perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JURNAL POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI BEKERJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri Bekerja Dalam Mengasuh Anak Pada Masyarakat Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar)
Oleh: Anton Ari Wibowo D1211007
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 2016
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI BEKERJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri Bekerja Dalam Mengasuh Anak Pada Masyarakat Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar) Anton Ari Wibowo Sutopo JK. M.S Sofiah Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Couples who decide to work together in living life to the household when it has to have children encounter many challenges. They need the help of child care because of the condition they both worked. The research objective is to examine how patterns of communication, communication barriers and supporting husband and wife work in caring for children in the village community Mojogedang, District Mojogedang, Karanganyar. The methodology used in this study is qualitative. Sources of key data obtained from interviews, while supporting data obtained from books, documents and other supporting data. Mechanical analysis is done through a process of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The sampling technique used in this research that is purposive sampling. Based on the results of this research is that the communication patterns husband and wife work in caring for children need the help of parents of the couple in their parenting. Communication is done face to face and through the intermediary of a form of telephone communication. Time spent communicating namely during the mornings before going to work, at work communication is done by phone, and at the time of return to work, effective communication when the holiday. Communication initiatives husband and wife are equal but tend more to the wife. The dominant motif order to learn about communication, strengthen relationships and express feelings and concerns, as well solve the problem. The message is private on everyday household and tend to be about the child. Effects felt in the form of a feeling of comfort and quiet, the problem quickly resolved, foster a sense of compassion and strengthen relationships. There are two patterns of communication in the communication husband and wife working in parenting, namely communication patterns and the pattern of balanced equation separately. Factors that hinder that time, the husband and wife both work then no one can take care of their own children. The second is the physical and psychological conditions were tired after returning to work. Factors supporting the first is economic, couples who are both working their finances will be better as it gets income from two people, than if the income comes from the husband or wife. The second is the belief, the task of parenting they entrust to the parents. The third commit can to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
is a holiday, where families can spend time together, so that communication is effective. Keywords: Communication Patterns, Childcare
Pendahuluan Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Melalui pernikahan inilah terjadi peristiwa pengikatan janji serta bersatunya dua individu yang berbeda untuk hidup bersama sebagai pasangan suami istri yang sah secara hukum agama dan negara. Permasalahan terkadang hadir dan harus dihadapi oleh setiap pasangan yang berumah tangga. Salah satu masalah yang kerap kali terjadi dalam pernikahan yakni permasalahan ekonomi. Membina hubungan rumah tangga tidak hanya cukup dengan cinta atau kasih sayang. Kebutuhan pasangan untuk kelangsungan hidup harus dapat terpenuhi dengan baik, terlebih lagi apabila nanti sudah mempunyai keturunan. Sehingga pasangan suami istri memilih untuk sama-sama bekerja karena berbagai alasan dan keuntungan, misalnya dua orang yang bekerja akan lebih baik daripada hanya satu orang yang bekerja. Jika pasangan suami dan istri sama-sama bekerja, mereka akan menghasilkan pendapatan yang lebih banyak. Dalam membangun bahtera rumah tangga, keluarga terdiri dari beberapa anggota yang merupakan individu dengan sifat dan karakter yang berbeda. Setiap keluarga memerlukan komunikasi untuk menyatukan setiap individu karena masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Rumah tangga tidak sepatutnya dibangun di atas dasar persaingan atau hubungan saling menguasai, melainkan didasarkan pada orentasi untuk menciptakan sebuah suasana keluarga yang nyaman dan bahagia. Bekerja adalah salah satu unsur yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidup dalam berumah tangga terlebih lagi ketika sudah mempunyai keturunan. Jika suami tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya tidak ada salahnya sang istri turut membantu meringankan beban ekonomi yang di tanggung suaminya. Sehingga tidak menutup kemungkinan ketika pasangan suami istri memutuskan untuk sama-sama bekerja.