perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN MEDIA CLAY DALAM PENGENALAN BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V-C Di SDLB NEGERI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/2016
Nama
: Putriananda Eka Pratiwi
NIM
: K5112058
Email
:
[email protected]
No. HP
: 08979864559
Pembimbing
: 1. Drs. Hermawan, M.Si 2. Priyono, S.Pd, M.Si
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SURAKARTA 2016 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
THE USE OF CLAY MEDIA IN INTRODUCING GEOMETRY TO IMPROVE FINE MOTOR SKILL OF GRADE V-C CHILD WITH MODERATE MENTAL RETARDATION IN SDLB NEGERI KARANGANYAR YEAR 2015/2016
Putriananda Eka Pratiwi, Hermawan dan Priyono Pendidikan Luar Biasa, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected] ABSTRACT Putriananda Eka Pratiwi. K5112058. THE USE OF CLAY MEDIA IN INTRODUCING GEOMETRY TO IMPROVE FINE MOTOR SKILL OF GRADE V CHILD WITH MODERATE MENTAL RETARDATION IN SLB NEGERI KARANGANYAR YEAR 2015/2016.Skripsi.Teacher Training and Education Faculty.SebelasMaret University. June 2016. The purpose of this research is to insvestigate the impact of using clay media in introducing geometry to fine motor skill improvement related to early writing skill performance of grade V-C child with moderate mental retardation in SDLB Negeri Karanganyar year 2015/2016. The research used quantitative approach with experimental study. The used experimental study was single subject research approach with A-B-A design. The subject of the research was one in five students with moderate mental retardation. The data was collected by test. The collected data was analyzed through descriptive statistic and formed in visual graph. The analyzed components were within condition and between condition analysis. The results showed that there was fine motor skill improvement in early writing performance. Based on DA’s performance found that the trend estimation was stable during baseline phase 1 with mean value of 42,2, increased during invervention phase witthe value of mean 58,8 and baseline 2 phase with mean value of 72,25.In conclusion, the use of clay media in introducing geometry can improve fine motor skill related to early writing skill performanceearly writing performanceof grade V-C child with moderate mental retardation in SDLB Negeri Karanganyar year 2015/2016. Keywords : clay media, introducing geometry,increase fine motor, early writing performance, moderate mental retardation
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN MEDIA CLAY DALAM PENGENALAN BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V-C Di SDLB NEGERI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/2016 Putriananda Eka Pratiwi, Hermawan dan Priyono Pendidikan Luar Biasa, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected] ABSTRAK Putriananda Eka Pratiwi. K5112058. PENGGUNAAN MEDIA CLAY DALAM PENGENALAN BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V-C Di SDLBNEGERI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/2016. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2016. Penelitian an ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media clay dalam pengenalan bangun datar terhadap peningkatan motorik halus yang terkait dengan kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita sedang kelas V-C di SDLB Negeri Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksprerimen.Pendekatan ekperimen yang digunakan adalah pendekatan Single Subject Research.Desain yang digunakan adalah rancangan A-B-A.Subjek penelitian merupakan satu dari lima siswa tunagrahita kelas V C SDLB Negeri Karanganyar.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu tes .Analisis data melalui statistik deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk grafik.Komponen komponen yang dianalisis yaitu analisis dalam dan antar kondisi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motorik halus yang terkait dengan menulis permulaan.Berdasarkan hasil belajar subjek DA diketahui bahhwa estimasi kecenderungan arah mendatar selama fase baseline 1 dengan hasil akhir mean sebesar 42,2, meningkat selama fase intervensi dengan mean akhir 58,8 dan meningkat lagi pada fase baseline 2 dengan hasil akhir mean 72,25.Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media clay dapat meningkatkan motorik halus yang berkaitan dengan menulis permulaan. Kata Kunci : Media clay, pengenalan bangun datar, peningkatan motorik halus, menulis permulaan, anak tunagrahita sedang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anak yang menempuh pendidikan di
PENDAHULUAN Terselenggarannya
pendidi-
kan di Indonesia telah dijamin seperti
SLB sangat beragam, salah satunya adalah anak tunagrahita sedang.
yang terdapat dalam Undang-Undang
Menurut Astati (1995 : 17)
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
anak
Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5
umumnya
ayat 2 yang menyatakan bahwa
mengerjakan sesuatu yang sederhana
“Warga Negara yang mempunyai
dan sifatnya rutin, bergaul dan
kelainan fisik, emosional, mental,
berkomunikasi dengan lingkungan
intelektual
terbatas.
dan
sosial
berhak
mendapatkan pendidikian khusus”. Penyelenggara khusus
seperti
tunagrahita dapat
Ada
sedang
pada
mengurus
diri,
diantara
anak
tunagrahita
sedang
yang
pendidikan
memperlihatkan
ciri
yang
disebutkan
berbeda dengan anak normal.
