perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONFLIK BUDAYA DALAM SURAT KABAR (Studi Analisis Isi Perbandingan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Dalam Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009)
Disusun Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Dalam Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Oleh: Ronny Mallo Tju D1208613
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
2010
ii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hari
: Selasa
Tanggal
: 14 Desember 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D
Nora Nailul A., S.Sos, M.LMEd, Hons.
NIP. 197102171998021001
NIP. 198104292005012002 commit to user
iii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari
: Senin
Tanggal
: 10 Januari 2011
Panitia Penguji
:
Ketua
: Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D.
(
)
(
)
(
)
: Nora Nailul A., S.Sos, M.LMEd, Hons. (
)
NIP. 19540805 198503 1 002 Sekretaris
: Mahfud Anshori, S.Sos. NIP. 19790908 200312 1 001
Penguji I
: Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D NIP. 197102171998021001
Penguji II
NIP. 198104292005012002
Mengetahui, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
to user Drs. commit H. Supriyadi SN, SU NIP. 195301281981031001
iv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MOTTO
Yang terpenting di dalam menjalankan hati kepercayaan adalah hati kepercayaan yang kuat, ada kesungguhan hati di dalam doa dan memiliki jiwa yang dapat mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin…
(Bimbingan Yang Arya Jitoku Kawabe)
Yang dikatakan ‘budi’ adalah tinggi, meskipun langit itu tinggi namun tingginya tidaklah setinggi ‘budi’. Dan ‘budi’ adalah tebal. Tanah memang tebal tetapi tidaklah setebal ‘budi’.
(Perihal ‘Surat Membuka Mata’)
commit to user
v digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Penulisan Karya Ilmiah ini saya persembahkan dan dedikasikan untuk:
My Beloved Mother - Wiliana dan Alm. Ayah saya Leo Ohari. Dan juga untuk kakak
2
saya, Roby dan Riny.
Terima Kasih dari lubuk hati terdalam atas segalanya..
commit to user
vi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat kelulusan untuk memporoleh gelar sarjana ilmu komunikasi. Penyusunan skripsi dengan judul “Konflik Budaya dalam Surat Kabar” (Studi Analisis Isi Perbandingan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Dalam Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009), diawali dengan ketertarikan penulis terhadap hubungan pasang-surut antara Indonesia dan Malaysia dalam berbagai hal sehingga menyebabkan terjadinya konflik. Seperti yang diketahui, konflik antara Indonesia dan Malaysia ada beragam, namun yang menjadi pengamatan peneliti adalah isu konflik budaya yang seiring waktu terus terjadi. Penulisan berita terkait isu konflik budaya kedua negara sempat menjadi hot topic dalam berbagai macam pemberitaan dalam surat kabar beberapa tahun lalu, namun pada tahun 2009 isu ini kembali mencuat dan menjadi perhatian baik dari pemerintah maupun penduduk kedua negara tersebut. Sehingga mengundang banyak pemberitaan dari surat kabar kedua negara, baik itu memberitakan secara positif, negatif maupun netral. Pada penelitian ini peneliti ingin melihat perbedaan-perbedaan berita terkait konflik budaya pada dua surat kabar yang memiliki perbedaan mencolok terkait asal dan peredarannya, yakni Utusan Malaysia yang berasal dari Malaysia, dan Media Indonesia yang berasal dari Indonesia.
commit to user
vii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam skripsi ini, peniliti memaparkan semua informasi yang dilengkapi dengan data-data akurat yang berisi mulai dari perumusan masalah hingga hasil perhitungan penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan berita terkait konflik budaya pada kedua surat kabar yang diteliti. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan tidak terlepas dari kesalahan penulisan di dalam skripsi ini. Untuk itu peneliti berharap, para peneliti dimasa yang akan datang dapat menyempurnakannya demi kemajuan bidang ilmu sosial. Diakhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat luas. Terima kasih.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
commit to user
viii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini tidak akan mudah diselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak. Untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph. D dan Nora Nailul A., S.Sos, M.LMEd, Hons. selaku pembimbing skripsi; yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, saran, kritik dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Dan mohon maaf atas kesalahankesalahan penulis. 2. Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D. dan Mahfud Anshori, S.Sos. selaku penguji skripsi; atas masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 3. Nora Nailul A., S.Sos, M.LMEd, Hons. selaku Pembimbing Akademik, yang telah memberikan arahan dan waktunya selama menempuh pendidikan di Ilmu Komunikasi FISIP UNS. 4. Segenap staf dosen FISIP UNS Surakarta atas segala ilmu yang telah diajarkan selama ini. 5. Rekan-rekan S1 Ilmu Komunikasi Swadana Transfer 2008. Umi Era, Titi, Pupud, Wawa, Arwan, Abung, Diki, Gunawan, Iswan, Ezi, Latief, Matius, Icha, Achi, Iva, Citra, Ade dan Fera, Alit, Desti, Mawar, dan semuanya.. Terima Kasih untuk kebersamaan, keceriaan, dan bantuannya. Sukses selalu buat kalian, keep contact! 6. Keluarga besar di Sulawesi Selatan, Aji’-Monita, Untuk Om Toni Sekeluarga, juga Om Eddy Mallo sekeluarga dan keluarga besar lainnya.. commit to user
ix digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Teman-Teman kos putra Stannum, dan keluarga Ibu Sri, Destina atas bantuan-bantuannya, Andi Yan, Indra, Ko Andre, Mba Yani, Mba Chandra, Mba Novi, Mba Retno, Mbah Jo, Taufik, Anugerah dan semuanya.. Sukses selalu buat kalian.. 8. Teman-Teman Yogya dan teman online, Jimmy Anthony Sarapung – Terima Kasih atas kesabaran dan supportnya yang sangat berharga buat penulis, Nina atas supportnya, Indra ‘aandaku’, Pram2, Kancalini, Qinan, Om Wahnce, Holy, Stef, Mba Nuke, Jeje, Once, Titis, Dee, Tante, Maia, Yoke, Tere, Jembet, dan semuanya.. Sukses selalu buat kalian.
commit to user
x digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………..
i
PERSETUJUAN…………………………………………………………..
ii
PENGESAHAN…………………………………………………………...
iii
MOTTO…………………………………………………………………....
iv
PERSEMBAHAN…………………………………………………………
v
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………
x
DAFTAR TABEL………………………………………………………....
xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...
xx
ABSTRAK………………………………………………………………....
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….
1
B. Perumusan Masalah…………………………………………………….
9
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….………
10
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………...
10
E. Kerangka Pemikiran dan Telaah Pustaka……………………………....
11
1. Definisi Komunikasi………...……………………………….............
11
1.1. Komunikasi Massa……….…………………………….………..
12
1.1.1 Surat Kabar……………………………………………….
14
1.1.2. Berita…………………………………………………….. commit to user
17
xi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.2. Komunikasi Antarbudaya….………………………….………...
22
1.2.1. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi Antarbudaya………………………………….……….....
26
1.2.2. Konflik Budaya………………...….……….……............
28
1.2.3. Penerapan Komunikasi Antarbudaya dalam Penelitian.....
30
2. Analisis Isi sebagai Teknis Analisis……………….…………………
31
3. Penelitian Terdahulu……………………………….…………............
34
3. Kerangka Pemikiran……………………………….…………............
37
F. Hipotesis…………………………………………….…………………..
39
G. Definisi Konsepional dan Operasional……………….…………............
39
1. Definisi Konsepsional…………………………….………………….
39
2. Definisi Operasional……………………………….………………....
42
H. Kategorisasi……………………………………………………………..
45
1. Pokok Permasalahan Berita………………………………..…............
46
2. Arah Pemberitaan….………………………………………………....
46
3. Sumber Berita…….…………………………….………………….....
47
4. Faktualitas Berita.…………………………………………………….
48
5. Bentuk Penulisan Berita………………………………………………
49
I. Metodologi Penelitian…………………………………………………...
50
1. Jenis Penelitian………………………………………………………..
50
2. Teknik Penelitian……………………………………………………..
50
3. Obyek Penelitian……………………………………………………...
52
4. Populasi dan Sampel…………………………………………............. commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
xii digilib.uns.ac.id
5. Teknik Pengumpulan Data……………………………….…………..
53
6. Teknik Pengukuran……………………………………..…………….
53
7. Teknik Analisis Data…………………………………………………
54
8. Reliabilitas……………………………………………………………
55
BAB II
DESKRIPSI PENELITIAN
A. Utusan Group……………………………………………………………
56
1. Sejarah dan Perkembangan…………………………………………...
56
2. Visi, Misi dan Objektif Perusahaan………………………………….
58
3. Tata Kerja Perusahaan……………………………………………….
60
3.1. Struktur Organisasi…….…………………...……….………….
60
3.2. Editorial Utusan Malaysia…………….……………….………..
62
4. Kebijakan Redaksional……………………………………….............
63
5. Layanan Usaha Perusahaan…………………………………………..
64
6. Produk Usaha………………………………………………………...
69
7. Profil Pembaca……………………………………………….………
74
B. Media Indonesia………………………………………………………...
75
1. Sejarah dan Perkembangan…………………………………………..
75
2. Visi, Misi dan Objektif Perusahaan………………………….............
77
3. Struktur Organisasi…………………………………………………..
79
4. Kebijakan Redaksional………………………………………............
81
4.1. Pola Penyajian………………………...………….……………...
82
5. Profil Pembaca………………………………………………………. commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
xiii digilib.uns.ac.id
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
3.1. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia…………….………..
91
3.1.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia………………………………………………
92
3.1.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia………………………………………………………
95
3.1.3. Sajian Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia………………………………………………...........
98
3.1.4. Sajian Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia………………………………………………...........
102
3.1.5. Sajian Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia………………………………………...........
103
3.2. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia………………...........
106
3.2.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia………………………………….…………. commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id
xiv digilib.uns.ac.id
3.2.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia…………………………………………….............
109
3.2.3. Sajian Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia…………………………………………………….
112
3.2.4. Sajian Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia…………………………………………………….
116
3.2.5. Sajian Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia…………………………………….……….
118
3.3. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009……………….........................................................
120
3.3.1. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009………………… 3.3.2. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media commit to user
122
xv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009…………………
125
3.3.3. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009…………………………….
128
3.3.4. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009…………………………….
130
3.3.5. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009………………….
BAB IV
133
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………...
136
B. Saran…………………………………………………………………….
144
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
xvi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Jumlah Sampel Pemberitaan Terkait Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia..............................................
52
Tabel 2.1
Direksi Utusan Group............................................................
61
Tabel 2.2
Direksi Anak Perusahaan Utusan Group...............................
62
Tabel 2.3
Editor Utusan Malaysia..........................................................
62
Tabel 2.4
Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin..................................
85
Tabel 2.5
Persentase Berdasarkan Tingkat Pendidikan.........................
85
Tabel 2.6
Persentase Berdasarkan Tingkat Usia....................................
85
Tabel 2.7
Persentase Berdasarkan Jenis Pekerjaan................................
86
Tabel 2.8
Persentase Berdasarkan Tingkat Pengeluaran.......................
86
Tabel 3.1
Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar Utusan Malaysia....................................................................
Tabel 3.2
Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar Media Indonesia....................................................................
Tabel 3.3
89
89
Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode commit to user Agustus – Desember 2009.....................................................
92
xvii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
Tabel 3.5
96
Distribusi Frekuensi Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
Tabel 3.6
99
Distribusi Frekuensi Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
Tabel 3.7
102
Distribusi Frekuensi Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
Tabel 3.8
104
Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
Tabel 3.9
107
Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
commit to user
110
xviii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.10
Distribusi Frekuensi Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
Tabel 3.11
113
Distribusi Frekuensi Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
Tabel 3.12
116
Distribusi Frekuensi Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus Desember 2009......................................................................
Tabel 3.13
118
Perbedaan Distribusi Frekuensi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus - Desember 2009......................................................
Tabel 3.14
121
Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009........................
Tabel 3.15
123
Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus - Desember 2009.........................................
commit to user
126
xix digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.16
Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus - Desember 2009......................................................
Tabel 3.17
128
Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009........................
Tabel 3.18
131
Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus - Desember 2009.........................................
commit to user
134
xx digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Edisi Perdana Utusan Malaysia..............................................
70
Gambar 2.2
Edisi Sekarang Utusan Malaysia............................................
71
commit to user
xxi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRAK RONNY MALLO TJU. D1208613. KONFLIK BUDAYA DALAM SURAT KABAR (Studi Analisis Isi Perbandingan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Dalam Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009). Skripsi. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010. Hubungan Indonesia – Malaysia secara bilateral sampai saat ini masih terjalin dengan baik, namun dibalik itu berbagai permasalahan yang terjadi menyelimuti hubungan Indonesia dan Malaysia. Konflik yang sebenarnya sudah lama terjadi, hingga kini masih kerap terulang, bahkan dengan isu yang lebih beragam. Berbagai isu konflik sudah dimulai sejak adanya konfrontasi era tahun 1960an, lalu konflik Blok Ambalat, kasus TKI, konflik budaya, dan yang baru saja terjadi pelanggaran batas laut di wilayah Kepulauan Riau. Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan isu konflik budaya sebagai objek penelitian. Penggunaan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia dikarenakan kedua surat kabar tersebut paling banyak memuat berita mengenai konflik budaya dalam harian mereka selama bulan Agustus hingga Desember 2009. Selain itu Utusan Malaysia dan Media Indonesia adalah dua surat kabar yang memiliki jangkauan negara yang berbeda. Utusan Malaysia merupakan surat kabar nasional yang berasal dan beredar di Malaysia, sedangkan Media Indonesia merupakan surat kabar nasional yang berasal dan beredar di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode analisis isi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia dalam menyajikan isi pemberitaan mengenai konflik budaya antara Indonesia dan Malaysia, dilihat dari pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita yang diukur dari frekuensi kemunculannya selama periode Agustus – Desember 2009. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tersebut, maka data dianalisis dengan menggunakan test uji beda Chi-Square. Dari kedua surat kabar diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita mengenai konflik budaya Indonesia – Malaysia antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Hasil perbedaan dapat dilihat dari jumlah berita yang diperoleh dari kedua surat kabar, pada surat kabar Utusan Malaysia ada 29 berita dan Media Indonesia ada 31 berita. Sedangkan berdasarkan pada hasil hipotesis ditemukan perbedaan yang signifikan pada hasil uji beda Chi-Square kategori sumber berita, hasil perhitungan memperlihatkan nilai χ2hitung lebih besar dari χ2tabel (21,71>9,49). Perbedaan keduanya terletak pada porsi sumber berita yang dilibatkan, dimana to user narasumber, sedangkan Utusan Media Indonesia lebih banyak commit menggunakan
xxii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Malaysia hanya menggunakan beberapa narasumber. Untuk kategori faktualitas berita, hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai χ2hitung lebih besar daripada nilai χ2tabel (24,51>3,84), dimana perbedaan keduanya terletak pada Utusan Malaysia yang lebih dominan menggunakan opinionative dari wartawan bersangkutan, dibanding Media Indonesia sebaliknya karena faktor banyaknya narasumber yang dilibatkan. Sedangkan pada kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan dan bentuk penulisan berita tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
commit to user
xxiii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT RONNY MALLO TJU. D1208613. CULTURAL CONFLICT IN NEWS (Analysis Study of News Comparison About Cultural Confilct Indonesia – Malaysia on Utusan Malaysia and Media Indonesia News during period Agustus – Desember 2009). Thesis. Communication Study Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University Surakarta. 2010. Relationship between Indonesia and Malaysia bilaterally is still wellmaintained, but behind it there are various problems that occurred surrounding the relationship between Indonesia and Malaysia. The actual conflict has occurred quite a while, and still often repeated, even with a wider range of issues. Conflict issues have been commenced in the 1960s: era of confrontation and then Blok Ambalat conflict, TKI case, cultural conflict, and that just happened sea encroachment in the area of Riau Islands. But in this study, researchers used the issue of cultural conflict as the object of research. Use of the Utusan Malaysia and Media Indonesia newspaper is because most of the newspaper carried stories about cultural conflict in their daily during August to December 2009. Besides that, Utusan Malaysia and Media Indonesia are the two national newspapers which have a range of different countries. Utusan Malaysia is a newspaper that originate and circulate in Malaysia, while Media Indonesia is the media of national newspapers that originate and circulate in Indonesia. The research is a descriptive research using content analysis. The purpose of this study is to determine whether there are significant differences between Utusan Malaysia and Media Indonesia newspaper in presenting the content of news about cultural conflict between Indonesia and Malaysia, could be seen from the subject matter of the news, point of the news, news resources, factual news to the way of writing the news, which measured by frequency of occurrence during the period August to December 2009. To determine whether or not there are differences, then the data were analyzed using different test of Chi-Square. These two newspapers generate the result that have significant differences in terms of presentation frequency of significant news about the conflict culture of Indonesia - Malaysia between Utusan Malaysia and Media Indonesia newspaper. The result of the difference could be seen from the number of news obtained from the two newspapers, there are 29 news on Utusan Malaysia newspaper and Media Indonesia has 31 news. Besides that, based on hypothetical results, there are significant differences in the results from different test of Chi-Square news source categories, the calculation results χ2calculation value is greater than χ2table (21.71> 9.49). The difference lies in the portion of both news sources are involved, the Media Indonesia use many sources, while Utusan Malaysia only use a few sources. For the category of factual news, results of data analysis showed that the 2 user value χ2calculation is greater than thecommit value χto table (24.51> 3.84), where the difference
xxiv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lies in the dominance from Utusan Malaysia of using opinionative from the related journalist, rather than Media Indonesia where many resources are involved. While on the categories of subject matter of the news, point of the news and way of writing the news have no significant difference.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil dengan jumlah penduduk mencapai 230juta lebih saat ini. Dengan kelebihan yang dimiliki membuat Indonesia kaya akan beragam sumber daya alam dan keanekaragaman budaya. Kelebihan ini dapat menjadi nilai jual bagi Indf Tonesia sendiri maupun negara-negara lain yang ingin mengakses keindahan Indonesia (http://www.indonesia.go.id). Indonesia saat ini mempunyai 33 jumlah propinsi dengan masing-masing propinsi memiliki 1 – 8 ibu kota dan diikuti oleh puluhan jumlah suku-suku yang tersebar di penjuru tanah air. Masing-masing daerah atau suku mempunyai ciri khasnya
sendiri
dan
jenis
budaya
yang
beranekaragam
bentuknya.
Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia meliputi: rumah adat, tarian, lagu, musik, alat musik, gambar, patung, pakaian, suara, sastra/tulisan, serta makanan. Kebudayaan ini bisa dinamakan sebagai kebudayaan lokal dimana seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam sukusuku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Terlepas dari hal tersebut, asal muasal budaya Indonesia yang beranekaragam ini pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayan besar lainnya yang berasal dari luar seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India, commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaankerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi. Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantauperantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi. Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok. Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Meskipun latar belakang budaya Indonesia dipengaruhi oleh budaya luar, namun ke-eskstensian budaya yang ada masih terjaga dengan baik seperti sedia kala. Kebudayaan di Indonesia biasanya bersifat turun-temurun dimana para leluhur yang telah menciptakan budaya tersebut akan terus dilestarikan oleh penerusnya. Oleh karena itu hingga kini Indonesia masih memiliki aneka ragam jenis kebudayan yang masih terjaga keasliannya Adapun beberapa jenis budaya yang dimiliki oleh Indonesia hingga saat ini adalah sebagai berikut (http://www.budaya-indonesia.org/): 1. Rumah Adat 1) Sumatera Barat : Rumah Gadang 2) Sumatera Selatan : Rumah Limas 3) Jawa : Joglo 4) Papua : Honai 5) Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa) 6) Sulawesi Tenggara: Istana buton 7) Sulawesi Utara: Rumah Panggung 8) Kalimantan Barat: Rumah Betang 9) Nusa Tenggara Timur: Lopo
2. Tarian 1) Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog. 2) Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet. 3) Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji 4) Aceh: Saman, Seudati. 5) Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin 6)Betawi: Yapong 7) Sunda: Jaipong, Reog, Tari Topeng 8) Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci 9) Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor 10) Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis 11) Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari commit to user Payung.
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pakaian 1) Jawa: Batik. 2) Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong. 3) Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule. 4) sumatra selatan: Songket 5) Lampung: Tapis 6) Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur 7) Bugis - Makassar: Baju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
4. Lagu 1) Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung. 2) Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama 3) Melayu : Soleram, Tanjung Katung 4) Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang 5) Aceh : Bungong Jeumpa 6) Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena 7) Sumatera Utara: Sinanggar Tulo, Anju Ahu 8) Papua: Apuse 9) Jawa Barat: Es Lilin
Selain data-data diatas, Indonesia masih memiliki aneka ragam kebudayaan dari jenis makanan, alat musik, patung hingga karya sastra. Indonesia sebenarnya kaya akan budaya yang terlampau banyak jumlahnya hingga jika semuanya ditelusuri, masih banyak penduduk Indonesia sendiri yang tidak paham akan kebudayan tersebut. Ketidakpedulian penduduk Indonesia terhadap budaya yang dimiliki merupakan cerminan bahwa penduduk Indonesia sebagian besar tidak terlalu fokus akan budaya alamiah mereka, dan kini sudah terpengaruhi oleh budaya barat. Hal ini yang menjadikan negara lain perlahan-lahan mulai mengakui beberapa kebudayaan Indonesia menjadi kepunyaan mereka. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebutlah Malaysia yang beribukotakan Kuala Lumpur, dengan jumlah penduduk hanya 28,310,000 yang berbanding jauh dengan penduduk Indonesia. Ardiansyah
(dalam,
http://www.roabaca.com/serba-serbi/sejarah-konfrontasi-
indonesia-vs-malaysia-6.html) mengemukakan bahwa sejak awal Malaysia terlibat konflik atau konfrontasi dengan Indonesia pada tahun 1963. Konfrontasi yang terjadi pada waktu itu berawal dari integritas bangsa yang telah dilecehkan oleh Malaysia, sehingga menyebabkan Presiden Soekarno pada waktu itu sangat marah dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30S/PKI. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda. Dan pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi
di
Bangkok,
Kerajaan
Malaysia
dan
pemerintah
Indonesia
mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian. Setelah konfrontasi yang terjadi pada era tahun 1963 – 1966, Indonesia juga disibukkan dengan adanya konflik blok Ambalat yang hingga kini, masih terjadi pelanggaran pelintasan kapal perang Malaysia di wilayah perairan laut Sulawesi. Seolah-olah pihak Malaysia sengaja memancing kemarahan Pemerintah Indonesia untuk segera bertindak terhadap status blok tersebut. Meskipun berdasarkan hasil pemetaan dan letak geografi oleh Mahkamah Internasional commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
PBB, letak ambalat masih masuk dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lantas apa yang ingin dikuasai oleh Malaysia terhadap Ambalat? Ternyata ulah Malaysia memang sudah dapat ditebak bahwasanya pulau Ambalat memiliki blok-blok yang didalamnya berisi minyak dan gas yang berlimpah. Tidak heran apabila Malaysia bersikukuh mendapatkan Ambalat setelah berhasil memenangkan pulau Sipadan dan Ligitan oleh Mahkamah Internasional. Masalah demi masalah kini terus berdatangan terhadap hubungan Indonesia – Malaysia, belum lagi kasus Ambalat selesai dan kasus TKI, kini Indonesia disibukkan dengan adanya klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia. Pengakuan terhadap kebudayaan Indonesia berawal pada perebutan status batik dimana Malaysia entah secara sengaja atau tidak memperkenalkan batik sebagai salah satu dari kebudayaan asli mereka. Belum lagi tuntas dengan masalah batik, Malaysia berulah dengan mengakui angklung, yang notabene-nya alat kesenian Jawa Barat sebagai salah satu alat musik kebudayaan mereka. Masalah datang silih berganti, ketidaktegasan Pemerintah Indonesia dalam melindungi dan mempertahankan kebudayaannya menjadikan celah bagi Malaysia untuk terus ‘masuk’ dari belakang. Sempat terbesik kabar bahwa Malaysia juga ikut mengklaim Keris sebagai salah satu warisan kebudayaan mereka. Kemudian disusul penggunaan lagu Rasa Sayange pada salah satu iklan pariwisata Malaysia. Hal ini juga membuat Indonesia kebakaran jenggot melihat kesewenangwenangan Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia. Berbagai protes datang silih berganti menghujat Malaysia, baik dari kalangan budayawan Indonesia, LSM, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
mahasiswa hingga pelajar-pelajar sekolah dasar ikut melakukan demonstrasi kepada Malaysia. Lantas belum ada titik terang dari masalah tersebut, muncul isu mengenai tarian Reog di Indonesia bahwasanya asal-usulnya berasal dari tarian Reog Malaysia. Isu tersebut secara tidak langsung mengakui bahwa Reog merupakan bagian dari kebudayaan mereka. Hal ini membuat kumpulan atau komunitas Reog Ponorogo marah-marah dan melakukan demonstrasi di Kedutaan Malaysia yang terletak di jalan H.R Rasuna Said Jakarta Selatan itu. Dari beberapa kejadian tersebut, Malaysia akhirnya meminta maaf kepada Indonesia atas hal penggunaan lagu Rasa Sayange dan Isu Reog tersebut. Namun tidak ada tanda-tanda kejelasan mengenai isu klaim batik dan angklung tersebut. Setelah kejadian tersebut hubungan kedua negara belum sepenuhnya pulih, hingga mulai memanas lagi ketika kapal patroli Malaysia terlihat melintasi dan menjaga Kepulauan Ambalat sekitar pertengahan tahun 2009 serta diikuti dengan kemunculan Tari Pendet pada iklan pariwisata Malaysia, yang secara tidak langsung juga Malaysia mengakui bahwa Tari Pendet adalah kepunyaan mereka. Berdasarkan historikal konflik budaya Indonesia – Malaysia tersebut mendorong peneliti untuk melakukan kajian dengan fokus perbandingan isi berita yang dimuat oleh dua surat kabar dari negara masing-masing, yakni Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Pemilihan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia berdasarkan berbagai pertimbangan. Pertama, konflik ini menyangkut dua negara yang bertetanggaan, dengan ras yang serumpun dan jenis bahasa yang hampir mirip. Oleh karena itu peneliti ingin membandingkan isi berita kedua surat kabar tersebut commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
agar terkesan adil melihat sudut pandang permasalahan dari kedua belah surat kabar dari negara masing-masing. Utusan Malaysia sesuai namanya adalah koran nasional yang berasal dari Malaysia dan diakui sebagai koran nasional terbaik di negaranya. Penduduk Malaysia mempunyai pandangan tersendiri mengenai konflik budaya tersebut. Diantaranya seperti yang diungkapkan mantan Menteri Penerangan Malaysia Tan Sri Zainuddin pada surat kabar Utusan Malaysia, bahwa suasana kebebasan baru dari media di Indonesia menyebabkan penyebaran informasi terjadi dengan cepat dan tanpa pembatasan termasuk bersifat benar dan tidak benar, resmi dan tidak resmi, setengah benar, sensasi dan provokasi. Adanya pendapat yang lain juga disinggung oleh Perdana Menteri Tun Abdul Najik bahwasanya tidak ada keuntungan yang diperoleh dari pertikaian tersebut, lebih banyak peluang yang bisa
diperoleh
dari
interaksi
hubungan
diplomasi
kedua
negara
(http://www.utusan.com.my). Mengenai surat kabar Media Indonesia yang notabene-nya merupakan koran nasional terbesar kedua di Indonesia menyajikan isi berita terkait konflik budaya Indonesia – Malaysia dengan porsi yang lebih banyak dari surat kabar nasional lainnya. Pandangan penduduk Indonesia yang dirangkup dalam media tersebut juga beragam dalam menanggapi konflik tersebut. Seperti halnya yang dikatakan oleh Al Azhar seorang Budayawan Riau yang menegaskan bahwa klaim Malaysia atas Tari Pendet sebagai tari asli negara itu sama sekali tidak masuk akal. Klaim itu justru menunjukkan kebohongan besar bangsa Malaysia, karena dalam sejarah Melayu tidak pernah disebutkan Tari Pendet merupakan tari daerah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
semenanjung Malaya maupun Riau (http://www.mediaindonesia.com). Perbedaan sikap dan pandangan antara kedua negara membuktikan bahwa terkadang media massa sepenuhnya tidak bersikap netral, apalagi berkaitan dengan unsur nasionalisme. Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan boilogis mereka. Kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, dan tradisi-tradisi untuk terus hidup dan berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Budaya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas manusia (Mulyana dan Rakhmat, 2009:55). Pertimbangan kedua, surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia memiliki market yang cukup besar di negara masing-masing, serta memiliki pembaca yang beragam latar belakang. Ketiga, masing-masing surat kabar tersebut merupakan surat kabar non pemerintah yang independen.
