
114
BAB VI KESIMPULAN
CHAPTER VI CONCLUTION
Sebagaimana telah digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional bahwa pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya. Dalam sistem birokrasi manajemen pemerintah di bidang kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Batam mempunyai tugas pokok dan fungsi berdasarkan peraturan walikota Batam nomor 26 tahun 2010 tentang uraian tugas pokok dan fungsi dinas daerah kota Batam fasal 45 ayat (1) Dinas kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan serta tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya. Berdasar tugas yang amanahkan kepala daerah maka Dinas Kesehatan berperan sebagai koordinator penyelenggara pembangunan di bidang kesehatan serta jajarannya dengan melibatkan pihak swasta, lintas sektor terkait dan masyarakat pada umumnya untuk mewujudkan visi pembangunan kesehatan “Masyarakat Batam Yang Mandiri Dalam Hidup Bersih, sehat dan berkeadilan”. Kesehatan merupakan salah satu pilar untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu daerah maupun negara. Buruknya tingkat kesehatan masyarakat mencerminkan buruknya tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari angka kesakitan, angka kematian, status gizi terutama pada kelompok rawan dan usia harapan hidup.
As outlined in the National Health System that health development is an effort undertaken by all components of the nation that aims to increase awareness, willingness and ability of healthy life for every person to manifest the degree of public health as high. Within the framework of achieving these goals, health development implemented in a focused, sustainable and realistic according step.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
115
In a bureaucratic system of government in the field of health management, Batam City Health Department has the duties and functions under the rules of the mayor of Batam number 26 of 2010 on the description of the duties and functions of the local agencies in Batam chapter 45 paragraph (1) Department of Health has the tasks of local government affairs based on the principle of autonomy and assistance in the health sector as well as other duties assigned by the Mayor in accordance with the scope of their duties and functions. Based on the task amanahkan head the Department of Health serves as the coordinator of the organizers of development in the health sector and its ranks by involving the private sector, relevant sectors and the general public to realize the vision of building health "Batam Society in Independent Living Clean, healthy and equitable".
Healthy is a level of welfare of the people in a region or country. Poor level of public health reflects the poor level of welfare in the region. Public welfare can be seen from the morbidity, mortality, nutritional status, especially in vulnerable groups and life expectancy.
Untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat kota Batam , telah dilakukan berbagai upaya kesehatan yang merupakan hasil kerja keras semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat termasuk peran swasta. Pelaksanaan program-program kesehatan merupakan proses pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan agar mampu menjawab tantangan fenomena kehidupan yang dinamis karena derajat kesehatan masyarakat dipengarui empat faktor yakni Lingkungan, Perilaku masyarakat, Herediter dan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan. Oleh karena itu kebijakan kesehatan yang dilaksanakan harus dapat meyikapi perubahan yang ada dan strategis dalam mendorong upaya masyarakat Batam untuk hidup bersih, sehat dan berkeadilan. Peningkatan kualitas manajemen kesehatan melalui pemantapan sistem pencatatan dan pelaporan serta pengelolaan data akan menjadi bahan masukan yang sangat penting untuk melihat secara nyata (evidence base) karena dapat dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan kesehatan pada masa yang akan datang, sehingga pembangunan kesehatan akan berhasil guna dan tepat guna bagi masyarakat kota Batam.
To improve public health Batam city, has done a variety of health which is the result of hard work of all parties, both government and society, including the private sector.
Implementation of health programs is the development process implemented gradually and continuously to be able to answer the challenge of dynamic phenomena of life because of the degree of public health be affected four factors namely the Environment, Community behavior, Hereditary and availability of health care facilities. Therefore, health policies should be implemented meyikapi there and strategic changes in an effort to encourage people of Batam to live a clean, healthy and fair.
Improving the quality of health management through consolidation and reporting system for recording and managing data input will be very important to see the real (evidence base) because it can be used as a basis for health planning in the future, so that health development will be effective and appropriate in order for the city of Batam.
Komitmen yang dideklarasikan dalam Millenium Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan dan menyongsung era masyarakat ekonomi Asean merupakan tantangan yang menuntut perhatian dan peran aktif semua pihak baik agar kebijakan kesehatan benarbenar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat . Seluruh potensi yang dimiliki baik tenaga, sarana dan biaya yang ada juga harus dapat mendorong terciptanya kemitraan, menggalang dan menggali
Declared commitment in the Millennium Development Goals (MDGs) in the health sector and menyongsung era ASEAN economic community is a challenge that demands attention and active participation of all parties, both to health policy can actually improve the welfare of society. The full potential of both power, and cost of existing facilities should also be able to encourage the creation of partnerships, mobilize and explore all of the potential
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
116
semua potensi yang ada agar Masyarakat kota Batam yang Mandiri dalam Hidup Bersih, Sehat dan berkeadilan menjadi kenyataan yang dirasakan manfaatnya oleh semua masyarakat Kota Batam pada khususnya Indonesia pada umumnya.
that exists to the Independent Community Batam city in Clean Living,that exists to the Independent Community Batam city in Clean Living, Healthy and justice into reality felt by all the people of Batam on especially Indonesia in general.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
117
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2013
118