PROFIL KESEHATAN KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013
BAB I PENDAHULUAN Di
era
pemerintahan,
desentralisasi pemerintah
saat pusat
ini,
dalam
memberikan
penyelenggaraan kesempatan
dan
keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah tetap memper-hatikan aspek demokratisasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang pelaksanaannya didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Oleh karena itu kewenangan yang diberikan kepada daerah mencakup kewenangan yang
menyeluruh
kesehatan
mulai
dalam dari
penyelenggaraan
perencanaan,
pemerintahan
pelaksanaan,
bidang
pengawasan,
pengendalian dan evaluasi. Walaupun demikian hubungan yang serasi antara pusat dan daerah maupun antar daerah tetap harus terjamin. Dalam upaya melaksanakan dan terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, melalui kewenangan wajib yang diberikan kepada daerah
kabupatan/kota,
maka
ukuran
yang
digunakan
adalah
tercapainya urusan wajib bidang kesehatan yang tercantum dalam Standar Pelayanan Minimal yang telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor 004 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 828 tahun 2008 mengenai petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota. Untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya yang telah dilakukan oleh Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan urusan wajib bidang kesehatan ini, maka perlu ditunjang oleh sistem informasi kesehatan yang
handal,
1
seperti
yang
diisyaratkan
dalam
Sistem
Kesehatan Nasional
(SKN) 2009. Meskipun harus diakui bahwa sistem informasi kesehatan yang dilaksanakan di Kota Singkawang ini belum memadai dan masih harus terus dikembangkan, namun upaya untuk memenuhi ketersedian informasi berbasis data terus dilakukan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses informasi, edukasi dan dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya efektif dan efesien diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu keluaran dari penyelenggaran sistem informasi kesehatan di Kota Singkawang yaitu upaya penyampaian informasi berdasarkan data hasil kegiatan dalam bentuk Profil Kesehatan Kota Singkawang. Penyusunan Profil Kesehatan Kota Singkawang tahun 2013 merupakan salah satu mata rantai pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan di Kota Singkawang dalam rangka menyediakan data dan informasi di bidang kesehatan. Profil Kesehatan Kota Singkawang disusun untuk memberikan gambaran status kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan yang telah dilaksanakan serta sumber daya pendukung kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di Kota Singkawang. Adapun Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kota Singkawang tahun 2013 adalah sebagai berikut:
2
Bab I :
Pendahuluan Merupakan
penjelasan
tentang
maksud
dan
tujuan
disusunnya Profil Kesehatan Kota Singkawang dan sistematika penulisannya. Bab II : Geografi dan demografi Diuraikan mengenai keadaan geografis dan demografis Kota Singkawang, terutama hal-hal yang memungkinkan menjadi determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat Bab III: Status kesehatan masyarakat Menguraikan mengenai status derajat kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat. Bab IV : Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan Menguraikan tentang situasi upaya kesehatan yang meliputi palayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi masya-rakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, serta pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.
3
BAB II GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI A. GEOGRAFI Kota Singkawang merupakan salah satu bentuk pemerintahan kota di Kalimantan Barat setelah pemerintahan Kota Pontianak terletak
diantara Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bengkayang. Letak geografis Kota Singkawang pada 0° 44' 55,85” - 01° 01' 21,51” Lintang Utara dan 108° 51' 47,6” - 01° 01' 21,51”. Batas - batas wilayah Kota Singkawang selengkapnya adalah :
Sebelah Utara Sebelah Timur
: Kab. Sambas : Kab. Bengkayang
Sebelah Selatan Sebelah Barat
: Kab. Bengkayang : Laut Natuna
Kota Singkawang mempunyai luas wilayah 50.400 ha dan terbagi menjadi 5 kecamatan, yaitu Singkawang Selatan, Singkawang Utara, Singkawang Tengah, Singkawang Timur dan Singkawang Barat. Kelurahan yang ada berjumlah 26. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah kecamatan Singkawang Selatan dengan luas 22.448 ha (44,54%), dan yang terkecil adalah kecamatan Singkawang Barat yang mempunyai luas 1.806 ha (3,58%). 4
Luas Wilayah Dan Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan Di Kota Singkawang Tahun 2013 Kecamatan Singkawang Selatan Singkawang Utara Singkawang Tengah Singkawang Barat Singkawang Timur Kota Singkawang
Luas (ha) 22.448 6.665 2.855 1.806 16.626 50.400
Kelurahan 4 7 5 5 5 26
Sumber: Sensus Penduduk 2010, BPS Kota Singkawang
Kota Singkawang merupakan kota pantai sekaligus perbukitan dengan kemiringan antara 0 – 8%, dan mempu-nyai banyak aliran sungai. Curah hujan rata-rata 2.819 mm/tahun atau 235 mm/bulan. Jumlah rata-rata hari hujan 157 hari/tahun atau rata-rata 13 hari hujan / bulan. Keadaan iklim mikro Kota Singkawang dapat dikatakan tidak menentu dengan suhu udara berkisar antara 21,80 sampai 320 C, dan masih dipengaruhi oleh angin muson dan perubahan iklim laut. Perubahan cuaca yang tidak menentu ini dapat berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat, seperti ditunjukkan oleh penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang selalu menjadi penyakit terbanyak bagi semua golongan umur. Luas lahan yang memungkinkan menjadi breeding places, seperti hutan belantara, hutan belukar, hutan bakau, danau, rawa dan semaksemak mencapai 31% dari keseluruhan luas wilayah Kota Singkawang. Bila keadaan alam ini tidak ditata dengan baik dan ditambah dengan perilaku hidup sehat yang kurang menunjang, maka akan besar kemungkinan timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat kota Singkawang, seperti penyakit malaria dan penyakit demam berdarah.
5
B. DEMOGRAFI Penduduk Kota Singkawang tahun 2013 diperkirakan berjumlah 198.921 jiwa, dengan penduduk laki-laki berjumlah 101.740 jiwa (51,15%) dan penduduk perempuan 97.181 jiwa (48,85%). Penduduk berusia di bawah 5 tahun (balita) berjumlah 20.863 jiwa, dan 4.098 orang di antaranya adalah bayi. Penduduk berusia lanjut yang terdiri dari pra-usila (45 – 64 tahun) berjumlah 31.362 jiwa dan usia lanjut ( 65 tahun ke atas) berjumlah 9.492 jiwa. Penduduk usia produktif (15 s/d 64 tahun )berjumlah 125.693 jiwa. Angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk usia produktif adalah 58, ini berarti tiap 100 orang yang produktif harus menanggung
58
orang
yang
tidak
produktif.
Angka
ini
sama
dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 58 orang. Hal ini juga menunjukkan bahwa komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur
tidak
mengalami
perubahan.
Makin
tinggi
angka
beban
tanggungan ini, maka makin besar beban ekonomi yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif dan akan berpengaruh pada pembiayaan kesehatan keluarga.
6
Distribusi Penduduk, Kepala Keluarga, Kepadatan Penduduk per Km2 dan Rata – Rata Jiwa Per KK Menurut Kecamatan Di Kota Singkawang Tahun 2013
Jumlah penduduk
Kepadatan Jumlah pddk/km2 Rata-Rata KK jiwa/KK Singkawang Selatan 46.148 9.260 2,06 4,98 Singkawang Utara 23.575 5.283 3,54 4,46 Singkawang Tengah 60.551 13.410 21,21 4,52 Singkawang Timur 20.481 4.309 1,23 4,75 Singkawang Barat 48.166 10.888 26,67 4,42 3,95 Kota Singkawang 198.921 43.150 4,61 Sumber : Kantor Statistik Kota Singkawang.
Kecamatan
Kota Singkawang menghadapi masalah kesehatan yang cukup kompleks, yaitu masalah kesehatan perkotaan dan masalah kesehatan pedesaan. Data penduduk miskin pada tahun 2013 yaitu berjumlah 49,676 jiwa atau 24,97% dari jumlah penduduk , penduduk miskin pada tahun 2012 yaitu berjumlah 63,899 jiwa atau 32,87% dari jumlah penduduk yang ada jumlah tersebut juga merupakan kuota peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang diberikan oleh Kementerian kesehatan.
7
Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Menurut Kecamatan (sesuai dengan kuota peserta Jamkesmas) Di Kota Singkawang tahun 2013 Kecamatan Singkawang Selatan Singkawang Utara Singkawang Tengah Singkawang Timur Singkawang Barat Kota Singkawang
Jumlah Penduduk 46.148 23.575 60.551 20.481 48.166 198.921
Penduduk miskin Jumlah % 13.861
30,03
8.413
35,68 18,01
10.907 11.220 5.275 49.676
54,78
10,95 25,03
( Sumber Seksi Jamkesda Dinas Kesehatan Kota Singkawang)
Data mengenai tingkat pendidikan penduduk tahun 2013 tidak ada data, tahun 2012
berdasarkan Estimasi BPS penduduk laki-laki
berumur 10 tahun keatas yang melek huruf 40,71% sedangkan penduduk perempuan berumur 10 tahun keatas yang melek huruf 48,25 %. Tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh pada status kesehatan, karena kedua hal tersebut saling melengkapi. Pendidikan yang baik akan meningkatkan status kesehatan, dan status kesehatan yang baik akan meningkatkan tingkat pendidikan. Data kependudukan yang dibutuhkan oleh sektor kesehatan masih belum memadai, oleh sebab itu dalam pelaksanaan salah satu strategi pencapaian Visi dan misi, maka pihak Dinas Kesehatan perlu sering memberikan informasi kepada sektor lain dalam kerangka kerja sama lintas sektor.
8
BAB III STATUS KESEHATAN MASYARAKAT Gambaran status kesehatan masyarakat kota Singkawang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, seperti pada tabel berikut ini : Indikator
Target ( 2013 )
2009
2010
2011
2012
2013
Trend
Umur harapan hidup (tahun) Rata-rata
67,9
Mortalitas Angka kematian bayi (per 1.000)
40/1.000 turun
29
19
21
15
20
▲
Angka kematian balita (per 1.000)
58/1.000
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d.
t.a.d.
t.a.d.
Angka kematian ibu (per 100.000)
150/100.0 00
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d.
t.a.d.
t.a.d.
turun
3
2
3
7
4
▼
7/1.000
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d.
t.a.d.
t.a.d.
Angka kesakitan (per 1.000 pddk)
0,02
5,12
0,5
0,18
0,47
19,6
CFR (%) Angka kesakitan balita(per 1.000 pddk balita)
10
1,06
3,19
0
0
9,1
0,02
13,41
1,7
0,09
1,7
0,91
10
2,11
5,5
0
0
2,6
1,3
0,95
0,95
1,06
0,99
1,03
0
1,16
8,38
3
2,6
2,7
▲ ▼
1
184,89
188
162
147,19
159,57
▲
1
1,33
1,77
0,74
0,68
0,73
▲
11,15
15,43
6,89
5,83
6,95
▲
0
0
0
0
0
3
33,33
37,97
37,92
34,68
30,40
1
0
0
0
0
0
126,82
148,27
160,18
129
0
0
0
0
Kasus kematian neonatus
Kasus kematian ibu Angka kematian kasar (per 1.000) Morbiditas dan mortalitas Penyakit menular 1
DBD
CFR balita (%) 2
CFR (%) ISPA Angka kesakitan non pneumonia (per 1.000 pddk) Angka kesakitan pneumonia (per 1.000pddk) Angka kesakitan pneumonia balita (per 1.000 pddk balita) CFR pneumonia balita (%) 4
▲ ▲
TB Paru BTA + Prevalensi (per 1.000 pddk)
3
▲ ▲
Diare Angka kesakitan semua umur (per 1.000 pddk) CFR semua umur (%) Angka kesakitan balita (per 1.000 pddk balita) CFR balita (%)
▼
9
5
6
7
Indikator
Target ( 2012 )
2009
Malaria Angka kesakitan malaria (per 1.000 pddk)
15
24,09
Campak Angka kesakitan balita (per 1.000 pddk balita)
2010
20.1
2011
2012
2013
Trend
1,07
0,63
16,18
▲
1,13
0,8
0,58
1,36
0
0
0,11
0
Gangguan sistem otot & jaringan
104
89,9
98,6
72,96
74,60
Gigi dan mulut
68,6
60,4
71,8
75,50
78,62
66
67,8
83,7
80,34
80,15
Kulit
107
64,9
81,1
75,27
76,87
Kecacingan
6,73
9,08
7,72
11,10
11,17
Kusta Prevalensi (per 1.000 pddk) Penyakit non menular (per 1.000 pddk)
Tekanan darah tinggi
▲ ▲ ▼ ▲ ▲
Gizi Status gizi balita (%) * Buruk
<1
4,38
4,37
2,48
3,47
3,16
* Kurang
< 20
14,75
12,07
10,11
12,25
11,74
57,63
76,13
63,41
81,14
82,52
1
18,68
4,28
24
3,14
2,58
KEP total (%)
<15
19,13
16,45
12,59
15,72
14,90
KEP nyata (%)
<1
4,38
4,37
2,48
3,47
3,16
1,29
4,27
2,39
3,3
3,9
* Baik * Lebih
BBLR (%)
▼ ▼ ▲ ▼ ▼ ▼ ▲
A. KESAKITAN
Sejak tahun 2010, sistim pencatatan dan pelaporan penyakit di puskesmas mengalami perubahan dari dari format ICD 9 menjadi ICD 10, sehingga laporan jenis penyakit lebih rinci dibanding dengan sebelumnya. Dari data yang bersumber dari Laporan Bulanan Kesakitan (LB1) puskesmas, penyakit terbanyak untuk semua golongan umur pada tahun 2013 masih didominasi oleh penyakit pada saluran pernafasan, Influensa, batuk, demam tidak diketahui penyebabnya, dan diare serta juga oleh penyakit degeneratif seperti penyakit hypertensi
10
primer, rematisme. Penyakit-penyakit ini lebih banyak diakibatkan oleh perilaku hidup dan lingkungan hidup yang kurang sehat. Penyakit Terbanyak Pada Semua Kelompok Umur Di Kota Singkawang pada tahun 2012 dan 2013 Proporsi (%) 2012 2013
Penyakit Infeksi saluran pernafasan atas akut tidak spesifik Hipertensi Primer ( esensial ) Influensa Batuk Rematisme
13.26 (1) 6.57 (3) 5.24 (4) 4.23 (6) 2.77 (11) 7.69 (2) 5.08 (5) 1.99 (14)
13.18 (1) 6.39 (3) 5.15 (4) 4.21 (6) 2.75 (11) 7.88 (2) 5.03 (5) 2.00 (14)
3.10 (9)
1.22 (25)
3.18 (9) 1.21 (25)
3.25 (8)
3.20 (8)
Gejala dan tanda umum lainnya Demam yg tidak diketahui sebabnya Gastroduodenitis tidak Spesifik Sakit kepala Infeksi saluran pernafasan atas lainnya Diare dan gastro enteritis tidak dpt dikelompok ke dlm A00-A08 Sumber : LB1 SP2TP, Angka dalam kurung = peringkat
Penyakit Terbanyak Pada Semua Kelompok Umur Di Kota Singkawang pada tahun 2005 s/d 2009 Penyakit ISPA Peny. sistim otot & jaringan Peny.lain sal.pernf.bag atas Peny.tek.darah tinggi Peny.mata lain-lain Peny. kulit infeksi Peny.kulit alergi Peny.lain dr sal.pernf.bawah Diare Peny. pulpa & jar. periapikal
2005 17,11 (1)
2006 19,11 (1)
Proporsi (%) 2007 20,20 (1)
2008 20,69 (1)
2009 16,74 (1)
11,02 (2)
10,24 (2)
9,52 (2)
10,64 (2)
10,09 (2)
5,33 7,74 2,15 4,51 3,74
(4) (3) (9) (5) (6)
3,52 (7) 6,77 (3) 2,07 (10) 5,69 (4) 5,24 (5)
4,24 (6) 8,53 (3) 2,65 (10) 4,73 (5) 4,76 (4)
6,43 7,85 2,05 5,22 4,34
(4) (3) (9) (5) (6)
4,58 6,73 2,34 3,38 4,99
(5) (3) (9) (7) (4)
3,74 (7)
1,75 (11)
1,60 (12)
3,08 (9)
2,21 (10)
3,54 (8)
3,83 (7)
3,45 (7)
3,20 (8)
3,27 (8)
2,79 (9)
3,26 (8)
3,44 (8)
4,49 (6)
3,47 (6)
Sumber : LB1 Angka dalam kurung = peringkat pada tahun yang bersangkutan
11
Dari tahun 2005 sampai dengan 2009 Penyakit tekanan darah tinggi kasusnya masih tetap di urutan ketiga terbanyak bahkan setelah mengalami perubahan sistem pencatatan dan pelaporan dari format ICD 9 menjadi ICD 10, penyakit darah tinggi secara spesifik yaitu penyakit Hypertensi primer (essensial) pada tahun 2013 masih berkisar urutan ketiga yaitu 6,39% menurun sedikit dibandingkan pada tahun 2012 yang menduduki urutan ketiga yaitu 6,57 % sedangkan pada tahun 2011 yaitu 6,91%. Secara umum ada beberapa hal yang menyebabkan penyakit darah tinggi ini masih tetap tinggi. Pertama, ada kesadaran dari penderita untuk segera memeriksakan penyakit begitu terasa mulai mengganggu.
Kedua,
ada
keinginan
masyarakat
untuk
lebih
menggunakan puskesmas sebagai sarana pertama yang didatangi untuk mengobati penyakitnya. Ketiga, ada kecendrungan makin bertambahnya penderita penyakit ini. Untuk hal yang ketiga, maka yang diperlukan adalah pola hidup sehat yang lebih baik, termasuk lebih sering melakukan olahraga dan mengkonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Program Upaya Kesehatan Usia Lanjut Puskesmas (Upaya Kesehatan Pengembangan) berupa Posyandu untuk usia lanjut merupakan salah satu wadah yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat
dalam
upaya
mencegah
dan
mengontrol
penyakit ini. Perkembangan jumlah kasus yang diperiksa di puskesmas dari tahun 2010 sampai dengan 2013, tampak pada grafik di bawah ini. Jumlah Kasus Penyakit Hypertensi primer (essensial) Di Puskesmas Di Kota Singkawang Tahun 2010 – 2013 6.89 6.7
6.57 6.39
2010
2011
Sumber: LB1 tahun 2010, 2011,2012, 2013
2012
2013
12
Jumlah Kasus Penyakit Tekanan darah Tinggi Di Puskesmas Di Kota Singkawang Tahun 2005 – 2009
Sumber: LB1 tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009.