B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan signifikan antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia dalam menyajikan isi pemberitaan mengenai konflik budaya antara Indonesia dan Malaysia, dilihat dari pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita yang diukur dari frekuensi kemunculannya selama periode Agustus – Desember 2009? commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Dengan adanya rumusan masalah seperti yang telah dikemukakan, maka peneliti memiliki tujuan penelitian sebagai berikut: Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia dalam menyajikan isi pemberitaan mengenai konflik budaya antara Indonesia dan Malaysia, dilihat dari pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita yang diukur dari frekuensi kemunculannya selama periode Agustus – Desember 2009
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berfokus pada penelitian mengenai konflik budaya antar negara melalui media massa. 2. Sebagai bahan perbandingan baik membandingkan antar teori serta sebagai bahan perbandingan dengan penelitian terdahulu. 3. Menambah pengetahuan terhadap perbandingan analisis isi surat kabar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
E. Kerangka Pemikiran dan Telaah Pustaka Pada penelitian ini, telaah pustaka dan kerangka pemikiran yang digunakan sebagai penunjang penelitian berkisar pada media dan topik yang digunakan. Seperti yang diketahui bahwa dalam penelitian ini, media yang digunakan adalah surat kabar, yang merupakan bagian dari komunikasi massa. Oleh karena itu peneliti mengangkat teori-teori yang berhubungan dengan komunikasi massa terlebih dahulu, kemudian menjabarkan tentang teori-teori yang juga berhubungan dengan komunikasi antar budaya, mengingat topik penelitian yang diangkat merupakan bagian dari komunikasi antar budaya. Dalam penjabaran mengenai komunikasi antar budaya, peneliti juga menjabarkan secara teori tentang konflik budaya. Oleh karena itu, berikut adalah penjabaran keseluruhan mengenai telaah pustaka dan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
1. Defenisi Komunikasi Kata komunikasi atau communication berasal dari kata Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Selain itu, Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang dimulai semenjak keberadaan manusia. Melalui komunikasi manusia menyampaikan semua yang dirasakan. Mulai dari keinginan, ide, perasaan suka atau tidak suka, sampai ekspresi (senang, sedih atau marah). Komunikasi dilakukan commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
manusia dalam berbagai situasi dan kondisi. Komunikasi adalah proses penyampaian ide atau perasaan melalui simbol atau kata (tertulis atau lisan) menurut Berelson dan Steiner yang disadur oleh Mursito BM dalam bukunya Memahami Institusi Media. (Mursito,2006:26). Sedangkan lima unsur komunikasi adalah sebagai berikut: 1. Pengirim pesan
:
individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak sipengirim pesan.
2. Pesan
:
informasi yang akan dikirimkan kepada sipenerima. Pesan ini dapat berupa pesan verbal dan non verbal.
3. Saluran
:
jalan yang dilalui pesan dari pengirim ke penerima.
4. Penerima pesan
:
orang
yang
bertugas
menganalisis
dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. 5. Efek
:
respon terhadap pesan yang diterima penerima pesan (Muhammad, 1992:17-18).
1.1. Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah singkatan dari komunikasi media massa, yaitu komunikasi dengan khalayak tersebar. Komunikasi massa pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khlayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, dan telivisi (Pawito, 2007:16). Sedangkan komunikasi massa ditentukan oleh sifat unsur-unsur yang dicakupnya, yakni: commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Sifat komunikator
: komunikator adalah sebuah lembaga.
2. Sifat pesan
: universal
3. Sifat media
: keserempakan dan kecepatan.
4. Sifat komunikan
: ditujukan khlayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen dan anonim.
5. Sifat efek
: tergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan komunikator.
Media massa elektronik dan cetak sebagai saluran penyampai pesanpesan komunikasi biasa disebut sebagai pers. Sementara dalam arti yang sempit pers sering diidentikan dengan media massa cetak atau penerbitan. Pers atau media massa sering juga disebut sebagai lembaga sosial. Dalam UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, mendefinisikan pers sebagai “Lembaga sosial dan dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia” (Yustisia, 2005:8).
Media pers lebih dikenal dengan istilah media persuratkabaran atau koran, majalah dan bentuk-bentuk media cetak lainnya. Media pers lebih tepat disebut emdia cetak, sebab pesan dikomunikasikan melalui bentuk tulisan atau cetakan dan komunikan menerima pesan tersebut dengan membacanya.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.1.1
Surat Kabar Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak. Surat kabar
yaitu kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas plano, terbit secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu sekali (Djuroto, 2004:11). Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan
berita-berita dan
gagasan-gagasan
tentang perkembangan
masyarakat pada umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini. Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi. Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain: 1. Publisitas, mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik, bahwa surat kabar diperuntukkan untuk umum karena berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. 2. Periodesitas, berarti keteraturan dalam suatu penerbitan. Sebuah penerbitan dapat dikatakan sebagai surat kabar apabila dalam terbit secara periodik, yakni bisa satu kali sehari, bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Universalitas, berarti kemestaan dan keragaman. Dalam arti bahwa memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia, dan tentang segala aspek kehidupan manusia. 4. Aktualitas, kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan (Effendy, 1993:119-121). Meskipun kini sudah banyak jenis media massa modern yakni media elektronik, seperti televisi, radio hingga internet, namun peran surat kabar tidak tergantikan oleh munculnya media elektronik tersebut. Hal ini terjadi karena surat kabar memiliki keunggulan sebagai berikut: 1. Pembaca dapat mempelajari isi berita secara berulang-ulang agar dapat memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut. 2. Informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan/disimpan dan sewaktu-waktu dapat dibaca kembali. 3. Khalayak tidak terikat oleh waktu (Pratikno, 1982:253). Masing-masing menyampaikan
surat
informasi.
kabar
Perbedaan
mempunyai tersebut
perbedaan
tercipta
karena
dalam harus
menyesuaikan dengan berbagai kepentingan, terutama kepentingan publik sebagai audiensnya. Selain itu, kebijakan redaksional yang berbeda membuat satu surat kabar dengan surat kabar lainnya selalu berbeda dalam melihat suatu peristiwa yang sama sehingga menjadikan pertimbangan terhadap isi commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemberitaan. Redaksional menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan kejadian macam apa yang akan dipilih untuk ditampilkan di surat kabar sehingga dapat menjadi berita maupan bahan komentar (Oetama, 2001:146). Salah satu produk surat kabar yang menjadi pengamatan peniliti adalah Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Keduanya mempunyai karakteristik yang sama, yakni sama-sama merupakan surat kabar nasional. Disebut surat kabar nasional karena cakupan wilayah distribusi dan fokus pemberitaan. Sementara Sumadiria mengklasifikasikan surat kabar kedalam lima kelompok berdasarkan jenis dan wilayah sirkulasinya serta segmentasi pasarnya, yakni surat kabar komunitas (community newspaper), surat kabar lokal (local newspaper), surat kabar regional (regional newspaper), surat kabar nasional (national newspaper), dan surat kabar internasional (international newspaper) (Sumadiria, 2006:41) Pada surat kabar nasional, diartikan sebagai surat kabar yang berkedudukan di ibukota negara (kebanyakan). Wilayah sirkulasi meliputi seluruh provinsi. Kebijakan redaksional lebih banyak menekankan kepada masalah, isu, aspirasi, tuntutan dan kepentingan nasional secara keseluruhan tanpa memandang sekat-sekat geografis atau ikatan promodial seperti agama, budaya, dan suku bangsa. Dari sisi isi, isu-isu yang dimunculkan adalah isu yang tidak hanya berlaku secara nasional tetapi juga mengjangkau wilayah serta kepentingan masyarakat global secara universal (Sumadiria, 2006:4445). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Pernyataan tersebut diatas yang menjadi tolak ukur, kenapa Utusan Malaysia dan Media Indonesia disebut sebagai surat kabar nasional. Utusan Malaysia memiliki cakupan distribusi di seluruh wilayah Malaysia, sedangkan untuk Media Indonesia memiliki cakupan distribusi di seluruh wilayah Indonesia atau provinsi di seluruh Indonesia. Keduanya juga mempunyai wilayah jangkauan pembaca dan distribusi serta muatan berita yang berbeda. Sebagai contoh, dalam penelitian ini peristiwa yang diolah oleh surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia adalah sama, yaitu Konflik Budaya Indonesia – Malaysia. Namun dalam pengolahannya hingga menjadi berita yang siap dikonsumsi oleh pembaca menjadi tidak sama, tergantung dari kepentingan pembaca dan sikap dasar masing-masing surat kabar, salah satunya kebijakan redaksi.
1.1.2
Berita Menurut batasan atau defenisi, berita dalam arti teknis jurnalistik
adalah: “Laporan tentang fakta atau ide yang terbaru, yang dipilih oleh staf suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan” (Assegaff, 1983:24). Berita yang baik adalah berita yang mengacu kepada nilai-nilai berita yang kemudian dipadukan dengan unsur-unsur berita sebagai rumus umum penulisan berita. Fakta dan data yang dikumpulkan harus memenuhi unsurunsur berita 5W + 1H seperti berikut (Mursito, 1999:58): commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. What – Apa yang terjadi? 2. Who – Siapa(-siapa) yang terlibat dalam suatu kejadian? 3. Why – Mengapa (apa yang menyebabkan) kejdian itu timbul? 4. Where – Dimana kejadian itu? 5. When – Kapan kejadiannya? 6. How – Bagaimana kejadiannya (duduk perkaranya)? Berita merupakan nyawa dari media massa manapun dan berita pula yang memberi hidup pada media massa. “Berita” belum tentu identik dengan “fakta”. Antara “peristiwa” sebagai realitas faktual dan sampai terbitnya “berita” terdapat proses yang panjang dan unik. Betapapun hebat dan pentingnya suatu peristiwa dan fakta, tanpa diketahui, dilihat dan dilaporkan wartawan pada pihak publik maka peristiwa/kejadian tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sebuah berita. Kejadian-kejadian dan sumber yang ditulis menjadi sebuah berita tentunya bermacam-macam. Hubungan antara macam berita dan sumber berita, yakni macam berita menentukan sumber berita. Macam berita dapat dibagi menjadi empat hal pokok, yakni (Assegaf, 1983:38): a. Berdasarkan sifat kejadian berita; Dikategorikan menjadi dua jenis: 1. Berita yang diduga, yakni berita-berita yang sudah diduga akan terjadi. 2. Berita yang tak terduga, yakni berita-berita yang kejadiannya tidak terduga sama sekali, yang terjadi secara mendadak atau tiba-tiba. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
b. Berdasarkan sosial atau masalah yang dicakup berita; Pada kategori ini macam beritanya sangat banyak. Biasanya dibedakan menjadi berita politik, ekonomi, kejahatan, kecelakaan/kebakaran, olahraga, militer, ilmiah, pendidikan, agama, pengadilan, “dunia wanita”, “manusida dan peristiwa”. c. Berdasarkan jarak kejadian dan publikasi berita; Suatu kejadian bisa masuk ke dalam lebih dari satu kategori. Isu tentang kesenjangan sosial, misalnya bisa masuk berita ekonomi, sosial – politik, bahkan kebudayaan. Kebodohan juga bisa masuk kategori berita pendidikan, tetapi bisa pula menjadi berita ekonomi karena kebodohan berhubungan dengan tingkat pendapatan seseorang. d. Berdasarkan isi berita. Apapun isi berita yang ditulis, tentu berasal dari sumber berita, baik sumber yang memberikan berita “sudah jadi” maupun sumber yang hanya memberikan “bahan mentah”. Selain itu, untuk mendukung suatu penulisan berita yang benar dan terarah, maka berita tersebut harus sesuai dengan dua bentuk berita sebagai berikut: 1. Berita lugas (hard news) Suatu kejadian yang baru saja terjadi akan menarik perhatian sebagian besar publik, sehingga harus disampaikan secepat mungkin. Berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan dari yang penting ini disebut berita lugas (hard news). Jadi pada awal commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berita berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan dengan elaborasi detail kemudian, dan gaya ini disebut dengan ‘bottom line’. Topik menarik berita lugas misalnya pecah perang antara dua negara, peledakan bom bunuh diri, gunung api yang meletus, tabrakan antara dua kereta api, dan lain-lain. Tetapi ada kalanya berita lugas ini berisi kejadian-kejadian rutin seperti kegiatan pemerintahan, politik, ekonomi, pengadilan dan lainnya yang bagi sebagian besar audiences membosankan (dull news). 2. Berita halus (soft news) Terdapat peristiwa/cerita yang memang tidak bisa atau sulit disampaikan sebagai berita lugas, misalnya cerita yang sarat berisi unsur kemanusiaan. Daniel R. Willamson, seorang peneliti profesional, merumuskan bahwa reportase dalam bentuk berita halus, seperti feature, sebagai penelitian cerita yang kreatif, subyektif, yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Terdapat beberapa jenis feature: a. Bright Bright yang sering disebut dengan brite, yaitu sebuah tulisan kecil yang menyangkut kemanusiaan (human interest featurette), biasanya ditulis dengan gaya anekdot dengan klimaks pada akhir cerita.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Sidebar Cerita feature ini mendampingi atau melengkapi suatu berita utama. Cerita tentang banjir besar misalnya, bisa disajikan dengan sidebar tentang wawancara dengan keluarga korban,dll. c. Sketsa kepribadian atau profil Suatu sketsa yang biasanya pendek dan hanya mengenai satu aspek dari
kepribadian,
seperti
misalnya
seseorang
yang
hobinya
mengumpulkan model kapal layar antik. Profil lebih panjang dari sketsa, lebih detail dan secara psikologis lebih dalam. Profil mencoba menggambarkan dasar yang dalam seperti apa sebenarnya individu tersebut. d. Berita feature (newsfeature) Ini adalah sebuah berita yang ditulis dengan gaya feature. Daripada ditulis secara langsung dan lugas, cerita itu disampaikan dengan teknik feature, seperti pembukaan cerita dengan suatu ilustrasi anekdot, walaupun
sebenarnya
tujuan
utama
dari
cerita
itu
adalah
menyampaikan berita. e. Wawancara Walaupaun kebanyakan feature didasarkan pada wawancara, feature wartawan khusus melukiskan suatu analog antara seorang wartawan dengan orang lain, biasanya seorang tokoh masyarakat atau selebriti. Terkadang ditulis dalam format tanya-jawab. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
f. Narasi Berdasarkan pengamatan bahwa cerita atau narasi merupakan salah satu bentuk feature, dan dalam pengertian murninya memang demikian. Narasi bagaikan cerita pendek, namun narasi berhubungan dengan materi yang faktual. Narasi memaparkan adegan demi adegan dengan memanfaatkan deskripsi, karakterisasi, dan plot (Ishwara, 2005:58-65).
1.2. Komunikasi Antarbudaya Setelah menjabarkan mengenai definisi komunikasi, maka kita harus memahami dengan betul tentang pengertian budaya. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, dan milik yang diperoleh sekolompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana dan Rakhmat, 2009:18). Namun bagaimana dengan hubungan antara komunikasi dan budaya? Berikut penjabaran tentang hubungan keduanya yang dipaparkan oleh Mulyana dan Rakhmat (2009:19): Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komukasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Jika sebelumnya kita sudah mengatahui definisi dari komunikasi, dan disusul definisi singkat mengenai budaya, maka daapt disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan suatu komunikasi yang antara sumber sebagai satu faktor utama yang paling penting dan penerimanya yang adalah faktor penunjang dalam terjadinya proses komunikasi berasal dari budaya yang berbeda. Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya (Mulyana dan Rakhmat, 2009:20-21). Adapun pengertian dari komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang bukan saja komunikasi yang ada dalam satu kalangan dengan latar belakang pribadi yang memiliki perbedaan budaya namun juga karena perbedaan etnik dan ras yang telah cukup lama mereka pegang dan akan tetap selamanya mereka pegang, sehingga akan sulit sekali bagi mereka untuk melakukan satu komunikasi. Karena kesulitan untuk melepas prinsip latar belakang budaya mereka yang bagi mereka sangat bersifat pribadi (Liliweri, 2001:164). Melengkapi diri dengan kemampuan komunikasi antarbudaya tidak sekedar untuk tujuan pragmatis pergaulan, namun lebih dari itu memiliki tujuan tertentu yang bersifat kognitif dan afektif. Litvin (dalam Mulyana, 2009:xi) menguraikan tujuan tersebut sebagai berikut: 1. Menyadari bias budaya sendiri. 2. Lebih peka secara budaya. 3. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang. 5. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya. 6. Membantu memahami
kontak antar budaya sebagai suatu cara
memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilainilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya. 7. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antarbudaya. 8. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan dan dipahami. Untuk melengkapi tujuan studi komunikasi antarbudaya, maka diperlukan sasaran dari komunikasi antarbudaya tersebut. Ada 3 (tiga) sasaran komunikasi antarbudaya yang selalu dikehendaki dalam proses komunikasi antarbudaya, yakni sebagai berikut (Liliweri, 2003:276): 1. Agar kita berhasil melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. 2. Agar dapat meningkatkan hubungan antar pribadi dalam suasana antar budaya. 3. Agar tercapainya pernyesuaian antar pribadi. Sasaran komunikasi antarbudaya jika berhasil berhasil dilaksanakan dan bisa mempengaruhi lingkungan sekitar tentunya tidak terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. Adapun beberapa prinsip-prinsip umum komunikasi antarbudaya (Devito, 1997:486):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
1. Relativitas Budaya Bahasa membantu menstruktur apa yang kita lihat dan bagaimana kita melihatnya, tetapi tidak menjadi penghambat yang serius untuk komunikasi yang bermakna. 2. Bahasa sebagai Cermin Budaya Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyaratisyarat nonverbal komunikasi akan sulit dilaksanakan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya lebih banyak kesalahan komunikas, kesalahan kalimat, lebih besar salah paham, dan makin banyak salah persepsi. 3. Mengurangi Ketidak-pastian Makin besar perbedaan budaya maka makin besar ketidak-pastian atau lebih dikenal dengan istilah ambiguitas dari makin besar ketidak-pastian yang ada maka seseorang akan semakin sulit untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku orang lain. 4. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antar Budaya Perlu adanya kesadaran dalam diri untuk menyadari bahwa perbedaan akan selalu ada dalam lingkungan kita dan dari adanya kesadaran diri tersebut akan lebih mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda budaya dengan kita. 5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antar Budaya Interaksi awal akan sangat mempengaruhi seseorang untuk tetap berhubungan dengan orang lain yang berbeda budaya dengan dia atau akan commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempengaruhi hubungan tersebut. Perbedaan antar budaya yang didasari oleh
interaksi
awal
akan
berangsur-angsur
menurun
tingkat
kepentingannya bila hubungan sudah menjadi lebih dekat. 6. Memaksimalkan Hasil Interaksi Dalam komunikasi antarbudaya kita perlu untuk memaksimalkan hasil interaksi. Beragam jenis interaksi terkadang mempengaruhi sifat dan perilaku seseorang, sehingga terkadang terjadi perbedaan pendapat. Oleh karena itu diperlukan sikap saling tenggang rasa antar sesama penduduk/masyarakat yang terlibat dalam suatu hubungan komunikasi agar bisa menghasilkan hubungan interaksi yang maksimal.
1.2.1. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi Antarbudaya Setiap
melakukan
proses
komunikasi
antara
komunikan
dan
komunikator terkadang terjadi hambatan yang menyebabakan pesan tidak sampai dengan jelas diterima oleh lawan bicara. Begitu halnya dengan komunikasi antarbudaya, juga terkadang mengalami hambatan. Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai Communication Barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif (Chaney and Martin, 2004:11). Dalam hal ini konsep hambatan yang dimaksud adalah saat seseorang
melakukan komunikasi
dengan lawan bicara mereka yang berbeda latar belakang budaya. Ada 3 (tiga) faktor
penghalang
antarbudaya yaitu:
atau
penghambat
dalam
commit to user
melakukan
komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
a. Etnosentrisme Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri sebagai kriteria untuk segala penilaian (Mulyana dan Rakhmat, 2009:76). Etnosentrisme terkadang muncul dalam keadaan seseorang tidak sadar, namun selalu diekspresikan dalam keadaan sadar. Sehingga diperlukan kewaspadaan dalam menangani seseorang yang termasuk dalam tipe etnosentrisme untuk menghindari terjadinya konflik antar budaya. b. Streotip Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni mengeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatan orang-orang dan obyek-obyek ke dalam kategori-kategori yang mapan, alih-alih berdasarkan karakterikstik mereka (Mulyana, 2001:218). Sikap seperti ini seringkali nampak ketika seseorang menilai orang lain pada basis kelompok etnis tertentu, dan selanjutnya dibawa pada penilaian terhadap pribadi individu tersebut. c. Prasangka Prasangka (prejudice) yakni salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi (Effendi, 1993:49). Berdasarkan pengertian diatas, sikap prasangka telah membuat seseorang memasang tembok pembatas terhadap orang lain dalam pergaulan dan justru membuat orang tersebut cenderung menjadi emosional ketika prasangka terancam oleh hal-hal yang bersifat kontradiktif.
1.2.2. Konflik Budaya Budaya lebih dari sekedar bahasa, pakaian, dan jenis makanan. Budaya dapat terbagi dalam kelompok ras, etnis, atau kebangsaan, tetapi budaya juga dapat muncul dari adanya perpecahan generasi, kelas sosial ekonomi, orientasi seksual, kemampuan dan kecacatan, afliasi politik dan agama, bahasa dan gender. Dua hal yang perlu diperhatikan mengenai kebudayaan, yakni mereka selalu berubah, dan mereka berkaitan dengan dimensi simbolis kehidupan. Dimensi simbolik adalah tempat dimana kita selalu membuat makna dan memberlakukan identitas kita (LeBaron:2003). Budaya dan konflik memang tidak terlepas dari hubungan yang erat. Namun, hal ini tidak berati bahwa perbedaan budaya pasti menghasilkan konflik. Konflik adalah bagian normal dari interaksi manusia dan tidak harus diselesaikan dengan perang. Hal ini dapat terwujud pada berbagai tingkatan, termasuk dimensi perilaku, commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
emosional atau perspektif. Konflik dapat mencakup segregasi (pemisahan/pengasingan), diskriminasi, dan pengucilan. Berikut anggapan-anggapan dasar mengenai pandangan pendekatan konflik, yakni (Nasikun, 2001:16): 1. Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir, atau dengan perkataan lain, perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat. 2. Setiap masyarakat mengandung konflik-konflik di dalam dirinya, atau dengan perkataan lain, konflik adalah merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat. 3. Setiap unsur di dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial. Budaya tertanam dalam setiap konflik dikarenakan konflik kerap kali muncul dalam hubungan antar manusia. Konflik yang terjadi seringkali beragam tetapi prosesnya hampir sama, antara lain (Abubakar, 2003:41-42): 1. Ada gejala membangun superiority untuk menundukkan pihak lain lebih baik pada sisi sosial budaya, maupun dari sisi ekonomi. 2. Kekurangmampuan aparat Pemerintah menjabarkan semangat reformasi yang sedang muncul dan berkembang sehingga dalam menginformasikan perubahan yang terjadi keberpihakan opini yang menimbulkan sikap berseberangan antar pihak-pihak yang merasa terlindungi dengan adanya pihak yang merasa tertekan. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Adanya gejala-gejala moral dan etik, HAM dan harkat martabat adat/hukum tidak secara nyata ditegakkan. 4. Rasa
termarginalkan
kelompok
minoritas/lokal
sehingga
berlindung pada atribut etnis agama. Konflik budaya antar negara yang berlarut dapat merambat ke konflik lainnya jika tidak ditangani dengan baik, mengingat bahwa ketakutan tiap negara akan mengakibatkan perpecahan yang lebih besar apabila konflik tersebut sudah mempengaruhi/melecehkan politik, hukum dan etika dari suatu negara (Riles:2008). Dalam masalah penyelesaian konflik, toleransi dan kesabaran merupakan faktor kuncinya. Belajar mengenai keanekaragaman budaya yakni melalui pendidikan multikultural, dapat membukakan diri terhadap adanya kemungkinan perbedaan tersebut sehingga kita dapat bergerak maju agar mendapatkan pemahaman yang benar dan apresiasi terhadap bagaimana budaya yang unik. Dengan demikian, kita dapat membangun rasa hormat dan toleransi dalam menghadapi perbedaan budaya (Kumbara, 2009:534).