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan pasangan suami istri yang bekerja, penghasilan mereka pun berlipat, penghasilan dari suami serta penghasilan dari istri. Dengan penghasilan yang memadai dari suami dan istri, akan lebih mudah dalam mengarungi bahtera rumah tangga dengan konsekuensi mereka memilih untuk meninggalkan anak mereka di rumah. Karena akan sangat sulit bagi keluarga yang tidak mempunyai mata pencaharian, sedang mereka harus berupaya untuk memenuhi kebutuhan seharihari, tak hanya kebutuhan dari suami dan istri melainkan kebutuhan apabila mereka sudah mempunyai keturunan. Kebutuhan dari sang anak mulai dari kebutuhan sandang, pangan sehari-hari, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Dengan alasan faktor ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang semakin besar tadi, menuntut istri untuk ikut mencari pendapatan dengan bekerja. Tetapi, dengan keputusan yang diambil tadi akan berdampak ketika pasangan tersebut telah memiliki keturunan. Akan terjadi suatu keadaan dalam berumah tangga, dimana ketika istri yang pada umumnya bertugas dalam mengurus rumah tangga dan membesarkan anak, kini harus mengesampingkan kewajibannya tersebut demi pekerjaan. Hal tersebut tentu berdampak terhadap tumbuh kembang sang anak, tak hanya dari segi fisik tetapi juga psikis. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pun sudah sangat jelas mengatur akan kewajiban orangtua dan hak sang anak. Disebutkan bahwa yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.1 Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.2 Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.3 Fenomena yang dijumpai penulis dilapangan, dalam hal ini pada lingkungan Desa Mojogedang, banyak anak-anak yang tidak diasuh sendiri oleh orangtua 1
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1. commit Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 pasal 1 ayatto2. user 3 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 12. 2
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka, anak-anak tersebut lebih sering menghabiskan waktu bersama kakek neneknya, kerabat dari orang tua mereka, dengan pengasuh, bahkan ada anak-anak yang bermain sendirian dan sekedar ikut-ikutan orang lain. Entah bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh kedua orang tua mereka dalam mengasuh buah hatinya. Meskipun pasangan suami istri tersebut setiap hari bertemu seusai bekerja dan tidak berpisah dalam waktu yang lama. Keluarga dengan pasangan suami istri yang sama-sama bekerja memerlukan komunikasi yang efektif dalam rumah tangga mereka. Komunikasi dalam pengasuhan anak dengan orang tua yang samasama bekerja menjadi penting karena mereka tidak memiliki pihak yang pasti berada di rumah dan mengasuh anak sepanjang hari. Dengan begitu, penting bagi keluarga dengan pasangan yang sama-sama bekerja untuk mengkomunikasikan tanggung jawab masing-masing dalam pengasuhan anak. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengulas lebih dalam lagi pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, terbatas bukan pada pasangan suami istri bekerja yang lama berpisah dan hanya ketemu sesekali, melainkan pasangan suami istri bekerja yang setiap hari bertemu kembali setelah bekerja. Dimana peran dalam keluarga menjadi berbeda dari keluarga yang pasangannya tidak yang sama-sama bekerja, bagaimana proses komunikasi dari pasangan yang sama-sama bekerja dalam mengasuh anak, hambatan yang dialami serta faktor pendukungnya.
Perumusan Masalah 1. Bagaimana pola komunikasi suami istri bekerja dalam mengasuh anak pada masyarakat Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar? 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung komunikasi suami istri bekerja dalam mengasuh anak pada masyarakat Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar?
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pola komunikasi suami istri bekerja dalam mengasuh anak pada masyarakat Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Serta untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung komunikasi suami istri bekerja dalam mengasuh anak pada masyarakat Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.
Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna, jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu.4 Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.5 Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bias berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen komunikasi, yaitu Sumber (Source), Komunikator (Encoder), Pesan (Message), Komunikan (Decoder), Tujuan (Destination).6 2. Komunikasi interpersonal Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi antar dua orang dan dapat berlangsung dengan cara tatap muka atau melalui media. Pengertian
4
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, Hal. 9 5 Cangara, Hafid, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo, Persada, Hal. commit to user 18-19 6 Susanto, Astrid, 1994, Filsafat Komunikasi. Bandung : Bina Cipta, 1988, Hal. 31.
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) menurut Onong Uchjana Effendy yang dikutip dari Joseph A. Devito sebagai “...proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang, dengan beberapa elemen dan beberapa umpan balik seketika.”7 Beberapa unsur yang harus dimiliki oleh setiap bentuk komunikasi termasuk komunikasi antar pribadi antara lain: Kontek, Komunikator, Komunikan, Pesan, Saluran, Gangguan, Umpan Balik, Model Proses.8 3. Komunikasi keluarga Menurut Kurniadi dalam Mediator Jurnal Komunikasi, keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.9 Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu, melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu. Keluarga merupakan tempat pertama komunikasi diajarkan.10 4. Pola komunikasi Menurut Suranto dalam bukunya Komunikasi Sosial Budaya, menyatakan bahwa: “Pola komunikasi adalah suatu kecenderungan terhadap gejala umum yang menggambarkan cara berkomunikasi dalam sebuah kelompok sosial tertentu. Setiap kelompok sosial dapat menciptakan norma sosial dan norma komunikasinya sendiri yang 7
Cangara, Hafid, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo, Persada, Hal.60. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, Hal. 6. 9 Kurniadi, Oji, 2001, Mediator Jurnal Komunikasi (Volume 2 Nomor 2), Pengaruh Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Anak. Universitas Islam. Bandung. Hal. 271. 10 commit to user Larry A. Samovar. 2007. Communication Between Cultures, Sixth Edition, USA: Thomson Higher Education. Hal. 42 8
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
biasanya harus ditaati oleh semua anggota di dalamnya. Hal ini banyak berhubungan dengan perilaku atau tindakan individu didalam sebuah kelompok.”11 Dapat diartikan sebuah pola komunikasi merupakan penyampaian informasi yang dilakukan oleh sumber
dengan memberikan pemahaman
terhadap perilaku individu lain melalui pembicaraan, gesture, sikap atau perilaku tentang apa yang ingin disampaikan kepada individu lainnya. Berkaitan dengan pernyataan tersebut dalam berkomunikasi individu di setiap tempat memiliki gaya berinteraksi yang berbeda, hal ini kemudian mempengaruhi pola komunikasi yang telah tercipta dalam suatu kelompok tertentu. Terdapat banyak faktor yang menjadi pengaruh pada pola komunikasi, seperti pergaulan atau sistem kepercayaan di masing-masing individu sehingga dapat dikatakan bahwa pola komunikasi tidak besifat baku namun bersifat fleksibel. “Pola komunikasi merupakan suatu tindakan di mana sebuah kelompok berusaha mempengaruhi perilaku mereka. Perbedaan utama dari perilaku dapat disebabkan oleh pola komunikasi dimana perbedaan itu dapat terjadi dalam akurasi, keseluruhan dari aktivitas, kepuasan dari anggota kelompok, munculnya seorang pemimpin, dan organisasi kelompok. Penempatan posisi diciptakan dalam pola komunikasi juga berhubungan dengan perilaku namun hubungan yang paling utamanya dalam pola komunikasi paling jelas berkorelasi dengan perbedaan perilaku.”12 5. Pengasuhan anak Pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orangtua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial, sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi yang tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan. Menurut Brooks, “Orangtua dalam pengasuhan memiliki beberapa definisi yaitu ibu, ayah, atau seseorang yang akan membimbing dalam kehidupan baru, seorang penjaga, maupun seorang pelindung. Orangtua adalah seseorang yang mendampingi dan membimbing semua 11 12
