JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA “PENGGUNAAN ALAT PERAGA METERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA”
Nama
: LATIFA
NIM
: K 5106025
E mail
:
[email protected]
No HP
: 0856 9750 5164
Pembimbing
: 1. Drs. Gunarhadi, MA. 2. Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA April 2013
ABSTRACT Latifa. THE USE OF METER PROPS TO IMPROVE THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT OF MULITIPLICATION SUBJECT IN MATHEMATICS LEARNING DISABILITY III GRADERSOF SDN KARTODIPURAN SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2012/2013. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. April. 2013. The objective of this research is to find out the us of meter props to improve the mathematics learning achievement of multiplication subject in mathematics learning disability III graders of SDN Kartdoipuran Surakarta in thee school year of 2012/2013. This research employed with classroom action research method. The subjects of this research were 2 students with learning disability consisting of a boy and a girl. The metthods of data collection were observation technique, test and document analysis. The technique of analyzing data were descriptive comparative and critical analysis. Considering the result of research it can be concluded that the used of meter props can improve the mathematics learning achievement of multiplication subject in learning disability III graders of SDN Kartodipuran Surakarta in the school year of 2012/2013. Key words: meter props, mathematics learning achievement, learning disability.
ABSTRAK Latifa. Penggunaan Alat Peraga Meteran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Materi Perkalian Pada Berkesulitan Belajar Matematika Kelas III SDN Kartodipuran Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. April. 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga meteran untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa berkesulitan belajar matematika kelas III SDN Kartodipuran tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas/Classroom Action Research. Subyek yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berjumlah 2 siswa berkesulitan belajar terdiri atas 1 laki-laki dan 1 perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes dan analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif dan analisis kritis. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga meteran dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa berkesulitan belajar matematika kelas III SDN Kartodipuran Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Kata kunci: alat peraga meteran, hasil belajar matematika, kesulitan belajar.
faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hak bagi
dan
cara
mengajarnya,
alat-alat
yang
setiap warganegara. Dengan pendidikan dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar,
membawa dampak pada perkembangan ilmu
serta
pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
tersedia.
lingkungan
dan
kesempatan
yang
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
Di antara faktor di atas, faktor guru
oleh negara. Dalam Undang-Undang Dasar
dan cara mengajarnya memiliki peran yang
1945 pasal 31 disebutkan setiap warga negara
sangat penting dalam meningkatkan hasil
berhak mendapat pendidikan dan pengajaran
belajar
yang maknanya sesuai dengan pernyataan
pengetahuan
UNESCO tentang pendidikan untuk semua
bagaimana guru mengajarkan pengetahuan itu
(Education for all) yang dideklarasikan di
kepada peserta didiknya, turut menentukan
Jantion Thailand tahun 1990 dan diperkuat
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai
dengan deklarasi Salamanca tahun 1994 dan
peserta didik.” (Purwanto, 2002: 104-105).
siswa.
“Tinggi
yang
dimiliki
rendahanya guru,
dan
“Setiap individu memang tidak ada yang
Dakkar pada tahun 2000. Masalah pendidikan di Indonesia
sama. Perbedaan individual ini pulalah yang
diantaranya rendahnya mutu pendidikan yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar
tercermin dari rendahnya prestasi belajar. Hal
di kalangan anak didik. Dalam keadaan
ini sesuai dengan pernyataan Mukminan
dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar
(2004:1) bahwa “Masalah besar pendidikan di
sebagaimana mestinya, itulah yang disebut
Indonesia
dengan kesulitan belajar.” (Abu Ahmadi dan
yang
banyak
diperbincangkan
diantaranya mutu pendidikan yang tercermin
Widodo Supriyono, 2004:77)
dari rendahnya rata-rata prestasi belajar”.