1.2.3. Penerapan Komunikasi Antarbudaya dalam Penelitian Prinsip-prinsip
komunikasi
dalam
penerapan
konteks
kebudayaan akan lebih dapat dipahami dalam konteks perbedaan budaya
dalam
mempersepsikan
obyek-obyek
sosial
tertentu.
Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mirip terhadap suatu obyek sosial atau peristiwa. Masalahmasalah kecil yang timbul dalam komunikasi seringkali akibat dari perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi ini diakibatkan oleh derajat kesamaan dan ketidaksamaan yang dicapai dalam integrasi sosial antara komunikator dan komunikan. Perbedaan persepsi dalam kasus klaim budaya antara Indonesia dan Malaysia pada kerangka pemikiran dan telaah pustaka ini sangat berkaitan dengan topik yang diangkat dari penelitian ini, yakni konflik budaya Indonesia - Malaysia dalam surat kabar. Konflik budaya Indonesia – Malaysia ini mewakili proses dari komunikasi antarbudaya. Proses konflik dari kedua negara tersebut merupakan bagian dari komunikasi antar negara yang terlibat perseteruan dan konflik tersebut bersumber pada klaim budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia. Sehingga secara tidak langsung
proses
ini
merupakan
penerapan
dari
komunikasi
antarbudaya yang terjadi antara negara, Indonesia dan Malaysia.
2. Analisis Isi sebagai Teknis Analisis Berdasarkan asumi dan bahan penelitian, maka peneliti berusaha membandingkan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia dalam hal mengukur frekuensi isi berita dengan point of interest budaya-budaya Indonesia seperti Tari Pendet, Tari Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayange dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Batik. Adapun metode yang digunakan oleh peneliti adalah analisis isi (content analysis). Analisis isi adalah suatu metode untuk mengamati dan mengukur isi komunikasi. Analisis isi telah sering dipakai untuk mengkaji pesan-pesan media. Oleh karena metode ini adalah suatu cara untuk menguji isi secara kuantitatif, keyakinan-keyakinan dan kepentingan-kepentingan para editor dan penerbit-penerbit, kecenderungan para pembaca, dan pola-pola kebudayaan dari bangsa-bangsa seutuhnya, bahkan telah dipelajari dengan menggunakan tehnik penelitian ini. Tehnik ini menurut Bernard Berelson didasarkan pada beberapa asumsi: a. Bahwa kesimpulan-kesimpulan tentang hubungan antara maksud dan isi serta antara isi dan efek dapat ditarik secara sah, dan hubungan sebenarnya ditetapkan. b. Bahwa pengkajian isi nyata adalah sangat berarti. Kategori-kategori dapat dibuatkan pada isi yang sesuai dengan arti yang dimaksud oleh komunikator dan dimengerti oleh para pembaca. c. Bahwa uraian isi komunikasi secara kuantitatif adalah sangat berarti. Asumsinya mengandung arti bahwa frekuensi kejadian dari pelbagai sifat isi itu sendiri merupakan faktor penting dalam proses komunikasi, dalam keadaan-keadaan tertentu (Flournoy, 1989:12-13). Pendekatan secara kuantitatif dapat mensyaratkan pada suatu penelitian, termasuk penggunaan metode analisis isi yang memiliki keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang baik. Tingkat keandalan / reliabilitas commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(reliability) dalam metode analisis isi mengacu pada tingkat konsistensi yang ditampilkan oleh satu atau lebih pengkode (coders) dalam mengklasifikasi isi menurut nilai tertentu dalam variabel yang lebih spesifik. Selain itu, reliabilitas juga dapat didemonstrasikan dengan mengkaji hubungan antara penilaian dari sampel yang sama untuk hasil yang relevan, oleh pengkode yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh pengkode yang sama dalam saat yang berbeda (intra-coder reliability). Untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas (kepercayaan) yang tinggi, peneliti wajib: 1. Mendefinisikan variabel dan nilai secara jelas dan tepat dan menjamin bahwa semua pengkode dapat memahami definisi ini dalam cara yang sama. 2. Melatih pengkode dalam menerapkan kriteria terdefinisi untuk setiap variabel dan nilai. 3. Mengukur konsistensi inter-coder dimana dua atau lebih pengkode menerapkan kriteria (definisi-definisi) dengan menggunakan kumpulan contoh serupa. Menurut Krippendorf, analisis isi menempati kedudukan yang penting diantara metodologi penelitian karena kemampuan yang dimilikinya. Pertama, ia mampu menerima komunikasi simbolik yang relatif tidak terstruktur sebagai data; dan kedua, menganalisis gejala yang tak teramati (unobserved) melalui medium data yang berkaitan dengan gejala tersebut (Krippendorf, 1993:35).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
4. Penelitian Terdahulu Untuk melengkapi bahan penelitian ini, maka peneliti merujuk pada penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang menjadi rujukan oleh peneliti adalah hasil penelitian yang mempunyai nilai korelasi terhadap tema/kajian yang diangkat oleh peneliti, akan tetapi peneliti tidak memilih penelitian terdahulu berdasarkan tema ataupun metodologi yang sama, namun mengacu pada penelitian yang sama-sama berkaitan dengan analisis isi, konflik budaya atau konflik antar negara dalam media massa. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan rujukan dan refrensi pada penelitian yang dilakukan kali ini antara lain penelitian oleh Purnami Wulansari dalam skripsi “Perempuan dalam Foto Jurnalistik (Studi Analisis Isi Foto Jurnalistik tentang Citra Perempuan dalam Surat Kabar Bali Post dan Kedaulatan Rakyat Periode Maret-Mei 2005)”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan penyajian (pemuatan) foto jurnalistik dengan point of interest perempuan dalam menggambarkan citra perempuan dilihat dari kategori jenis foto jurnalistik, peran perempuan, halaman berita, lingkup berita yang diukur dari frekuensi kemunculan dan volume berita. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua surat kabar yakni Bali Post dan Kedaulatan Rakyat, lebih dominan menunjukkan foto berita. Dari kategori peran perempuan, Bali Post dominan menyajikan peran sebagai entertainer/penghibur, sedangkan Kedaulatan Rakyat dominan menyajikan peran sebagai profesional. Untuk kategori halaman berita, kedua surat kabar mayoritas menempatkan foto jurnalistik dengan point of interest perempuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
pada halaman berita lain-lain. Sementara untuk kategori lingkup berita, Bali Post lebih banyak menyajikan dalam lingkup berita nasional, sedangkan untuk Kedaulatan Rakyat lebih cenderung menyajikan dalam lingkup berita daerah. Selain itu, peneliti juga menggunakan beberapa bahan rujukan yang berasal dari penelitian internasional dengan menggunakan metode analisis isi dan komunikasi antarbudaya. Studi yang dilakukan oleh Shahzad Ali denga judul “US Mass Media and Images of Pakistan: Portrayal of Pakistan by News week and Time Magazines (1991-2001)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cakupan dan penggambaran tentang Pakistan pada dua majalah Amerika, yaitu News week dan Time. Pada penelitian ini, peneliti bersangkutan menganalisa tentang Pakistan berdasarkan padangan kedua majalah tersebut, mulai dari pertumbuhan ekonomi dan media di Pakistan hingga pandangan mengenai hubungan antara Amerika Serikat dengan Pakistan hingga masa ini. Penelitian ini menggunakan bahan majalah berkisar tahun 1991 hingga 2001 dengan penemuan berita sebanyak 20 item dari tiap majalah. Hasil penemuan berita mengungkapkan bahwa hasil analisis isi menemukan pemberitaan secara positif mempunyai porsi yang lebih besar dibandingkan porsi pemberitaan negatif. Isu Kashmir, Kargil, dan uji nuklir, kekuatan perjuangan antara Nawaz Sheriff dan Benazir Bhutoo serta kerusuhan Karachi menjadikan bahan analisis yang kritis oleh kedua majalah tersebut. Selain itu, peneliti juga mengamati dari kebijakan perekonomian di Pakistan setelah tragedi 9/11 yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
dikaitkan dengan negara Islam. Namun pada akhirnya, pemberitaan yang disajikan oleh kedua majalah tidak terlepas dari kebijakan prioritas gedung putih mengenai penggambaran Pakistan pada dekade 90-an. Oleh karena kebijakan tersebut, kedua majalah menggambarkan Pakistan secara relatif baik dan positif. Pada penelitian internasional kedua, peneliti menggunakan hasil karya Andrew T. Kenyon dengan judul “Investigating Chilling Effects: News Media, and Public Speech in Malaysia, Singapore, and Australia” Penelitian ini dilakukan untuk melihat pemberitaan yang dimuat atau dilakukan oleh mediamedia di Malaysia, Singapura dan membandingkan dengan hasil peliputan di Australia, tentunya dengan keterbatasan dan kebijaksanaan tiap-tiap negara dalam memuat pemberitaan tersebut. Jenis pemberitaan yang menjadi pengamatan peniliti meliputi pemberitaan dalam bidang politik, hukum, dan hal-hal yang terkait dengan isu publik, selain itu peneliti juga mengamati apakah keterbatasan tersebut ikut mempengaruhi pemberitaan yang disajikan secara online yang berlaku di Malaysia dan Singapura. Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa media-media di Malaysia dan Singapura dibatasi dalam meliput isu-isu politik, hukum dan publik, dibandingkan dengan negara-negara demokratis seperti Australia dimana kebebasan berbicara sangat dihargai. Demikian halnya dengan pemberitaan yang dimuat secara online, hal ini mengakibatkan pemberitaan yang disajikan menjadi terbatas, melihat kebijakan itu berlaku di negara yang belum mengakui demokrasi media yang sebenarnya. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Kerangka Pemikiran Proses terjadinya Konflik Budaya antara Indonesia – Malaysia periode Agustus – Desember 2009
Surat Kabar Utusan Malaysia · Kebijakan Redaksi · Penyajian Berita · Frekuensi Berita
Surat Kabar Media Indonesia · Kebijakan Redaksi · Penyajian Berita · Frekuensi Berita
Proses produksi pemberitaan mengenai Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
Proses produksi pemberitaan mengenai Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
Pesan yang dihasilkan oleh Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
Pesan yang dihasilkan oleh Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
Perbandingan antara Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita dan bentuk penulisan berita.
Perbedaan antara Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Dalam menyajikan isi pemberitaan mengenai Konflik Budaya antara Indonesia – Malaysia, Periode Agustus – Desember 2009 Keterangan: Pada penilitian ini, kerangka pemikiran yang digunakan oleh peneliti commit to user menjelaskan bahwa adanya permasalahan klaim budaya yang dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Malaysia terhadap budaya Indonesia sehingga memicu terjadinya konflik budaya dari kedua negara tersebut. Dari dua surat kabar yang digunakan yakni Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus hingga Desember 2009, akan dihasilkan pemberitaan yang isinya berdasarkan kebijakan redaksi, penyajian berita hingga frekuensi berita dimana digunakan tumpuan dasar sebelum melakukan pemberitaan terkait isu konflik budaya antara Indonesia – Malaysia secara lebih mendetail. Setelah mengumpulkan bahan berita, kemudian berita tersebut dicetak ke dalam surat kabar lalu diproduksi dan diedarkan ke masyarakat. Setelah beredarnya surat kabar tersebut di masyarakat, lalu masyarakat dapat menyimpulkan isi berita dari kedua surat kabar tesebut dengan membaca dan memahami isinya. Keberadaan pesan dari isi surat kabar tersebut memberikan opini kepada masyarakat bagaimana menyikapi isi pemberitaan tersebut. Berbagai macam sikap dan tindakan yang dapat terjadi seiring pemuatan pemberitaan tersebut, apakah disalurkan dengan kekerasan, upaya perdamaian atau bahkan tidak bereaksi sedikutpun terhadap pemberitaan tersebut. Berdasarkan kategori yang diamati oleh peneliti, maka dilakukan perbandingan terhadap dua surat kabar tersebut berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita dan bentuk penulisan berita. Melihat pesan yang telah dihasilkan oleh pemberitaan terkait konflik budaya serta perbandingan berdasarkan kategorisasi penelitian maka setelah itu dapat diketahui perbedaan penyajian dari kedua surat kabar tersebut, melihat commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keberadaan surat kabar berasal dari dari negara yang berbeda, dengan diikuti oleh kebijakan dari media dan negara yang bersangkutan.
F. Hipotesis Dari perumusan masalah yang telah dijabarkan, maka terdapat hipotesa sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan-perbedaan signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita mengenai Konflik Budaya Indonesia – Malaysia antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009. 2. Terdapat perbedaan-perbedaan signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita mengenai Konflik Budaya Indonesia – Malaysia berdasarkan kategorikategori yang diteliti, yakni adanya perbedaan pada pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009.
G. Definisi Konsepsional dan Operasional 1. Definisi Konsepsional Konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Peranan konsep dalam penelitian sangat besar karena dia adalah yang menghubungkan dunia teori dan dunia commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
observasi sehingga perlu didefinisikan secara tepat sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran (Singarimbun & Effendi, 1989:34). Berikut dikemukakan definisi-definisi secara konsepsional berdasarkan penilitian yang menyangkut hal-hal berikut: a) Konflik Budaya 1. Konflik berdasarkan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: n 1 percekcokan; perselisihan; pertentangan; 2 Sas ketegangan atau pertentangan di dl cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dl diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dsb). Konflik berasal dari kata asing conflict yang secara harafiah berasal dari kata confligere (yang berarti ‘bersama’ atau ‘bersaling-silang’) + fligere (yang berarti ‘tubruk’ atau ‘bentur’).
Didefinisikan secara
bebas dari arti harafiahnya itu, ‘konflik’ adalah ‘perbenturan’ antara dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan. 2. Budaya berdasarkan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: n 1 pikiran; akal budi: hasil --; 2 adat istiadat: menyelidiki bahasa dan --; 3 sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju): jiwa yg --; 4 cak sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar
diubah.
(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php);
ke·bu·da·ya·an n 1 hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia spt kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2 Antr keseluruhan pengetahuan manusia sbg makhluk sosial yg digunakan commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yg menjadi pedoman tingkah lakunya. (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Yang dimaksud konflik budaya dalam penelitian ini adalah adanya perbenturan antara dua negara yang berselisih pada suatu titik kejadian menyangkut kebudayaan kedua negara masing-masing. b) Surat Kabar Surat kabar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: n lembaran-lembaran kertas bertuliskan berita dsb; koran; -- kuning surat kabar sensasi; -- sensasi surat kabar, biasanya berukuran tabloid, yg memuat berita sensasi; per·su·rat·ka·bar·an n perihal surat kabar; hal mengenai surat kabar. (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Surat kabar dapat didefinisikan sebagai jenis media cetak yang menyajikan beraneka ragam informasi sesuai dengan aktualitas peristiwa dengan frekuensi terbit yang tinggi, seperti harian. c) Berita Berita (news), menurut Charnley, adalah: “laporan yang hangat, padat dan cermat mengenai suatu kejadian, bukan kejadiannya itu sendiri” (BM, Mursito, 1999:37). Dalam buku “Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar”, ketgori berita (news) terbagi dalam 2 bentuk, antara lain: (Ishwara, 2005:58-59)
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Hard News (Berita Lugas) Berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan dari yang paling penting, disebut berita lugas, hard news. Jadi pada awal berita berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan dengan elaborasi detail kemudian. Gaya ini disebut “Bottom Line”. b. Soft News (Berita Halus) Daniel R. Williamson, merumuskan bahwa reportase dalam bentuk berita halus, seperti feature, sebagai penulisan cerita yang kreatif, subyektif yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Penekanan pada kata-kata kreatif, subyektif, informasi dan hiburan adalah untuk membedakan dengan berita yang disampaikan secara langsung pada berita lugas.
2. Definisi Operasional Definisi opersional adalah unsur penilitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peniliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun & Effendi, 1989:46). Berikut penjabaran dari definisi operasional berdasarkan penilitian:
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Konflik Budaya Konflik budaya dalam penilitian ini adalah hasil dari klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia. Ada banyak jenis klaim budaya yang dilakukan sepihak oleh Malaysia, namun yang sempat menjadi pemberitaan headline di beberapa media massa baik di Indonesia maupun di Malaysia hanya beberapa. Berikut klaim budaya yang diakui oleh Malaysia dan yang menjadi bahan perbandingan isi berita dari kedua media yang diangkat oleh peniliti, yakni: a. Kain Batik Kain Batik merupakan suatu jenis kain yang mempunyai ciri/corak khusus dan dibuat dengan tehnik yang khusus. Batik berasal dari kata Jawa “amba” yang berarti menulis, dan “tik” yang artinya titik. Lalu terbentuk kata “ambatik”, yang berarti melukis, menulis, mewarna, atau menitik (Lazuardi, 2009:137). Jika ditinjau berdasarkan arti dasar dari kata Batik, sudah dapat dipastikan bahwa Batik berasal dari Indonesia. b. Lagu Rasa Sayange Rasa Sayange atau Rasa Sayang-Sayange adalah lagu daerah yang berasal dari Maluku, Indonesia. Lagu ini merupakan lagu daerah yang selalu
dinyanyikan
secara turun-temurun
sejak
dahulu
untuk
mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap lingkungan dan sosialisasi di antara masyarakat Maluku. Lagu ini digunakan oleh commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
departemen
Pariwisata
Malaysia
untuk
mempromosikan
kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007. c. Tari Reog (Ponorogo) Reog adalah jenis tarian yang termasuk dalam salah satu jenis budaya Indonesia yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut yakni Ponorogo. Reog merupakan tarian yang sangat kental akan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan. Adanya kemiripan dengan tarian serupa namun berbeda nama, lantas kemudian Malaysia ingin mengukuhkan bahwa Tari Reog Ponorogo yang kepunyaan Indonesia adalah miliknya. Tarian sejenis Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan. d. Tari Pendet Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Amarah Bangsa Indonesia berawal ketika adanya iklan berupa cuplikan Tari Pendet dalam iklan promosi tayangan Enigmatic Malaysia yang disiarkan oleh Discovery Channel (DC) dan iklan pariwisata Visit Malaysia 2009 di stasiun televisi kabel Astro Malaysia (Lazuardi, 2009:32). commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Surat Kabar Surat kabar yang digunakan dalam penilitian ini adalah Utusan Malaysia dan Media Indonesia dengan masa terbit pada bulan Agustus – Desember 2009. Masing-masing surat kabar tersebut mewakili sebagai surat kabar dari negara masing-masing yang setiap negara mempunyai pandangan tersendiri menyangkut segala hal, dan tak terkecuali menyangkut masalah budaya yang menyebabkan konflik dari kedua negara tersebut. 3. Berita Dalam hal ini, pemberitaan mengenai konflik budaya Malaysia – Indoensia sangat beragam. Selain ditinjau dari dua bentuk kategori berita yakni hard news dan soft news,
isi berita yang disajikan juga tidak
terlepas dari unsur-unsur 5W + 1H (Mursito, 1999:58). 7. What – Apa yang terjadi? 8. Who – Siapa(-siapa) yang terlibat dalam suatu kejadian? 9. Why – Mengapa (apa yang menyebabkan) kejdian itu timbul? 10. Where – Dimana kejadian itu? 11. When – Kapan kejadiannya? 12. How – Bagaimana kejadiannya (duduk perkaranya)?
H. Kategorisasi Kecenderungan surat kabar dalam meliput realitas-realitas sosial dan dituangkan ke dalam isi pemberitaan kemudian dianalisa melalui kategorisasi yang dibuat sesuai dengan keperluan penelitian didasarkan pada: commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Pokok Permasalahan Berita Merupakan pokok dari inti permasalahan berita yang ditulis oleh wartawan. Kategori ini dibagi menjadi beberapa sub kategori, yakni: 1.1. Konflik Budaya Pokok permasalahan ini berhubungan langsung dengan pokok penilitian yang diangkat oleh peneliti. Konflik budaya yang ditumbulkan dari permasalahan ini berfokus pada beberapa budaya yang diangkat oleh peneliti. Termasuk dalam kategori konflik budaya jika dalam surat kabar yang
diteliti
berisi
pemberitaan
yang
menjurus
kearah
konflik/perselisihan/konfrontasi yang terkait dengan berita mengenai Kain Batik, Lagu Rasa Sayange, Tari Reog (Ponorogo) dan Tari Pendet. 1.2. Penyelesaian Konflik Termasuk dalam kategori penyelesaian konflik jika berita berisi tentang adanya upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kedua negara baik dalam bentuk perang, upaya damai, konfrontasi ataupun perundungin.
2. Arah Pemberitaan Kategorisasi ini mengacu pada arah pemberitaan terkait topik penelitian. Kategorisasi ini berdasarkan unit analisis refrens (Kriyantono, 2007:242-243): a) Favourable (mendukung/positif) Arahnya dapat dikatakan positif apabila isi berita lebih mengedepankan informasi yang bersifat mendukung seperti dengan memuji, menyanjung, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
menyetujui terkait negara dari surat kabar tersebut (Utusan Malaysia cenderung memuji Malaysia, Media Indonesia cenderung membela Indonesia). b) Netral Sikap netral yang dimaksud apabila kedua surat kabar memberitakan issue tersebut secara bijak, tidak bersikap memihak atau mendukung tanpa menjelek-jelekkan negara lain. c) Unfavourable (tidak mendukung/negatif) Arah negatif apabila isi berita lebih mengarah kepada protes/demonstrasi yang bersifat menolak/melecehkan, mencela, dan meremehkan salah satu negara terkait isu berita (Utusan Malaysia cenderung menjelek-jelekan Indonesia, dan Media Indonesia cenderung mencela Malaysia).
3. Sumber Berita 3.1. Ada Sumber Berita Sumber berita merupakan asal muasal sebuah informasi atau berita diperoleh. Termasuk dalam kategori ini apabila dalam berita terdapat beberapa sub kategori berikut, yakni: a. Aparatur negara Alat kelengkapan negara terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian yang punya tanggungjawab dalam hal sebagai pemerintahan yang mengabdi pada negara. Termasuk dalam kategori ini pejabat pemerintahan tingkat pusat sampai daerah. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Profesional Jenis
pekerjaan
yang
berkaitan
dengan
profesi
seseorang;
memerlukan keterampilan khusus untuk menjalankannya. Yang tercakup dalam kategori ini antara lain dosen, pengamat politik, pengamat sosial, pengamat budaya, seniman, budayawan, guru, kritikus dan sebagainya. c. Masyarakat Kaum awam yang dilibatkan dalam isi pemberitaan. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk suatu sistem tertentu, dimana sebagian interaksinya berada dalam kelompok tersebut. d. Gabungan Sumber berita gabungan berarti berita yang menggunakan dua atau lebih sumber informasi sebagai sumber berita. 3.2. Tidak Ada Sumber Berita Termasuk dalam kategori tidak ada sumber berita apabila berita yang diliput dan ditulis melalui pengamatan oleh wartawan itu sendiri atau korespondennya di lapangan dan dipastikan tidak ada keterangan dari narasumber.
4. Faktualitas Berita Diukur berdasarkan kejujuran dalam pemberitaan, yakni ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Indikatornya: commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila terdapat kata-kata opinionative
yang
berasal
dari
wartawan,
seperti:
tampaknya,
diperkirakan, seakan-akan, terkesan, seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan lainnya. b. Tidak mencampur fakta dan opini, yaitu jika dalam tulisan berita tersebut tidak terdapat kata-kata opinionative di atas (Kriyantono, 2007: 241-245).
5. Bentuk Penulisan Berita Format penulisan berita yang digunakan jurnalis dalam meliput atau mengulas pemberitaan mengenai Koflik Budaya Indonesia – Malaysia. Kategori ini dibagi menjadi 2 sub kategori, yakni sebagai berikut: a. Hard News Hard news atau berita lugas yakni berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan uraian dari yang paling penting. Jadi pada awal berita berisi sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan, gaya ini disebut juga ‘bottom line’. b. Soft News Soft news atau berita halus yakni sebagai penulisan cerita yang kreatif, subyektif yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Penekanan kata kreatif, subyektif, informasi dan hiburan adalah untuk membedakan dengan berita yang disampaikan secara langsung pada berita lugas. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yakni deskriptif, yakni memaparkan informasi dalam sajian yang bermakna untuk mendiskripsikan suatu keadaan atau menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Selain itu deskriptif juga bisa dikatakan telah terdapat informasi mengenai suatu permasalahan atau keadaan, akan tetapi informasi tersebut dirasakan belum cukup terperinci, dirasakan lebih memerinci informasi yang sudah ada. Dan jenis penilitian ini dapat dirumuskan dengan pertanyaan “Bagaimana?” (How). Untuk mengetahui gambaran mengenai berita Konflik Budaya pada surat kabar Utusan Malaysia dengan Media Indonesia, digunakan metode kuantitatif yaitu perhitungan yang diukur dengan frekuensi berdasarkan ketegori yang telah dibuat. Penggunaan metode ini dirasa lebih maksimal karena perhitungan yang dilakukan dapat lebih menonjolkan isi pemberitaan dari kedua surat kabar tersebut.