userIlmu, Yogyakarta, Hal. 116 Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosialcommit Budaya. to Graha Leavitt, Harold, J. 1951. Journal of Abnormal and Social Psychology. Vol 46(1), 38-50. 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tahapan pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengarahkan kehidupan baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya. Pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orangtua untuk mendukung perkembangan anak. Proses pengasuhan bukanlah sebuah hubungan satu arah yang mana orangtua mempengaruhi anak namun lebih dari itu, pengasuhan merupakan proses interaksi antara orangtua dan anak yang dipengaruhi oleh budaya dan kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan.”13 Pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orangtua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial, sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi yang tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan. 6. Teori penetrasi sosial Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai berikut: Yang pertama, lebih sering dan lebih cepat akrab dengan lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Yang kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh.14 Metodologi Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yang didukung dengan data kualitatif. Sebagai sebuah penelitian
13
Brooks, Jane. 2011. The Process of Parenting. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. commit: The to user Altman and Taylor. 1973. Social Penetration Development of Interpersonal Relationship. New York: Rinehart&Winston. 14
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Sementara itu data kualitatif diperoleh dengan pengolahan informasi yang didapatkan dari sumber data primer melalui wawancara dan sumber data sekunder melalui dokumen resmi terkait. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti ini memberikan gambaran tentang bagaimana proses komunikasi yang dilakukan suami istri sama-sama bekerja dalam mengasuh anak dan juga mengetahui faktor penghambat dan pendukung komunikasi dalam hubungan rumah tangga yang dijalani. Penelitian mengambil lokasi di Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 55 pasangan suami istri yang sama bekerja dan telah mempunyai anak balita (bawah lima tahun). Dari populasi tersebut peneliti mengambil sampel sejumlah 5 pasangan suami istri, serta 5 orang peran pengganti. Sehingga total peneliti melakukan wawancara dengan 10 narasumber berupa 5 pasangan suami istri yang sama-sama bekerja dan telah memliki anak balita serta 5 narasumber peran pengganti yang menggantikan pasangan tersebut mengasuh anak ketika ditinggal bekerja.
Sajian dan Analisis Data Komunikasi yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang sama-sama bekerja dalam mengasuh anaknya di deskripsikan dalam beberapa bahasan yakni cara berkomunikasi, waktu yang digunakan untuk komunikasi, inisiatif dalam berkomunikasi, motif dalam berkomunikasi, pesan apa saja yang menjadi pembicaraan dalam komunikasi, efek yang didapatkan setelah berkomunikasi dan kewenangan dalam komunikasi. 1. Cara berkomunikasi Dalam penelitian ini peneliti menemukan cara komunikasi yang digunakan oleh pasangan suami istri yang sama-sama bekerja dalam mengasuh anak antara lain: a. Tatap muka Dalam penelitian dilapangan, komunikasi tatap muka tidak hanya to user terjadi pada suamicommit dengan istri, melainkan juga terjadi dengan