yang
fisik
diatas adalah Sekolah Luar Biasa
Perbedaan-perbedaan
(SLB). Sekolah Luar Biasa adalah
koordinasi motorik yang tidak baik,
sebuah lembaga pendidikan formal
kurang keseimbangan, tidak dapat
yang melayani pendidikan bagi anak-
mengucapkan
anak berkebutuhan khusus. Sebagai
sehingga
lembaga pendidikan SLB dibentuk
berkomunikasi, selanjutnya ahli lain
oleh banyak unsur yang diarahkan
juga berpendapat yang lebih luas dari
untuk mencapai tujuan pendidikan,
karakteristik
yang
Muhammad Efendi (2006:98) anak
proses
intinya
adalah
pembelajaran bagi peserta didik. SLB
kata
itu
adalah
dengan
kesulitan
diatas,
jelas dalam
menurut
tunagrahita sedang adalah anak yang
sebagai
lembaga
memiliki karakteristik :
formal
memiliki
(1) Cenderung memiliki kemampuan
jawab
untuk
berpikir konkrit dan sukar berpikir
mengakomodasi setiap kebutuhan
abstrak (2) Mengalami kesulitan
pendidikan anak-anak berkebutuhan
dalam
khusus,
Kemampuan sosialisasinya terbatas
pendidikan tanggung
sudah
banyak
bahwa karakteristik
diketahui
berkonsentrasi
(3)
(4) Tidak mampu menyimpan commit to user instruksi yang sulit (5) Kurang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mampu menganalisis dan menilai
abstrak
kejadian yang diamati (6) Kerap kali
pengetahuan tentang konsep, karena
diikuti gangguan artikulasi bicara.
berpikir memerlukan kemampuan
Kesimpulan pendapat
diatas,
dari
beberapa
bahwa
anak
tunagrahita sedang adalah anak yang
untuk
dan
kecakapan
keterbatasan motorik
dalam
halusnya,
terlepas
membayangkan
dari
atau
menggambarkan benda dan peristiwa yang secara fisik tidak selalu ada.
mempunyai hambatan dalam berpikir abstrak
tidak
Selain mengalami hambatan dalam
berpikir
tunagrahita
abstrak,
sedang
anak
mengalami
sehingga kemampuan yang bersifat
hambatan
akademik sangat kurang, namun
motoriknya sebagaimana disebutkan
masih dapat diberikan keterampilan
oleh N Kepart dalam Lerner (1988:
sederhana yang bersifat rutinitas
276)
Anak
tunagrahita
sedang
dalam
kesulitan
kemampuan
belajar
anak
tunagrahita sedang terjadi karena
yang disebut juga imbesil, kelompok
respon
yang memiliki IQ 51-36 pada skala
berkembang
binnnet dan 54-40 menurut sklala
motorik,
wescceler (WISC), karena memiliki
motorik anak tunagrahita sedang,
IQ yang rendah, anak tunagrahita
rendah dan kurang bervariasi.
sedang mengalami hambatan dalam
motorik
anak
kedalam
akibatnya
Larnet
tidak pola-pola
keterampilan
mengemukakan
berpikir abstrak. Berpikir abstrak
bahwa kurang koordinasi
merupakan
aktivitas motorik, hambatan dalam
salah
satu
jenis
kemampuan yang merupakan atribut
koordinasi
inteligensi. Menurut Termen seperti
(Y,Suherman, 2005: 47) merupakan
yang dikutip oleh Winkel W.S dan
gejala yang ditunjukan oleh anak
Aiken
tunagrahita sedang. Oleh karena itu
(1996:139)
menjelaskan
motorik
dalam
inteligensi ialah kemampuan berpikir
untuk
abstrak.
berpikir
motorik halus yang dimiliki anak
abstrak ini adalah suatu aspek yang
tunagarahita sedang harus diberikan
Kemampuan
mengatasi
halus
keterbatasan
penting dari intelegensi, tetapi bukan pembelajaran keterampilan motorik commit to user satu-satunya. Kemampuan berpikir yang dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan
digilib.uns.ac.id
motorik
halusnya
Menulis
permulaan
dengan baik. Keterampilan motorik
(beginning
adalah
merealisasikan simbol-simbol bunyi
kegiatan
motorik
yang
writing)
huruf-huruf
adalah
yang
cara
mungkin memiliki derajat ketelitian
menjadi
yang tinggi, yang bertujuan untuk
dikenali secara konkrit sesuai dengan
menampilkan suatu perbuatan khas
tata cara menulis yang baik. Menulis
atau menyelesaikan suatu tujuan
permulaan
tertentu, sedangkan pola motorik
proses belajar menulis bagi siswa
mungkin memiliki derajat ketelitian
sekolah dasar kelas awal.