Penyakit kulit infeksi merupakan salah satu akibat dari perilaku hidup yang kurang menunjang kesehatan. Penyakit ini juga selalu masuk dalam 10 penyakit terbanyak. Pada tahun 2009 terjadi penurunan proporsi pada kelompok umur di bawah 5 tahun dibanding tahun 2008, demikian juga pada kelompok usia sekolah. Sementara pada kelompok usia produktif terjadi peningkatan pada kelompok umur 15 – 19 tahun dan sedikit menurun pada kelompok usia 20 – 54 tahun. Kelompok
usila,
sejak
pada
tahun
2006
–
2008
terus
terjadi
peningkatan. Proporsi yang fluktuatif pada kelompok usia muda ini perlu mendapat perhatian, karena menggambarkan bahwa belum tercapainya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak usia muda, sehingga di kemudian hari dapat menjadi manusia yang mempunyai perilaku hidup sehat yang baik. Oleh karena itu pendidikan kesehatan sejak usia dini perlu dilakukan secara intensif untuk mengurangi permasalahan di kemudian hari, terutama dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas. Pada tahun 2010, 2011 dan 2013 pencatatan pelaporan format ICD 10 untuk penyakit kulit infeksi sudah terbagi lebih rinci sehingga tidak biasa dikelompokkan dalam pelaporan seperti pelaporan tahun sebelumnya. 13
Proporsi kasus penyakit kulit infeksi berdasarkan kelompok umur di Kota Singkawang tahun 2005 - 2009
Sumber: LB1 tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009
Proporsi kasus penyakit kulit infeksi berdasarkan kelompok umur di Kota Singkawang tahun 2011 - 2013
< 5 th
5 - 14 th
15 - 44 th
45 - 54 th
55 - 64 th
> 65 th
2011
19.93
24.52
29.95
11.67
8.01
5.92
2012
23.6
24
32.06
10.82
5.76
3.76
2013
23.6
24
32.06
10.82
5.76
3.76
Sumber: LB1 tahun 2011, 2012, 2013.
Pada tahun 2013 penyakit diare mengalami penurunan yaitu 3,20% dibandingkan dengan tahun 2012 penyakit diare yaitu 3,25% tahun 2011 yaitu 3.84%. Tetapi penyakit diare masih masuk dalam katagori dalam 10 besar penyakit terbanyak dengan posisi diperingkat delapan. Bila diperhatikan lebih lanjut, ternyata kelompok umur yang menjadi penderita terbanyak adalah kelompok umur balita. Ini berarti peran orang tua terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan kebersihan anaknya, harus sangat ditingkatkan. Salah satu wadah untuk meningkatkan perhatian orang 14
tua mengenai masalah ini adalah posyandu. Perlu ada kegiatan penyuluhan tentang penyakit diare kepada orang tua di Posyandu
Proporsi Kasus Penyakit Diare Menurut Kelompok Umur di Kota Singkawang Tahun 2006 – 2009
Sumber: LB1 tahun 2006, 2007, 2008, 2009.
Proporsi Kasus Penyakit Diare Menurut Kelompok Umur di Kota Singkawang Tahun 2011 – 2013 2011
2012
2013 56.48
32.29
11.23
14.89
< 1 tahun
30.85
54.26
55.48
32.87
11.64
1 - 4 tahun
> 5 tahun
Sumber: LB1 tahun 2011, 2012, 2013
Sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 trend penyakit malaria terus mengalami penurunan hal ini tergambar pada indikator Annual Paralysis Incidence (API). Gambaran API per wilayah kerja puskesmas seperti pada tabel di bawah ini :
15
Annual Paralysis Incidence (API) di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 Puskesmas
2009 API (‰)
2010 API (‰)
2011 API (‰)
2012 API (‰)
2013 API (‰)
Skw Selatan Skw Utara Skw Tengah Skw Timur Skw Barat Kota Singkawang
4,31 5,51 3,88 6,79 3,92
1,19 5,84 1,81 3,34 0,96
1,69 1,33 0,48 1,89 0,28
1,15 0,74 0,10 0,90 0,04
1,32 0,17 0,07 0,63 0,00
4,47
2,07
0,07
0,63
0,48
No 1 2 3 4 5
Sumber : Laporan malaria Puskesmas
Penurunan API pada tahun 2013 terjadi pada Puskesmas Singkawang Timur (0,63‰), Puskesmas Singkawang Utara (0,17‰), Tengah (0,07‰) dan Barat (0,00‰).sedangkan pada Puskesmas Singkawang Selatan terjadi sedikit kenaikan (1,32‰) API tertinggi terjadi di Puskesmas Selatan (1,32‰) kemudian diikuti Puskesmas
Singkawang Timur (0,63‰), Puskesmas Singkawang Utara (0,17‰), Tengah (0,07‰) dan Barat (0,00‰). Terjadinya penurunan API di wilayah Kecamatan di Kota Singkawang mungkin disebabkan adanya meningkatan kesadaran masyarakat tentang kepedulian terhadap kebersihan lingkungan, namun hal ini masih juga perlu pengakajian lebih mendalam. Penyakit menular lain yang menjadi masalah besar di Kota Singkawang adalah penyakit demam berdarah dengue. Jumlah sejak tahun 2007 sampai dengan 2011 penderitanya terus mengalami penurunan secara drastis namun di tahun 2012 terjadi sedikit peningkatan dibanding tahun 2011, adapun
tahun 2009 terjadi
lonjakan jumlah penderita sehingga menjadi KLB. Gambaran Penderita DBD pada tahun 2007 sampai dengan 2013 per kecamatan tergambar seperti pada tabel di bawah ini: 16
Jumlah Penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kota Singkawang Tahun 2008 s/d 2013 Kecamatan Singkawang Selatan Singkawang Utara Singkawang Tengah Singkawang Timur Singkawang Barat Kota Singkawang
Jumlah Penderita DBD 2008 2009 2010 2011 2012 2013 18 208 15 9 25 11 13 90 14 3 15 3 79 295 33 11 18 16 5 57 4 2 3 1 35 292 28 11 31 3 150 942 94 36 92 39
Sumber: Bidang P2PL
Penurunan penderita DBD pada tahun 2013 tersebut juga terjadi pada hampir semua kecamatan di Kota Singkawang, jumlah penderita DBD yang paing sedikit kasusnya terjadi pada Kecamatan Singkawang Timur 1 (satu) kasus, dan terbanyak pada Kecamatan Singkawang Tengah 16 (enam belas) kasus, Singkawang Selatan 11 (sebelas) kasus, Singkawang Barat 3 (tiga) kasus dan Utara 3 (tiga) kasus. Dilihat dari pola penyebaran penyakit hampir merata diseluruh kelurahan
maka
upaya
pencegahan
seharusnya
dilakukan
penanggulangan secara menyeluruh di seluruh kecamatan sehingga diharapkan dapat terjadi penurunan penderita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta distribusi kasus DBD berdasarkan kelurahan dibawah ini :
17
Jumlah penderita demam berdarah dengue menurut kelompok umur di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013 2009
2010
2011
2012
2013
536
231 121 54
7
6 11 11
0 - 1 th
29 12 24 24
41 14 48 48
> 1 - 5 th
> 5 - 15 th
17 4
9
9
> 15 th
Sumber: Bidang P2PL
Jumlah penderita terbanyak adalah pada kelompok usia sekolah (5 – 15 tahun) yaitu 17 penderita (43,58%) dan kemudian pada kelompok balita sebanyak 14 penderita (35,89%). Mengingat kejadian penyakit ini juga pada waktu mereka berada di sekolah, maka lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian dalam upaya PSN (Pembersihan Sarang Nyamuk) selain rumah tangga dan tempat – tempat umum agar tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti. Pada tahun 2013 terjadi penurunan dibanding tahun 2012 terdapat 1 (satu) orang meninggal, tahun 2011
tidak ada penderita
DBD yang meninggal, seperti tahun 2010, terdapat 3 kematian penderita DBD yang terjadi pada kelompok umur balita (>1-5 th) 2 orang dan kelompok anak sekolah (>5-15 th) 1 orang. Angka kesakitan (IR) dan angka kematian (CFR) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 tampak pada tabel di bawah ini:
18
Jumlah penderita dan kematian penyakit DBD di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013 Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah
IR
CFR
Penderita
Mati
( 0/00 )
(0/0)
150 942 94 36
2 10 3 0
0,83 515,5 50,5 18,9
1,33 1,06 3,19 0
92 39
0 1
47,3 19.6
0 9,1
Sumber: Laporan DBD puskesmas dan RS
Penyakit TBC Paru merupakan salah satu penyakit yang upaya penanggulangannya dilakukan secara lebih intensif dan mendapatkan dana khusus dari Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GF ATM). Untuk menanggulangi penyakit ini, maka diperlukan upaya pencarian penderita secara aktif selektif (selective active case finding). Dengan
metode
ini,
diharapkan
makin
banyak
penderita
yang
ditemukan dan kemudian diobati. Secara statistik, diperkirakan penderita TB paru di suatu daerah ada 2,1 di antara 1.000 penduduk sementara target penemuan penderita baru seiap tahunnya adalah sebanyak 75% dari perkiraan tersebut. Pada tahun 2013 di Kota Singkawang ditemukan 203 penderita baru TB tahun 2012 ditemukan 190 penderita baru TB sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita TB baru sebanyak 202. penemuan
penderita
baru
TBC
Angka
Paru BTA Positif (Case Detection
Rate=CDR) pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding tahun 2012 yaitu 48,56% pada tahun 2012 mengalami penurunan dibanding tahun 2011 yaitu 46,57% pada tahun 2012 dan 47,57% pada tahun 2011. CDR penyakit ini dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:
19
Penemuan Penderita Baru TBC Paru BTA (+) = Case Detection Rate (CDR) di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 50.63
48.56 46.57 45.35
2009
44.47
2010
2011
2012
2013
Sumber: Laporan TB Puskesmas (diolah)
Hasil pengobatan penderita baru TBC Paru BTA Postif (Cure Rate = CR) tahun 2013 angka kesembuhannya adalah 89,5% terjadi penurunan
dibandingkan
capaian
pada
tahun
2012
angka
kesembuhannya adalah 90,1% terjadi penurunan dibandingkan capaian pada tahun 2011 yaitu 93,1% namun angka ini masih melebihi target angka kesembuhan minimal adalah 85%. Angka kesembuhan penyakit ini dari tahun 2008 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut : Proporsi Hasil Pengobatan Penderita Baru TBC Paru BTA (+) = Cure Rate (CR) di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
93.1 92.4
92.44
91.58 91.05
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Laporan TB Puskesmas (diolah)
20
Penderita
HIV/AIDS
di
Kota
Singkawang
menunjukkan
kecenderungan masih tinggi. Seperti juga TB Paru, meningkatnya jumlah penderita ini terutama karena dilakukannya upaya pencarian yang intensif. Jumlah penderita yang sebenarnya, mungkin jauh lebih besar, seperti yang dikenal dengan istilah fenomena gunung es, namun penderita HIV tersebut belum mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit. Oleh sebab itu, upaya pencarian penderita melalui prosedur yang benar seperti yang dilakukan oleh Klinik Mawar dari RSUD Dr.Abdul Aziz Singkawang, perlu mendapat dukungan baik moril maupun materil. Pada tahun 2008, penderita HIV/AIDS berjumlah 82 orang sedikit menurun
menjadi 66 orang pada tahun 2009 kemudian menurun
kembali menjadi 66 orang pada tahun 2010
menjadi 57 orang.
Penderita pada tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu berjumlah 88 orang, pada tahun 2012 mengalami penurunan yaitu berjumlah 85 orang. Penderita pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu berjumlah 86 orang.Jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun 2008 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut : Penderita HIV/AIDS di Kota Singkawang Tahun 2009 – 2013 85
66
57
2009
2010
86
88
2011
2012
2013
Sumber: Surveilens HIV/AIDS Bidang P2PL Dinkes Kota Singkawang 21
Proporsi Penderita laki-laki lebih banyak dari pada penderita perempuan. Penduduk usia produktif antara 20 – 29 tahun dan 30 – 40 tahun
adalah
penderita
terbanyak.
Jumlah
penderita
HIV/AIDS
menurut jenis kelamin dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut : Penderita HIV/AIDS Menurut Jenis Kelamin di Kota Singkawang tahun 2009– 2013 61
57
53
51
45
41 27
25
2008
15
16
2009
2010
41
32 laki-laki perempuan
2011
2012
2013
Sumber: Surveilens HIV/AIDS Bidang P2PL Dinkes Kota Singkawang
Penderita HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur Di Kota Singkawang Tahun 2008 – 2013 39
38
32 29
29 27
23
2009
26 22
2010
22
20
2011 16
16
2012 11
4 1
2 0
0
< 1 th
2 0
0
0
1 - 4 th
1
2 0
0
12
2013
3 1
5 - 9 th
1
0
0
0
1
10 - 14 th
0
0
1
1
0
15 - 19 th
20 - 29 th
30 - 39 th
> 40 th
Sumber: Surveilens HIV/AIDS Bidang P2PL Dinkes Kota Singkawang
22
Penyebab diperolehnya penyakit ini terutama karena hubungan hetero-seksual yang tidak aman, Tranfusi, ). Preventing Mother To Child Transmision (PMTCT) Homo dan penggunaan narkoba secara suntikan/ Injection Drug Users (IDU) Khusus mengenai hal ini, kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan upaya penanggulangan yang lebih holistik, dan upaya tersebut menjadi tanggung jawab semua sektor. Proporsi penderita HIV/AIDS menurut faktor resiko sebagai berikut : Proporsi Penderita HIV/AIDS Menurut Faktor Resiko di Kota Singkawang Tahun 2013 PMTCT 2% IDU 6%
Transf 0%
Homo 1%
Hetero 91%
Sumber: Surveilens HIV/AIDS Bidang P2PL Dinkes Kota Singkawang
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) selalu merupakan penyakit terbanyak selama bertahun-tahun. Tahun 2003 kasus ISPA non pneumonia pada balita mencapai 19,24% dari kasus ISPA pada semua golongan umur, 2004 mencapai 16,89%, 2005 mencapai 17,11%, 2006 mencapai 19,11% dan pada tahun 2007 mencapai 20,20% dan pada tahun 2008 mencapai 20,69% dan tahun 2009 mencapai 16,74%, tahun 2010 mencapai 12,83%, tahun 2011 mencapai 13,03%,
tahun
2012 mencapai 13,26% , tahun 2013 mencapai 13,18% 23
Kasus ISPA non pneumonia pada balita tahun 2013 paling banyak terjadi di wilayah kecamatan Singkawang Timur (33,27%) dan yang paling sedikit di kecamatan Singkawang Barat (8,55%). Penderita pneumonia di puskesmas dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013, sebagian besar adalah penderita dari golongan umur di bawah 5 tahun (balita). Pada tahun 2012 dari penderita sebanyak 133 kasus, 120 penderita (90,23%) di antaranya terjadi pada balita
dan
penderita
balita
terbanyak
berasal
dari
kecamatan
Singkawang Selatan 52 penderita (39,10%) Selanjutnya Singkawang Tengah 49 penderita (36,84%). Angka kesakitan pneumonia pada balita pada tahun 2012 mencapai 5,8 per 1000 balita terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 mencapai 6,9 per 1.000 balita, tahun 2010 yang mencapai 16,77 per 1.000 balita, tahun 2009 yang mencapai 11,15 per 1.000 balita, dan tahun 2008 yang mencapai 11,73 per 1.000 balita. Penderita Penumonia Pada Balita Dan Semua Penderita Menurut Kecamatan Di Kota Singkawang Tahun 2009 – 2013 Jumlah Penderita Pneumonia No
Puskesmas
2009 <5 Semua th
2010
2011
<5 th
Semua
<5 th
2012
<5 Semua th
Semua
2013 <5 Semua th
1
Skw Selatan
7
9
4
4
47
48
52
65
58
58
2
Skw Utara
9
12
122
122
12
12
1
1
45
45
3
Skw Tengah
181
181
203
203
80
80
49
49
30
30
4
Skw Timur
30
30
7
14
0
0
18
18
12
12
5 Skw Barat Kota Singkawang
10
13
0
0
0
0
0
0
0
0
237
245
336
343
139
140
120
133
145
145
Sumber: Laporan penemuan dan pengobatan penderita ISPA Puskesmas
24
Upaya pencegahan penyakit campak melalui imunisasi pada bayi untuk selalu dilakukan setiap tahun, namun masih terjadi kasus penyakit ini, baik pada balita maupun pada kelompok umur lain. tahun 2013 belum ada feed back hasil sample yang di kirim ke provinsi Pada tahun 2012, ada 28 kasus campak pada balita atau 0,01 % dari seluruh kasus yang terjadi pada semua kelompok umur. Terjadi penurunan kasus dibanding dengan tahun 2011 ada 32 kasus atau 0,02%, tahun 2010, ada 51 kasus campak pada balita atau 0,02% dari seluruh kasus pada semua kelompok umur. Pada tahun 2009 ada 71 kasus campak pada balita atau 0,04% dari seluruh kasus yang terjadi pada semua kelompok umur dan tahun 2008 dengan 27 kasus mencapai 0,01%. Angka kesakitan campak pada balita tahun 2012 sebanyak 1,36 per 1.000 balita terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 1,59 per 1.000 balita dan tahun 2010 sebanyak 2,39 per 1.000 balita. Pada tahun 2009 Angka kesakita campak pada balita sebanyak 1,25 per 1.000 balita Kasus campak pada balita pada tahun 2012 yang tidak ada kasus di Kecamatan Singkawang Utara, kasus
tertinggi di Kecamatan
Singkawang Tengah 13 kasus. Di Kecamatan Singkawang Selatan 10 kasus, Barat 3 kasus dan Timur 1 kasus, Secara kumulatif terjadi penurunan kasus campak pada balita di Kota Singkawang pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010. Kasus campak pada balita yang terendah pada tahun 2011 terjadi di Kecamatan Singkawang Timur (1 kasus) dan tertinggi di Kecamatan Singkawang Tengah (11 kasus). Di Kecamatan Singkawang Selatan 9 kasus, Barat 7 kasus dan Utara 4 kasus. Secara kumulatif terjadi penurunan kasus campak pada balita di Kota Singkawang pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010. Tahun 2010 terjadi di Kecamatan Singkawang Utara (2 kasus) dan tertinggi di Kecamatan singkawang Tengah (18 kasus). Di Kec Singkawang Selatan 13 kasus, Timur 12 kasus dan Barat 6 kasus. 25
Angka Kesakitan Campak Pada Balita Menurut Kecamatan di kota Singkawang tahun 2009 – 2013 No 1 2 3 4 5
Puskesmas
Skw Selatan Skw Utara Skw Tengah Skw Timur Skw Barat Kota Singkawang
Angka kesakitan per balita 2009 2010 2011 0.98 5.82 1.96 1.04 1.68 1.67 0.77 5.86 1.79 0.98 11.55 0.48 0.11 2.37 1.4 1,25
3.88
1.58
1.000 pddk 2012 0.48 0 0.63 0.09 0.14
2013
1.36
Sumber: LB1 Puskesmas
Penyakit kecacingan berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Bila penyakit ini terjadi pada masa pertumbuhan, maka akan berakibat tumbuhnya manusia yang kurang berkualitas karena asupan gizi yang diperlukan terganggu oleh adanya cacing. Di Kota Singkawang penyakit ini memang tidak termasuk dalam 10 penyakit terbanyak, karena poroporsinya dibandingkan dengan semua penyakit hanya mencapai 0,89% saja dan menduduki peringkat 29 dari 217 penyakit yang tercatat. Namun bila dilihat kejadiannya pada tahun 2013 maka tampak bahwa penderita yang terbanyak adalah pada kelompok umur 5 – 14 tahun dengan 38,84% , selanjutnya diikuti balita (di bawah 5 tahun) yaitu 31,50%, kelompok usia produktif (15-44 tahun) dengan 22,23% . Keadaan ini selalu sama sejak tahun 2007 sehingga tampak bahwa penderita berada pada masa awal pertumbuhan yang memerlukan asupan gizi yang baik. Selain itu kelompok usia produktif (15-44 tahun) yang proporsinya selalu pada urutan ketiga menimbulkan pertanyaan, apakah kebersihan diri sudah kurang mendapat perhatian?