2. Teknik Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik penelitian analisis isi (content analysis). Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak. Prinsip dari analisis isi berdasarkan definisi diatas adalah (Kriyantono, 2007:228 -229).:
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Prinsip sistematik Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset. 2. Prinsip objektif Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda. 3. Prinsip kuantitatif Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif. 4. Prinsip isi yang nyata Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang nampak. Flournoy menekankan alasan seringnya penggunaan analisis isi dari berbagai penilitian, untuk menetapkan tekanan relatif atau frekuensi dari pelbagai gejala komunikasi: propaganda, kecenderungan-kecenderungan, gaya-gaya, perubahan-perubahan dalam isi, dan keterbacaan (Flournoy, 1989:13). commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Obyek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah seluruh penyajian isi berita terkait masalah konflik budaya Indonesia – Malaysia pada surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia selama periode Agustus – Desember 2009.
4. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun & Effendi, 1989:152). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia yang dimuat oleh surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia, sehingga semua isi pemberitaan terkait dengan konflik budaya tersebut selain menjadi populasi sekaligus menjadi sampel. Sampel berita untuk surat kabar Utusan Malaysia berjumlah 29 item berita sedangkan untuk surat kabar Media Indonesia berjumlah 31 item berita. Tabel 1.1 Jumlah Sampel Pemberitaan Terkait Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Jumlah Periode Terbit / Edisi
Utusan Malaysia 0
Media Indonesia 20
September 2009
17
8
Oktober 2009
5
2
November 2009
3
0
Desember 2009
4
1
29
31
Agustus 2009
Total
Sumber: Utusan Malaysia dan Media Indonesia edisi Agustus – Desember 2009
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penilitian ini mengambil waktu selama lima bulan, yakni dari bulan Agustus – Desember 2009 dengan pertimbangan bahwa pada bulan tersebut lagi gencar-gencarnya hubungan diplomatik antara Indonesia – Malaysia memanas, diluar dari kasus Ambalat hingga masalah klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia. Klaim budaya pada bulan ini terfokus pada masalah pengklaiman Tari Pendet, namun seiring jalannya waktu; masalah klaim budaya yang dahulu tidak jelas keberadaannya ikut terkuak lagi sehingga pada rentan bulan tersebut berbagai jenis kebudayaan lainnya ikut terkaitkan lagi.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yakni dengan cara menggali data berupa pemberitaan yang terkait dengan konflik budaya Indonesia – Malaysia di surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia.
6. Teknik Pengukuran Pada
penelitian
ini
akan
digunakan
penghitungan
kekerapan
(frekuensi) munculnya berita yang menyangkut topik konflik budaya yang dimuat pada surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia terbitan bulan Agustus hingga Desember 2009.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Teknik Analisis Data Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul dan tersusun secara lengkap serta sistematis, maka tahap selanjutnya adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang terkumpul nantinya akan dianalisa secara kuantitatif. Dan untuk membantu melakukan analisis data ini digunakan rumus statistik Chi-Square dengan uji dua kelompok. Uji Chi-Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya. Selain itu, Chi-Square digunakan karena lebih memungkinkan menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam hal pengukuran isi berita yang mengandung lambang, pernyataan atau tema yang menggunakan satuan koding.
Rumus Chi-Square sebagai berikut:
χ
2
=
Σ
(Aij – Hij)2 Hij
Dimana:
χ2 = Nilai Chi-Kuadrat Aij = Frekuensi yang diperoleh/diamati Hij = Frekuensi yang diharapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
Dan hipotesa yang digunakan dalam analisis ini adalah: Ho : χ = 0, Tidak ada perbedaan antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia berdasarkan kategori yang diuji. Ha : χ = 0, Ada perbedaan antara surat kabar Ututsan Malaysia dan Media Indonesia berdasarkan kategori yang diuji. Berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square hitung (χ2) dengan nilai ChiSquare tabel (df), maka interpretasinya sebagai berikut: -
Jika nilai Chi-Square hitung ≤ Chi-Square tabel, maka Ho diterima
-
Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel, maka Ho ditolak.
Nilai Chi-Square tabel didapat dari tabel nilai kritis Chi-Square, dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 (mengizinkan hanya 5% probabilitas untuk kekeliruan dari taraf signifikansi).
8. Reliabilitas Reliabilitas adalah angka indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dapat dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun & Effendi, 1989:140). Untuk tercapainya penelitian yang obyektif, maka dalam proses pengkodingan akan dilakukan dengan cara intercoder reliability yakni oleh user dan pengkoder I. Hasil dari dua orang, dimana peneliti commit secara topribadi
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengkoder I kemudian dilakukan uji reliabilitas terhadap pengkodingan yang ditemukan peneliti. Dengan demikian, uji reliabilitas dalam statistik digunakan untuk mengetahui kesalahan dalam pengukuran. Tujuan digunakannya dua pengkoder adalah untuk memperoleh kesepakatan atau tujuan bersama sehingga diharapkan input reliabilitas tinggi. Ambang penerimaan yang sering digunakan dalam kategorisasi terhadap uji reliabilitas adalah 0,75 atau 75%. Jika persetujuan antara pengkoding (pengkoding 1 dan pengkoding 2) tidak mencapai 0,75, maka kategorisasi operasional mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau keterpercayaan (Kriyantono,2007:236). Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 2M CR = N1 + N2 Dimana: CR = Coeficient Reliability M = Jumlah pertanyaan yang disetujui oleh dua pengkoder N1 + N2 = Jumlah pertanyaan yang diberi oleh dua pengkoder Untuk memperhitungkan tingkat persetujuan intercoder, maka selanjutnya digunakan rumus Scott untuk mengembangkan index of reliability (Pi) yang bukan saja mengkoreksi jumlah kategori dalam suatu kelompok tapi juga kemungkinan frekuensi yang timbul. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rumus Scott adalah sebagai berikut: Persetujuan yang nyata – Persetujuan yang diharapkan Pi = 1 – Persetujuan yang diharapkan
Dimana: Pi = Nilai keterandalan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI PENELITIAN
A. UTUSAN GROUP 1. Sejarah dan Perkembangan Surat Kabar Utusan Malaysia berada dibawah bendera Kumpulan Utusan (Utusan Group), yangmana juga memiliki anak perusahaan lainnya yang berbasis media. Kumpulan Utusan (Utusan Group) didirikan pada tahun 1938 di Singapura dengan nama peneribatan pertama yakni Utusan Melayu. Koran pertama Utusan Melayu diluncurkan pada 29 Mei 1939, menggunakan jenis tulisan jawi (skrip bahasa Arab) dan dicetak pertama kali di Singapura. Untuk lebih mendekatkan diri kepada pembacanya, maka pada tahun yang sama diterbitkan edisi Minggu dan diberi nama Utusan Zaman. Utusan Melayu dan Utusan Zaman berada di barisan terdepan dalam hal pengembangan intelektual nasionalis Malaysia, yang kemudian diberikan kepemimpinan politik yang kemudian menjadi asas kemerdekaan Malaysia. Dapat dikatakan bahwa koran Utusan menjadi saksi bisu sejarah kemerdekaan Malaysia dari Inggris yang tersaji dalam bentuk media massa. Pada tahun 1958, lima bulan setelah kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957, Utusan Melayu akhirnya memindahkan kantor pusatnya ke commit to user
58
59 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ibukota negara setelah dirasa benar-benar aman dan layak untuk dipindahkan. Di Kuala Lumpur, Kumpulan Utusan (Utusan Group) lagilagi menjadi leader media massa dan menjalankan peran pentingnya dalam memberikan peliputan terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan politik di Malaya (istilah Malaysia saat itu), dan pada tahun 1963 wilayah Malaya lebih diperluas untuk menjadi Malaysia seperti sekarang ini. Melihat unit usaha Kumpulan Utusan (Utusan Group) yang semakin berkembang dan menjadi leader media massa di Malaysia, maka pada tahun 1967, Utusan Group dimasukkan ke dalam perseroan terbatas publik berdasarkan Undang-Undang Perusahaan, sebagai PT Utusan Melayu (Malaysia) Terbuka. Sejak itu, Utusan atau kemudian dikenal sebagai Kumpulan Utusan (Utusan Group) diperluas dengan pesat, dan hasilnya perusahaan ini tercatat pada Papan Utama di Bursa Efek Kuala Lumpur pada tahun 1994, hingga menjadikannya perusahaan terbuka yang paling banyak diincar sahamnya. Pada tahun yang sama, pengalihan perubahan jenis tulisan yang digunakan dalam isi pemberitaan Utusan Malaysia dari tulisan Jawi menjadi tulisan Malay/Melayu. Dengan pencapain keberhasilan seperti ini, lantas tidak membuat Utusan Group berpuas diri. Pada tahun 1997, Utusan Group memulai untuk terjun ke dalam dunia multimedia dengan meluncurkan versi online dari Utusan Malaysia, surat kabar online pertama di Malaysia dengan format penuh teks dan visual. commit to user
60 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dunia multimedia juga membuka lahan bisnis baru bagi Utusan Group. Pada tahun 1997, Utusan Group melahirkan anak perusahaan baru yang diberi nama JARING, dengan unit usaha sebagai penyedia akses internet (Internet Service Provider). Hingga
kini,
Utusan
Group
telah
melakukan
ekspansi
perusahaannya dengan memiliki lebih dari sepuluh anak perusahaan yang masih aktif dan bergerak dalam empat bidang usaha utama yaitu penerbitan, percetakan, iklan, dan layanan online. Dalam survei jajak pendapat mengenai bidang publikasi di Malaysia yang dilakukan oleh AC Nielson, dua group surat kabar utama yakni Utusan Malaysia dan Mingguan Malaysia, serta puncaknya empat majalah, yaitu Mastika, Mangga, URTV dan Wanita, secara konsisten mencapai dan mempertahankan tingkat jumlah pembaca dan sirkulasi tertinggi.
2. Visi, Misi dan Objektif Perusahaan Perkembangan zaman hingga saat ini membuat Utusan Group terus berinisiatif melakukan perkembangan pada perusahaannya. Ibarat adanya perubahan dalam bidang media, perubahan dalam bidang teknologi, namun pesan yang ingin disampaikan tetap sama. Oleh karena itu, ambisi Utusan Group tidak pernah tergoyahkan dengan adanya visi perusahaan yakni untuk memperkuat dan mengembangkan bisnis khusus untuk membangun masyarakat yang kaya akan informasi, dinamis dan kreatif. commit to user
61 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk mencapai ambisi di era teknologi informasi ini, pihak perusahaan terus-menerus menyadari perkembangan teknologi terbaru agar dapat memastikan bahwa posisi mereka masih yang terdepan dalam persaingan bisnis. Menjadi pemain dominan dalam industri penerbitan surat kabar dan majalah, Utusan Group mempunyai misi untuk mempertahankan dan memperkuat kepemimpinan di kalangan pembaca Malaysia, sementara itu akan terus-menerus meningkatkan penawaran konten perusahaan. Selain itu Utusan Group juga mempunyai misi terhadap perkembangan bisnisnya di masa mendatang, yakni untuk menjadi pemimpin di pasar percetakan majalah dan komersial, baik lokal maupun internasional. Sementara itu, Utusan Group akan terus mencari peluang baru dalam mengambil keuntungan penuh dari perkembangan teknologi terbaru dalam media terkait seperti iklan dari luar. Sadar atau tidak disadari, dunia bisnis ini akan terus mendapat desakan dari adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih dan keahlian sumber daya manusia yang semakin berkembang, bukan hanya dari segi profitabilitas, namun dari segi kualitas dan kuantitas dan kehandalan yang dibutuhkan oleh mitra bisnis perusahaan, seperti pelanggan, investor, pemasok atau asosiasi. Sebagai kesimpulan mengenai objektif perusahaan, Utusan Group berkeyakinan bahwa pendekatan-pendekatan strategis yang diperlukan belum sesuai dengan laju pertumbuhan dinamis Malaysia; maka dari itu, commit to user
62 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal ini memungkinkan perusahaan untuk kembali memainkan perannya dalam mendukung bangsa di era teknologi informasi saat ini.
3. Tata Kerja Perusahaan Utusan Group merupakan
sebuah perusahaan yang memiliki
manajemen yang rapi dan transparan sejak dari pertama didirikan. Manajemen yang dihasilkan oleh Utusan memberikan kesan positif pada khalayak sehingga mereka dapat percaya dan yakin akan produk yang dihasilkan oleh Utusan Group. Dalam jajaran manajemen Utusan Group terbagi dari tiga bagian, yakni Dewan Direksi, Manajemen, dan Editorial. Dewan Direksi diisi oleh petinggi-petinggi perusahaan sekelas direktur atau pemegang saham, manajemen diisi oleh staf petinggi yang bertugas menjalankan perusahaan, sedangkan editorial ditempati oleh orang-orang yang berkecimpung dalam alur produksi media yang dibuat oleh Utusan Group. Struktur Organisasi Berikut adalah struktur organisasi yang dimiliki oleh Utusan Group: 1. Board of Directors Utusan Group (Dewan Direksi) 1. Direktur Utama
: Tan Sri Mohamed Hashim Ahmad
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu Makaruddin 2. Group Direktur Eksekutif: 1. Encik Mohd Nasir Ali 2. Tan Sri Hussein Ahmad 3. Dato’ Dr. Firdaus Haji Abdullah commit to user 4. Dato’ Ab. Halim Mohyiddin
63 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Datuk Abdul Aziz Ishak 6. Datuk Seri Ismail Yusof 7. Datuk Tengku Sarifuddin Tengku Ahmad 3. Sekretaris Perusahaan
: Sharina Saidon
2. Manajemen Utusan Group 1.
Direksi Utusan Group Tabel 2.1 Direksi Utusan Group Jabatan
Nama Tan Sri Mohamed Hashim
Direktur Utama Direktur Eksekutif Group
Ahmad Makaruddin Mohd Nasir Ali
Pemimpin Perusahaan
Datuk Abdul Aziz Ishak
Wakil Pemimpin Perusahaan Kepala Divisi Keungan
Othman Mohamad W. Nor Asmah W. Ismail
Group General Manager, Periklanan
Adi Satria Ahmad
Senior General Manager, Percetakan General Manager, Hukum / Sekretaris Perusahaan General Manager, Sumber Daya Manusia
Jamal Khail Md Isa Sharina Saidon Mohd Nazlan Osman
Senior Manager, Pemasaran / Sirkulasi
Mohd Basir Abdul Rahim
Senior Manager, Jasa Perusahaan & Manajemen Risiko
Ahmad Razif Mohamed
Senior Manager Administrasi / Jasa Properti
Zulkifli Haji Basharuddin
Senior Manager Pengadaan
Haji Abdul Kadir Mansuri
Senior Manager, Internal Audit Manager, Departemen Editorial
Faridah Hashim Zaharuddin Mohd Ali
Manager, Teknologi Informasi
Abdul Halim Johar Mazahar
Manager, Divisi Komunikasi Manager, Promosi & Manajemen Merek
Nur Shafina Redzuan
commit to user
Aslinda Mohd Noor
64 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Direksi Anak Perusahaan Tabel 2.2 Direksi Anak Perusahaan Utusan Group Jabatan
Nama
Direktur Manager Utusan Media Sales Sdn Bhd Pemimpin Redaksi, Majalah Utusan Karya Sdn Bhd Direktur Eksekutif Utusan Publications & Distributor Sdn Bhd Kepala Operasional Solusi Perfisio Sdn Bhd Pemimpin Umum Utusan Sight & Sound Sdn Bhd Manager Juasa Holdings Sdn Bhd Kepala Operasional Sdn Bhd Airtime Utusan
Satria Adi Ahmad Azhar Abdul Rahman Badrul
Dr Ahmad Abu Bakar Hairi
Fareed Abdul Ghani Azlan Naim Abdullah Faisal Mokhtar Mohd Zamri Sulong
Editorial Utusan Malaysia Tabel 2.3 Editor Utusan Malaysia Jabatan
Nama
Kepala Editor
Mohd Hassan Mohd. Noor
Asst. Editor
Rosmanizam Abdullah
Senior Editor Berita
Zulkefli Hamzah
Editor Berita
Marzuki Yusof
Editor Berita
Marhaini Kamaruddin
Editor Berita
Rozaman Ismail
Editor Berita
Mohd Ridzwan Md Iman
Editor Berita Editor Berita
Zulkiflee Bakar Ramli Abdul Karim
commit to user
65 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Kebijakan Redaksional Kebijakan redaksi pada setiap media massa pada umumnya memiliki sedikit kesamaan, namun ada pula yang berbeda tergantung kebijakan-kebijakan yang ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Pada Utusan Malaysia, kebijakan redaksional yang ditetapkan mengikuti alur sebagai berikut (Danker, Presentation Paper:2008):
Editor berita menugaskan reporter untuk mencari berita
Reporter kembali ke kantor untuk menulis berita
Cerita disunting oleh sub-editor
Sub-editor melakukan layout untuk halaman berita
Meeting malam hari untuk memaksimalkan isi koran
Alur kebijakan yang ditetapkan oleh Utusan Malaysia, sama halnya dengan beberapa kebijakan yang diterapkan oleh surat kabar lainnya. Namun ada beberapa tahap kebijakan yang ditetapkan oleh internal Utusan Malaysia sendiri agar isi berita/surat kabar yang disajikan berbeda dengan surat kabar lainnya. Kebijakan redaksional mengharuskan setiap kepala bagian masing-masing redaksi untuk turun tangan secara langsung dalam menindaklanjuti penyajian berita.
commit to user
66 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Layanan Usaha Perusahaan Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa Utusan Group memiliki banyak anak perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang, khususnya media. Unit pelayanan usaha Utusan Group memberikan banyak keuntungan, baik secara finansial maupun kemudahan. Bergerak dalam berbagai bidang dan saling berkaitan tentunya sangat memudahkan proses produksi hingga pendistribusian segala produk yang diproduksi oleh Utusan Group. Berikut adalah layanan usaha Utusan Group: 1. Percetakan Mesin
percetakan/printing
yang
dimiliki
oleh
Utusan
mempunyai nilai yang tidak murah, seharga RM 100 juta atau apabila dirupiahkan akan seharga Rp 285 milyar adalah aset yang sangat berharga yang dimiliki oleh Utusan Group. Dengan adanya mesin cetak canggih yang berada di kawasan Bangi, memberikan keunggulan dalam hal kompetitif dibanding pesaing lainnya karena peralatan tersebut diklaim sebagai salah satu fasilitas percetakan (printing) yang paling canggih dan berteknologi di Asia. Hal ini pada hakekatnya, memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan
produksi,
memaksimalkan
kualitas
sekaligus
mengurangi waktu yang digunakan. Ini adalah keunggulan komparatif yang diyakini oleh pihak Utusan Group, bahwa perusahaan percaya akan dihargai oleh para pembaca dan membalasnya kepada pengiklan, sehingga semua pihak merasa puas dan tidak ada yang dirugikan. commit to user
67 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu dari banyak mesin cetak canggih dan berkelas atas adalah mesin cetak press “Heidelberg M600”. Alat ini memungkinkan kita untuk mencetak jumlah yang lebih besar sehingga memudahkan dalam
menangani
proyek-proyek
berkelas
dengan
standar
internasional. Selain itu, pabrik percetakan komersial dari Utusan Group ini juga telah melakukan beberapa kontrak percetakan komersial dari lembaga pemerintahan hingga kalangan perusahaan yang bersifat global. 2. Penerbitan Utusan Group saat ini menjadi perusahaan penerbit dari dua belas majalah, lima surat kabar, dua surat kabar elektronik dan satu portal pendidikan lokal. Dua kelompok surat kabar secara konsisten mencapai sirkulasi dan kepuasan pembaca yang tinggi dalam kategori berbahasa Malaysia. Berdasarkan hasil survey jajak pendapat yang dilaksanakan oleh Audited Bureau of Circulation (ABC) 2008 (Jan-Jun) dan AC Nielsen 2008, Utusan Malaysia mencatat angka rata-rata penjualan bersih sebesar 186.994 eksemplar per edisi dengan 947.000 pembaca, sementara Mingguan Malaysia mencatat angka rata-rata penjualan bersih sebesar 455.983 eksemplar per edisi dengan pembaca sebanyak 1.612.000, membuatnya menjadi surat kabar mingguan dengan tingkat sirkulasi yang tertinggi di Malaysia. commit to user
68 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesuksesan serupa juga terjadi pada majalah yang diproduksi oleh Utusan Group. Dari dua belas majalah, dua dari majalah; Mastika dan Mangga, memperoleh pencapaian dua sirkulasi tertinggi dalam kategori Bahasa Malaysia pada tahun 2008. Majalah Mastika dan Mangga berhasil mencatat penjualan tertinggi dengan angka bersih sebesar 217.905 eksemplar dengan 81.585 eksemplar per edisi. Group anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd (UP & D), menerbitkan bukubuku pendidikan yang mencakup semua tingkatan pendidikan, mulai dari pra-sekolah sampai universitas. UP & D adalah salah satu rumah penerbitan yang paling aktif di Malaysia, menghasilkan sekitar 150 judul per tahun baik dalam Bahasa Malaysia dan Bahasa Inggris. UP & D juga merupakan distributor terbesar dan importir publikasi lokal (terutama dari Amerika Serikat, Eropa dan Australia) di Malaysia. Sebagian besar buku didistribusikan ke perguruan tinggi seperti perguruan tinggi dan universitas, serta perpustakaan dan departemen pemerintah dan lembaga. 3. Periklanan Utusan Media Sales Sdn Bhd adalah anak perusahaan yang menangani
bidang
periklanan
dalam
Group.
Perusahaan
ini
bertanggung jawab untuk menjual space iklan di seluruh surat kabar Utusan dan majalah.
commit to user
69 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan anak perusahaan lainnya dalam satu divisi, Utusan Airtime Sdn Bhd adalah agen pemasaran yang bertanggung jawab untuk menjual komersial radio dan televisi untuk semua stasiun radio dan
televisi yang dimiliki oleh Radio Televisi Malaysia (RTM),
penyiaran lokal yang dimiliki oleh negara. Perusahaan ini juga bertanggung jawab untuk mempromosikan semua program yang dihasilkan oleh RTM. 4. Layanan Online Sebagai salah satu penyedia jasa internet (internet service provider) di Malaysia, Utusan Group merasa bangga bisa bekerja sebagai mitra Pemerintah dalam mempromosikan internet untuk penduduk Malaysia dan memberikan kontribusi untuk negara dengan tujuan untuk menciptakan masyarakat yang kaya informasi. Layanan yang disediakan oleh Perfisio Solutions Sdn Bhd, salah satu anak perusahaan Utusan Group ini telah memiliki lebih dari 600.000 pelanggan sampai saat ini. Selain menyediakan layanan jaringan internet, Perfisio juga menawarkan
Mobile
Messanging
Services,
yang
sbeelumnya
merupakan bagian dari perusahaan Telcos dan kemudian saat ini telah berdiri sendiri sebagai sebuah perusahaan independen dengan perkiraan pelanggan sekitar 150. Jasa perusahaan ini menawarkan berbagai macam produk mulai dari konten hiburan untuk pengambilan informasi melalui saluran SMS dan MMS. commit to user
70 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Utusan Group juga telah meluncurkan surat kabar online. Layanan yang disediakan bekerja sama dengan Telekom Malaysia yang dapat memungkinkan pelanggan untuk membaca replika yang tepat dari koran group, yakni Utusan Malaysia, Mingguan Malaysia, Kosmo! dan Kosmo! Ahad online melalui www.BlueHyppo.com. Departemen Teknologi Informasi ini juga memainkan peran penting dalam menyediakan layanan dukungan untuk pengelolaan jaringan, layanan internet dan sejenisnya, pengembangan dan pemeliharaan sistem komputer, pembelian perangkat keras dan perangkat lunak, serta sebagai pendukung problem IT untuk berbagai departemen dan anak perusahaan Utusan. Layanan ini disediakan untuk memastikan bahwa jaringan dan sistem infrastruktur sudah memenuhi kebutuhan bisnis saat ini dan kedepannya. 5. Unit Layanan Lainnya a. Pengangkutan Utusan Group juga melihat peluang bisnis yang luas dalam menyediakan logistik dan jasa transportasi. Awalnya didirikan untuk keperluan internal Utusan Group dalam melayani distribusi semua materi cetak. Saat ini, perusahaan Utusan Group dengan enam anak perusahaan lainnya menawarkan layanan beragam seperti jasa penanganan kargo laut dan udara, forwarding/impor, serta jasa pergudangan dan pengiriman di seluruh dunia. commit to user
71 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pasca Produksi Video Utusan Group berkomitmen bahwa dengan adanya investasi besar dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan berkreasi untuk biro iklan, rumah produksi, editor kreatif, penyiar dan produser independen nasional. c. Produksi Audio Utusan Group juga menawarkan teknologi rekaman terbaru, seperti halnya para staff mereka yang berdedikasi dan berbakat, dan adanya fasilitas yang berteknologi tinggi dan memberikan proses rekaman kelas dunia kepada para seniman dan produser yang memiliki harapan tertinggi terhadap fasilitas rekaman. d. Arsip dan Riset Layanan Informasi Menjadi
perusahaan
produksi
yang
telah
lama
berkecimpung di dunia media, Utusan Group bangga memiliki banyak koleksi arsip yang disimpan di Pusat Informasi yang berlokasi di Kantor Pusat. Hanya dengan biaya yang murah, masyarakat umum dapat memperoleh akses ke salah satu arsip bangsa yang paling luas dan beragam dari setiap peristiwa atau orang-orang penting.