merupakan
dapat
tahapan
yang lebih rendah tetapi memiliki
Kemampuan berpikir abstrak
variabilitas yang tinggi. Yudha dan
dan keterampilan motorik halus anak
Rudyanto (2005:118), menyatakan
yang mengalami hambatan dapat
bahwa
mempengaruhi
motorik
kemampuan
halus
anak
adalah
prestasi
akademik
beraktivitas
anak, karena dua hal tersebut erat
dengan menggunakan otot halus
kaitannya dengan pelajaran yang ada
(kecil) seperti menulis, meremas,
di dalam sekolah, salah satunya pada
menggambar, menyusun balok dan
mata pelajaran matematika. Menurut
memasukkan kelereng.
Betth dan Piaget (J. Tombokan
Menulis merupakan kegiatan komunikasi
verbal
yang
Runtukahu, 1996: 15) pembelajaran
berisi
matematika adalah pengetahuan yang
penyampaian
pesan
dengan
berkaitan dengan struktur abstrak
menggunakan
tulisan
sebagai
dan hubungan antar struktur tersebut
mediumnya. Pesan yang dimaksud di
sehingga terorganisasi dengan baik.
sini adalah isi atau muatan yang
Menurut
terkandung dalam tulisan, sedangkan
menyatakan
tulisan
adalah ilmu tentang logika mengenai
rangkaian
pada huruf
dasarnya yang
adalah bermakna
bentuk,
Hasratuddin bahwa
susunan,
(2014) matematika
besaran
dan
dengan segala kelengkapan lambang
konsep-konsep berhubungan lainnya
tulisan seperti ejaan dan pungtuasi.
dengan jumlah yang banyak yang
terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu commit to user aljabar, analisis dan geometri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Upaya
peningkatan
beri warna dan bisa mengeras.
kemampuan berpikir abstrak dan
Fisiknya
menulis permulaan
membuatnya
terlepas
dari
siswa tidak
penggunaan
lentur
dan
halus,
mudah
dibentuk
media
menjadi apa saja, dan dijadikan
pembelajaran yang tepat. Media
media nyata untuk pembelajaran
pembelajaran
yang bersifat abstrak.
ini
salah
satu
komponen proses belajar mengajar
Menurut David Bainbridge
sangat
(1996) “Seni kerajinan clay ini selain
menunjang
untuk mengasah kemampuan otak
keberhasilan proses belajar mengajar
kanan dan meningkatkan kreativitas
hal tersebut sesuai dengan pendapat
daya imajinasi anak juga untuk
Sutirman
media
melatih kerja syaraf motorik anak
pembelajaran adalah perantara atau
sehingga banyak yang menggunakan
pengantar yang dapat digunakan
kerajinan clay ini sebagai alternatif
untuk menangkap, memproses, dan
untuk
menyusun kembali informasi visual
mengalami
atau verbal yang mengandung materi
khususnya dalam mengerakan jari-
instruksional di lingkungan siswa
jemarinya
yang dapat merangsang siswa untuk
konsentarasi anak dalam membentuk
belajar.
clay”
yang
memiliki
penting
peranan
dalam
(2013
:
15)
Salah satu terobosan media
membantu
Dari
hambatan
dan
beberapa
yang tangan
mengasah
pendapat
pembelajaran yang menarik adalah
diatas
dengan menggunakan clay. Menurut
penggunaan media clay adalah media
Stephani (2011:2) berkreasi dengan
yang menarik dan menjadi terobosan
clay
mengingatkan
dapat
anak
disimpulkan bahwa
kita
pada
baru sebagai media pembelajaran
dengan
lilin
matematika yang bersifat abstrak dan
mainan. Bedanya lilin mainan sudah
sarana untuk melatih motorik halus
mempunyai warna dan tidak bisa
anak tunagrahita sedang, karena anak
mengeras.
dapat dengan mudah meremas dan
kegiatan
bermain
Sementara
clay
yang
terbuat dari bahan lain atau adonan membentuk clay sebagai media to user (tepung, roti, bubur kertas) bisa commit kita pembelajaran matematika contohnya
perpustakaan.uns.ac.id
dibentuk
digilib.uns.ac.id
menjadi
contoh-contoh
bangun datar .
atas, peneliti bermaksud meneliti
Pada observasi yang sudah dilakukan
Berdasarkan permasalahan di
di
SDLB
media
pembelajaran
yang
dapat
Negeri
meningkatkan kemampuan motorik
Karanganyar, terdapat siswa yang
halus dalam kemampuan menulis
mengalami
permulaan anak sekaligus media
keterbatasan
dalam
motorik halusnya yaitu memiliki
pembelajaran
kelemahan pada tangan kanannya
bangun
yang sulit untuk menggenggam suatu
memberikan
benda, mengalami kekakuan pada
keterampilan clay.