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang tua dari pasangan suami istri tadi serta sang buah hati juga. Semua narasumber menyebutkan bahwa pengasuhan anak mereka ketika pasutri tersebut sama-sama bekerja adalah dilakukan dengan bantuan orangtua mereka. Hal tersebut merupakan konsekuensi karena mereka sama-sama bekerja dari pilihan akankah sang anak diasuh sendiri dengan dibawa ditempat kerja, diasuh oleh orangtua mereka, diasuh dengan bantuan orang lain (baby sitter) atau dititipkan ditempat pengasuhan anak. b. Melalui media Menurut hasil wawancara yang ditemukan peneliti di lapangan, jenis media komunikasi yang digunakan oleh narasumber suami istri yang sama-sama bekerja adalah jenis media komunikasi audio berupa telepon genggam, semua pasutri menggunakan telepon untuk berkomunikasi. Penggunakan
telepon
genggam
untuk
berkomunikasi
oleh
narasumber dilakukan ketika narasumber berada ditempat kerja, semua pasutri narasumber menggunakan alat komunikasi berupa telepon untuk berkomunikasi ketika mereka sedang bekerja, untuk sekedar mengetahui kabar suami/istrinya, menanyakan kabar anaknya serta mengetahui hal-hal yang terjadi di rumah. Ketika suami istri tersebut sedang ditempat kerja, suami atau istri menghubungi orangtua mereka yang berada dirumah untuk menanyakan tenatang keadaan si anak. 2. Waktu komunikasi a. Pemilihan waktu Berdasarkan pernyataan narasumber, komunikasi dilakukan pada saat pagi hari sebelum berangkat bekerja, ketika berada ditempat kerja komunikasi dilakukan dengan alat komunikasi berupa telepon entah itu antara suami dan istri atau dengan orangtua dan anak mereka, komunikasi kembali berlangsung ketika sudah pulang dari tempat kerja dan sampai dirumah selain itu para pasutri commit tomereka user ketika hari libur. mengefektifkan komunikasi
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Frekuensi dan durasi komunikasi Peneliti menemukan bahwa pasutri yang sama-sama bekerja melakukan komunikasi secara intens setiap hari. Sebelum berangkat bekerja, ketika berada ditempat kerja serta setelah pulang dari tempat kerja mereka melakukan komunikasi meski dengan durasi yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena perbedaan rutinitas dan kesibukan kerja, baik ketika ditempat kerja maupun ketika setelah dari tempat kerja faktor kelelahan dan pikiran tentang pekerjaan tadi masih terbawa sampai rumah sehingga komunikasi pun kurang maksimal. 3. Inisiatif dalam komunikasi Pada dasarnya tugas mencari nafkah adalah tugas suami dan mengurus rumah tangga dan anak adalah tugas istri. Tetapi ketika keduanya memutuskan untuk sama-sama bekerja, maka mencari nafkah dan mengurus rumah tangga serta anak menjadi tugas keduanya. Sehingga inisistaif tidak selalu dari suami dulu atau pun dari isrtri dulu, masingmasing bisa saling menyesuaikan. 4. Motif berkomunikasi Motif yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas komunikasi beragam. Suami istri yang sama-sama bekerja berkomunikasi dengan pasangannya dikarenakan ada motif tertentu yang mendorongnya. Dari hasil yang ada dilapangan, motif yang sangat dominan pada pasangan suami istri yang sama-sama bekerja adalah untuk mengetahui kabar, baik itu kabar pasangan, anak maupun keadaan rumah. Selain
motif
mengetahui
kabar,
mempererat
hubungan
serta
mengungkapkan perasaan dan perhatian, juga terdapat motif lainnya yakni menyelesaikan masalah. Permasalahan tertentu yang sifatnya masih ringan mungkin dapat diselesaikan secara sendiri oleh salah satu pihak namun terdapat masalah tertentu yang harus diselesaikan dengan pasangan, hal tersebut dapat dilakukan apabila suami istri tersebut saling komunikasi commit to user satu sama lain
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi Pesan dalam komunikasi yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang sama-sama bekerja cenderung tentang keadaan rumah tangga seharihari, terutama tentang anak menyangkut kebutuhan sehari-hari, kesehatan serta
pendidikannya
kelak.