Pada
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
berkesulitan
umumnya, belajar
anak-anak
mengalami
kesulitan
beberapa faktor baik dari dalam diri siswa
dalam memahami materi-materi pelajaran
sendiri, maupun faktor dari luar. Purwanto
yang disampaikan guru. Mereka membutuhkan
(2002:102) menjelaskan, “Ada dua faktor
waktu yang lebih lama untuk memahami
utama yang mempengaruhi hasil belajar yaitu
materi
dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
sebayanya yang normal. Menurut Makmun
Faktor yang ada pada diri organisme itu
(2000: 307) “Kesulitan belajar adalah suatu
sendiri disebut faktor individual, dan faktor
kejadian atau peristiwa yang menunjukkan
yang ada di luar individu disebut faktor
bahwa dalam mencapai tujuan pengajaran,
sosial.” Yang termasuk faktor individual
sejumlah siswa mengalami kesulitan dalam
antara
menguasai secara tuntas bahan yang diajarkan
lain
adalah
faktor
dibanding
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
atau dipelajari”.
motivasi dan faktor-faktor pribadi. Sedangkan
Secara
yang termasuk faktor sosial antara lain adalah :
dengan
garis
besar,
teman-teman
matematika
meliputi aritmatika, aljabar dan geometri, yang
msing-masing mempunyai tingkat kesulitan
cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
yang berbeda. Tetapi kesulitan yang paling
Proses pembelajaran pada fase konkret dapat
menonjol
adalah
melalui tahapan konkrit, semi konkret, semi
keabstrakan dan kepastian dalam perhitungan,
abstrak, dan selanjutnya abstrak ( Heruman,
sehingga tidak memungkinkan orang untuk
2008: 1-2). Anak SD, pada usia itu masih
berspekulasi.
berada pada tingkat operasional konkret. Ini
dalam
matematika
Pembelajaran perkalian merupakan
berarti bahwa anak pada usia SD masih belum
bagian dari aritmatika pada bidang studi
dapat berfikir secara abstrak. Oleh karena itu
matematika yang dianggap sulit oleh sebagian
dalam mengajarkan bilangan misalnya, guru
besar siswa, karena bersifat abstrak dan
harus menggunakan benda-benda konkret.
“pasti”. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
Sebagai contoh untuk mengajarkan 4 + 1,
perlu dikonkretkan, agar dapat dengan mudah
dapat dilakukan dengan menggunakan media
dipahami oleh siswa.
kelereng atau media lainnya yang dapat
Dalam proses belajar matematika
diamati secara langsung.
selain melibatkan pendidik dan siswa secara
Pembelajaran dengan alat peraga
langsung, juga diperlukan pendukung dalam
belajar,
proses pembelajaran, antara lain adalah alat
menyampaikan
pelajaran yang memadai, penggunaan metode
menggunakan alat bantu yang sesuai dengan
yang
materi yang diajarkan. Salah satu manfaat
tepat,
lingkungan
serta yang
situasi
dan
kondisi
menunjang.
Untuk
yang
maksudnya
dapat
adalah
materi
diperoleh
guru
pelajaran
dari
dalam dengan
pembelajaran
meningkatkan hasil belajar siswa, sebaiknya
dengan alat bantu adalah memudahkan guru
guru mencari penyebab rendahnya hasil
dan siswa dalam mempelajari dan memahami
belajar. Antara lain adalah karena sulitnya
materi
materi pelajaran yang diberikan kepada siswa,
Penggunaan
alat
kurangnya minat belajar siswa karena tidak
manfaatnya
bagi
tepatnya metode pembelajaran yang digunakan
belajar terutama dalam konsep berhitung. Alat
guru, atau karena kekurangan atau kesalahan
peraga ini dapat mengkonkretkan hal-hal yang
penggunaan alat peraga sehingga menghambat
bersifat abstrak dalam berhitung. Menurut Z.P.
maksimal.”