otot-otot jari tangannya sehingga dalam
kemampuan
menulis
mengalami
hambatan,
permulaan
untuk
datar,
yaitu
dengan
pembelajaran
Dengan tersebut
pengenalan
pembelajaran
diharapkan
menggunakan
tangan
anakmampu dan
jari
tulisan anak tersebut tidak rapih dan
jemarinya untuk memegang suatu
kurang terbaca, selain itu anak
benda dengan benar dan dapat
tersebut mengalami kesulitan dalam
menulis dengan baik tanpa bantuan
membedakan contoh-contoh bangun
sehingga hasil tulisan dapat terbaca
datar
dengan
dan sekaligus dapat membedakan
keterampilan berpikir abstrak dalam
bangun datar dengan media yang
mata
nyata.
yang
berkaitan
pelajaran
matematika.
Berdasarkan permasalahan di
Dari berbagai uraian latar
atas, peneliti bermaksud meneliti
belakang
media
dapat
peneliti untuk mengadakan penelitian
meningkatkan kemampuan motorik
dengan judul “Penggunaan Media
halus dalam kemampuan menulis
Clay Dalam Pengenalan Bangun
permulaan anak sekaligus media
Datar Untuk Meningkatkan Motorik
pembelajaran
Halus Anak Tuna Grahita Sedang
bangun
pembelajaran
untuk
datar,
memberikan keterampilan clay.
yang
pengenalan
yaitu
dengan
pembelajaran
Kelas
V-C
Karanganyar
2015/2016”. commit to user
masalah,
Di
mendorong
SDLB Tahun
Negeri Ajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rumusan penelitian
masalah
ini
adalah
dalam
Dalam
“Apakah
rancangan
penelitian
ini
eksperimen
yang
penggunaan
media
clay
dalam
digunakan
pengenalan
bangun
datar
dapat
eksperimen dengan subjek tunggal
meningkatkan motorik halus yang
Single Subject research (SSR), yaitu
berkaitan
suatu
dengan
kemampuan
adalah
metode
metode
eksperimen
yang
menulis permulaan anak tunagrahita
bertujuan untuk memperoleh data
sedang kelas V-C di SDLB Negeri
yang diperlukan dengan melihat hasil
Karanganyar tahun ajaran 2015/2016
ada tidaknya dampak yang akan
? sedangkan tujuannya yaitu untuk
terjadi
mengetahui penggunaan media clay
(Treatment) yang diberikan secara
dalam
pengenalan
berulang-ulang.
untuk
peningkatan
bangun
datar
kemampuan
dari
digunakan
suatu
perlakuan
Desain
dalam
penelitian
ini
motorik halus yang berkaitan dengan
yaitu
kemampuan menulis permulaan anak
Sunanto (2006:44) yaitu : “Desain A-
tunagrahita sedang kelas V-C di
B-A
SDLB Negeri Karanganyar tahun
pengembangan dari disain dasar A-
ajaran 2015/2016.
B.
METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian
menggunakan eksperimen.
ini
yaitu
metode
penelitian
Menurut
Sugiyono
(2007: 107), “Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
digunakan
untuk
mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain
dalam
terkendalikan”.
kondisi
yang
desain
yang
A-B-A. Menurut
merupakan
Mula-mula
(target
salah
perilaku
behavior)
satu
sasaran
diukur
secara
kontinu pada kondisi baseline (A1) dengan
periode
waktu
tertentu
kemudian pada kondisi intervensi (B).Berbeda dengan disain A-B, pada
disain
A-B-A
setelah
pengukuran pada kondisi intervensi (B)
pengukuran
baseline
ke
pada (A2)
kondisi diberikan.
Penambahan kondisi baseline yang ke (A2) ini dimaksudkan sebagai
kontrol untuk kondisi intervensi commit to user sehingga keyakinan untuk menarik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesimpulan ada hubungan fungsional
berbentuk soal menulis permulaan,
antara variabel bebas dan variabel
yaitu sebuah kalimat berjumlah 10
terikat lebih kuat”.
soal.