26
A. KEMATIAN Kejadian kematian umumnya diukur dengan angka kematian. Ada beberapa angka kematian yang biasa dipergunakan, yaitu Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup (AKB), Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup (AKI) dan Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup (AKABA). Secara statistik kesehatan, masih banyak lagi indikator kematian yang digunakan, namun ketiga indikator di atas merupakan yang paling umum digunakan sebagai indikator mortalitas dalam menilai derajat kesehatan. Indikator-indikator ini merupakan indikator hasil akhir (impact). Perhitungan angka kematian bukan sekedar hitungan matematik biasa, artinya ada pembilang, penyebut dan konstanta, kemudian dimasukkan kedalam rumus, lalu diperolehlah angka kematian. Cara seperti itu tidak menggambarkan keadaan sebenarnya karena antara lain data yang ada dari kegiatan rutin (facility-based) tidak dapat mewakili gambaran keadaan di masyarakat. Konstanta yang digunakan pun, bila dilihat dengan seksama, berbeda dengan konstanta pada umumnya. Angka 1.000 atau 100.000 yang digunakan mempunyai maksud tertentu, apalagi dibelakangnya masih terdapat kata-kata kelahiran hidup. Oleh karena itu, maka angka kematian ibu, bayi maupun balita sebaiknya diperoleh dari masyarakat langsung dengan melalui survey (community-based). Bila tidak ada data yang berasal dari survei, maka lebih baik digambarkan keadaan absolut saja. Yang jauh lebih penting dari sekedar mengetahui angka kematian, adalah mengetahui jawaban dari mengapa yang bersangkutan meninggal dunia, sebab bila diketahui penyebab kematian secara lebih pasti. maka dapat dilakukan upaya pencegahan sejauh yang dapat dilakukan oleh manusia sehingga kejadian kematian dapat dikurangi. 27
Kematian yang seperti itu disebut preventable death. Dari sudut pandang program pembangunan kesehatan, hal ini akan sangat berarti dalam upaya penurunan angka kematian. Pada tahun 2013, belum ada data angka kematian berdasarkan hasil survei seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Jumlah ibu yang meninggal ada 4 orang . Jumlah ibu yang meninggal tahun ini menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 Jumlah ibu yang meninggal ada 7 orang . Laporan Indikator Database 2004 (kerjasama BPS dengan UNFPA, Jakarta, April 2005), menyebutkan bahwa AKI Kota Singkawang untuk tahun 2004 sudah menurun menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup dari 332 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003 Jumlah dan penyebab kematian ibu melahirkan di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
2009
2010
2011
2012
2013
eklamsia
2
0
1
0
1
pendarahan
1
1
1
0
2
lain - lain
2
3
5
7
1
Sumber: Laporan AMP
Bayi baru lahir (neonatal) yang meninggal pada tahun 2013 berdasarkan laporan kegiatan rutin adalah 20 orang dan penyebab terbanyak adalah karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 6 orang, asfiksia 6 orang dan lain-lain 8 orang adapun jumlah kematian neonatal pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 adalah 15 orang dan penyebab terbanyak adalah karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 2 orang, asfiksia 9 orang, sepsis 1 orang, kelainan congenital 1 orang dan lain-lain 2 orang adapun jumlah kematian neonatal pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 21 orang dan 28
penyebab terbanyak adalah karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 10 orang, Asfiksia 5 orang dan penyebab lainnya adalah 6 orang, Belum ada data mengenai angka kematian bayi untuk tahun 2013. Untuk tahun 2004, angka kematian bayi adalah 42,58 untuk laki-
laki dan 31,72 untuk perempuan per 1.000 kelahiran hidup (Laporan Indikator Database 2004, kerjasama BPS dengan UNFPA, Jakarta, April 2005). Untuk kematian balita tahun 2013 ada 1 orang. Jumlah dan penyebab kematian Neonatal di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
2009
2010
2011
2012
2013
BBLR
14
12
10
2
6
Asfiksia
4
2
5
9
6
Sepsis
0
0
1
1
0
lain-lain
11
10
5
3
8
Sumber: Laporan AMP
Kematian neonatal secara umum berhubungan erat dengan cakupan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, semakin rendah cakupan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, maka diperkirakan kematian neonatal akan semakin meningkat, demikian juga sebaliknya. Perbandingan kedua hal tersebut adalah sebagai berikut
29
Perbandingan antara cakupan bumil resti dan kematian neonatal di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013 65.76 54.3 50.3 46.26 Kematian Neonatal
26.5
29 24
Bumil Risti 24
21 15
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Laporan AMP
C. Status Gizi Pemantauan Status Gizi (PSG) balita yang dilakukan setiap tahun, dapat menggambarkan status gizi balita karena data yang dikumpulkan bersifat community-based. Pemantauan Status Gizi balita merupakan sebuah upaya pemantauan yang dilakukan dengan cara survei dengan sampel yang proporsional untuk tiap kelurahan. Upaya ini harus dilakukan setiap tahun untuk memperoleh data status gizi balita, sebagai bahan penilaian dari kegiatan yang telah dilaksanakan dan untuk perencanaan kegiatan tahun berikutnya. Status gizi balita digambarkan dalam indikator Kurang Energi Protein (KEP) Total, yaitu gabungan
antara
gizi
buruk
dan
gizi
kurang.
Gambaran
ini
dipergunakan untuk mengetahui besarnya permasalahan gizi balita yang terjadi. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, KEP Total cenderung meningkat, walaupun masih dibawah 20%. Pada tahun 2008 KEP total adalah 17,48%, meningkat menjadi 19,13% pada tahun 2009, menurun lagi menjadi pada Tahun 2010 menjadi 16,45%, menurun menjadi 12,59% pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 15,72% pada tahun 2012. Serta menurun kembali menjadi 14,90% pada tahun 2013 30
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2008 Status gizi (%)
KEP total (%)
Kecamatan
buruk
kurang
baik
lebih
Singkawang Selatan
2,16
10,61
46,10
41,13
12,77
Singkawang Utara
0,80
17,16
80,97
1,07
17,96
ingkawang Tengah
1,74
17,57
68,55
12,15
19,31
Singkawang Barat
2,62
11,55
70,08
15,75
14,17
Singkawang Timur
3,93
19,90
71,73
4,45
23,82
Kota Singkawang
2,23
15,25
66,63
15,88
17,48
Sumber: PSG 2008
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2009 Status gizi (%)
KEP total (%)
Kecamatan
buruk
kurang
baik
lebih
Singkawang Selatan
7,71
20,81
55,11
16,38
28,52
Singkawang Utara
1,82
10,93
48,09
20,95
12,75
Singkawang Tengah
4,08
15,31
67,35
13,27
19,39
Singkawang Barat
3,97
9,83
63,18
23,01
13,81
Singkawang Timur
4,37
19,05
57,94
18,65
23,41
Kota Singkawang
4,38
14,75
57,63
18,68
19,13
Sumber: PSG 2009
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2010 KEP total (%)
Status gizi (%) Kecamatan Singkawang Selatan
buruk 3.25
kurang 9.02
baik 83.88
lebih 14.32
12.28
Singkawang Utara
7.06
22.32
64.41
3.85
29.38
Singkawang Tengah
2.93
7.58
80.44
9.05
10.51
Singkawang Barat
4.84
10.32
70.53
3.56
15.16
Singkawang Timur
4.98
16.01
75.44
6.21
21
4.37
12.07
76.13
7.42
16.45
Kota Singkawang Sumber: PSG 2010
31
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2011 Status gizi (%) Kecamatan
buruk 0.2
kurang 10.62
Singkawang Utara
2.11
12.47
65.96
18.9
14.58
Singkawang Tengah
0.41
4.07
33.4
66.01
4.88
Singkawang Barat
0.33
14.33
73.29
9.03
14.58
Singkawang Timur
3.24
11.34
77.33
7.87
17.91
Kota Singkawang
1.09
10.11
63.41 25.12
12.59
Singkawang Selatan
baik lebih 77.56 8.3
KEP total (%) 14.03
Sumber: PSG 2011
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2012 Status gizi (%) baik
lebih
KEP total (%)
Kecamatan
buruk
kurang
Singkawang Selatan
3.26
11.63
82.56
2.56
14.89
Singkawang Utara
3.66
11.18
83.23
1.94
14.84
Singkawang Tengah
2.12
8.70
83.44
5.73
10.82
Singkawang Barat
2.14
9.83
85.90
2.14
11.97
Singkawang Timur
5.27
17.89
74.01
2.82
23.16
Kota Singkawang
3.47
12.25
81.14
3.14
15.72
Sumber: PSG 2012
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2013 Status gizi (%) Kecamatan Singkawang Selatan
KEP total (%)
buruk 3.96
kurang 13.44
baik 80.40
lebih 2.20
Singkawang Utara
2.78
14.68
82.03
0.51
17,46
Singkawang Tengah
1.44
8.05
1.44
9,49
Singkawang Barat
2.24
11.21
80.49
6.05
13,45
Singkawang Timur
6.25
10.16
81.64
1.95
16,41
3.16
11.74
82.52
2.58
14,90
Kota Singkawang
89.08
17,40
Sumber: PSG 2013
32
KEP Total Balita per kecamatan di Kota Singkawang Tahun 2008 s/d 2013 KEP Total (%)
Kecamatan 2009
2010
2011
2012
2013
Singkawang Selatan
28,52
15,16
14,03
14,89
17,40
Singkawang Utara
12,75
12,28
14,58
14,84
17,46
Singkawang Tengah
19,39
10,51
4,88
10,82
9,49
Singkawang Barat
13,81
21,00
14,58
11,97
13,45
Singkawang Timur
23,41
29,38
17,91
23,16
16,41
Kota Singkawang
19,13
16,45
12,58
15,72
14,90
Trend (%)
▲ ▲ ▼ ▲ ▼ ▼
Sumber: PSG 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
Salah satu indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK) yang digunakan untuk menilai status gizi pada balita adalah Kecamatan Bebas Rawan Gizi, yaitu bila di kecamatan tersebut KEP total balita berada di bawah 15%. Dari tabel di atas, tampak bahwa Kota Singkawang pada tahun 2013
masih
ada
kecamatan
dengan masalah
rawan
gizi
yaitu
kecamatan Singkawang Utara dengan KEP Total (17,46%). kecamatan Singkawang Selatan dengan KEP Total (17,40%). Serta kecamatan Singkawang Timur dengan KEP Total (16,41%). Melihat tabel tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi ini lebih baik dari pada tahun sebelumnya, namun selalu ada kemungkinan timbulnya rawan gizi, bila tidak dilakukan intervensi program secara cermat. Dari tabel hasil PSG 2007 sampai dengan 2013, di setiap kecamatan balita dengan gizi buruk masih mempunyai kecenderungan menurun dan kembali naik pada tahun 2009 dan turun kembali pada tahun 2010. Belum jelas apa yang
menyebabkan
turun
dan
demikian
juga
sebaliknya.
Kabupaten/Kota dikatakan bebas dari masalah gizi bila KEP nyata ini berada di bawah 1% (Buku Panduan Pengelolaan Program Perbaikan Gizi Kabupaten/Kota, DepKes RI, 2000) 33
Bayi lahir dangan berat badan kurang dari 2500 gram atau bayi berat lahir rendah (BBLR) pada tahun 2013 berjumlah 151 Bayi atau 3,90 % pada pada tahun 2012 berjumlah 131 bayi atau 3.30 % tahun 2011 berjumlah 90 bayi atau, 2,39% tahun 2010 berjumlah 164 bayi atau 3,8% dari seluruh bayi lahir hidup. BBLR terbanyak adalah di wilayah kerja Puskesmas Singkawang Tengah yaitu 77 bayi (5,93%) dari seluruh BBLR yang ada, sementara kunjungan K4 ibu hamilnya 95,83 %. Jadi pemeriksaan kehamilan yang dilakukan sudah berdampak dapat memperbaiki kondisi ibu hamil menjadi lebih baik. Jumlah BBLR di Kota Singkawang dapat dilihat pada tabel berikut : Persentase BBLR per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013
Puskesmas Skw Skw Skw Skw Skw
Selatan Utara Tengah Timur Barat
Kota Singkawang
2009 0.86 2.49 1.03 3.41 0.58 1.29
Persentase BBLR 2010 2011 2012 0.77 1.52 2.38 2.91 4.17 4.18 4.08 2.99 3.50 2.13 1.1 1.90 5.65 2.11 4.11 3.30 3.85 2.39
Trend 2013 1.26 2.80 5.93 4.33 3.91 3.90
▼ ▼ ▲ ▲ ▼ ▲
Sumber: Laporan AMP Puskesmas 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 (diolah)
D.UMUR HARAPAN HIDUP Berdasarkan Laporan Indikator Database 2005 sebagai hasil kerjasama BPS dengan UNFPA, yang dikeluarkan pada bulan Januari 2006, umur harapan hidup penduduk kota Singkawang mencapai 69,94 tahun untuk perempuan dan 65,94 tahun untuk laki-laki. Untuk penduduk provinsi Kalimantan Barat rata-rata umur harapan hidup perempuan adalah 68,35 tahun dan untuk laki-laki 64,12 tahun. Untuk tahun 2013, belum ada data mengenai hal ini.
34
2012
BAB IV PENYELENGGARAAN UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
A. PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi Pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu jenis pelayanan
kesehatan
kesehatan,
karena
yang
harus
merupakan
dilakukan
bagian
dari
setiap
fasilitas
urusan
wajib
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar. a) Pelayanan kesehatan ibu Pelayanan kesehatan ibu merupakan upaya meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kematian. Cakupan K1 pada tahun 2013 mencapai 105,2% dan Cakupan K4 mencapai 95,8%. Hasil Cakupan K1 mengalami peningkatan sedangkan K4 tahun 2013 mengalami peningkatan juga jika dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu Cakupan K1 mencapai 92,9% dan cakupan K4 mencapai 86,7%. tahun 2011 yaitu Cakupan K1 mencapai 94,1% dan cakupan K4 mencapai 82,1%. dan hasil Cakupan K1 pada tahun 2010 mencapai 93,20% dan cakupan K4 mencapai 87,30%
Cakupan persentase K1 dan K4 tahun 2009 s/d 2013 di Kota Singkawang 105.2 94.67
91.06
2009
93.2
87.3
2010
Sumber: PWS KIA
94.1
92.9 82.1
2011 K1
86.7
2012
95.8
2013
K4
35
Capaian K1 di puskesmas Singkawang Selatan yaitu (93,9%) puskesmas Singkawang Utara (97,2%). Puskesmas Singkawang Tengah yaitu (125,1%) puskesmas Singkawang Timur (106%)
dan
puskesmas Singkawang Barat (94,5%) Sedangkan cakupan K4 puskesmas
Singkawang
Selatan
yaitu
(85,8%)
puskesmas
Singkawang Utara (92,7%) puskesmas Singkawang Tengah (115,5%) puskesmas Singkawang Timur (85,1%). puskesmas Singkawang Barat (86,6%). Hasil cakupan per puskesmas pada tahun 2013, tampak seperti pada grafik di bawah ini. Cakupan persentase K1 dan K4 ibu hamil per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2013
125.1 115.5 106 97.2
93.9
94.5
92.7
85.8
86.6
85.1
Skw Selatan
Skw Utara
Skw Tengah
Sumber: PWS KIA
Ki
Skw Timur
Skw Barat
K4
Cakupan K1 dan K4 ibu hamil di puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 Cakupan (%) No
Puskesmas
K1 2009
K4
2010 2011
2012
2013
2009
2010
2011 2012 2013
1
Skw Selatan 95.51
82.2
78.9
87.1
93.9
97.87
75.9
68.1
73.8
85.8
2
Skw Utara
78.6
90.9
89.4
97.2
85.26
74.5
83
87.0
92.7
3
Skw Tengah 99.92
99.1 101.8 101.0
125.1
89.2
89.3
90.2
95.1 115.5
4
Skw Timur
81.74
92.6
80,8
91,3
106
84.79
88.5
80.4
86.4
85.1
5
Skw Barat
95.23 100.0 105.5
90.5
94.5
93.09
97.4
85.2
88.6
86.6
105.2
94.1
Kota Singkawang
91.79
95,81 78,53 94.67 94.1
79,49 91.06 82.1 95.8
Sumber: Laporan PWSKIA Puskesmas tahun 2009,2010,2011,2012, 2013
36
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA seharusnya dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan ini, namun tampak-nya belum dimanfaatkan sebaikbaiknya,
sehingga
permasalahan
permasalahan
tersebut
terjadi,
yang belum
ada
dan
dapat
dimana
ditanggulangi
sebagaimana mestinya. Ini juga menunjukkan bahwa manajemen pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak masih harus terus diperbaiki. Salah satu indikator untuk melihat apakah pelayanan tersebut sudah cukup berkualitas atau belum adalah dengan melihat kesenjangan antara K1 dan K4. Kesenjangan antara K1 dan K4 pada tahun 2013 sebesar 9,4% sedangkan pada tahun 2012 sebesar 6,2% tahun 2011 sebesar 12%. Batas toleransi kesenjangan K1 dan K4 adalah 10%. Secara keseluruhan Kota Singkawang kesenjangan masih dibawah 10%. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan cakupan
K1 serta
K4 di
Kota Singkawang dibanding tahun 2012 terjadi penurunan cakupan K1 sedangkan
K4 di Kota Singkawang dibanding tahun 2011,
namun
ini
hasil
mempertahankan
masih maupun
memenuhi
target,
meningkatkan
upaya
cakupan
ini
untuk terus
didorong guna mencapai tujuan pemeriksaan ibu hamil, yaitu Persalinan Yang Aman (MPS = Making Pregnancy Safer). Kesenjangan K1 dan K4 per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013 No 1
Kecamatan Skw Selatan
2 Skw Utara 3 Skw Tengah 4 Skw Timur 5 Skw Barat Kota Singkawang
Kesenjangan K1 - K4 (%) 2010 2011 2012 2013 6.3 10.81 14.3 8. 6.53 4.1 7.91 2.4 4.5 10.72 9.8 11.59 5.6 9.4 -3.05 4.1 0.4 4.9 20.9 2.14 2.6 20.29 1. 9 7.8 3.61 5.9 12 6,2 9.3 2009 -2.36
Sumber: Laporan PWSKIA Puskesmas , 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 (diolah)
37
Untuk mencegah terjadinya kematian bayi karena tetanus pada waktu melahirkan, ibu mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dalam masa kehamilan. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil ini merupakan bagian dari program pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS), yaitu wanita berumur 15 – 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin (catin). Pemberian imunisasi TT pada WUS merupakan program jangka panjang yaitu pemberian imunisasi TT 5 dosis untuk memberikan kekebalan seumur hidup kepada WUS terhadap penyakit tetanus. Imunisasi TT akan memberikan perlindungan optimal bila jarak pemberian dosis tidak terlalu dekat, dengan memperhatikan jarak minimal yang dipantau dengan menggunakan kartu TT seumur hidup (Long Life Card / LLC). Jarak pemberian imunisasi TT1 dengan TT2 adalah 1 bulan (4 minggu), dari TT2 ke TT3 adalah 6 bulan, dari TT3 ke TT4 adalah 1 tahun atau lebih dan dari TT4 ke TT5 adalah 1 tahun atau lebih. Adapun cakupan pemberian imunisasi TT 5 dosis pada WUS ibu hamil dan WUS tidak hamil tahun 2013 seperti pada tabel-tabel dibawah ini.