6. Produk Usaha Utusan Group memiliki banyak produk yang bergerak dalam media massa, dan seperti yang dijelaskan sebelumnya, kebanyakan produk media commit to user
72 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dihasilkan oleh Utusan Group memiliki hasil yang memuaskan dimata publik, sehingga respon positif selalu diperoleh Utusan setiap menerbitkan hasil produksinya. Berikut jenis produk usaha yang dihasilkan oleh Utusan Group: a. Surat Kabar Sebagai penerbit surat kabar nasional yang terkenal baik di media cetak dan elektronik, surat kabar ini melayani kebutuhan publik yang multikultural di Malaysia, memberikan pemikiran serta informasi berita yang akurat. Berikut produksi surat kabar oleh Utusan Group: 1. Utusan Malaysia Sesuai dengan logo dan merek dagang yang berwarna biru, Utusan Malaysia pertama kali dibuat dan diumumkan dalam Jawi (transkrib Arab) ketika Utusan Group didirikan pada tahun 1939. Utusan Malaysia saat itu menjadi media yang sagat berpengaruh bagi masyarakat dalam menyuarakan pendapat mereka terhadap putusan Pemerintah Inggris di Malaya. Gambar 2.1 Edisi Perdana Utusan Malaysia
commit to user
73 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saat ini, Utusan Malaysia telah berkembang menjadi sumber terpercaya dalam hal berita dan informasi bagi penduduk Malaysia. Dengan lebih dari 32 halaman berita saat ini, surat kabar ini juga menyediakan suplemen secara teratur dengan fokus pada topik menarik seperti hiburan, fashion, musik, kesehatan, teknologi dan lain-lain, sehingga menjadikannya harus dibaca untuk semua. Pada tahun 2007-2008 audit sirkulasi harian rata-rata adalah 197.952 eksemplar pada hari kerja dan 458.296 eksemplar pada hari Minggu (Kenyon:2010). Gambar 2.2 Edisi Sekarang Utusan Malaysia
2. Kosmo! Harian pertama di Malaysia dengan ukuran yang berbeda dari koran lainnya diperkenalkan oleh Utusan Group. Dengan slogan ‘Suara Kontemporari’, kosmo! ditargetkan khusus untuk generasi yang baru dan modern yang bersifat kontemporer dan aktif dalam semua aspek kehidupan. commit to user
74 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dicetak dengan Bahasa Malaysia, Kosmo! menyajikan sebuah konsep baru yang menggabungkan harian dan majalah menjadi satu yang sangat ideal untuk semua lapisan masyarakat di Malaysia. Hal ini dikarenakan ukuran Kosmo! yang sangat kecil dan menjadikannya sangat praktis dan bersifat portabel. 3. Mingguan Malaysia Menjadi surat kabar mingguan yang paling sering dibaca dan diedarkan di Malaysia; Mingguan Malaysia memiliki kolom rutin yang menampilkan isu-isu seperti politik, kehidupan, sorotan sosial dan banyak lagi. 4. Utusan Melayu Saat ini, surat kabar ini merupakan satu-satunya surat kabar yang beredar di Malaysia dengan menggunakan Jawi (transkrip Arab), Utusan Melayu Mingguan menjadi bacaan utama bagi banyak warga yang sudah berumur di daerah pedesaan. Diterbitkan setiap seminggu sekali, koran ini beredar setiap hari Senin, bersama dengan surat kabar Utusan Malaysia. b. Majalah Sama halnya dengan Surat Kabar, Majalah yang diproduksi oleh Utusan Group berjumlah dua belas macam dari jenis segmentasi yang berbeda. Majalah Wanita dan Harmoni dapat dikatakan sangat berfokus pada
pembahasan
mengenai seluk-beluk commit to user
seputar
wanita
dan
75 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
permasalahannya. Majalah Saji lebih berkonsen pada majalah yang berhubungan dengan makanan dan cara mengolahnya. Sedangkan untuk Majalah Mangga dan Hai berfokus pada remaja, Majalah Kawan lebih ditujukan ke anak-anak. Masih ada Majalah Al-Islam yang berfokus pada hal-hal yang berbau religi, Majalah iSihat sesuai namanya yang lebih banyak berisi mengenai ilmu kesehatan dan kebugaran. Sedangkan Majalah Ur tv merupakan majalah dengan segmen dunia hiburan dan Infiniti merupakan majalah yang terkonsentrasi pada hobby seperti ilmu desain yang sasarannya untuk usia 16-30 tahun. c. Buku-Buku Selain memproduksi surat kabar dan majalah, Utusan Group juga telah memproduksi dan menerbitkan aneka jenis buku-buku yang dapat dikatakan sukses dipasaran seperti novel (Dialah di Hati, Hati Nurani, dll.), buku religi (Pendidikan Akhlak dan Adab Islam), diskografi (diskografi Tun Abdul Razak, dll), buku memasak (Biskuit Klasik 2, dll), hingga komik (Tenggiling si Perisai Bola,dll). d. Produk Online Melihat visi 2020 yang terinspirasi oleh mantan Perdana Menteri Malaysia YAB Dato Seri Dr Mahathir Mohamed yang membayangkan warga Malaysia menjadi pusat informasi. Hal ini mendorong Utusan Group membuat website untuk saling berbagi dengan tujuan yang sama dan untuk membantu membentuk publik commit to user
76 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih informatif dan berpengetahuan. Berikut kumpulan website yang
dibuat
Utusan
(www.utusan.com.my), Utusan
Education
Group: Kosmo!
Portal,
Utusan Online
Tutor
Online
Malaysia
Online
(www.kosmo.com.my), (www.tutor.com.my),
Recruitment Portal (www.kareer.com.my).
7. Profil Pembaca Utusan Group mempunyai strategi pemasaran yang dinamis dan serbaguna dalam mempublikasikan surat kabarnya, sehingga surat kabar utama yang beredar yaitu Utusan Malaysia dan Mingguan Malaysia tetap sebagai koran No. 1 dalam hal sirkulasi, dengan sirkulasi harian rata-rata 240.154 dan 555.559 eksemplar dari masing-masing surat kabar tersebut. Untuk profil pembaca, Utusan Malaysia dan Mingguan Malaysia lebih memperkuat posisinya sebagai koran Melayu terkemuka, dengan rata-rata pembaca harian masing-masing 1.438.000 dan 2.619.000 dari berbagai latar belakang usia dan pekerjaan. Pada surat kabar Utusan Malaysia lebih banyak dikonsumsi oleh para keluarga, pekerja harian, pebisnis, dan lain sebagainya dikarenakan surat kabar ini terbit setiap hari, sedangkan untuk Mingguan Malaysia difokuskan kepada kaum wanita dan anak-anak dengan bentuk penulisan berita yang bersifat ringan dan mudah dikonsumsi, Mingguan Malaysia merupakan surat kabar tambahan dan terbitan dari Utusan Malaysia pada hari Minggu.
commit to user
77 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. MEDIA INDONESIA 1. Sejarah dan Perkembangan Media Indonesia didirikan oleh Teuku Yousli Syah pada tahun 1969, dengan SIT (Surat Ijin Terbit) No. 0856/SK/Dir-PK/SIT/1969. Meskipun didirikan pada tahun 1969, namun Media Indonesia pertama kali muncul dan terbit pada tanggal 19 Januari 1970, dan mempunyai terbitan pertama setebal 4 halaman dengan kolom yang amat terbatas. Namun seiring perkembangannya, pada tahun 1976 Media Indonesia mampu menambah jumlah halaman dari yang semula hanya 4 halaman menjadi 8 halaman. Media Indonesia pertama kali berkantor di Jl. MT. Haryono Jakarta dan dibawah pengawasan lembaga penerbitan yakni Yayasan Warta Indonesia. Seiring dengan perkembangan Media Indonesia, perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan juga ikut terjadi. Salah satu akibat yang ditimbulkan adalah berubahnya status SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Dengan adanya perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tetapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha yang sepenuhnya dilindungi oleh hukum. Hingga pada tahun 1981, surat ijin terbit Media Indonesia dicabut oleh Departemen Penerangan karena adanya proses perkembangan regulasi tersebut. Namun setahun kemudian, melalui surat keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia No. 986/Ditjen PPG/K/1982, commit to user
78 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Media Indonesia diterbitkan kembali. Dengan munculnya Undang-Undang Pokok Pers tahun 1982 dan ketentuan SIUPP yang diwajibkan kepada penerbit pers berbadan hukum, menjadikan Media Indonesia untuk mengubah SIT menjadi SIUPP yang diterima Departemen Penerangan pada tahun 1986. Demi kemajuan perusahaan, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah yang selaku pendiri Media Indonesia melakukan kerjasama dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas yang kala itu sedang mencari SIUPP baru untuk media yang dipimpinnya. Berdasarkan kerjasama tersebut, maka pada tahun itu juga Media Indonesia berada dibawah manajemen baru yakni PT Citra Media Nusa Purnama. Manajemen Media Indonesia yang baru akan dikembangkan menjadi penerbitan yang profesional dengan dukungan sumber daya manusia yang kuat dan handal. Selain itu, dari kerjasama ini diharapkan dapat membawa kekuatan modal dan semangat yang dapat menjadikan penerbitan ini menjadi semakin profesional. Dalam manajemen baru ini, Surya Paloh menjabat sebagai Direktur Utama, Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, alamat perusahaan dan redaksi juga dipindahkan ke Jl. Gondangdia Lama No. 46 Jakarta. Awal tahun 1995, Media Indonesia kembali berpindah lokasi dan kali ini menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas commit to user
79 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Perpindahan lokasi ini bertepatan dengan 25 tahun berdirinya Media Indonesia. Di gedung yang ditempati hingga sekarang ini semua kegiatan berada dibawah satu atap; redaksi, usaha, percetakan, pusat dokumentasi, perpustakaan, iklan, sirkulasi dan distribusi serta fasilitas lainnnya untuk menunjang kebutuhan karyawan. Sejak menjadi satu kesatuan dalam manajemen baru, Media Indonesia berubah menjadi sebuah surat kabar inovator yangmana perkembangannya semakin pesat hingga menurut sejumlah kalangan Media Indonesia sebagai surat kabar umum terbesar kedua di Indonesia setelah harian Kompas. Hal tersebut dibuktikan dengan penciptaan rubrik, mutu berita, tata letak dan perwajahan yang banyak ditiru oleh mediamedia serupa. Sebagai industri media massa yang berfokus pada bisnis, pada perkembangannya Media Indonesia semakin kokoh karena ditunjang berbagai unit usaha yang berada dibawah logo Group Media Indonesia, seperti hotel, Indocarter, Lampung Post dan Metro TV.
2. Visi, Misi dan Objektif Perusahaan Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi untuk mengokohkan dan mempertahankan citra perusahaan ke publik, begitu halnya dengan Media Indonesia yang dalam menjalankan sebuah industri media mempunyai visi berkeinginan untuk menjadi surat kabar yang berpengaruh di Indonesia.
commit to user
80 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Media Indonesia mempunyai misi menjadi koran refrensi yang berkualitas, yang dapat mempengaruhi keputusan secara kritis, dinamis dan inovatif dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan slogan ‘Pembawa Suara Rakyat’, Media Indonesia ikut mendorong terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, makmur dan demokratis, yang disalurkan melalui bidang pers. Hal tersebut diwujudkan dalam isi pemberitaan yang lebih berpihak kepada rakyat. Sebagai surat kabar terdepan yang ingin menjadi refrensi yang berkualitas, Media Indonesia memiliki misi menyajikan informasi terpercaya secara regional dan nasional serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan, mempertajam isi berita agar lebih relevan untuk pengembangan pasar, membangun sumber daya manusia dan manajemen yang profesional dan unggul, dan mampu mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan. Di usianya saat ini, Media Indonesia terus berkembang dan membenahi diri untuk melangkah maju ke depan agar selalu menjadi inovator bagi media surat kabar lainnya. Berbagai bentuk inovasi yang telar dihasilkan Media Indoensia terus bergulir dalam bentuk penerbitan edisi khusus, rubrik baru, aneka tips yang informatif, disamping berbagai info penting yang disajikan setiap harinya. Seiring dengan kemajuan teknologi, Media Indonesia tidak mau ketinggalan dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggannya. Terbukti dengan dibuatnya portal surat kabar online dengan commit to user
81 perpustakaan.uns.ac.id
alamat
digilib.uns.ac.id
www.mediaindonesia.com,
Media
Indonesia
membuktikan
keeksistensinya dalam dunia media massa di Indonesia.
3. Struktur Organisasi Manajemen
Media
Indonesia
termasuk
manajemen
yang
mengalami fase pergantian yang tidak sedikit. Pergantian manajemen Media Indonesia tentunya demi kebaikan dan kemajuan perusahaan tersebut. Adanya kerjasama dengan Surya Paloh menjadikan Media Indonesia terus berkembang hingga saat ini, dengan susunan organisaasi perusahaan dan redaksi sebagai berikut: Pendiri
: Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si (Alm)
Direktur Utama
: Rahni Lowhur Schad
Direktur Pemberitaan
: Saur Hutabarat
Dewan Redaksi Media Group : Elman Saragih (Ketua), Anna Wijaya Rahni Lowhur Schad, Djafar Husin Assegaf, Saur Hutabarat, Andi F. Noya, Djadjat Sudradjat, Toeti Adhitama, Lestari Moerdijat, Bambang Eka Wijaya, Sugeng Suparwoto, Suryo Pratomo Redaktur Senior
: Saur Hutabarat, Laurens Tato, Elman Saragih
Kepala Divisi Pemberitaan
: Usman Kansong
Deputi Kadiv. Pemberitaan : Kleden Suban commit to user
82 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kadiv. Content Enrichment : Gaudensius Suhandi Ass. KCE
: Yohanes S. Widada
Ass. Kp Divisi Pemberitaan : Abdul Khohar, Ade Alawi, Ono Sarwono, Haryo Prasetyo, Rosmery Christina S. Sekretaris Redaksi
: Teguh Nirwahyudi
Ass. Kadiv Foto
: Hariyanto
Ass. Kadiv MICOM
: Tjahyo Utomo, Victor JP Nababan
Redaktur
: Agus Wahyu Kristianto, Cri Canon Riadewi, Eko Suprihatno, Eko Rahmawanto, Fitriana Siregar, Gantyo Koespradono, Hapsoro Poetro, Henri Salomo, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Lintang Rowe, Mathias S. Brahmana, M. Anwar Surachman, Sadyo Kristriarto
Redaktur MICOM
: Agustriwibowo, Asnawi Khaddaf, Patna Budi Utami
Redaktur Foto
: Agus Mulyawan
Redaktur Periset
: Heru Prasetyo
Kood Operator MICOM
: Abdul Salam
Operator MICOM
: Charles Silaban, Muhammad Syaifullah, Panji Ari Murti, Wijokongko, Ricky Julian, Alfani Taufik, Surono Abadi
Web Programmer
: Abraham commit to user
83 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Kebijakan Redaksional Pada Media Indonesia, pemilik perusahaan menentukan siapa yang menulis editorial. Disana terdapat sebuah tim yang terdiri atas penulis dari perwakilan pemimpin redaksi Media Indonesia, surat kabar Lampung Post dan stasiun televisi Metro TV. Salah satu tanggung jawab mereka sebagai redaktur opini adalah memilih komentar-komentar dan analisis-analisis yang dikirim oleh ‘pihak luar’ serta menentukan beberapa surat pembaca yang akan diterbitkan. Setiap hari ada 30 komentar yang masuk, yang kemudian
dipilih
berdasarkan
aktualitas,
relevansi,
dan
tingkat
kepercayaan kepada penulisnya. Media Indonesia juga memiliki sebuah kelompok tetap pakar, yang secara berkala menulis analisis-analisis dan komentar-komentar. Sebuah evaluasi atas komentar-komentar yang telah diterbitkan, menurut keterangan kepala rubrik opini, berlangsung dua minggu sekali oleh sebuah tim dari berbagai rubrik. Bentuk berita yang mengandung opini selain di halaman opini juga terdapat di halaman rubrik-rubrik yang lain. Di sini pilihan ditentukan oleh masing-masing rubrik. Kepala rubrik opini juga yang memilih surat-surat pembaca. Media Indonesia menerbitkan dalam rubrik ini lebih sedikit surat-surat tentang pemberitaan atau tema-tema aktual, melainkan terutama memuat surat-surat yang berisi keluhan. Adanya campur aduk divisi dalam redaksional Media Indonesia kadang kala menjadi dilema dalam internal perusahaan. Keterlibatan divisi iklan dalam proses redaksional di Media Indonesia terlihat dari adanya commit to user
84 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keikutsertaan karyawan divisi iklan dalam rapat redaksi. Tingkat frekuensi campur tangan divisi iklan terhadap redaksi redaksi tergantung seberapa penting berita yang akan diterbitkan bagi kepentingan umum. Selain itu, promosi silang juga terjadi di Media Indonesia dan Metro TV, dimana setiap paginya pada siaran berita Metro TV selalu dibacakan editorial dari Media Indonesia, akan tetapi hal itu tidak disebut sebagai iklan (Keller,2009:79-82).
4.1 Pola Penyajian Berdasarkan Budaya Perusahaan Media Indonesia pada bidang redaksi periode 2002-2005, yakni menjadi koran refrensi bagi pembaca.
Sedangkan
pembaca
Media
Indonesia,
berdasarkan
segmentasinya, adalah kelas menengah ke atas. Oleh karena itu, Media Indonesia senantiasa memperhatikan unsur kebutuhan pembaca dengan segmentasi tertentu terkait isu pemberitaan dan pola peliputannya. Dalam setiap penerbitan yang dilakukan oleh Media Indonesia, Edisi harian selalu diterbitkan hingga 24 halaman, yang terbagi dalam dua kali masa cetak. Masa cetak pertama, halaman 13-24 dicetak pada pukul 19.00 WIB setiap harinya, dengan rubrik berita meliputi Fokus Pemberitaan dan berita kolom Humaniora. Sedangkan pada masa cetak kedua, yakni halaman 1-12, dicetak pada pukul 23.30 WIB dengan isi berita utama (Headline) dan pemberitaan kolom lainnya. Mengenai pola peliputan, meskipun Media Indonesia tidak commitjenis to user memiliki ketentuan tentang informasi yang disajikan pada tiap
85 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
halaman surat kabar, namun Media Indonesia tetap memiliki pola penyajian tertentu untuk setiap edisinya. Berita-berita utama selalu diletakkan pada halaman luar, yangmana halaman luar itu meliputi halaman 1 (halaman muka/cover) dan halaman 12 (halaman belakang/backcover). Pada halaman muka, Media Indonesia menyajikan berita-berita utama, biasanya diisi dengan sebuah headline pemberitaan dengan satu foto sebagai visualisasi headline maupun foto lepas. Seperti surat kabar pada umumnya, dasar penentuan isu atau topik sebagai headline adalah nilai lebih dari sebuah isu berita yang layak muat, dan sudah dibahas dalam rapat redaksi. Selain headline, masih ditambah dengan tiga berita lainnya yang dianggap sebagai bagian isu penting bagi pembacanya. Dan yang tidak dapat terpisahkan dari ciri khas Media Indonesia yakni penulisan editorialnya. Bahkan disediakan satu halaman khusus dibagian dalam untuk bedah editorial dalam menampung pendapat pembacanya. Untuk halaman belakang, selain menampilkan headline serta foto sebagai visualisasi headline atau foto lepas, juga menampilkan lima berita utama lainnya. Dua berita diantaranya berjudul rubrik ‘Sosok’ yang biasanya berisi profil atau cerita unik dan ringan tentang seorang tokoh tertentu. Pada halaman dalam, disediakan untuk beberapa topik pemberitaan yang juga menjadi dasar pembagian desk redaksi Media commit to user
86 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indonesia, yakni Bisnis, Opini, Polkam, Metropolitan, Nusantara, Internasional, Olahraga dan Humaniora. Pada setiap halaman tersebut, terdapat sebuah headline yang dianggap sebagai berita utama oleh redaktur masing-masing desk. Media Indonesia memiliki kebijakan fokus untuk masingmasing desk. Fokus biasanya berisi pendalaman akan isu-isu khusus yang dianggap memenuhi keingintahuan para pembacanya. Setiap desk mendapat jatah membuat fokus pemberitaan masing-masing sekali dalam seminggu, dengan rincian sebagai berikut: pada hari Senin untuk desk Polkam, Selasa untuk Metropolitan, Rabu untuk Olahraga, Kamis untuk Ekonomi, Jumat untuk Internasional dan Sabtu untuk Humaniora. Fokus pemberitaan diletakkan pada masa cetak kedua (untuk halaman 1-12) Media Indonesia. Untuk hari Minggu, Media Indonesia memiliki pola liputan tersendiri dimana edisi Minggu biasanya memuat sajian informasi yang bersifat ringan dan penuh dengan artikel-artikel menarik seperti musik, film, profil, kuliner, gaya hidup dan sebagainya.
5. Profil Pembaca Pada setiap Surat Kabar tentunya memiliki segmentasi pembaca yang berbeda-beda. Segmentasi pembaca tentu akan diperoleh berdasarkan hasil survey oleh surat kabar itu sendiri. Maka dari itu, berdasarkan hasil survey
oleh
Media
Indoensia, maka commit to user
akan
disajikan
profil
87 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembaca/pengakses surat kabar harian Media Indonesia berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, pekerjaan dan jumlah pengeluaran, sebagai berikut:
Tabel 2.4 Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin No. 1 2
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Persentase 87% 37%
Tabel 2.5 Persentase Berdasarkan Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan
Persentase (%)
1
Lulusan SLTA
10
2
D1-D3
15
3
Sarjana 1
51
4
Sarjana 2
19
5
Sarjana 3 Jumlah
5 100
Tabel 2.6 Persentase Berdasarkan Tingkat Usia No.
Tingkat Usia
Persentase (%)
1
17 - 24
12
2
25 - 34
45
3
35 - 44
29
4
45 - 55
12
5
> 55 Jumlah
2 100
commit to user
88 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.7 Persentase Berdasarkan Jenis Pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
Persentase (%)
1
PNS
13
2
Pegawai BUMN
14
3
Ekspatriat
2
4
TNI - Polri
1
5
Pengusaha
4
6
Mahasiswa
11
7
Pegawai Swasta
52
8
Lainnya Jumlah
3 100
Tabel 2.8 Persentase Berdasarkan Tingkat Pengeluaran No.
Angka Nominal (Rp.)