Tes
ini
bertujuan
untuk
Penelitian ini dimulai sejak
mengukur pencapaian siswa dalam
Februari 2016 sampai dengan bulan
menulis permulaan setelah bermain
Maret
data
clay. Tes ini dilakukan sebanyak 3
dilaksanakan untuk mengetahui hasil
kali yaitu, pada Baseline 1 (A-1)
pretest dan posttest sesuai dengan
sebelum diberikan perlakuan, pada
waktu
saat
2016.
yang
Pengumpulan
telah
direncanakan.
pemberian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas
Intervensi
(B)
V-C SDLB Negeri Karanganyar.
pengehentian
perlakuan dan
atau
pada
perlakuan
saat atau
Sampel pada penelitian ini
Baseline 2 (A-) untuk mengetahui
diperoleh melalui cara pengambilan
perubahan kemampuan anak setelah
sampel purposive sampling yaitu
diberikan
teknik mengambil sampel dengan
menggunakan media clay.
tidak berdasarkan random, daerah
Dalam penelitian ini analisis data
atau strata, melainkan berdasarrkan
yang
atas
menggunakan
adanya
pertimbangan
yang
perlakuan
dengan
digunakan statistic
dengan deskriftif
berfokus pada tujuan tertentu (2010:
(kuantitatif) dengan tujuan untuk
183). Populasi yang ditetapkan pada
memperoleh gambaran generalisisi
penelitian ini adalah anak tunagrahita
yang
sedang kelas V-C SDLB Negeri
memperjelas tentang hasil intervensi
Karanganyar,
dalam
sampel
yang
bisa
digambarkan
jangka
waktu
untuk
tertentu.
digunakan adalah 1 dari 5 siswa
Statistik Deskriftif adalah “Statistik
tunagrahita sedang kelas V-C SDLB
yang diguna kan untuk menganalisis
Negeri Karanganyar.
data dengan cara mendeskripsikan
Pada penelitian ini peneliti
atau
menggambarkan
data
yang
menggunakan teknik pengumpulan
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
data berupa tes hasil belajar dengan
bermaksud
membuat
kesimpulan
jenis tes tertulis, dan bentuk tes yang berlaku untuk umum atau to user uraian, tes yang digunakan adalahcommit tes generalisasi (Sugiyono, 2006:207).
perpustakaan.uns.ac.id
HASIL
digilib.uns.ac.id
PENELITIAN
Perilaku
DAN
subjek
tersebut
sejalan dengan analisis data yang
PEMBAHASAN Penelitian dilakukan dengan
diperoleh pada fase baseline 1 (A-1),
subjek tunggal yang berdesain A – B
skor terendah dan tertinggi pada 4
– A, yaitu fase baseline 1 (A-1), fase
sesi yang diperoleh adalah sama,
intervensi (B), fase baseline 2 (A-2).
yaitu 42,2. Data yang diperoleh pada
Semua fase tersebut dilaksanakan
fase baseline 1 (A-1) memiliki
pada hari yang berbeda dengan
kestabilan data yang tinggi yaitu
subjek yang sama dan perlakuan
sebesar 100%. Berdasarkan data
yang
tersebut
sesuai
dengan
fase
yang
dapat
diketahui
bahwa
diberikan. Fase baseline 1 (A-1)
kemampuan menulis permulaan anak
dilakukan sebanyak 4 sesi, fase
masih tergolong kurang baik, maka
intervensi (B) dilakukan sebanyak 8
selanjutnya dilakukan fase intervensi
sesi, dan pada fase baseline 2 (A-2)
(B).
dilakukan sebanyak 4 sesi.
Fase
Fase yang pertama adalah
intervensi
merupakan
fase
(B)
kedua
setelah
mendapatkan
hasil
fase baseline 1 (A-1). Pada fase
peneliti
baseline 1 (A-1) subjek langsung
kemampuan menulis awal pada fase
diberikan tes kemampuan menulis
baseline 1 (A-1). Fase intervensi (B)
permulaan, tanpa adanya perlakuan
merupakan kondisi pengukuran hasil
khusus, sehingga akan diperoleh
kemampuan
kemampuan awal subjek. Pada sesi
menggunakan media clay dalam
baseline
pengenalan bangun datar. timbangan
ini
subjek
hanya
menulis
mengandalkan kemampuan menulis
bilangan.
sebelum di berikan media apapun
pengenalan bangun datar adalah
dari guru. Dilihat dari perilaku
sebuah media untuk mengajarkan
subjek ketika baseline 1, sangat
pembelajaran
terlihat subjek yang masih bermalas
abstrak contohnya pada pengenalan
malasan,
bangun datar sekaligus media untuk
mengerjakan
sehingga 10
soal
untuk
Media
clay
dengan
matematika
dalam
yang
subjek melatih motorik halus anak yang commit to user membutuhkan waktu yang lama. kurang baik, agar jari jemarinya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi terlatih dan tidak kaku yang
Berdasarkan
bisa membantu anak dalam menulis
diperoleh pada fase baseline 2 (A-2),
benar dan rapih dan mengalamai
skor terendah yang diperoleh adalah
peningkatan dari baseline 1 (A-1).