38
Cakupan imunisasi TT1 – TT5 pada ibu hamil per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2013 Cakupan imunisasi TT1 – TT5 ibu hamil (%) No
Puskesmas
Ibu TT1 Hamil Jlh %
Jlh
1,045
66
63
79
535
4
0.7
29
TT2 % 7.6
53
5.1
27
2.6
11
1.1
5.4
56
10.5
27
5.0
17
3.2
0
0
0
0
443
32.3
35
7.5
17
3.7
29
6.3
0
0
0
0
384
35.2
144
3.2
71
1.6
884
19.6
2
Skw Utara
3
Skw Tengah
4
Skw Timur
5
Skw Barat
1,091 985
Kota Singkawang
4,508 1,437 31.9 1.546 34.3
464
77
16.6 90.3
478 34.8 75
16.2
885 81.1
Jlh
TT5 %
Jlh
Skw Selatan
22.2
TT4 %
%
1
1,373 305
TT3 Jlh
Sumber : Laporan Immunisasi Puskesmas 2013 Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil merupakan salah satu bagian dari pelayanan 7T (ibu hamil di Timbang berat badannya, diperiksa Tekanan darahnya, diperiksa Tinggi fundusnya, diberi Tablet penambah darah, diberi imunisasi TT, diperiksa Tes terhadap penyakit menular seksual, dan dilakukan Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan). Mengingat pelayanan ante natal bertujuan agar ibu dapat melahirkan dengan aman dan bayinya juga lahir dengan selamat, maka manajemen ante natal care ini perlu mendapat perhatian seksama dan dilakukan dengan sebaik-baiknya serta bukan hanya sekedar pemeriksaan rutin semata Cakupan imunisasi TT1 – TT5 pada WUS Tidak Hamil Menurut Puskesmas di Kota Singkawang Tahun 2013
No
Puskesmas
Cakupan imunisasi TT1 – TT5 WUS tidak hamil (%) TT1 TT2 TT3 TT4
WUS (Tdk Hamil)
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
8,272
0
0
0
0.
0
0
0
0
0
0
509
3
0.6
31
6.1
8
1.6
11
2.2
2
0.4
TT5
1
Skw Selatan
2
Skw Utara
3
Skw Tengah
10.852
0
0
0
0.
0
0
0
0
0
0
4
Skw Timur
3.671
10
0.3
3
0.1
3
0.1
0
0
3
0.1
5
Skw Barat
8.633
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kota Singkawang 31,937
13
0.0
34
0.1
11
0.0
11
0.0
5
0.0
Sumber: Laporan imunisasi Puskesmas 2013 39
ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT 5 dosis secara lengkap sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. Selain itu sistem pencatatan yang baik melalui kartu TT seumur hidup (Long Life Card / LLC) pada setiap WUS sangat diperlukan agar pemberiannya tepat. Tablet Fe (zat besi) diberikan kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama masa kehamilannya. Upaya ini dimaksudkan untuk menanggulangi
masalah
anemia
pada
ibu
hamil.
Cakupan
pemberian tablet Fe3 pada tahun 2013 mencapai 95,85% sementara target yang ditetapkan Departemen Kesehatan adalah 90%. Pencapaian
tahun
2013
mengalami
kenaikanan
bila
dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 86,72%. Cakupan ini hampir seimbang dengan cakupan K4 yaitu 95,83% atau hanya selisih – 0.02% saja. Cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009– 2013 CAKUPAN ( % ) No Kecamatan 2009
2010
Fe 1 2011
2012
2013
2009
2010
Fe 3 2011
2012
2013
1 Skw Selatan
112.4 67.78 177.9 87.14 93.88 95.61 63.77 121.2 73.75 85.84
2 Skw Utara
92.84 79.32 151.5 89.38 97.20 87.79
3 Skw Tengah
116.5 110.4 35.24
4 Skw Timur 5 Skw Barat
101
75.9
130.8 86.99 92.90
125
101.3 99.44 32.17 95.12 115.5
72.21 92.59 80.85 91.32
106
59.43 88.48 80.44 86.39 85.13
108.8 128.1 105.5 90.48
94.5
123.4 124.7 85.19 88.63 86.62
Kota Singkawang 105.6 99.87 103.4 92.86 105.1 92.86 93.98 82.09 86.72 95.85 Sumber: LB3 puskesmas Keterengan: Fe1 = pemberian 30 tablet Fe; Fe3 = pemberian 90 tablet Fe
40
Kesenjangan antara K4 dan Fe3 ibu hamil per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No
Kecamatan
2009
Kesenjangan K4 - Fe 3 (%) 2010 2011 2012
2013
1
Skw Selatan
2.81
12.2
53.02
0.05
0.04
2
Skw Utara
-2.53
-0,4
-47.80
0.01
0.20
3
Skw Tengah
-12.11
-10,1
58.01
-0.02
0.00
4
Skw Timur
25.36
0.00
0.00
0.01
0.03
5
Skw Barat
-30.28
-27,3
0.00
-0.03
0.02
-7.82
-6,7
-0.01
-0.02
0.05
Kota Singkawang
Sumber: PWSKIA dan LB3 (diolah)
,Dari
tabel
kesenjangan
antara
K4
dan
Fe3
di
atas,
memperlihatkan bahwa angka kesenjangan makin kecil sejak tahun 2009
sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2013
angka
kesenjangan tinggal 0,05%, angka ini masih dibawah batas toleransi yaitu 10%. Ini memperlihatkan bahwa sudah mulai ada keterkaitan antara kedua bentuk pelayanan yang ada. Pembinaan dari Dinas Kesehatan terhadap puskesmas yang selama
ini
dilakukan,
harus
lebih
lebih
dipertajam
dengan
menggunakan data yang ada (evidence-based). b) Pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam Standar Pelayanan Minimal untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak. Sebagai salah satu urusan wajib, maka pelaksanaan pelayanan ini harus menjadi prioritas dan harus selalu ditingkatkan, baik akses maupun mutunya.
41
Cakupan persentase Persalinan ditolong oleh tenaga Kesehatan di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013
97.6 89.72
2009
2010
80.9
82.87
2011
2012
87.47
2013
Sumber: PWSKIA puskesmas
Pada
tahun
2013,
pertolongan
persalinan
oleh
tenaga
kesehatan di puskesmas mencapai 87,5%. Cakupan yang diperoleh puskesmas, sudah termasuk hasil kegiatan yang dilakukan oleh bidan berpraktik swasta. Terjadi kenaikan capaian dibandikan dengan tahun 2012 mencapai 82,9%. Perkiraan target untuk tahun 2013 target yang ditetapkan Departemen Kesehatan adalah 90%. Tidak tercapainya target disebabkan antara lain karena terlalu tingginya angka target yang ditetapkan dibandingkan dengan kondisi riil jumlah Bumil yang ada. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No
Kecamatan
2009
Cakupan (%) 2010 2011 2012
2013
1
Skw Selatan
81,76
92.6
77.6
81.7
84.6
2
Skw Utara
79,04
99.8
82.5
84.1
90.6
3
Skw Tengah
91,35
96.4
81.7
80.2
93.1
4
Skw Timur
99,27
99.5
77
75.2
88.9
5
Skw Barat
95,08
99.9
83.7
90.1
81.0
Kota Singkawang
89,72
97.6
80.9
82.9
87.5
Sumber: PWSKIA puskesmas, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 (diolah)
42
c) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir (0 – 28 hari) Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatus yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling sedikit 2 kali, yaitu 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi), pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda (MTBM), dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA. Untuk mendapatkan data yang benar maka pencatatannya harus dalam bentuk kohort, agar hasil cakupan dapat dihitung berdasarkan bayi baru lahir yang datang dan bukan berasal dari banyaknya kunjungan (frekuensi kunjungan), karena pelayanan ini ditujukan untuk meningkatkan kesehatan bayi baru lahir, bukan sekedar men-dapatkan angka cakupan saja Cakupan persentase Kunjungan Neonatus di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013 90.13
89.22
90.5
87.4
76.1
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Laporan PWSKIA
43
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir (neonatus) pada tahun 2013 mencapai 90,5% terjadi kenaikan dibandingkan pada tahun 2012 mencapai 89,2%. tahun 2011 mencapai 76,10%. Departemen Kesehatan telah menetapkan target sebesar 90%. Cakupan ini belum mencapai target yang ditentukan. Cakupan
puskesmas
yang
masih
dibawah
target
yang
ditentukan, yaitu Puskesmas Singkawang Selatan mencapai 81,8%, Puskesmas Singkawang Tengah mencapai 87,1%. Yang perlu menjadi perhatian adalah apakah data yang dilaporkan sudah sesuai dengan definisi operasional yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan, seperti yang tercantum dalam
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
nomor
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Cakupan kunjungan neonatus per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009– 2013 No 1 2 3 4 5
Kecamatan Skw Skw Skw Skw Skw
Selatan Utara Tengah Timur Barat
Kota Singkawang
2009
Cakupan (%) 2010 2011 2012
2013
81,49 93,13 90,57 90,78 94,19
70,00 98,80 85,10 100 90,60
52,98 99,78 73,79 100 79,22
82,9 99,6 85,1 86 95,9
81,8 98,9 87,1 90,6 100
90,13
87,40
76,10
89,2
90,5
Sumber: Laporan PWSKIA Puskesmas,2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013.
d) Pelayanan kesehatan bayi Pelayanan kesehatan bayi diukur dengan cakupan kunjungan bayi yang definisi operasionalnya adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi, paling sedikit 4 kali, yaitu 1 kali pada umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-12 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
44
Cakupan persentase Kunjungan Bayi di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013
86.8
76.7
80.7 59.2
36.8
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : LB3 Puskesmas
Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Singkawang pada tahun 2013 mencapai 59,2% terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2012 yang mencapai 80,7% pada tahun 2011 mencapai 86,8% terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2010 yang mencapai 36,8% dan masih belum memenuhi target yang ditentukan yaitu sebanyak 90%. Tidak terpemenuhinya target yang ditentukan ini perlu kajian khusus penyebabnya. Cakupan kunjungan bayi per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 No 1 2 3 4 5
Kecamatan Skw Skw Skw Skw Skw
Selatan Utara Tengah Timur Barat
Kota Singkawang
2009
Cakupan (%) 2010 2011 2012 2013
63.09 69.95 78,51 85.75 85.2
81.7 45.4 11,8 44.9 32.5
76.79
36.8
100 99,5 82 63,7
76 96,4 84,2 102,8 63,5
48 72,2 54,0 117,3 45,2
86,8
80,7
59,2
90
Sumber : LB3 Puskesmas 2009, 2009, 2011, 2012, 2013
45
2.
Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah Dan Remaja Pelayanan kesehatan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja lebih banyak
dilaksanakan
melalui
posyandu
dan
program
Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS). Pelayanan kesehatan minimal yang harus dilakukan
sesuai
dengan
Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Kesehatan adalah deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra
sekolah,
penjaringan Pelayanan kesehatan pada UKS adalah
pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap siswa kelas 1 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan guru UKS terlatih dan dokter kecil secara berjenjang (penjaringan awal oleh guru dan dokter kecil, penjaringan lanjutan oleh tenaga kesehatan). Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah cakupan siswa kelas 1 SD dan setingkat yang diperiksa kesehatan-nya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013, cakupan pemeriksaan kesehatan siswa Sekolah Dasar dan yang setingkat sudah mencapai 92,6% terjadi peningkatan sedikit dibandingkan tahun 2012, cakupan pemeriksaan kesehatan siswa Sekolah Dasar dan yang setingkat sudah mencapai 92,4% terjadi penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 93,3%. Bila di lihat dari persebaran per-kecamatan kegiatan ini terjadi pada semua kecamatan yang capaiannya belum memenuhi target yang ditetapkan Departemen Kesehatan melalui SPM yaitu sebesar 100%. Capaian kecamatan Singkawang Selatan 92% Capaian kecamatan Singkawang Utara 100%, kecamatan tengah 98% Singkawang Timur 87% dan kecamatan Singkawang barat 89%. Cakupan pemeriksaan siswa kelas 1 SD dan setingkat ini masih belum memenuhi dari target yang ditetapkan.
46
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013 87.28
93.3
92.4
92.6
2011
2012
2013
16.33
2009
2010
Sumber : LB3 Puskesmas 2013
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD Per Puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013 No 1 2 3 4 5
Kecamatan Skw Skw Skw Skw Skw
Selatan Utara Tengah Timur Barat
Kota Singkawang
2009
Cakupan (%) 2010 2011 2012
100 100 100 100 58.53
20.71 16.57 13.3 16.65 15.1
87.28
16.33
100 97 99 100 80 93.3
92 76 99 91 95
2013 92 100 98 87 89
92.4 92.6
Sumber : LB3 Puskesmas 2012
47
Pelayanan kesehatan usia subur dan keluarga berencana
3.
Cakupan peserta aktif keluarga berencana merupakan salah satu indikator dalam Standar Pelayanan Minimal. Pelayanan KB antara lain bertujuan untuk mengurangi masalah 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu sering) pada pasangan usia subur terutama pada keluarga miskin, yang besar kemungkinannya menyebabkan kematian pada ibu. Berdasarkan data dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Singkawang, cakupan peserta KB aktif pada tahun 2013 mencapai 52,3% dan peserta KB baru mencapai 9,8%. Pada tahun 2012 cakupan peserta KB aktif mencapai 71,1% dan peserta KB baru mencapai 20,1%.
Cakupan Peserta KB Aktif dan KB Baru Menuru Kecamatan di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 No 1 2 3 4 5
Kecamatan
CAKUPAN ( % ) 2011 Baru Aktif
2009 Aktif Baru
2010 Baru Aktif
15,86 22,84 15,19 22,96 14,95
79,03 91,51 71,43 97,13 73,07
14.4 14.8 24.6 15.5 14.9
67.1 64 80.5 77.4 77.7
18 18.1 28.7 13.1 22.9
Kota Singkawang 17,22
79,24
17
73.3
19.8
Skw Skw Skw Skw Skw
Selatan Utara Tengah Timur Barat
2012 Baru Aktif
2013 Baru Aktif
81.3 76.8 70 84.2 75.1
18.7 16.4 22.0 18.5 21.4
71.1 70.5 71.4 70.4 71.3
7.9 19.4 7.7 9.2 9.7
49.9 59.9 3.1 41.1 92.3
77.8
20.1
71.1
9.8
52.3
Sumber: BPMPKB Kota Singkawang
Jenis kontrasepsi yang digunakan oleh para peserta KB aktif maupun baru adalah sebagai berikut:
48
Proporsi Peserta KB Menurut Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan di Kota Singkawang tahun 2013
Aktif IUD, 1.80%
MOP/MOW, 0.30%
Kondom, 1.80%
IMPLAN, 1.80% PIL, 35.80%
Suntik, 58.50%
Baru
IUD, 5.80%
MOP/MOW, 0.60%
Kondom, 1.20% IMPLAN, 4.80% PIL, 33.30%
Suntik, 54.30%
Sumber : BPMPKB Kota Singkawang 4.
Pelayanan imunisasi Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh dan harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan sesuai standar sehingga mampu memberikan
perlindungan
kesehatan
dan
memutus
mata
rantai
penularan. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Imunisasi yang harus diberikan pada bayi adalah imunisasi dasar lengkap. 49
Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi pada tahun 2013 mencapai 75,8%. Cakupan ini menurun dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai 80,7%. dan tahun 2011 mencapai 90, 7% dan tahun 2010 mencapai 82,57%.