Persentase (%)
1
< 1.000.000
19
2
1.000.000 - 1.500.000
13
3
1.500.000 - 2.000.000
13
4
2.000.000 - 2.500.000
11
5
2.500.000 - 3.000.000
7
6
3.000.000 - 3.500.000
7
7
> 3.500.000 Jumlah
(Sumber: Media Indonesia Online)
commit to user
30 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Polemik antar negara memang sudah sering terjadi, baik itu secara berkala ataupun secara terus-menerus. Tidak terkecuali dengan hubungan negara serumpun melayu antara Malaysia dan Indonesia. Polemik yang muncul dalam hubungan bilateral kedua negara ini terus berulang, dari satu episode ke episode lain. Awalnya dimulai dari kasus pelecehan terhadap integritas bangsa Indonesia pada jaman Presiden Soekarno, hingga adanya kasus ambalat, TKI, dan saat ini yang lagi banyak diperbincangkan yakni klaim sepihak Malaysia terhadap karya seni milik bangsa Indonesia. Yang membuat hal ini menjadi lebih menarik lagi, adalah klaim ini tidak hanya dilakukan atas nama pemerintah kerajaan tetapi juga pihak swasta di Malaysia. Kesewenang-wenangan
pihak
Malaysia
terhadap
Indonesia sudah
membuat seluruh penduduk Indonesia seakan-akan kebakarang jenggot dalam menanggapai polemik yang tidak ada titik penyelesaiannya ini. Kasus Ambalat yang berkepanjangan hingga klaim budaya sudah membuat bangsa Indonesia jenuh dan geram akan ulah negara tetangga tersebut. Melihat dari permasalahan budaya, klaim sepihak ini dilandaskan pada argumen bahwa kepemilikan karya seni yang ada di Indonesia juga bisa digunakan oleh Malaysia, mengingat penduduk Malaysia banyak berasal dari keturunan orang Indonesia yang merantau dan menetap di Malaysia. Konflik pun tak terhindarkan yangmana membuat commit to user
89
90 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedua pemerintahan sering tampak ragu dan lamban dalam menyikapi masalah ini (Jurnal Luar Negeri, 2009:19) Adanya polemik yang berkepanjangan dan menimbulkan konflik ini membuat banyak media massa kedua negara melakukan peliputan. Seperti halnya dengan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia yang paling banyak mengulas berita mengenai konflik kedua negara berdasarkan pandangan redaksional dari negara masing-masing. Berita mengenai konflik budaya kedua negara yang dikumpulkan oleh peneliti dari rentang waktu terjadinya konflik yakni pada bulan Agustus hingga Desember 2009, Surat Kabar Utusan Malaysia memuat 29 berita yang berkaitan langsung mengenai konflik kedua negara dalam hal klaim budaya. Dari 29 berita yang ada, terdapat 17 berita yang dimuat pada bulan September, 5 berita pada bulan Oktober, 3 berita pada bulan November serta 4 berita yang termuat pada bulan Desember 2009. Pada bulan Agustus pihak Utusan Malaysia belum melakukan peliputan dikarenakan masalah yang mulai memanas di Indonesia itu baru mendapat sorotan media Malaysia pada bulan September, yangmana sebelumnya pihak Media Malaysia sama sekali tidak melakukan peliputan dengan serius apabila tidak terpancing oleh berita-berita yang sudah dahulu memanas di Indonesia. Berbeda halnya dengan peliputan berita yang dimuat oleh surat kabar Media Indonesia, dengan jumlah berita yang lebih banyak yakni 31 berita. Berdasarkan jumlah berita yang dimuat, pada bulan Agustus terdapat 20 berita yang berkaitan dengan konflik budaya, bulan September terdapat 8 berita, commit pada to user
91 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oktober hanya terdapat 2 berita, dan 1 berita pada bulan Desember. Pada bulan Oktober hingga Desember, isu pemberitaan terkait konflik budaya semakin berkurang seiring munculnya isu berita lainnya, seperti kasus Bank Century, kasus penyuapan yang melibatkan petinggi POLRI, dan lain sebagainya. Setelah melakukan pengkodingan oleh peneliti dan pengkoding satu maka hasil uji realibilitas untuk tiap kategori dari isi pemberitaan terkait masalah konflik budaya dapat disaksikan pada tabel berikut (perincian perhitungan ada pada lembar lampiran I : Perhitungan Reliabilitas): Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar Utusan Malaysia Kategori I. Pokok Permasalahan Berita II. Arah Pemberitaan III. Sumber Berita IV. Faktualitas Berita V. Bentuk Penulisan Berita
Hasil CR
Pi
93%
87%
93%
90%
89%
81%
93%
87%
86%
77%
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar Media Indonesia Kategori I. Pokok Permasalahan Berita II. Arah Pemberitaan III. Sumber Berita IV. Faktualitas Berita V. Bentuk Penulisan Berita
Hasil CR
Pi
87%
78%
94%
91%
87%
80%
94%
78%
94%
89%
Berdasarkan petunjuk tabel diatas, maka perincian dari hasil uji reliabilitas tersebut adalah sebagai berikut, commit to user
92 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada surat kabar Utusan Malaysia untuk kategori pokok permasalahan berita tingkat realibilitasnya adalah 93%, dengan nilai kesepakatan antara peneliti dan pengkoding satu sebesar 87%. Untuk kategori arah pemberitaan tingkat realibilitasnya adalah 93%, dengan niliai kesepakatan antar pengkoding yakni sebesar 90%. Untuk kategori sumber berita tingkat realibilitasnya sebesar 89%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding yakni 81%. Untuk kategori keempat faktualitas berita mempunyai tingkat realibilitas sebesar 93%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding adalah 87%. Sedangkan untuk kategori terakhir bentuk penulisan berita tingkat realibilitasnya adalah 86%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding sebesar 77%. Namun berbeda halnya pada surat kabar Media Indonesia, yakni untuk kategori pokok permasalahan berita tingkat realibilitasnya adalah 87%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding 78%. Untuk kategori arah pemberitaan, tingkat realibilitasnya sebesar 94%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding 91%. Pada kategori sumber berita, tingkat realibilitasnya adalah 87% dengan nilai kesepakatan antar pengkoding sebesar 80%. Untuk kategori faktualitas berita mempunyai tingkat realibilitas sebesar 94%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding 78%. Sedangkan untuk kategori bentuk penulisan berita tingkat realibilitasnya 94%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding sebesar 89%. Hasil pengkodingan yang dilakukan oleh peneliti dan pengkoding satu diatas dianggap telah memenuhi tingkat kepercayaan antar pengkoding, karena menurut Kriyantono (2007:236) ambang batas penerimaan yang sering digunakan untuk uji reliabilitas kategorisasi adalah atau 75%, selain itu adanya pendapat commit0,75 to user
93 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari Lasswell dalam Flournoy (1989:193) yang mengatakan nilai-nilai antara 70 80% kesamaan yang terjadi antar para pengkoding dapat diterima sebagai suatu kepercayaan yang memadai. Oleh karena itu, peneliti yakin bahwa data penelitian yang disajikan dalam penilitian ini adalah reliabel atau memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, karena hasil uji reliabilitas kategori yang diperoleh dari pengkodingan ini menunjukkan persentase diatas 70%. Setelah melakukan uji reliabilitas, kemudian data hasil pengkodingan disajikan dalam bentuk tabel, yakni tabel distribusi frekuensi, dengan tujuan untuk mendiskripsikan distribusi frekuensi dalam tiap kategori yang diteliti. Kategorikategori yang diteliti akan diukur dari frekuensi pemberitaan dengan tingkat keseringan munculnya berita tersebut pada surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia selama masa periode penelitian berlangsung.
3.1. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Pada surat kabar Utusan Malaysia, isi berita yang terkait dengan pemberitaan Konflik Budaya Indonesia – Malaysia periode Agustus hingga Desember 2009 berjumlah 29 item. Sajian data isi pemberitaan ini dapat dilihat dalam kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya, yakni berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita dan bentuk penulisan berita. commit to user
94 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.1.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Pokok permasalahan berita merupakan asal muasal isi berita yang disajikan oleh sebuah surat kabar, yang meliputi dari tema pemberitaan yang diangkat serta maksud dari isi berita tersebut, apakah dalam isi berita menerangkan adanya konflik atau penyelesaian konflik dari konflik budaya yang dipermasalahkan dalam isi berita tersebut. Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
1
Konflik Budaya
10
Persentase (%) 34,48
2
Penyelesaian Konflik
19
65,52
29
100
No.
Pokok Permasalahan Berita
Jumlah
Frekuensi
Sumber: Hasil koding data primer
Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa pokok permasalahan berita yang paling banyak dimuat melalui surat kabar Utusan Malaysia tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia yakni mengenai penyelesaian konflik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi sebanyak 19 item atau 65,52% dari total pemuatan. Kemudian diikuti dengan pemberitaan mengenai konflik budaya sebanyak 10 item atau 34,48%.
commit to user
95 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Isi berita yang dimuat pada surat kabar Utusan Malaysia memang lebih berfokus pada penyelesaian konflik dan tidak terlalu menanggapi isu negatif yang terjadi di Indonesia. Hal ini dapat terlihat pada isi berita pada edisi Kamis, 09 September 2009. pemberitaan yang berjudul “EPG Malaysia-Indonesia bantu erat hubungan – Rais”, berisi tentang peran Eminent Persons Group (EPG) Malaysia-Indonesia dalam meredakan ketegangan hubungan antara rakyat kedua negara. Berikut cuplikan isi berita terkait: “Kumpulan Tokoh Terkemuka (EPG) Malaysia – Indonesia akan diminta memainkan peranan bagi meredakan ketegangan hubungan antara rakyat kedua-dua negara ekoran dakwaan Tarian Pendet republik itu dicuri negara ini…”. Selama menjalankan perannya, EPG Indonesia – Malaysia diresmikan pada 7 Juli 2008, yang merupakan wujud hasil pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi di Putrjaya, Malaysia 11 Januari 2008, untuk menyepakati pembentukan EPG. Anggota EPG Indonesia terdiri atas Try Sutrisno, Quraish Shihab, Des Alwi, Musni Umar, Pudentia MPSS dan Wahyuni Bahar. Dan untuk area Malaysia, anggota EPG diwakilkan oleh Tun Musa Hitam, Tan Sri Dato Seri Mohd Zahidi H. Zainuddin, Tan Sri Khoo Kay Kim, Tan Sri Abdul Halim Ali, Tan Sri Amar Haji Hamid Bugo, Datuk Syed Ali Tawfik Al-Attas dan Datuk Seri Panglima Joseph Pairin Kitingan (http://www.waspada.co.id/index.php?). commit to user
96 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Isi pemberitaan lainnya yang berkaitan dengan pemberitaan mengenai penyelesaian konflik, yakni pada edisi Jumat 13 November 2009 yang berjudul “Isyarat positif hubungan MalaysiaIndonesia – Najib”. Isi berita menegaskan bahwa hubungan Malaysia-Indonesia bukanlah sekedar hubungan pasang surut, melainkan akan terjalin selamanya. “…Kedua-dua pemimpin sepakat kedua-dua kerajaan beriltizam untuk terus memantapkan hubungan kedua-dua negara supaya tidak berlaku pasang surut tetapi kekal sebaik mungkin,” katanya. Najib berkata mereka sedar walaupun berlaku beberapa masalah tetapi ia bersifat kecil dan berlaku dalam kelompok kecil sahaja dan ia tidak patut menutup kebaikan besar yang dilakukan oleh kedua-dua pemerintah. Susilo pula berkata beliau inginkan tali persahabatan dan persaudaraan kedua-dua bangsa yang memiliki akar budaya yang sama dapat dijaga dengan sebaik-baikya. “Jika ada masalah, atasi cepat-cepat kerana tidak mahu kerana sedikit masalah boleh menjejaskan hubungan yang baik,” katanya…”. Berbeda halnya dengan pemberitaan mengenai adanya isu konflik budaya, pemberitaan yang disajikan dalam isi berita Utusan Malaysia hanya diikuti oleh 10 item dari keseluruhan frekuensi data yang ada. Hal ini menandakan bahwa isi berita dari Utusan Malaysia tidak begitu tertarik untuk mengulas dan membalas komentar pedas dari media-media di Indonesia. “…Kalau pun media Indonesia hendak melaporkan sesuatu mengenai Malaysia contohnya dalam isu tarian Pendet, mereka sepatutnya mendapat penjelasan Malaysia dan bukannya secara membuta-tuli malaporkan dakwaan yang diterima. commit to user
97 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akibat bertindak demikianlah, perasaan membenci Malaysia secara tiba-tiba membuak-buak di kalangan sesetengah rakyat Indonesia, lebih malang lagi apabila ada juga golongan professional di Negara itu terpengaruh sehingga turun ‘mendera’ pelajar Malaysia seperti menyuruh dia menyanyikan lagu Negaraku…”. Pemberontakan ala Malaysia memang tidak seekstrim dengan yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu sepatutnya rakyat dan media di Indonesia mengikuti perilaku Malaysia dalam bertindak dan berpikir terlebih dahulu sebelum mendahulukan emosional semata.
3.1.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Kategori arah pemberitaan dalam penelitian ini adalah positif, negatif dan netral. Isi pemberitaannya dikatakan positif apabila isi berita lebih mengedepankan informasi yang bersifat mendukung seperti dengan memuji, menyanjung, menyetujui terkait dengan negara masing-masing. Arah negatif apabila isi berita lebih mengarah
kepada
protes/demonstrasi
yang
bersifat
menolak/melecehkan, mencela, dan meremehkan salah satu negara terkait isu berita. Sedangkan untuk arah netral apabila kedua surat kabar memberitakan isu tersebut secara bijak, tidak bersikap memihak atau netral tanpa menjelek-jelekkan negara lain. commit to user
98 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi,
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009 No.
Arah Pemberitaan
Frekuensi
Persentase (%)
1
Positif
10
34,48
2
Negatif
10
34,48
3
Netral Jumlah
9 29
31,04 100
Sumber: Hasil koding data primer
Untuk kategori positif dan negatif berada pada posisi yang sama yakni 10 item atau 34,48%. Hal ini disebabkan pemberitaan yang disajikan dalam surat kabar Utusan Malaysia beragam dan tidak terpancing terhadap isu pemberitaan yang terjadi pada media-media di Indonesia. Isi berita pada edisi Minggu 06 September 2009 dengan judul “Usah Layan pendemo upahan Indonesia” merupakan pemberitaan ke arah negatif. Hal ini jelas terlihat pada potongan isi berita berikut: “…Malah dalam isu Ambalat, pergi sahaja ke Jakarta, anda akan lihat tidak kurang lima buah buku dihasilkan dengan tujuan untuk membakar semangat rakyat Indonesia supaya menentang Malaysia. Salah sebuah buku berkenaan menggunakan tajuk Ganyang Malaysia - istilah yang digunakan ketika konfrantasi antara Malaysia-Indonesia pada tahun 1963…”. commit to user
99 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kalimat diatas secara tersirat menyinggung kebiasaan orang Indonesia yang suka membesar-besarkan masalah konflik antara Indonesia dan Malaysia. Ketika ada masalah sedikit saja yang diperbuat Malaysia terhadap Indonesia, maka sebagian besar penduduk Indonesia berbondong-bondong protes terhadap Malaysia yang disalurkan dalam berbagai macam bentuk tindakan, baik itu demonstrasi, pembuatan buku, protes, dan lain sebagainya. Tidak hanya pemberitaan secara negatif yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia, namun berita positif ikut mendominasi item pemberitaan yang terlihat dari hasil koding yang dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa pemberitaan dengan arah positif sebanyak 10 item atau 34,48%, yakni setara dengan hasil item pemberitaan dengan arah negatif. Hal ini membuktikan bahwa pemberitaan yang dilakukan oleh Malaysia terkait pemberitaan mengenai konflik budaya sebisa mungkin lebih bersifat netral, dan berusaha untuk tidak memperkeruh suasana dengan melawan aksi yang sudah dilakukan oleh sebagian penduduk di beberapa daerah Indonesia. Pemberitaan dengan arah positif dapat terlihat pada berita dengan judul “Persatuan pelajar bantu perkukuh hubungan” yang terbit pada Senin 14 September 2009 ini berisi tentang semangat para pelajar Indonesia dan Malaysia yang tengah melakukan pendidikan di salah satu negara yang bertikai dalam membantu menjernihkan suasana memanas commit dikeduato user negara tersebut, selain itu untuk
100 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuktikan kepada media-media bahwa konflik ini terjadi akibat adanya kesalahpahaman, bukan niat yang disengaja. Hal ini dapat terlihat pada petikan berita sebagai berikut:
“Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia cawangan Jakarta (PKPMI-CJ) dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Malaysia boleh membantu menjelaskan isu-isu yang mengeruhkan hubungan antara kedua-dua negara. Ketua Menteri Melaka, Datuk Seri Mohd. Ali Rustam berkata, beliau percaya PPI di Malaysia boleh membantu menerangkan kepada kalangan media Indonesia yang masih memainkan isu tarian Pendet, agar jangan lagi menimbulkan bantahan yang tidak sewajarnya…”. Lain halnya dengan isi pemberitaan ke arah netral, dengan frekuensi pemberitaan yang dimiliki sebanyak 9 item atau 31,04%, arah pemberitaan ini memberitakan issue tersebut secara bijak, tidak bersikap memihak atau mendukung tanpa menjelek-jelekkan negara lain.
3.1.3. Sajian Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Pada sajian data dengan kategori sumber berita, dalam hal ini peneliti mengarahkan kategori sumber berita pada keberadaan narasumber pada isi pemberitaan yang termuat dalam surat kabar Utusan Malaysia. Sumber berita adalah asal muasal sebuah informasi atau commit to user berita diperoleh. Keberadaan sumber informasi pada sebuah berita
101 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi ciri khas keakurasian dari berita itu sendiri. Ada atau tidaknya sebuah sumber berita juga menentukan isi berita tersebut dan dapat dikatakan bahwa detak jantung dari jurnalisme terletak pada sumber berita. Seorang wartawan jika ingin mendapatkan sebuah isi berita yang akurat harus mengetahui kemana dia hendak mencari informasi tersebut, siapa yang hendak diwawancarai, dan sebagainya. Mutu dari penulisan seorang wartawan tergantung dari kualitas dan kuantitas pertanyaan yang diajukan ke sumber berita tersebut. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa sumber berita yang menjadi
kajian
penliti,
yakni
aparatur
negara,
profesional,
masyarakat dan bahkan gabungan yakni adanya narasumber yang berjumlah lebih dari satu. Selain itu, ketidakberadaan sebuah sumber berita diatas juga menjadi kajian peniliti, apabila berita yang diliput dan ditulis melalui pengamatan oleh wartawan itu sendiri atau korespondennya di lapangan dan dipastikan tidak ada keterangan dari narasumber. Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Data Kategori Sumber Berita Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009 No. 1
Frekuensi
Persentase (%)
1. Aparatur Negara
11
37,93
2. Profesional
3
10,34
3. Masyarakat
0
0,00
Sumber Berita Ada Sumber Berita:
commit to user
102 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
4. Gabungan
1
3,45
Tidak Ada Sumber Berita
14
48,28
Jumlah
29
100
Sumber: Hasil koding data primer
Tabel koding diatas memperlihatkan bahwa sumber berita mengenai konflik budaya Indonesia – Malaysia lebih kepada pemberitaan tanpa sumber berita, dengan persentase sebesar 48,28% atau 14 item dari keseluruhan pemberitaan selama periode penelitian. Kemudian peringkat persentase terbesar kedua terdapat pada informasi yang berasal dari aparatur negara sebesar 37,93% atau 11 item, lalu dari kalangan profesional dengan persentase 10,34% atau sebanyak 3 item. Dan terakhir terdapat gabungan narasumber dengan persentase hanya sebesar 3,45% atau 1 item. Pemberitaan tertinggi tanpa sumber berita dikarenakan isi berita sepenuhnya merupakan hasil dari pemikiran penulis berita/wartawan itu sendiri. Sedangkan isi pemberitaan tertinggi berdasarkan adanya sumber berita, berasal dari pihak aparatur negara yangmana
merupakan
pihak
tertentu
yang
mempunyai
tanggungjawab dalam hal sebagai pemerintah yang mengabdi pada negara. Termasuk dalam kategori ini pejabat pemerintahan tingkat pusat sampai daerah.
commit to user
103 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut potongan isi berita dengan sumber berita yang berasal dari aparatur negara (dengan judul berita: Pihak ketiga punca ketegangan hubungan antara Malaysia, Indonesia): “…Menteri Luar, Datuk Seri Anifah Aman berkata, antara motif pihak ketiga terbabit ialah untuk meraih keuntungan politik dan mempromosi agenda pihak tertentu. “Kerjaaan Malaysia dan Indonesia menyedari kewujudan pihak ketiga berkenaan yang cuba memperbesar isu kecil untuk kepentingan politik mereka. Kita senantiasa memantau pergerakan mereka untuk tindakan lanjut,” katanya menjawab soalan tambahan Datuk Idris Haron pada siding Dewan Rakyat di sini hari ini…”. Aparatur negara yang dimaksud dalam cuplikan isi berita yakni Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman. Sedangkan isi berita berdasarkan narasumber yang berasal dari kalangan profesional disajikan dalam cuplikan isi berita sebagai berikut (judul berita: Sentimen anti-Malaysia di Indonesia angkara negara lain?) : “…Sementara itu, Pengerusi Yayasan Generasi Baru Nusantara, Mohamad Ezam Mohd. Nor berkata, sentiment anti-Malaysia yang ketara di Indonesia menggambarkan ada sesuatu yang tidak kena. “Saya berharap pihak berkuasa kedua-dua negara menyiasat perkara ini secara terperinci memandangkan kami sebagai NGO tidak mempunyai prasarana untuk berbuat demikian. Kita lihat ada petunjuk bahawa sentiment membenci Malaysia mempunyai dalang kerana sebelum ini perdagangan negara ini dan Indonesia berada pada tahap paling tinggi,” katanya sambil menambah Malaysia dan Indonesia mempunyai alas an untuk berasa curiga…”. Sumber dari kalangan profesional berdasarkan isi berita berasal dari pihak NGO (Non-Government Organisation) dimana dia/mereka commit to user
104 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan sebuah pekerjaan non pemerintah dan berpengaruh bagi orang banyak. Sedangkan untuk sumber informasi yang berasal dari narasumber gabungan, yakni berasal dari narasumber masyarakat dan kalangan profesional.
3.1.4. Sajian Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Berdasarkan kategori faktualitas berita, peneliti menguji data melalui pengamatan terhadap ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Tolak ukur faktualitas b e
No.
Faktualitas Berita
Frekuensi
Persentase (%)
r i ta terletak pada penggunaan kata-kata opinionative yang berasal dari wartawan, seperti: tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan lainnya. Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009 commit to user
105 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
Mencampur Fakta dan Opini
14
48,28
2
Tidak Mencampur
15
51,72
29
100
Jumlah
Sumber: Hasil koding data primer
Berdasarkan
hasil
koding,
peneliti
menemukan
hasil
frekuensi dari kategori faktualitas berita yang hasilnya hampir seimbang, yakni adanya pencampuran fakta dan opini sebanyak 14 item atau 48,28%, dan tidak adanya campuran fakta dan opini sepihak dari wartawan (tidak mengandung opnionative) sebanyak 15 item atau 51,72%. Berikut contoh berita terkait dengan kategori faktualitas berita yang diambil dari cuplikan berita pada edisi Rabu 09 September 2009 dengan judul Hubungan ‘benci tapi sayang’: “…Lebih dibimbangkan apabila kenyataan ganas dan berunsur provokasi itu dengan mudah menyerap otak warga Indonesia yang lain dan menyakiti hati rakyat Malaysia sehingga satu hari kelak jika gagal dibendung boleh menyemarakkan api kebencian sehingga memburukkan lagi hubungan ‘benci tapi sayang’ antara kedua-dua negara…”. Penggunaan kata ‘dibimbangkan’ dan ‘apabila’ merupakan kata yang terjadi akibat opini sipenulis/wartawan semata (bersifat opinionative), dan tidak berdasarkan hasil interview kepada narasumber. commit to user
106 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk pemberitaan yang isinya tidak mencampur fakta dan opini dari wartawan, berarti isi berita itu mempunyai informasi yang sebagian besar berasal dari narasumber langsung.
3.1.5. Sajian Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Kategori bentuk penulisan berita merupakan format penulisan berita yang digunakan jurnalis dalam meliput atau mengulas pemberitaan mengenai Koflik Budaya Indonesia – Malaysia yang dimuat dalam surat kabar Utusan Malaysia selama periode Agustus Desember 2009. pada kategori ini dibagi menjadi sub-kategori yakni hard news dan soft news. Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009 No.
Bentuk Penulisan Berita
Frekuensi
Persentase (%)
1
Hard News
16
55,17
2
Soft News
13
44,83
29
100
Jumlah Sumber: Hasil koding data primer
Hasil koding dengan kategori bentuk penulisan berita, ditemukan hasilnya yakni pada bentuk berita hard news mempunyai hasil tertinggi dengan jumlahto 16 item atau 55,17%, kemudian berita commit user
107 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
soft news dengan 13 item atau 44,83%. Berdasarkan hasil tertinggi persentase frekuensi diatas membuktikan bahwa pemberitaan mengenai konflik budaya Indonesia – Malaysia merupakan berita yang cukup penting meskipun pihak-pihak atau kalangan media dan masyarakat di Malaysia tidak terlalu serius dalam menanggapi pemberitaan negatif yang sudah ada di Indonesia sebelumnya. Pada bentuk berita hard news, berita tersebut berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan uraian dari yang paling penting. Hal ini dapat dilihat pada potongan isi berita yang diambil dari harian Utusan Malaysia edisi Kamis 10 September 2009, dengan judul “Hanya libatkan kelompok kecil – Try Sutrisno”. “…Pengerusi Kumpulan Tokoh Terkemuka (EPG) Indonesia, Tan Sri Try Sutrisno yang juga bekas Naib Presiden republik itu berkata, justeru rakyat Malaysia tidak perlu bimbang dengan gembar-gembur tentang kemarahan rakyat Indonesia terhadap Malaysia berhubung isu tersebut…”. Sedangkan untuk bentuk berita soft news, meskipun topik berita yang diangkat terkesan serius, namun isi pemberitaan terkait konflik budaya ini disisipkan oleh adanya jenis berita hiburan yang tentunya masih berkaitan dengan konflik budaya Indonesia – Malaysia itu sendiri. Seperti yang diketahui bahwa soft news merupakan sebuah bentuk penulisan cerita yang kreatif, subyektif yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Unsur yang commit to user terkandung dalam jenis soft news ini lebih berfokus pada sebuah
108 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bentuk berita yang kaya akan informasi dan hiburan, sehingga membedakan dengan bentuk penulisan berita hard news yang terkesan serius. Berita dengan format penulisan soft news dalam surat kabar Utusan Malaysia dapat dilihat dari potongan berita pada edisi Selasa 13 Oktober 2009, dengan judul “Dialog budaya ‘jambatan’ dua negara serumpun”. Isi berita ini lebih banyak memberikan informasi mengenai persamaan antara Indoensia – Malaysia, sehingga Indonesia tidak perlu untuk menghujat Malaysia dikarenakan adanya persamaan budaya dari kedua negara tersebut, melainkan diperlukan dialog yang dapat menjernihkan hubungan kedua negara. “Malaysia dan Indonesia adalah negara yang memiliki banyak persamaan dari sudut budaya. Tidak hairanlah baik di Malaysia atau Indonesia ada nama makanan atau nama tempat yang sama. Paling utama ialah teras bahasa yang sama berasaskan bahasa Melayu. Hakikatnya, sejak dahulu lagi sebelum wujudnya perbezaan entiti berasaskan geo-politik kesan daripada kedatangan penjajah Belanda dan British, kedua-dua negara ini saling memerlukan dan melengkapi satu sama lain. Justeru, tidak patut wujud tuduhan mendakwa Malaysia sebagai "Malingsia" kerana tuduhan mencuri khazanah budaya Indonesia…”.