Dienes dalam Suharjana (2009:5) setiap
penerimaan
pelajaran
secara
(Heruman, 2008: 1).
konsep
pelajaran
atau
yang
akan
peraga anak-anak
prinsip
diajarkan.
sangat
besar
berkesulitan
matematika
dapat
Dari usia perkembangan kognitif,
dimengerti secara sempurna jika pertama-tama
siswa SD masih terikat dengan objek konkret
disajikan kepada perserta didik dalam bentuk-
yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam
bentuk konkret.
pembelajaran matematika yang abstrak, siswa
Dalam penelitian ini, alat peraga
memerlukan alat bantu yang berupa media dan
yang akan digunakan adalah meteran kain.
alat peraga yang dapat memperjelas apa yang
Alasan penggunaan meteran kain dalam
akan disampaikan oleh guru sehingga lebih
penelitian ini adalah karena meteran kain
fleksibel, mudah digunakan karena terbuat dari
Data tersebut dianalisis secara deskriptif
bahan yang lentur. Selain itu, meteran kain
komparatif, yakni membandingkan nilai tes
mudah dicari, aman bagi anak usia sekolah
antar siklus dengan indikator pencapaian.
dasar, dan harganya murah sehingga dapat
Analisis
dibeli oleh semua kalangan.
diperoleh
dilakukan pada
terhadap
nilai
yang
siklus
yang
telah
dua
Berdasarkan latar belakang yang
dilakukan. Data yang berupa nilai tes antar
telah diuraikan, maka rumusan hipotesisnya
siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya
adalah penggunaan alat peraga meteran dapat
dapat mencapai batas ketercapaian yang telah
meningkatkan hasil belajar matematika siswa
ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang
berkesulitan belajar matematika kelas III SDN
digunakan adalah observasi, tes dan analisis
Kartodipuran
dokumen.
Surakarta
tahun
pelajaran
2012/2013.
Pengamatan
Adapun tujuan yang ingin dicapai
yang
peneliti
lakukan
adalah pengamatan berperan serta secara aktif.
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengamatan
itu
dilakukan
peningkatan hasil belajar matematika setelah
bekerjasama
menggunakan meteran sebagai alat peraga
melaksankan kegiatan belajar mengajar di
pembelajaran pada materi perkalian siswa
kelas maupun kinerja siswa selama proses
berkesulitan belajar matematika kelas III SD
belajar mengajar berlangsung. Pengamatan
Negeri Kartodipuran Surakarta tahun pelajaran
dilakukan terhadap kgiatan belajar mengajar
2012/2013.
matematika tanpa atau dengan alat peraga
dengan
oleh
peneliti
kolaborator
ketika
meteran. METODE PENELITIAN
Pengamatan terhadap guru difokuskan
Tempat penelitian adalah lokasi dimana penelitian
dilakukan
sehingga
diperoleh
sejumlah data yang dibutuhkan dari masalah yang diteliti. Penelitian ini mengambil lokasi di SDN Kartodipuran Surakarta. Subjek penelitian adalah 2 siswa berkesulitan belajar matematika kelas III.
observasi dan wawancara diklasifikasikan data
kualitatif.
diinterpretasikan
kemudian
Data
ini
dihubungkan
dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk
mendeskripsikan
pembelajaran
keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran. Data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif.
matematika
menggunakan Pengamatan diarahkan
alat terhadap
pada
dengan
peraga kinerja
kegiatan
meteran. guru, juga
guru
dalam
menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan
Data yang berupa hasil pengamatan atau
sebagai
pada kegiatan guru dalam melaksanakan
pertanyaan
dan
menanggapi
jawaban siswa, memberikan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu, pengamatan pada siswa difokuskan pada kemampuan siswa menyerap materi yang telah disampaikan, keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya, dan sebagainya.