Agama
dan
pergaulan
juga
sudah
dikomunikasikan sejak dini agar nantinya sang anak tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah. Topik pembicaraan dalam komunikasi antara suami dengan istri maupun dengan orangtua dirumah lebih kepada perkembangan sang anak. Hal tersebut sangat berasalan sebab orangtua tidak setiap hari bisa memantau perkembangan buah hatinya dirumah karena keduanya (suamiistri) sama-sama bekerja. “Pesan-pesan dalam komunikasi pasutri tersebut juga termasuk dalam pesan yang bersifat pribadi yakni berhubungan dengan hubungan antar pribadi suami dan istri atau keluarga. Menurut Budyatna, hubungan pribadi atau personal relationship adalah dimana orang mengungkapkan informasi satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain.”15 6. Efek setelah berkomunikasi Proses komunikasi menimbulkan berbagai efek yakni perasaan senang, lega, sedih, semangat yang dirasakan oleh suami atau istri setelah melakukan komunikasi. Perasaan tersebut timbul karena mendengar suara dan kabar pasangan serta keadaan anak mereka. Ketika mendengar kabar pasangan dalam keadaan baik maka membuat suami atau istri merasa senang atau lega. Selain itu apabila ada suatu permasalahan dapat segera terselesaikan dengan adanya komunikasi. Efek yang ditimbulkan beragam, menimbulkan perasaan tenang dan nyaman serta apabila ada permasalahan dapat segera terselesaikan serta menimalisir terjadinya misskomunikasi. 7. Kewenangan dalam komunikasi Suami dan istri memiliki peran masing-masing yang dijalankan dalam hubungan rumah tangga. Selain itu mereka juga selalu dihadapkan dengan
commit to user Antar Pribadi. Jakarta: Kencana. Budyatna, M dan Ganiem, L.M. (2011). Teori Komunikasi Hal. 36-37
15
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbagai hal permasalahan atau keputusan yang diambil maka dalam hal ini seringkali muncul kewenangan masing-masing. a. Pola komunikasi persamaan Pola ini terdapat pada rumah tangga yang mana pasangan suami istri keduanya sama-sama bekerja. Keputusan tentang penyelesaian masalah dilakukan bersama atas keputusan bersama. Meskipun suami adalah kepala keluarga, tetapi tidak hanya karena hal tersebut semua keputusan bergantung pada suami. Suami dan istri secara terbuka, langsung dan bebas dalam berkomunikasi. Mereka memiliki bagian yang sama dalam menyampaikan pendapat tentang kehidupan berumah tangga. Dominasi dari salah satu pihak tidak nampak pada komunikasi. b. Pola seimbang terpisah Pola ini juga terdapat pada rumah tangga yang mana pasangan suami istri keduanya sama-sama bekerja. Hal yang terjadi adalah sang istri lebih dominan dalam mengasuh anak, tetapi tidak bermaksud untuk menguasai, dalam artian menguasai segala keputusan tentang pengasuhan anak. Pada dasarnya suami memang yang harus mencari nafkah, istri yang mengurus rumah tangga dan anak. Dalam hal ini, sang istri tadi terlihat dominan karena jarang berkomunikasi dengan suaminya ketika keduanya sama-sama bekerja. Tapi sang istri tetap berkomunikasi, yaitu dengan sang ibu, karena sang ibu lah yang mengasuh anaknya ketika mereka samasama bekerja. Tetapi ketika sudah berada dirumah berdua tetap terjalin komunikasi antara suami dan istri. 8. Faktor penghambat a. Faktor waktu Permasalahan komunikasi pertama yang dialami oleh pasangan suami istri yang sama-sama bekerja adalah soal waktu. Masingmasing pada jam kerja memiliki kesibukan sendiri-sendiri tentang to user pekerjaan mereka,commit sehingga komunikasi yang seharusnya bisa