3.2. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Berdasarkan topik penelitian mengenai konflik budaya Indonesia – Malaysia, pada surat kabar Media Indonesia berhasil termuat berita sebanyak 31 item dalam kurung commitwaktu to userlima bulan (Agustus – Desember
109 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2009), dengan rincian pada bulan Agustus terdapat 20 item berita, September terdapat 8 item berita, pada bulan Oktober 2 item Berita, dan pada bulan Desember hanya 1 item berita. Dari hasil rincian item berita, terbukti bahwa pada awal terjadinya konflik yakni bulan Agustus 2009, Indonesia sudah disibukkan dengan adanya protes dari segenap penduduk Indonesia dalam mengkaji konflik budaya tersebut. Sehingga tidak heran apabila jumlah berita yang tersaji pada bulan Agustus sangat banyak, dan pemberitaannya mulai menurun seiring datangnya respon dari Malaysia atas permasalahan tersebut. Peneliti mengkaji isi pemberitaan berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita, dan bentuk penulisan berita. 3.2.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Pada masa proses berlangsungnya konflik budaya Indonesia Malaysia, surat kabar Media Indonesia hanya memuat 31 item berita. Dari jumlah tersebut, Kategori Pokok Permasalahan Berita yang frekuensi kemunculannya terbanyak adalah berita yang berfokus pada konflik budaya dua negara tersebut yakni sebesar 17 item atau 54,84%. Sedangkan isi pemberitaan mengenai penyelesaian konflik sebesar 14 item atau 45,16%. Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang commit to user Pada Surat Kabar Media Indonesia Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
110 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
Konflik Budaya
17
Persentase (%) 54,84
2
Penyelesaian Konflik
14
45,16
31
100
No.
Pokok Permasalahan Berita
Jumlah
Frekuensi
Sumber: Hasil koding data primer
Berdasarkan hasil pengkodingan diatas, tampak hasil pengkodingan tertinggi berada pada pemberitaan mengenai konflik budaya. Hal ini disebabkan oleh citra Malaysia yang sudah negatif di mata penduduk Indonesia terkait dalam masalah monopoli hal-hal yang menyangkut kepunyaan Indonesia. Melihat kasus klaim Tari Pendet yang mencuak sekitar bulan terjadinya penelitian ini membuat
pemberitaan
di
Indonesia
beramai-ramai
untuk
memojokkan Malaysia. Hal ini dapat dilihat dari potongan berita pada surat kabar Media Indonesia edisi Selasa 25 Agustus 2009 dengan judul “Komunitas Reog Ponorogo Marah dan Siap Demo”. “…Ini sungguh tindakan konyol Malaysia yang memancing kemarahan rakyat Indonesia. Apa yang dilakukan negeri Jiran untuk memamerkan Tari Pendet sebagai budaya asli miliknya tidak lagi bisa ditoleransi. Sebab yang dilakukan itu jelas tindakan pencurian ataas kekayaan budaya masyarakat Bali” tukas Ketua Pangguyuban Reog Ponorogo Indonesia, Begug Poermomosidi di Solo, Selasa (25/8)…”. Pernyataan diatas mewakili emosi komunitas Reog Ponorogo Indonesia terhadap Malaysia. Serupa tapi tak sama, permasalahan commit to user terkait klaim budaya sebelumnya juga mengarah pada Reog
111 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ponorogo yang ikut di klaim Malaysia. Sehingga melihat adanya ulah Malaysia dalam melakukan pengklaiman sepihak terhadap budaya Indonesia membuat segelintir pihak langsung berkomentar ‘panas’ dengan diselingi kata-kata ‘pedas’ dalam menyindir Malaysia. Padahal bila dicermati dengan kepala dingin, kejadian ini tidak perlu terulang. Lain halnya pemberitaan terkait penyelesaian konflik, pemberitaan ini tidak terlepas dari isu pemberitaan tentang konflik budaya. Hanya saja, isi pemberitaan ini lebih terfokus tentang adanya upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kedua negara baik dalam
bentuk
perang,
upaya
damai,
konfrontasi
ataupun
perundungin. Untuk pemberitaan mengenai penyelesaian konflik dapat dilihat pada potongan berita pada edisi Sabtu 29 Agustus 2009 dengan judul berita “Jangan Terpancing Provokasi Pelecehan Lagu Indonesia Raya”. “…Bahkan, katanya, apa yang dilakukan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan menghentikan penerimaan mahasiswa baru asal Malaysia, masih belum keras. “Kita dari UNP bisa melakukan langkah lebih keras, misalnya dengan memutuskan semua kerja sama dengan berbagai universitas di Malaysia,” katanya…”. Potongan
berita
diatas
menegaskan
bahwa
untuk
menghentikan kerjasama dengan Malaysia dapat dilakukan berbagai cara, salah satunya dengan menghentikan kerjasama dalam bidang commit to user
112 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan. Tentunya ini berkaitan dengan salah satu upaya dalam menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini.
3.2.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Kategori arah pemberitaan dalam penelitian ini adalah positif, negatif dan netral. Isi pemberitaannya dikatakan positif apabila isi berita lebih mengedepankan informasi yang bersifat mendukung seperti dengan memuji, menyanjung, menyetujui terkait dengan negara masing-masing. Arah negatif apabila isi berita lebih mengarah
kepada
protes/demonstrasi
yang
bersifat
menolak/melecehkan, mencela, dan meremehkan salah satu negara terkait isu berita. Sedangkan untuk arah netral apabila kedua surat kabar memberitakan isu tersebut secara bijak, tidak bersikap memihak atau netral tanpa menjelek-jelekkan negara lain. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009 No. 1 2
Arah Pemberitaan Positif
commit to Negatif
user
Frekuensi
Persentase (%)
8
25,81
14
45,16
113 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Netral Jumlah
9
29,03
31
100
Sumber: Hasil koding data primer
Untuk kategori arah pemberitaan, isi pemberitaan dengan arah negatif mencapai posisi terbanyak yakni ada 14 item atau 45,16%. Hal ini disebabkan oleh citra Malaysia yang sudah semakin menurun di mata Indonesia, sehingga tidak heran apabila mediamedia di Indonesia kebanyakan memberitakan hal-hal yang menyangkut Malaysia secara negatif. Isi berita yang mengarah pada pemberitaan secara negatif dapat terlihat pada potongan berita berikut: “…Sebelumnya beredar kabar bahwa Malaysia mengklaim Tari Pendet sebagai tari tradisionalnya. Tari Pendet asal Pulau Dewata itu ditayangkan sebagai latar iklan kunjungan wisata ke Malaysia. Sejauh ini Malaysia memiliki rekam jejak negatif di kalangan publik Indonesia apabila terkait dengan kekayaan budaya Indonesia. Sebelumnya publik Indonesia pernah beberapa kali dibuat terkejut dengan kalim-klaim budaya Malaysia antara lain lagu Rasa Sayange yang berasal dari Maluku dan kesenian Reog Ponorogo dari Jawa Timur”. Pernyataan diatas diambil dari judul berita “Masyarakat Diminta tidak Terprovokasi Iklan Tari Pendet Malaysia” pada edisi Sabtu, 22 Agustus 2009 dan memberitakan bahwa citra Malaysia commit to user
114 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sudah buruk di mata publik Indonesia, akibat ulahnya dalam mengklaim kekayaan alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Adapun isi pemberitaan dengan arah netral dan positif mempunyai kedudukan posisi yang hampir sama, yakni masingmasing mempunyai jumlah item sebanyak 9 (29,03%) untuk pemberitaan dengan arah netral dan 8 item (25,81%) untuk pemberitaan dengan arah positif. Pemberitaan dengan arah netral sebagian besar membahas tentang sikap kedua negara dalam mengambil tindakan agar tidak menimbulkan konfrontasi ke arah yang lebih besar. Kedua negara juga harus bersikap dan berpikir positif dalam menanggapi kemelut yang tengah terjadi. Berikut adalah penggalan isi berita yang terkait dengan pemberitaan dengan arah netral, dengan judul berita “Malaysia tidak akan Balas Demo Jakarta” terbitan Rabu 9 September 2010: “…"Kami tidak mau membalas demo dengan demo karena Malaysia memang ingin menjalin terus hubungan baik dengan Indonesia sebagai negara tetangga dan serumpun. Indonesia dan Malaysia adalah pendiri Asean yang kini punya cita-cita sama yakni terciptanya masyarakat Asean," katanya. Walaupun tuduhan pers Indonesia bahwa Malaysia mengklaim tari pendet, batik, lagu rasa sayange, Reog, mengklaim pulau Jemur, dan tuduhan macam-macam lainnya itu adalah tidak benar sehingga menimbulkan kebencian rakyat Indonesia pada Malaysia dan menimbulkan berbagai demonstrasi, namun tidak akan dibalas di Malaysia…”.
commit to user
115 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kutipan pernyataan diatas, diungkapkan oleh Menteri Penerangan, Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia Rais Yatim berdasarkan hasil wawancara dengan reporter Media Indonesia. Hal ini mengungkapkan sikap keterbukaan terhadap Malaysia untuk terus menjalin hubungan baik dengan Indonesia tanpa perlu membalas perilaku sebagian penduduk Indonesia dalam melecehkan negara Malaysia seperti adanya demonstrasi dan sweeping terhadap warga negara Malaysia yang bermukim di Indonesia.
3.2.3. Sajian Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Pada sajian data yang disajikan pada tabel distribusi di bawah ini adalah kategori sumber berita. Tabel ini memperlihatkan frekuensi keberadaan narasumber dalam isi pemberitaan terkait konflik budaya Indonesia – Malaysia. Pada kategori ini terdapat beberapa sumber berita yang menjadi kajian peneliti, yakni aparatur negara, profesional, masyarakat dan bahkan gabungan yakni adanya narasumber yang berjumlah lebih dari satu. Selain itu, ketidakberadaan sebuah sumber berita diatas juga menjadi kajian peniliti, apabila berita yang diliput dan ditulis melalui pengamatan oleh wartawan itu sendiri atau korespondennya di lapangan dan dipastikan tidak ada keterangan dari narasumber.
commit to user
116 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009 No. 1
2
Frekuensi
Persentase (%)
1. Aparatur Negara
17
54,84
2. Profesional
6
19,35
3. Masyarakat
1
3,23
4. Gabungan
7
22,58
Tidak Ada Sumber Berita
0 31
0,00 100
Sumber Berita Ada Sumber Berita:
Jumlah Sumber: Hasil koding data primer
Seperti yang terlihat pada hasil koding diatas, sumber berita tertinggi berasal dari narasumber yakni aparatur negara dengan hasil frekuensi sebesar 17 item atau 54,84%. Dalam hal ini, aparatur negara yang kerap muncul dalam isi pemberitaan adalah Presiden, Perdana Menteri, Menteri, Duta Besar, dan para pejabat terkait. Kemudian disusul dengan hasil frekuensi tertinggi berikutnya pada gabungan narasumber, dengan banyaknya frekuensi sebesar 7 item atau 22,58%. Gabungan narasumber pada isi pemberitaan dari surat kabar Media Indonesia ini antara aparatur negara dengan kaum profesional, dan aparatur negara dengan kalangan masyarakat. Lalu terdapat narasumber yang berasal dari kalangan profesional, seperti dosen, pengamat politik, pengamat sosial, pengamat budaya, seniman, budayawan, guru, kritikus dan sebagainya, dengan commit to user
117 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
frekuensi sebanyak 6 item atau 19,35% dan narasumber yang berasal dari masyarakat hanya 1 item atau 3,23% saja. Melihat keberadaan konflik ini melibatkan negara lain, maka dari itu pihak aparatur negara perlu turun tangan dalam menyelesaikan permasalahan ini, mulai dari Presiden, Perdana Menteri, Menteri dan Duta Besar kedua negara konflik. Peran aparatur negara tentunya sangat penting dalam melihat arah dari konflik ini, apakah akan diselesaikan secara kekeluargaan, atau dengan kekerasan. “…“Sejak Oktober 2007, hingga sekarang yang mendaftarkan baru sekitar 600 karya, padahal kita fasilitasi terhadap 1.000 karya budaya yang didaftarkan tanpa dikenai biaya,” kata Menbudpar Jero Wacik, seusai memberi keterangan seputar Tari Pendet yang dijadikan iklan promosi Malaysia di televisi Discovery Channel yang kemudian mendapat protes keras masyarakat Indonesia,di Jakarta, Selasa (25/8)…”.
Narasumber yang terdapat pada isi berita dengan judul “Menbudpar: Karya Budaya agar Segera Didaftarkan” yang terbit pada Rabu, 26 Agustus ini sesuai dengan judul yang tertera yakni Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, Jero Wacik. Sedangkan untuk narasumber gabungan, dalam hal ini terdapat gabungan narasumber dari aparatur negara dan kalangan profesional. Seperti yang terlihat pada kutipan isi berita pada edisi Rabu 26 Agustus 2009 dengan judul “Produk Budaya Idealnya Dipatenkan Internasional”, commit to user
118 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Humengku Buwono X mengatakan, suatu produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa idealnya dipatenkan secara internasional. Dengan demikian, menurut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, hak paten produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa seperti tari dan lagu daerah di Indonesia berlaku untuk seluruh dunia. …Sementara itu, seniman Wardoyo mengatakan pemerintah Indonesia perlu menginventarisasi produk budaya dan seni tradisional asli negeri ini…”. Dalam kutipan isi berita diatas dapat dilihat adanya dua orang narasumber yang mengemukakan pendapatnya terkait hak paten seni, dari pihak aparatur negara ada Sri Sultan Humengku Buwono X yang selain sebagai Raja Keraton, beliau juga sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan narasumber lainnya yang berasal dari kalangan profesional yakni seniman Wardoyo.
3.2.4. Sajian Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Pada kategori faktualitas berita, pengujian data dilakukan melalui pengamatan terhadap ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Tolak ukur faktualitas berita terletak pada penggunaan kata-kata opinionative yang berasal dari wartawan, seperti: tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, commit to user
119 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terkesan, seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan lainnya. Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009 No.
Faktualitas Berita
Frekuensi
Persentase (%)
1
Mencampur Fakta dan Opini
3
9,68
2
Tidak Mencampur
28
90,32
Jumlah
31
100
Sumber: Hasil koding data primer
Perbedaan yang signifikan terlihat jelas pada hasil koding diatas, yakni pada keterangan tidak adanya pencampuran fakta dan opini pada sebagian besar surat kabar Media Indonesia. Berdasarkan hasil tabel diatas, frekuensi tidak mencampur fakta dan opini mencapai 28 item atau 90,32%, sedangkan untuk isi berita yang mencampur fakta dan opini wartawan hanya 3 item atau 9,68%. Keberadaan frekuensi isi berita terhadap unsur tidak adanya pencampuran fakta dan opini dari wartawan (tidak mengandung opinionative) dapat dilihat dari banyaknya narasumber yang terlibat dalam isi berita yang dimuat dalam surat kabar Media Indonesia. Dalam hal ini, konflik budaya yang terlebih dahulu memanas di Indonesia membuat media mencantumkan narasumber dalam tiap berita yang diangkat agar berita tersebut terkesan nyata dan tidak commit to user
120 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibuat-buat, apalagi isi berita yang kebanyakan dimuat adalah berita yang serius karena mengangkat tema konflik yang sangat sensitif. Pencampuran fakta dan opini dari wartawan dapat ditemukan pada potongan berita berikut: “Temu budaya dinilai dapat mengurangi konflik kebudayaan antara Indonesia dan Malaysia yang kerap terjadi. Karena itu temu budaya bangsa antara kedua negara harus digiatkan agar tidak terjadi konflik kebudayaan yang berkepanjangan…”. Potongan berita diatas diambil pada edisi Selasa 01 Desember 2009 dengan
judul
“Indonesia-Malaysia
Giatkan
Temu
Budaya”.
Penggunaan kata ‘dinilai’ diatas merupakan perwujudan dari pencampuran fakta dan opini (opinionative) oleh wartawan terkait penulisan berita tersebut.
3.2.5. Sajian Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Kategori bentuk penulisan berita merupakan format penulisan berita yang digunakan jurnalis dalam meliput atau mengulas pemberitaan mengenai Koflik Budaya Indonesia – Malaysia yang dimuat dalam surat kabar Media Indonesia selama periode Agustus commit to user
121 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Desember 2009. pada kategori ini dibagi menjadi sub-kategori yakni hard news dan soft news. Hard news atau berita lugas merupakan berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan dari yang paling penting. Sedangkan untuk soft news atau berita halus yakni sebagai penulisan cerita yang kreatif, subyektif yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009 No.
Bentuk Penulisan Berita
Frekuensi
Persentase (%)
1
Hard News
14
45,16
2
Soft News
17
54,84
31
100
Jumlah Sumber: Hasil koding data primer
Untuk kategori bentuk penulisan berita tentang konflik budaya, yang termasuk ke dalam jenis bentuk soft news sebesar 17 item atau 54,84%. Seperti pada pemberitaan tanggal 07 September 2009, dengan judul UNESCO Akui Batik Warisan Budaya Indonesia, pemberitaan ini berisi tentang disetujuinya batik oleh PBB sebagai warisan budaya tak benda yang dihasilkan oleh Indonesia, dan untuk menghargainya, Presiden Yudhoyono menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengenakan pakaian batik. commit to user
122 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ukuran berita diatas dinyatakan sebagai sebuah bentuk berita soft news dikarenakan tujuan dari isi berita tersebut untuk menginformasikan posisi batik sebagai warisan budaya Indonesia uang sudah disahkan secara internasional oleh PBB. Adapun pemberitaan dengan bentuk penulisannya pada hard news yang jumlahnya tidak jauh dari bentuk berita soft news, yakni sebesar 14 item atau 45,16%. Pemberitaan yang berbentuk hard news dapat dilihat untuk tema-tema seputar demonstrasi, protes, penolakan dan upaya perdamaian Indonesia terhadap Malaysia atas klaim budaya tersebut.
3.3. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus - Desember 2009 Dari data hasil koding yang dilakukan sebelumnya berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk penulisan commit to userberita terhadap surat kabar Utusan
123 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus - Desember 2009 yang telah disampaikan pada sub bab sebelumnya, pada sub bab ini akan disajikan pembahasan mengenai analis hasil perhitungan dari data tersebut. Analisis data akan membandingkan antara data yang diperoleh dari Utusan Malaysia dengan data yang diperoleh dari Media Indonesia. Dari analisis data inilah nantinya dapat dilihat bagaimana perbedaan penyajian berita tentang konflik budaya tersebut. Adapun pengujian data dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-Square sebagai berikut:
χ
2
=
Σ
(Aij – Hij)2 Hij
Dimana:
χ2 = Nilai Chi-Kuadrat Aij = Frekuensi yang diperoleh/diamati Hij = Frekuensi yang diharapkan
Nilai χ2 yang dihasilkan
dari rumus diatas, tersebar pada Chi-Square
dengan: df (degree of freedom) = (b-1) (k-1), dimana: b = banyaknya baris k = banyaknya kolom Sedangkan untuk menentukan frekuensi yang diharapkan (fh), masing-masing kategori dilakukan dengan cara jumlah dari masing-masing commit to user kategori yang bersilang, kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan
124 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
frekuensi yang diteliti. Setelah itu menghitung nilai Chi-Kuadrat (χ2), lalu memasukkan hasil χ2hitung ke dalam tabel nilai kritis (χ2hitung) dengan taraf signifikansi 5%.
No.
Surat Kabar
Frekuensi
Persentase (%)
1
Utusan Malaysia
29
48,33
2
Media Indonesia
31
51,67
Jumlah
60
100
Sumber: Data hasil koding
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dalam frekuensi berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia selama masa periode penelitian, yakni dari bulan Agustus hingga Desember 2009. Pada surat kabar Utusan Malaysia hanya terdapat 29 (48,33%) berita dari keseluruhan bulan penelitian, hal ini dikarenakan pemberitaan terkait isu klaim budaya/konflik budaya di Malaysia kurang mendapat simpati dan terkesan menjadi isu nomor dua saja. Sehingga tidak heran jika rakyat Indonesia menganggap Malaysia sombong dan arogan. Oleh karenanya pemberitaan terkait isu negatif tentang Malaysia menjadi berita menarik di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pemberitaan pada surat kabar Media Indonesia, sepanjang bulan penelitian jumlah berita terdapat 31 item (51,67%). Oleh karena itu, dapat dikatakan jika media-media di Indonesia commit to user menganggap masalah konflik budaya ini adalah masalah yang serius dan
125 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perlu dipublikasikan sebanyak mungkin agar publik mengetahui kebenaran dari peristiwa tersebut. Untuk melengkapi penelitian ini agar diketahui perbedaan yang signifikan antara kategori yang diteliti, maka perhitungan dengan langkahlangkah serupa juga diterapkan pada perhitungan terhadap kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita terhadap surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus - Desember 2009.
3.3.1. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus - Desember 2009 Perbedaan frekuensi pada kategori pokok permasalahan berita dengan sub kategori berupa konflik budaya dan penyelesaian konflik dapat dilihat dengan terlebih dahulu membandingkan frekuensinya pada tabel berikut, Tabel 3.14 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009 No.
Pokok Permasalahan Berita
1
Konflik Budaya
2
Penyelesaian Konflik
Utusan Malaysia
Media Indonesia
Jumlah
10
17
27
45
19
14
33
55
commit to user
Persentase
(%)
126 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah
29
31
60
100
Sumber: Data hasil koding
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam frekuensi pemuatan penyajian berita konflik budaya pada kategori pokok permasalahan berita. Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut merupakan perbedaan yang signifikan atau tidak, maka akan diuji dengan menggunakan rumus Chi-Square. Perhitungan menggunakan rumus Chi-Square dapat dilihat pada halaman lampiran Tabel 11, dengan hasil perhitungannya yakni χ2hitung = 2,51. Sedangkan untuk nilai derajat kebebasan (df) = 1, pada taraf signifikansi 0,05 maka χ2tabel = 3,84. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 2,51) tercatat kurang dari 3,84 atau 2,51<3,84. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kategori pokok permasalahan berita, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat disumpulkan bahwa masing-masing surat kabar memberikan porsi pemberitaan yang hampir sama terhadap tema pemberitaan yang dimaksud peneliti, yakni tentang konflik budaya dan penyelesaian konflik. to user Malaysia lebih banyak mengulas Dalam hal ini, suratcommit kabar Utusan
127 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentang upaya penyelesaian konflik daripada memberitakan tentang konflik itu sendiri, dalam arti, surat kabar Utusan Malaysia lebih konsen terhadap pemberitaan yang bersifat positif dan tidak memperburuk keadaan dengan negara yang terkonflik. Sedangkan surat kabar Media Indonesia dari hasil perhitungan lebih banyak memuat pemberitaan mengenai permasalahan dari konflik budaya tersebut. Media-media di Indonesia terkesan agresif dalam memberitakan konflik Indonesia – Malaysia ini, mengingat permasalahan dari kedua negara ini sudah ada sejak zaman kepemimpinan Presiden Republik Indonesia yang pertama, yakni Soekarno. Oleh karena itu, surat kabar Media Indonesia juga ikut memberitakan mengenai konflik budaya ini secara lebih teratur dalam bulan pertama mulai merebaknya konflik tersebut. Di tengah kondisi Indonesia yang sedang mengalami reformasi dengan keterbukaan dan kebebasan yang tinggi, setiap kejadian sekecil apa pun diberitakan oleh media dengan sangat terbuka dan bebas. Pemberitaan yang berlebihan mengenai klaim budaya secara luas di Indonesia, pada umumnya tidak direspons balik dengan penjelasan yang baik dan tepat oleh Malaysia. Dampaknya, muncul anggapan publik Indonesia bahwa Malaysia jahat, sombong, tidak manusiawi, serta menganggap remeh orang Indonesia (Lazuardi, 2009:XV) commit to user
128 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada 9 September 2009, EPG Indonesia yang diketuai Jendral TNI Purn. Try Sutrisno bertemu Perdana Menteri Malaysia Datuk Najib Razak di Putra Jaya, Malaysia. Petemuan tersebut membahas hubungan diplomatik kedua negara terkait pemberitaan dan isu negatif yang sudah terjadi, sehingga dengan adanya hasil pertemuan tersebut hubungan Indonesia – Malaysia dapat berjalan lancar hingga saat ini.
3.3.2. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus - Desember 2009 Untuk
perhitungan
analisis
mengenai
kategori
arah
pemberitaan, dengan sub kategori antara lain arah positif, negatif dan netral. Diantara ketiga arah pemberitaan tersebut, tingkat frekuensi tertinggi diantara dua surat kabar yang diteliti terdapat pada arah pemberitaan negatif untuk surat kabar Media Indonesia, dan hasil frekuensi yang sama antara positif dan negatif pada surat kabar Utusan Malaysia. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square yang proses perhitungannya dapat dilihat pada halaman lampiran tabel 12, maka didapatkan hasil bahwa χ2hitung = 0,82. sedangkan pada tabel nilai tokritis commit userChi-Square menunjukkan bahwa
129 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai derajat kebebasan (df) = 2, pada taraf signifikansi 0,05 maka χ2tabel = 5,99. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 0,82) tercatat kurang dari 5,99 atau 0,82<5,99. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kategori arah pemberitaan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Tabel 3.15 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009 No.