68,9
Setelah
skor
data
tertinggi
yang
yang
kemampuan
diperoleh adalah 75,6 serta mean
menulis anak menunjukkan trend
level yang diperoleh pada fase
yang
baseline 2 (A-2) adalah 72,5. Data
positif
hasil
dan
analisis
dan
stabil,
maka
pemberian intervensi dihentikan.
yang diperoleh pada fase baseline 2
Fase selanjutnya adalah fase
(A-2) memiliki kestabilan data yang
baseline 2 (A-2). Fase baseline 2 (A-
tinggi,
2) merupakan fase terakhir dalam
Berdasarkan
penelitian dengan desain A – B – A.
diketahui bahwa kemampuan akhir
Fase baseline 2 (A-2) merupakan
hasil kemampuan anak tunagrahita
pengukuran
hasil
sedang setelah diberikan perlakuan
kemampuan menulis subjek setelah
dengan menggunakan media clay
diberikan
dalam
kondisi
intervensi
akhir
(B)
dengan
yaitu
sebesar
data
pengenalan
tersebut
bangun
100%. dapat
datar
menggunakan media clay dalam
peningkatan dari fase baseline 1 (A-
pengenalan
datar.
1) dan fase intervensi (B). Setelah
hasil
data hasil kemampuan menulis nak
bangun
Pengukuran
kemampuan menulis subjek pada
tunagrahita
fase baseline 2 (A-2) dilakukan
kestabilan data, maka pemberian tes
dengan
dihentikan.
cara
langsung
yaitu
sedang
menunjukkan
memberikan soal tes menulis. Pada
Berdasarkan analisis data dari ketiga
fase ini subjek mengalami perubahan
fase tersebut dapat diketahui bahwa
perilaku menjadi lebih fokus dalam
penggunaan
mengerjakan soal dan Subjek juga
pengenalan
tidak membutuhkan waktu yang
memberikan pengaruh yang positif
lama seperti pada baseline 1 untuk
terhadap kemampuan motorik halus
mengerjakan soal dikarenakan subjek
anak dalam menulis permulaan. .Hal
lebih
bersemangat
media
clay
bangun
dalam datar
dibandingkan tersebut karena pada fase baseline 1 commit to user dengan sebelum diberi perlakuan. (A-1) ke intervensi (B) mengalami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peningkatan. Selanjutnya dikuatkan
otot yang sudah lemah mungkin
lagi melalui baseline 2 (A-2) juga
perlu dilatih kembali" (Andreson,
mengalami peningkatan yang positif
2004). Oleh karena itu anak yang
dari fase baseline 1 (A-1) dan fase
mengalami
intervensi (B). Data yang diperoleh
menggerakkan
di
membutuhkan waktu yang lebih
semua
fase
juga
memiliki
kestabilan data yang baik.
pengaruh
terhadap
intervensi
variabel
motorik
untuk halus
banyak untuk melatih otot-ototnya.
“Disamping aspek stabilitas, ada tidaknya
kesulitan
terikat
Saat ini banyak cara dan strategi
yang
digunakan
untuk
juga
melatih motorik halus anak, biasanya
tergantung pada aspek perubahan
untuk melatih motorik halus yang
level, dan besar kecilnya overlap
mendukung siswa dapat menulis
yang terjadi antara dua kondisi yang
awal yaitu dengan menggnakan clay,
sedang
ini sesuai dengan pendapat David
dianalisis”,
(Sunanto, data
Bainbridge (1996) “Seni kerajinan
tersebut, diketahui bahwa kedua
clay ini selain untuk mengasah
persentase
kemampuan
2005:100).
Dari
analisis
data
overlap
dalam
penelitian adalah 0%.
meningkatkan
otak
kanan
kreativitas
dan daya
Menurut Sunanto (2005:116),
imajenasi anak juga untuk melatih
“Semakin kecil persentase overlap
kerja syaraf motorik anak sehingga
makin
banyak yang menggunakan kerajinan
baik
terhadap
pengaruh
target
intervensi
behavior”.
Jadi,
clay ini sebagai alternatif untuk
dengan demikian penggunaan media
membantu anak yang mengalami
clay dalam pengenalan bangun datar
hambatan tangan khususnya dalam
dalam
mengerakan
penelitian
pengaruh
yang
terhadap
motorik
memberikan baik halus
(positif) dalam
menulis permulaan anak tunagrahita sedang. Petunjuk
jari-jemarinya
dan
mengasah konsentarasi anak dalam membentuk clay tepung”. Hal tersebut dikuatkan lagi oleh pendapat Joyce (2009) yang
modern
kepada menyatkan bahwa Seni kerajinan commit to user kesehatan dikatakan bahwa "ototclay ini sangat baik untuk anak-anak,
perpustakaan.uns.ac.id
orang
digilib.uns.ac.id
dewasa
bahkan
para
Penelitian
relevan
lansia.Selain mengasah kemampuan
dilakukan
otak
Mustaqimah (2013) yang berjudul
kanan
dan
meningkatkan
oleh
kreativitas, seni kerajinan ini juga
Efektivitas
dapat
Fondants
meningkatkan
daya
Ulfah
juga Saefatul
Penggunaan Untuk
Media
Meningkatkan
konsentrasi, melatih kesabaran dan
Kemampuan Motorik Halus Dalam
ketekunan, serta melatih kerja saraf
Menulis Permulaan Siswa Cerebal
motorik.