Cakupan imunisasi dasar pada bayi di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 Jenis
Target
Cakupan (%)
Imunisasi
2013 (%)
2009
2010
2011
2012
2013
BCG
95
122,34
92.7
5.1
97.1
89.1
DPT 1 – HB 1
95
109,61
87.7
85.7
85
78.7
DPT 2 – HB 2
90
102,38
82.0
82.2
81.6
72.6
DPT 3 – HB 3
90
103,20
81.3
81.8
80
71.4
Polio 1
90
150,71 119.7
115.7
116.1
98.1
Polio 2
90
108,86
87.7
87.2
89
78.6
Polio 3
90
105,53
86.9
85.1
83.5
74.9
Polio 4
90
10,71
81.7
84.8
80.2
70.4
Campak
90
105,06
82.6
86.3
83.5
75.8
HB 0
80
109,61
84.8
89.3
91
97,4
Sumber: Laporan Imunisasi Puskesmas 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
Berdasarkan tabel di atas cakupan imunisasi dasar pada bayi pada tahun 2013 secara keseluruhan trendnya menurun. Namun indikator imunisasi dasar lengkap pada bayi saja tidak cukup, karena dari sudut pandang kesehatan masyarakat, maka setiap desa harus mencapai Universal Child Immunization (UCI) untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Target desa/kelurahan UCI yang ditetapkan
50
Departemen Kesehatan tahun 2013 harus mencapai 100%. Kelurahan yang telah mencapai UCI di Kota Singkawang pada tahun 2013 mencapai 15 kelurahan (57,7%) dari 26 kelurahan yang ada. Capaian kelurahan UCI menurun dibanding dengan tahun 2012 yaitu 18 kelurahan. Target yang akan dicapai pada tahun 2013 sebesar 100% kelurahan harus sudah mencapai UCI. Secara keseluruhan kelurahan yang mencapai UCI masih perlu ditingkatkan. Kelurahan yang telah mencapai UCI di Kota Singkawang tahun 2009– 2013 Puskesmas
Jlh Kelurahan UCI
% kelurahan UCI
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
Skw Selatan
4
3
3
2
2
100
75
75
50
50
Skw Utara
4
7
7
6
5
57.14
100
100
86
71
Skw Tengah
6
5
6
5
3
100
38
100
83
50
Skw Timur
4
5
4
3
4
80
10
80
60
80
Skw Barat
0
0
0
2
1
0
0
0
50
25
18
20
20
18
18
69.23
77
76,9
69,2
57,7
Kota Singkawang
Sumber: Laporan imunisasi puskesmas tahun 2009, 2010, 2011,2012, 2013
Di samping imunisasi rutin dan kegiatan-kegiatan di atas, biasanya juga telah dilakukan imunisasi pada anak sekolah khususnya anak sekolah tingkat dasar (SD/MI) setingkat baik sekolah negeri maupun swasta kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 yang disebut Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Pada kegiatan ini diberikan imunisasi DT dan campak pada seluruh siswa kelas 1 dan imunisasi TT pada seluruh siswa kelas 2 dan kelas 3 dengan target minimal 95%. Tujuan pelaksanaan BIAS DT, TT dan campak adalah untuk memberikan
perlindungan
jangka
panjang
terhadap
penyakit
Tetanus, termasuk Tetanus Neonatorum, Difteri danCampak. Kegiatan BIAS DT, TT dan Campak tahun 2013 tidak dilakukan sehingga hasil cakupan kegiatan BIAS tidak ada.
51
5.
Pelayanan pengobatan/perawatan a) Pelayanan pengobatan/perawatan umum Pelayanan
pengobatan
rawat
jalan
merupakan
salah
satu
indikator dalam pelaksanaan kewenangan wajib bidang kesehatan. Sesuai dengan petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota dari Departemen Kesehatan RI, yang dimaksud dalam indikator ini adalah kunjungan penderita rawat jalan baru dibagi dengan jumlah penduduk pada kurun waktu yang sama. Target yang ingin dicapai pada tahun 2013 adalah 15%, artinya tidak lebih dari 15% penduduk yang sakit yang harus mendapatkan pelayanan rawat jalan. Tidak lebih dari 15% berarti jumlah penduduk yang sakit diharapkan setiap tahun akan makin berkurang dan untuk itu perlu digalakkan upaya promotif dan preventif, sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan terjadinya penyakit dengan meningkatnya perilaku dan lingkungan yang sehat. Hasil yang lebih rendah dapat juga berarti bahwa penduduk tidak mau memanfaatkan fasilitas kesehatan pemerintah (pusksesmas dan rumah sakit) maupun swasta (rumah sakit) yang ada di Kota Singkawang, tetapi lebih suka menggunakan pelayanan swasta lain berupa praktek dokter, yang datanya sementara ini belum dapat terjangkau oleh sistem informasi
kesehatan
yang
berlaku.
Bila
ini
yang
terjadi,
maka
pertanyaannya adalah apakah kualitas pelayanan fasilitas kesehatan tersebut tidak seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. Belum ada survei yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena tidak ada dana yang tersedia untuk itu, sementara dana yang tersedia untuk pelaksanaan program rutin lainnya saja, masih di bawah dari yang diperlukan, ini berarti pemanfaatan dana yang terbatas tersebut harus benar-benar efisien.
52
Pelayanan
kesehatan
gratis
sekalipun
belum
tentu
dapat
menjawab persoalan apakah tidak atau kurang dimanfaatkannya fasilitas kesehatan pemerintah yang ada karena terbentur tidak ada dana dari masyarakat. Sebenarnya masih banyak jenis survei yang harus dilakukan untuk mengetahui permasalahan kesehatan lain, yang datanya tidak dapat diperoleh dari sistem informasi kesehatan yang berlaku sekarang. Pelayanan pengobatan rawat jalan pada tahun 2013 mencapai 201,5% dari penduduk kota Singkawang terjadi peningkatan dibanding tahun 2012 mencapai 162,3% pada tahun 2011 mencapai 156,6% dari penduduk kota Singkawang. Dibandingkan dengan tahun 2012 cakupan rawat jalan di puskesmas Meningkat sedikit tapi masih diatas target yang ditoleransi yaitu
tidak
lebih
dari
15%
penduduk
yang
sakit
yang
harus
mendapatkan pelayanan rawat jalan. Sedangkan cakupan rawat jalan di rumah sakit mengalami peningkatan. Hal ini mungkin disebabkan karena sejak akhir tahun 2006 pelayanan
kesehatan
di
puskesmas
tidak
mengambil
biaya
dari
masyarakat tapi disubsidi oleh pemerintah Kota Singkawang sedangkan di Rumah Sakit mungkin disebabkan karena meningkatnya penduduk miskin yang berakibat meningkatnya pasien Jamkesmas serta adanya program Jamkesda yang mensubsidi penduduk miskin yang diluar kuaota Jamkesmas tidak dipungut biaya bila berobat di RS Pemerintah di kelas III.
53
Cakupan Rawat Jalan Menurut Fasilitas Pelayanan di Kota Singkawang tahun 2008 – 2012
Cakupan (% terhadap penduduk Kota) 2009 2010 2011 2012 2013
Fasilitas kesehatan Puskesmas Skw Selatan Skw utara Skw Tengah Skw Timur Skw Barat Rumah sakit Dr.Abdul Aziz Harapan Bersama Vincentius Kusta Alverno Jiwa Rumkit Tk.IV Kota Singkawang
12,13 10,87 55,32 17,82 11,44
12.89 8.59 49.43 3.70 7.71
26.5 7.38 58.02 13.18 7.46
35,29 4,43 34,51 21,46 8,58
36,67 21,91 36,46 32,04 16,71
16.23 6.28 5.95 0.51 2.41 4.47 143.5
14.81 4.02 8.55 0.36 2.37 3.6 116
18.96 15.77 2.54 0.43 2.85 3.53 156.63
22,57 20,58 7,15 0.49 3,09 3,58 162,3
23,66 20,22 4,27 0.49 4,27 4,88 201,5
Sumber: Laporan RL1 – SPRS, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
Indikator lain yang diperlukan dalam penilaian pelaksanaan urusan wajib bidang kesehatan, untuk menilai kinerja pelayanan pengobatan adalah pelayanan pengobatan rawat inap. Pada tahun 2013, untuk rawat inap yang dilakukan di semua rumah sakit di Kota Singkawang, mendapat kunjungan sebanyak 28.934 pasien atau 14,55% dari seluruh penduduk kota Singkawang. Cakupan ini meningkat sedikit dibandingkan pada tahun 2012, sebanyak 26.164 pasien atau 13,45% dari seluruh penduduk kota Singkawang, tahun 2011 dengan kunjungan sebanayak 30.008 pasien atau
15,77%.
Target
tahun
2013,
diharapkan
tidak
lebih
dari 15%
penduduk saja yang harus dirawat di rumah sakit. Pelayanan rumah sakit umum yang ada di Kota Singkawang pada tahun 2013 dapat dilihat dari indikator-indikator di bawah ini :
54
Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Di Kota Singkawang Tahun 2013 RSUD Abdul Aziz
Indikator Tempat tidur Kunj. pasien Rawat Inap BOR (%) ALOS (hari) TOI (hari ) GDR (%) NDR (%)
RSU Harapan Bersama
205
132
9.255 48,4 3.9 4,1 4,3 1,7
9.167 75,9 4,0 1,3 2,1 0.6
RS RSU Tingkat Vincentius IV
Standard
105
44
tad
5.235
2.454
tad
35,9 3,1 5,5 4,3 1,3
43,2 0,6 0,8 0,3 0,3
tad tad tad tad tad
Sumber: Laporan RL2A dan RL2B Rumah Sakit
b) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terutama adalah berupa pelayanan dasar kesehatan gigi, yang terdiri dari pencabutan dan penambalan, serta upaya preventif dan promotif pada murid sekolah dasar. Indikator yang digunakan untuk menilai pelayanan ini adalah rasio penambalan dan pencabutan gigi (rasio T/C), yang pada tahun 2013 ditargetkan mencapai 1, artinya 1 gigi dicabut diimbangi oleh 1 gigi yang ditambal Rasio penambalan dan pencabutan gigi per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 No 1 2 3 4 5
Kecamatan Skw Skw Skw Skw Skw
Selatan Utara Tengah Timur Barat
Kota Singkawang
Rasio Tambal/Cabut (TC) 2009 2010 2011 2012 2013 0.07 0,00 0.06 0.01 0.1
0.1 0,00 0.1 0.2 0.2
0.05 0,00 0.08 0.51 0.28
2,6 0,1 0.1 0.7 22.9
0,2 0,0 0.1 0.5 0,3
0.04
0.1
0.11
0.9
0.1
Sumber: LB4 Puskesmas 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
55
Dari tabel di atas tampak bahwa pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan di puskesmas masih lebih banyak berupa pencabutan gigi. Sementara penyakit gigi yang diderita oleh masyarakat cukup banyak dengan masuknya penyakit ini dalam kelompok 10 besar penyakit seperti yang telah diuraikan pada bab III. Bila pelayanan yang diberikan lebih banyak berupa pencabutan gigi, maka penduduk kota Singkawang akan banyak yang mengalami kesulitan pengunyahan. Meskipun pencabutan gigi untuk suatu saat dapat menghilangkan gejala rasa sakit, namun akan menimbulkan permasalahan kesehatan lain, karena fungsi pengunyahan sudah sangat
berkurang.
Keadaan
ini
menunjukkan
masih
sangat
diperlukan pemberian informasi kepada pasien/masyarakat tentang manfaat penambalan gigi dan kerugian hilangnya gigi terhadap kesehatan pada umum-nya. Di samping itu, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk menunjang
terlaksananya
pelayanan
penambalan
dan
upaya
pencegahan di puskesmas serta biaya operasional untuk pelayanan di tingkat sarana pelayanan
harus selalu tersedia. Penghambat
pelayanan penambalan gigi di puskesmas selama ini adalah karena kurang
lengkapnya
bahan
dan
peralatan
dasar
yang
sangat
dibutuhkan untuk hal tersebut. Penambalan gigi tidak akan mungkin dilaksanakan hanya dengan menyediakan satu atau dua bahan saja, karena pelayanan tersebut merupakan sebuah rangkaian pekerjaan berdasarkan standar yang berlaku. Upaya promotif dan preventif yang dilakukan oleh puskesmas adalah pada murid sekolah dasar melalui kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Hasil cakupan UKGS tahun 2009 - 2013 adalah sebagai berikut
56
Cakupan UKGS (promotif dan preventif) pada murid SD Per Puskesmas di Kota Singkawang th 2009 – 2013 Cakupan (%) No
Kecamatan
2009
2010
2011
Diperiksa
Dirawat
Diperiksa
Dirawat
Diperiksa
2012
Dirawat
2013
Diperiksa
Dirawat
Diperiksa
1
Skw Selatan
100
100
100
100
100
100
tad
tad
35.5
2
Skw Utara
100
100
100
100
97
100
72.6
100
100
3
Skw Tengah
100
97.06
100
100
99.1
100
20.74
100
98.0
4
Skw Timur
100
100
0
0
100
100
tad
tad
38.0
5
Skw Barat
58.53
58.53
0
0
80.4
100
tad
tad
90.7
Kota Singkawang
87.28
97.94
100
100
98.9
100
tad
tad
57.6
Sumber: LB4 Puskesmas 2009, 2010, 2011. 2012, 2013
Cakupan UKGS (promotif dan preventif) pada murid SD dilakukan oleh semua Puskesmas di Kota Singkawang Kemampuan puskesmas untuk memeriksa kesehatan gigi siswa sekolah dasar cukup tinggi yaitu 100%, namun semua siswa yang diperiksa dan memerlukan perawatan sudah dirawat semua. Hal ini antara lain karena semua puskesmas telah mempunyai tenaga kesehatan gigi, tetapi pengaturan jadwal kegiatan dan dana operasional untuk UKGS dapat menjadi hambatan menurunnya pemeriksaan siswa sekolah dasar 6.
Pelayanan kesehatan jiwa Pelayanan kesehatan jiwa terutama dilaksanakan di rumah sakit jiwa Singkawang, tetapi untuk pelayanan kesehatan tingkat dasar dimulai dari tingkat puskesmas. Dari 429.990 kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kota Singkawang, 2,48% di antaranya mendapat pelayanan kesehatan jiwa. Pada tahun 2011, pelayanan kesehatan jiwa mencapai 2,35% sedangkan pada tahun 2010 mencapai 2,62%, dan tahun 2009, mencapai 1,92% dari seluruh jumlah kunjungan baru ke fasilitas kesehatan di kota Singkawang. Kunjungan pelayanan kesehatan jiwa trendnya dari tahun ke-tahun semakin meningkat, hal ini memerlukan kajian secara khusus untuk mengetahui penyebabnya. Target yang ingin dicapai pada tahun 2013 adalah sebanyak 15%. 57
Dirawat
Cakupan kunjungan pelaykesehatan jiwa di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 2.77
2.62
2.45
2.35 1.92
2009 2010 Sumber: LB4 Puskesmas
2011
2012
2013
B. PENYELENGGARAAN PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1.
Pemantauan pertumbuhan balita Pemantauan pertumbuhan balita terutama dilakukan dengan penimbangan rutin minimal 4 kali dalam setahun di posyandu. Indikator yang digunakan adalah D/S, yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada dalam suatu kurun waktu tertentu. . Cakupan balita yang ditimbang pada
tahun
2013
mencapai
31,5%.
Angka
ini
meningkat
dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai 26,7%. Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 31,68%. Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Per Puskesmas Di Kota Singkawang Tahun 2009 – 2013 No
Puskesmas
1
Cakupan Balita di timbang D/S ( %) 2009
2010
2011
2012
2012
Skw Selatan
45.04
27.65
23.96
24,1
28,9
2
Skw Utara
45.03
62.61
61.39
55,7
54,5
3
Skw Tengah
56.51
20.26
23.64
21,3
30,0
4
Skw Timur
45.12
31.66
31.81
28,4
40,1
5
Skw Barat
50.15
23.36
34.42
21,2
21,0
49.96
28.36
31.68
26,7
31,5
Kota Singkawang
Sumber: Laporan SKD puskesms
58
Indikator lain yang digunakan adalah jumlah balita yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang (N/D). Persentase balita yang naik berat badannya pada tahun 2013 mencapai 59,8%. Angka menurun dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2012 mencapai 66,9 tahun 2011 mencapai 59,65%. Gambaran cakupan balita yang naik berat badannya per-puskesmas sebagai berikut : Cakupan balita yang naik berat badannya (N/D) Menurut Kecamatan dan Puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 No
Puskesmas
Cakupan Balita di timbang N/D ( %) 2009
2010
2011
2012
2013
1
Skw Selatan
77.17
74.00
51.23
70,4
65,6
2
Skw Utara
71.83
75.45
67.26
73,6
74,4
3
Skw Tengah
74.7
77.26
54.55
54,5
56,9
4
Skw Timur
75.21
69.76
59.46
55,3
47,4
5
Skw Barat
90.68
90.52
62.95
76,5
48,6
Kota Singkawang
78.11
78.30
59.65
66,9
59,8
Sumber: Laporan SKDN puskesmas
Data balita dengan BGM masih sangat tidak stabil karena terjadi peningkatan dan penurunan yang kisarannya sangat besar. Oleh karena itu masih sukar untuk ditarik kesimpulan mengenai permasa-lahan yang berkaitan dengan keadaan gizi balita ini. dalam pelaporan puskesmas
ke
Dinas
Kesehatan
berkaitan
dengan
kegiatan
ini,
mengakibatkan munculnya angka-angka yang berkaitan dengan berapa seringnya (frekuensi) balita ditimbang dan keadaan yang ditemukan pada saat ditimbang, tetapi tidak dapat menggambarkan berapa banyak balita (jumlah orangnya) yang ditimbang dengan gambaran keadaannya (berat badan naik atau turun, BGM atau tidak dll). Laporan bulanan hanya dapat menggam-barkan keadaan dan jumlah balita pada bulan itu saja, tetapi bila direkapitulasikan menjadi hasil tahunan, maka orang yang sama akan terhitung berulang-ulang. Untuk mengatasi hal tersebut, maka puskesmas harus memiliki database kondisi setiap balita yang ditimbang sehingga yang dilaporkan 59
adalah jumlah balita (orangnya) yang memenuhi syarat variabel pembilang dari indikator yang digunakan dan bukan hasil rekapi-tulasi kunjungan setiap bulan. Selain itu, puskesmas harus memiliki data dasar kondisi orang tua balita BGM, hal ini berguna untuk mengetahui penyebab terjadinya BGM pada balita sebab pola asupan gizi pada balita ditentukan oleh kondisi orang tua balita tersebut. Apakah orang tua balita BGM tersebut tergolong keluarga miskin, atau mungkin orang tua tidak miskin tetapi pola pemberian makanan yang tidak tepat, dan lain sebagainya perlu untuk diketahui. Bila data tersebut tidak didapat melalui pelaporan rutin data tersebut bisa didapat dengan melakukan survei. Berikut ini gambaran presentase balita dengan BGM per puskesmas di kota Singkawang dari tahun 2009 s/d 2013, sebagai berikut : Persentase balita dengan BGM per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No
Puskesmas
1
Skw Selatan
2
Skw Utara
3
Cakupan Balita dengan BGM ( %) 2009
2010
2011
2012
2013
7.99
12.47
6.3
2.95
5.0
11.96
8.77
5.19
11.98
13.4
Skw Tengah
9.63
14.66
8.75
5.68
7.4
4
Skw Timur
33.03
21.69
3.78
2.33
8.4
5
Skw Barat
2.6
3.56
1.81
1.04
2.4
10.72
11.43
5.14
5.41
7.4
Kota Singkawang
Sumber: Laporan SKDN Puskesmas
Pada tahun 2013, ada 7,4% dari yang ditimbang mempunyai berat badan di bawah garis merah (BGM), sedang pada tahun tahun 2012, 5,41% dari yang ditimbang mempunyai berat badan di bawah garis merah (BGM), sedang pada tahun 2011, ada 5,14% pada tahun 2010 ada 11,43%
pada tahun 2009 ada 10,72% Balita dengan BGM
terbanyak ada di wilayah kerja puskesmas Singkawang Utara yaitu sebanyak 181 balita atau 13,4% dari jumlah balita yang ditimbang (D), kemudian Puskesmas Singkawang Tengah dengan 141 balita atau 7,4%, dan Puskesmas Timur yaitu 72 balita atau 8,4%. Secara persentase jumlah balita BGM terendah adalah Puskesmas Singkawang Barat 2, 4% atau 25 balita BGM dari balita yang ditimbang.