Termasuk dalam teknik pengumpulan
HASIL DAN PEMBAHASAN
data melalui observasi, dilakukan wawancara
Berdasarkan hasil awal dan observasi
secara tidak langsung. Wawancara dilakukan
pembelajaran melalui pemberian tes yang
setelah dan atas dasar hasil pengamatan di
dilakukan diperoleh fakta yang menunjukkan
kelas maupun kajian dokumen. Wawancara
bahwa
dilakukan antara peneliti dan guru serta siswa.
matematika rendah. Pada proses pembelajaran,
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh
siswa
informasi tentang berbagai hal yang berkaitan
pembelajaran, karena menganggap matematika
dengan pelaksanaan pembelajaran matematika
adalah pelajaran yang sulit. Siswa juga
sebelum menggunakan alat peraga meteran
memiliki hasil belajar yang kurang karena
dan
penyampaian materi kurang menarik dan
sesudah
menggunakan
alat
peraga
meteran.
2
siswa
kurang
memiliki
antusias
hasil
dalam
belajar
mengikuti
kurang jelas, karena keterbatasan alat peraga
Selain itu peneliti juga akan melakukan
yang digunakan oleh guru untuk menunjang
wawancara dengan siswa untuk mengetahui
materi. Setelah diperoleh fakta tersebut,
tanggapan siswa terhadap cara guru mengajar
peneliti merencanakan suatu pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga meteran dan
dengan alat peraga yang belum pernah
tanpa alat
untuk
digunakan sebelumnya. Melalui alat peraga
mengetahui daya ingat siswa terhadap materi
meteran, diharapkan dapat menciptakan proses
pelajaran matematika yang telah disampaikan.
pembelajaran
peraga
Pemberian
meteran, serta
tes
dimaksudkan
untuk
membosankan
yang
bervariasi
sehingga
dapat
dan
tidak
menambah
mengukur keberhasilan yang diperoleh siswa
antusiasme siswa dalam belajar yang akhirnya
setelah kegiatan pemberian kegiatan. Tes
dapar meningkatkan hasil belajar siswa pada
diberikan pada awal dan akhir kgiatan. Tes
pelajaran
pada awal kegiatan diberika untuk mengetahui
perkalian.
kemampuan
awal
siswa
pada
pembagian. Sedangkan tes yang diberikan di setiap akhir siklus bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar
siswa
pencapaian
yang
materi
Nilai hasil pembelajaran matematika materi perkalian sebelum diberikan tindakan. Inisial
Nilai
Kriteria Ketuntasan
setelah
pemberian tindakan. Indikator
khususnya
pelajaran
matematika, khususnya materi perkalian dan
peningkatan
matematika,
peneliti
Minimal (KKM) RWB
30
Belum Tuntas
NA
45
Belum Tuntas
tentukan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran matematika di SDN Kartodipuran adalah 6,3.
Pelaksanaan siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi
dan
refleksi/evaluasi.
Tindakan pada siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam tahap perencanaan, peneliti
melakukan persiapan antara lain menyusun
tes, setelah selesai, kemudian memberikan
RPP,
peraga,
lembar tes kepada guru. Guru dan siswa
mendeskripsikan cara penggunaan alat peraga,
bersama-sama mengoreksi jawaban tes siklus I
dan menyusun jadwal pertemuan dan kegiatan
ini.
menyiapkan
alat
tiap siklus. Setelah tahap perencanaan selesai, selanjutnya adalah tahap tindakan. Pertemuan pertama siklus I ini dimulai dengan membahas materi
perkalian
berulang.
Hal
sebagai ini
Nilai hasil pembelajaran matematika materi perkalian pada siklus I. No
Inisial
Nilai
1.
DT
55
2.
LL
70
Keterangan
penjumlahan
dilakukan
sebagai
pemantapan sebelum pengenalan alat peraga. Kegiatan berikutnya adalah guru menyiapkan
Rata-rata
Tuntas Tuntas
62.5
alat peraga meteran, kemudian menjelaskan tentang penggunaannya dan memberi contoh
Belum
1 dari 2 siswa belum
Ketuntasan Klasikal
tuntas
cara menggunakannya dalam materi perkalian. Agar siswa lebih jelas dan tidak mengalami
Nilai siswa yang ditunjukkan pada tabel
kesulitan dalam penerapannya, maka dalam
diatas menunjukkan bahwa Jika ditinjau dari
memberikan contoh dan latihan dilakukan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa
secara
guru
yang mencapai nilai ≥ 63 atau tuntas dari
membagikan alat peraga meteran kepada siswa
KKM ada 1 siswa, yaitu LL dengan perolehan
untuk
Siswa
nilai 70. Sedangkan 1 siswa lain, yaitu DT,
mencoba menggunakan alat peraga tersebut
belum tuntas KKM dengan perolehan nilai 55.