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan kapan saja menjadi terhalang dengan adanya batasan waktu tersebut. Pasangan tesebut hanya bisa meluangkan waktu untuk berkomunikasi satu sama lain pada saat jam istirahat makan siang saja itupun hanya dengan lewat media telepon. b. Faktor fisik dan psikis Permasalahan selanjutnya yang dialami adalah kendala fisik dan psikis. Ketika kondisi psikis atau pikiran seseorang dalam keadaan yang labil cenderung kurang bisa menerima pesan dengan baik. Setelah seharian penuh bekerja pastilah energi atau stamina seseorang akan terkuras, ditambah lagi harus menempuh jarak yang lumayan jauh untuk sampai ketempat kerja, baik waktu berangkat ataupun pada saat pulang kerja. Bisa saja pesan yang disampaikan berbeda dengan maksud yang diterima. Pada saat pasangan terbebani dengan pekerjaan kantor, mungkin ada masalah dan lain-lain, dalam pikirannya beban masalah tentang pekerjaan yang dialami tadi tetap terbawa meski ketika sudah berbeda forum, dalam hal ini ketika pasangan tersebut sudah masuk wilayah komunikasi tentang keluarga/mengasuh anak mereka, pasangan menjadi tidak fokus tentang arah pembicaraan mereka. 9. Faktor pendukung a. Faktor ekonomi Dengan pasangan suami istri yang keduanya sama-sama bekerja tentu uang bukanlah masalah bagi mereka. Secara finansial, pasangan yang sama-sama bekerja akan lebih baik keuangan mereka karena mendapat pemasukan dari dua orang, dibandingkan apabila pendapatan berasal dari suami atau istri saja. b. Faktor kepercayaan Keadaan dimana pasangan tersebut belum tinggal dalam rumah sendiri, dalam artian masih tinggal bersama orangtua mereka. Sehingga tugas dalam mengasuh anak dapat mereka percayakan commit to user kepada orangtua. Disamping itu pula, mereka yakin bahwa buah
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hati mereka akan aman dan terawat dengan baik sama halnya ketika merawat mereka saat masih kecil dulu. c. Hari libur Hari libur juga merupakan salah satu pendorong yang sangat penting bagi pasangan suami istri yang sama-sama bekerja. Ketika hari libur mereka dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia dalam mengasuh dan memantau perkembangan dari buah hati mereka secara langsung serta mencukupi segala kebutuhan dari sang anak. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Pola komunikasi suami istri bekerja dalam mengasuh anak dilakukan dengan tatap muka langsung antara suami dengan istri atau dengan orangtua selaku pengasuh anak ketika ditinggal bekerja serta melalui perantara alat komunikasi berupa telepon. Waktu yang digunakan berkomunikasi yakni pada saat pagi hari sebelum berangkat bekerja, pada saat bekerja komunikasi dilakukan dengan telepon, serta pada saat pulang bekerja, komunikasi dapat berjalan efektif ketika hari libur. Inisiatif dalam komunikasi antara suami dan istri saling menyesuaikan namun lebih cenderung ke istri. Motif komunikasi dominan untuk mengetahui kabar, mempererat hubungan, mengungkapkan perasaan dan perhatian serta menyelesaikan masalah. Pesan yang disampaikan bersifat pribadi tentang rumah tangga sehari-hari dan cenderung tentang anak. Efek yang dirasakan berupa perasaan
nyaman dan
tenang, masalah cepat terselesaikan, menumbuhkan rasa kasih sayang serta mempererat hubungan. b. Terdapat 2 pola komunikasi pada komunikasi suami istri bekerja dalam mengasuh anak, yakni yang pertama pola komunikasi persamaan dimana suami istri membagi kesempatan komunikasi secara merata dan seimbang, peran dimainkan tiap orang dalam keluarga commityang to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
adalah
digilib.uns.ac.id
sama.