60
2. Pelayanan Gizi Pelayanan gizi yang wajib dilak-sanakan sesuai dengan urusan wajib dalam bidang kesehatan (SPM) adalah pemberian kapsul vitamin A kepada balita sebanyak 2 kali dalam setahun, pemberian tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama masa kehamilannya, pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi BGM terutama dari keluarga miskin, dan perawatan balita yang menderita gizi buruk. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan bayi 6 – 11 bulan mendapat kapsul vitamin A 1 kali dan anak umur 12 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Target yang ditetapkan Departemen Kesehatan untuk tahun 2013 harus mencapai 90%. Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita pada tahun 2013 di Kota Singkawang mencapai 75,66% terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai 76,06%. tahun 2011 mencapai 58,48%. Cakupan ini masih belum mencapai target yang ditentukan untuk Kota Singkawang yaitu 85%. Wilayah kecamatan pada tahun 2013 yang cakupan pemberian vitamin A yang sudah melebihi target 85% hanya Kecamatan
Singkawang
kecamatan lainnya yaitu
Utara
yaitu
85,36%,
sedangkan
empat
Kecamatan Singkawang Selatan, Kecamatan
Singkawang Tengah, Kecamatan Singkawang Timur dan Kecamatan Singkawang Barat capainnya masih dibawah 85%. Cakupan pemberian vitamin A balita di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
83
84
77.06
75.66
2012
2013
58.48
2009
2010
2011
Sumber: Laporan distribusi vitamin A puskesmas
61
Pemberian tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama masa kehamilannya, telah diuraikan pada bagian A nomor 1 mengenai pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) pada bayi yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin, merupakan urusan wajib yang harus dilakukan sebagai salah satu pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskin. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari. Pada tahun 2010 bayi BGM dari keluarga miskin yang mendapat MP ASI sebanyak 13 orang. Di samping itu, urusan wajib lainnya adalah cakupan perawatan terhadap balita dengan gizi buruk. Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 terdapat 6 balita dengan gizi buruk, semua balita tersebut telah mendapatkan perawatan sesuai standar C.
PENYELENGGARAAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG Penyelenggaraan kesehatan rujukan dan penunjang dalam petunjuk teknis SPM dari Departemen Kesehatan, meliputi akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dan neonatus, bumil resiko tinggi/komplikasi yang tertangani dan neonatus risti/komplikasi yang tertangani. Pada tahun 2013, ibu hamil dengan resiko tinggi ini yang ditemukan sejumlah 490 orang (54,3%) dari perkiraan/estimasi ibu hamil resiko tinggi. Perkiraan ini berdasarkan perhitungan 20% dari jumlah 4.508 orang ibu hamil yaitu 902 orang (Depkes), sedang tahun 2012 ditemukan 495 orang (50,3%), sedang tahun 2011 ditemukan 255 orang (32,51%), tahun 2010 ditemukan sejumlah 368 orang (59%), tahun 2009 ditemukan sejumlah 380 orang (46,26%), dan tahun 2008 ditemukan sebanyak 257 orang (25,89%). Angka tahun 2013 menurun dibandingkan dengan tahun 2012. Target 2013 adalah 80%
62
ibu hamil resiko tinggi terdeteksi dan ditangani agar upaya pencegahan resiko yang lebih besar dapat segera diatasi. Cakupan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2013
No
Kecamatan
Jumlah Bumil Risti (Perkiraan = 20% dari Jumlah Ibu Hamil)
Jumlah
%
Jumlah
1.045
209
167
79,9
41
28,7
535
107
75
70,1
21
28,8
1.373
275
153
55,7
78
41,7
93
52
56,0
23
36.5
Jumlah Ibu Hamil
Bumil Risti/Komplikasi Yang Ditemukan
Bumil Risti/Komplikasi Yang Ditangani %
1
Skw Selatan
2
Skw Utara
3
Skw Tengah
4
Skw Timur
464
5
Skw Barat
1.091
218
43
19,7
24
16,1
4.508
902
490
54,3
187
30,4
Kota Singkawang
Laporan PWSKIA Puskesmas
Semua ibu hamil dengan resiko tinggi/komplikasi yang ditemukan telah ditangani oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013. Target yang ingin dicapai adalah 80% ibu hamil resiko tinggi terdeteksi dan ditangani agar upaya pencegahan resiko yang lebih besar dapat segera diatasi. Jumlah neonatal resiko tinggi yang ditemukan pada tahun 2013 sebanyak 187orang. tahun 2012 sebanyak 149 orang Sedangkan pada tahun 2011 tidak ada data. D.
PENYELENGGARAAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 1.
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan gizi buruk Pada tahun 2013 tidak terjadi KLB seperti hal nya pada tahun 2009 yaitu terjadi KLB penyakit Demam Berdarah Dengue. Peningkatan jumlah penderita DBD sebanyak 6 kali lipat dibanding pada kasus tahun 2008. Penanganan balita dengan gizi buruk pada tahun 2013 sebanyak 6 orang seperti telah diuraikan pada bagian B 2
63
mengenai pelayanan gizi di atas. Di empat wilayah puskesmas masih ditemukan penderita gizi buruk. Jumlah penderita gizi buruk tertinggi di Puskesmas Singkawang Selatan 2 orang dan Timur sebanyak 2 orang, Puskesmas Singkawang Utara 1 orang dan Barat sebanyak 1 orang, disamping hal-hal di atas, survei-lans juga dilakukan terus menerus secara aktif, baik di rumah sakit maupun di puskesmas, yang hasil-nya dilaporkan melalui formulir W2. 2.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio Pada
tahun
2013 tidak ditemukan kasus
Acute
Flacid Paralysis
(AFP) hal ini lebih menurun bilan dibandingkan dengan tahun 2012 ada 3 (tiga) kasus penderita
penyakit
Acute
Flacid Paralysis (AFP)
tahun 2011 ditemukan 1 (satu) penderita penyakit Acute Flacid Paralysis (AFP) di kecamatan Singkawang Timur, dan pada tahun 2010 ditemukan 5 (lima) penderita, yaitu 2 (dua) di Singkawang Selatan dan 3 (tiga ) di Singkawang Utara, Kejadian ini merupakan hasil upaya pencarian penderita AFP secara rutin yangdilaksanakan melalui surveilans aktif baik di wilayah kerja puskesmas maupun di rumah
sakit
selama
52
minggu.
Namun
hasil
konfirmasi
laboratorium menyatakan bahwa kasus tersebut bukan disebabkan oleh virus polio. 3.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC Dalam
upaya
menurunkan
prevalensi
penyakit
TBC,
telah
dilaksanakan berbagai kegiatan untuk menjaring (menemukan dan mengobati) penderita baru TB Paru BTA positif. Selain dilakukan penyuluhan bagi masyarakat, juga dilakukan on the job training bagi petugas puskesmas kelurahan sehingga lebih diharapkan akan mampu melakukan penjaringan suspect dalam bentuk promosi dan pemeriksaan sputum (fiksasi saja) dan lebih aktif mencari penderita. Di samping itu dilakukan juga sosia-lisasi kepada pihak pelayanan swasta yang selama ini belum tersentuh dengan program penanggulangan TBC dengan strategi DOTS. Hasil penemuan penderita
64
baru TB Paru BTA+ pada tahun 2013 sebanyak 203 orang. Angka penemuan penderita baru TB Paru BTA+ atau Case Detection Rate pada tahun 2013 sebanyak 48,56% sementara CDR yang ditargetkan adalah 75% dari perkiraan penderita yang ada (2,1 per 1000 penduduk). Angka ini sedikit menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 46,57%. Hasil pengobatan terhadap penderita yang ditemukan pada tahun 2012 (190) orang, dan dinyatakan sembuh adalah sebanyak 170 penderita (89,47%), angka kesembuhan ini menurun dibanding dengan th 2012 yaitu 182 penderita (90,1%).
Penderita TB Paru BTA + yang ditemukan dan diobati di kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No
Penderita TB Paru BTA + yang ditemukan dan diobati 2009 2010 2011 2012 2013
Kecamatan Jml
CDR Jml %
CDR %
Jml
CDR %
CDR Jml %
Jml
CDR %
1
Skw Selatan
16
19,3
18
4.6
8
8.79
12
12,63
13
13,40
2
Skw Utara
37
80,7
25
6.4
12
25.5
25
52,08
25
50.0
3
Skw Tengah
46
52.4
64
16.4
71
58.7
45
36,29
83
65,35
4 5
Skw Timur Skw Barat
27 48
67 45
19 48
4.9 12.3
15 96
36.6 97
21 87
50,00 87,88
14 68
32,56 67,33
45
2184
45
202
50.6
190
Kota Singkawang 2183
46,57 203 48,56
Sumber: Laporan TB puskesmas
Hasil pengobatan Penderita Baru TB Paru BTA + di kota Singkawang tahun 2009 – 2012 Penderita Baru TB Paru BTA Positif yang sembuh No
Sarana Pelayanan
2009
Jlh
%
2010
Jlh
%
2011
Jlh
%
2012
Jlh
%
1
Pusk. Skw Selatan
10
62.5
14
77,78
7
87,50
8
66,67
2
Pusk.Skw Utara
3
Pusk.Skw Tengah
34 44
94.4 95.7
24 61
96 95,31
12 65
100 91,55
22 42
88 93,33
4
Pusk.Skw Timur
25
92.6
17
89,47
13
86,67
20
95,24
5
Pusk.Skw Barat RSU St.Vincentius
46
97.9
46
95,83
85
88,54
78
89,66
159
92.4
162
93,10
182
90,10
182
89,47
6
Kota Singkawang
Sumber: Laporan TB puskesmas
65
4.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit Diare Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare dilakukan pengobatan
kepada
seluruh
penderita
datang
untuk
mencari
pengobatan dan juga dengan melakukan pelacakan kasus (surveillance), dengan tujuan untuk mengantisipasi kemungkinan akan terjadinya KLB (outbreak) diare.
5.
Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue
(DBD),
telah
dilakukan
kegiatan
PE
(penyelidikan
epidemiologis) dan fogging focus di lokasi kejadian. Di samping itu juga dilakukan penyuluhan mengenai upaya-upaya pencegahan penyakit ini pada seluruh kelurahan / desa yang ada serta abatisasi selektif pada lokasi-lokasi yang terdapat jentik nyamuk Aedes Aegypti. 6.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta, upaya yang dilakukan yaitu melakukan kegiatan chase survey dan school survey. Pada tahun 2013 kegiatan ini secara khusus tidak dilakukan berhubung keterbatasan anggaran dinas kesehatan.
7.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penanggulangan IMS dan HIV/AIDS adalah: Sero survey dengan sasaran kelompok resiko tinggi dan yang dijangkau adalah kelompok PSK dan pramuria karaoke.
66
Pengobatanselektif diberikan kepada para penderita penyakit kelamin (sifilis danGO) dari hasil sero survey dan dilakukan penyuluhan kepada semua PSK dan pramuria karaoke. Kegiatan lain berupa penyuluhan dan promosi kondom kepada kelompok resiko tinggi, serta sosialisasi kepada stakeholder (dinas/instansi terkait, tokoh masyarakat dan tokoh agama).
8.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kecacingan Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan siswa sehingga dapat mengikuti proses belajar dengan lebih baik. Upaya seperti ini harus dilakukan setiap tahun agar siswa selalu berada dalam tingkat kesehatan yang baik. Agar terbebas dari cacingan, perlu pemeriksaan tinja berkala di laboratorium. Bila ada telur cacing, baru minum obat cacing. Kebersihan diri juga perlu ditingkatkan oleh masing-masing siswa, orang masih bisa cacingan lagi
bila
tidak
menjaga
kebersihan
diri,
makanan,
maupun
lingkungan-nya, atau tanpa sengaja makan makanan atau minuman yang tercemar telur cacing. Meski cacingan tidak mematikan, dalam jangka panjang dapat menurunkan derajat kesehatan. E. PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR 1.
Pelayanan kesehatan lingkungan Pelayanan
kesehatan
lingkungan
merupakan
sebuah
upaya
pencegahan terjadinya penyakit yang dapat ditularkan melalui air, keadaan rawan air bersih, keadaan lingkungan hidup serta keadaan sosial
ekonomi.
dilaksanakan
Pelayanan
adalah
kesehatan
pembinaan
lingkungan
terhadap
yang
institusi
telah sarana
kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana perkantoran
67
dan
sarana
umum
pemeriksaan
lainnya.
kualitas
air
Di
samping
bersih
dalam
itu
juga
bentuk
dilakukan
pemeriksaan
bakteriologis dan kualitas kimia air bersih. Untuk pembinaan kesehatan lingkungan institusi, telah dilakukan terhadap sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, sedang untuk sarana perkantoran dan sarana umum lainnya belum dapat dilakukan pembinaan karena tidak adanya dana operasional. Institusi yang ada dan dibina kesehatan lingkungannya di kota Singkawang tahun 2013
No
Kecamatan
1 Skw Selatan 2 Skw Utara 3 Skw Tengah 4 Skw Timur 5 Skw Barat Kota Singkawang
Jumlah Institusi yang ada 149 74 140 95 213 671
Institusi yang dibina Jumlah % 50 12 34 28 69 193
33,6 16,2 24,3 29,5 32,4 28,8
Sumber : Seksi PL Institusi : Sarana Kesehatan, Sarana Pendidikan, Sarana Ibadah, Perkantoran.
Persentase institusi dibina sarana kesehatan lingkungannya per wilayah kerja puskesmas di kota Singkawang tahun 2009 – 2013 No
Kecamatan
1
Skw Selatan
2
2009
Cakupan (%) 2010 2011 2012
Skw Utara
64.9 49.30 66.67 85.51
74.50 100.
3
Skw Tengah
39.85 39.67
39.10
4
Skw Timur
57.27 67.29
36.36
5
Skw Barat
49.74 49.07
Kota Singkawang
56.01 54.21
2013
69.59
62,43 52,17 28,57 37,37 66,51
33,56 16,22 24,29 29,47 32,39
62.82
52,71
28,76
Sumber: Seksi PL
68
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan lain, adalah pembinaan kesehatan
lingkungan
perumahan.
Data
yang
dikumpulkan
berkaitan dengan hal ini adalah mengenai adanya jamban , pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah. Pada tahun 2013, diharapkan 80% rumah sudah memenuhi syarat kesehatan Rumah yang ada, diperiksa dan Kategori Rumah Sehat di kota Singkawang tahun 2013 No
1 2 3 4 5
Rumah
Kecamatan
Skw Skw Skw Skw Skw
Selatan Utara Tengah Timur Barat
Kota Singkawang
Jumlah
Diperiksa
% diperiksa
Sehat
% Sehat
9.793 5.099 12441 4990 9270
331 145 105 296 286
3,4 2,8 0,8 5,9 3,1
154 127 97 183 274
46,5 87,6 92,4 61,8 95,8
41593
1163
2,8
835
71,8
Sumber: Seksi PL
Persentase Rumah Sehat Per Wilayah Kerja Puskesmas Di Kota Singkawang Tahun 2009 – 2013 Cakupan (%) No Kecamatan
2009
2010
2011
Sehat
Diperi ksa
Sehat
Diperi ksa
3.59
24.33
4.79
3.25
0
12.09
37.7
3.12
44.23
3
Skw Utara Skw Tengah
0.88
76
0.40
4
Skw Timur
5.51
44.98
5
Skw Barat
Kota Singkawang
1 2
Skw Selatan
Diperi ksa
2012
Sehat
Diperi ksa
Sehat
61,74
6.51
2,53 55.38 3,08
87.23
0.23
85.19 0,61
93,75
3.25
38.56
2.81
11.99 99.34
6.69
98.32
6.39 70.83
3.49
56.77
2013 Diperi ksa
Sehat
3,38 2,84
46,53
92,38
48.87 6,14 58,85
0,84 5,93
61,82
6.13
99.82
68,00
3,09
95,80
2.64
78.83 1,84 65,00
2,80
71,80
0
0,47
64,38
87,59
Sumber: Laporan kesling puskesmas
Pada tahun 2013 persentase rumah sehat di Kota Singkawang adalah 71,80% dan meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 65,00%. Tahun 2011 yaitu 78,83%. Pada th 2013 ditargetkan 80% rumah yang diperiksa sudah memenuhi syarat kesehatan 69
2. Pelayanan Pengendalian Vektor Pelayanan pengendalian vektor dilaksanakan dengan melakukan pemantauan angka bebas jentik di rumah-rumah penduduk, sekolah dan tempat-tempat umum. Kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan pada seluruh rumah penduduk, sekolah dan tempattempat umum karena memerlukan dana yang cukup besar. Sesuai dengan standar, pemeriksaan jentik nyamuk harus dilakukan sebanyak 4 cycle pada tempat/rumah yang menjadi sampel. Jadi tidak hanya 1 kali saja, karena tidak akan menghasilkan gambaran keadaan yang sebenarnya. Target yang ditetapkan Departemen Kesehatan untuk tahun 2013 adalah 95% rumah bebas jentik nyamuk. Dari data tahun-tahun sebelumnya, tampak masih rendahnya angka bebas jentik di Kota Singkawang, sehingga tidaklah mengherankan bila penyakit demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, seharusnya dana operasional untuk melakukan pembinaan dan pemeriksaan selalu tersedia. Tersedianya dana bukan berarti bahwa penyakit DBD akan langsung hilang, karena menjaga kebersihan rumah merupakan tanggung jawab masyarakat sendiri, dan pihak kesehatan
menolong
memperlihatkan
keadaan
yang mungkin
menjadi masalah dengan melakukan pemeriksaan jentik nyamuk, serta menyediakan abate yang manfaat penggunaannya sangat tergantung dari disiplin dan cara pemakaian yang tepat oleh masyarakat.