Arah Pemberitaan
Utusan Malaysia
Media Indonesia
Jumlah
Persentase
(%)
1
Positif
10
8
18
30
2
Negatif
10
14
24
40
3
Netral
9
9
18
30
29
31
60
100
Jumlah Sumber: Data hasil koding
Dari hasil tabel diatas, perbedaan arah pemberitaan dari surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia lebih dipengaruhi oleh sub kategori pada pokok permasalahan berita, dan saling berhubungan. Pemberitaan dengan arah negatif pada surat kabar Media Indonesia memang sangat jelas terlihat perbedaannya diantara arah berita yang lainnya. Hal ini dikarenakan reputasi Malaysia di mata penduduk Indonesia sudah sangat berlebihan, melihat banyaknya upaya klaim budaya sepihak serta tindakan lainnya yang memancing amarah penduduk Indonesia. Melihat kenyataan tersebut, commit user yang berbau konflik atau ulah dengan adanya sedikit saja tohal-hal
130 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Malaysia yang dirasa merugikan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, maka pemberitaan miring atau negatif tentang Malaysia akan semakin menghiasi surat kabar nasional maupun lokal yang berada di Indonesia. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan dalam hal peliputan, atau memang hanya tren untuk mengangkat nama dari media tersebut. Namun yang pasti, pemberitaan yang berbau Malaysia akan mendapatan perhatian yang banyak, dan memancing penjualan dari surat kabar tersebut. Menanggapi soal citra tersebut, memang tidak dapat dipungkuri apabila Media Indonesia juga ikut memberitakan Malaysia secara negatif, dengan didukung narasumber yang juga ikut memojokkan Malaysia. Sehingga berita yang disajikan lebih menonjolkan arah pemberitaan yang negatif dibanding arah pemberitaan secara positif maupun netral. Sedangkan pada pemberitaan yang disajikan oleh surat kabar Utusan Malaysia justru berimbang, porsi pemberitaan arah positif dan negatif sama banyaknya, dan setelahnya tidak jauh berbeda ada arah pemberitaan secara netral. Hal ini juga implikasi bahwa surat kabar Utusan Malaysia lebih tertarik membahas hubungan bilateral kedua negara dibanding menanggapi isu negatif tentang negara mereka.
commit to user
131 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3.3. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus Desember 2009 Perbedaan frekuensi pada kategori sumber berita dapat dilihat dengan terlebih dahulu membandingkan frekuensinya pada tabel berikut, Tabel 3.16 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009 No. 1
2
Utusan Malaysia
Media Indonesia
Jumlah
Persentase (%)
1. Aparatur Negara
11
17
28
46,67
2. Profesional
3
6
9
15
3. Masyarakat
0
1
1
1,67
4. Gabungan
1
7
8
13,33
Tidak Ada Sumber Berita
14
0
14
23,33
Jumlah
29
31
60
100
Sumber Berita Ada Sumber Berita:
Sumber: Data hasil koding
Pada tabel 3.16 di atas menunjukkan bahwa frekuensi pemuatan penyajian berita untuk kategori sumber berita mempunyai perbedaan yang cukup jelas pada urutan pertama dan kedua. Pada Utusan Malaysia tidak adanya sumber berita menjadi frekuensi pemuatan yang tinggi, setelah itu terdapat aparatur negara sebagai sumber berita terbanyak. Sedangkan pada surat kabar Media Indonesia semua pemuatan berita menggunakan narasumber, dengan commit to user
132 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
frekuensi tertinggi ada pada pihak aparatur negara kemudian pada narasumber gabungan. Narasumber gabungan yang ada pada berita meliputi gabungan pihak aparatur negara dan profesional, dan aparatur negara dengan masyarakat. Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut merupakan perbedaan yang signifikan atau tidak, maka akan diuji dengan menggunakan rumus Chi-Square. Proses tabel kerja perhitungan rumus tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran tabel 13, dengan menghasilkan nilai χ2hitung = 21,71. sedangkan pada tabel nilai kritis Chi-Square menunjukkan bahwa nilai derajat kebebasan (df) = 4, pada taraf signifikansi 0,05 maka χ2tabel = 9,49. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 21,71) tercatat lebih dari 9,49 atau 21,71>9,49. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kategori sumber berita, terdapat perbedaan yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Dalam pemberitaan mengenai konflik budaya dalam kategori sumber berita, kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia menggunakan lebih dari satu narasumber berita, atau dengan kata lain kedua media memberitakan isu konflik budaya untuk mendapatkan informasi yang berimbang. Yang patut dicermati adalah tidak terdapatnya narasumber dalam sebagian isi berita surat kabar Utusan Malaysia, hal ini dikarenakan penggunaan kontributor lapangan dalam menyajikan langsung pendapatnya, dan disertai commit to user
133 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
petikan pendapat dari orang-orang yang terkait dalam pemberitaan tersebut, diluar wawancara secara langsung. Selain itu meskipun tidak terdapat narasumber, namun isi berita yang disajikan sarat akan informasi dan upaya untuk meredakan konflik tersebut. Penggunaan narasumber terbanyak berada pada pihak aparatur negara. Melihat konflik yang terjadi melibatkan dua negara, sehingga untuk menjernihkan suasana, diperlukan ketegasan pada petinggi kedua negara untuk memberikan solusi terhadap konflik yang terjadi. Pihak aparatur negara yang terlibat pada pemberitaan mengenai konflik budaya mulai dari Presiden Republik Indonesia, Perdana Meneteri Malaysia, para menteri terkait, duta besar, anggota dewan kedua negara, dan pihak-pihak lainnya.
3.3.4. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus Desember 2009 Perbedaan frekuensi pada kategori faktualitas berita dengan sub kategori berupa ada atau tidak pencampuran fakta dan opini dalam isi berita tersebut yang dapat dilihat dengan terlebih dahulu membandingkan frekuensinya pada tabel berikut, Tabel 3.17 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia commit to user Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
134 perpustakaan.uns.ac.id
No.
digilib.uns.ac.id
Faktualitas Berita
Utusan Malaysia
Media Indonesia
Jumlah
Persentase (%)
1
Mencampur Fakta & Opini
14
3
17
45,16
2
Tidak Mencampur
15
28
43
54,84
29
31
60
100
Jumlah Sumber: Data hasil koding
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam frekuensi pemuatan penyajian berita konflik budaya pada kategori faktualitas berita. Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut merupakan perbedaan yang signifikan atau tidak, maka akan diuji dengan menggunakan rumus Chi-Square. Perhitungan menggunakan rumus Chi-Square dapat dilihat pada halaman lampiran Tabel 14, dengan hasil perhitungannya yakni χ2hitung = 24,51. Sedangkan untuk nilai derajat kebebasan (df) = 1, pada taraf signifikansi 0,05 maka χ2tabel = 3,84. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 24,51) tercatat lebih dari 3,84 atau 24,51>3,84. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kategori pokok permasalahan berita, terdapat perbedaan yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa pemberitaan pada surat kabar Utusan Malaysia lebih beragam, melihat porsi pemberitaan yang menyertai pencampuran fakta dan opini pada isi beritanya. Pencampuran fakta dan opini apabila terdapat kata-kata commit to user
135 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
opinionative yang berasal dari wartawan, seperti: tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan lainnya. Oleh karena itu pemberitaan pada surat kabar Utusan Malaysia lebih dominan memuat pemberitaan yang isinya tidak mencampur fakta dan opini, dan selisih 1 item berita dengan pemuatan berita yang mencampur fakta dan opini dari wartawan bersangkutan. Pada kedua surat kabar yang diteliti, Media Indonesia memiliki kekuatan pada narasumbernya, sehingga isi berita hanya sedikit yang mencampur fakta dan opini atau menggunakan opinionative dari wartawan bersangkutan. Alhasil pemuatan berita pada surat kabar Media Indonesia tidak banyak mencampur fakta dan opini. Sehingga letak utama perbedaan pada kategori ini yakni pada surat kabar Utusan Malaysia yang lebih banyak memuat pemberitaan yang mencampur fakta dan opini, dibanding surat kabar Media Indonesia.
3.3.5. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus - Desember 2009 commit to user
136 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk perhitungan mengenai kategori bentuk penulisan berita, dengan sub kategori antara lain hard news dan soft news. Diantara kedua bentuk penulisan berita tersebut, tingkat frekuensi tertinggi diantara dua surat kabar yang diteliti terdapat pada bentuk penulisan secara hard news/berita lugas untuk surat kabar Utusan Malaysia, dan sebaliknya bentuk penulisan berita secara soft news/berita halus pada surat kabar Media Indonesia. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square yang proses perhitungannya dapat dilihat pada halaman lampiran tabel 15, maka didapatkan hasil bahwa χ2hitung = 0,62. sedangkan pada tabel nilai kritis Chi-Square menunjukkan bahwa nilai derajat kebebasan (df) = 1, pada taraf signifikansi 0,05 maka χ2tabel = 3,84. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 0,62) tercatat kurang dari 3,84 atau 0,62<3,84. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kategori bentuk penulisan berita, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia.
Tabel 3.18 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009 No. 1
Bentuk Penulisan Berita Hard News
Utusan Malaysia
Media Indonesia
Jumlah
Persentase (%)
16
14
30
50
commit to user
137 perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
Soft News Jumlah
13
17
30
50
29
31
60
100
Sumber: Data hasil koding
Kasus klaim budaya sepihak yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia hingga menjadi konflik budaya sampai saat ini merupakan sebuah bahan berita yang serius dan lugas dalam pemberitaan oleh media-media, baik itu di Indonesia maupun di Malaysia sendiri. Pemberitaan terkait konflik budaya ini merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang akan membawa dampak negatif dan positif bagi hubungan kedua negara, tergantung bagaimana media dan publik menyikapinya. Melihat topik dari pemberitaan ini, ternyata kedua media yang diteliti tidak menempatkan porsi bentuk pemberitaan ini sepenuhnya menjadi sebuah berita lugas/hard news. Dapat dilihat bahwa pemberitaan dengan bentuk berita halus/soft news juga mempunyai porsi yang banyak dalam pemberitaan yang ada. Berdasarkan hasil koding, bentuk pemberitaan pada surat kabar Utusan Malaysia cenderung ke berita lugas, sedangkan pada surat kabar Media Indonesia lebih kepada berita halus. Hal ini dikarenakan pemberitaan yang dimuat oleh media bersangkutan tidak sepenuhnya membahas topik konflik budaya secara serius, namun diselipi dengan pemberitaan ringan yang bersifat menghibur atau menginformasikan commit to user
138 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ke pembaca dimana pemberitaan tersebut masih bersinggungan secara langsung dengan topik berita yang dimuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berita pada dasarnya merupakan hasil olahan wartawan terhadap unsur-unsur dalam fakta, atau hubungan antar fakta dengan fakta dari suatu peristiwa dengan atau tanpa melibatkan narasumber yang kemudian diterapkan secara abstrak ke dalam wujud verbal, serta memenuhi syarat untuk dimuat dalam surat kabar atau media cetak lainnya. Secara umum, pemberitaan mengenai konflik budaya Indonesia Malaysia yang dikumpulkan oleh peneliti dalam rentang waktu terjadinya konflik yakni pada bulan Agustus hingga Desember 2009, pada Surat Kabar Utusan Malaysia memuat 29 berita yang berkaitan langsung mengenai konflik kedua negara dalam hal klaim budaya, sedangkan berita yang dimuat oleh surat kabar Media Indonesia, dengan jumlah berita yang lebih banyak yakni 31 berita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Utusan Malaysia cenderung lebih membela diri dan tidak terlalu menanggapi pemberitaan dari Indonesia, sedangkan pada Media Indonesia cenderung lebih menyalahkan dan memberikan kesan negatif kepada Malaysia. Kedua surat kabar sepertinya membela dan melindungi negara masing-masing, dan berusaha menyalahkan negara lain. Melihat fenomena tersebut maka peneliti berasumsi bahwa: commit to user
138
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Adanya unsur nasionalisme yang dipertahankan oleh negara masingmasing. Setiap negara menjunjung tinggi dasar-dasar negaranya masingmasing, sehingga tidak heran apabila surat kabar Utusan Malaysia yang berasal dari Malaysia lebih banyak membela diri, dan surat kabar Media Indonesia adalah surat kabar yang berasal dari Indonesia cenderung memojokkan Malaysia. Selain itu disinggung oleh Andrew T. Kenyon dalam jurnal yang berjudul “Investigating Chilling Effects: News Media, and Public Speech in Malaysia, Singapore, and Australia”, dikatakan bahwa media-media di Malaysia baik cetak maupun online dibatasi dalam meliput isu-isu politik, hukum dan publik sehingga dalam hal ini Malaysia tidak terlalu menanggapi isu konflik dengan Indonesia untuk menghindari peliputan isu politik tersebut. b. Kedekatan geografis, dalam arti domisili media juga menentukan faktor adanya
keberpihakan
masing-masing
media
terhadap
negaranya.
Keberadaan surat kabar Utusan Malaysia yang terbit di wilayah Malaysia, dan Media Indonesia yang merupakan surat kabar nasional di Indonesia menjadikan kedua surat kabar tersebut cenderung berpihak dan melindungi negara mereka masing-masing. Untuk melengkapi hasil penelitian ini, maka dilakukan penyajian data per kategori dengan hasilnya sebagai berikut: 1) Pada kategori pokok permasalahan berita, dengan sub kategori konflik budaya dan penyelesaian konflik yang terdapat pada surat kabar Utusan Malaysia mayoritas memuat berita mengenai penyelesaian konflik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
140 digilib.uns.ac.id
sebanyak 19 item atau 65,52% dan berita mengenai konflik budaya ada 10 item atau 34,48%. Berbeda halnya dengan pemberitaan pada Media Indonesia yang memuat berita mengenai konflik budaya lebih banyak (17 item atau 54,84%) daripada penyelesaian konflik (14 item atau 45,16%). Berdasarkan hasil sajian data, surat kabar Utusan Malaysia lebih banyak mengulas tentang upaya penyelesaian konflik daripada memberitakan tentang konflik itu sendiri, dalam arti, surat kabar Utusan Malaysia lebih konsen terhadap pemberitaan yang bersifat positif dan tidak memperburuk keadaan dengan negara yang terkonflik. Sedangkan surat kabar Media Indonesia dari hasil perhitungan lebih banyak memuat pemberitaan mengenai permasalahan dari konflik budaya tersebut. Hal ini disebabkan oleh citra Malaysia yang sudah negatif di mata penduduk Indonesia terkait dalam masalah monopoli hal-hal yang menyangkut kepunyaan Indonesia. Melihat kasus klaim Tari Pendet yang mencuak sekitar bulan terjadinya penelitian ini membuat pemberitaan di indonesia beramai-ramai untuk memojokkan Malaysia. 2) Untuk kategori arah pemberitaan, dengan sub kategori arah pemberitaan secara positif, negatif dan netral yang terdapat pada surat kabar Utusan Malaysia mempunyai jumlah item yang sama antara arah pemberitaan secara positif dan negatif yakni sebanyak 10 item atau 34,48%, dan pada pemberitaan dengan arah netral ada 9 item atau 31,04%. Sedangkan pada surat kabar Media Indonesia, pemberitaan dengan arah negatif lebih unggul sebanyak 14 item atau 45,16% berita, dibandingkan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
141 digilib.uns.ac.id
pemberitaan dengan arah netral (9 item atau 29,03%) dan positif (8 item atau 25,81%). Berdasarkan hasil penyajian data diatas, sub kategori yang diangkat lebih dipengaruhi oleh sub kategori pada pokok permasalahan berita, dan saling berhubungan. Pemberitaan dengan arah negatif pada surat kabar Media Indonesia memang sangat jelas terlihat perbedaannya diantara arah berita yang lainnya. Hal ini dikarenakan reputasi Malaysia di mata penduduk Indonesia sudah sangat berlebihan, selain itu banyak kasus yang muncul ke permukaan yang dianggap mengganggu hubungan kedua negara akan cenderung didiamkan. Akibatnya, terbentuk opini publik Indonesia bahwa apa yang diberitakan oleh media-media di Indonesia adalah benar, sehingga terjadi akumulasi ketidaksukaan terhadap Malaysia. Sedangkan pada pemberitaan yang disajikan oleh surat kabar Utusan Malaysia justru berimbang, porsi pemberitaan arah positif dan negatif sama banyaknya, dan setelahnya tidak jauh berbeda ada arah pemberitaan secara netral. Hal ini juga implikasi bahwa surat kabar Utusan Malaysia lebih tertarik membahas hubungan bilateral kedua negara dibanding menanggapi isu negatif tentang negara mereka. 3) Untuk kategori sumber berita, dengan sub kategori yang terdapat di dalamnya yakni berupa adanya sumber berita (aparatur negara, profesional, masyarakat, dan gabungan) dan tidak terdapat sumber berita. Pada surat kabar Utusan Malaysia, isi berita lebih dominan tanpa adanya sumber berita, dengan hasil frekuensi sebanyak 14 item atau 48,28%. Selain itu terdapat sumber berita terbanyak berasal dari pihak aparatur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
142 digilib.uns.ac.id
negara sebanyak 11 item atau 37,93% dan kalangan profesional 3 item atau 10,34%. Sedangkan pada surat kabar Media Indonesia, seluruh isi berita menggunakan narasumber, dengan frekuensi narasumber terbanyak berasal dari pihak aparatur negara sebanyak 17 item atau 54,84%, kemudian gabungan narasumber ada 6 item berita atau 19,35%, lalu kalangan profesional 6 item atau 19,35%. Hasil sajian diatas membuktikan bahwa Pada Utusan Malaysia tidak adanya sumber berita menjadi frekuensi pemuatan yang tinggi, setelah itu terdapat aparatur negara sebagai sumber berita terbanyak. Sedangkan pada surat kabar Media Indonesia semua pemuatan berita menggunakan narasumber, dengan frekuensi tertinggi ada pada pihak aparatur negara kemudian pada narasumber gabungan. Narasumber gabungan yang ada pada berita meliputi gabungan pihak aparatur negara dan profesional, dan aparatur negara dengan masyarakat. Dalam pemberitaan mengenai konflik budaya pada kategori sumber berita, kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia menggunakan lebih dari satu narasumber berita, atau dengan kata lain kedua media memberitakan isu konflik budaya untuk mendapatkan informasi yang berimbang. 4) Pada kategori faktualitas berita, dengan sub kategori mencampur fakta dan opini (opinionative), atau tidak mencampur. Dalam surat kabar Utusan Malaysia hasil frekuensi dari kategori faktualitas berita hampir seimbang, yakni adanya pencampuran fakta dan opini sebanyak 14 item atau 48,28%, dan tidak adanya campuran fakta dan opini sepihak dari wartawan (tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
143 digilib.uns.ac.id
mengandung opnionative) sebanyak 15 item atau 51,72%. Sedangkan pada surat kabar Media Indonesia, hasil frekuensi tidak mencampur fakta dan opini mencapai 28 item atau 90,32%, sedangkan untuk isi berita yang mencampur fakta dan opini wartawan hanya 3 item atau 9,68%. Dari hasil sajian data diatas, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pemberitaan pada surat kabar Utusan Malaysia lebih beragam, melihat porsi pemberitaan yang menyertai pencampuran fakta dan opini pada isi beritanya. Pencampuran fakta dan opini apabila terdapat kata-kata opinionative yang berasal dari wartawan. Pada kedua surat kabar yang diteliti, Media Indonesia memiliki kekuatan pada narasumbernya, sehingga isi berita hanya sedikit yang mencampur fakta dan opini atau menggunakan opinionative dari wartawan bersangkutan. Alhasil pemuatan berita pada surat kabar Media Indonesia tidak banyak mencampur fakta dan opini dibanding pemuatan berita dalam surat kabar Utusan Malaysia yang hasilnya mendekati sama antara mencampur dan tidak mencampur adanya fakta dan opini dan isi berita tentang konflik budaya Indonesia Malaysia. 5) Pada kategori bentuk penulisan berita, dengan sub kategori hard news dan soft news. Ditemukan hasilnya pada surat kabar Utusan Malaysia, yakni pada bentuk berita hard news mempunyai hasil tertinggi dengan jumlah 16 item atau 55,17%, kemudian berita soft news dengan 13 item atau 44,83%. Sedangkan dalam surat kabar Media Indonesia, hasil frekuensi untuk hard news mencapai 17 item atau 54,84%., sedangkan untuk soft news hanya 14 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
144 digilib.uns.ac.id
item atau 45,16%. Dari hasil penyajian data diatas, kedua media yang diteliti tidak menempatkan porsi bentuk pemberitaan ini sepenuhnya menjadi sebuah berita lugas/hard news. Dapat dilihat bahwa pemberitaan dengan bentuk berita halus/soft news juga mempunyai porsi yang banyak dalam pemberitaan yang ada. Berdasarkan hasil koding, bentuk pemberitaan pada surat kabar Utusan Malaysia cenderung ke berita lugas, sedangkan pada surat kabar Media Indonesia lebih kepada berita halus.
Hasil sajian data diatas ikut membuktikan hasil hipotesa yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini, yakni terdapat perbedaanperbedaan signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita mengenai konflik budaya Indonesia – Malaysia antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009. Untuk melengkapi perbedaanperbedaan tersebut, maka perhitungan juga dilakukan pada uji beda kategorikategori yang digunakan yakni pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, akurasi pemberitaan, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita. Berikut hasil perhitungan uji beda signifikan dari tiap kategori yang diteliti dimulai dengan adanya perbedaan, yakni: 1) Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori sumber berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009. Hal ini terbukti melalui hasil analisis uji beda menggunakan rumus Chi-Square, dengan hasil untuk nilai χ2hitung = 21,71, commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan pada χ2tabel = 9,49. Maka besarnya nilai χ2 hasil perhitungan tercatat lebih dari 9,49 atau 21,71>9,49. 2) Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori faktualitas berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan dimana nilai χ2hitung = 24,51. Sedangkan untuk nilai χ2tabel = 3,84. Jadi, besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 24,51) tercatat lebih dari 3,84 atau 24,51>3,84. 3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori pokok permasalahan berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan dimana nilai χ2hitung = 2,51. Sedangkan untuk nilai χ2tabel = 3,84. Jadi, besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 2,51) tercatat kurang dari 3,84 atau 2,51<3,84. 4) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori arah pemberitaan antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009. Hal ini berdasarkan hasil untuk nilai χ2hitung = 0,82, dan χ2tabel = 5,99. Maka besarnya nilai χ2 hasil perhitungan tercatat kurang dari 5,99 atau 0,82<5,99. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
146 digilib.uns.ac.id
5) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori bentuk penulisan berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009. Hal ini dibuktikan melalui hasil nilai χ2hitung = 0,62, sedangkan pada tabel nilai kritis Chi-Square menunjukkan nilai χ2tabel = 3,84. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan tercatat kurang dari 3,84 atau 0,62<3,84.
B. Saran Setelah menjabarkan hasil kesimpulan penelitian, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran secara keseluruhan yang ditujukan kepada penelitian selanjutnya, terutama bagi yang ingin melakukan penelitian analisis isi pemberitaan terkait konflik Indonesia – Malaysia dan melibatkan surat kabar dari kedua negara masing-masing. Namun tidak sekedar hanya membadingkan isi berita, penelitian berikutnya dapat juga diterapkan dengan mempertimbangkan proses penelitian berikut: 1. Penggunaan Isu konflik lainnya Hubungan Indonesia – Malaysia secara bilateral sampai saat ini masih terjalin dengan baik, namun dibalik itu berbagai permasalahan yang terjadi menyelimuti hubungan Indonesia dan Malaysia. Konflik yang sebenarnya sudah lama terjadi, hingga kini masih kerap terulang, bahkan dengan isu yang lebih beragam. Berbagai isu konflik sudah dimulai sejak adanya konfrontasi era tahun 1960an, lalu konflik Blok Ambalat, kasus commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TKI, konflik budaya, dan yang baru saja terjadi pelanggaran batas laut di wilayah
Kepulauan
Riau.
Namun
pada
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan isu konflik budaya sebagai objek penelitian. Untuk
itu,
diharapkan
pada
penelitian
selanjutnya
bisa
memanfaatkan isu konflik lainnya selain konflik budaya yang digunakan saat ini. Sehingga hasil penelitian terkait konflik negara Indonesia – Malaysia bisa lebih beragam dan menjadi panutan bahan penelitian lainnya terkait isu konflik antar negara. 2. Penerapan terhadap metode penelitian lainnya Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis isi yang bersifat kuantitatif. Metode penelitian ini digunakan karena dirasa lebih maksimal karena perhitungan yang dilakukan dapat lebih menonjolkan isi pemberitaan dari kedua surat kabar tersebut. Namun pengukuran perbedaan isi berita dalam perbandingan surat kabar dapat juga menggunakan metode analisis lainnya yang bersifat kualitatif, yakni menggunakan metode analisis wacana. Analisis wacana merupakan salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang digunakan oleh peneliti, selain itu analisis wacana tidak hanya menekankan pada pemaknaan teks/naskah, melainkan seringkali menggali apa yang terdapat dibalik teks/naskah penelitian yang digunakan. Sehingga nantinya hasil perbedaan yang diperoleh bisa lebih akurat. Oleh
karena
itu,
diharapkan
pada
penelitian
selanjutnya,
penggunaan metode analisis wacana dapat diterapkan oleh peneliti lainnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
148 digilib.uns.ac.id
yang akan melakukan penelitian terhadap perbandingan isi berita dengan menggunakan surat kabar. 3. Perolehan data mentah yang lebih akurat Permasalahan yang diangkat terdengar sangat sensitif, apalagi pemberitaan ini berkaitan dengan konflik atau konfrontasi yang berkepanjangan antara dua negara serumpun Indonesia dan Malaysia, sehingga pemberitaan yang dimuat menjadi tidak maksimal. Keterlibatan surat kabar Malaysia dalam penelitian ini agar peneliti dapat mengumpulkan data yang lebih akurat dan maksimal, melihat format pemberitaan tiap negara berbeda-beda. Namun, untuk memperoleh data mentah terkait informasi dari surat kabar dari negara bersangkutan dirasa sangat sulit. Hal tersebut dikarenakan media Malaysia tidak begitu tertarik dalam menanggapi isu konflik budaya ini. Begitu pula yang terjadi oleh peneliti dalam memperoleh data mentah mengenai segala informasi terkait topik permasalahan penelitian maupun deskripsi perusahaan surat kabar Utusan Malaysia. Sehingga data yang digunakan peniliti sangat terbatas, hanya mengandalkan pada situs/website yang berhubungan dengan Utusan Malaysia. Oleh karena itu, diharapkan pada penelitian berikutnya para peneliti dapat lebih intens dalam melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan media bersangkutan, sehingga dapat memudahkan dalam memperoleh data yang dibutuhkan, mengingat tema yang diangkat mengenai konflik antar negara dirasa sangat sensitif. commit to user