dalam menyelesaikan soal latihan sesuai
Dibanding dengan hasil yang didapat siswa
dengan cara penggunaan meteran yang telah
sebelum pemberian tindakan dengan alat
diperagakan oleh guru. Guru memberikan
peraga
bimbingan dan penjelasan secara pelan-pelan
kemampuan
sampai siswa merasa jelas.
sebesar 50%.
berulang-ulang.
digunakan
Setelah
sebagai
itu
latihan.
Di pertemuan kedua siklus I, pada
meteran,
terjadi
menghitung
peningkatan
perkalian
yaitu
Selama proses pembelajaran pada setiap
kegiatan inti, guru menerangkan lembar materi
siklus,
yang akan disampaikan dalam pertemuan ini.
Observasi selama siklus dilakukan untuk
Dalam
mengetahui kegiatan proses belajar mengajar
pertemuan
mengamati
setiap
ini,
guru
observasi.
mengetahui aktivitas siswa serta kemampuan
memberikan penjelasan pada siswa yang
dalam memahami materi yang disampaikan
kurang memahami perintah guru, atau yang
oleh guru selama kegiatan belajar mengajar.
masih kesulitan menggunakan alat peraga
Observasi
meteran.
guru
tindakan pada siklus I pertemuan kedua. Hasil
memberikan tes yang hasilnya dijadikan
observasi pada siswa antara lain terfokus pada
kegiatan
siswa
melakukan
dan
Diakhir
kegiatan
sekaligus
peneliti
inti,
sebagai hasil nilai siklus I. Siswa mengerjakan
dilakukan
selama
pelaksanaan
minat, perilaku dan emosi siswa selama proses
refleksi/evaluasi. Tindakan pada siklus I terdiri
pembelajaran berlangsung.
dari dua kali pertemuan.
Setelah siklus I selesai, peneliti bersama dengan
kolaborator
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka
mengadakan
kegiatan selanjutnya adalah membuat rencana
refleksi/evaluasi pada siklus I. Pada siklus I,
tindakan siklus II. Proses pembelajaran pada
proses pembelajaran menunjukkan adanya
tindakan siklus II pada dasarnya adalah sama
peningkatan, baik dari kegiatan siswa selama
dengan proses pembelajaran pada tindakan
pembelajaran maupun hasil belajar siswa.
siklus I. Pada tindakan siklus II ada beberapa
Meskipun
perubahan perlakuan terhadap diri subyek.
demikian, selama pembelajaran
masih ditemui adanya kekurangan yang harus
Perubahan ini dilakukan berdasar pada
dicari solusinya sebagai perbaikan pada siklus
hasil observasi pada kegiatan tindakan I.
selanjutnya.
Perubahan ini dimaksudkan agar subyek
Permasalahan yang dihadapi pada siklus
termotivasi
dalam
mengikuti
pelajaran
I antara lain adalah kurang adanya motivasi
matematika dengan menggunakan alat peraga
belajar
meteran
matematika
siswa
dalam
materi
perkalian. Siswa belum dapat memahami
Rencana tindakan yang akan dilakukan
penggunaan alat peraga meteran. Hal ini bisa
pada
disebabkan
mengubah
karena
metode
guru
dalam
tindakan cara
siklus guru
II
adalah dalam
dengan memberi
memberikan bimbingan kepada siswa masih
bimbingan kepada siswa yaitu dari bimbingan
kurang tepat. Guru masih jarang memberikan
klasikal menjadi bimbingan individual (satu
bimbingan secara individual. Sehingga perlu
persatu) sesuai dengan kesulitan yang dialami
adanya
siswa. dengan cara tersebut, diharapakan agar
perubahan
tindakan
pada
siklus
berikutnya.