Pada
tahun
2013,
kegiatan
pemantauan
jentik
dilakukan pada sebagian rumah penduduk, untuk sekolah dan tempat-tempat umum tidak ada laporan dari Puskesmas. Angka bebas jentik (ABJ) ) pada tahun 2013 untuk rumah adalah 53,8% sekolah dan tempat-tempat umum tidak ada data. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 dimana ABJ rumah adalah 75,2%. Akan tetapi bila kita bandingkan cakupan ABJ dengan kasus DBD, maka agak sedikit menurun dimana tahun 2013 kasus DBD sebanyak 39 kasus dan tahun 2012 sebanyak 92 kasus dan tahun 2011 sebanyak 36 kasus. 70
Hasil kegiatan pemantauan jentik nyamuk Aedes Aegypti per wilayah kerja puskesmas di Kota Singkawang tahun 2013 Rumah No 1 2 3 4 5
Kecamatan Skw Skw Skw Skw Skw
Jumlah Diperiksa
Sekolah
%
Bebas Jentik
ABJ (%)
ABJ (%)
TTU ABJ (%)
Selatan Utara Tengah Timur Barat
9.793 5.099 12.411 4.990 9.270
400 700 600 500 400
4,1 13,7 4,8 10 4,3
298 212 600 248 40
74,5 30,3 100 49,6 10
tad tad tad tad tad
tad tad tad tad tad
Kota Singkawang
41.593
2.600
6,3
1.398
53,8
tad
tad
Sumber: Seksi PL
Hasil kegiatan pemantauan jentik nyamuk Aedes Aegypti di lingkungan rumah per wilayah kerja puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 Cakupan (%) No Kecamatan
2009
2010
Diperi ksa
Bebas Jentik
Diperi ksa
2011 Bebas Jentik
2012
Diperi ksa
Bebas Jentik
Diperi ksa
2013 Bebas Jentik
Diperi ksa
Bebas Jentik
1
Skw Selatan
41.57
62.04
4.79
62.75 41.33
62.04
4,0
79,1
4,1
74,5
2 3
Skw Utara Skw Tengah
22.34 45.98
23.75 35.08
8.71 8.18
66.44 6.71 22.04 19.33
13.73 72.65
5,6 17,7
76,1 69,5
13,7 4,8
30,3 100
4
Skw Timur
20.6
81.72
4.24
88.50 21.14
79.40
21,1
79. 0
10,0
49,6
5
Skw Barat
38.43
65.07
6.35
52.57
52.57
4,5
91,8
4,3
10
Kota Singkawang 37.33
52.11
6.62
47.85 19.71
64.69
10,6
75,2
6,3
53,8
6.35
Sumber: Seksi PL
3. Pelayanan higiene sanitasi tempat-tempat umum Tempat-tempat
Umum
(TTU)
adalah
suatu
tempat
yang
dimanfaatkan oleh masyarakat umum seperti hotel, terminal, pasar, pertokoan, depot air isi ulang, bioskop, jasa boga, tempat wisata, kolam renang, tempat ibadah, restoran dan lain lain. Pelayanan higiene sanitasi dilakukan dalam bentuk pembinaan dan
71
pemeriksaan oleh petugas puskesmas untuk mengetahui dan menginformasikan apakah higiene sanitasinya memenuhi syarat kesehatan.
Tempat
umum
yang
memenuhi
syarat
adalah
terpenuhinya akses sanitasi dasar (air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor, higiene sanitasi makanan minuman, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria, persyaratan dan atau standar kesehatan. Kemampuan puskesmas dalam melakukan pemeriksaan tempat-tempat umum (TTU) dan tempat pengolahan makanan (TPM), serta kondisi kesehatan tempat-tempat tersebut pada tahun 2009 sampai dengan 2012, tergambar pada tabel berikut ini : Cakupan pemeriksaan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) danproporsi yang memenuhi syarat kesehatan per wilayah kerja puskesmas di Kota Singkawang tahun 2010 – 2013 Cakupan (%) No
Kecamatan
2010
2011
2012
Diperiksa
Sehat
Diperiksa
Sehat
Diperiksa
2013 Sehat
Diperiksa
Sehat
1
Skw Selatan
4.83
70
17.74
42.05
tad
tad
47,26
81,05
2
Skw Utara
25.00
100
43.03
79.41
tad
tad
54,48
85,88
3
Skw Tengah
2.07
100
25.56
97.6
tad
tad
54,80
73,2
4
Skw Timur
66.66
36
31.17
37.73
tad
tad
22,00
50
5
Skw Barat
25.24
75
35.76
97.08
tad
tad
24,80
70,97
16.21
67.3
28.34
81.3
tad
tad
43,54
76,97
Kota Singkawang
Sumber: Laporan kesling puskesmas
F.
PENYELENGGARAAN PROMOSI KESEHATAN Upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dapat dilihat dari bermacam indikator. Salah satunya adalah indikator perilaku dan peran serta masyarakat. Indikator ini dapat diukur melalui antara lain dari persentase posyandu purnama dan mandiri. Posyandu purnama th 2013 ada 8,70 %, tahun 2012 ada 11,59 % tahun 2011 ada 8,2 %
72
Target yang ditetapkan Departemen Kesehatan untuk tahun 2013 adalah 25% posyandu purnama dari seluruh posyandu yang ada. Pada tahun 2013 posyandu mandiri 2,90%, pada tahun2012, ada 0,72 % serta tahun 2011 yaitu 1,49%. Keadaan ini perlu mejadi perhatian khusus, karena kegiatan Posyandu merupakan representasi dari peran serta masyarakat di bidang kesehatan. Oleh karena itu, harus tetap dipacu dan dimotivasi dengan melibatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk mengembalikan peran serta masyarakat tersebut melalui kegiatan Posyandu. Hal ini selaras dengan program pemerintah pusat melalui Kementrian Kesehatan yang sejak
tahun
2009
telah
mencanangkan
gerakan
“Ayo
Kembali
ke
Posyandu”. Tingkat perkembangan posyandu di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
2009 Mandiri 0%
Pratama 3%
Purnama 20%
Madya 77%
2010 Mandiri 1% Pratama 9%
Purnama 13%
Madya 77%
73
2011 Mandiri 2% Pratama 8%
Purnama 8%
Madya 82%
2012 Mandiri 1% Pratama 7%
Purnama 12%
Madya 80%
2013 Purnama 9%
Mandiri 3%
Pratama 3%
Madya 85%
Sumber : Laporan PSM Puskesmas
74
Persentase posyandu purnama dan mandiri per wilayah kerja puskesmas di Kota Singkawang th 2010 – 2013 2010 Purna ma Mandiri
2011 2012 2013 Purna Purna Purna ma Mandiri ma Mandiri ma Mandiri
No
Puskesmas
1
Skw Selatan
21
0
0.00
3.45
16,67
3.33
13.33
3.33
2
Skw Utara
32
0
30.43
0.00
30.43
0.00
30.43
0.00
3
Skw Tengah
0
0
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4
Skw Timur
10
0
10.53
0.00
10.00
0.00
0.00
15.00
5
Skw Barat
14
4.5
9.39
4.55
9.09
0,00
4.55
0,00
13
0.7
8.21
1.49
11,59
0,72
8.70
2.90
Kota Singkawang
Sumber: Laporan PSM puskesmas
Indikator perilaku hidup sehat lain yang digunakan dalam Standard Pelayanan Minimal adalah desa/kelurahan yang mengkonsumsi garam beryodium.
Pada
desa/keluarahan
tahun yang
2009,
telah
mengkonsumsi
dilakukan garam
survey
beryodium
pada di
25
desa/kelurahan, dengan hasil 10 desa/kelurahan telah mengkonsumsi garam beryodium baik (40%) sejak tahun 2010 s/d 2013 tidak pernah dilakukan survey sehingga tidak ada data tentang cakupan masyarakat yang
mengkonsumsi
garam
beryodium.
Tidak
dilakukan
survey
ini
disebabkan keterbatasan anggaran yang ada. Indikator perilaku sehat lain yang digunakan dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah indikator rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mendapatkan gambaran mengenai rumah tangga sehat ini dilakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Survei ini di Kota Singkawang dilaksanakan pada tahun 2005, tahun 2006 survei tidak dilakukan, tahun 2007, 2008 dan 2009 selalu dilaksanakan. Tahun 2009 berdasarkan hasil survei terhadap 1.050 rumah tangga, 103 rumah tangga (9,81%) berada pada klasifikasi IV atau telah menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi 10 indikator yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, ikut serta dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat atau asuransi kesehatan, tidak ada anggota keluarga yang merokok, melakukan aktifitas fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, 75
menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, mempu-nyai sumber air bersih, ada kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah. Pada tahun 2011 berdasarkan hasil survei terhadap 1.050 rumah tangga, 255 rumah tangga (24,3%) berada pada klasifikasi IV atau telah menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi 10 indikator. Untuk tahun 2010 tidak dilakukan survey. Target Departemen Kese-hatan tahun 2011 adalah 65%, jadi Kota Singkawang masih belum mendekati target yang ditentukan. Perilaku hidup sehat juga dapat dilihat dari pemberian ASI eksklusif pada bayi. ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain. Target pemberian ASI eksklusif dari Departemen Kesehatan untuk tahun 2013 adalah 80% artinya 80% dari bayi yang berumur sampai dengan 6 bulan menerima ASI saja. Dengan demikian bayi yang umurnya masih di bawah 6 bulan, meskipun hanya memperoleh ASI saja, belum dapat dimasukkan dalam perhitungan indikator ini. Pada tahun 2013 pemberian ASI eksklusif mencapai 23,4%. Capaian ini meningkat dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 6,4%, Capaian tahun 2013 masih jauh dari target yang ditetapkan. Upaya pemberian ASI eksklusif ini masih harus terus digalakkan agar bayi mempunyai kekebalan tubuh yang baik terhadap berbagai penyakit dan dapat tumbuh kembang dengan baik G.
PENYELENGGARAAN
PENCEGAHAN
DAN
PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (P3NAPZA). Indikator untuk penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan NAPZA dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah dengan melakukan penyuluhan pencegahan dan penanggulangan NAPZA dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Sejak tahun 2006 -
2013, tidak ada data tentang kegiatan penyuluhan pencegahan dan penanggungan NAPZA. 76
H. PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Ada 3 (tiga) indikator minimal yang digunakan untuk melihat penyelenggaraan pelayanan penyediaan obat yaitu ketersediaan obat sesuai kebutuhan, ketersediaan obat esensial dan ketersediaan obat generik Ketersediaan obat sesuai kebutuhan adalah ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten
/Kota
di
satu
wilayah
pada
kurun
waktu
tertentu.
Ketersediaan obat pada tahun 2013 mencapai 84,15% terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai 88,31% tahun 2011 mencapai 90,34% dari kebutuhan. Pengadaan obat esensial adalah pengadaan obat yang paling banyak diperlukan oleh suatu populasi, untuk pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Pengadaan obat generik adalah pengadaan item obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya, untuk pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota. Ketersediaan obat generik pada tahun 2013 mencapai 89%, terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai 91,25%Ketersediaan tahun 2011 mencapai 92,59%. Penurunan capaian tersebut juga berkaitan dengan masalah anggaran. Ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013 Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
Ketersediaan obat sesuai kebutuhan
99,24
101,82
90.34
88.31
84.15
Pengadaan obat esensial Pengadaan obat generik
100 98,57
100 98,91
99 92.59
90.72 91.25
91 89
Sumber: LPLPO puskesmas (diolah)
77
I. PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA Tahun 2013, tidak ada bencana yang melanda Kota Singkawang baik dalam bentuk banjir, tanah longsor, gempa bumi maupun bencana alam lainnya. J.
PELAYANAN BAGI MASYARAKAT MISKIN Pelayanan
yang
diberikan
kepada
masyarakat
miskin
meliputi
pelayanan kesehatan dasar seperti pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan pengobatan yang dilakukan di rumah sakit, puskesmas, maupun di posyandu, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut di rumah sakit. Pada tahun 2013 terdapat 49.676 jiwa orang yang mendapat kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dan telah memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di Puskesmas dan rawat inap di puskesmas perawatan. Sedangkan bayi BGM dari keluarga miskin yang telah mendapatkan MP-ASI ada 204 orang. Data terperinci mengenai jenis pelayanan yang diberikan, seperti antara lain jenis penyakit yang diderita oleh keluarga miskin, keadaan kesehatan lingkungan dimana mereka tinggal dan sebagainya, belum tersedia. Oleh sebab itu perlu dibuat register khusus di puskesmas yang mencatat semua keadaan morbiditas dan mortalitas keluarga miskin, sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat. K.
PELAYANAN KESEHATAN KERJA Pelayanan kesehatan kerja adalah suatu upaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat pekerja, baik berupa kegiatan peningkatan/ promotif kesehatan kerja, pencegahan/ preventif dan penyembuhan/kuratif penyakit akibat kerja (PAK) dan atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK), serta pemulihan/rehabilitatif penyakit PAK dan PAHK yang dilakukan oleh institusi pelayan kesehatan di satu wilayah kerja tertentu. melakukan
pekerjaannya
Pekerja formal adalah tenaga kerja yang pada
suatu
instansi/unit
usaha
yang
78
mempunyai izin dan terstruktur seperti karyawan, pemerintah /
BUMN / TNI / Kepolisian, karyawan perusahaan baik berskala besar, menengah, dan kecil yang mempunyai izin usaha. Cakupan pelayanan kesehatan kerja adalah pekerja formal yang memperoleh pelayanan kesehatan kerja baik kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai standar di satu wiayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 tidak ada data pelayanan
kesehatan
pada
pekerja
formal.
Tidak
adanya
data
pencapaian ini perlu dipengkajian lebih dalam dikarena format SP2TP sudah mengakomudir untuk mencatat hasil kegiatan pelayanan kesehatan pada pekaerja, walaupun masih terbatas pada pelayanan yang bersifat umum. Pada tahun 2009 untuk program kesehatan kerja dikembangkan pelayanan kesehatan pada pekerja informal. Pekerja informal adalah mereka yang bekerja di sektor informal, yang menurut penafsiran terhadap UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah mereka yang bekerja di luar hubungan kerja, yang berarti tidak ada perjanjian kerja yang mengatur unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Pekerja sektor ini seperti, buruh, pekerja di industri rumah tangga, pedagang kecil, dll. Pengembangan kesehatan kerja pada pekerja informal bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada pekerja yang biasanya tidak mendapat jaminan pelayanan kesehatan apabila menderita sakit. Pada tahun 2013, sudah dibentuk 19 Pos Usaha Kesehatan Kerja (Pos
UKK) di lokasi industri kecil di Kota Singkawang. Berlokasi Puskesmas Puskesmas Singkawang Tengah sebanyak 6 Pos UKK, Puskesmas
Singkawang Barat 3 pos UKK, Puskesmas Singkawang Selatan 4 Pos UKK, Puskesmas Singkawang Timur 4 Pos UKK dan Puskesmas Singkawang Utara 5 Pos UKK. Kesemua Pos UKK ini langsung dibina oleh petugas Puskesmas masing-masing yang telah dilatih program Upaya Kesehatan Kerja (UKK). Agar pelayanan kesehatan kerja dapat dilakukan sesuai standar dan meliputi semua baik pekerja formal maupun informal, maka harus dilakukan pengembangan Upaya Kesehatan Kerja (UKK) terhadap 79
puskesmas,
lintas
sektor
terkait
(Perindustrian,
Tenaga
Kerja,
Pertanian, Kelautan dll) dan terhadap pengusaha/pemilik usaha dan wakil pekerja formal dan informal L.
PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT Pra usia lanjut adalah seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun dan usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan penduduk usia lanjut (usila), telah dilakukan melalui 17 buah posyandu usila. Kegiatan tersebut selain dilaksanakan oleh puskesmas, juga dibantu oleh mahasiswa
Akademi
Perawat
Singkawang.
Cakupan
pelayanan
kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut adalah pra usia lanjut dan usia lanjut yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar yang ada pada pedoman, di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pra usila dan usila yang dapat dilayani pada tahun 2012 mencapai 10,63% untuk pra usila dan 28,43% untuk usila Secara keseluruhan mencapai 32,80%. Dibandingkan dengan tahun 2011 mencapai 10,63% untuk pra usila dan 28,43% untuk usila Secara keseluruhan mencapai 32,80%. Target yang ditentukan Departemen Kesehatan untuk tahun 2013 adalah 80%.
80
BAB
V
SUMBER DAYA KESEHATAN Pemanfaatan sumber daya kesehatan secara efektif dan efisien merupakan keharusan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Adanya keterbatasan sumber daya, sedang tuntutan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat - secara kuantitatif maupun kualitatif membuat perencanaan sumber daya menjadi sangat penting. Oleh sebab itu, sangat diperlukan informasi yang akurat untuk dapat melakukan perencanaan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengembangan sumber daya secara optimal. Sumber daya merupakan input bagi terselenggaranya proses pelayanan kesehatan menuju tercapainya output dan outcome yang diharapkan. Gambaran sumber daya kesehatan yang ada di Kota Singkawang pada tahun 2013 adalah sebagai berikut : A. TENAGA KESEHATAN Keberhasilan pembangunan di daerah khususnya di Kabupaten dan Kota sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan peran
aktif
masyarakat
sebagai
pelaku
pembangunan
tersebut.
Pengelolaan SDM Kesehatan khususnya perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan harus sesuai kebutuhan organisasi dan kebutuhan nyata di lapangan, serta berorientasi pada jangka panjang. Yang dimaksud dengan SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Sedangkan Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. 81
Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Pemantauan mengenai tenaga kesehatan yang ada merupakan hal yang mutlak untukdilaksanakan, sehingga dapat diketahui jenis tenaga yang jumlahnya cukup tapi penyebarannya tidak merata, atau jenis tenaga yang jumlahnya tidak mencukupi. Kegiatan seperti ini sesuai dengan jiwa desentralisasi, dimana daerah diharapkan mampu untuk melakukan analisis masalah tenaga kesehatan dan mengambil tindakan sesegera mungkin untuk mengatasinya. Salah satu yang menentukan kualitas rencana kebutuhan SDM adalah dukungan informasi tenaga yang akurat. Indikator di bawah ini dapat memberikan gambaran makro untuk mengetahui cukup atau tidaknya tenaga kesehatan yang tersedia dalam menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan. Metoda yang digunakan adalah “ratio method”, yaitu dengan membandingkan jenis tenaga tertentu terhadap penduduk. 1. Tenaga medis Tenaga medis meliputi dokter ahli, dokter umum dan dokter gigi.