Palsy Sedang di SDLB YPAC
yang
Untuk melatih motorik halus
Bandung menyimpulkan bahwa hasil
mendukung
dari
siswa
dapat
penelitian
ini
menunjukan
menulis pwemulaan, membutuhkan
peningkatan siswa dalam latihan
serangkain
kegiatan
yang
motorik
menggunakan
gerakan
tangan,
menulis
halus
khususnya
permulaan.
Fondants
seperti membuat clay, karena anak
merupakan
dilatih untuk membuat clay dengan
hampir sama dengan clay, bahannya
cara
yang lentur, dapat diremas dan
meremas,
membentuk
clay
sebuah
dalam
dibentuk
agar tangan yang semula intensitas
membuat jemari tangan yang semula
kekakuannya
kaku menjadi lebih berkurang dan
menjadi
berkurang.
dapat
Hal tersebut terbukti dari
menulis
aneka
yang
menjadi bentuk-bentuk bangun datar,
tinggi
menjadi
media
meningkatkan permulaan
bentuk
kemampuan anak,
media
hasil tes selama fase intervensi (B)
fondants merupakan media yang
dan baseline 2 (A-2), dimana anak
aman karena, fondants merupakan
tunagrahita sedang tidak mengalami
bahan roti yang manis, apabila
penurunan
tetelan tidak akan membahyakan
permulaan,
kemampuan namun
menulis cenderung
anak.
Dengan
demikian
mengalami peningkatan yang berarti
disimpulan
selama pemberian perlakuan media
media fondant efektif digunakan
clay, motorik halus anak menjadi
untuk
lebih baik yang mendukung siswa motorik dapat menulis dengan lebih baik. commit to user
bahwa
dapat
meningkatkan halus
penggunaan
kemampuan
dalam
menulis
perpustakaan.uns.ac.id
permulaan
digilib.uns.ac.id
siswa
cerebral
palsy
sedang.
keterampilan
pembelajaran
keterampilan
paper
clay
dengan
Peneletian relevan lainnya
bubur kertas berpengaruh positif
dilakukan
Suryani
terhadap peningkatan kemampuan
judul
motorik halus anak tungrahita sedang
Pembelajaran
khususnya dalam menulis hal ini
Keterampilan Paper Clay Dalam
ditunjukan dengan persentase (%)
Meningkatkan Kemampuan Motorik
kemampuan motorik halus dalam
Halus Anak Tunagrahita Sedan di
menulis
SDLB Pambudi Dharma I Cimahi
diberikan
menyimpulkan bahwa
dari
keterampilan paper clay dan tidak
menunjukan
adanya tumpang tindih (overlap)
peningkatan siswa dalam latihan
pada kondisi baseline 1(A) dan
motorik
halus
intervensi (B).
menulis.
Paper
juga
Nurfaidah
oleh
(2011)
Penerapan
dengan
Media
penelitian
hasil
ini
khususnya
dan
media
sesudah
pembelajaran
merupakan
Meskipun demikian, segala
media yang hampir sama dengan
media pembelajaran yang sudah
clay, tetapi paper clay ini terbuat dari
dirancang sedemikian rupa pasti
adonan potongan kertas yang di
terdapat
remas dan dibentuk oleh anak untuk
kekurangan.
meningkatkan
didapatkan dari media clay ini adalah
walaupun
clay
dalam
sebelum
motorik
kurang
halusnya,
kelebihan Kelebihan
dan yang
jika
selain melatih motorik halus anak
dibandingkan dengan clay, tetapi
agar terampil dalam menulis, tetapi
paper clay mempunyai manfaat yang
juga sebagai media pembelajran
sama dengan clay, dengan meremas
matematika
dan membentuk paper clay dapat
bangun
melatih jemari tangan yang kaku
permaslahan yang abstrak menjadi
menjadi
yang
lebih nyata dan menjadi media
meningkatnya
keterampilan agar anak lebih kreatif
lebih
berdampak
lentur
suatu
berkurang
pada
kemampuan motorik halus anak. Dengan disimpulkan
demikian bahwa
dan
untuk datar,
bersemangat
pengenalan menjadikan
dalam
belajar,
dapat media clay (tepung) ini dibandingkan commit to user media dengan media clay tanah jauh lebih
perpustakaan.uns.ac.id
mudah
digilib.uns.ac.id
karena
yang
bahwa : media penggunaan media
digunakan mudah di temukan dan
clay dalam pengenalan bangun datar
cara pengeringanya mudah tidak
dapa tmeningkatkan
perlu
diangin
motorik halus yang berkaitan dengan
anginkan saja, lebih bersih karena
kemampuan menulis permulaan anak
terbuat
tetapi
tunagrahita sedang kelas V-C di
kekurangannya jika tidak diawasi
SDLB Negeri Karanganyar tahun
pada saat membuat clay, anak akan
ajaran 2015/2016.