Tiap
orang
dianggap
sederajat
dan
setara
kemampuannya. Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas. Yang kedua adalah pola seimbang terpisah, di mana persamaan hubungan suami istri tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing-masing. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri, tidak ada pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri. Dikarenakan sang anak diasuh oleh orangtua dari istri maka komunikasi yang terjalin lebih intens dari orangtua ke sang istri tanpa bermaksud untuk menguasai, dalam artian menguasai segala keputusan tentang pengasuhan anak. c. Faktor yang menghambat komunikasi pasangan suami istri bekerja yaitu pertama waktu, komunikasi yang bisa dilakukan kapan saja menjadi terkendala karena batasan waktu, dengan suami istri samasama bekerja maka tidak ada yang bisa mengasuh anaknya sendiri sehingga memerlukan bantuan orangtua untuk mengasuh si anak meski nantinya setelah pulang kerja dapat kembali bertemu. Yang kedua adalah kondisi fisik dan psikis yang lelah setelah pulang bekerja. Tidak bisa dipungkiri bahwa pekerjaan menguras tenaga dan pikiran, belum lagi jarak yang harus ditempuh untuk berangkat dan pulang kerja. d. Faktor yang mendukung komunikasi pasangan suami istri bekerja yaitu pertama faktor ekonomi, secara finansial, pasangan yang sama-sama bekerja akan lebih baik keuangan mereka karena mendapat pemasukan dari dua orang, dibandingkan apabila pendapatan berasal dari suami atau istri saja. Yang kedua adalah kepercayaan, keadaan dimana pasangan tersebut belum tinggal dalam rumah sendiri, dalam artian masih tinggal bersama orangtua mereka. Sehingga tugas dalam mengasuh anak dapat mereka percayakan kepada orangtua. Disamping itu pula, mereka yakin bahwa buah hati mereka akan aman dan terawat commitadalah to userhari libur, pada saat itulah yang dengan baik. Yang ketiga
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dinanti-nati oleh pasangan suami istri sama-sama bekerja, karena pada hari libur mereka dapat mengoptimalkan komunikasi secara bersamasama baik waktu berkumpul dirumah maupun pergi keluar untuk refreshing atau berlibur. 2. Saran a. Sebaiknya pasangan suami istri harus mempunyai pedoman, prinsip dan pemikiran matang pada awal pernikahannya tentang keputusan mereka untuk membangun keluarga. Pengambilan keputusan yang bijak tentang siapa yang mencari nafkah maupun yang mengurus rumah tangga. b. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan menjadi pola komunikasi suami istri sama-sama bekerja dalam mengasuh anak dengan menggunakan metode kuantitatif. Selain itu, dengan keadaan dimana suami istri yang sama-sama bekerja, keadaan dirumah tidak ada yang mengurus atau mengawasi, sehingga diperlukannya seseorang untuk menangani hal tersebut, nantinya dapat dilakukan penelitian tentang pola komunikasi peran pengganti dalam keluarga pasutri yang samasama bekerja menggunakan metode kualitatif maupun kuesioner. c. Sebaiknya pemerintah melakukan komunikasi, sosialisasi atau penyuluhan tentang lapangan pekerjaan serta komunikasi pengasuhan anak, baik itu tentang macam-macam lapangan pekerjaan, ataupun tentang pola pengasuhan anak yang baik dan benar, melalui perantara program-program pemerintah, misalnya BKKBN, Dharma Wanita, PKK maupun progam-program lokal yang ada didaerah-daerah bisa berupa musyrawarah desa, musyawarah antardesa, pertemuan koperasi ataupun arisan dan sebagainya. Hendaknya program sosialisasi tersebut dapat berjalan dengan berkesinambungan dan tepat sasaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka Altman and Taylor. 1973. Social Penetration: The Development of Interpersonal Relationship. New York: Rinehart&Winston. Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Brooks, Jane. 2011. The Process of Parenting. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budyatna, M dan Ganiem, L.M. 2011. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafid. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo, Persada. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya. Kurniadi, Oji, 2001, Mediator Jurnal Komunikasi (Volume 2 Nomor 2), Pengaruh Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Anak. Bandung : Universitas Islam. Larry A. Samovar. 2007. Communication Between Cultures, Sixth Edition. USA: Thomson Higher Education. Leavitt, Harold, J. 1951. Journal of Abnormal and Social Psychology. Vol 46(1), Jan 1951, 38-50. Susanto, Astrid. 1994. Filsafat Komunikasi. Bandung: Bina Cipta. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 12.
commit to user
18