Rasio seluruh tenaga medis per 100.000 penduduk pada tahun 2013 adalah 45,7. Keadaan ini menurun dibandingkan dengan tahun 2012 adalah 46,30. Keadaan tahun 2011 adalah 49,94 dan tahun 2010 dimana rasionya mencapai 45,09. Untuk dokter ahli rasio per 100.000 penduduk adalah 11,6, keadaan ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 11,3. Target tahun 2013 adalah 6 per 100,000 penduduk berarti rasio dokter ahli di Kota Singkawang
sudah
melampaui
target,
Namun
yang
perlu
diperhatikan adalah ketersediaan jenis spesilalisasi yang ada karena RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang
82
merupakan rumah sakit tipe B yang melayani rujukan dari Kabupaten Sambas dan Bengkayang. Untuk dokter umum rasionya mencapai 34,2 sedangkan tahun 2012 mencapai 35,0 sedangkan tahun 2011 mencapai 35,75,
Target tahun 2013 adalah 40 per
100,000 penduduk, berarti rasio dokter umum di Kota Singkawang masih belum mencapai target. Rasio dokter gigi terhadap 100.000 penduduk adalah 2,5 terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2012 Berarti pada tahun 2013 ada penurunan ketersediaan dokter gigi, sementara prevalensi penyakit gigi dan mulut menunjukkan adanya peningkatan (lihat bab II mengenai penyakit gigi dan mulut). Target tahun 2013 adalah 11 per 100,000 penduduk, berarti rasio dokter gigi di Kota Singkawang masih jauh dari target. Oleh karena itu pemikiran yang serius untuk benar-benar menambah dokter gigi dari jalur penerimaan CPNS maupun penerimaan tenaga PTT ataupun sejenisnya seperti tenaga dokter gigi kontrak dengan honor yang tinggi harus menjadi pertimbangan guna memenuhi tenaga di fasilitas
pelayanan
kesehatan
seperti
di
puskesmas
untuk
mengantisipasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi. 2. Tenaga farmasi Tenaga farmasi yang ada di Kota Singkawang terdiri dari apoteker dan sarjana farmasi (19 orang), dan tenaga berpendidikan D III farmasi dan asisten apoteker (49) orang. Rasio keseluruhan tenaga farmasi terhadap 100.000 penduduk adalah 34,18 terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2012
yang mencapai 30 hal ini sebenarnya terjadi karena
penambahan jumlah penduduk sedangkan jumlah tenaga farmasi juga berkurang.
83
3. Tenaga perawat Pada tabel 75 bagian lampiran dinyatakan bahwa tenaga perawat hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sarjana keperawatan, dan perawat yang meliputi (DI & DIII keperawatan dan lulusan SPK, dengan kata lain perawat gigi diklasifikasikan pada kategori perawat baik dengan jenjang setingkat DIII maupun setingkat SPK/SMA. Perawat yang ada di Kota Singkawang tahun 2013 berjumlah 575 orang. tahun 2012 berjumlah 595 orang. Pada tahun 2011 jumlah perawat adalah 583 orang, tahun 2010 jumlah perawat adalah
439 orang dan
pada tahun 2009 adalah 378 orang. Rasio perawat per 100.000 penduduk adalah 305 terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 306,48. Namun target tahun 2013 adalah 117,5 per 100,000 penduduk, berarti rasio tenaga perawat di Kota Singkawang sudah melewati target. Tenaga perawat terdiri dari sarjana keperawatan (43 orang atau 7,22%), perawat D I, D III dan perawat lulusan SPK (552 orang atau 92,77%,. Dengan jumlah perawat yang ada, maka setiap perawat harus melayani sekitar 328 orang, terjadi peningkatan beban kerja dibandingkan tahun 2011 yang harus melayani 326 orang. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Kota Singkawang. 4. Tenaga bidan Tenaga bidan yang ada pada tahun 2013 berjumlah 162 sama dengan tahun sebelumnya pada tahun 2012 berjumlah 162 orang, rasionya terhadap 100.000 penduduk adalah 84 tahun 2011 berjumlah 155 orang, dengan rasio 81,48, tahun 2010 berjumlah 137 orang, dengan rasio 73,53 dan tahun 2009 rasionya mencapai 65,14. Rasio bidan terhadap penduduk tahun 2013 ditargetkan adalah 100, berarti masih belum mencapai target yang ditetapkan. Bidan yang berpendidikan D III berjumlah 94 orang (57,66%) dari seluruh bidan yang ada, sedang sisanya adalah lulusan sekolah bidan atau perawat bidan. 84
Rasio bidan terhadap jumlah ibu hamil yang harus dilayani pada tahun 2013 adalah 3,59 per 100 ibu hamil. Rasio bidan terhadap jumlah ibu hamil yang harus dilayani pada tahun 2012 adalah 3,31 per 100 ibu hamil, tahun 2010 yaitu 2,91 dan tahun 2009 yaitu 2,26 Beban ini menurun, namun beban kerja tersebut masih ditambah dengan pekerjaan rutin lain seperti pemeriksaan bayi sehat maupun sakit 5. Tenaga gizi Tenaga gizi yang bekerja di Kota Singkawang pada tahun 2013 berjumlah 45 orang, pada tahun 2012 berjumlah 43 orang, tahun 2011 berjumlah 44 orang, tahun 2010 yang berjumlah 46 orang dan tahun 2009 yang berjumlah 40 orang. Tenaga gizi tersebut terdiri dari tenaga berpendidikan S1 gizi sebanyak 1 orang, D I dan D III sebanyak 44 orang. Tenaga gizi yang bekerja di puskesmas berjumlah 20 orang yang menyebar di semua puskesmas
dengan
minimal
3
orang
tenaga
gizi,
bahkan
puskesmas Singkawang Selatan dan puskesmas singkawang Utara berjumlah 5 orang tenaga gizi. Rasio tenaga gizi terhadap 100.000 penduduk adalah 22,62 dan keadaan ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 Rasio tenaga gizi terhadap 100.000 penduduk adalah 22 dan keadaan ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 23,13. Target tahun 2013 adalah 20 per 100,000 penduduk, berarti rasio tenaga gizi di Kota Singkawang sudah memenuhi target yang diharapkan
85
6. Tenaga sanitasi Tenaga sanitasi yang bertugas di Kota Singkawang pada tahun 2013 berjumlah 8 orang terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2012
berjumlah 10 orang, tahun 2011 berjumlah 11
orang, tahun 2010 berjumlah 34 orang. Penurunan tenaga ini diakibatkan ada tenaga yang pindah ke kabupaten/kota lain. Rasio tenaga sanitasi per 100.000 penduduk adalah 4,02 tahun 2012 adalah 5,1 ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 5,78. Sedangkan target tahun 2013 adalah 40, berarti masih belum mencapai target yang diharapkan. Rasio tenaga sanitasi yang bekerja di puskesmas (5 orang) terhadap jumlah rumah yang harus dilayani adalah 1,16 per 10.000 rumah. Tahun 2012 rasio tenaga sanitasi yang bekerja di puskesmas (7 orang) terhadap jumlah rumah yang harus dilayani adalah 1,65 per 10.000 rumah, Dari perbandingan keadaan tahun 2012, tampak bahwa sebenarnya beban tenaga masih tinggi. Belum lagi faktor kurangnya biaya operasional untuk kesehatan lingkungan atau pemanfaatan tenaga sanitasi yang tidak sesuai dengan keahliannya. Di lain pihak, keadaan kesehatan lingkungan di Kota Singkawang masih berada dalam taraf yang belum memadai. 7. Tenaga kesehatan masyarakat Kota
Singkawang
memiliki
50
orang
tenaga
kesehatan
masyarakat, Rasio tenaga kesehatan masyarakat per 100.000 penduduk adalah 19,1. Dibandingkan dengan tahun 2012 Kota Singkawang memiliki 46 orang tenaga kesehatan masyarakat, Rasio tenaga kesehatan masyarakat per 100.000 penduduk adalah 19,0. tahun 2011 adalah 16,8 . Target tahun 2013 adalah 40 per 100,000 penduduk, berarti rasio tenaga kesehatan masyarakat di Kota Singkawang masih belum mencapai target yang diharapkan. 86
8. Tenaga teknisi medis Tenaga teknisi medis berjumlah 65 orang yang terdiri dari tenaga analisis laboratorium (49 orang), TEM dan penata rontgen (14 orang), penata anestesi (2 orang) dan fisioterapis (6 orang). Rasio tenaga teknisi medis per 100.000 penduduk adalah 32, 7. Dari 65 orang tersebut, 51 0rang (78,46%) di antaranya bekerja pada institusi kesehatan pemerintah dan sebanyak 14 orang (21,54%) bekerja di rumah sakit swasta. Semua puskesmas telah mempunyai analis laboratorium, namun kinerjanya masih harus terus ditingkatkan dengan dengan didukung oleh sarana dan manajemen yang memadai. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan tahun 2012, tenaga teknisi medis meningkat jumlahnya. Pada tahun 2012, tenaga teknisi medis berjumlah berjumlah 61 orang yang terdiri dari tenaga analisis laboratorium (41 orang), TEM dan penata rontgen (13 orang), penata anestesi (1 orang) dan fisioterapis (6orang) dan rasionya 28,3 per 100.000 penduduk 9. Proporsi tenaga menurut katagori Proporsi tiap jenis tenaga dibandingkan dengan seluruh tenaga yang bekerja di Puskesmas dan rasionya terhadap 100.000 penduduk di Kota Singkawang pada tahun 2010 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut :
87
Proporsi dan rasio terhadap 100.000 penduduk dari tiap jenis tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas di Kota Singkawang tahun 2010 – 2013 Jenis tenaga
Proporsi 2010 2011
Rasio per 100.000 pddk
2012
2013
2010
2011
2012
2013
Dokter umum 7,21 6.53 6.10 6.50 32.74 Dokter gigi 1,06 0.86 0.79 0.48 4.83 Perawat 51,89 55.95 27.58 54.97 235.6 Bidan 16,19 14.88 23.07 15.49 73.53 Sanitasi 4,02 1.06 6.10 0.76 18.25 Gizi 5,44 4.22 5.57 4.30 24.69 Kefarmasian 7,09 6.33 7.15 6.50 32.21 Teknisi Medis 4,61 6.33 3.71 6.21 19.32 Kesehatan masyarakat 1,30 3.84 1.85 4.78 9.66
35.7 3.7 305 80. 5.3 22. 33. 31. 16.8
35. 2.6 305. 84. 5.1 22. 30. 28.3 19.
34.2 2.5 312 81 4.0 22 33 32.7 19.1
Sumber: Bagian Umum Dinas Kesehatan Kota Singkawang (diolah)
B. SARANA KESEHATAN Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Sarana yang telah ada harus tetap dipelihara sehingga dapat
beroperasi
dengan
baik,
agar
program
pembangunan
kesehatan masyarakat dapat terus dilaksanakan. Apabila aset ini hilang, maka mungkin sulit untuk membangunnya kembali dalam waktu singkat, dan sebagai akibatnya pelayanan kesehatan pada masyarakat
dapat
terganggu.
Dalam
rangka
pelaksanaan
desentralisasi, maka Daerah harus benar-benar dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan sarana pelayanan kesehatan ini dan untuk ini diperlukan adanya informasi yang rinci dan akurat untuk setiap sarana kesehatan yang ada.
88
1. Puskesmas, puskesmas kelurahan dan puskesmas keliling Puskesmas yang ada di Kota Singkawang berjumlah 5 buah, puskesmas kelurahan berjumlah 21 buah, puskesmas keliling roda empat berjumlah 7 buah. Untuk menilai kuantitas dan pemerataan fasilitas-fasilitas tersebut di atas bagi kepentingan masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat dari indikator di bawah ini: Proporsi puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas keliling terhadap penduduk di Kota Singkawang tahun 2010 s/d 2013 Indikator Puskesmas/Kecamatan Puskesmas Kelurahan/Puskesmas Puskesmas keliling/Puskesmas Puskesmas/100.000 penduduk Puskesmas Kelurahan/100.000 penduduk
Rasio 2010 1
Rasio 2011 1
Rasio 2012 1
Rasio 2013 1
4,20 1 2.68
4,21 1.4 2.62
4,20 1.4 2.57
4,20 1.4 2.51
11.27
11.03
10.80
10.55
Sumber: Subbagian umum Dinkes Singkawang (diolah)
Dari tabel di atas, tampak bahwa pada tahun 2013 rata-rata kecamatan telah mem-punyai 1 buah puskesmas dan setiap puskesmas dibantu oleh lebih dari 4 puskesmas kelurahan. Setiap puskesmas harus memberikan pelayanan pada rata-rata 39,784 penduduk, sedang 1 puskesmas kelurahan harus melayani rata-rata 9,472 penduduk.
2. Rumah sakit Kuantitas dan pemerataan fasilitas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus yang ada di Kota Singkawang pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:
89
Kuantitas dan pemerataan fasilitas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013
Nilai Indikator
2009
Jumlah rumah sakit umum Jumlah tempat tidur RSU Rasio tempat tidur RSU/100.000 penduduk Jumlah rumah sakit khusus (RSK) Jumlah tempat tidur RSK Rasio tempat tidur RSK/100.000 penduduk
4 407
2010 4 417
2011 4 449
2012 4 401
2013 4
223 2 505
223 2 472
236 2 505
206 2 505
244
276
253
265
259
352
486
2 700
Sumber: Subbagian umum Dinas Kesehatan Kota Singkawang (diolah)
Dari tabel di atas, Pada tahun 2013, terdapat 4 buah rumah sakit umum dengan jumlah tempat tidur sebanyak 486. Jumlah rumah sakit khusus terdapat 2 buah dengan jumlah tempat tidur 700.
C.
PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan pembangunan kesehatan Kota Singkawang tahun 2013 berasal dari dana pemerintah dan bantuan luar negeri. Anggaran yang bersumber dari pemerintah berasal dari APBN dan APBD Kota Singkawang, sedang, bantuan luar negeri diperoleh
melalui
dana
GFATM
(Global
Fund
for
AIDS,
Tuberculosis and Malaria), dari United Nation Population Fund (UNFPA) untuk kesehatan reproduksi. Jumlah keseluruhan anggaran ini adalah Rp 63.805.635.141,- Terjadi penurunan anggaran bila dibangdingkan dengan tahun 2012 sejumlah
Rp
89.214.809.422,Bila dibandingkan dengan total APBD Kota Singkawang,
dengan anggaran kesehatan dari berbagai sumber ini mempunyai proporsi sebesar 8,75%. Terjadi penurunanan bila dibandingkan dengan tahun 2012 mempunyai proporsi sebesar 13,6 %.
90
Proporsi anggaran kesehatan Kota Singkawang tahun 2013 berdasarkan sumber anggaran APBD Prov 0%
APBN 4%
PHLN 1%
APBD 95%
Sumber: Subbagian keuangan DinKes Singkawang (diolah)
Sumber anggaran kesehatan di Kota Singkawang tahun 2013 Sumber APBD Kota APBD Provinsi APBN - Jamkesmas ( Bansos ) - Jampersal ( Bansos )
Proporsi (%)
Jumlah (Rp) 60.673.000.641 0
95,09 0,00
2.692.450.000 1.254.250.000
4,22 1,97
830.000.000
1,30
608.200.000 0
0,95 0,00
440.184.500
0,69
63.805.635.141 729.176.683.168
100
- BOK ( Bantuan Operasional Kesehatan ) APBNP PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) HIV-AIDS/UNFPA/GAVI/TB PARU Jumlah TOTAL APBD KAB/KOTA % APBD kes thd total APBD
8.32
% total anggaran kesehatan terhadap APBD
8,75
Sumber: Subbagian keuangan DinKes Singkawang (diolah)
91
BAB
VI
PENUTUP Kesehatan bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segala hal menjadi tidak ada artinya. Pada saat kita sakit, rasanya kita tidak menginginkan Pengalaman
apa
pun,
menderita
kecuali sakit
kesembuhan
adalah
atau
pengalaman
kesehatan. yang
tidak
menyenangkan karena itu untuk menjadi sehat diperlukan banyak upaya, bukan hanya sekedar sembuh dari sakit. Paradigma
lama
dalam
pembangunan
kesehatan
yang
berorientasi kepada sakit dan upaya-upaya untuk menyembuhkan orang sakit tidak dapat lagi dipertahankan karena mahal. Paradigma pembangunan kesehatan harus diubah menjadi Paradigma Sehat, yaitu paradigma yang berorientasi kepada sehat dan upaya-upaya untuk menjaga agar orang tetap sehat. Pada bab-bab terdahulu, telah diuraikan keadaan kesehatan masyarakat Kota Singkawang dan berbagai upaya yang telah dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkannya. Banyak keadaan telah menjadi lebih baik dan banyak hasil yang telah dicapai, tetapi juga masih
banyak
kekurangan
yang
terdapat ada
dan
kekurangan-kekurangan. upaya
meningkatkannya
Kekuranganmerupakan
tanggungjawab bersama. Bukankah kesehatan itu urusan bersama pemerintah dan masyarakat. Kendala yang ada tidak perlu membuat ragu atau bahkan untuk takut melangkah maju. Mengenali kendala yang menghadang berarti sudah
menyelesaikan
separuh
perjalanan
dan
berupaya
untuk
memperbaiki keadaan yang belum memadai akan membuat kita bergerak terus menuju tujuan yang ingin dicapai.
92
Semoga gambaran mengenai situasi kesehatan masyarakat di Kota Singkawang pada tahun 2013 yang telah diuraikan pada bab –
bab sebelumnya, dapat menjadi inspirasi dalam upaya meningkatkan
status kesehatan masyarakat secara lebih lebih terarah dan berkesinambungan, sehingga pada gilirannya dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Singkawang.
93
TABEL 24 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013 MALARIA PENDERITA NO
KECAMATAN
PUSKESMAS
1
2
3
TANPA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH
MENINGGAL
DENGAN PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH
CFR
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
SINGKAWANG SELATAN
SINGKAWANG SELATAN
0
0
0
61
0
0
0
#DIV/0!
#DIV/0!
0.0
2
SINGKAWANG UTARA
SINGKAWANG UTARA
0
0
0
4
0
0
0
#DIV/0!
#DIV/0!
0.0
3
SINGKAWANG TENGAH
SINGKAWANG TENGAH
0
0
0
17
0
0
0
#DIV/0!
#DIV/0!
0.0
4
SINGKAWANG TIMUR
SINGKAWANG TIMUR
5
0
5
13
0
0
0
0.0
#DIV/0!
0.0
5
SINGKAWANG BARAT
SINGKAWANG BARAT
0
0
0
0
0
0
0
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
5
0
5
0
0
0
0.0
#DIV/0!
0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK Sumber: P2 PL
0
0
95
0.0
0.0
0.48