di
oven
bahan
cukup
dari
tepung,
menjadi penasaran dan menelan clay
keterampilan
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut. Dengan demikian perlu
yang
adanya pengawasan dan bimbingan
peggunaaan
media
clay
dalam
sebelum membuat clay.
pengenalan
bangun
datar
dapat
Berdasarkan
diperoleh
yaitu
data
meningkatkan motorik halus pada
hasil penelitian dan juga penelitian
anak tunagrahita sedang di SDLB
yang relevan tersebut, maka dapat
Negeri Karanganyar, maka diberikan
disimpulkan
saran diantaranya :
media
bahwa
clay
bangun datar
analisis
sudah
dalam
penggunaaan pengenalan
berpengaruh
positif
untuk meningkatkan motorik halus dalam
menulis
tunagrahita
permulaan
sedang,
anak
sehingga
penggunaan
media
clay
dalam
pengenalan
bangun
datar
dapat
1. KepalaSekolah Pihak
sekolah
diharapkan
dapat memotivasi guru dalam menggunakan
media
clay
sehingga dapat diaplikasikan sebagai
salah
satu
media
pembelajaran matematika pada
digunakan sebagai salah satu media
materi
pengenalan
untuk meningkatkan motorik halus
datar
dan
dalam menulis anak tunagrahita di
motorik halus yang berkaitan
SLB.
dengan kemampuan menulis
SIMPULAN DAN SARAN
permulaan anak tunagrahita
Berdasarkan
sedang kelas V-C di SDLB
hasil
penelitian
sebelumnya,
dapat
pembahasan pada
bab commit to user disimpulkan
bangun
keterampilan
Negeri Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Guru Guru
DAFTAR PUSTAKA diharapkan
dapat
mengaplikasikan media clay sebagai
salahsatu
media
pembelajaran
untuk
meningkatkan
pengenalan
konsep
datar
bangun
keterampilan yang
motorik
berkaitan
dan
Andreson. (2004). Petunjuk Modern Kesehatan. Cetakan ke-18. Bandung : Indonesia Publishing House. Diterjemahkan oleh William Walen. Astati.
halus dengan
kemampuan menulis Permulaan anak tunagrahita
sedang kelas V-C di SDLB Negeri Karanganyar 3. Siswa Siswa dengan bantuan guru diharapkan
dapat
mengoptimalkan
media
clay
dalam
bangun datar
pengenalan sehingga dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus yang berkaitan dengan kemampuan menulis
(1995). Terapi Okupasi, Bermain dan Musik Anak Tunagrahita.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bainbridge, D. (1966). Intellectual Property.Universitas Indiana : Pitman Efendi, M. (2006). Pengantar Psiko pedagogic Anak Berkelainan. FKIP UNS : Surakarta. Hasratuddin. (2014). Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang Berbasis Karakter. Jurnal Didaktik Matematika Vol.1, No.2 September 2014. Universitas Negeri Medan.
permulaan.
Joyce. (2009).Utak Atik dengan clay. Yogyakarta : C.V Andi Offset Lerner.
commit to user
(1988). Learning Disabilities:Thepries, Diagnosis and Teaching Strategies,NewJersey : Houghton Mifflin Company.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mustaqimah, U.S. (2013) Efektivitas Penggunaan Media Fondants Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dalam Menulis Permulaan Siswa Cerebal Palsy Sedang di SDLB YPAC Bandung. Skripsi. Tidak dipublikasikan, UPI. Bandung
Sunanto. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.
Nurfaidah, S. (2011). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang dengan Penerapan Media Pembelajaran Keterampilan Paper Clay. Skripsi. Tidak dipublikasikan, UPI. Bandung Runtukahu, Tombokan, J. (1996). Pengajaran Matematika Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Depdikbud : Direktorat Pendidikan Tinggi. Stephani. (2011). 30 Menit Membuat Kreasi Clay : Demedia. Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, Bandung.CV. Alfabeta. Sugiyono.(2007).“Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.Bandung: Alfabeta. Suherman, Y. (2005). Adaptasi Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar. Bandung : Rizzqi Press. commit to user