siswa akan lebih mudah dalam menerima
Jika diliihat dari nilai perolehan dan
materi dari guru. Rencana lain yang dilakukan
hasil observasi siswa, pembelajaran belum
di siklus II adalah dengan lebih banyak
mencapai tujuan yang diharapkan, sehingga
memberikan reward kepada siswa.
diperlukan perbaikan pembelajaran melalui siklus II.
Tindakan pada siklus II terdiri dari 2 pertemuan. Pada pertemuan pertama guru
Penelitian dilanjutkan dengan kegiatan
memberikan ulasan singkat tentang perkalian
siklus II. Siklus II merupakan penyempurnaan
dengan menggunakan alat peraga meteran.
dari siklus I. Jika pada siklus I masih terdapat
Selanjutnya guru memberikan latihan-latihan
kelemahan selama proses belajar mengajar,
soal
pada siklus II ini diadakan perbaikan, sehingga
Pemberian latihan soal ini bertujuan agar siswa
tujuan penelitian ini bisa tercapai.Seperti
semakin mahir dalam penggunaan alat peraga
halnya pada siklus I, siklus II juga terdiri dari
meteran. Setelah selesai mengerjakan soal-soal
empat
latihan, guru bersama siswa membahas hasil
tahapan
pelaksanaan
yaitu
tindakan,
:
perencanaan,
observasi
dan
kepada
siswa
untuk
dikerjakan.
pekerjaan siswa. Pengamatan tetap dilakukan
oleh
guru,
agar
dapat
mengetahui
perkembangan emosi, perilaku dan minat
matematika dengan menggunakan alat peraga meteran.
siswa dibanding siklus I. Setelah
Secara
pertemuan
pertama
keseluruhan
kegiatan
selesai,
pembelajaran matematika materi perkalian
berikutnya adalah pertemuan kedua siklus II.
bagi siswa berkesulitan belajar matematika
Pertemuam kedua ini merupakan akhir dari
dengan menggunakan alat peraga meteran
siklus. Pada akhir pertemuan kedua siklus II
berjalan dengan baik. Kekurangan pada siklus
ini, diadakan test yang hasilnya digunakan
I
sebagai data hasil akhir siklus II.
keseluruhan penelitian pada siklus II sudah
sudah
dapat
diatasi,
bahkan
secara
berhasil karena sudah mencapai indikator Nilai hasil pembelajaran matematika materi perkalian pada siklus II
ketercapaian yang telah ditentukan sehingga penelitian
dianggap
selesai
dan
tidak
dilakukan siklus berikutnya. No
Inisial
Nilai
Keterangan
1.
DT
70
Tuntas
2.
LL
85
Tuntas
Rata-rata Ketuntasan Klasikal
Pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 100% atau sebanyak 2 siswa dari 2 siswa berkesulitan belajar
77.5
matematika secara keseluruhan telah mencapai
2 dari 2 siswa sudah tuntas
indikator yang ditentukan. Jadi, jika ditinjau dari
indikator
ketercapaian
yang
telah
ditentukan yaitu 2 dari 2 siswa mendapat nilai ≥ Observasi pada siswa dalam tindakan
63
dan
hasil
observasi
pada
siswa
berkesulitan belajar matematika rata-rata baik
siklus II masih terfokus pada motivasi, minat,
dari
aktivitas dan perhatian siswa. setelah adanya
observasi siswa, maka pada siklus II ini telah
tindakan pada siklus II, dilihat adanya
berhasil mencapai indikator keter
peningkatan aktivitas dan perhatian siswa
hasil
pengamatan
Pelaksanaan
dengan
kegiatan
lembar
pembelajaran
dalam mengikuti materi yang diajarkan guru.
matematika
Hal ini disebabkan adanya bimbingan secara
memanfaatkan alat peraga meteran ini telah
individu dari guru, sehingga murid lebih
sesuai dengan rencana yang telah disusun
memahami cara penggunaan alat peraga.
berdasarkan refleksi pada tindakan siklus I.
Motivasi Tampak
belajar
adanya
mulai
kemauan
meningkat.
siswa
Terdapat
materi
peningkatan
perkalian
selama
dengan
proses
untuk
pembelajaran dengan alat peraga meteran. Hal
menyelesaikan semua soal tanpa memilih yang
ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar,
mudah dan yang susah. Adanya minat siswa
motivasi, minat dan perhatian siswa yang
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
diperoleh dari masing-masing siklus.
dipahami. Aktifitas diluar pelajaran berkurang, siswa
lebih
terfokus
pada
pembelajaran
Nilai hasil pembelajaran matematika
seperti yang dibahas pada penelitian ini. Pihak
materi perkalian sebelum dan setelah diberi
sekolah sebaiknya menambah fasilitas dalam
tindakan:
kelas,
terutama
yang
berkaitan
dengan
pembelajaran matematika menggunakan alat
Inisial
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
RWB
30
50
67.5
peraga
IS
46
65
77.5
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah
38
57.5
72.5
Nilai Rata-rata
yang
akan
sangat
menunjang
bagi siswa berkebutuhan khusus, khususnya bagi siswa berkesulitan belajar matematika. Saran kepada guru antara lain untuk
Berdasarkan deskripsi di atas maka
lebih
mengefektifkan
pembelajaran
penelitian ini telah di nyatakan berhasil karena
matematika, guru hendaknya menggunakan
telah
belajar
alat peraga yang tepat yang dikombinasikan
Dengan
dengan metode yang sesuai dan menunjang
terjadi
matematika
peningkatan materi
hasil
perkalian.
demikian dapat dikatakan bahwa alat peraga
pemahaman
meteran terbukti dapat meningkatkan hasil
perkalian.
belajar matematika materi perkalian siswa
Untuk
siswa
dalam
peneliti
lain,
supaya
mengkaji,
Kartodipuran
penelitian lanjut yang membahas tentang
tahun
ajaran
dan
dapat
berkesulitan belajar matematika kelas III SDN Surakarta
menelaah
menghitung
mengadakan
penggunaan alat peraga meteran bagi siswa
2012/2013.
berkesulitan belajar matematika agar alat peraga
SIMPULAN dan SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat
meteran
dapat
diterapkan
pada
pembelajaran matematika khususnya materi perkalian di Sekolah Dasar lain.
peraga meteran dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian siswa
DAFTAR PUSTAKA
berkesulitan belajar matematika kelas III SDN
Ahmadi dan Widodo Supriyono, Abu. 2004.
Kartodipuran
Surakarta
tahun
ajaran
Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Heruman.
2012/2013. Berkaitan dengan simpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai diantaranya kepada kepala sekolah, dalam
2008.
Model
Pembelajaran
Matematika di SD. Bandung : Remaja Rosdakarya Mukminan.
2004.
Pedoman
Khusus
Tuntas.
Jakarta:
upaya pengembangan mutu pembelajaran,
Pembelajaran
diperlukan adanya sosialisasi dan pembekalan
Departemen Pendidikan Nasional.
rutin
terkait
pemberlajaran
yang
dapat
meningkatkan
Pendidikan.
dalam
pemberlajaran
Rosdakarya
siswa
matematika,
khususnya
materi
peraga
Ngalim.
guru
kemampuan
alat
Purwanto,
kepada
perkalian
2002.
Bandung
Psikologi :
Remaja
Sukayati
dan
Agus
Suharjana.
2009.
Pemanfaatan Alat Peraga Matematika Dalam
Pembelajaran
Di
SD.
Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK) Matematika. Syamsudin Makmun, Abin. 2002. Psikologi Kependidikan. Rosdakarya
Bandung:
Remaja